manfaat film pendek sebagai media audio-visual dalam...
TRANSCRIPT
i
MANFAAT FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL
DALAM KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK
DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA
PELEM DUKUH, KULON PROGO, YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Oktavianus Geleng Yen
NIM: 121124061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Almarhum kedua orang tuaku tercinta
Yen Liq dan Meang Gok
Kakak-kakakku dan Adikku terkasih
Lebin Yen, Joni Yen, Marlina Yen, dan Lief Yen
Kawan-kawan seperjuanganku di PMKRI Cab. Yogyakarta, St. Thomas Aquinas
Kawan-kawan seperjuanganku di LPM WEHEA, Yogyakarta
Emiliani Dea, Bonny Peq, Shinta Tan Lung, Jack, dan Kanisius Indra.
Rekan-rekan Orang Muda Katolik di Pelem Dukuh
Kawan-kawan seperjuanganku
Ermawan, Andreas Sigit Kurniawan, Sirniko, Adswi, dan Carlos Homba
Rekan-rekan Angkatan 2012
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah dalam
hidupku.
Orang-orang baik yang telah berjasa dalam segala perjuangan hidupku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanMu”
(Lukas 1: 38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MANFAAT FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA
AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK
DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA PELEM
DUKUH, KULON PROGO, YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih dengan
bertitik-tolak pada realitas perkembangan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi yang menjadi medan perjumpaan dan sarana komunikasi di kalangan
Orang Muda Katolik (OMK). Perkembangan tersebut turut memengaruhi relasi
kehidupan OMK di tengah masyarakat dalam mencari nilai hidup baru. Adapun
salah satu jenisnya yakni media audio-visual di antaranya film pendek.
Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan film pendek dalam mewartakan nilai-nilai
Kerajaan Allah penting diusahakan, diupayakan sedemikian rupa guna membantu
OMK dalam menghayati imannya akan Yesus Kristus. Hal ini mendorong penulis
untuk memahami lebih lanjut terkait manfaat film pendek dalam mewartakan
nilai-nilai Kerajaan Allah bagi OMK.
Tujuan penelitian ini untuk memahami sejauh mana manfaat film pendek
dalam katekese bagi OMK. Guna memahami hal tersebut, lebih awal penulis
melakukan studi literatur terkait tentang media audio-visual, film pendek, Orang
Muda Katolik, dan katekese media audio-visual. Kemudian penulis mengadakan
wawancara awal untuk memahami kebutuhan OMK. Selanjutnya penulis
merancang sebuah program dan melaksanakan katekese bagi OMK dengan
memanfaatkan film pendek yang memiliki nilai-nilai hidup kristian dan sesuai
dengan kebutuhan OMK terkini. Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan
adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis guna menggali data
mengenai manfaat film pendek dalam katekese bagi OMK. Untuk memperoleh
data penulis melakukan wawancara mendalam dengan beberapa peserta katekese
serta memanfaatkan hasil evaluasi proses katekese yang dilakukan evaluator.
Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa penggunaan film pendek
dalam katekese bagi OMK sangatlah bermanfaat. Hasil wawancara dengan 5
responden sebagai peserta katekese menunjukkan bahwa lewat film pendek
peserta terbantu dalam merefleksikan dan berbagi pengalaman iman, serta
bagaimana semestinya menanggapi panggilan iman di tengah kehidupan
masyarakat. Berdasarkan manfaat yang ada, dapat disimpulkan bahwa film
pendek mampu menginterprestasikan ciri khas komunikasi iman bagi Orang
Muda Katolik, perlu dikemas secara santai, menarik, dan menyenangkan, namun
tidak melupakan substansi proses. Hasil ini menunjukkan bahwa pemanfaatan
film pendek sebagai media audio-visual dapat digunakan sebagai sarana alternatif
dalam pelaksanaan katekese bagi OMK di era saat ini. Oleh karena itu peneliti
merekomendasikan pada pihak yang memiliki tanggung jawab di bidang katekese
agar lebih meningkatkan usaha dan upaya memanfaatkan media film pendek
dalam bidang pewartaan bagi OMK secara maksimal dan berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is “THE ROLE OF SHORT MOVIE AS AUDIO-
VISUAL MEDIA IN THE CATECHISM AMONG CATHOLIC YOUTH OF
ADMINISTRATIVE PARISH, SANTA MARIA FATIMA PELEM DUKUH,
KULON PROGO, YOGYAKARTA.” This title is chosen based on the reality of
development at information and communication technology which become an
encounter space and medium of communication among the catholic youth. The
development affected the life of catholic youth in the society in order to seek the
new value of life. One kind of audio-visual media is short movie. Based on this
reality, the utilization of short movie to proclaim the values of God’s Kingdom is
necessary to do in such way in order to see how the catholic youth to live their
faith in Jesus Christ. That reason encouraged the writer to understand further the
role in order to inform the values of God’s kingdom to the catholic youth.
The purpose of this research is to understand the role of short movie in
catechism for catholic youth. In order to understand that, the writer did a
literature study related to audio-visual media, short movie, catholic youth, and
audio-visual catechism. After that, the writer organized a prelude interview to
understand the necessity of catholic youth. And than, the writer designed a
programme and did a catechism for catholic youth by using of short movie which
contains the christian values and suitable for the necessity of catholic youth. The
type of research which the writer used is qualitative research by means of
analitic-descriptive method to acquire the data about the short movie’s role in
catechism for catholic youth. In order to get the data, the writer did a deep
interview with some catechism’s participans and utilized the evaluation catechism
process.
The final result of this research shows that the use of short movie in
catechism’s for catholic youth is extremely essential. The result of interview with
five catechism’s participans assessed that through short movie the catechism
members got a benefit in reflecting and sharing faith experiences and also how
they should respond their call of faith among the social community. Based on the
above result, it is concluded that short movie was able to interpret the identity of
faith communication for catholic youth, simple packed, interesting and enjoyable,
without forgetting the substance of the process. This result shows that the using of
short movie as audio-visual media could be as an alternative way in order to do
the catechism for catholic youth in this era. Hence, the researcher recommends
the stakeholders who have responsibility in catechism sector to increase the effort
to use short movie in catechism for catholic youth maximally and sustainably.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MANFAAT
FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI
ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA PELEM DUKUH, KULON
PROGO, YOGYAKARTA.
Skripsi ini ditulis untuk memahami dan menanggapi realitas
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai medan perjumpaan
dan kekhasan dari pola komunikasi serta relasi sosial orang muda, khususnya
Orang Muda Katolik (OMK). Pesatnya perkembangan di bidang tersebut ternyata
turut memengaruhi relasi kehidupan dan mutu iman OMK dalam menjalani
hidupnya di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memberi sumbangan pemikiran mengenai manfaat film
pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh. Pemanfaatan film pendek
dalam katekese yakni sebagai media alternatif yang dapat digunakan sebagai
sarana dalam menjemput pengalaman dan membantu OMK menggali serta
menanggapi panggilan imannya. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B.A. Rukiyanto, S.J., selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan
Keagamaan Katolik.
2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A. sebagai dosen pembimbing utama
yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan penuh
kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. sebagai dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen penguji II yang telah bersedia mendukung, membaca,
menguji, memberikan kritik dan masukan, serta dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. C. Paulina Sianipar, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji III yang telah bersedia
membaca, menguji, memberikan kritik dan saran bagi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
5. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan
Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Universitas Sanata Dharma dengan baik.
6. Romo Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh yang telah
memberikan izin bagi saya untuk melaksanakan penelitian dan kawan-kawan
Orang Muda Katolik yang telah bersedia mengikuti proses katekese dan yang
menjadi responden penelitian saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xx
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6
E. Metode Penulisan ................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10
BAB II. FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK .......................... 11
A. Media Audio-Visual .............................................................................. 11
1. Media ................................................................................................ 11
2. Media Audio-Visual ........................................................................... 12
3. Media Audio-Visual sebagai Sarana Komunikasi ............................ 13
4. Manfaat Bahasa Media Audio-Visual dalam Komunikasi Iman ...... 14
B. Pengertian Film ....................................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Film ................................................................................................... 16
2. Film Pendek ..................................................................................... 17
3. Film dalam Pengalaman Kehidupan Manusia .................................. 17
4. Film dalam Dimensi Iman Kristiani ................................................. 19
C. Orang Muda Katolik .............................................................................. 20
1. Istilah dan Batasan Usia Orang Muda Katolik ................................ 20
2. Kondisi dan Perkembangan Hidup Orang Muda ............................. 21
3. Situasi dan Konteks Hidup Orang Muda ........................................ 24
4. Pola Komunikasi Orang Muda ........................................................ 24
5. Orang Muda menurut Pandangan Allah dan Gereja ........................ 25
D. Katekese ................................................................................................ 27
1. Pengertian Katekese ........................................................................ 27
2. Tujuan Katekese .............................................................................. 28
3. Unsur-unsur Katekese ...................................................................... 29
4. Katekese sebagai Komunikasi Iman ................................................ 30
5. Katekese Audio-Visual .................................................................... 31
E. Berkatekese dengan Film Pendek bagi Orang Muda Katolik ............... 33
1. Film Pendek dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik ................ 33
2. Konsekuensi Berkatekese dengan Film Pendek .............................. 34
3. Kriteria Film Pendek dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik ... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN PROGRAM PENGGUNAAN
FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL
DALAM KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK ......... 37
A. Situasi Umum Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh 38
1. Sejarah Singkat Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh .............................................................................................. 38
2. Letak Geografis Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh .............................................................................................. 40
3. Jumlah Lingkungan dan Komposisi Umat di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh ................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4. Situasi Umat di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh ............................................................................................. 42
5. Kehidupan Menggereja dan Rohani Umat di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh .................................................. 45
B. Penelitian tentang Manfaat Penggunaan Film Pendek sebagai Media
Audio-Visual dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh ................................... 46
1. Permasalahan Penelitian ................................................................... 46
2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 46
3. Jenis Penelitian ................................................................................. 47
4. Populasi dan Sampel ......................................................................... 47
5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...................................... 47
6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................................. 48
7. Teknik Analisis Data ......................................................................... 50
8. Pengolahan Data................................................................................ 50
9. Responden Penelitian ........................................................................ 51
C. Analisis Situasi, Kebutuhan, dan Usulan Tema Katekese bagi Orang
Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh ...................................................................................................... 52
1. Analisis Situasi dan Kebutuhan OMK di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh .................................................... 52
2. Usulan Tema Katekese bagi OMK di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh .............................................................. 53
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama ......................................... 54
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup ............................ 54
D. Analisis Film Pendek sebagai Media Audio-Visual dalam Ketekese
bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh ........................................................................................... 55
1. Film Pendek Yang Dipilih sebagai Media Audio-Visual dalam
Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh .............................................................. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2. Analisis Film Pendek ........................................................................ 55
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama ......................................... 56
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup ............................ 60
E. Usulan Program Katekese bagi Orang Muda Katolik ............................. 62
1. Pemikiran Dasar Program Katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh .................. 63
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama ......................................... 63
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup ............................ 64
2. Tujuan Program Katekese bagi Orang Muda Katolik ....................... 65
3. Program Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh .............................. 65
a. Program Pertemuan 1 .................................................................. 65
b. Program Pertemuan 2 .................................................................. 65
4. Satuan Pertemuan Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh .............................. 65
a. Satuan Pertemuan 1 ..................................................................... 65
b. Satuan Pertemuan 2 ..................................................................... 65
5. Panduan Evaluator Program Katekese bagi Orang Muda Katolik .... 66
6. Pertanyaan Wawancara terkait Evaluasi Program Katekese bagi
Orang Muda di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh ................................................................................................ 67
a. Pemahaman dan Peranan Media Audio-Visual dalam Katekese
(Pendalaman Iman) bagi Orang Muda Katolik ........................... 67
b. Materi Film Pendek dalam Katekese (Pendalaman Iman) bagi
Orang Muda Katolik ................................................................... 67
c. Pemahaman dan Proses Katekese (Pendalaman Iman) bagi
Orang Muda Katolik ................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN PROGRAM PENGGUNAAN
FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK ......................... 69
A. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Katekese ................................. 69
1. Pelaksanaan Program Pertemuan Pertama ......................................... 69
2. Pelaksanaan Program Pertemuan Kedua ............................................ 72
3. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Berdasakan Hasil
Wawancara dengan Narasumber ........................................................ 74
B. Laporan Penelitian dan Hasil Pembahasan Manfaat Penggunaan Film
Pendek sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese bagi Orang
Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh ..................................................................................................... 82
1. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................. 82
a. Media Audio-Visual .................................................................... 82
b. Materi Film Pendek ..................................................................... 83
c. Katekese Bagi Orang Muda Katolik ............................................. 84
2. Refleksi Pastoral Kateketis ................................................................. 85
a. Aspek Memanfaatkan Media Audio-Visual dalam Katekese
bagi Orang Muda Katolik ............................................................ 85
b. Aspek Pemanfaatan Materi Film Pendek dalam Berkatekese
bagi Orang Muda Katolik ............................................................. 86
c. Aspek Berkatekese bagi Orang Muda Katolik ............................. 87
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 90
A. Kesimpulan ............................................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
LAMPIRAN ....................................................................................................
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .................................................................... (1)
Lampiran 2: Program Katekese 1 ..................................................................... (2)
Lampiran 3: Program Katekese 2 ..................................................................... (4)
Lampiran 4: Satuan Pertemuan Katekese 1 ..................................................... (6)
Lampiran 5: Satuan Pertemuan Katekese 2 ..................................................... (11)
Lampiran 6: Hasil Evaluasi Penelitian Pertama dari Evaluator ....................... (16)
Lampiran 7: Hasil Evaluasi Penelitian Kedua dari Evaluator .......................... (19)
Lampiran 8: Presensi Peserta Program Pertama Katekese ............................... (22)
Lampiran 9: Rumusan Aksi Bersama .............................................................. (26)
Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian ............................................................. (29)
Lampiran 11: Transkrip Wawanacara .............................................................. (37)
Lampiran 12: Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................... (43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Kelompok Keluarga (KK) dan Umat di Lingkungan ............ 41
Tabel 2. Komposisi Usia Kategorial Umat dalam Jumlah ............................... 42
Tabel 3. Instrumen Penelitian .......................................................................... 48
Tabel 4. Pengembangan Instrumen .................................................................. 49
Tabel 5. Identitas Responden ........................................................................... 52
Tabel 6. Tema dan Tujuan Program Katekese ................................................. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan
oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh
Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.
B. Singkatan lain
OMK : Orang Muda Katolik
R : Responden
PAK AV : Pendidikan Agama Katolik dan Audio-Visual
SAV : Studio Audio Visual
Puskat : Pusat Kateketik
Komkat : Komisi Kateketik
PRODI : Program Studi
USD : Universitas Sanata Dharma
Art : artikel
KWI : Konfrensi Wali Gereja Indonesia
AYD : Asean Youth Day
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
(1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan budaya media dalam proses kehidupan manusia ditandai
dengan sejarah panjang. Proses tersebut berawal dari era budaya lisan, tulisan,
mesin cetak, hingga memasuki era elektronik. Di era elektronik seperti sekarang,
media yang ada semakin diperkaya dengan teknologi modern sekaligus canggih.
Zaman inilah yang kemudian disebut sebagai zaman lisan (kedua), zaman audio-
visual atau informasi (Iswarahadi 2003:17-18).
Zaman lisan (kedua) disemarakkan oleh hadirnya televisi dan teknologi
informatika lainnya. Hadirnya televisi menjadi bagian hidup masyarakat. Selain
itu, maraknya kehadiran perangkat teknologi informatika seperti komputer, hand-
phone (gawai) yang terintegrasi dengan telekomunikasi juga semakin
memperkaya dan mempermudah akses infomasi masyarakat (Iswarahadi, 2017:
19-20).
Hal ini pun sejalan dengan data yang dirilis Nielsen Consumer Media View
berdasarkan survey sindikasi yang dilakukan Nielsen terhadap + 17.000 orang
usia 10 tahun keatas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta,
Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan
Banjarmasin) (http://www.nielsen.com/id/), adapun hasilnya sebagai berikut:
“Penetrasi Televisi masih memimpin dengan (96%), disusul dengan Media
Luar Ruang (53%), Internet (44%), Radio (37%), Koran (7%), Tabloid dan
Majalah (3%). Dari survey ini juga diperoleh temuan bahwa saat ini ada
beragam cara yang dilakukan untuk mengakses konten TV atau film. TV
terrestrial dan TV kabel masih menjadi pilihan utama dengan perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(77%), namun akses konten video melalui platform digital juga cukup tinggi
seperti misalnya situs streaming seperti Youtube, Video dsb (51%), portal
TV online (44%), TV internet berlangganan seperti Netflix, Iflix, Hooq, dsb
(28%).
Berdasarkan data yang ada tampak bahwa selain televisi, kemajuan internet
sebagai wujud dari kecanggihan teknologi digital semakin mendukung jangkauan
televisi dan akses film. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bahwa teknologi
komunikasi di era seperti sekarang ini semakin memudahkan akses masyarakat
dalam mengkonsumsi informasi dan hiburan. Situasi yang ada pada akhirnya
membentuk budaya baru, mengubah cara berpikir, gaya hidup, berkomunikasi,
dan berperilaku masyarakat (Iswarahadi, 2017: 20).
Adapun masyarakat kebanyakan itu ialah generasi muda, generasi yang
memiliki keahlian menggunakan perangkat teknologi baru dan saling
berkomunikasi menggunakan media baru. Generasi ini adalah generasi yang
cenderung menghabiskan waktu di depan televisi [termasuk mengakses film]
(KWI, 2015: 32 ).
Oleh sebab itu, berdasarkan situasi tersebut, tepatlah bila penulis mengutip
kata Pater Pungente, dalam Iswarahadi (2017: 107) yang mengatakan:
“...Media yang membentuk kita saat ini adalah film dan televisi. Televisi
menggunakan sensibilitas budaya yang dihasilkan oleh film. Film
menyajikan kepada kita bentuk-bentuk dunia dan cara-cara etis untuk hidup
di dunia yang diciptakannya.”
Dari pernyataan ini sangat tepat apabila bertolak pada potret budaya hidup
masyarakat saat ini, khususnya orang muda yang banyak dipengaruhi oleh media
(khususnya televisi dan film). Bahkan hingga saat ini banyak peran orang tua,
Gereja, dan sekolah dalam menyampaikan, menanamkan dan membentuk nilai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
nilai telah diambil alih oleh media digital, televisi, dan khususnya [film]
(Iswarahadi, 2017: 85).
Adapun perubahan nilai [kebudayaan baru] yang dibawa dan dibentuk oleh
media televisi cenderung membawa pemirsa ke dalam kehidupan yang konsumtif
dan hedonis (Iswarahadi, 2003: 18-26). Hal ini tentu tidak lepas dari sikap dan
cara hidup orang muda masa kini yang cenderung mementingkan gaya hidup.
Mengutip Sukatno dalam Resmiwaty lewat tulisannya di e-jurnal
(media.neliti.com) yang berjudul: Degradasi Kultural Dalam Kehidupan Remaja,
ia menyebutkan:
“...Gaya hidup mendorong lahirnya hedonisme. Hedonisme dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk memenuhi kesenangan dan
kenikmatan dalam hidup. Hedonisme bermuara pada kenikmatan dan
kebahagiaan, karenanya harus dicari dan dipenuhi. Hedonisme pada masa
akhir-akhir ini kecenderungannya ke arah pergaulan bebas, pemuasan nafsu
seks, mabuk-mabukan, dan penyalah-gunaan narkotika. Hal ini terutama
banyak dilakukan oleh orang muda.”
Menanggapi hal ini Gereja Katolik tidak tinggal diam, ia selalu menyadari
pentingnya media komunikasi massa untuk penyebaran iman. Meskipun
perkembangan teknologi memiliki dampak negatif bagi Orang Muda Katolik.
Gereja tidak memandang itu sebagai hal yang perlu dihindari. Melainkan
bagaimana dimanfaatkan dengan maksimal. Sebagaimana Konsili Vatikan II yang
termuat dalam dekrit Inter Mirfica, Gereja memandang perkembangan media
teknologi komunikasi massa dan telekomunikasi sebagai sesuatu yang
mengagumkan dan membuka peluang baru untuk menyalurkan informasi,
gagasan, serta pedoman; misalnya, melalui sinema [film] dan televisi yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengarah pada keselamatan umat beriman dan kemajuan seluruh masyarakat
demi terwujudnya nilai Kerajaan Allah (IM, art. 1 dan 2).
Gereja juga selalu menerbitkan Instruksi Pastoral berkaitan dengan
pewartaan dan media. Misalnya, Communio et Progressio, Evangelii Nuntiandi,
Aetatis Novae, dll. Paus setiap tahun mengirimkan surat pastoral tentang media.
Contohnya: pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44 pada 16 Mei 2010 yang
diangkat oleh Paus Benediktus XVI adalah “Media Baru demi Pelayanan Sabda.”
Di dalam media baru seperti internet pengaruh yang dibawa televisi/audiovisual
semakin dilipatgandakan. Melalui internet kita bisa akses dan menonton film
pendek (Iswarahadi, 2017: 22).
Sejalan dengan ini, salah satu yang menjadi daya tarik kaum muda, di
antaranya menonton film, khususnya film pendek. Mengingat juga bahwa
penggunaan media sosial seperti Youtube sekarang ini masif digunakan khususnya
kalangan orang muda, misalnya saja pada 2011, tersedia 1 triliun playback di
Youtube (Iswarahadi, 2017: 31). Bertolak dari kondisi ini tidak sedikit film
pendek sebagai salah satu jenis film yang banyak disebarkan oleh sineas muda
melalui youtube di era digital yang memiliki kekuatan audio-visual. Film pendek
yang digarap secara independen banyak menampilkan realitas sosial di mana para
sineas muda mengemasnya secara menarik dan menawan. Oleh sebab itu film
pendek merupakan salah satu bentuk media audio-visual yang dapat digunakan
sebagai media dalam katekese. Refleksi yang berangkat dari program audio-visual
atau berdasarkan metode simbolic way sangat menarik, konkret, memotivasi
peserta terlibat, membantu refleksi iman lebih dalam (Iswarahadi 2017: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan uraian situasi umum di atas, demikian juga konteks hidup yang
dihadapi oleh OMK di Pelem Dukuh yang merupakan pilihan tempat untuk
peneliti akan melakukan penelitian. Di mana OMK Pelem Dukuh sendiri dalam
keseharian hidup mereka sebagai kelompok kategori orang muda pada umumnya,
terkhusus dalam hal bertumbuh dan berkembang dalam iman juga dihadapakan
dengan situasi dan kondisi yang sama.
Oleh sebab itu, penulis memilih judul skripsi ini: “Manfaat Film Pendek
Sebagai Media Audio-Visual Dalam Katekese Bagi Orang Muda Katolik Di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai sebuah gagasan untuk memahami
bagaimana manfaat film pendek dalam hidup orang muda di era audio-visual
sebagai sarana katekese. Judul ini juga diangkat atas gagasan bahwa ada film-film
pendek memiliki nilai-nilai Kristiani. Oleh sebab itu dapat dimanfaatkan oleh
Gereja, khususnya sebagai media Katekese bagi Orang Muda Katolik yang
bertumbuh dalam iman sesuai budaya hidup, dan cara komunikasi mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan pokok
permasalahan, yaitu: Bagaimana manfaat film pendek dalam katekese audio-
visual bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Tujuan Penulisan
Berkenaan dengan rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: Untuk memaparkan manfaat
film pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik
di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat:
Bagi Penulis:
1. Penulis dapat memperoleh pengalaman baru sebagai bekal dalam
memanfaatkan film pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi
Orang Muda Katolik.
2. Penulis dapat mengetahui “Manfaat Penggunaan Film Pendek Sebagai Media
Audio-Visual Dalam Katekese Bagi Orang Muda Katolik Di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta.”.
Bagi Program Studi:
1. Memberikan data ilmiah bagi prodi dan mahasiswa PAK USD terkait hasil
penelitian tentang “Manfaat Penggunaan Film Pendek Sebagai Media Audio-
Visual Dalam Katekese Bagi Orang Muda Katolik”.
2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai “Manfaat Penggunaan Film
Pendek Sebagai Media Audio-Visual Dalam Katekese Bagi Orang Muda
Katolik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bagi Umat:
1. Memberikan informasi mengenai “Manfaat Penggunaan Film Pendek Sebagai
Media Audio-Visual Dalam Katekese Bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta.”.
2. Sebagai bahan refleksi dalam memanfaatkan sarana teknologi komunikasi
untuk kegiatan katekese bagi Orang Muda Katolik.
3. Memberikan dorongan dan langkah-langkah dalam memanfaatkan film
pendek untuk kegiatan katekese.
Bagi Pembaca:
1. Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan film pendek sebagai
media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik.
2. Sebagai bahan refleksi dan pengatahuan dalam memanfaatkan film pendek
sebagai media audio-visual dalam katekese bagi orang Muda Katolik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif analitis berdasarkan studi kepustakaan atau literatur
yang berkaitan dengan tema yang diangkat penulis. Studi kepustakaan atau
literatur yang ada dikuatkan oleh analisis penulis terhadap beberapa film pendek
terpilih dan bagaimana penggunaannya dalam katekese bagi Orang Muda Katolik.
Setelah itu, proses penggunaan film pendek dalam katekese akan diamati dan
dievaluasi oleh seluruh tim. Adapun teknik pengumpulan data yang akan
diusahakan dalam pelaksanaan penelitian di antaranya observasi, dan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Fokus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat film pendek
sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta.
Tahap penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Survei situasi dan kebutuhan katekese bagi Orang Muda Katolik: Survei
dilakukan di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon
Progo, Yogyakarta. Tujuannya untuk mengetahui situasi nyata Orang Muda
Katolik yang menjadi sasaran penelitian. Proses yang akan dilakukan yakni
dalam bentuk wawancara. Hasil survei tersebut akan disusun untuk menjadi
pedoman awal penentuan tema-tema katekese yang sesuai dengan kebutuhan
Orang Muda Katolik.
2. Menyusun program katekese audio-visual bagi Orang Muda Katolik dengan
memanfaatkan film pendek: Setelah mengetahui situasi hidup Orang Muda
Katolik dan menentukan tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan Orang
Muda Katolik berdasarkan hasil survei, program katekese dapat disusun.
Proses penyusunan program katekese dimulai dengan mengajukan beberapa
judul film pendek yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Peneliti
mulai menganalisis beberapa video yang dipilih untuk menemukan makna
dan kedalaman video untuk dapat dimanfaatkan sebagai media katekese
audio-visual. Program Katekese disusun dengan satuan perencanaan yang
sistematis, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan program katekese.
3. Pelaksanaan program: Pelaksanaan program dilakukan dengan beberapa
persiapan; di antaranya perencanaan program katekese bagi Orang Muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Katolik, tempat, waktu, sarana, dan prasarana. Pembina katekese yang
mengatur jalannya proses katekese adalah peneliti itu sendiri dengan
didampingi evaluator yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi
jalannya katekese bagi Orang Muda Katolik.
4. Penelitian: Penelitian dilakukan dengan mengolah data hasil evaluasi dari
evaluator dan berdasarkan hasil wawancara terkait manfaat dari katekese
dengan film pendek bagi Orang Muda Katolik dengan mengacu pada
pertanyaan terkait penelitian. Hasil evaluasi dari Orang Muda Katolik,
Evaluator, serta pembina katekese digunakan untuk mendeskripsikan proses
katekese Orang Muda Katolik yang telah berlangsung.
5. Merangkaum hasil penelitian: Hasil penelitian dirangkum untuk mengetahui
manfaat film pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang
Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh,
Kulon Progo, Yogyakarta.
6. Rekomendasi: Berdasarkan hasil pelaksanaan program dan evaluasi. Peneliti
merekomendasi agar program kegiatan katekese audio-viusal bagi Orang
Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh,
Kulon Progo, Yogyakarta dapat dilaksanakan secara berkesinambungan
dengan menggunakan film pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
F. Sistematika Penulisan
Penulis memilih judul skripsi: “MANFAAT FILM PENDEK SEBAGAI
MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE BAGI ORANG MUDA
KATOLIK DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA PELEM
DUKUH KULONPROGO, YOGYAKARTA”, yang akan diuraikan dalam lima
bab sebagai berikut:
Bab I: Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II: Bab ini berisi pembahasan kajian teori film pendek sebagai media
audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik.
Bab III: Bab ini berisi metodologi penelitian program penggunaan film
pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta.
Bab IV: Bab ini berisi hasil uraian pembahasan penelitian mengenai
pelaksanaan, evaluasi dan penelitian program katekese tentang penggunaan film
pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta.
Bab V: Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
BAB II
FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK
Pada bab I telah diuraikan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan
skripsi. Bab kedua akan membahas film pendek sebagai media audio-visual dalam
katekese bagi Orang Muda Katolik. Bab dua ini membahas teori dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan media audio-visual, film pendek, Orang Muda
Katolik, katekese pada umumnya dan katekese audio-visual khususnya serta
berkatekese dengan film pendek bagi Orang Muda Katolik.
A. Media Audio-Visual
1. Media
Sebelum membahas pengertian dan manfaat media audio-visual sebagai
sarana komunikasi dan komunikasi iman, maka perlu terlebih dahulu untuk
memahami apa itu ‘media’. Media secara etimologi berasal dari bahasa Latin
‘medium’, secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sebagai alat perantara
atau pengantar, media merupakan sarana untuk menyampaikan sesuatu pesan
kepada penerima. Sejalan dengan pendapat tersebut, ada banyak batasan yang
kemudian diberikan terkait dengan pengertian media. Misalnya, AECT
(Association For Education Communication Technology) membatasi media
sebagai sarana yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan/informasi. Adapun
Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
merangsang belajar seseorang. Sementara Briggs berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan untuk merangsang belajar,
salah satu contohnya film. Sedangkan NEA (National Education Assocition)
mengartikan media sebagai bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual
serta peralatannya (Sadiman, 2009: 6).
Dari beberapa penjelasan di atas, secara ringkas media ialah sarana yang
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima.
Dengan demikian media dapat merangsang pikiran, perasaan, minat serta
perhatian sedemikian rupa, sehingga proses belajar pun terjadi. Media sebagai
penyalur pesan/informasi merupakan alat komunikasi penyokong kehidupan.
Dalam hal ini media untuk membangun kondisi yang dapat membantu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sehingga memampukan menyikapi
masalah dalam kehidupannya (Sadiman, 2009: 7).
2. Media Audio-Visual
Penemuan listrik merupakan awal dari peradaban baru dalam budaya
kehidupan manusia. Dalam peradaban ini opini publik tidak lagi dibentuk hanya
dengan huruf-huruf, tetapi juga melalui gambar dan suara. Peradaban ini yang
kemudian disebut dengan peradaban audio-visual (Adisusanto dan Ernestine,
1977:3).
Audio-visual merupakan instruksional (alat) modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi). Audio-visual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
adalah hasil dari media yang “audible” artinya dapat didengar dan yang “visible”
dapat dilihat. Kegunaannya untuk membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
Adapun bentuk-bentuknya yaitu meliputi media yang dapat dilihat dan didengar
seperti televisi, video, sound slide, film dan lain-lain (Suleiman, 1981:11).
Dengan demikian manusia zaman audio-visual telah diperkaya dengan suara
dan musik karena pengaruh gagasan-gagasan yang terbawa lewat media yang ada.
Pada akhirnya media audio-visual membawa perubahan terhadap sikap manusia
itu sendiri, khususnya dalam berkomunikasi dan berprilaku masyarakat.
3. Media Audio-Visual sebagai Sarana Komunikasi
Pada hakikatnya media audio-visual adalah sarana komunikasi (Suleiman,
1981:2). Sebagai sarana komunikasi media audio-visual merupakan alat yang
berfungsi membantu proses interaksi antar manusia dalam berelasi. Oleh karena
itu banyak kalangan masyarakat menggunakan media audio-visual untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi, dan meningkatkan kualitas kinerja. Dalam
hal ini media audio-visual mampu meningkatkan kegairahan dan kecepatan dalam
memperoleh informasi, edukasi, hiburan dan komunikasi. Adapun manfaat media
audio-visual sebagai sarana komunikasi menurut Amir Hamzah Suleiman
(Suleiman, 1981:17-18) ialah:
a. Memudahkan orang menyampaikan dan menerima pesan
Audio-visual mampu menyampaikan pengertian atau informasi secara
konkret dan nyata daripada kata-kata lisan dan tulisan. Oleh karena itu audio-
visual membuat suatu pengertian dan informasi lebih berarti. Sebab dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
melihat dan mendengar penerima pesan akan lebih mudah, dan lebih cepat
mengerti tentang apa yang dimaksud dari penyampai pesan.
b. Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak
Seseorang yang melihat apa yang diperlukan akan memberi ketertarikan dan
dorongan baginya untuk mengetahui lebih. Dorongan adalah dasar dari
pemindahan suatu ide dari pikiran seseorang kepada orang lain. Audio-visual
mampu menghidupi dorongan dan motivasi serta membangkitkan
keingintahuan untuk mengetahui, menyelidiki, yang pada akhirnya memberi
pengertian yang lebih baik.
c. Audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat
Penyebab utama tidak efisiennya cara belajar dan berkomunikasi manusia
adalah mudah lupa. Audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang
efektif, dalam waktu yang lebih singkat, tetapi yang diterima melalui audio-
visual lebih lama tinggal dalam ingatan.
4. Manfaat Bahasa Media Audio-Visual dalam Komunikasi Iman
Dewasa ini bahasa media audio-visual bukan pertama-tama memberikan
kesempatan untuk menyampaikan kata-kata yang teliti, tetapi untuk
menyampaikan pengalaman menyeluruh. Bahasa audio-visual pun tidak banyak
menyampaikan doktrin atau ide-ide, melainkan lebih merangsang perasaan
seorang pribadi. Lewat gambar dan suara yang dimiliki, audio-visual dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengungkapkan perasaan, isi hati, bahkan seluruh pribadi pembuatnya, seperti
halnya pembuat film. Dengan demikian audio-visual membantu seseorang
menggali pengalaman melalui pengalaman pribadi lain (Ernestine & FX.
Adisusanto, 1977:7).
Penglihatan dan pendengaran merupakan indra manusia yang kuat
peranannya dalam meyakinkan manusia (individu) terhadap suatu peristiwa. Mata
(penglihatan), dan telinga (pendengaran) menentukan bobot kebenaran. Dalam
struktur syaraf manusia penglihatan dan pendengaran menopang daya persepsi
manusia (pemahaman, keyakinan akan pengakuan). Ketika keduanya dipadukan
(suara dan obyek yang dilihat), maka nilai keakuratan dan kebenaran terhadap
pesan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
Yohanes dalam suratnya menyatakan: “Apa yang telah kami lihat, dan yang
kami dengar, itulah yang kami beritakan kepadamu supaya kamupun memperoleh
persekutuan dengan kami agar sukacita kita menjadi sempurna.” (1 Yoh 1:3).
Sukacita (kabar gembira/Injil dan pewartaan) akan lengkap dan sempurna apabila
didukung indra pendengaran dan penglihatan. Pemikiran ini memberikan
kesimpulan bahwa media audio-visual merupakan sarana paling tepat dan efektif
khususnya dalam membangun dan mengkomunikasikan kebenaran maupun untuk
membentuk nilai khususnya dalam komunikasi iman (Mite, 2012:15-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Pengertian Film
1. Film
Pengertian film sebagai sinema merupakan frasa dari kata sinematografi.
Secara etimologi sinematografi berasal dari bahasa Yunani: ('kinema - κίνημα'
"gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam"), adalah ilmu terapan yang
membahas teknik menangkap gambar sekaligus menggabung-gabungkan gambar.
Gabungan gambar yang terangkai itu kemudian memiliki kemampuan atau
berfungsi menyampaikan ide, cerita, dan pesan melalui media komunikasi massa
kepada khalayak masyarakat (Effendy, 2007: 6). Film sebagai media komunikasi
massa merupakan sebuah perpaduan antara penyampaian pesan melalui gambar
bergerak, pemanfaatan teknologi, seni serta suara. Oleh karena itu, film adalah
medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi
juga untuk penerangan dan pendidikan (Effendy, 1986: 220).
Sejalan dengan pendapat di atas Wibowo dkk (2006:196), mengartikan,
bahwa:
“Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak
melalui sebuah media cerita. Film kemudian menjadi medium ekspresi
artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam
rangka mengutarakan gagasan-gagasan dalam ide cerita. Secara esensial dan
substansial, film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap
komunikan masyarakat.” (http://thesis.umy.ac.id/
Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas film turut memberi pengaruh yang
besar terhadap budaya hidup manusia saat ini. Film dapat melibatkan berbagai
interaksi sosial budaya, ekonomi, dan politik saat film tersebut diproduksi dan
dikonsumsi, sehingga film dapat dikatakan langsung berhubungan dengan massa
atau masyarakatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Film apa pun itu, di baliknya diyakini ada pesan dan tujuan tersendiri bagi
penontonnya. Film banyak digunakan sebagai media untuk merefleksikan realitas,
atau bahkan membentuk realitas. Film merupakan cerminan realita kehidupan
masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu film selalu bertautan dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat.
2. Film pendek
Film Pendek merupakan kategori film yang durasinya pendek. Durasi film
pendek biasanya di bawah 60 menit. Film pendek biasanya dihasilkan oleh para
mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin
berlatih membuat film dengan baik (Effendy, 2002:13). Oleh karena itu film
pendek merupakan film yang dihasilkan oleh sineas yang memiliki hobi dan visi
untuk menyampaikan pesan atau nilai-nilai tertentu kepada pemirsanya.
3. Film dalam Pengalaman Kehidupan Manusia
Film sebagai fenomena sosial, estetika, dan psikologi, yang kompleks
merupakan dokumen yang terdiri dari cerita, gambar yang diiringi kata-kata dan
musik. Film juga merupakan produksi yang multi dimensional dan kompleks.
Dalam film terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif
(http://www.landasanteori.com/).
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila film banyak digunakan
sebagai sarana media edukasi untuk pembinaan generasi muda, misalnya dalam
rangka retret dan katekese, maupun nation and character building (Iswarahadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2003: 23) Fungsi film sebagai sarana refleksi atau pembinaan iman maupun
edukasi akan semakin dapat dicapai apabila diproduksi film-film yang objektif
atau film dokumenter yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang
dan dimanfaatkan secara tepat guna.
Adapun pandangan Achmad Choirudin dalam essainya “Film Pinggiran dan
Demokrasi Media” ia memandang bahwa: Film sebagai salah satu jenis media
komunikasi massa mampu merekonstruksikan realitas sosial ke dalam simbol
audio-visual. Film dapat berperan sebagai alat pengawal demokratisasi. Misal,
dalam konteks kehidupan sosial politik sebagai media penyalur aspirasi
masyarakat. Sedangkan di tengah arus kehidupan kultural, film merupakan
wahana ekspresi budaya berupa produk kesenian visual yang lebih interpretatif.
Mengingat bahwa tak jarang juga bahwa media film seringkali dimanfaatkan
pangsa pasar sebagai barang dagangan untuk meraup keuntungan. Tidaklah heran
apabila media film dapat menyeret masyarakat dalam budaya baru yang bisa
mengancam nilai-nilai yang ada dalam kehidupannya
(https://kbgmrk.wordpress.com/).
Dengan melihat peran media film dalam kehidupan masyarakat saat ini,
berdasarkan realitas dan sudut pandang yang ada, film memiliki fungsi dan
pengaruh yang besar dalam pengalaman kehidupan umat manusia. Baik itu
pengaruh yang baik maupun yang negatif. Di sinilah kemudian film perlu
dimanfaatkan dan dibawa ke arah kegunaan yang seharusnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Film dalam Dimensi Iman Kristiani
Pierre Babin dalam tulisan Iswarahadi di buku Pewartaan Iman di Zaman
Global mengatakan: Film dan televisi bekerja dengan symbolic way. Film dan
televisi menggunakan imajinasi, gambar, intuisi cerita, nyanyian, dan
pengalaman-pengalaman yang dibagikan” (Rukiyanto, 2013: 263).
Senada dengan itu, mengutip Kristianto Naku, lewat artikelnya dalam
majalah ROHANI dengan judul: Ada Apa di Balik Lensa? Mengatakan:
Kekuatan sebuah film yang baik adalah ketika penonton mampu terlibat
merasakan vibrasinya, menangkap pesan yang terkandung di dalamnya, dan
akhirnya menggugat eksistensinya. Menggugat di sini dapat diartikan
memberi inspirasi, menggugah kesadaran, memberi dimensi reflektif,
inspiratif namun juga menyentuh ke sisi terdalam diri: [akal] budi, hati, dan
kehendak penonton (Kristianto Naku, CMF. Rohani, No. 11. Tahun ke-63,
November 2016: 9).
Oleh sebab itu film adalah cara kontemporer untuk masuk dalam
pewahyuwan timbal balik antara kita dan Tuhan. Menggunakan film untuk
mengembangkan spiritualitas berarti mengimplementasikan inspirasi dasar dari St.
Ignatius Loyola pada zaman sekarang ini. Karena pada saat menonton film, kita
tidak hanya dihibur, tetapi kita juga sedang dibentuk (Iswarahadi, 2013: 107).
Dalam hal ini film mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan cara bertindak.
Adapun menurut Mangunhardjana dalam Film: Sejarah Teknik dan Seninya, film
dapat menjadi tempat belajar hidup, mengenal alam, sesama, dan dunia rohani
(Mangunhardjana, 1974: 4-7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
C. Orang Muda Katolik
1. Istilah dan Batasan Usia Orang Muda Katolik
Secara umum kaum muda adalah mereka yang berusia 15-24 tahun. Kata
kaum muda ini dipergunakan untuk menunjukkan jumlah kelompok orang yang
usianya muda. Sedangkan menurut ilmu psikologi, kaum muda adalah mereka
yang disebut dengan remaja yang mencakup muda-mudi usia Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV
(Mangunhardjana, 1986: 12).
Adapun menurut Riberu, muda-mudi adalah kelompok umur sexennium
ketiga dan keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah,
usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan usia perguruan tinggi. Ditinjau
dari segi sosiologis, patokan ini perlu dikoreksi dengan unsur status sosial. Status
sosial yang dimaksudkan ialah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan sesuai
dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu (Tangdilintin, 1984:5).
Sedangkan yang dimaksud dengan Orang Muda Katolik (OMK) menurut
buku “Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda” terbitan Komisi Kepemudaan KWI
tahun 1998, OMK adalah para lajang yang berusia 13-35 tahun. Seorang yang
sudah dibaptis, lajang dan berusia 13-35 sebagai identitas subyek penggembalaan
oleh pastoral kepemudaan. Adapun batasan rentang umur 13-35 tersebut masuk
akal dalam pastoral OMK karena alasan perkembangan psikologis serta situasi
Indonesia yang beragam (Komkep KWI, 2014: 17). Namun keuskupan dapat
menetapkan batasan usia sendiri sesuai dengan situasi pastoral setempat.
Semangatnya ialah, agar remaja dan OMK dalam rentang usia tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
terlayani lewat pembinaan yang baik. Jadi, istilah dan batasan Orang Muda
Katolik (OMK) di sini adalah orang yang berusia antara 13 hingga 35 tahun,
lajang, telah dibaptis atau telah diterima dalam Gereja Katolik (Komkep KWI,
2014: 17).
2. Kondisi Perkembangan Hidup Orang Muda.
Orang muda selalu berada dalam proses perkembangan sebagai pribadi
menuju manusia yang lebih dewasa (adolesensi). Adapun ditinjau dari sudut ini,
masalah yang selalu dihadapi oleh kelompok ini ialah memperoleh kedewasaan
dalam arti fisik, mental, emosional, sosial, moral dan religius. (Winarno, 1980:
26). Adapun yang akan diulas di sini adalah mental, emosional, sosial, moral dan
religius:
a. Perkembangan Mental
Perkembangan mental pada orang muda nampak pada gejala-gejala
perubahan dari segi intelektual dan cara berpikir. Hal ini terbukti dari penggunaan
kosakata yang akrab mereka gunakan. Pada tahap ini, orang muda pun mulai
cakap dalam berpikir secara abstrak dan kritis. Dimana orang muda mulai
menggali pengertian tentang diri sendiri, membentuk gambaran diri, panggilan
hidup dan masa depan mereka (Mangunhardjana, 1986: 13).
b. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional pada orang muda berhubungan dengan
perkembangan fisik. Hubungan tersebut juga mempengaruhi perubahan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
keseimbangan hormon dalam tubuh. Perubahan dan keseimbangan hormon
tersebut kemudian mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengenal emosi
seperti perasaan positif: bahagia, senang, bersemangat, puas, berani, cinta,
optimis, percaya diri, terharu, terdukung, bangga, diterima; juga perasaan negatif
seperti: sedih, jemu, tak bersemangat, marah, malu, bingung, sepi, takut, pesimis,
cemas, dan apatis. Oleh karenanya, masalah yang dihadapi orang muda di sekitar
perkembangan emosional adalah menilai baik-buruknya emosi dan bagaimana
menguasai dan mengarahkannya (Mangunhardjana, 1986: 13-14).
c. Perkembangan Sosial
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan, perhatian
dan dorongan dari orang lain dalam hidupnya. Sebagai pribadi yang berkembang,
kaum muda memerlukan bantuan dan dorongan dari orang lain di sekitarnya
dalam berinteraksi maupun mengembangkan pengalaman yang dimilikinya dalam
kehidupan (Mangunhardjana 1986:14). Karena itu dalam hubungan sosial
kaum muda juga sering menghadapi masalah, misalnya cara bergaul, cara
masuk kelompok dan sebagainya.
d. Perkembangan Moral
Melihat berbagai pandangan dalam kehidupan, maka kaum muda mulai
dihadapkan pada masalah pencarian patokan moral yang dapat dipergunakannya
sebagai patokan dalam bergaul bersama orang lain untuk menentukan baik
dan buruk. Masalah moral yang dihadapi kaum muda tidak terbatas pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mereka sendiri, tetapi meluas sampai pada masalah moral dalam hidup masyarakat
seperti masalah ketidakadilan, kejahatan, hak-hak asasi manusia dan peranan
yang diharapkan dari mereka dalam masyarakat. Oleh karena menghadapi
berbagai kenyataan hidup dan harus mengambil keputusan moral itu, kaum
muda mengalami berbagai ketegangan batin (Mangunhardjana, 1986: 15).
e. Perkembangan Religius
Perkembangan religius di kalangan orang muda menyangkut hubungan atau
relasi Orang Muda dengan Tuhannya. Pada tahap ini orang muda selalu
mempertanyakan segala hal yang paling dalam tentang Tuhan, berkaitan dengan
hubunganNya dengan manusia dan dunia, peran-Nya dalam hidup sekarang dan
yang akan datang. Di masa-masa inilah orang muda ingin memperoleh kejelasan
atas perkara-perkara dalam mencapai taraf kesejatian menjadi religius. Pada masa
ini mereka menghadapi masalah-masalah berat: apa arti Tuhan, arti hidup, arti
agama dan ibadat, agama dan hidup, agama dan kejahatan, arti hidup sesudah
mati. Karena itu mereka mencari informasi sebanyak-banyaknya dan menanyakan
segala hal dari sumber yang langsung dapat mereka ketahui dan dekat dengan
hidup mereka yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, agar
proses pertumbuhan dan perkembangan orang muda dapat lebih terarah dengan
baik dalam pengentasan masalah, perlu tersedia pendampingan yang memadai
dari segi tujuan, materi, serta bentuk, metode dan tekniknya (Mangunhardjana,
1986: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Situasi dan Konteks Hidup Orang Muda
Orang muda dalam masa perkembangan hidupnya menuju kedewasaan yang
lebih luas dipengaruhi banyak faktor seperti halnya pendidikan, lingkungan
tempat tinggal dan pergaulan. Tidak hanya itu, konteks hidup seperti halnya
kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan telekomunikasi yang
berkembang pesat juga mempengaruhi hidup orang muda, misalnya cita-cita, gaya
hidup, bergaul, kerja, dan mendapat hiburan. Oleh karena itu, tidak jarang hal
tersebut turut mempengaruhi dan mengakibatkan degradasi nilai hidup di
kalangan orang muda. Hal ini menyangkut sikap dan tindakan orang muda dalam
membangun tatanan kehidupan bersama, baik itu nilai kemanusiaan, demokrasi,
moralitas, bahkan religiusitas. Nilai-nilai tersebut pun dapat goyah apabila tidak
bisa dimanfaatkan dengan baik melalui pendampingan yang baik pula. Dengan
melihat kondisi, situasi, dan konteks hidup yang dialami orang muda dengan
segala perubahan, masalah, keprihatinan, pergulatan dan pergumulan yang ada
diharapkan dapat membantu pendamping orang muda mendapatkan gambaran
umum tentang orang muda. Oleh itu gambaran umum yang ada dapat menjadi
perhatian dan pertimbangan sebagai titik tolak dalam memberikan pembinaan
iman bagi orang muda (Mangunhardjana, 1986: 19-20).
4. Pola Komunikasi Orang Muda
Kaum muda memiliki kekhasan dan cara tersendiri dalam berkomunikasi
yaitu lebih menyukai suasana yang santai, menarik, dan menggembirakan.
Demikianlah kekhasan dari kaum muda yang mulai sadar dan melek akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
perkembangan media. Tidak heran apabila anak muda lebih tertarik dengan
produk budaya pop seperti film dan musik. Oleh karena itu dalam melakukan
pewartaan bagi orang muda diperlukan sarana dan media yang mendukung bagi
mereka dalam berkomunikasi (Rukiyanto (ed.), 2012: 391).
5. Orang Muda menurut Pandangan Allah dan Gereja
Dalam buku Komkep KWI yang berjudul Sahabat Sepeziarahan: Pedoman
Karya Pastoral OMK Indonesia diuraikan bahwa:
“...Allah secara istimewa menaruh orang muda di dalam hatinya. Dalam
sejarah keselamatan, Allah memanggil orang muda (tokoh-tokoh dalam
perjanjian lama yang banyak menginspirasi) sebagai rekan kerja-
Nya...Hingga puncak kerjasama itu terjadi ketika Allah memanggil Maria
(yang juga gadis muda) sebagai perantaraNya untuk mengutus Putra-Nya
menjadi manusia. Yesus muda pun yang pada akhirnya menjadi dasar dari
semua dasar pembinaan orang muda. Yesus yang muda pun memanggil
murid-murid yang juga muda sebagai rekan kerjanya untuk
memperjuangkan dan mewartakan demi terwujudnya karya keselamatan
Allah” (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 42-43).
Adapun pandangan Gereja terhadap orang muda tercermin dalam Konsili
Vatikan II (1962-1965) sebagai Konsili bersejarah dalam pembaharuan Gereja
Katolik yang menyebutkan bahwa: “...kaum muda adalah harapan dan masa depan
Gereja dan masyarakat” (GE, art. 2). Selain itu, disebutkan juga bahwa “...kaum
muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang” (AA,
art 12). Berdasarkan pernyataan yang terdapat dalam dua dokumen Konsili
Vatikan II di atas, dengan jelas Paus Paulus VI menegaskan bahwa Gereja
memandang orang muda sebagai generasi potensial yang senantiasa akan selalu
diandalkan Gereja dan masyarakat untuk melahirkan perubahan. Pandangan yang
ada memperlihatkan bahwa Orang Muda Katolik menempati posisi yang istimewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan selalu diperhitungkan perannya dalam Gereja. Selain itu Gereja juga turut
memperhatikan orang muda dengan memberikan kepada OMK aneka
pendampingan dan kegiatan seperti halnya pertemuan tingkat international,
nasional, hingga regional, contohnya: World Youth Day (WYD) Internasional
Youth Day (IYF) Asian Youth Day (AYD) Indonesian Youth Day (IYD), Temu
Moderatores (Temods), Pertemuan tingat Keuskupan,
Dekanat/Kevikepan/Wilayah Pelayanan Pastoral, Paroki, Pertemuan Kelompok
Kategorial, Kaderisasi Khusus (Tematik) dan lainnya. Aneka kegiatan-kegiatan
yang ada merupakan bentuk perhatian Gereja pada pekembangan hidup orang
muda.
Bahkan baru-baru ini sinode para uskup di Roma tentang kaum muda yang
diselenggarakan pada 18 Oktober 2018 lalu menunjukkan bukti kepedulian Gereja
terhadap kaum muda. Sinode ini mengakui bahwa dunia digital merupakan bagian
integral dari realitas keseharian oang muda, yaitu tempat berselancar, bertemu,
dan menghabiskan banyak waktu. Dunia digital merupakan realitas untuk
menjangkau dan melibatkan orang muda, termasuk dalam aktivitas pastoral.
(Subardjo, Suara Gembala, pada Teks Misa Minggu Biasa XXXII/B, 10-11 November
2018: 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
D. Katekese
1. Pengertian Katekese
Katekese secara etimologi berasal dari kata “Catechesis” (Yun.
“pengajaran”) (Suharyo, 1996: 129). Dalam Kitab Suci, pengertian dari kata
“katekese” dapat ditemukan dalam (Luk. 1: 4) “mengajar”; (Kis. 18:25)
“pengajaran dalam Jalan Tuhan”; (Kis. 21:21) mengajar; (Rm. 2:18) “diajar”; (1
Kor. 14:19) “mengajar”; (Gal. 6:6) “pengajaran”. Berdasarkan konteks ini,
katekese dimengerti sebagai tugas Gereja dalam mengusahakan pengajaran,
pembinaan, dan pendalaman iman bagi umat kristiani, supaya iman umat beriman
yang sudah dibaptis semakin diteguhkan, diterangi dan diperkembangkan, (KHK,
Kan. 773-780).
Adapun pengertian dalam anjuran apostolik Catechesi Tradende dari Sri
Paus Yohanes Paulus II menegaskan:
“Katekese ialah pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud
mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT,
art.18).
Dengan kata lain katekese adalah segala usaha Gereja untuk menolong umat
beriman kristiani semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya
dalam kehidupan sehari-hari. Yang di dalamnya terdapat unsur pendidikan,
pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan, dan pendewasaan
(Telaumbanua, 1999:5).
Dalam pengertian ini jelaslah bahwa Gereja selalu memandang katekese
sebagai hak dan kewajiban suci setiap orang atas katekese yang tidak bisa diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dari padanya. (CT, 14). Setiap orang hendaknya semakin mampu mengenal ajaran
imannya melalui pengalaman kehidupan kristiani, dan mantap mewujudkan
panggilan imannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
2. Tujuan Katekese
Adapun tujuan katekese berdasarkan Pertemuan Kateketik Keuskupan se-
Indonesia II (PKKI II) (Telaumbanua, 1999: 88) yaitu:
a. Supaya dalam terang Injil, kita dapat semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman hidup kita sehari-hari.
b. Kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya
dalam kenyataan hidup sehari-hari.
c. Dengan demikian kita semakin sempurna dalam beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan hidup beriman kristiani kita makin dikukuhkan.
d. Kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah
masyarakat.
Pada intinya tujuan khas dari katekese ini adalah berkat bantuan Allah
mengembangkan iman dalam hal pemantapan peri hidup umat beriman akan
penghayatan dan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah,
sehingga seluruh pribadi manusia diserapi oleh firman itu (CT, art. 20).
Berdasarkan tujuan ini jelaslah bahwa katekese berusaha mengembangkan iman
semua orang, termasuk di dalamnya juga orang muda. Orang muda memerlukan
katekese karena jumlah mereka yang banyak, sekaligus sebagai harapan, dan
melihat realitas bahwa orang muda kurang memahami imannya. Karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berdasarkan tujuan di atas diperlukan katekese untuk kaum muda dengan situasi
yang khas (CT, art. 40).
3. Unsur-unsur Katekese
Berdasarkan Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia (PKKI) III
unsur-unsur katekese umat meliputi:
a. Unsur dan proses menyadari pengalaman atau praktik hidup katekese umat
sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian dan berpangkal pada
apa yang sungguh dialami (Lalu, 2007:17). Oleh karena itu proses ini bertolak
dari pengalaman konkret peserta, termasuk di dalamnya adalah situasi hidup
aktual dalam masyarakat itu.
b. Unsur dan proses menyadari komunikasi pengalaman iman dalam terang
Kitab Suci Pengalaman konkrit tersebut dikomunikasikan dan diolah oleh
peserta katekese umat (Setyakarjana, 1997:75), dimana peserta katekese
memadukan pengalamannya dengan pengalaman iman umat dalam Kitab
Suci. Yang dimaksud di sini adalah bahwa umat dapat melihat campur tangan
Tuhan dalam pengalaman manusiawinya.
c. Unsur dan proses menyadari komunikasi dengan tradisi Kristiani iman kita
didasari oleh pribadi Yesus Kristus sendiri dan iman para Rasul akan Dia
sebagai Penyelamat (Lalu, 2007:18). Komunikasi iman tidak bisa terlepas
dari kesaksian para rasul seperti terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati
oleh Gereja sepanjang masa. Oleh karena itu komunikasi iman juga
menyangkut ajaran Kristiani yang dimengerti secara luas sebagai tradisi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
spiritualitas, liturgi dan segala praktik hidup Gereja yang menampakkan
Kristus.
d. Unsur dan proses menyadari arah keterlibatan baru Katekese umat sebagai
komunikasi iman harus menolong para peserta katekese untuk mengalami
panggilan mereka dan menjalankan pengutusan mereka (Lalu, 2007: 18).
Untuk itu komunikasi iman terarah pada pembaharuan hidup dan keterlibatan
kelompok umat dalam pengembangan masyarakat. Hal ini perlu diungkapkan
dalam bentuk perencanaan yang konkret sampai pada pelaksanaannya.
4. Katekese sebagai Komunikasi Iman
Yohanes Paulus II melalui Anjuran Apostolik Catechesi Tradende
menyebutkan bahwa katekese merupakan salah satu tahap evangelisasi, di mana
keduanya saling melengkapi. Dengan demikian katekese merupakan pengajaran
dan pendewasaan iman (Rukiyanto, 2012: 60). Katekese dalam kegiatannya
melaksanakan komunikasi iman melaui dialog dengan memanfaatkan segala
sarana yang mendukung proses tercapainya tujuan komunikasi iman.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi iman ialah tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antar anggota jemaat/kelompok. Melaui kesaksian, para
peserta saling membantu meneguhkan dan menghayati iman akan Yesus Kristus
secara bersama agar semakin sempurna. Umat merupakan pelaku utama dari
katekese atau komunikasi iman itu sendiri, yang mana secara pribadi memilih
Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Pempimpin
katekese (fasilitator) bertindak sebagai pengarah atau memudahkan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berlangsungnya komunikasi. Ia bertugas membangkitan semangat peserta
kateksese untuk berani berbicara (mengungkapkan pengalaman iman) secara
terbuka (Lalu, 2007:12).
5. Katekese Audio-Visual
Seperti teks disebutkan diatas, Yohanes Paulus II melalui Anjuran Apostolik
Catechesi Tradende menyebutkan bahwa katekese merupakan salah satu tahap
evangelisasi, di mana keduanya saling melengkapi. Dengan demikian katekese
merupakan pengajaran dan pendewasaan iman (Rukiyanto, 2012: 60). Katekese
dalam kegiatannya melaksanakan komunikasi iman melalui dialog dengan
memanfaatkan segala sarana yang mendukung proses tercapainya tujuan
komunikasi iman. Sehubungan dengan perubahan yang terjadi dalam peradaban
seperti sekarang ini khususnya bidang komunikasi. Perubahan ini juga tentu
berdampak pada evangelisasi (pewartaan). Sebab pewartaan ada bersama
peradaban (Adisusanto dan Ernestine, 1977:5).
Oleh karena itu media komunikasi sosial hendaknya menjadi sarana yang
masuk dalam program Gereja dalam rangka mengadakan evangelisasi yang baru
di era modern. Sebab telah terbukti keampuhannya berdasarkan prinsip “melihat,
menimbang, dan melaksanakan”, maka hendaknya audio-visual perlu diberi
perhatian yang layak dalam evangelisasi (AN, art. 11). Berkatekse dengan media
audio-visual sudah menjadi hal yang patut dimanfaatkan secara maksimal.
Apalagi di era modern seperti sekarang ini. Di mana media modern seperti audio-
visual (film) sudah menjadi sarana yang akrab dalam kehidupan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dengan demikian memanfaatkan media komunikasi sosial bukan hanya
menjadi hak melainkan sudah menjadi kewajiban dalam menyiarkan Warta
Keselamatan. Santo Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya yaitu
Catechesi Tradendae artikel 46 menegaskan bahwa
“Katekese tiada henti mencari cara-cara maupun sarana-sarana yang paling
cocok bagi perutusan, didukung oleh peranserta aktif jemaat-jemaat dan atas
desakan para gembala...langsung berpikir: tentang peluang-peluang besar
yang tersedia berkat media komunikasi sosial dan media komunikasi dalam
kelompok “group media”: televisi, film, radio, media cetak, dsb. Hasil-hasil
yang tercapai di bidang itu sedemikian rupa, sehingga memberi harapan
yang besar sekali”.
Tepatlah bahwa katekese berbasis audio-visual telah menjadi harapan besar dalam
menanggapi tantangan perkembangan. Santo Yohanes Paulus II menyebutkan
sebagai peluang besar dan berkat sehingga tidak mungkin tidak disyukuri dan
memanfaatkannya.
Katekese audio-visual memanfaatkan media audio-visual untuk menggali
pengalaman iman umat. Menurut Adisusanto (1977:8), katekese audio-visual
adalah penyampaian pengalaman pribadi sebagai seorang Kristiani. Tujuannya
bukan memperoleh pengetahuan intelektual, melainkan yang paling inti adalah
persaudaraan dengan kelompok orang yang percaya akan Kristus (1 Yoh. 1-3).
Selain itu masing-masing orang kristiani tentu mempunyai suatu pengalaman
yang unik dan pribadi tentang Yesus Kristus.
Pewartaan secara audio-visual lebih menumbuhkan iman dari pada
menjelaskannya. Melalui media audio-visual kelompok diajak saling bicara,
menyapa dengan hati, memanggil untuk bertobat, dan mendorong untuk
bertindak. Di sini peran media audio-visual lebih mendorong orang-orang ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kreativitas dari pada keseragaman iman. Media audio-visual juga memberikan
kesempatan besar untuk membentuk suatu kelompok orang beriman, di mana
komunikasi antar anggota lebih kuat dan lebih mendalam (Ernestine &
Adisusanto, 1977:9).
E. Berkatekese dengan Film Pendek bagi Orang Muda Katolik
1. Film Pendek dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik
Kegiatan katekese perlu masuk melalui dialog dalam bentuk dan ungkapan
yang sesuai dengan kebudayaan Orang Muda Katolik. Katekese merangsang
pengungkapan Injil dalam kebudayaan baru, di mana Injil ditanamkan. Sama
halnya bahwa salah satu tugas katekese berdasarkan Petunjuk Umum Katekese
(PUK) adalah untuk berbicara dalam bahasa yang sesuai dengan mereka yang
akan menerima katekese itu sendiri termasuk juga di antaranya orang muda (PUK,
art. 208)
Media komunikasi seperti media audio-visual adalah sarana komunikasi
yang secara intrinsik berhubungan dengan bahasa. Salah satu sarana yang paling
efektif dan berpengaruh adalah media massa (salah satu di antaranya ialah film).
Katekese sebagai satu tahap evangelisasi perlu masuk dalam budaya modern itu
sendiri bergantung pada besarnya pengaruh media massa (PUK, art. 209).
Sebagaimana diungkapkan Pater Pierre Babin, katekese audio-visual ialah
pesan sejauh pesan menyeluruh pancaindra, perasaan, badan, gagasan”. Dalam
katekese audio-visual iman yang dikomunikasikan melalui perasaan dan getaran
pribadi, bukan malah kalimat seragam. Sebab dalam katekeses audio-visual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dituntut ada komunikasi timbal-balik antara katekis dan kelompok (Ernestine &
Adisusanto, 1977:8-9). Kemudian Gereja melacak dengan cermat ciri generasi
muda masa kini yang begitu kompleks; dengan menunjukkan bahwa kaum muda
menggunakan bahasa tertentu, dan bahwa amanat Yesus harus diterjemahkan
dalam bahasa itu dengan sabar dan bijaksana tanpa mengkhianatinya; dengan
memperlihatkan bahwa orang muda berhasrat ingin mengenal Yesus (CT, 40).
Film merupakam sarana yang baik dalam menjemput pengalaman peserta
katekese, yang nantinya akan direfleksikan dalam terang iman untuk menemukan
sikap hidup yang baru. Dalam hal ini katekese memiliki tiga aspek penting,
pertama pengalaman hidup dapat diungkapkan dalam berbagai metode, salah
satunya dengan film. Kedua, refleksi iman yang dapat ditemukan dalam Kitab
Suci dan Ajaran Gereja. Film yang digunakan untuk merangsang imajinasi dan
perasaan dalam menemukan nilai baru dari pengalaman hidup yang pernah
dialami atau sejauh ditayangkan dalam film (Mite, 2012:79).
2. Konsekuensi Berkatekese dengan Film Pendek
Penggunaan Film pendek sebagai media audio-visual dalam pewartaan
memiliki beberapa konsekuensi yang perlu dipikirkan: Pertama, yaitu
penyampaian iman tidak dalam bentuk doktrin, melainkan sebagai pertemuan
rohani dengan afektivitas yang otentik. Katekese audio-visual menyampaikan diri
sendiri, bukan rumusan yang seragam. Dalam berkatekese dengan audio-visual
iman adalah hal yang dikomunikasikan, yakni melalui perasaan bukan kalimat
yang seragam. Berkatekese menggunakan audio-visual dituntut adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
komunikasi iman timbal-balik antara pendamping dan kelompok. Hal ini
dimaksudkan bahwa kita menghayati iman dalam hati, dan hal ini tidaklah mudah
bagi sebagian orang. Kedua, yakni tempat. Pertimbangan tempat adalah hal yang
paling baik. Tempat yang paling baik adalah lingkungan yang sungguh-sungguh
hidup. Ketiga, yakni bahan/materi katekese audio-visual (Ernestine & Adisusanto,
1977:9-10).
3. Kriteria Film Pendek dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan film dalam
berkatekese menurut Yongki Saputra dalam Mite (2012:81-83) ialah:
a. Jenis Film Sesuai dengan Tema dan Tujuan yang Akan Ditetapkan
Berdasarkan isinya film dibagi atas film fiksi dan non fiksi. Karena
banyaknya jenis film, maka perlu memilih film yang cocok. Sebab, tidak semua
film menyampaikan nilai-nilai yang dapat disharingkan dalam sebuah proses
katekese. Film yang digunakan harus sesuai dengan tema dan tujuan yang telah
ditetapkan sekaligus memiliki makna sesuai kebutuhan peserta.
b. Jenis Film yang Dipilih Sesuai dengan Peserta
Pemilihan film berdasarkan kebutuhan peserta dan situasi hidup peserta
menjadi hal yang mutlak diperhatikan. Dalam arti ini, perlu memilih film yang
sesuai dengan situasi hidup dan nilai-nilai yang hendak dikembangkan bagi
peserta khususnya Orang Muda. Pada dasarnya, semakin muda usia peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
katekses, maka semestinya memilih film yang mudah dicerna. Makna film tidak
boleh film yang terlalu dalam dan rumit.
c. Durasi Waktu Film
Selain itu durasi waktu film perlu disesuaikan. Adapun durasi ideal yakni 15
menit. Alasan durasi yang singkat adalah, pertama, daya tangkap dan cerna
peserta atas film tidak sama. Kedua, karena fungsinya sebagai sarana pendekatan
antropologis, maka tidak boleh mendominasi proses katekese. Hal tersebut tidak
lain bahwa inti proses katekese adalah refleksi iman yang bersumber dari Sabda
Allah, yang pada akhirnya dapat membantu seseorang menemukan nilai dan sikap
hidup yang baru.
d. Kitab Suci, Tradisi dan Ajaran Gereja
Film hanyalah sarana untuk merangsang pengalaman dalam proses katekese.
Sebab inti katekese adalah menemukan nilai yang merupakan pedoman hidup.
Nilai-nilai tersebut dapat diperoleh dalam Kitab Suci, Tradisi, dan Ajaran Gereja
yang merupakan inti dari setiap proses katekese. Kitab Suci, Tradisi, dan Ajaran
Gereja dijadikan terang iman sebagai pedoman hidup peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN PROGRAM PENGGUNAAN FILM
PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE BAGI
ORANG MUDA KATOLIK
Gereja Katolik dalam kegiatan perutusannya selalu bertitik tolak dari
situasi umum menuju ke situasi khusus umat. Situasi yang dimaksudkan adalah
realitas yang dihadapi, dirasakan, dan dihayati oleh umat setempat dalam
mengembangkan iman bersama. Selain bertitik tolak dari situasi umat, sejarah
pengembangan iman juga tidak bisa dipisahkan dari tujuan visi-misi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah dalam perjalanan hidup umat. Oleh karena itu
pemenuhan kebutuhan pengembangan iman umat, khususnya Orang Muda
Katolik perlu dilaksanakan secara kontekstual, efisien dan tepat guna, sejalan
dengan visi dan misi Kerajaan Allah. Adapun upaya dalam mengenal situasi
umum dan situasi khusus Gereja setempat secara mendalam akan membantu
proses untuk memahami perjalanan dan perkembangan iman umat. Pemahaman
tersebut akan membuka kemungkinan untuk menemukan nilai-nilai keutamaan
iman yang dapat dikembangkan di tengah kehidupan umat setempat. Dengan
demikian, pendampingan yang diberikan dapat membantu umat, khususnya Orang
Muda Katolik dalam mengembangkan imannya di tengah kehidupan bersama.
Di dalam bab III ini penulis memaparkan rancangan gambaran penelitian
program penggunaan film pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi
Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh,
Kulon Progo, Yogyakarta. Unsur-unsur yang akan diuraikan dalam bab ini ialah:
Situasi dan gambaran umum umat setempat dan secara khusus Orang Muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Katolik, analisis kebutuhan serta tema katekese dan usulan program katekese bagi
Orang Muda Katolik di Paroki tempat penelitian dilaksanakan.
A. Situasi Umum Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
1. Sejarah Singkat Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
a. Sekilas Sejarah Gereja
Berdasarkan buku profil paroki (Dewan Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh, 2018: 11) sebelum tahun 1936, umat katolik Paroki
Administratif Pelem Dukuh mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Boro.
Sejak dibangunnya gedung gereja Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan,
umat mengikuti misa di Paroki Nanggulan yang berjarak ± 15 km, ditempuh
dengan jalan kaki selama ± 2,5 jam. Pada tahun 1948 mulai diadakan misa di
Stasi. Pada waktu itu yang dipilih adalah rumah Bapak Pontianus Kromo
Martono. Rumah ini biasanya dipakai untuk misa, akhirnya diserahkan
sepenuhnya kepada umat Gereja. Hal itu terbukti, ketika Gereja membeli rumah
joglo untuk kapel, rumah tersebut dijual untuk menambah biaya pembelian. Pada
tahun 1967 rumah joglo didirikan di pekarangan Bapak Pontianus Kromo
Martono, sebagai kapel terpisah dengan rumah pribadi. Tahun 1973 umat bekerja
keras siang-malam menyiapkan lokasi baru (“bebatur”) untuk memindahkan
kapel. Lokasi baru tersebut terletak di lereng Gunung Pengilon, ± 100 m dari
lokasi lama, adapun status tanahnya merupakan tanah Pemerintah Daerah, dan
terakhir disebut sebagai tanah negara. Pada tahun 1974 kapel dipindahkan ke
lokasi baru, dengan pemakaian tanah atas ijin pemerintah Desa Purwosari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
b. Sejarah Singkat Kepemilikan Tanah Gereja
Sehubungan dengan sejarah singkat kepemilikan tanah gereja, berdasarkan
buku profil paroki (Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh, 2018: 11): Pada tahun 1965 sebenarnya Gereja membeli sebidang tanah
seluas ± 1000 m2 yang terletak di Dusun Sabrangkidul Desa Purwosari Kecamatan
Girimulyo. Semula tanah tersebut akan dipakai untuk mendirikan bangunan kapel,
namun tidak jadi karena ternyata menjadi tanah sengketa dan belum selesai
sampai sekarang. Sejak dieksekusi atas putusan pengadilan pada tahun 1969,
Gereja menjadi salah satu korban akibat sengketa tanah dan putusan pengadilan
tersebut. Dengan dasar keputusan pengadilan tersebut, pada tahun 1987, atas
amanat wakil Gubernur Propinsi DIY (Paku Alam VIII), pemerintah desa
menerbitkan Surat Tanda Hak Pakai Tanah tempat berdirinya kapel dan sekitarnya
± seluas 2500 m2, yang setelah diukur ternyata seluas 3100 m2. Pada tahun 1994
Dewan Stasi mengajukan permohonan ke Badan Pertanahan Negara (BPN) untuk
melelang tanah tersebut menjadi milik Gereja. Baru tahun 1997 dikabulkan 50%
(1550 m2) dan ternyata di sertifikat tanah tertulis Hak Guna Bangunan (HGB),
dengan masa berlaku 20 tahun. Selanjutnya perlu diperjuangkan agar tanah lokasi
Gereja tersebut dapat menjadi hak milik Gereja. Mengingat secara geografis
Paroki Administratif ini jauh dari paroki induk, maka sejak tahun 1975 Pastor
Paroki Nanggulan (Romo Ambrosius Adiwardoyo, Pr), meminta agar pengurus
stasi mulai menyelenggarakan administrasi sendiri. Mulailah diadakan Buku
Induk Permandian, disusul Buku Induk Perkawinan, dan buku-buku administrasi
yang lain. Sejak itu umat di stasi ini secara de facto merasakan sebagai stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
otonom, namun juga menyadari secara de yure, belum ada pengakuan resmi dari
Keuskupan Agung Semarang. Pada akhir tahun 2012 tepatnya tanggal 28
November 2012, Gereja Santa Maria Fatima Pelem Dukuh mengirim surat kepada
Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang untuk menerbitkan SK penetapan
status Stasi Pelem Dukuh. Pada tanggal 4 Desember 2012, Bapak Uskup
mengutus Tim Visitasi, berdasarkan rekomendasi Rapat Dewan Imam tanggal 11
Desember tahun 2012 di Pastoran Sanjaya Muntilan (PSM). Adapun Keputusan
Bapak Uskup dalam Rapat Kuria tanggal 24 Desember 2012 di Kantor Uskup
Semarang, Gereja Santa Maria Fatima Pelem Dukuh yang hanya memohon
pengesahan menjadi Stasi mandiri justru ditingkatkan statusnya menjadi “Paroki
Administratif”. Peresmian penetapan Stasi Pelem Dukuh menjadi Paroki
Administratif dilaksanakan tanggal 22 Desember 2013 dengan ditandai
penandatanganan Prasasti dan penyerahan monumen hidup berupa 9 ekor
kambing kepada KLMTD oleh Bapak Uskup.
2. Letak Geografis Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
Berdasarkan buku profil paroki (Dewan Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh, 2018: 6) Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh beralamat Patihombo, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta, tepatnya berada di wilayah perbukitan Menoreh dengan
ketinggian antara 700 m sampai 800 m dari permukaan laut. Paroki ini merupakan
bagian dari Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan, Kevikepan Daerah
Istimewa Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Daerah Istimewa Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
memiliki luas wilayah 3.185,80 km2 yang terletak di bagian Selatan Pulau Jawa.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian tengah yang berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah dan Samudra Hindia. Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh berada di wilayah Kecamatan Girimulyo yang memiliki
letak geografis di bagian Barat Kecamatan Kaligesing, bagian Utara Kecamatan
Samigaluh, bagian Timur Kecamatan Nanggulan, sedangkan bagian Selatan
Kecamatan Pengasih dan Kokap.
3. Jumlah Lingkungan dan Komposisi Umat di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh
a. Jumlah Lingkungan
Paroki Administratif Pelem Dukuh terdiri 9 lingkungan dengan perincian
sebagai berikut (Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh,
2018: 7):
Tabel 1. Jumlah Kelompok Keluarga (KK) dan Umat Perlingkungan
NO NAMA LINGKUNGAN JUMLAH KK JUMLAH UMAT
1) Stephanus Mranggen 44 kk 115
2) Fransiscus Xaverius Patihombo 51 kk 152
3) Pontianus Dukuh 46 kk 148
4) Carolus Boromeus kalipetung 29 kk 69
5) Yohanes Jatiroto 18 kk 52
6) Vincentius Gedong 33 kk 102
7) Paulus Promasan 19 kk 40
8) Petrus Pelem 30 kk 76
9) Gabriel Dangsambuh 14 kk 48
Jumlah 310 kk 807 jiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Komposisi Umat
Komposisi jumlah umat 807 jiwa, dengan komposisi:
Tabel 2. Komposisi Usia Kategorial Umat dalam Jumlah
No. Usia Kategorial Jumlah
1. Tua 268 jiwa
2. Dewasa 286 jiwa
3. Muda-mudi/OMK 75 jiwa
4. PIR 40 Jiwa
5. PIA 83 Jiwa
6. Anak-anak 55 jiwa
Jumlah 807 jiwa
4. Situasi Umat di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
a. Sosial Budaya
Umat Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah umat pedesaan, Jawa,
agraris, dan hidup dengan penuh kesederhanaan. Umat mempunyai sikap yang
lugas dan terbuka terhadap hal-hal yang diberikan oleh imam sebagai gembala.
“Kula ndherek kersanipun Rama”. Ungkapan ini bukan sekedar rumus klise
sebagai sikap hormat, namun juga bisa dimaknai sebagai cara seseorang
menempatkan diri demi menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Iman diterima
sebagai keniscayaan dan harus dihayati dalam hidup konkret, bukan lagi rumus
yang harus didiskusikan (Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh, 2018: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b. Mata Pencaharian dan Ekonomi
Seperti daerah pedesaan yang lain, pada umumnya mata pencaharian umat
adalah petani, yaitu bercocok tanam di ladang dan beternak ayam, kambing atau
sapi sebagai sampingan. Tanah pertanian di daerah ini merupakan tanah pertanian
tadah hujan. Untuk menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, dan umbi-
umbian hanya mengandalkan air hujan, karena tidak ada irigasi, bahkan apa bila
kemarau air bersih untuk minum pun agak kesulitan. Sebagian besar umat
menanami kebunnya dengan tanaman kayu hutan seperti sengon laut, mahoni, dan
lain-lain. Juga tanaman perkebunan seperti cengkih, kopi, dan kakao. Sebagian
umat bekerja sebagai Guru, PNS, perangkat desa, pedagang, tukang, buruh tani
atau bangunan. Secara ekonomi, dengan pekerjaan tersebut pada umumnya umat
berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah, bahkan sebagian keluarga tidak
mampu dan membutuhkan bantuan untuk menopang hidupnya (Dewan Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, 2018: 8).
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan sebagian besar umat tergolong rendah, hanya tamatan
SLTP atau SD, namun sebagian juga lulusan SMTA, bahkan Perguruan Tinggi
dengan level D2, D3, S1 dan S2. Keberadaan lembaga pendidikan katolik di
Paroki ini, yaitu TK Kanisius, SD Kanisius, dan SMP Sanjaya mempunyai peran
besar dalam peningkatan pendidikan dan pengembangan iman umat, terutama
benih-benih panggilan untuk menjadi biarawan atau biarawati. Namun eksistensi
lembaga pendidikan tersebut juga terancam makin kurangnya jumlah siswa, biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pendidikan yang kurang/tidak terjangkau, bahkan keinginan yayasan untuk
menutup dengan alasan keuangan. Kami sangat berharap Komisi Pendidikan
Keuskupan Agung Semarang memberikan perhatian khusus pada hal tersebut
(Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, 2018: 9).
d. Peran Serta Umat di Masyarakat
Tokoh-tokoh umat di Paroki Administratif ini sebagian besar sekaligus
bekerja sebagai pendidik/guru. Peran sosial ini cukup strategis bagi kehidupan
masyarakat pada umumnya. Peran yang diampu tentu saja di luar jabatan resmi
yang diembannya. Umat pada umumnya juga secara terbuka berperan aktif dalam
kehidupan masyarakat, bersama umat agama lain. Beberapa peran penting yang
diampu oleh umat di antaranya (Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh, 2018: 9):
1) RT/RW : 12 orang
2) Dukuh : 4 orang
3) LPMD : 1 orang
4) BPD : 4 orang
5) Pamong desa : 3 orang
6) Pengurus PKK : 7 orang
7) Ketua Kelompok Tani : 6 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
5. Kehidupan Menggereja dan Rohani Umat di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh
Beberapa kegiatan kehidupan menggereja dan rohani yang sering
dilaksanakan umat Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
berdarkan buku Profil Paroki (Dewan Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh, 2018: 10) di antaranya:
a. Kehidupan iman umat di Paroki administratif ini cukup bagus dan mengalami
peningkatan terus, ditandai dengan keikutsertaan umat dalam kegiatan-
kegiatan rohani seperti: pendalaman iman bulanan/lapangan di setiap
lingkungan, doa rosario mingguan, renungan bulan kitab suci, renungan APP,
renungan adven, misa lingkungan, dan kegiatan-kegiatan yang lain.
b. Dengan dibukanya tempat doa/ziarah Goa Maria Lawangsih, menjadi daya
tarik yang eksklusif bagi aktivitas doa umat, baik secara individu, kelompok,
maupun kebersamaan dalam perayaan-perayaan ekaristi. Ini menggambarkan
makin intensifnya devosi umat terhadap Bunda Maria.
c. Sejak beberapa tahun terakhir, selain perayaan ekaristi setiap Minggu pagi,
juga diadakan Misa Jum’at pertama, animo umat untuk mengikuti misa juga
meningkat, ditandai dengan kehadiran umat yang terus bertambah.
d. Untuk menyemangati hidup menggereja umat Paroki Administratif Pelem
Dukuh, mulai tahun 2014, Romo Paroki berinisiatif mengadakan misa pagi
setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu ketika Romo Paroki tinggal dan menginap
di “Pastoran” Paroki Administratif Pelem Dukuh. Namun dengan
keterbatasan jumlah Romo akhir-akhir ini pelaksanaan Misa pagi terhenti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
B. Penelitian tentang Manfaat Penggunaan Film Pendek sebagai Media
Audio-Visual dalam Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
Guna memahami seberapa besar manfaat film pendek sebagai media
audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, maka perlu dilakukan penelitian dengan
beberapa tahapan di antaranya; perancangan program katekese, pelaksanaan
program, persiapan penelitian, serta pelaksanaan program. Berikut beberapa
pembahasan mengenai pokok-pokok yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan
sebelum melaksanakan penelitian di antaranya:
1. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang diangkat, berikut ini rumusan
permasalahan penelitian sebagai berikut: Manfaat film pendek dalam katekese
bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta?
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Manfaat film
pendek sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah data yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dan prilaku yang diamati. Penelitian ini bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012:6). Teknik pengumpulan
data yang akan diusahakan untuk melaksanakan penelitian di antaranya
wawancara, dan obeservasi. Dalam penelitian ini konteks khusus yang akan
diteliti adalah manfaat penggunaan film pendek dalam katekese bagi Orang Muda
Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
4. Populasi dan Sampel
Subjek penelitian adalah Orang Muda Katolik di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh. Objek penelitian adalah manfaat penggunaan
film pendek dalam katekese bagi Orang Muda Katolik.
5. Tempat dan Waktu Pelaksanan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh dan dilaksanakan pada 28 April 2019 dan 05 Mei 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Fokus
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana manfaat film pendek sebagai
media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik.
b. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen evaluasi dari
evaluator berdasarkan hasil proses dan wawancara terstruktur dengan peserta yang
dipilih. Evaluasi dan wawancara terstruktur digunakan untuk memperoleh data
secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh dengan panduan
pertanyaan yang telah disiapkan.
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui manfaat film pendek sebagai media audio-visual dalam
katekese bagi Orang Muda Katolik (OMK) digunakan instrumen:
Tabel 3. Instrumen Penelitian.
Fokus Penelitian Aspek Jumlah
Media Audio-Visual Pemahaman dan peranan Media Audio-Visual 3
Film Pendek Materi Film Pendek 3
Katekese bagi OMK Katekese bagi OMK 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Pengembangan Instrumen
Tabel 4. Pengembangan Instrumen
No Pertanyaan
A. Pemahaman dan Peranan Media Audio-Visual dalam Katekese
(Pendalaman Iman) bagi Orang Muda Katolik
1. Apa yang saudara-saudari pahami tentang audio-visual?
2. Apakah media audio-visual membantu proses katekese (pendalaman iman)
saudara-saudari?
3. Apakah penggunaan media audio-visual sungguh bermanfaat dalam
katekese (pendalaman iman) bagi Orang Muda Katolik? Mengapa?
B. Materi Film Pendek dalam Katekese (Pendalaman Iman) bagi Orang
Muda Katolik
1. Apakah materi film pendek mampu mendukung katekese (pendalaman
iman) saudara-saudari?
2. Ketika menyaksikan film pendek, apakah kawan-kawan menemukan nilai-
nilai hidup atau injil?
3. Apa yang perlu ditingkatkan dalam penggunaan materi film pendek dalam
proses katekese?
C. Pemahaman dan Proses Katekese (Pendalaman Iman) bagi Orang
Muda Katolik
1. Apakah yang saudara/saudari pahamai tentang katekese (pendalaman
iman) bagi Orang Muda Katolik itu?
2. Menurut pendapat saudara/saudari, apakah katekese (pendalaman iman)
perlu dilakukan secara rutin? Mengapa?
3. Bagaimana sikap saudara/saudari ketika mengikuti katekese (pendalaman
iman)? Apa bentuk keterlibatan yang saudara/saudari tunjukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
e. Teknik dan Alat
Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari obeservasi
awal, evaluasi dari evaluator, wawancara terstruktur, dan dokumentasi.
1) Evaluasi dari evaluator untuk mendapatkan data dari hasil proses katekese
dengan menggunakan film pendek.
2) Wawancara terstruktur untuk mendapatkan data dari OMK, sementara itu
pertanyaan sudah disiapkan oleh peneliti.
3) Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data dengan cara pengambilan
foto dan video.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Upaya analisis data kualitatif ini dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasi data, memilah-milah menjadi satuan yang akan
diolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dapat dipelajari dan memutuskan apa yang akan
dideskripsikan, diinterprestasikan dan menarik kesimpulan (Sugiyono 2015: 334)
8. Pengolahan Data
Dalam bagian ini penulis mendeskripsikan secara kualitatif manfaat film
pendek dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh. Pengumpulan data dalam metode ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
wawancara mendalam yang melibatkan sebanyak 5 responden yang terdiri dari
OMK yang merupakan peserta katekese.
Upaya analisis data kualitatif ini dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang bisa
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang bisa dipelajari dan memutuskan apa yang akan
dideskripsikan. Agar memudahkan menyampaikan hasil wawancara, penulis
memberikan kode setiap responden dengan huruf R (Sugiyono 2015: 334)
9. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah Orang Muda Katolik di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh. Responden dalam hal ini adalah para informan
yang telah mengikuti proses dari program katekese dengan didukung dengan film
pendek sebagai media audio-visual, sesuai dengan rancangan peneliti.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu dalam penelitian ini yakni peserta yang terlibat
aktif dalam mengikuti proses katekese (Sugiyono 2015: 124). Dalam purposive
sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang telah diketahui sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Adapun jumlah peserta aktif dalam katekese adalah 19 orang muda. Dari
populasi tersebut, peneliti mengambil sebanyak 5 orang muda sebagai responden
untuk diwawancara. Identitas responden adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Identitas Responden
No. Kode Responden Umur Jenis Kelamin
1. R1 23 Perempuan
2. R2 19 Perempuan
3. R3 20 Laki-laki
4. R4 23 Laki-laki
5. R5 30 Laki-laki
C. Analisis Situasi, Kebutuhan, dan Usulan Tema Katekese bagi Orang
Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh
1. Analisis Situasi dan Kebutuhan OMK di Paroki Administratif Santa
Maria Fatima Pelem Dukuh
Berdasarkan survai lapangan pada 05 Maret 2019, peneliti melakukan
wawancara dengan ketua dan salah satu pengurus Orang Muda Katolik (OMK) di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh. Adapun hasil dari
wawancara tersebut yang dapat peneliti peroleh sebagai analisis terkait situasi
OMK Paroki Pelem Dukuh di antaranya kepedulian sosial dan kepedulian OMK
terhadap lingkungan hidup, serta kegiatan dalam membangun sikap toleransi antar
umat beragama. Selain itu terdapat juga kegiatan-kegiatan seperti halnya
pendalaman iman, rosario yang masih dilaksanakan dalam bulan-bulan tertentu.
Beberapa kegiatan yang bersifat kepedulian sosial yang pernah dilaksanakan
OMK Pelem Dukuh ialah kunjungan ke rumah para jompo, dan pernah turut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
membantu korban bencana tanah longsor di daerah Pelem Dukuh beberapa tahun
lalu dengan membangun posko pengumpulan sembako. Adapun yang bersifat
kepedulian terhadap lingkungan hidup adalah melakukan kegiatan reboisasi
(menanam pohon). Sedangkan kegiatan yang sifatnya membangun budaya
toleransi antar umat beragama dilakukan pada saat diselenggarakannya kirap salib
AYD dan kegiatan panggung budaya yang melibatkan pihak di luar Gereja
Katolik. Untuk kegiatan yang sifatnya kerohanian ialah doa rosario dan
pendalaman iman yang dilaksanakan pada masa bulan-bulan tertentu masih
bersifat rutin dalam bentuk doa bersama.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan OMK di
Pelem Dukuh sejauh ini ternyata hanya diikuti oleh beberapa OMK tertentu saja
(usia 21-35) dan belum sepenuhnya diikuti oleh seluruh OMK yang berusia 13-20.
Ketidakterlibatan OMK yang berusia 13-20 dikarenakan masih minimnya
keberanian dan kesadaran dalam hal kepedulian untuk terlibat dalam kegiatan.
Oleh karena itu ada harapan dari OMK senior untuk dapat melibatkan adik-adik
OMK lainnya. Hal itu diharapkan bisa dilakukan lewat kebersamaan dalam
pendalaman iman bersama guna meningkatkan keberanian adik-adik OMK
lainnya untuk berani menjawab panggilan imannya.
2. Usulan Tema Katekese bagi OMK di Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh
Berdasarkan analisis situasi dan kebutuhan Orang Muda Katolik (OMK) di
Paroki Pelem Dukuh, penulis memberikan usulan tema-tema katekese dengan
memanfaatkan film pendek sebagai media audio-visual bagi OMK di antaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama
Kekhasan yang sering dilakukan Orang Muda Katolik (OMK) di Pelem
Dukuh adalah kegiatan pendalaman iman bersama dalam bulan-bulan tertentu,
seperti halnya masa prapaskah dan adven, serta kunjungan ke rumah para jompo
dan kegiatan sosial lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi sarana bagi OMK
dalam membangun solidaritas sebagai sesama manusia dalam menjalankan
fungsinya sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Tema ini sangat
diharapkan dapat membantu tumbuhnya dorongan dalam diri Orang Muda Katolik
agar semakin berani bersolidaritas dengan sesama yang membutuhkan bantuan
dan pertolongannya.
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup
Kekhasan daerah geografis yang dimiliki Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh adalah daerah pedesaan yang dekat dengan alam. Oleh
karena itu, apa yang pernah dilakukan OMK dalam kegiatannya yang bersifat
kepedulian terhadap lingkungan hidup yakni pernah melakukan reboisasi
(penanaman pohon) di wilayah perbukitan Manoreh. Juga kehidupan keseharian
umat setempat yang banyak menggantungkan kebutuhan ekonominya dengan
alam. Dengan demikian keharmonisan hidup masyarakat dengan alam sangatlah
harus dijaga. Tema ini sangat diharapkan dapat membantu mendukung gerakan
peduli lingkungan hidup wilayah paroki setempat sesuai dengan apa yang menjadi
perhatian di Keuskupan Agung Semarang dalam menjaga rumah bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Beberapa usulan tema di atas nantinya akan menjadi pedoman untuk
menentukan film pendek. Beberapa film pendek yang terpilih akan digunakan
sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
D. Analisis Film Pendek sebagai Media Audio-Visual dalam Ketekese bagi
Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh
1. Film Pendek yang dipilih sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese
bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh
Berdasarkan hasil survai di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh dengan mewawancarai Ketua dan Anggota Orang Muda Katolik,
peneliti merumuskan dua tema yang dijadikan acuan untuk pemilihan film
pendek. Tema yang dirumuskan berdasarkan hasil survai dan wawancara adalah
berani bersolidaritas dengan sesama dan membangun sikap peduli lingkungan
hidup. Tema tersebut akan didukung dengan film pendek yang paling cocok dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Analisis Film Pendek
Analisis Film pendek ini digunakan sebagai media audio-visual dalam
proses katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki Admisnistratif Santa Maria
Pelem Dukuh. Sebelum digunakan sebagai media katekese, penulis terlebih
dahulu menganalisis film pendek yang akan digunakan. Tujuannya ialah untuk
mengeksplorasi nilai yang terkandung dalam film pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama
1) Judul Film Pendek terpilih : “Kinetik”
2) Produksi : Putri Tanjung
3) Sutradara : Putri Tanjung
4) Tahun Rilis : 2017
5) Bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan dalam Film Pendek “Kinetik”
Film pendek “Kinetik” (hal yang berkaitan dengan gerak), pada
bagian awal dibuka dengan sebuah realita yang terjadi di Ibukota atau Kota
Jakarta sebagai Kota Megapolitan. Realita yang ditunjukkan lewat visual
tersebut terdiri dari berbagai kondisi kehidupan lapisan masyarakat dengan
beraneka ragam status sosial penghuninya. Bagian ini diawali dengan sebuah
pengantar yang diungkapkan oleh Karim. Ia mengungkapkan bahwa: “Jakarta
dengan segala kemegahannya seakan menjanjikan orang-orang mewujudkan
semua khayalannya serta angan-angan di tempat itu. Di Jakarta semua orang
tak berhenti bergerak meskipun harus berdesakan dengan segala kesibukan,
sehingga jalannya terlalu sempit untuk dilalui. Marah, tawa bahkan tangis
sudah menjadi bagian dari Jakarta. Banyak yang bilang Jakarta itu keras,
tetapi segalanya (kehidupan) terjadi di sana, walaupun demikian manusia sulit
untuk berpaling dari sebuah tempat yang bernama Jakarta”. Itulah gambaran
yang terjadi dan terus melekat pada Jakarta.
Di dalam film pendek ini dikisahkan persahabatan tiga anak muda
kekinian yang telah mencapai kesuksesan dalam bidang kerja masing-masing.
Mereka adalah Karim (seorang desainer interior), Dhea (seorang penari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
profesional), dan Kevin (seorang programmer andal di perusahaan IT
ternama). Mereka bertiga berhasil meraih impian mereka dan mencapai
semua yang mereka inginkan dalam hidup mereka. Lelah menjalani rutinitas
pekerjaan, mereka bertemu dan refleksi bersama dan terungkap pengakuan
bahwa masih ada ruang kosong dalam diri mereka. Ada sesuatu yang
membuat mereka merasa hampa. Situasi ini terukap dari apa yang
diungkapkan oleh Karim, ia mengatakan: "Kalau semua target dan mimpi kita
sudah tercapai, apa lagi yang harus kita cari? Ketika kita berkerja untuk
menghidupi diri, juga berkarya untuk memuaskan batin. Apalagi yang harus
kita lakukan supaya terus merasa hidup? Atau definisi sukses versi kita ada
yang salah?". Apa yang diungkapkan ini bukan karena mereka tidak
bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Kata-kata ini sangat memberikan
kesan tersendiri.
Singkat cerita, Karim yang terus berkutat dengan segala pikirannya
menemukan sebuah keinginan. Sebuah hal baru dan tantangan untuk
membangun diri, Karim dengan segala persiapannya pun mengajak kedua
sahabatnya yaitu Dhea dan Kevin untuk bergerak dalam membentuk sebuah
perubahan. Mereka keluar Jakarta dan mencari hal baru tersebut, 2 jam
perjalanan dari Jakarta mengantarkan mereka ke sebuah desa. Tidak seperti
yang mereka bayangkan, sekolah di desa tersebut benar-benar membuat
mereka terkejut. Bangunan-bangunan seadanya, lantai rusak, buku-buku
untuk belajar tidak layak pakai, dan masih banyak kerusakan lain nya.
Kemudian hal ini membuat perasaan dan hati mereka diketuk oleh keingian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
untuk tergerak memberikan dan melakukan seuatu perubahan dengan
mengajar anak-anak menari yang dilatih oleh Dhea, sedangkan Karim dan
Kevin merenovasi sekolah.
6) Simbol-simbol dalam Tayangan Film Pendek “Kinetik”
Bagian awal dalam tayangan film Pendek ini menayangkan beberapa
simbol yang menarik disimak yakni kehidupan kota Jakarta, kemewahan yang
terdapat di dalamnya dan juga kemiskinan yang ada di sana. Kemudian
bertolak di sebuah desa yang hanya berjarak 2 jam dari kota Jakarta, di sana
terdapat perbedaan yang sangat beda mulai dari jalanan, jembatan dan
sekolah dengan kondisi bangunan yang memprihatinkan. Dalam film juga ada
selingan berupa lagu barisan muda bergerak menggantikan yang berserak.
Selain itu dalam tayangan juga dilukiskan kehidupan awal Karim dan Kevin
pada awalnya hanya anak-anak jalanan yang menjual koran bertemu dengan
Dhea dan belajar bersama pada kemudian hari mereka berhasil dan memiliki
kepedulian terhadap sesama di sekitar mereka.
7) Kesan dan Makna yang terdapat dalam Film Pendek “Kinetik”
Film pendek ini memberikan makna dan pesan tentang nilai
kepedulian sosial bagi generasi muda dalam melakukan perubahan. Untuk
itu, diperlukan sebuah gerakan dan aksi nyata yang berarti bagi lingkungan
sekitar agar menjadi lebih baik. Film ini mengisahkan sebuah perjalanan dari
hati dan sebuah pergerakan untuk mewujudkan impian dari adik-adik penerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
generasi bangsa yang berada di sekolah tersebut. Lewat film ini generasi
muda diharapkan memiliki sudut pandang yang berbeda, jangan hanya
melihat satu arah, dalam artian hanya memikirkan diri sendiri. Lihatlah arah
lainnya, mereka yang membutuhkan uluran tangan, agar kita mengetahui apa
itu dunia.
Menghitung apa saja yang sudah kita dapat di dunia ini rasanya
sepuluh jari tangan pun tidak cukup untuk menghitungnya, tetapi menghitung
apa yang sudah kita berikan untuk dunia ini rasanya mungkin satu hitungan
jari pun belum tentu ada, demikian pesan dalam film. Oleh karena itu kita
jangan pernah lupa dari mana kita berasal dan selalu rendah hati, harus terus
bergerak untuk memberikan suatu perubahan dengan membahagiakan orang
lain. Dan itu bukan tentang apa yang sudah dimiliki dalam hidup, melainkan
tentang apa yang bisa dilakukan untuk sesama di sekitar yang dalam
mengukir makna kebahagiaan.
8) Manfaat yang Dapat Diperoleh dari Film Pendek “Kinetik” bagi Orang
Muda Katolik
Kebutuhan yang dapat diperoleh dalam film pendek ini, khususnya
bagi Orang Muda Katolik di antaranya bagaimana menciptakan suatu
perubahan. Orang Muda Katolik perlu melakukan sebuah gerakan yang dapat
memberikan kontribusi kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar agar
menjadi lebih baik. Orang Muda Katolik perlu menyadari dari mana ia
berasal (sebagai ciptaan Allah dan makhluk sosial), ia harus selalu rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hati, bergerak bagi sesama untuk memberikan suatu perubahan dengan
membahagiakan orang lain dan mewujudkan karya keselamatan Allah.
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup
1) Judul Film Pendek terpilih : “Bumiku”
2) Produksi : Dewan Nasoinal Perubahan Iklim
3) Sutradara : Tonny Trimarsanto
4) Tahun Rilis : 2011
5) Bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan dan Tokoh dalam Film
Pendek “Bumiku”
Bagian penting dari film pendek “Bumiku”: Cerita berawal ketika
Nada seorang gadis yang berasal dari kota sedang berlibur ke desa untuk
belajar menari. Di sana dia bertemu Adam, anak desa yang suka mendalang.
Dalam film itu ditayangkan bahwa selama di desa, Nada kerap menemukan
perilaku orang-orang desa, mulai dari anak-anak hingga dewasa yang kurang
memedulikan lingkungan. Kegagalan panen dianggap sebagai petaka biasa,
untunglah, sebagian lain sudah mengerti apa yang disebut perubahan iklim.
Nada memberi banyak inspirasi untuk Adam mendalang dengan
topik perubahan iklim. Salah satunya penggundulan hutan sebagai paru-paru
bumi yang semakin sedikit, sehingga menyebabkan pemanasan global.
Sedikit diceritakan bagaimana Nada dan Adam sempat mencurigai seorang
pria yang menggotong kayu gelondongan. Mereka mengira pria itu salah satu
pembalak liar, tetapi setelah diikuti ternyata pria itu justru ikut
menyelamatkan bumi dengan cara memberikan pelatihan khusus mengolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sampah non organik menjadi barang yang berharga. Film ini menceritakan
penduduk yang mengalami gagal panen. Penduduk pun melakukan ritual
tabuh lesung yang mereka percaya dapat menyeimbangkan alam.
6) Simbol-simbol dalam Tayangan Film Pendek “Bumiku”
Dalam film pendek ini hal menarik yang menjadi simbol-simbol
dalam tayangannya ialah situasi kekeringan yang ditandai dengan tanah yang
pecah, pohon yang tidak memiliki dedauan yang berada di bagian awal.
Simbol-smbol selanjutnya yang ditampilkan ialah dua bocah yang senang
bermain dengan berkendara sepeda motor tanpa kepentingan yang jelas.
Kendaraan sepeda motor mengeluarkan asap dari kenalpotnya. Pada bagian-
bagian akhir film diperlihatkan bagaimana masyarakat setempat mulai
menyadari arti penting menjaga lingkungan hidup dengan mengolah sampah,
mengganti bola lampu yang hemat energi, mematikan alat elektronik yang
tidak dipakai. Adapun yang tak kalah menarik ialah pesan untuk selalu
menjaga keharmonisan dengan alam lewat seni dan kearifan lokal.
7) Pesan dan Makna yang terdapat dalam Film Pendek “Bumiku”
Pesan dan makna yang terdapat dalam film pendek “Bumiku”, yakni
arti penting menjaga keharmonisan dengan lingkungan hidup dan alam sekitar
agar tetap terjaga dan lestari. Adapun caranya adalah dengan mengubah gaya
hidup atau kebiasaan dalam menggunakan energi, memilah dan mengolah
sampah, serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sejuk, misalnya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dilakukan dengan menanam pohon. Oleh karena itu masyarakat diharapkan
untuk peduli dengan lingkungan hidup atau alam sekitar. Adapun bentuk
kepedulian lain yang bisa disuarakan dan dilakukan yakni dengan kesenian
dan kearifan lokal setempat, seperti dalam film. Hal ini penting agar bumi
tetap aman bagi anak-anak cucu atau generasi selanjutnya.
8) Manfaat yang Dapat Diperoleh dari Film Pendek “Bumiku”
Kebutuhan yang dapat di peroleh dalam film pendek ini, khususnya
bagi Orang Muda Katolik di antaranya bagaimana membangun rasa
kesadaran terhadap lingkungan hidup. Orang Muda Katolik perlu melakukan
sebuah gerakan yang dapat memberikan kontribusi terhadap lingkungan
hidup tempat mereka tinggal agar menjadi lebih baik dan aman bagi generasi
selanjutnya. Orang Muda Katolik perlu menyadari arti keberadaan lingkungan
hidup bagi kehidupannya, ia harus selalu bergerak untuk melakukan aksi-aksi
nyata dalam menyelamatkan bumi dari kerusakan, sehingga semakin terwujud
karya keselamatan Allah bagi banyak orang.
E. Usulan Program Katekese bagi Orang Muda Katolik
Usulan program ini merupakan usaha tindak lanjut penggunaan film pendek
sebagai media audio-visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta.
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis akan memikirkan, merencanakan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menguraikan usulan program katekese dengan jelas agar kegiatan dapat terlaksana
dengan baik sesuai tujuan yang dirumuskan. Persiapan akan disusun dalam satuan
perencanaan kegiatan yang direncanakan dalam dua pertemuan. Perencanaan
tersebut akan disesuaikan dengan tema yang telah ditetapkan berdasarkan
kebutuhan Orang Muda Katolik di Paroki dengan didasari dari hasil survai dan
wawancara. Tema yang telah ditetapkan akan diintegrasikan dengan film pendek
yang terpilih.
1. Pemikiran Dasar Program Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
a. Berani Bersolidaritas dengan Sesama
Program Katekese “Berani Bersolidaritas dengan Sesama” dirancang bagi
Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
Tujuan dari program ini dimaksudkan untuk membantu Orang Muda Katolik
menemukan spiritualitas dalam membangun solidaritas di tengah kehidupan
bersama khususnya hidup beriman di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh.
Program ini disusun berdasarkan kebutuhan Orang Muda Katolik dalam hal
meningkatkan kesadaran kepedulian sosial di tengah kehidupan beriman. Segala
usaha yang pernah dilakukan oleh Orang Muda Katolik dalam kegiatan-
kegiatannya menjadi titik tolak dalam menggali spiritualitas hidup imannya.
Kesadaran akan panggilan iman dalam kehidupan bermasyarakat perlu
dipupuk terus menerus agar tidak redup dan mati. Oleh karena itu perlu suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pendampingan sebagai usaha dalam menumbuhkan iman dan kepedulian sosial
dalam kehidupan bersama.
b. Membangun Sikap Peduli Lingkungan Hidup
Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh dalam kegiatan sebelumnya pernah melaksanakan reboisasi (penanaman
pohon) di sekitar lereng perbukitan Menoreh sebagai bentuk dari kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Selain itu, bertolak dari kehidupan keseharian umat
setempat yang juga dekat dengan alam, sekaligus perhatian Keuskupan Agung
Semarang menyerukan untuk menjaga rumah bersama (alam ciptaan). Oleh
karena itu perlu dihidupi kembali semangat kepedulian lingkungan hidup di
kalangan Orang Muda Katolik setempat. Apalagi dalam waktu akhir-akhir ini
beberapa kegiatan yang bersifat kepedulian terhadap lingkungan hidup di dalam
kegiatan OMK mulai berkurang.
Program Katekese ini dirancang bagi Orang Muda Katolik agar mereka
semakin terdorong untuk menghidupkan kembali semangat kesadaran kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian melalui Orang Muda Katolik
semakin tercipta keharmonisan dengan alam dan dapat menghadirkan ruang hidup
yang baik, bersih dan aman bagi kehidupan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Tema dan Tujuan Program Katekese bagi Orang Muda Katolik
Program Katekese bagi Orang Muda Katolik yang akan dilaksanakan di
Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh mengangkat dua tema
yang dirancang dalam dua pertemuan. Adapun rumusan tujuan dua tema tersebut
yaitu:
Tabel 6. Tema dan Tujuan Program Katekese
No. Tema Tujuan
1. Berani Bersolidaritas dengan
Sesama
Mendorong peserta untuk semakin berani
membangun solidaritas di tengah
kehidupan bersama dalam hidup beriman
di Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh
2. Membangun sikap Peduli
Lingkungan Hidup
Mendorong peserta untuk semakin peduli
terhadap lingkungan tempat hidup
bersama, agar semakin harmonis dengan
alam dan tercipta ruang hidup yang baik,
bersih dan aman bagi kehidupan.
3. Program Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif
Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
a. Program Katekese 1 (Lampiran No. 2)
b. Program Katekese 2 (Lampiran No. 3)
4. Satuan Pertemuan Katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
a. Satuan Pertemuan Katekese 1 (Lampiran No. 4)
b. Satuan Pertemuan Katekese 2 (Lampiran No. 5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
5. Panduan Evaluator Program Katekese bagi Orang Muda Katolik
Dalam pelaksanaan tugas penelitian program katekese bagi Orang Muda
Katolik ini, seluruh proses akan dievaluasi. Sebagai acuan evaluasi, penulis
memberikan pedoman bagi evaluator untuk membantu dalam proses pelaksanaan
tugas. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai acuan untuk
dievaluasi oleh evaluator di antaranya:
a. Petugas evaluator adalah seseorang yang ditunjuk untuk mengamati jalannya
proses pelaksanaan program. Tugas evaluator adalah menilai serta
memberikan evaluasi juga bertugas mencatat apa yang terjadi selama
pertemuan terkait dengan pertanggung jawaban program yang dilaksanakan.
b. Evaluator perlu mengetahui secara mendalam program yang telah disusun
sehingga dapat menilai dengan baik jalannya pelaksanaan program.
c. Penilaian yang dinilai oleh evaluator berkaitan dengan situasi yang berjalan
dalam program, ketersampaian maksud dan tujuan dari tema yang
diprogramkan, dan kemampuan pelaksana dalam menjalankan program, serta
hasil dari program.
Berikut indikator penilaian yang perlu dinilai evaluator berkaitan dengan
situasi yang berjalan dalam pelaksanaan program Katekese bagi Orang Muda
Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh:
a. Persiapan sarana dan materi sebelum pelaksanaan program
b. Sikap dalam penyampaian materi oleh pelaksana katekese
c. Situasi dan kondisi peserta dalam proses katekese
d. Ketersampaian tujuan dari tema dalam pertemuan katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
e. Terfasilitasinya komunikasi iman di antara peserta katekese
f. Catatan khusus, kesan dan pesan untuk pelaksana katekese.
6. Pertanyaan Wawancara terkait Evaluasi Program Katekese bagi Orang
Muda di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
Evaluasi pelaksanaan program katekese bagi Orang Muda Katolik
dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap beberapa peserta yang dipilih.
Wawancara ini dimaksudkan agar dapat memperoleh evaluasi secara lebih
mendalam, lengkap dan jelas terkait dengan fokus penelitian yang ingin
dibuktikan.
a. Pemahaman dan Peranan Media Audio-Visual dalam Katekese
(Pendalaman Iman) bagi Orang Muda Katolik
1) Apa yang saudara-saudari pahami tentang audio-visual?
2) Apakah media audio-visual membantu proses katekese (pendalaman
iman) saudara-saudari?
3) Apakah penggunaan media audio-visual sungguh bermanfaat dalam
katekese (pendalaman iman) bagi Orang Muda Katolik? Mengapa?
b. Materi Film Pendek dalam Katekese (Pendalaman Iman) bagi Orang
Muda Katolik
1) Apakah materi film pendek mampu mendukung Katekese (pendalaman
iman) saudara-saudari?
2) Ketika menyaksikan film pendek, apakah kawan-kawan menemukan
nilai-nilai hidup atau injil?
3) Apa yang perlu ditingkatkan dalam penggunaan materi film pendek dalam
proses katekese?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
c. Pemahaman dan Proses Katekese (Pendalaman Iman) bagi Orang Muda
Katolik
1) Menurut saudara-saudari apakah yang dimaksud dengan katekese
(pendalaman iman) bagi Orang Muda Katolik itu?
2) Bagaimana sikap saudara-saudari ketika mengikuti Katekese? Apa bentuk
keterlibatan yang anda tunjukan?
3) Menurut pendapat saudara-saudari, apakah katekese perlu dilakukan
secara rutin? Mengapa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(69)
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN PROGRAM PENGGUNAAN FILM
PENDEK SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE
BAGI ORANG MUDA KATOLIK
A. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Katekese
Pelaksanaan program katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh dilaksanakan dalam dua
pertemuan dengan tema berbeda. Laporan pelaksanaan pada bagian ini akan
penulis kemukakan berdasarkan hasil dari pertemuan yang terjadi meliputi
kenyataan proses, suasana yang terbangun, keterlibatan yang terjadi, dan hasil
evaluasi program terlaksana berdasarkan evaluasi dari evaluator dan berdasarkan
hasil wawancara.
1. Pelaksanaan Program Pertemuan Pertama (Lampiran Hasil Evaluasi
Penelitian Pertama dari Evaluator No. 6)
Pelaksanaan program katekese pertama dilaksanakan pada hari Minggu, 28
April 2019 bersama Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh. Waktu pelaksanaan di mulai pada pukul lima sore (17.00)
sampai dengan pukul tujuh malam (19.00) Waktu Indonesia Barat. Tempat
pelaksanaan yakni di aula gereja paroki. Jumlah peserta yang mengikuti
pertemuan pertama berjumlah empat belas Orang. Tema pada pertemuan pertama
yakni “Berani Bersolidaritas dengan Sesama”. Evaluator yang mengamati proses
berjalannya katekese ialah, Fx. Adswi Fransibena, seorang mahasiswa Pendidikan
Agama Katolik angkatan 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kehadiran peneliti mengisi katekese audio-visual bagi Orang Muda
Katolik di Paroki Pelem Dukuh disambut baik. Sebelum mengisi katekese peneliti
telah mempersiapkan bahan dan materi untuk pertemuan pertama dengan sebaik-
baiknya. Adapun untuk persiapan sarana dan prasarana secara teknis juga telah
tersiapkan dengan baik dan dibantu oleh peserta. Sebelum pelaksanaan peneliti
telah melakukan koordisasi terkait persiapan pelaksanaan dengan rekan-rekan
Orang Muda Katolik di tempat.
Dalam proses pelaksanaan katekese, peneliti menyampaikan materi
berdasarkan langkah-langkah yang telah peneliti susun. Dalam penyampaian dan
penjelasan materi, peneliti membawakan katekese dengan santai. Di bagian awal
pelaksanaan peneliti memang merasa grogi dan terpaku pada teks materi. Dalam
menyampaikan materi peneliti berupaya aktif dalam menghidupi proses katekese.
Situasi peserta dalam mengikuti katekese sangatlah kondusif. Peneliti
menjalankan proses dengan santai. Namun diantara peserta masih ada beberapa
yang terlihat pasif. Hal ini dikarenakan peserta yang mungkin belum terbiasa
mensharingkan pengalamannya. Tetapi untuk membangkitkan situasi, peneliti
terus memancing atau mengajak peserta untuk sharing.
Untuk tujuan dari katekese yang peneliti rumuskan dan sampaikan dapat
dipahami dengan baik, hal itu terlihat dari respon peserta dalam mengikuti proses.
Hal ini terlihat dari niat konkret yang dirumuskan peserta dalam dua kelompok,
khususnya untuk berani bersolidaritas dengan sesama. Beberapa niat-niat yang
terumus di antaranya: Kelompok pertama, peserta akan terus memberi diri dalam
membantu sesama tanpa melihat latar belakang; peserta juga berkomitmen untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berusaha menjadi garam dan terang bagi orang lain tanpa pengecualian.
Sedangakan kelompok dua, peserta akan terus menjalin dan meningkatkan tali
persaudaraan lintas iman lewat beragam kegiatan seperti, buka puasa bersama,
menjenguk orang sakit, penggalangan untuk korban bencana alam/ orang sakit.
Dalam hal komunikasi iman peserta mampu menangkap maksud dan
tujuan dari alur proses katekese. Peserta terbantu dalam merefleksikan
pengalaman imannya dan tiap peserta juga mengsharingkan pengalaman masing-
masing yang berterkaitan dengan kehidupan bersolidaritas dengan sesama yang
berbeda. Sekaligus niat-niat pribadi dalam menjalankan kehidupan ditengah
masyarakat, seperti halnya peka, peduli dan mau membantu yang berkesusahan.
Berikut beberapa catatan khusus dari evaluator. Evaluator menilai bahwa
proses pelaksanaan katekese telah berjalan dengan baik dan menginspirasi peserta
lewat media film yang digunakan. Peserta pun semakin mampu menggali
pengalaman imannya dan semakin tergugah dengan bacaan injil tentang Orang
Samaria yang Murah Hati (Luk 10:25-37), sehingga merumuskan niat bersama
seperti yang telah dijelaskan di atas. Katekese telah berjalan semestinya, namun
peneliti juga ada kekurangan dalam menghidupakan suasana katekese, mengingat
ada sebagian peserta yang asik mengobrol dan mengantuk. Selain itu slide yang
ditampilkan hanya putih polos. Tetapi secara keseluruhan dari langkah proses
katekese, peneliti sudah mampu memfasilitasi peserta dalam menggali,
merefleksikan, dan meneguhakn pengalaman iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Pelaksanaan Program Pertemuan Kedua (Lampiran Hasil Evaluasi
Penelitian Kedua dari Evaluator No. 7)
Pelaksanaan program katekese yang kedua dilaksanakan pada hari
Minggu, 05 Mei 2019 di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
Waktu pelaksanaan dimulai pada pukul empat tiga puluh lima (16.35) sampai
dengan pukul enam tiga puluh (18.00) Waktu Indonesia Barat. Tempat
pelaksanaan yakni di aula gereja paroki. Jumlah peserta yang mengikuti
pertemuan kedua berjumlah sembilan belas orang, lebih banyak dari pertemuan
pertama. Tema pada pertemuan kedua ialah “Membangun Sikap Peduli
Lingkungan Hidup”. Evaluator yang mengamati proses katekese yang kedua yakni
Sirniko, mahasiswa Pendidikan Agama Katolik angkatan 2014. Setelah
pelaksanaan dilanjutkan dengan snack bersama.
Sebelum mengisi katekese peneliti mempersiapkan dengan baik. Seperti
yang diungkapkan oleh evaluator yang mengamati proses menyatakan: “Sarana
yang digunakan sangat mendukung pelaksanaan katekese. Sepeti halnya LCD,
Sound System sangat dipersiapakn begitupula materinya. Terlihat materi
dipersiapkan dengan matang dan juga sesuai dengan keperihatinan pada saat ini.”
Dalam proses penyampaian materi evaluator menilai bahwa pelaksana juga
tenang dan mengalir dalam menyampaikan materi. Sikap tenang dan juga asik
dapat membuat suasana menjadi cair dan juga bisa merangsang peserta untuk
terlibat aktif dalam proses pelaksanaan katetese. Peserta mengikuti katekese
dengan semestinya. Peserta menikmati adanya pelaksanaan katekese, kebanyakan
dari peserta mau mensharingkan dan juga memikirkan bagaimana ke depannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
untuk lingkungan yang ada saat ini. Selain itu peserta juga terlihat antusias dan
juga aktif.
Tujuan dari tema menurut evaluator dinilai tersampaikan dengan baik
kepada peserta. Peserta mampu menyampaikan kepeduliannya terhadap
lingkungan hidup. Sikap-sikap yang harus segera ditindaklanjuti juga bisa
disampaikan dan dilaksanakan secara bersama-sama. Tidak hanya itu evaluator
juga menilai proses komunikasi iman bisa tersampaikan dan terwujud. Hal ini
tampak dari keaktifan dan mendalamnya komunikasi iman yang terwujud dalam
pelaksanaan katekese. Semua itu dapat terwujud dan berjalan dengan baik karena
adanya persiapan dari pelaksana yang mampu memfasilitasi terjadinya
komunikasi iman.
Catatan Khusus dari evaluator ialah mengenai tampilan slide yang
seharusnya dibuat lebih menarik lagi supaya tidak terlihat polos. Mengenai waktu
yang digunakan juga terlalu lama untuk orang muda, sehingga membuat peserta
gelisah karena terlalu lama. Hal ini nampak adanya beberapa peserta yang mulai
mengantuk dan juga berbicara dengan teman lainnya. Kesan dan pesan dari
evaluator menyatakan bawah evaluator terkesan dengan pelaksanaan katekese,
karena dari pelaksana dan peserta sungguh siap. Peserta antusias dan pelaksana
tidak berbelit-belit dalam berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Berdasakan Hasil Wawancara
dengan Responden (Lampiran Transkrip Wawanacara No. 8)
Evaluasi pelaksanaan program Katekese bagi Orang Muda Katolik
(OMK) dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap beberapa OMK. Wawancara
dimaksudkan untuk mengevaluasi secara mendalam dan lengkap berdasar jenis
fokus penelitian yang ingin dibuktikan mengenai manfaat film pendek sebagai
media audio-visual dalam katekese bagi orang muda katolik di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh dengan melihat tiga aspek yaitu:
Pemahaman dan Peranan Media Audio-Visual, Materi Film Pendek, dan
Pemahaman dan Proses Katekese bagi Orang Muda Katolik. Berikut laporan
evaluasi pelaksanaan program kateksese bagi OMK berdasarkan hasil wawancara
dengan narasumber: (R1): Martina Yuni Awalrukmana; (R2): Agnes Hestu
Pramudita; (R3) Aji Prasetyo; (R4) Bjasius Tri Fibrianto; (R5) Eky.
Hasil Wawancara
1) Pemahaman dan Peranan Media Audio-Visual dalam Katekese (Pendalaman
Iman) bagi Orang Muda Katolik
Berdasarkan hasil wawancara dengan ke-5 responden terkait dengan
pemahaman mereka soal media audio-visual dalam katekese menunjukkan bahwa
para responden memahami apa yang dimaksud dengan media audio-visual.
Menurut R1, ia menyebutkan bahwa “Media audio-visual ialah media yang
memiliki unsur suara dan gambar”. Adapun R2, selain menyebutkan bahwa media
audio-visual memiliki unsur suara, gambar dan rupa. Ia menambahkan bahwa
“Media audio-visual itu media yang dapat dilihat secara langsung”. Sedangkan R3
menilai bahwa “Media audio-visual itu merupakan media untuk membantu kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
memahami sesuatu.”. R4 hanya mengatakan bahwa “Media audio-visual adalah
media yang memiliki suara dan rupa.” R5 pun menilai sama bahwa “Audio-visual
memiliki suara dan gambar gerak”. Dengan demikian, secara garis besar ke-5
responden menilai bahwa media audio-visual adalah media yang memiliki unsur
suara dan gambar (rupa), bisa didengar, dilihat langsung dan membantu dalam
memahami sesuatu.
Berdasarkan penilaian dan pendapat ke-5 responden terkait dengan peran
media audio-visual dalam proses katekese, menurut R1 “Lebih mudah
tersampaikan dibandingkan dengan penyampaian secara lisan dan apa
disampaikan lebih mudah dipahami dan lebih mendukung tujuan.”. Adapun R2, ia
menilai bahwa “Audio-visual mampu membantu memahami suatu kondisi dan
lewat penglihatan gambaran yang pasti, serta bisa belajar dari pengalaman orang
lain”; Namun R3 hanya mengatakan bahwa dengan media audio-visual ia merasa
lebih terbantu dalam mengikuti proses dan memahami tujuan katekese. R4
mengatakan bahwa “dengan media audio-visual sangat membantu dalam
merefleksikan pengalaman”. Adapun R5 memiliki penilaian yang sama dengan
penilaian R2. R5 merasa terbantu dalam merefleksikan pengalaman imannya
lewat pengalaman orang lain.”. Berdasarkan wawancara dengan 5 responden.
Dapat disimpulkan bahwa dengan media audio-visual responden merasa sangat
terbantu ketika mengikuti proses katekese, dibandingkan katekese denga
penyampaian secara lisan (ceramah). Dengan media audio-visual mereka merasa
lebih terbantu dalam merefleksikan pengalaman imannya, terkhusus ketika belajar
dari pengalaman orang lain lewat film pendek. Film pendek lebih mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
untuk menggali pengalaman iman secara pribadi, sekaligus membantu untuk
mensharingkannya.
Berdasarkan manfaat media audio-visual dalam katekese, menurut R1
“bermanfaat sebab lebih mampu menggugah rasa kesadaran.”. Adapun menurut
R2, ia menilai “media audio-visual bermanfaat karena sangat membantunya dalam
berefleksi.” Menurut R3 “media audio-visual membantu memudahkan untuk
memahami dan mengerti apa yang di sampaikan dan yang menjadi tujuan dari
proses.” Adapun R4 sama seperti apa yang dinilai R2 yakni “dengan audio-visual
lebih memudahkan untuk berefleksi.” Sedangkan R5 sama dengan yang nilai oleh
R3. Berdasarkan penilaian dari responden yang ada. Dapat disimpulkan bahwa
responden menilai media audio-visual sungguh bermanfaat, terutama dalam
menggugah kesadaran, memudahkan dalam mengingat pengalaman sendiri untuk
direfleksikan. Selain itu, melalui media audio-visual responden sangat terbantu
dan dimudahkan untuk memahami apa yang menjadi tujuan katekese.
2) Pemanfaatan Materi Film Pendek dalam Katekese (Pendalaman Iman) bagi
Orang Muda Katolik
Berdasarkan hasil wawancara terkait sub pemanfaatan materi film pendek
yang dipilih dalam katekese bagi OMK bersama 5 responden. Berikut pertanyaan
awal yang peneliti ajukan: “Apakah materi film pendek mampu mendukung
katekese (pendalaman iman) saudara-saudari?” Menurut R1, materi yang ada
adalah mendukung. Ia mengatakan “disadarkan akan peran orang muda sekarang
yang sangat penting, kalau bukan orang muda siapa lagi” apa yang dimaksudkan
adalah sehubungan dengan orang muda sebagai penggerak perubahan kearah lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
baik bagi banyak orang. Oleh karena itu materi yang dinilai bermanfaat
menyadarkan. Adapun menurut R2, ia mengatakan bahwa “materi film yang
diputarkan menarik, asik, pendek, dan sangat sesuai dengan anak muda”. Dari
pernyataan ini R2 menilai bahwa film yang ada kontekstual dengan kehidupan
orang muda, terutama tantangan dan peluang yang dimilikinya. Adapun menurut
R3 mendukung, iya menyatakan “Film yang ada sangat membantu untuk
menyadari arti pentingnya solidaritas pada sesama dan kepedulian pada
lingkungan hidup.” Sedangkan R4 menilai hampir sama dengan R3, ia
menyatakan bahwa “materi film pendek yang ada memberi ajakan agar orang
muda mau untuk melakukan hal yang baik khususnya bersolidaritas pada sesama
dan alam.” Dari R5, ia mengatakan bahwa film yang ada mendukung ia menilai
“perlu bagi OMK disadarkan, bagaimana ia harus bisa bersolidaritas dengan
sesama.” Berdasarkan hasil wawancara, pendapat responden positif terkait materi
yang digunakan, mereka menilai bahwa materi film pendek yang digunakan
sangat mendukung dan kontekstual dengan situasi, kondisi dan kebutuhan Orang
Muda Katolik. Dalam hal ini penting membangun kesadaran bagi OMK hari ini
dalam hal kepedulian dan solidaritas terhadap sesama dan alam.
Pertanyaan ke-2 dari sub yang ada adalah terkait nilai dari film pendek
yang dapat dipetik oleh OMK. Pertanyaan yang peneliti ajukan ialah “Ketika
menyaksikan film pendek, apakah kawan-kawan menemukan nilai-nilai hidup
atau injil?”. Adapun ke-5 responden menilai bahwa materi film pendek yang
digunakan memberikan pada mereka nilai-nilai hidup dan injil. Hal ini terungkap
dari apa yang mereka utarakan. Seperti halnya yang dikatakan R1, ia mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
bahwa, “nilai yang ia dapat dari film pendek yakni nilai kasih terhadap sesama
dan alam. Sedangkan R2 mengatakan bahwa “lewat film yang ada ia memperoleh
nilai kepedulian, pantang menyerah, dan pentingnya solidaritas.” Adapun R3
mengatakan bahwa “sebagai orang muda kita harus berani peduli pada orang-
orang yang kesulitan.” Menurut R4 iya mengatakan bahwa “kita perlu dan harus
saling tolong menolong.” Adapun R5 seperti yang iya katakan bahwa lewat film
yang ada ia memperoleh “nilai solidaritas, berbagi, kepedulian sosial, dan kasih.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terkait nilai yang dipetik lewat
film pendek mereka dimampukan untuk menemukan dan memetik nilai-nilai
kehidupan baik secara umum dan dan nilai dalam injil secara khusus, seperti
halnya kasih, solidaritas dan kepedulian sosial.
Adapun hal yang perlu ditingkatkan terkait penggunaan film pendek dalam
katekese menurut para responden adalah: menurut R1 “hal yang perlu
ditingkatkan adalah bagaimana memperkaya materi-materi dalam pertemuan
secara berkelanjutan” Adapun menurut R2 “perlu ada pembahasan tema-tema
secara berkesinambungan yang sesuai dengan kebutuhan orang muda.” Menurut
R3 “memilih materi yang memiliki nilai-nilai spiritualitas kristiani.” Sedangkan
R4 mengatakan “bagaimana OMK dapat melakukan tindakan aksi secara konkret
setelah mengikuti proses katekese.” Adapun menurut R5 dalam proses katekese
“perlu ada orang berpengalaman yang bisa berbagi cerita untuk memantik dan
memperkaya sharing.” Berdasarkan usulan yang perlu ditingkat menurut
responden ialah memperbanyak pertemuan-pertemuan dengan tema-tema khusus
sesuai tantangan kehidupan orang muda. Kemudian disusun dalam pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
yang terrencana seperti halnya pada masa pra paskah, Advent, dan BKSN. Selain
itu, dalam proses katekese perlu ada pemantik yang lebih berpengalaman dalam
berbagi pengalaman hidup, sehingga bisa membantu peserta yang belum terbiasa
berbagi pengalaman dapat mensharingkan pengalamannya, seperti yang
diungkapkan R5. Adapun yang lebih penting seperti yang diungkapkan oleh R4
adalah bagaimana tindak lanjut dari hasil proses katekese, pada akhirnya dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pemahaman dan Proses Katekese bagi Orang Muda Katolik
Berdasarkan hasil wawancara bersama 5 responden terkait dengan
pemahaman dan penilaian tentang katekese dan proses dari pelaksanaan program
katekese yang dilaksanakan penulis. Menurut peneliti, para responden memiliki
pemahaman terkait dengan katekese bagi OMK. Selain itu para responden juga
memberi penilaian positif atas proses dari pelaksanaan program. Pertanyaan awal
yang peneliti ajukan untuk ke-5 responden terkait pemahaman dan penilaian
tentang katekese dan proses yang sudah berjalan ialah: “Apakah yang
saudara/saudari pahami tentang katekese (pendalaman iman) bagi Orang Muda
Katolik itu?” menurut R1, ia mengatakan bahwa “katekese ialah proses
pendalaman iman bagi orang muda katolik, perlu dikemas dengan cara yang
mengasikkan, bukan dengan model doa lingkungan yang cenderung membuat
OMK malas dan bosan. Proses dari progam katekese yang sudah dilaksanakan
lebih seru, santai dan tidak membosankan.” Menurut R2, “katekese ialah
pembinaan iman tentang ajaran injil dan panggilan iman”. Adapun jawaban dari
R3, menurut penulis sangat mendukung jawaban dari R1 dan R2. Ia mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bahwa “Katekese membantu OMK untuk memperdalam iman. Tidak sekedar
mendengar kotbah semata. Dengan katekese ada sharing pengalaman iman, saling
berbagi pengalaman iman guna membantu OMK dalam menjalani ajaran Kristus”.
Demikian halnya R4 juga mendukung cara pandang ke-3 responden lain. R4
menambahkan “katekese ialah proses memperkaya dan memperdalam iman, apa
yang diajarkan dalam injil sebisanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari”.
Adapun R5 berdasarkan pemahamannya, juga sejalan dengan jawaban yang lain
dengan menyatakan “katekese ialah suatu proses mendalami ajaran, pengetahuan
tentang gereja dan Kristus”. Berdasarkan hasil wawancara dengan ke-5 responden,
peneliti menyimpulkan. Pertama, para responden sudah memahami bahwa
katekese bagi mereka adalah suatu proses bagaimana mereka bisa mendalami dan
berbagi pengalaman iman tentang ajaran Gereja dan Kristus seperti yang
diungkapkan. Kedua, prosesnya haruslah dengan cara yang menyenangkan dan
mengasyikkan namun tidak melupakan esensi katekese itu sendiri. Ketiga, Orang
Muda Katolik cenderung bosan apabila katekese yang dijalankan hanya sebatas
penyampain lisan dari pemberi katekese.
Berkaitan dengan sub pertanyaan kedua: “Menurut pendapat
saudara/saudari, apakah katekese (pendalaman iman) perlu dilakukan secara rutin?
Mengapa?”. Beberapa pendapat ke-5 responden terkait dengan hal ini. Menurut
R1 “katekese baik bila dilakukan satu kali sebulan atau ketika APP dan BKSN”.
Selain itu guna mendukung jawaban R1, R2 menilai bahwa “selain rutin, katekse
bagi OMK juga harus menarik.” Adapun menurut R3 sejalan dengan harapan
kedua reponden sebelumnya menyatakan “katekese selain rutin, sebaiknya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
materi yang menarik sehingga membantu OMK”. Sedangkan R4 jauh melihat
kondisi lingkungan OMK paroki yang jarang mendapatkan proses katekese
demikian. Tak hanya itu ia juga melihat manfaat dari katekese yang telah
dilakukan bagi mereka akan mampu memberikan pada OMK untuk “memiliki
kesadaran”. Adapun R5 lebih bertolak pada situasi dan kondisi terkini dengan
menyebutkan “bahwa katekese perlu dilakukan secara rutin, sesuai dengan tema
dan kondisi terkini.” Menurut penilaian ke-5 responden, katekese bagi Orang
Muda Katolik di pandang perlu dilakukan secara rutin dengan memperhitungkan
tingkat keperluan, kebutuhan, dan masa tertentu. Misalnya, pada masa Adven,
Prapaskah dan BKSN. Adapun media yang dipandang baik digunakan adalah
dengan memanfaatkan media film pendek yang sesuai dengan kebutuhan Orang
Muda Katolik terkini, seperti yang baru diterima.
Sehubungan dengan keterlibatan dalam proses katekese, berdasarkan
pertanyaan: “Bagaimana sikap saudara/saudari ketika mengikuti katekese
(pendalaman iman)? Apa bentuk keterlibatan yang saudara/saudari tunjukan?”
Menurut R1 “katekese lewat film sangat membantunya untuk bisa lebih
memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan.” Adapun R2 mengatakan
“dalam proses katekese yang ada ia lebih mudah menyimak dan santai dalam
berbagi pengalaman. Selain itu juga bisa memahami ajaran iman itu seperti apa.”;
R3 mengatakan bahwa ia sangat antusias, mengikuti proses katekese dan bisa
terbantu merefleksikan pengalaman imannya. R4 mengatakan wujud
keterlibatannya adalah “ikut lewat sharing dan membuat aksi bersama”. Demikian
juga dengan R5 yang menyatakan ia juga “turut dalam mensharing pengalaman.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Beradasarkan hasil wawancara, dalam hal mengikuti proses katekese, ke-5
responden menunjukkan keterlibatan dengan menyimak, sharing dan terlibat
merumuskan aksi bersama. Responden juga menilai dengan memanfaatkan media
film pendek menjadikan lebih membantu untuk aktif terlibat dan berpartisipasi
dalam proses katekese. Melalui media audio-visual (film pendek) penulis melihat
bahwa peserta lebih aktif dalam mensharingkan pengalamannya. Pengaruh
penggunaan film pendek sangat membantu dalam menggali pengalaman iman.
Selain itu juga, penggunaan media film pendek sangat memperkaya pemahaman
dalam memahami tujuan katekese.
B. Laporan Penelitian dan Hasil Pembahasan Manfaat Penggunaan Film
Pendek sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese bagi Orang Muda
Katolik di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh
1. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan perolehan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal
09 Juni 2019 dengan Orang Muda Katolik di Pelem Dukuh dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Media Audio-Visual
Dalam fokus penelitian pertama yakni pemahaman dan peran media audio-
visual dalam katekese, dapat disimpulkan bahwa Orang Muda Katolik memiliki
pengetahuan yang cukup tentang audio-visual. Media audio-visual merupakan alat
modern yang sesuai dengan perkembangan zaman. Ia merupakan hasil dari media
yang dapat didengar dan dilihat. Kegunaannya untuk membantu proses
komunikasi menjadi lebih efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Adapun bentuk-bentuknya ialah televisi, video, sound slide, film, dll,
termasuk didalamnya film pendek. Media audio-visual mampu membawa
perubahan terhadap sikap seseorang, terkhusus dalam berkomunikasi. Sesuai
dengan manfaatnya memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi kepada
audien serta mendorong rasa keingintahuan dan mengetahui lebih banyak.
Orang Muda Katolik pun memahami penggunaan media audio-visual
mampu memberikan atau meningkatkan kegairahan dan kecepatan dalam
memperoleh informasi, edukasi, hiburan, dan komunikasi. Dengan demikian
penggunaan media audio-visual baik dan efektif dimanfaatkan untuk mendukung
proses katekese bagi Orang Muda Katolik di Paroki.
b. Materi Film Pendek
Berdasarkan fokus materi film pendek yang digunakan dalam katekese.
Orang Muda Katolik mampu merasakan dan memperoleh manfaat dari materi film
yang digunakan. Film pendek dengan segala materi yang terdapat di dalamnya
menyampaikan pesan lewat gambar bergerak, seni dan suara.
Dengan kemampuan kerja film sebagai symbolic way menggunakan
imajinasi, gambar, intuisi cerita, nyanyian dan pengalaman-pengalaman yang
dibagikan. mampu menjemput pengalaman peserta katekese. Pengalaman tersebut
kemudian direfleksikan dalam terang iman guna menemukan nilai hidup baru.
Lewat film yang digunakan selain memberi hiburan, responden mampu
menemukan ide, pesan dan nilai hidup sekaligus penerang akal-budi bagi mereka
dalam menilai realitas dan bagaimana menanggapinya. Dari fokus manfaat film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pendek yang digunakan Orang Muda Katolik memperoleh nilai-nilai injil
diantaranya: kasih, solidaritas, kepedulian sosial, persahabatan, dan kepedulian
terhadap lingkungan hidup.
c. Katekese Bagi Orang Muda Katolik
Berdasarkan fokus pemahaman dan proses katekese bagi Orang Muda
Katolik. Orang Muda Katolik sudah memiliki pemahaman mengenai katekese.
Katekese dipahami sebagai proses pengajaran dan pendewasaan iman. Dalam
kegiatannya katekese dilaksanakan dengan proses komunikasi iman melalui dialog
dengan memanfaatkan segala sarana yang mendukung proses tercapainya tujuan
komunikasi iman.
Lewat komunikasi iman tersebut kemudian membantu Orang Muda
Katolik meresapi pengalamannya dalam terang sabda, mengukuhkan hidup
kristiani, serta mendorong pertobatan. Oleh karena itu media komunikasi sosial
seperti halnya film menjadi sarana yang baik dalam rangka pewartaan yang baru
di era modern.
Berdasarkan prinsip “melihat, menimbang, dan melaksanakan”, maka
pemanfaatan media audio-visual perlu jadi perhatian dalam katekese. Sebab
berkatekese dengan media audio-visual di era modern seperti sekarang adalah hal
yang akrab dalam kehidupan Orang Muda Katolik.
Katekese secara audio-visual bagi Orang Muda Katolik lebih kuat
pengaruhnya dalam menumbuhkan iman dan kesadaran untuk mengamalkan kasih
dari pada sekedar menjelaskan ajaran iman secara lisan (ceramah). Lewat katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
media audio-visual bagi Orang Muda Katolik membantu menyentuh hati orang
muda dan mensharingkan imannya, dan mendorong untuk bertindak.
2. Refleksi Pastoral Kateketis
a. Aspek Memanfaatkan Media Audio-Visual dalam Katekese bagi Orang
Muda Katolik
Peneliti bertolak dari 1 Yohanes 1:3: “Apa yang kami lihat, dan yang kami
dengar, itulah yang kami beritakan kepadamu supaya kamupun memperoleh
persekutuan dengan kami agar sukacita kita menjadi sempurna.” Sukacita(kabar
gembira/Injil dan pewartaan) akan lengkap dan sempurna apabila didukung indra
pendengaran dan penglihatan. Dalam hal inilah media audio-visual perlu
dimanfaatkan sebagai sarana yang efektif dalam membangun dan
menkomunikasikan kebenaran maupun nilai injil dalam komunikasi iman. (Mite,
2012:15-16).
Bertolak masuk pada situasi orang muda hari ini, khususnya dalam
komunikasi, kaum muda memiliki kekhasan dan cara tersendiri dalam
berkomunikasi, lebih menyukai dinamika santai, menarik dan menggembirakan.
Demikianlah kekhasan komunikasi kaum muda yang mulai sadar dan melek akan
perkembangan media dan teknologi. Tidak heran anak muda lebih tertarik dengan
segala produk budaya pop tepatnya film. Oleh karena itu pewartaan bagi Orang
Muda Katolik perlu didukung dengan sarana dan media yang mendukung dalam
berkomunikasi dengan mereka khususnya pemanfaatan media audio-visual dalam
katekese.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Media audio-visual yang dimanfaatkan dalam katekese bagi Orang Muda
Katolik Pelem Dukuh ternyata memberi manfaat positif. Hal ini peneliti amati,
rasakan, dan dengarkan langsung dari komunitas Orang Muda Katolik Pelem
Dukuh selama proses pelaksanaan katekese serta saat wawancara langsung. Orang
Muda Katolik merasa terbantu dalam menggali, dan merefleksikan pengalaman
mereka. Bahkan mereka mengungkapkan ketika ajaran iman hanya disampaikan
secara lisan (kotbah) saja mereka merasa bosan. Dengan Media audio-visual
peserta menilai jauh lebih efektif untuk menggali ajaran iman dan memperdalam
iman mereka.
b. Aspek Pemanfaatan Materi Film Pendek dalam Berkatekese bagi Orang
Muda Katolik
Sarana yang paling efektif dan berpengaruh di era modern seperti sekarang
adalah media massa salah satu di antaranya adalah film. Katekese sebagai
kegiatan evangelisasi perlu masuk dalam budaya modern. (PUK art. 209).
Sebagaimana diungkapkan Pater Pierre Babin, katekese audio-visual dalam arti
film adalah sarana yang mampu menyampaikan pesan menyeluruh pada
pancaindra, perasaan, dan gagasan. Iman yang dikomunikasikan bukan sekedar
kalimat seragam seperti halnya penyampaian lisan dan teks. Lewat katekese
audio-visual (film pendek) ada komunikasi timbal balik antara katekis dan peserta
(Ernestine & FX. Adisusanto, 1977: 8-9).
Film sebagai sarana yang secara instrinsik berhubungan dengan bahasa.
Oleh karena itu menggunakan bahasa film amatlah tepat bagi orang muda yang
juga akrab dengan cara komunikasi yang demikian. Oleh karena itu apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menjadi amanat Yesus juga harus diterjemahkan dalam bahasa yang akrab dengan
orang muda. Mengingat hasrat mereka untuk mengenal Yesus lebih jauh.
Film sebagai sarana yang baik untuk menjemput pengalaman peserta
dalam katekese nantinya akan direfleksikan dalam terang iman untuk menemukan
sikap hidup baru. Film yang digunakan akan merangsang imajinasi dan perasaan
peserta menemukan nilai baru dari pengalaman hidup yang juga pernah dialami
lewat materi film yang ditayangkan. Jadi film yang digunakan juga perlu sesuai
dengan tema, tujuan dan kebutuhan dan situasi hidup iman orang muda serta nilai-
nilai injil yang perlu dihidupkan. Oleh karena itu materi film yang digunakan
harus mudah dicerna.
Adapun materi yang peneliti gunakan kontekstual untuk kebutuhan iman
yang perlu ditegaskan bagi peserta lewat katekese. Dari materi film yang peneliti
pilih relevan bagi peserta. Peserta dalam mengikuti katekese juga mampu
merefleksikan imannya dan menemukan nilai-nilai yang ada hubungannya dengan
Sabda Allah. Seperti halnya, kasih, kepedulian, solidaritas dan pengorabanan.
c. Aspek Berkatekese bagi Orang Muda Katolik
Anjuran apostolic Catechesi Tradende dari Sri Paus Yohanes Paulus II
menegaskan:
“Katekese ialah pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud
mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT,
art.18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Penulis bertolak dari penegasan di atas, di mana pentingnya katekese sebagai
pembinaan iman bagi Orang Muda Katolik agar semakin menolong mereka dalam
beriman untuk memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bertolak dari tujuan tersebut, peneliti dalam proses
penyusunan skripsi ini memandang bahwa akhir-akhir ini katekese bagi Orang
Muda Katolik jarang dilakukan. Terkusus bagi Orang Muda Katolik di daerah
pedesaan seperti halnya OMK Pelem Dukuh.
Penulis juga beranjak dari keadaan konkrit yang terjadi di tengah
kehidupan Orang Muda Katolik di antaranya situasi dan kondisi,
kebiasaan/budaya, dan relasi sosial antar Orang Muda Katolik setempat dengan
sesama OMK, umat, dan warga setempat. Permasalahan kemudian penulis jumpai
dari kehidupan OMK melalui hasil survai dan wawancara terhadap beberapa pihak
seperti Ketua OMK dan Anggota OMK aktif memunculkan hal-hal pokok yang
jadi perhatian seperti solidaritas terhadap sesama dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup.
Orang Muda Katolik Pelem Dukuh penulis nilai juga sangat akrab dengan
media elektronik sebagai pendukung dalam berkomunikasi di lingkungan
pergaulan OMK, sehingga penulis mendapatkan kemudahan untuk menyusun
program katekese bagi OMK dengan memanfaatkan film pendek sebagai sarana
katekese media audio-visual. Orang Muda Katolik di Pelem Dukuh lebih tertarik
dengan katekese yang demikian dan menarik perhatian dan menyentuh perasaan
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pelaksanaan program katekese yang penulis rancang merupakan usaha
untuk mengajak OMK mengatasi permasalahan dan mengajak untuk bergerak
menindaklanjuti panggilan imannya sebagai Orang Muda ditengah masyarakat.
Tema yang penulis pilih sesuai dengan konteks dan panggilan hidup yang pokok
untuk ditindaklanjuti yaitu solidaritas terhadap sesama dan kepedulian terhadap
lingkungan mengingat kehidupan pedesaan yang guyub dan asri alamnya. Dua
tema ini merupakan fondasi dengan membawa harapan mewujudkan misi dan
nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan bersama dan demi terwujudnya
kesejahteraan bersama.
Tanggapan Orang Muda Katolik sangat positif dengan dua persoalan ini
karena relevan dan kontekstual dengan kehidupan mereka sebagai Orang Muda
Katolik hari ini. Lewat penelitian ini, penulis dapat mengatakan bahwa film
pendek sebagai media audio-visual sungguh bermanfaat dalam katekese bagi
OMK di era sekarang.
Mengingat perkembangan seperti sekarang, maka tidak bisa dipungkiri
bahwa pewartaan juga perlu berkembang dan memanfaatkan kemajuan alat
teknologi dan komunikasi yang ada secara bijaksana. Pembaharuan usaha-usaha
baru dalam pewartaan akan memberikan pewartaan yang relevan dengan jaman,
khususnya bagi Orang Muda katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(90)
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup ini penulis hendak memaparkan kesimpulan dan
saran yang berkaitan dengan “Manfaat Film Pendek Sebagai Media Audio-Visual
Dalam Katekese Bagi Orang Muda Katolik di Paroki Administratif Santa Maria
Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo, Yogyakarta”. Bagian kesimpulan memuat
keseluruhan proses dalam penyusunan skripsi, sementara bagian saran memuat
berbagai hal yang dapat dikembangkan dengan penggunaan film pendek sebagai
media audio-visual dalam berkatekese bagi Orang Muda Katolik.
C. Kesimpulan
Media audio-visual sebagai alat modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman merupakan hasil dari media yang dapat didengar dan
dilihat. Kegunaannya ialah memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi
untuk membantu proses komunikasi menjadi lebih efektif, mendorong rasa
keingintahuan, dan mengetahui lebih banyak. Dengan demikian mampu memberi
perubahan terhadap sikap seseorang, terkhusus dalam berkomunikasi bahkan
tingkah laku. Media audio-visual menyajikan dan menawarkan pesan dan nilai
untuk merangsang belajar salah satu contohnya adalah film.
Berdasarkan hal tersebut, menjadi sangat baik memanfaatkannya
sedemikian rupa demi kesejahteraan umat manusia. Film pendek sebagai media
audio-visual mampu memberi sumbangan positif bagi komunikasi umat manusia
khususnya orang muda, sehingga dibutuhkan sikap bijaksana, kreatif, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kesadaran kritis dalam memanfaatkannya. Film pendek memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan orang muda. Selain karena durasinya yang pendek, film
pendek juga sarat akan pesan dan nilai religius yang ingin disamapikan oleh si
pembuat film.
Oleh karena itu, film pendek dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai
sarana pendukung dalam menjemput pengalaman peserta dalam kegiatan katekese
kemudian direfleksikan dalam terang iman guna menemukan nilai hidup baru.
Namun untuk penggunaan film pendek dalam katekese, seorang pendamping perlu
mempertimbangkan tema dan konteks hidup peserta seperti halnya situasi dan
kebutuhan orang muda setempat.
Data yang diperoleh terkait pemanfaatan film pendek sebagai media audio-
visual dalam katekese bagi Orang Muda Katolik (OMK) di Pelem Dukuh
dibuktikan melalui program yang telah dilaksanakan. Dari program yang telah
dilaksanakan penulis mampu merumuskan kesimpulan bahwa film pendek dengan
materi yang terkandung di dalamnya dapat mendukung proses katekese bagi
OMK. Pemanfaatan dari film pendek dalam proses katekese mampu menarik
minat, perhatian dan merangsang peserta untuk menghubungkan tema yang
diangkat dengan realitas kehidupan mereka.
Peserta juga mampu menemukan ide, pesan, dan nilai hidup baru tentang
bagaimana menilai realitas dan bagaimana harus menanggapinya. Hal itu terlihat
dari sikap dan keterlibatan peserta lewat proses katekese yang ditunjukkan dengan
sharing pengalaman iman, dan merumuskan aksi bersama. Berdasarkan hasil
wawancara, peserta mengungkapkan bahwa lewat film pendek yang manfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dalam katekese, mereka memperoleh nilai-nilai injil seperti kasih, solidaritas,
kepedulian sosial, persahabatan, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan
beberapa saran kepada pihak yang terkait dalam usaha.
Bagi Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh, Kulon Progo,
Yogyakarta: Untuk menunjang kegiatan katekese bagi Orang Muda Katolik di
Paroki, maka perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Sebaiknya memfasilitasi OMK dalam meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan sarana-sarana yang berbasis teknologi untuk menunjang katekse
audio-visual bagi OMK di Paroki.
2. Untuk Pendamping OMK di paroki semoga ada usaha, dan upaya melanjutkan
kegiatan katekese audio-visual di kalangan sesama OMK di Paroki demi
menumbuhkan dan memperkembangkan iman.
3. Untuk Remaja dan OMK bisa semakin bijaksana dalam memanfaatkan sarana
komunikasi, agar tidak terjebak pada pengaruh negatif media komunikasi.
Bagi instansi atau lembaga Gereja Katolik yang bergelut dalam dunia
Perfileman atau memproduksi film pendek, harapan penulis yaitu:
1. Melahirkan film-film pendek yang menarik perhatian dan mampu
meningkatkan kesadaran OMK dalam menghayati panggilan imannya di
tengah masyarakat dan bagi lingkungan hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Mempromosikan dan membuka akses bagi OMK dalam mengakses konten
film-film pendek yang diproduksi, sehingga dapat menimba inspirasi dalam
menghayati iman dalam kehidupannya di tengah masyarakat.
Untuk Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
1. Mengharapkan civitas akademika lebih memberi perhatian atas perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi khususnya pemanfaatan film pendek
sebagai media audio-dalam mewartakan kabar suka cita. Baik di kampus
maupun di luar kampus.
2. Mahasiswa perlu mempelajari dan memahami lebih baik hal-hal yang terkait
dengan pemanfaatan film pendek sebagai sarana katekese bagi Orang Muda
Katolik di Paroki maupun di sekolah sebagai media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
1. Dokumen Gereja, Buku, dan Kamus.
Batmomolin, Lukas dan Fransisca Hermawan. (2003). Budaya Media. Flores
NTT: Nusa Indah
Dokumen Konsili Vatikan II. (1993). Cetakan ke sebelas. (R.Hardawirjana,
Penerjemah). Jakarta: Obor.
Effendy, Onong Uchjana.(1986). Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung:
Alumni.
_____.(2007). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ernestine, & FX. Adisusanto. (1977). Katekese Audio-Visual. Bunga Rampai
Puskat Yogyakarta: PUSKAT Yogyakarta.
Heru Effendy, (2002). Mari Membuat Film (Panduan Menjadi Produser).
Yogyakarta: Panduan
Iswarahadi, Y.I., (2003). Beriman dengan Bermedia: Antologi Komunikasi.
Yogyakarta: Kanisius
_____.(2017). Media Pewartaan Iman: Usaha Mencari Model Pewartaan Iman
pada Zaman Digital. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Kepausan Untuk Komunikasi Sosial. (1992). Aetatis Novae: Terbitnya
Suatu Era Baru. (Seri Dokumen Gereja. 26). Jakarta: Dokumentasi dan
Penerangan KWI.
Paus Yohanes Paulus II. (2016). Catechesi Tradendae: Penyelenggaraan
Katekese. (Seri Dokumen Gereja. 28). Jakarta: Dokumentasi dan
Penerangan KWI.
KWI. (2000). Petunjuk Umum Katekese Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan
KWI.
Kitab Hukum Kanonik. (2016). Edisi Resmi Bahasa Indonesia (Revisi II). Cetakan
pertama. (Editor R.D. Robertus Rubiyatmoko) Jakarta: KWI.
KOMKAT KWI. (2016). Katekese Di Era Digital: Peranan Iman dan Katekis
dalam Karya Katekese Gereja Katolik Indonesia di Era Digital.
Yogyakarta: Kanisius.
KOMKEP KWI. (2014). Sahabat Sepeziarahan: Pedoman Karya Pastoral Orang
Muda Katolik Indonesia. Jakarta: KWI
KOMKEP KWI. (1998). Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta: KWI
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Kanisius.
_____.(1974). Film : Sejarah, Tehnik dan Seninya: Seri PUSKAT No. 208.
Yogyakarta : Puskat Bagian Publikasi
_____.(1976). Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius
Mite, Matheus, B. (2012). Peranan Audiovisual Dalam Berkatekese. Jakarta:
Pelangi Pendidikan.
Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
O’Collins, & Edward G. Farrugia, (1996). Kamus Teologi. (Terjemahan dari Buku
A Concise Dictionary Of Theology oleh I. Suharyo) Yogyakarta: Kanisius
Rohani Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Rukiyanto, B.A. (2012). Pewartaan di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius.
Winarno Surakhmad.(1980). Psikologi Pemuda: Sebuah Pengantar dalam
Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosial. Bandung: Jemmars.
Sadiman, Arief S. (2009). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Setyakarjana, J. S. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat
Kateketik.
Suleiman Amir. H., (1981). Media Audio-Visual (Untuk Pengajaran, Penerangan,
dan Penyuluhan). Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan.
Cetakan Pertama. Jakarta: Obor.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakekat, Metode, dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
2. Jurnal, Skripsi, Artikel, Majalah, dan Makalah
Kristianto Naku, (2016). Ada Apa di Balik Lensa? Rohani No. 11, Tahun ke-63,
November 2016, hlm. 8-10.
Subardjo, Surat Gembala “Sinode Para Uskup Tentang Orang Muda: Apa
Hasilnya? (Bagian 2)”. Teks Misa Minggu Biasa XXXII/B, 10-11
November 2018 Gereja St. Antonius Padua Kotabaru. hlm. 27.
3. Daring
Achmad Choirudin. “Film Pinggiran dan Demokrasi Media.”
https://kbgmrk.wordpress.com/2011/02/17/film-pinggiran-dan-demokrasi-
media/ (di akses tanggal 22 Februari 2018, pkl 13.35)
Nielsen. “Tren Baru Di Kalangan Pengguna Internet di Indonesia.”
http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2017/TREN-BARU-DI-
KALANGAN-PENGGUNA-INTERNET-DI-INDONESIA.html (diakses
tanggal 05 Maret 2018, pada pkl 07.33)
Landasan Teori. “Pengertian dan Definisi Film menurut Para Ahli”.
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-film-definisi-menurut-
para.html (diakses tanggal 21 Februari 2018, pkl 11.48)
Resmiwaty. “Degradasi Kultural Dalam Kehidupan Remaja”.
https://media.neliti.com/media/publications/28549-ID-degradasi-kultural-
dalam-kehidupan-remaja.pdf.
Wibowo dkk, (2006:196). Dalam Thesis “Anonim”.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t51913.pdf (diakses tanggal 23 Februari
2018. pkl. 21.09)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
(1)
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(2)
Lampiran 2: Program Katekese 1
Hari, Tanggal Pelakasanaan: Minggu, 28 April 2019
No Waktu Langkah Pertemuan Tujuan Materi Metode Sumber Bahan Durasi
1. 16.30-16.45 Pembukaan,
Pengantar Tema dan
Tujuan
Membuka proses
katekese dan
memberi penjelasan
mengenai tema serta
tujuan katekese
- Pengantar tema
dan tujuan
- Doa Pembuka
- Lagu Pembuka
Informasi,
ceramah,
menyanyi,
dan berdoa.
Video Lagu
Youtube: “Bagai
Bejana Siap di
Bentuk.”
15’
Menit
2. 16.45-17.15 Melihat (menonton)
Film Pendek.
Mengajak peserta
melihat film pendek
dan mencermati
bagian-bagian dalam
tayangan:
- Film Pendek
“Kinetik”
Menonton
Film Pendek
Film Pendek
Youtube:
“Kinetik”
30’
Menit
3. 17.15-17.30 Pendalaman Film
Pendek
Mengajak peserta
mendalami film
pendek dan
merefleksikan nilai,
pesan, dan makna
hidup yang
terkandung dalam
film pendek secara
bersama
- Pertanyaan
tntunan dan
sharing
Sharing
Diskusi
Refleksi
- 15’
Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(3)
4. 17.30-17.35 Peneguhan Panggilan
Iman dalam Terang
Kitab Suci.
Mengajak peserta
untuk menggali
kekayaan iman
kristiani dalam Kitab
Suci Injil Lukas 10:
25-37.
Mendengarkan
bacaan Kitab
Suci Injil Lukas
10: 25-37.
Mendengarka
n dan
membaca
Teks Kitab Suci
Perjanjian Baru
(Luk. 10: 25-
37)
5’
Menit
5. 17.35-17.45 Renungan dan
Pendalaman Kitab
Suci
Mengajak peserta
mendalami pesan
dalam bacaan Kitab
Suci dan
merenungkan
bersama-sama
Pertanyaan
pendalaman
Sharing
pendalaman
Kitab Suci, dan
Renungan Kitab
Suci
Informasi,
Sharing,
Diskusi,
refleksi, dan
renungan
10’
Menit
6. 17.45-18.00 Membangun Niat dan
Membuat Aksi
Bersama.
Mendorong peserta
untuk merumuskan
aksi nyata dalam
bersolidaritas dengan
sesama
Pertanyaan
tuntunan
merumuskan
aksi pribadi dan
bersama.
Informasi dan
Diskusi 15’
Menit
7. 18.00-18.05 Doa Umat Mengajak peserta
mendoakan niat dan
aksi yang sudah
dirumuskan
bersama.
Doa 5’
Menit
8. 18.05-18.10 Penutup dan Snack Mengajak Peserta
untuk menutup
proses katekese
dengan doa penutup
dan lagu penutup.
- Doa Penutup
- Lagu Penutup
Video Lagu
Youtube:
“Dipilih Untuk
Melayani”
5’
Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(4)
Lampiran 3: Program Katekese 2
Hari, Tanggal Pelakasanaan: Minggu, 5 Mei 2019
No Waktu Langkah Pertemuan Tujuan Materi Metode Sumber Bahan Durasi
1. 17.30-17.45 Pembukaan,
Pengantar Tema dan
Tujuan
Membuka proses
katekese dan
memberi penjelasan
mengenai tema serta
tujuan katekese
- Sapa dan salam
- Lagu Pembuka
- Doa Pembuka
- Pengantar tema
dan tujuan
Informas,
ceramah,
menyanyi,
dan berdoa
15’
Menit
2. 17.45-18.15 Melihat (menonton)
Film Pendek.
Mengajak peserta
melihat film pendek
dan mencermati
bagian-bagian dalam
tayangan:
- Film Pendek
“Bumiku”
Menonton
Film Pendek 30’
Menit
3. 18.15-18.30 Pendalaman Film
Pendek
Mengajak peserta
mendalami film
pendek dan
merefleksikan nilai,
pesan, dan makna
hidup yang
terkandung dalam
film pendek secara
bersama
- Pertanyaan
tntunan dan
sharing
Sharing
Diskusi
Refleksi
15’
Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(5)
4. 18.30-18.40 Peneguhan Panggilan
Iman dalam Terang
Kitab Suci.
Mengajak peserta
untuk menggali
kekayaan iman
kristiani dalam Kitab
Suci (Kej. 2:8-15)
Mendengarkan
bacaan Kitab
Suci (Kej. 2:8-
15)
Mendengarka
n dan
membaca
Teks Kitab Suci
Perjanjian Lama
(Kej. 2:8-15)
5’
Menit
5. 18.40-18.55 Renungan dan
Pendalaman Kitab
Suci
Mengajak peserta
mendalami pesan
dalam bacaan Kitab
Suci dan
merenungkan
bersama-sama
Pertanyaan
pendalaman
Sharing
pendalaman
Kitab Suci, dan
Renungan Kitab
Suci
Informasi,
Sharing,
Diskusi,
refleksi, dan
renungan
10’
Menit
6. 18.55-19.15 Membangun Niat dan
Membuat Aksi
Bersama.
Mendorong peserta
untuk merumuskan
aksi nyata dalam
bersolidaritas dengan
sesama
Pertanyaan
tuntunan
merumuskan
aksi pribadi dan
bersama.
Informasi dan
Diskusi 15’
Menit
7. 19.15-19.20 Doa Umat Doa 5’
Menit
8. 19.20-19.30 Penutup dan Snack 5’
Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
(6)
Lampiran 4: Satuan Pertemuan Katekese 1
SATUAN PERTEMUN 1
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK PAROKI
ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA PELEM DUKUH.
A. Identitas
1. Tema : Berani Bersolidaritas dengan Sesama
2. Tujuan : Mendorong peserta untuk semakin berani
membangun semangat solidaritas di tengah
kehidupan bersama dalam hidup beriman di Paroki
Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.
3. Sarana : Film Pendek “Kinetik”
Video Lagu “Bagaikan Bejana Siap di Bentuk”
Video Lagu “Dipilih Untuk Melayani”
Lilin dan Salib
Kertas HVS, kertas flop, dan Spidol.
Laptop, Proyektor LCD, Sound System
Kitab Suci (Kutipan Injil tentang Orang
Samaria yang murah hati Luk. 10:25-37)
B. Proses Katekese
1. Pengantar Tema dan Tujuan
Fasilitator: “Selamat sore kawan-kawan muda yang terkasih dalam
Kristus. Pertama-tama ijinkan saya memperkenalkan diri, nama saya
......Sebelumnya terima kasih atas partisipasinya dan juga sudah memperkenankan
saya untuk melaksanakan tugas saya di sni. Bagi saya ini merupakan suatu
kebahagiaan sekaligus sebuah kebanggaan bisa berada ditengah kawan-kawan
OMK Don Bosco Paroki Pelem Dukuh dalam kesempatan yang berharga dan baik
ini, terkhusus dalam pertemuan katekese (pendalaman iman). Program pertemuan
katekese ini akan berlangsung dalam dua kali pertemuan yakni hari ini dan
tanggal 28 April mendatang. Pada pertemuan pertama ini saya ingin mengajak
kita yang ada di sini untuk mendalami bersama tema solidaritas, lengkapnya
’Berani Bersolidaritas dengan Sesama’. Bicara soal solidaritas, bagi kita umat
kristiani, solidaritas merupakan sesuatu sikap yang tidak bisa kita abaikan dalam
kehidupan kita, khusunya untuk membangun kerjasama dalam hidup bersama.
Seperti halnya kita ketahui bahwa Allah telah mengasihi kita tanpa pamrih, Ia
bersolidaritas dengan kita dengan cara mengutus Putra Tunggalnya Yesus Kristus.
Di mana Yesus sendiri telah rela menderita sengsara bagi kita, Ia berani
melakukan semuanya itu karena kasihNya yang begitu besar. Oleh karena itu, apa
yang menjadi tujuan dari tema ini ialah ingin mendorong kita untuk semakin
berani membangun semangat solidaritas ditengah kehidupan bersama dalam hidup
beriman kita sebagai OMK di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem
Dukuh ini. Marilah kita mengawali proses ini dengan sebuah lagu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(7)
2. Lagu Pembuka Video Lagu “Bagaikan Bejana Siap di Bentuk”
3. Doa Pembuka
Allah Bapa di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Terimaksih untuk segala
kasih kabaikan dan pernyertaan-Mu kepada kami setiap hari dalam perjalanan
hidup kami. Utuslah Roh Kudusmu bagi kami semua yang berkumpul di sini, agar
dapat berpikir benar dan jernih dalam katekese ini. Bantulah pula supaya kami
dapat terbuka dalam tukar menukar pengalaman dan persoalan tentang kehidupan
kami. Kami berdoa pada-Mu di awal katekese ini hendak menyerahkah segala
proses kami dengan doa yang diajarkan oleh PutraMu.
Bapa Kami......
4. Melihat Film Pendek
Fasilitator: “Kawan-kawan muda yang terkasih, pada kesempatan awal
ini, saya akan mengajak kawan-kawan untuk melihat film pendek. Dalam film
pendek ini kita akan melihat bagaimana sebuah tindakan kebaikan dapat
membawa perubahan dan kebahagiaan bagi kehidupan orang lain. Kesadaran dan
keberanian bertindak atas rasa solidaritas memberikan hal baik bagi kehidupan
bersama. Film pendek yang akan saya putarkan ini berjudul ‘Kinetik’. Oleh
karena itu saya ingin mengajak kawan-kawan untuk melihatnya secara seksama
dan sungguh-sungguh, agar dapat mengetahui memahami detail makna yang ada
di dalam film pendek ini.” (Setelah melihat film pendek fasilitator menanyakan
kesan peserta atas film pendek yang baru dilihat)
Fasilitator: “Setelah melihat film pendek ‘Kinetik’ tadi, apa pendapat dan
kesan spontan yang kawan-kawan rasakan?” (Setelah mendengar kesan spontan
dari peserta fasilitator meminta salah satu peserta untuk menjelaskan alur cerita
film pendek secara singkat)
Fasilitator: “Adakah yang bisa menceritakan ulang bagaimana alur cerita
dalam film pendek tadi?” (Setelah mendengar penceritaan ulang alur cerita dari
peserta, fasilitator mengaja peserta melanjutkan pada langkah selanjutnya untuk
lebih mengobjektifkan apa yang baru dilihat)
5. Pendalaman Film Pendek
Fasilitator: “Setelah kita melihat sendiri, mengemukakan kesan-kesan,
dan seorang rekan kita pun telah menceritakan kembali alur cerita film ‘Kinetik’
tadi, maka saya ingin mengajak rekan-rekan untuk mengingat kembali
keseluruhan film tadi secara lebih teliti, dengan beberapa pertanyaan panduan”:
a. Siapa saja tokoh yang berperan dalam Film Pendek ini?
b. Bagian mana yang menarik dari film pendek ini?
c. Apa pesan, makna, dan harapan yang bisa kita petik dari film pendek ini?
Fasilitator:“Terimakasih banyak kawan-kawan sekalian atas pendapat-
pendapatnya. Sebelum kita meneruskan proses kita, saya akan mengulas isi pesan
dan makna serta garis besar jalan cerita dari film pendek tadi.” (Fasilitator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(8)
menjelaskan bagian penting alur cerita, beserta pesan dan makna dari film
pendek ‘Kinetik’)
6. Peneguhan Iman dalam Terang Kitab Suci
Fasilitator: “Kawan-kawan, setelah kita mendalami bersama pesan,
makna, dan harapan yang terdapat pada film pendek tadi, maka pada kesempatan
berikut ini kita akan merenungkan lebih mendalam lagi terutama terkait panggilan
iman kita sebagai orang kristiani terkhusus sebagai Orang Muda Katolik lewat
pesan Kitab Suci tentang Orang Samaria yang murah hati” (Lukas 10: 25-37)
(fasilitator meminta salah satu membacakan Teks Kitab Suci dan mengharapkan
peserta memperhatikan teks Kitab Suci yang sudah di bagikan)
Teks Kitab Suci Injil (Lukas 10: 25-37):
Orang Samaria yang murah hati
(10:26)Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus,
katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
(10:26) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa
yang kaubaca di sana?"
(10:27) Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap
akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
(10:28) Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka
engkau akan hidup."
(10:29) Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan
siapakah sesamaku manusia?"
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia
jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-
habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi
meninggalkannya setengah mati.
(10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
(10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang
itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
(10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat
itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
(10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya
dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai
tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
(10:35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan
itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.
(10:36) Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
(10:37) Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan
kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(9)
7. Renungan dan Pendalaman Kitab Suci
Fasilitator: “Setelah kita mendengarkan bacaan dari Kitab Suci tentang
Orang Samaria yang murah hati (Lukas 10: 25-37), maka marilah kita dalami
bersama Sabda Tuhan ini. Untuk membantu kita dalam mendalami Sabda ini, saya
akan bantu dengan beberapa pertanyaan sebagai tuntunan bagi kita”:
a. Ayat Kitab Suci manakah yang menarik menurut kawan-kawan sekalin terkait
tentang tema kita malam hari ini? Mengapa?
b. Apa pesan suci yang ingin disampaikan oleh Sabda dalam bacaan Injil ini
kepada kita?
Fasilitator: “Kawan-kawan muda terkasih, Perumpamaan Orang Samaria
yang baik hati yang baru saja kita dengarkan sangatlah menarik. Dalam bacaan
ini, ada banyak inspirasi yang dapat kita petik bersama, terkhusus tentang
solidaritas kepada saudara dan saudari kita yang membutuhkan pertolongan.
Perikop ini mengajarkan kepada kita tentang siapakah sesama. Bacaan tadi jelas
mengatakan bahwa sesama kita adalah semua orang, siapa pun dia, tidak terbatas
oleh ras ataupun golongan. Ketika kita menerima seseorang sebagai sesama tentu
kita diharapakan berani berbelas kasih (bersolidaritas) dengan mereka. Belas kasih
(solidaritas) di sini tidak dikarenakan rasa kasihan semata, tetapi kasih itu harus
diwujudkan dalam bentuk tindakan yang nyata. Kita sebagai murid- murid Kristus
diajak untuk membagikan belas kasih kita kepada sesama. Sesama di sini bukan
hanya teman kita, tetapi juga mereka yang bukan teman kita, bahkan musuh/orang
yang membenci kita. Perumpamaan ini sesungguhnya menjelaskan perintah
Kristus, yang utama “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu… “(Luk 6:27; lih. Mat 5:43). Kasih yang tulus sifatnya memberi,
tanpa mengharapkan balasan; menolong karena mengetahui bahwa orang tersebut
membutuhkan pertolongan. Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan dalam
mengajarkan tentang belas kasihan ini? Yesus mengajar dengan perumpamaan
dengan maksud mengkoreksi kebiasaan kesalehan yang palsu yang dilakukan oleh
orang- orang pada jaman itu. Dengan demikian Yesus mengajarkan kita bahwa
hukum kasih merupakan hukum yang terutama, dan ini mengatasi hukum- hukum
yang lainnya. Hukum kasih mengatasi batas ras/golongan, seperti yang
ditunjukkan dalam perumpamaan ini. Kisah ini seharusnya membuka pemikiran
kita tentang apakah kita sudah menjadi ‘orang Samaria yang baik hati’ bagi orang
yang membutuhkan pertolongan, terutama jika itu adalah saudara kita sendiri?
Kisah orang Samaria yang baik hati mendorong kita untuk mengasihi tanpa
memandang bulu, tanpa membeda-bedakan ras dan golongan, dan tanpa
mengharapkan balasan. Kristus sendiri telah memberikan teladan kepada kita,
sebab Dia-lah yang digambarkan sebagai orang Samaria yang baik hati itu.
Kristus telah menolong kita, menyembuhkan luka-luka kita akibat kejatuhan kita
dalam dosa. Setelah mengalami pertolongan Tuhan ini, kitapun dipanggil oleh
Kristus untuk melakukan hal yang sama, yaitu menolong sesama kita yang juga
membutuhkan pertolongan, baik itu teman kita, ataupun orang yang membenci
kita. Setelah kita memenuhi tugas kewajiban kita di dalam keluarga dan pekerjaan
kita, kita perlu juga berkarya bagi orang lain dengan menjadi ‘Orang Samaria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(10)
yang baik hati’ bagi mereka yang membutuhkan. Dengan melakukan hal ini, kita
membagikan kasih Tuhan.
8. Membangun Niat dan Membuat Aksi Bersama.
Fasilitator: “Kawan-kawan terkasih, setelah kita mengikuti selurus
proses, mendalami pesan-pesan nilai iman kristiani dalam film pendek dan dalam
injil tadi, maka pada kesempatan ini saya ingin mengajak kita untuk membangun
niat baik pribadi maupun dalam kelompok/komunitas kita sebagai Orang Muda
Katolik dalam kehidupan bersama. Untuk membangun niat-niat dan aksi bersama
akan saya bantu dengan beberapa panduan pertanyaan”:
a. Harapan-harapan apa yang muncul dalam diri kawan-kawan dalam
pendalaman malam ini?
b. Niat-niat apakah yang ingin kawan lakukan setelah pendalaman ini (baik
secara pribadi maupun kelompok? (Fasilitator meminta peserta merumuskan
niat bersama yang akan dilakukan kelompok untuk kedepannya)
c. Peserta diajak untuk mendoakan bersama seluruh harapan dan niat baik yang
telah didiskusikan dan dituliskan secara bersama dalam doa umat.!
9. Doa Umat (Mempersembahkan niat-niat yang sudah dirumuskan kelompok)
10. Doa Penutup
Allah sumber segala kasih. Engkau mengutus Putra-Mu Yesus Kristus,
agar kasih-Mu menjadi nyata dalam hidup kami, sehingga Engkau pun semakin
dikenal banyak orang. Semoga melalui karunia kasih-Mu, aku semakin mengasihi
engkau lebih dari segala sesuatu, dengan segenap hati, jiwa, akal budiku, dan
dengan segenap kekuatanku. Karena dengan mengasihi Engkau akupun semakin
mengasih sesamaku, sebagaimana aku mengasihi diriku sendiri. Ya Allah
kobarkan api cinta kasihMu selalu dalam hatiku. Amin.
11. Lagu Penutup Video (Dipilih untuk Melayani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(11)
Lampiran 5: Satuan Pertemuan Katekese 2
SATUAN PERTEMUN 2
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK PAROKI
ADMINISTRATIF SANTA MARIA FATIMA PELEM DUKUH.
A. Identitas
1. Tema : Membangun Sikap Peduli Lingkungan
Hidup
2. Tujuan : Mendorong peserta untuk semakin peduli
terhadap lingkungan hidup dan siap
memperjuangkan serta menjaga kelestarian
lingkungan agar tercipta ruang hidup yang
baik, bersih dan aman bagi kehidupan
bersama.
3. Sarana Film Pendek “Bumiku”
Video Lagu “Semua Ikut Bernyanyi.”
Video Lagu “Agar Bumi Tersenyum”
Lilin dan Salib
Kertas HVS, kertas flop, dan Spidol.
Laptop, Proyektor LCD, Sound System
Kitab Suci (Kutipan Teks Kitab Suci
tentang Manusia dan taman Eden
Kejadian 2: 8-15)
B. Proses Katekes
1. Pengantar Tema dan Tujuan
Fasilitator: “Selamat sore kawan-kawan terkasih dalam Kristus,
terimakasih atas partisipasinya untuk yang kedua kali dalam pertemuan katekese
yang kedua (pendalaman iman) ini. Dalam pertemuan yang kedua ini saya akan
mengajak kita akan mendalami bersama tema lingkungan hidup, tepatnya dalam
membangun sikap peduli lingkungan hidup. Mengingat pentingnya membangun
sikap peduli lingkungan hari ini, di mana kondisi bumi kita kian hari memasuki
masa degradasi lingkungan. Yang mana terjadi kerusakan lingkungan di mana-
mana. Kerusakan lingkungan merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup
umat manusia dan ruang hidup yang aman bagi anak-cucu kita kelak. Tujuan dari
pertemuan ini hendak mendorong kesadaran kita bersama untuk semakin peduli
terhadap lingkungan hidup dan siap memperjuangkan serta menjaga kelestarian
lingkungan agar tercipta ruang hidup yang baik, bersih dan aman bagi kehidupan
bersama. Tepatnya di Paroki Administratif Santa Maria Fatima Pelem Dukuh ini.
Oleh karena itu, marilah kita mengawali proses ini dengan sebuah lagu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(12)
2. Lagu Pembuka Video Lagu “Semua Bunga Ikut Bernyanyi”
3. Doa Pembuka
Allah Bapa di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Terimaksih untuk segala
kasih kabaikan dan pernyertaan-Mu kepada kami setiap hari. Utuslah Roh
Kudusmu bagi kami semua yang berkumpul di sini, agar dapat berpikir benar dan
jernih dalam katekese ini guna membicarakan kondisi lingkungan hidup dan
bagaimana ambil bagian dalam menjaga dan merawat rumah kami secara
bersama. Bantulah kami agar terbuka dalam tukar menukar pengalaman dan
persoalan tentang kehidupan kami, terkhusus soal persoalan kerusakan lingkungan
yang marak terjadi hari ini. Kami berdoa pada mu di awal katekese ini hendak
menyerahkah segala proses kami dengan doa yang diajarkan oleh PutraMu.
Bapa Kami......
4. Melihat Film Pendek
Fasilitator: “Kawan-kawan muda yang terkasih, seperti biasa, pada
kesempatan awal, saya akan mengajak kawan-kawan untuk melihat film pendek.
Film pendek kali ini lebih kepada persoalan lingkungan hidup. Kita akan
menyaksikan dan belajar dari film ini bagaimana mengahadapi dan menyikapinya
serta ambil bagian dalam menjaganya. Film pendek yang akan saya putarkan ini
berjudul ‘Bumiku’. Oleh karena itu saya ingin mengajak kawan-kawan untuk
melihatnya secara seksama dan sungguh-sungguh, agar dapat mengetahui
memahami detail makna yang ada di dalam film pendek ini”. (Setelah melihat film
pendek fasilitator menanyakan kesan peserta atas film pendek yang baru dilihat)
Fasilitator: “Setelah melihat film pendek ‘Bumiku’ tadi, apa pendapat dan
kesan spontan yang kawan-kawan rasakan?” (Setelah mendengar kesan spontan
dari peserta fasilitator meminta salah satu peserta untuk menjelaskan alur cerita
film pendek secara singkat)
Fasilitator: “Adakah yang bisa menceritakan ulang bagaimana alur cerita
dalam film pendek tadi?” (Setelah mendengar penceritaan ulang alur cerita dari
peserta, fasilitator mengaja peserta melanjutkan pada langkah selanjutnya untuk
lebih mengobjektifkan apa yang baru dilihat)
5. Pendalaman Film Pendek
Fasilitator: “Setelah kita melihat sendiri, mengemukakan kesan-kesan,
dan seorang rekan kita pun telah menceritakan kembali alur umum cerita film
‘Bumiku’ tadi, maka saya ingin mengajak rekan-rekan untuk mengingat kembali
keseluruhan film tadi secara lebih teliti, dengan beberapa pertanyaan panduan”:
a. Siapa saja tokoh yang berperan di Film Pendek ini?
b. Bagian mana yang menarik dari film pendek ini?
c. Apa pesan, makna dan harapan yang ingin bisa kita petik dari film pendek ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(13)
Fasilitator: “Terimakasih banyak kawan-kawan sekalian atas pendapat-
pendapatnya. Sebelum kita meneruskan proses kita, saya akan mengulas isi pesan
dan makna serta garis besar jalan cerita dari film pendek tadi.” (Fasilitator
menjelaskan bagian penting alur cerita, beserta pesan dan makna dari film
pendek “Bumiku”)
6. Peneguhan Pangilan Iman dalam Terang Kitab Suci
Fasilitator: “Kawan-kawan, setelah kita dalami bersama pesan, makna,
dan harapan yang terdapat pada film pendek tadi, maka pada kesempatan berikut
ini kita akan merenungkan lebih mendalam lagi terutama terkait panggilan iman
kita sebagai orang kristiani terkhusus sebagai Orang Muda Katolik lewat pesan
Kitab Suci tentang “Manusia dan taman Eden” (Kejadian 2: 8-15) (fasilitator
meminta salah satu membacakan Teks Kitab Suci dan mengharapkan peserta
memperhatikan teks Kitab Suci yang sudah di bagikan)
Kutipan Teks Kitab Suci Kejadian 2: 8-15
Manusia dan taman Eden
(2:8) Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur;
disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
(2:9) Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang
menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-
tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
(2:10) Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari
situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
(2:11) Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh
tanah Hawila, tempat emas ada.
(2:12) Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu
krisopras.
(2:13) Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi
seluruh tanah Kush.
(2:14) Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur
Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
(2:15) TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman
Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
7. Renungan dan Pendalaman Kitab Suci
Fasilitator: “Setelah kita mendengarkan bacaan dari Kutipan Teks Kitab
Suci tentang Manusia dan taman Eden (Kejadian 2: 8-15), marilah kita mendalami
bersama Sabda Tuhan ini. Untuk membantu mendalami Sabda ini, maka akan
saya bantu dengan beberapa pertanyaan sebagai tuntunan”:
a. Adakah ayat Kitab Suci yang menarik menurut kawan-kawan terkait dengan
tema kita malam hari ini? Mengapa?
b. Pesan apa yang ingin disampaikan oleh Sabda dalam bacaan ini kepada kita?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(14)
Fasilitator: Kawan-kawan muda terkasih, dalam Kejadian 2 ini
diceritakan bahwa Allah menciptakan semua bagian dari alam dengan begitu baik
dan indah. Selain pohon dan buah di Eden mencakup ketersediaan air (sumber
kehidupan) yang sangat banyak (Kej 2:10), lingkungan yang melimpah dengan
emas dan batu permata (Kej 2:11-12). Tuhan tidak menempatkan manusia pada
tempat yang tandus atau mengerikan, tapi Dia menempatkan manusia di suatu
tempat yang baik.
Di taman inilah manusia memiliki hubungan yang sangat intim dengan
Tuhan. Allah menciptakan semua bagian dari alam dengan begitu baik. Hasilnya
masih bisa kita rasakan saat ini. Sayangnya, karya Allah ini, sudah mengalami
penurunan kualitas karena manusia yang ditempatkan sebagai pengonsumsi
sekaligus pengelolanya, tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik. Padahal
Allah telah berpesan bagi manusia untuk mengusahakan dan memelihara taman
Eden (ayat 15).
Lalu apa yang akan terjadi bila kita tidak mengindahkan mandat Allah ini?
Dan bagaimana akibat ketika melanggar? Tentu adalah kedosaan. Jangan sampai
karena kedosaan yang kita lakukan dengan merusak bumi bukan memelihara bumi
ini kita nantinya dihadapkan pada konsekuensi memperoleh tanah yang rusak,
tidak subur dan bersahabat; akhirnya harus bermandi peluh supaya bisa makan
karena sulit mengolah lahan kita; belum lagi bencana yang bisa mengancam kita
akbat perbuatan kita sendiri. Jangan sampai karena ketidaktaatan adalah pemicu
semuanya itu. Dosa membuat sakit-penyakit, kemiskinan dan kemalangan terjadi
di bumi ini.
8. Membangun Niat dan Membuat Aksi Bersama.
Fasilitator: “Kawan-kawan terkasih, setelah kita mengikuti selurus
proses, mendalami pesan-pesan nilai iman kristiani dalam film pendek dan dalam
injil tadi, maka pada kesempatan ini saya ingin mengajak kita untuk membangun
niat baik pribadi maupun dalam kelompok/komunitas kita sebagai Orang Muda
Katolik dalam kehidupan bersama. Untuk membangun niat-niat dan aksi bersama
akan saya bantu dengan beberapa panduan pertanyaan”:
a. Harapan-harapan apa yang muncul dalam diri kawan-kawan dalam
pendalaman malam ini?
b. Niat-niat apakah yang ingin kawan lakukan setelah pendalaman ini (baik
secara pribadi maupun kelompok? (Fasilitator meminta peserta merumuskan
niat bersama yang akan dilakukan kelompok untuk kedepannya)
c. Peserta diajak untuk mendoakan bersama seluruh harapan dan niat baik yang
telah didiskusikan dan dituliskan secara bersama dalam doa umat.!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(15)
9. Doa Umat (Mempersembahkan niat-niat yang sudah dirumuskan kelompok)
10. Doa Penutup
Allah bapa pencipta langit dan bumi, kami bersyukur atas ciptaanMu, alam
semesta seisinya, sebagai tempat dan pendukung hidup kami. Berikanlah kami
kekuatan, agar kami mampu menjaga dan melestarikannya sesuai dengan rencana
penciptaanMu, sebagai wujud pertobatan kami. Selamatkanlah kami umatMu dari
akibat kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang pada saat ini
semakin memprihatinkan. Ajarilah kami untuk mencintai lingkungan hidup kami
ini, sehingga dengan senang hati kami memelihara agar lingkungan hidup ini tetap
bersih dan bebas dari pencemaran. Tanamkanlah sikap kepedulian di dalam diri
umatMu untuk terlibat bersama dengan sesama, dalam usaha-usaha pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Amin.
11. Lagu Penutup Video lagu (Agar Bumi Tersenyum)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(16)
Lampiran 6: Hasil Evaluasi Penelitian Pertama dari Evaluator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
(19)
Lampiran 7: Hasil Evaluasi Penelitian Kedua dari Evaluator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(22)
Lampiran 9: Presensi Peserta Program Katekese
a. Presensi Perogram Pers
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(24)
b. Presensi Program Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Lampiran 10: Rumusan Aksi Bersama
a. Rumusan Aksi Program 1
Kelompok 2
Kelompok 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(27)
b. Rumusan Aksi Program 2
Kelompok 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(28)
Kelompok 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(29)
Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Katekese Audio-Visual dengan Film Pendek:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
(32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(35)
Wawancara Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(37)
Lampiran 11: Transkrip Wawanacara
Hasil Wawancara dengan Narasumber terkait dengan Evaluasi Program
Katekese bagi Orang Muda Katolik dengan Menggunakan Film Pendek
sebagai Media Audio-Visual di Paroki Administratif Santa Maria Fatima
Pelem Dukuh
Evaluasi pelaksanaan program Katekese bagi Orang Muda Katolik (OMK)
dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap beberapa OMK. Wawancara
dimaksudkan untuk mengevaluasi secara mendalam dan lengakp berdasar jenis
fokus penelitian yang ingin dibuktikan. Berikut evaluasi program kateksese bagi
OMK berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber: (R1): Martina Yuni
Awalrukmana; (R2): Agnes Hestu Pramudita; (R3) Aji Prasetyo; (R4) Bjasius Tri
Fibrianto; (R5) Eky
A. Pemahaman dan peranan Media Audio-Visual
A.1. “Apa yang saudara-saudari pahami tentang audio-visual?”
R1: “Media audio-visual ialah media yang memiliki unsur suara dan gambar.”
R2: “Setau saya audio-visual itu yang dapat dilihat secara langsung. Ada suara,
gambar dan ada rupanya.”
R3: “Kalau menurut saya audio-visual itu merupakan media untuk membantu kita
memahami sesuatu. Adapun unsurnya yaitu suara dan gambar.”
R4: “Audio-visual itu yang pertama audio itu suara sedang visual rupa. Untuk
menjelaskan sesuatu bisa menggunakan contoh-contoh yang bisa dilihat dan
didengar, sehingga orang yang jadi audien lebih tergerak untuk
berpartisipasi. Dengan demikian gampang menerima dan bisa
membayangkan hal yang belum diketahui. Dengan menggunakan audio-
visual lebih mudah menangkap”
R5: “Audio-visual memiliki ada unsur suara dan gambar gerak”
A.2. “Apakah media audio-visual membantu proses katekese (pendalaman
iman) saudara-saudari?”
R1: “Ya. Dengan menonton film pendek, dibandingkan dengan penyampaian
secara lisan, lebih mudah tersampaikan apabila menggukan film terkait apa
yang mau disampaikan. Dengan film, hal yang ingin disampaikan lebih bisa
mengena, dan lebih masuk. Dengan melihat film lebih mendukung tujuan.”
R2: “Kalau menurut saya iya. Soalnya, untuk saya sendiri. Semisal saya cuma
datang, disitu ada penyampaian katekese, ambil contoh saja seperti di desa
atau di lingkungan kita, model katekesenya hanya sebatas diceritakan oleh
prodiakon atau dengan ceramah, terus kita hanya sebatas tau tapi kita sulit
bisa menggambarkan, tapi gambaran tiap orang beda-beda. Nah kalau
dengan audio-visual kita bisa tau oh ternyata kondisinya itu seperti ini. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(38)
kita tau gambaran yang pasti. Kita juga bisa belajar dari pengalaman orang
lain.
R3: “Menurut saya membantu”
R4: “Iya sangat membantu terkhusus dalam merefleksikan pengalaman”
R5: “Kalau menurut ku memang sangat membantu, dari pada kita hanya
diterangi secara lisan (ceramah) bisa bikin ngatuk. Kalau menggunakan
media audio-visual, ketika fasilitator mau mengarahkan lebih mudah, dan
membantu melihat pengalaman orang lain.”
A.3. “Apakah penggunaan media audio-visual sungguh bermanfaat dalam
katekese (pendalaman iman) bagi Orang Muda Katolik? Mengapa?
R1: “Ya. Hal yang saya paling ingat mengenai film lingkungan, menurut saya
lebih mengena, ternyata selama ini saya jadi sadar, ternyata saya belum bisa
merawat lingkungan padahal Tuhan sudah memberikan alam yang begitu
luar biasa untuk kita manusia. Jadi lewat film yang kemaren, yang kedua,
lebih mengena dan bermanfaat.”
R2: “Iya kalau menurut saya bermanfaat, karena sangat membantu dalam
berefleksi.”
R3: “Ya bermanfaat. Dengan media audio-visual membantu memudahkan
komunikator menyampaikan pesan atau apa yang ingin disampikan kepada
audien. Kalau dalam konteks katekese audio-visual membantu audien lebih
tau, lebih paham dan cepat mengerti. Kalau hanya lisan saja kurang.”
R4: “Sangat bermanfaat. Karena dengan audio-visual bisa memudahkan dan
lebih gampang berefleksi”
R5: “Bermanfaat. Kenapa? Karena orang (anak muda) jaman sekarang kalau
dengan ceramah saja susah nangkap, kalau di bantu dengan media audio-
visual, apa yang fasilitator sampaikan dan arahkan sangat membantu.”
B. Pemanfaatan Materi Film Pendek dalam Katekese (Pendalaman Iman)
bagi Orang Muda Katolik
B.1. “Apakah materi film pendek mampu mendukung katekese (pendalaman
iman) saudara-saudari?”
R1: “Menurut saya mendukung, soalnya anak muda zaman sekarang untuk
mendengarkan orang berbicara sulit karena mereka punya dunianya masing-
masing. Kalau lewat materi film yang digunakan, disadarkan secara
langsung. Langsung mengena ke pribadinya masing-masing. Melihat peran
orang muda sekarang sangat penting kalau bukan orang muda yang mulai
siapa lagi.”
R2: “Kalau saya iya mas, setelah itu saya menonton lagi. Ceritanya asik gitu,
pendek, dan itu ada di kita banget (anak muda). Ceritanya itu lebih mengena
dari pada panjang-panjang.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(39)
R3: “Ya mendukung, terkait dengan film kinetik, sangat membantu memahami
pentingnya solidaritas pada sesama dan kepedulian pada lingkungan hidup.
Bagi saya sendiri, dengan melihat film pendek lebih tau maksud dan lebih
jelas apa yang hendak disampaikan.”
R4: “Iya mendukung. Film pendek kemaren mengajak orang muda melakukan hal
yang baik khususnya bersolidaritas. Banyak hal yang belum kita lakukan
kemudian disadarkan agar dapat terlibat ambil bagian dalam aksi kebaikan.
Karena banyak anak muda sekarang sibuk dengan diri sendiri. Padahal kita
sebagai makhluk sosial harus saling berhubungan satu sama lain demikian
juga dengan alam. Misalnya lintas berbagai latar belakang untuk bisa
bersatu untuk melakukan karya-karya kebaikan, dan berpartisipasi
mendukung gerakan kebaikan”
R5: “Mendukung. Untuk orang muda saya kira tidak harus terlalu agamis banget
atau monoton ajarannya, yang penting kita disadarkan bagaimana harus
bisa bersolidaritas dengan sesama.”
B.2. “Ketika menyaksikan film pendek, apakah kawan-kawan menemukan
nilai-nilai hidup atau injil?”
R1: “Pas lihat film itu, saya sadar ternyata Tuhan itu mengasihi kita luar biasa.
Terkadang kita, atau saya merasa lupa bahwa Tuhan sudah kasih macam-
macam kepada kita. Kita tinggal merawat dengan menjaga, terus berbagi
dengan orang lain. Kadang kita kurang bersyukur. Kita merasa kurang dan
kurang. Padahal Tuhan itu sudah luar biasa menyediakan segala sesuatunya
untuk kita. Untuk film pertama lebih ke pada orang-orangnya sekalipun
sudah berpunya (punya segala) tapi mereka mau untuk berbagi. Apa yang
mereka punya akhirnya semakin menjadi lebih berarti. Jadi nilai-nilai yang
saya dapatkan yang utama kasih pada orang lain, bagaimana kita mengasihi
sesama dan alam.”
R2: “Kalau saya kaitkan sama kehidupan, maksudnya sampai sekarang itukan
sudah mengalami banyak cerita dalam kehidupan kadang kita pas lagi di
bawah rasanya itu putus asa, tapi dengan melihat film kinetik itu jadi
termotivasi, lihat orang awalnya tidak sekolah tidak mampu tapi pada
akhirnya sukses karena ada niat dan usaha, tapi misal kita lagi terpuruk kok
kita sudah mikir yang aneh-aneh gak ada harapan buat hidup lagi kayaknya
itu salah. Jadi aku dari awal ada niat buat pingin bantu orang tapi gak tau
gimana caranya. Lihat kinetic itu kayak mana ya, buat aku elok banget. Aku
tidak yakin kalau jadi dia mampu apa enggak. Nilai-nilai yang saya dapatkan
peduli, pantang menyerah, yakin, percaya sama Tuhan, jangan merasa
rendah. Nilai solidaritas juga masuk, saling membantu, dan ada nilai
persahabatan, serta saling menyemangati.”
R3: “Kalau film pendek kemarin ada dan masuk. Bagaimana kita berani untuk
membantu, bergerak, mempunyai rasa peduli pada orang-orang yang
kesulitan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(40)
R4: “Banyak sekali nilai yang ditemukan, bahkan saat inipun saya merasakan
belum bisa seperti itu, jadi untuk menjadikan saya seperti itu, dengan melihat
film pendek itu, harapannya mencapai apa yang ada dalam film pendek.
Nilai-nilainya yang bisa di petik yakni sikap bersolidaritas, kita harus saling
bantu-membantu, seperti dalam film pendek mereka membantu anak-anak
yang tidak memiliki sekolah layak dan juga peduli menjaga lingkungan.”
R5:“Bagaimana hubungan kita dengan manusia dan alam kita. Nilai solidaritas,
berbagi dan membantu kepedulian sosial, dan kasih itu nilai yang saya
dapatkan”
B.3. “Apa yang perlu ditingkatkan dalam penggunaan materi film pendek
dalam proses katekese?”
R1: “Menurut saya. Kalau untuk materi kemaren sudah mengena. Untuk
kedepannya masih banyak hal yang memang perlu disadarkan untuk kita
orang muda. Jadi lebih diperbanyak lagi materi-materi lain yang lebih
mengena.”
R2: “Kalau menurutku mungkin perlu di tiap pertemuan ada tema khusus, jadi
jangan dibahas dan dijadikan satu dalam pertemuan. Jadi dengan demikian
orang bisa memperdalam tema-tema itu lebih mendalam. Dan beberapa
bulan sekali dijadikan satu dibahas bareng.
R3: “Yang perlu ditingkatkan unsur kerohaniannya.”
R4: “Yang jelas solidaritas, supaya bisa saling bantu membantu. Terutama untuk
kelangsungan dan keutuhan masyarakat agar dapat saling bantu-membantu”
R5: “Tambah orang berpengalaman dalam berbagi cerita untuk memantik dan
memperkaya cerita sebelum minta kawan Orang Muda Katolik sharing.”
C. Pemahaman dan Proses Katekese bagi OMK
C.1. “Apakah yang saudara/saudari pahami tentang katekese (pendalaman
iman) bagi Orang Muda Katolik itu?”
R1: “Katekese itu lebih ke pendalaman iman. Kadang hal yang berkaitan dengan
keagamaan apan sih norak, mungkin dengan cara ini kita bisa lebih
mendalami iman kita sebagai orang muda katolik dengan cara yang
mengasikan. Kadang dengan model doa lingkungan kadang orang muda
malas ngantuk dan bosan. Seperti yang kemaren lebih seru, santai dan
enggak bosan.”
R2: “Katekese itu pembinaan iman anak atau orang muda tentang ajarang
katolik. Misalnya tentang injil dan panggilan.”
R3: “Katekese membantu orang muda katolik untuk memperdalam iman. Tidak
melulu mendengar kotbah saja. Jadi dengan katekese itu kita bisa sharing
membantu orang muda katolik untuk berbagi pengalaman iman dalam
menjalani ajaran Kristus.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(41)
R4: “Memperkaya dan memperdalam iman. Apa yang di ajarkan injil bisa
dilakukan dalam kehidupan sehari.”
R5: “Katekese setau saya pendalaman iman dan mendalami ajaran, pengetahuan
Gereja dan Kristus.”
C.2. “Menurut pendapat saudara/saudari, apakah katekese (pendalaman iman)
perlu dilakukan secara rutin? Mengapa?”
R1:“Kalau menurut saya iya, kalau terlalu sering juga pasti bosan, kalau
jaraknya terlalu lama juga enggak pas, mungkin satu bulan sekali, atau
mungkin pas APP dan BKSN.”
R2: “Menurut saya iya. Saya sering mendengar katekese itu apa tapi saya hanya
tau kalau katekese itu tentang pengajaran untuk mengajarkan ajaran gereja,
tetapi enggak tau sub dibawahnya itu apa saja. Dan kita dilain waktu
mempelajari itu tapi tidak tau yang disebut katekese itu kayak gitu. Dan
sekrang banyak yang mesti dikasih pembinaan bagi orang muda supaya tidak
salah arah dan malas kegereja. Bisa lewat katekese. Soalnya tantangan dan
cara dia (orang muda) untuk keluar dari jalannya itu banyak cara. Mungkin
penting katekse yang menarik bagi orang muda.”
R3: “Katekese sebaiknya dilakukan secara rutin. Jadi kalau dilakukan hanya
sekali atau dua kali mungkin belum berpengaruh, tapi semisal setiap bulan
bisa di lakukan dengan materi yang menarik kemungkinan akan sangat
membantu.”
R4: “Harusnya perlu. Khususnya di Pelem Dukuh, untuk kegiatan katekese
sendiri hampir tidak ada. Ketika mas glen datang mengisi sangat bagus
untuk membantu mendidik generasi muda di Pelem Dukuh jarang
mendapatkan hal seperti itu, ketika mereka tidak mendapatkan bimbingan
pengarahan, arah gerak mereka tidak akan terarah sesuai dengan ajaran
iman akan bebas. Jika ada pendalaman iman seperti ini mereka bisa memiliki
kesadaran. Walaupun masih tergantung pada mereka.”
R5: “Perlu dilakukan secara rutin. Sesuai dengan tema dan kondisi terkini.”
C.3. “Bagaimana sikap saudara/saudari ketika mengikuti katekese
(pendalaman iman)? Apa bentuk keterlibatan yang saudara/saudari tunjukan?”
R1: “Apa ya?, Iya itu tadi, saya itu tipe orang yang kalau orang hanya omong tuh
gak dengarin, tapi kalau misalnya lewat film, lebih memperhatikan, dan bisa
membantu merefleksikan pengalaman. Intinya, kalau lewat film sangat
terbantu untuk bisa lebih memperhatikan dan tau yang disampaikan itu apa.
Kemaren juga sharing.”
R2: “Saya kemaren nyimak, kalau ada pengalaman, dan di kasih arahan apa di
suruh sharing, dan itu ada di saya dan saya berbagi pengalaman, dan saya
menanggapi. Dan jadi tau ajaran iman itu seperti apa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(42)
R3: “Untuk katekese kemaren saya sangat antusias, dengan adanya mas glen
melaksanakan katekese membantu kami mengetahui pendalaman iman. Kalau
di sini hanya doa Rosario. BKSN juga sudah tidak pernah.”
R4: “Keterlibatan kemaren dengan sharing dan membuat aksi bersama. Jadi yang
dirumuskan dengan baik.”
R5: “Keterlibatan saya, saya mencoba sharing pengalaman.”
Kesan dan Saran
R1: “Seru. Apalagi dengan film itukan anak muda suka nonton film. Apalagi ada
game, seperti hari kedua, dengan yang seru-seru lebih asik. Malah lebih
mengena kalau ada interaksi.”
R2:“Sudah bagus sudah dirancang dan disusun dengan baik. Sekalipun orang
baru bisa menyampaikan dengan baik.”
R3:“Sangat berterimakasih sekali. Kalau besok mau ngisi kalau ada kumpul-
kumpul lagi juga bisa.”
R4: “Masukan, semua baik. Kesannya mengikuti katekese kemaren memperoleh
wawasan iman yang banyak. Awalnya yang kita pikirkan kemaren hanya di
lingkup Pelem Dukuh, setelah mengikuti akhirnya sadar bahwa kita harus
membantu orang lebih banyak.”
R5: “Sudah bagus.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(43)
Lampiran 12: Surat Pernyataan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI