manajemen terpadu
TRANSCRIPT
Unsur unsur utama TQM
1. Fokus pada pelanggan.
Dengan demikian, manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bisa dikatakan sebagai
suatu system manajemen yang berfokus kepada manusia dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu secara berkelanjutan berupa kepuasan costumers (pelanggan), dengan biaya yang
dikeluarkan secara berkelanjutan terus menurun. MMT menganut tolok ukur keberhasilan
madrasah yang ketat, yaitu berupa tingkat kepuasan pelanggan internal dan eksternal. Madrasah
disebut berhasil jika madrasah tersebut mampu memberikan layanan sama atau melebihi
harapan-harapan pelanggan. Beberapa tolok ukur keberhasilan madrasah di dalam melayani
pelanggannya ialah:
Siswa merasa puas dengan layanan madrasah, antara lain karena pelajaran yang diterima
siswa-siswanya sesuai dengan harapan-harapannya, puas dengan perlakuan guru-guru,
pimpinan madrasah, dan semua tenaga kependidikannya, puas dengan fasilitas yang
disediakan pihak madrasah, puas dengan manajemen dan sistem administrasi yang
dilaksanakan di madrasahnya, puas dengan iklim dan budaya madrasah yang
dikembangkannya. Pendeknya semua siswa merasa puas dan menikmati suasana
madrasahnya.
Orang tua siswa merasa puas dengan layanan terhadap putra-putri mereka dan juga terhadap
mereka sendiri. Mereka merasa puas karena bila ada masalah dapat segera diselesaikan
dengan memuaskan, mereka puas karena menerima laporan perkembangan putra-putri
mereka secara periodik, mereka puas karena senantiasa dilibatkan dalam merumuskan
program program penting madrasah, dsb.
Pihak pemakai lulusan (perguruan tinggi, industri, dan masyarakat) merasapuas karena
menerima lulusan madrasah dengan kualitas yang sesuai dengan harapan mereka.
Guru dan karyawan madrasah merasa puas dengan layanan madrasah, baik yang
menyangkut kesejahteraan, hubungan kerja, pembagian kerja, iklim dan budaya kerja yang
tumbuh dan berkembang di madrasah.
Dalam mengimplementasikan MMT di madrasah, kepala madrasah memperhatikan
beberapa hal berikut:
1) Sifat layanan berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Secara teoretis, untuk mewujudkan
kepuasan pelanggan kepala madrasah berpegang kepada sifat-sifat layanan, antara lain:
a. Menjaga kepercayaan pelanggan (reliability). Hal ini berarti bahwa layanan harus sesuai
dengan yang dijanjikan ketika promosi madrasah, baik yang disampaikan secara lisan dalam
pertemuan-pertemuan, maupun pada brosur-brosur yang disebarkan kepada pelanggan.
Layanan seperti ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan, secara terus menerus
bukan pada saat-saat tertentu. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kepercayaan pelanggan
ialah: kejujuran, keamanan, ketepatan waktu,dan ketersediaan pihak madrasah dalam
menerima setiap keluhan.
b. Menjaga keterjaminan kualitas layanan (assurance). Hal ini berarti madrasah mengupayakan
jaminan kualitas layanan yang diberikan kepada semua pelanggan. Hal ini dilaksanakan
secara terus menerus (berkesinambungan), bukan hanya sesaat. Beberapa aspek yang
berkaitan dengan keterjaminan layanan antara lain: kompetensi, objektivitas, keterampilan,
disiplin, dan dedikasi guru serta tenaga kependidikan.
Menjaga penampilan madrasah agar selalu menarik (tangible). Hal ini berarti situasi dan
kondisi madrasah harus terjaga dengan baik, menyangkut kebersihan, kerapihan, kenyamanan,
keteraturan, dan keindahan madrasah. Ini pun harus diusahakan secara terus menerus sehingga
kesan yang dirasakan oleh semua pelanggan permanen di dalam pikiran dan hati semua
pelanggan.
Memberikan perhatian yang hangat kepada semua pelanggan (empathy). Hal ini berarti
madrasah secara terus menerus memberikan perhatian yang simpatik kepada semua pelanggan.
Beberapa aspek yang berhubungan dengan perhatian antara lain: ramah, aspiratif, komunikatif,
simpati, empati, dan senyum hangat. Tanggap terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan
pelanggan (responsiveness). Hal ini berarti bahwa madrasah harus cepat tanggap terhadap
kebutuhan pelanggan. Jangan menyepelekan hal-hal yang dikeluhkan pelanggan sekecil apapun.
Beberapa aspek yang berhubungan dengan aspek ini ialah kemampuan mendengar keluhan, saran
dan tanggapan pelanggan, kemauan melayani, komunikatif dan responsif. Di Madrasah, sifat
layanan ini dilakukan oleh pimpinan dan semua staf madrasah dengan selalu meningkatkan mutu
layanannya setiap saat. Untuk keperluan tersebut semua staf senantiasa meningkatkan
kompetensinya masing-masing secara terprogram.
2) Langkah-langkah yang ditempuh madrasah, komitmen terhadap mutu Untuk
mewujudkan layanan prima terhadap para pelanggan madrasah, kepala madrasah memperhatikan
hal-hal berikut: Madrasah berusaha mengubah paradigma berpikir (mind set). Kepala madrasah,
guru, dan semua tenaga kependidikan, berupaya mengubah paradigma berpikir dari pola pikir
konvensional dimana madrasah dianggap sebagai unit produksi dengan pendekatan in-put, proses
dan out-put, menuju unit langganan jasa yang berorientasi kepada kepuasan semua pelanggan.
Salah satu perubahan prilaku yang terpenting ialah dalam memberlakukan siswa, orang tua,
industri, dan masyarakat sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.
Madrasah yang melayani mereka, bukan sebaliknya mereka harus melayani madrasah. Madrasah
komitmen kepada mutu (quality oriented). Dalam hal ini pihak madrasah harus senantiasa
mengupayakan peningkatan mutu, yaitu kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal. Upaya meningkatkan layanan yang prima tersebut harus berlangsung secara
berkelanjutan, tidak hanya layanan sesaat. Madrasah menekankan kepada aspek proses secara
sistemik (process oriented). Hal ini menunjukkan bahwa mutu dibangun oleh proses, jika proses
pembelajaran berkualitas maka mutu akan mengarah kepada peningkatan mutu. Setiap kejadian
senantiasa diorientasikan kepada prosesnya. Jika seorang siswa melanggar aturan, maka harus
pula dianalisis prosesnya secara sistemik, mengapa dia melanggar aturan, bukan hanya
menyalahkan mereka. Jadi pemecahan masalah pun harus fokus pada perbaikan sistem yang
berjalan. Madrasah berpikir jangka panjang (long term oriented). Hal ini berarti madrasah di
dalam menyusun program/kegiatan tidak hanya memikirkan kepentingan saat ini, melainkan juga
bagaimana kepentingan jangka panjangnya. Madrasah telah memiliki visi yang jelas, bagaimana
keadaan madrasah di masa yang akan datang. Sebagai contoh, jika siswa melanggar aturan,
pemecahannya bukan hanya bagaimana siswa tersebut menjadi disiplin, tetapi bagaimana agar ke
depannya tidak ada lagi siswa yang melanggar aturan. Madrasah senantiasa mempunyai misi
untuk pengembangan sumber daya manusia (capacity building). Hal ini berarti bahwa setiap
program yang digulirkan oleh madrasah harus disertai dengan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang melaksanakannya. SDM yang terlatih akan mendukung pencapaian
sasaran organisasi dengan lebih mudah dan berkualitas. Hal ini akan mendukung pihak
madrasah, mewujudkan layanan prima kepada semua pelanggannya. Madrasah
mensosialisasikan MMT yang akan dilaksanakan di madrasahnya kepada semua pelanggan
(socialisation). Hal ini karena MMT tidak hanya dipahami oleh kepala madrasah, tetapi harus
juga oleh seluruh guru dan staf. Oleh karena itu diperlukan tahap pengkajian MMT secara
bersama-sama sampai ada persamaan persepsi diantara seluruh guru dan staf. Kemudian kepada
stake holders lainnya, dengan maksud yang sama yaitu punya kesamaan persepsi, dan berujung
pada dukungan yang sebaikbaiknya. Kepala madrasah menyadari pentingnya dukungan arus
bawah (bottom up). Karena itu kepala madrasah harus mampu mengubah perintah dari atas
menjadi inisiatif dari bawah. Untuk mewujudkan kondisi tersebut kepala madrasah harus
mengembangkan kepemimpinan yang delegatif, transfaran, kolaboratif, dan visioner. Kepala
madrasah membentuk tim MMT (team building). Tugas mereka mulai dari menyusun rencana
strategis, menyiapkan saran-saran dan menganalisis setiap masalah, kegiatan dan hasilnya, untuk
dijadikan masukkan kepada kepala madrasah. Selanjutnya kepala madrasah melaksanakannya
secara bertahap dan berkesinambungan. Kesadaran akan kualitas di madrasah sangat bergantung
pada banyak faktor yang saling berhubungan, terutama sikap kepala madrasah terhadap
pemaknaan mutu. Mutu pendidikan adalah proses yang berkepanjangan yang dibangun dengan
penuh kesungguhan, Untuk mewujudkan kepemimpinan transformasional, kepala madrasah
memiliki karakteristik kepribadian yang mencakup: motivasi kerja, integritas, kejujuran,
kepercayaan diri, inisiatif, kreativitas, originalitas, fleksibelitas, kemampuan kognitif, dan
kewibawaan. Kepala madrasah memiliki visi yang jelas seperti apa madrasah yang dipimpinnya
akan dibangun, sehingga akan menumbuhkan komitmen untuk membangun mutu bagi semua
pegawainya, memperhatikan kepuasan pelanggan, menumbuhkan kerja tim yang solid (sense of
teamwork) dalam bekerja, dan menumbuhkan standar mutu yang prima (standard of excellence).
Visi yang dirumuskan, diartikulasikan, dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders
sehingga mendapat dukungan dari semua pihak.
Madrasah dalam mengimplementasikan konsep TQM, dipersyarat kan beberapa hal, yaitu:
(a) Madrasah secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (melalui proses
pembelajaran yang berkualitas) sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal
maupun internal.
(b) Memberikan kepuasan kepada warga madrasah, komite madrasah, penyumbang dana
pendidikan di madrasah tersebut.
(c) Memiliki wawasan jauh kedepan.
(d) Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.
(e) Menciptakan kondisi di mana setiap warga madrasah aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
(f) Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga
madrasah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya
ide-ide baru.
(g) Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf
bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
(h) Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
(i) Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan
lebih mudah.
(j) Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
Sesuai dengan visi Madrasah yaitu mewujudkan insan yang unggul dalam imtaq dan
mampu bersaing di era globalisasi dengan berperilaku Islami, bahwa pendekatan yang digunakan
lembaga pendidikan di Madrasah Aliyahdalam rangka mencapai visi tersebut secara optimal,
telah diterapkan konsep Total Quality Management. Karena konsep Total Quality Management
dipandang sebagai suatu upaya pemberdayaan menyeluruh dari elemen madrasah yang bekerja
pada satu visi untuk meraih objective bersama serta cukup sesuai dengan kondisi madrasah
tersebut. Kerangka dari TQM adalah sumber daya yang dapat diandalkan, selanjutnya
diharapkan menghasilkan efektifivas dan efisiensi dari kinerja madrasah, yang menghasilkan
output dan outcome yang berkualitas, sehingga kepuasan masyarakat pengguna jasa pendidikan
ini akan dapat terpenuhi dengan mudah.
Penerapan konsep TQM di madrasah ini dilatar belakangi akan pentingnya mutu
pendidikan Islam di Madrasah, sangat tergantung pada mutu individu-individu yang ada di
dalamnya. Bila di madrasah ini orang-orangnya bermutu (guru dan tenaga kependidikan
lainnya), maka dapat diharapkan madrasah ini juga bermutu. Tetapi sebaliknya, bila orang-orang
yang terlibat (bekerja) di madrasah ini tidak atau kurang bermutu, tentu saja sulit diharapkan
mutu pendidikan madrasah ini akan bisa diraih. Untuk itulah adanya bermacam-macam
pendidikan dan pelatihan yang tujuannya meningkatkan mutu individu. Pendidikan dan pelatihan
yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengembangkan sikap mental
sasaran didiknya, tidak hanya untuk meningkatkan kompetensinya untuk bekerja, tetapi juga
dapat memperbaiki persepsi dan sikap mental terhadap mutu dan mutu kinerja. Jadi karena
pendidikan madrasah ini bermaksud meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakannya,
maka madrasah ini telah menanamkan pengertian yang mendalam tentang mutu dan mutu kinerja
kepada semua orang yang bekerja di dalamnya sebagai teamwork. Hal ini dilakukan dengan
pemikiran bahwa hanya orang-orang yang memiliki persepsi yang benar tentang mutu yang
dapat mengembangkan dunia pendidikan menjadi bermutu. Manajemen mutu terpadu atau MMT
(Total Quality Management) yang diterapkan di Madrasah Aliyahdidasari oleh filosofi mutu
yang dikemukakan di atas. Manajemen mutu terpadu ini menganut suatu pengertian bahwa
dalam bekerja mutu kinerja perlu dan dapat dikelola oleh semua orang yang bekerja di dalamnya.
Untuk berkinerja yang bermutu orang harus dapat mengidentifikasi siapa pelanggannya dan
kemudian juga mengidentifikasi kebutuhan dan harapan pelangganya.
Untuk madrasah mutu yang diharapkan adalah kulitas pendidikan kepada peserta didik,
dan keluarannya yang dapat bersaing di dunia pendidikan yang lebih tinggi atau dunia kerja yang
ditekuninya sesuai dengan bidang ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Tentu saja dalam hal ini
yang menjadi pelanggan dari madrasah yang bermutu itu adalah masyarakat yang membutuhkan
dunia pendidikan baik bagi dirinya maupun bagi anak-anaknya. Untuk dapat menerapkan konsep
dan prinsip-prinsip TQM di Madrasah Aliyah ini dengan baik di bidang pendidikan telah
ditanamkan dan diyakinkan cara pandang baru terhadap pendidikan itu, sesuai dengan pandangan
Ciptono2 antara lain bahwa:
1. Pendidikan adalah industri jasa atau industri pelayanan. Sebagai industri jasa
pendidikan madrasah harus berusaha memproduksi jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan menyajikannya dengan baik bagi yang memerlukannya;
2. Pendidikan mempunyai pelanggan. Jasa yang diproduski madrasah harus sesuai
dengan kebutuhan dan harapan orang-orang dan pihak-pihak yang langsung atau
tak langsung akan dilayani dengan jasa pendidikan. Yang menjadi pelanggan bagi
madrasah adalah siswa madrasah bersangkutan merupakan pelanggar primer,
sedangkan orang tua dan masyarakat merupakan pelanggar sekunder. Pelanggan
primer adalah siswa yang harus mendapat perhatian utama yang hampir setiap hari
membutuhkan pelayanan dalam proses pembelajaran;
3. Pelanggan madrasah mempunyai kebutuhan dan harapan yang unik. Karena itu
madrasah sebagai pelaku industri jasa harus mampu melakukan analisis untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan dari berbagai kelompok pelanggannya.
Kebutuhan dan harapan siswa harus dapat diidentifikasi secara baik. Dari sisi
pelanggan sekunder yaitu orang tua atau masyarakat, dia menginginkan hasil dari
proses pembelajaran dimadrasah dibuktikan dengan hasil yang diharapkan oleh
orang tua, antara lain lulus dengan nilai yang baik, mampu bersaing melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau mampu memasuki dunia kerja;
4. Pendidikan direncanakan untuk bisa memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan-
pelanggannya. Berdasarkan identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggannya, madrasah harus
selalu meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan dan harapan pelanggannya. Kurikulum
madrasah diupayakan telah mencerminkan kebutuhan dan harapan pelanggan, baik kebutuhan
yang dirasakan maupun kebutuhan yang belum dirasakan oleh pelanggan;
5. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan
dan harapan pelanggan. Rencana pendidikan yang telah disusun berdasarkan identifikasi
kebutuhan dan harapan para pelanggannya, telah diupayakan untuk dilaksanakan sedemikian
rupa, sehingga jasa pendidikan yang disajikan kepada pelanggannya benar-benar memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan. Bila kondisi ini tercapai maka para pelanggan (masyarakat)
akan merasa puas dengan jasa pendidikan yang disajikan oleh madrasah, dan tidak akan muncul
berbagai keluhan yang ditujukan kepada madrasah. Kalau masih ada keluhan berarti masih ada
kebutuhan dan harapan yang belum terpenuhi.
Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pembelajaran di Kelas.
Manajemen mutu terpadu (MMT) adalah suatu sistem perbaikan mutu kinerja yang dilakukan
secara berkelanjutan dan mencakup seluruh organisasi, yang bertujuan mencapai kepuasan penuh
pelanggan, melalui partisipasi aktif dari anggota-anggota tim yang terlatih, dengan menggunakan
alat-alat dan teknik-teknik untuk meraih mutu. Dapat juga dikatakan MMT adalah suatu pola
manajemen yang berisi prosedur-prosedur kerja, agar organisasi setiap orang mau dan dapat
berusaha secara terus menerus memperbaiki mutu kinerjanya. MMT bukanlah seperangkat
peraturan dan ketentuan kerja yang kaku dan harus diikuti secara ketat, melainkan seperangkat
prosedur dan proses kerja untuk memperbaiki mutu kinerja. MMT dapat dijelaskan sebagai cara
lain dalam mengatur kerja orang banyak, yaitu dengan menyelaraskan kerja mereka sedemikian
rupa sehingga orang itu menghadapi tugasnya dengan penuh semangat, dan mampu
berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan. Prosedur dalam mengimplementasikan
konsep TQM di Madrasah Aliyahpada dasarnya menempuh tiga tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan.
Pada tahapan persiapan ini adalah aktivitas pertama dan utama yang telah dilakukan kepala
madrasah sebelum konsep TQM dikembangkan lebih jauh dilaksanakan di madrasah. Beberapa
langkah yang telah dilakukan adalah: membentuk tim, baik dari guru maupun karyawan, yang
kemudian tim ini diberikan pelatihan tentang konsep TQM bagi tim, baik secara indoor
(dilaksanakan sendiri di lingkungan madrasah) maupun outdoor menyertakan anggota tim untuk
mengikuti pelatihan baik penataran yang dilakukan oleh kementerian agama maupun oleh
instansi lain untuk jangka waktu tertentu.
Merumuskan model atau sistem yang akan dikembangkan sebagai mana implementasi
konsep TQM, membuat kebijakan berkaitan dengan komitmen anggota organisasi untuk
mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada semua anggota organisasi berkaitan dengan
adanya perubahan, melakukan analisis faktor pendukung dan penghambat organisasi, dan
melakukan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan.
2. Tahap Pengembangan Sistem.
Berdasarkan tahapan persiapan, maka pengembangan sistem telah dilakukan dengan
langkah-langkah antara lain: melakukan peninjauan dan pengembangan model atau sistem yang
ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur
dan petunjuk kerja kepada tim-tim yang telah ditentukan secara tuntas, dan melakukan penyiapan
akhir baik sumber daya manusia maupun non manusianya sebagai pendukung secara cermat dan
akurat dalam rangka memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.
3. Tahap Implementasi Sistem.
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah yang telah ditempuh adalah
melaksanakan uji joba sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu berdasarkan siklus PDCA
(Plan, Do, Check, Act). Anggota tim menginformasikan kepada pimpinan maupun steering
commits berkaitan dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan secara rinci,
tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan, melakukan tindakan koreksi dan
pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan, dan mendiskusikan/ melaksanakan rapat
pemimpin dan pelaksana sistem jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh balikan yang ada
untuk menghasilkan atau membuat modivikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
3 Penerapan konsep
TQM bukan sekedar program manajemen yang ditujukan untuk pelengkap atau pemanis
kegiatan di madrasah saja, melainkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
produktivitas kerja tim. Implementasi konsep TQM telah diarahkan agar berorientasi pada
tujuan, sehingga diharapkan kinerja organisasi lebih efektif. Penerapan konsep TQM di
Madrasah Aliyahdilakukan dengan memenuhi fungsi-fungsi manajemen pendidikan yang
mengarahkan kepada pemenuhan tujuan, prinsip dan elemen-elemen konsep TQM itu sendiri.
Fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan yang didukung oleh elemen TQM dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan di
madrasah tersebut. Perencanaan diawali dengan penyusunan dan penetapan Kalender
Pendidikan, yang meliputi:
a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni
tahun berikutnya.
b. Hari libur madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,
dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah
tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari
libur khusus.
c. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk
satuan-satuan pendidikan.
d. Kalender pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen
Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah dan kebijakan madrasah.
Permulaan Tahun Pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
tahun pelajaran pada madrasah dengan mempersiapkan program kepala madrasah yang
mencakup:
1) Rencana Kerja
2) Kalender Pendidikan/Akademik
3) Perencanaan Proses Pembelajaran
4) Pelaksanaan Proses Pembelajaran
5) Penilaian Hasil Pembelajaran
6) Pengawasan Proses Pembelajaran
7) Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan pendidikan, meliputi :
a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
b) Struktur Organisasi madrasah
c) Pembagian Tugas diantara Pendidik dan Tenaga Kependidikan
d) Peraturan Akademik
e) Tata Tertib Satuan Pendidikan (Tata Tertib Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Peserta
Didik )
f) Tata Tertib, Pengaturan Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana.
g) Kode Etik Hubungan Antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan dan
hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat.
h) Bentuk-bentuk kegiatan masa orientasi peserta didik, dalang rangka sosialisas cara
Belajar, kumpulan data kepentingan Tata Usaha Madrasah dan Komite Madrasah seperti angket
orangtua, dan pengisian catatan kumulatif yang lazim disebut Buku Laporan Pribadi atau Buku
Induk peserta didik dan kegiatan Keagamaan,
i) Penyusunan Pengurus Kelas, yang meliputi:
(1) Pengenalan Warga Kelas; (2) Menciptakan keigatan yang dinamis di kelas dengan
dipandu wali kelas;(3) Kelompok belajar;(4) Pembenahan (5) Kegiatan Keagamaan.
Kegiatan bagi peserta didik bagi kelas VII untuk MTs diisi dengan: Pengenalan Madrasah
(Program, Struktur, Tata Tertib, Kode Etik Madrasah dan lain-lain), Penanaman konsep
pengenalan diri peserta didik serta kegiatan keagamaan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, Cara Belajar dan Sistem Pembelajaran, Kegiatan Kesiswaan, PBB dan Pembentukan
Pengurus Kelas, Pembagian Kelompok belajar, Mencatat jadual, dan tata cara diskusi kelompok
yang dipandu oleh panitia dan wali kelas melakukan bimbingan. Semua kegiatan orientasi
peserta didik dilaksanakan dengan memuat nilai-nilai pendidikan dengan kegiatan pembiasaan
dan pengembangan diri yang dilandasi nilai-nilai religius. Sebagaimana pandangan Tilaar tujuan
utama lembaga pendidikan adalah pengembangan seluruh aspek pribadi peserta didik termasuk
aspek religius dan akhlak mulia dengan pengenalan serta perwujudan nilai-nilai etis dalam
kehidupan seseorang.
4 Kegiatan-kegiatan di atas didasarkan pada Standar proses, yakni standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi kelulusan. Dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan dengan interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesrta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
dengan bentuk keteladanan. Hal-hal berkaitan dengan standar proses (Permendiknas no 41Tahun
2007). Perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar, termasuk beban kerja guru. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan:
1) Eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber;
b) menggunakanberagam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain;
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran,
e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio dan lapangan.
2) Elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi guru :
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk
memuncukkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e) Memfasilitasi peseta didi berkompetisi secara sehat utnuk meningkat kan
prestasi belajar;
f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lesan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) Memfasilatasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
i) memfasilitasi pesera didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
3) Konfirmasi. Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan.
d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar :
e) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
f) Membantu menyelesaikan masalah;
g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Selanjutnya melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar pada jenjang
pendidikan dasar dan menegah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
a. Jenis-jenis ulangan meliputi:
1) Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar ( KD ) atau
lebih;
2) Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD
pada periode tersebut;
3) Ulangan Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester. Cakupan ulangan meliputi indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
4) Ulangan Kenaikan Kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik diakhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan KD pada semester tersebut. Pengawasan proses pembelajaran meliputi
pemantauan, (pimpinansatuan pendidikan, komite madrasah dan pihak yang berkepentingan),
supervisi, (kepala satuan pendidikan dan penilik atau pengawas), evaluasi, (satuan pendidikan
dan pemerintah), pelaporan (pendidik, kepala satuan pendidikan dan penilik atau pengawas ) dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang di perlukan.
Dengan diberlakukannya Standar Isi membawa implikasi terhadap model dan teknik
penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian
internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak
melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik
dalam maupun luar negeri dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu.
Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu. Dengan demikian,
penilaian kelas merupakan penilaian internal.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal (internal assessment) terhadap hasil belajar
peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama Madrasah untuk menilai kompetensi
peserta didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Standar Isi menuntut cara
penilaian dengan Penilaian Kelas sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian
berbagai kompetensi peserta didik.
Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan berhubungan dengan sudah atau belum
berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian kelas merupakan
salah satu pilar dalam pelaksanaan Standar Isi.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan
dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau hasil
belajar yang akan dinilai. Oleh sebab itu, penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan
dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap
hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil
kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang tercantum dalam kurikulum. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan
melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes
tertulis (paper and pencil test), lisan, penilaian hasil kerja peserta didik melalui kumpulan hasil
kerja/karya peserta didik (portofolio), penilaian produk, penilaian proyek dan penilaian unjuk
kerja (performance), penilaian sikap dan penilaian diri peserta didik.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang
menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan
mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan
dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut
sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu
untuk mencapai apa yang diharapkan.
Adapun mekanisme dan Prosedur Penilaian dilakukan sebagai berikut:
1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus
yang penjabarannya merupakan bagian dari rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP)
3. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan
oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidik.
4. Penilaian hasi belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek
psikomotorik utnuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian
madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prstasi belajar dan merupakan salah satu
persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok
mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.
6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompol mata pelajaran agama dan akhlak
dan kelompok mata pelajaran kewarganetaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan
pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik engan
mempertimbangkan hasil ujian madrasah.
7. Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah : (a) menyusun
kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan istrumen, (c) melaksanakan ujian, (d)
mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian madrasah, dan
(e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME dilakukan oleh guru agama dengan memanfaaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran
lain dan sumber lain yang relevan.
9. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadiaaan oleh guru pendidikan
kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain yang
relevan.
10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran
yang relevan.
11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan
yang ditandatangai oleh pembina kegiatan dan kepala madrasah.
12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan
harian berikutnya.Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran
remidi.
13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu
nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.
14. Kegiatan penilaian oelh pemerintah dilakukan melalui Ujian Negara dengan langkah-
langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN.
15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidik ( BSNP ) bekerjasama
dengan instansi terkait.
16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk
ke jenjang pendidikan berikutnya.
17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepetingan untuk
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Penilain lain dilkakukan terhadap penilaian unjuk kerja, penilaian
produk, penilaian proyek, penilaian sikap dan penilaian diri. Penilaian unjuk
kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian
terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak
baik, 2 = cukup baik, 3 = baik dan 4 = sangat baik. Untuk memperkecil faktor
subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil
penilaian lebih akurat. Berikut contoh skala penilaian.
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta
didik membuat produk-produk teknologi seni dan hasil karya, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam, teks pidato/khutbah, puisi,
gambar, peta, klipping, sinopsis, dll.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta
didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu: Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik
dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan, relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran,
dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran, dan keaslian. Proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut: Observasi perilaku, Pertanyaan langsung (wawancara), dan
laporan pribadi.
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas,
misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan
keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik
dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah
dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri
di kelas antara lain:
a) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
c) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat
mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar peserta didik secara
lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi
tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi
pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus
berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Demikian pedoman penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan dilingkungan Departemen Agama provinsi Jawa Tengah,
khususnya di Madrasah Aliyah Brebes.
Semua penerapan fungsi-fungsi manajemen untuk memenuhi elemen
TQM yang menyangkut kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur
pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Dalam
rangka mencapai tujuan, yakni melakukan perbaikan terus-menerus, artinya
mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut
kebutuhan dan keinginan para pelanggan. Dengan demikian kegiatan
pendidikan dapat fokus pada pelanggan, perbaikan proses, dan keterlibatan
total.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala madrasah seputar
upayanya dalam memajukan Madrasah yang terindikasikan melalui peranan
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan
motivator diperoleh jawaban rata-rata positif, seperti pertanyaan tentang
perannya sebagai edukator, Kepala Madrasah ternyata telah, sedang, dan terus
melakukan upaya bimbinga pengarahan kepada guru, karyawan, siswa dalam
melaksanakan tugas atau kewajibannya, serta selalu berusaha mengembangkan
profesionalisme pendidik dan menjadi tauladan yang baik dalam berbagai hal.
1. Konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT) sebagai istilah dari Total Quality
Management (TQM) dalam pendidikan, yang mengandung elemen-elemen
berorientasi mutu (quality), kepuasan pelanggan (Customer satisfaction) dan
perbaikan terus menerus (continous improvement), sesungguhnya relevan
dan sesuai diterapkan pada penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah Aliyah,
khususnya di Brebes. Karen adanya kesamaan filosofi, konsep, prinsip,
karakteristik, tujuan serta elemen pendukung dalam penerapannyanya.
Implementasi konsep TQM di madrasah dalam upaya pendekatan filosofi
dan konsep, yakni fokus pada pelanggan, keterlibatan total, dan perbaikan
proses secera berkelanjutan. Prakteknya dilaksanakan oleh kepala madrasah
dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen madrasah bersama-sama
seluruh elemen yang terlibat dalam lembaga tersebut (guru, pegawai, siswa
dan masyarakat).
B. Efektifitas Penerapan Konsep TQM Pada Madrasah Aliyah Brebes
Dalam membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro juga perlu
memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus secara lebih luas pada institusi
madrasah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan madrasah seperti iklim madrasah dan
individu-individu yang terlibat di madrasah baik guru, siswa, dan kepala madrasah serta
peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain. Input madrasah memang
penting tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan input tersebut yang
terkait dengan individu-individu di madrasah. Pemahaman terhadap institusi madrasah secara
menyeluruh sangat penting karena basis utama pendidikan adalah madrasah.
Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan madrasah tidak saja dalam kaitan
dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan kebijakan
nasional yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah. Berkenaan dengan desentralisasi pendidikan tersebut, di bidang
pendidikan dasar.
Dengan adanya otonomi madrasah/madrasah, diharapkan madrasah/
madrasah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya pendidikan dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta madrasah dapat
lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu melibatkan
masyarakat dalam membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan pada
tingkat madrasah.
Madrasah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat
komponen guru, siswa, dan staf administrasi yang masing-masing mempunyai
tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan
formal, madrasah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan
akademis tertentu, keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya
sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan
keterampilannya.
Keberhasilan madrasah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan
sasaran pendidikan pada tingkat madrasah sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai
pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di
madrasah. Berdasarkan sudut pandang keberhasilan madrasah tersebut,
kemudian dikenal madrasah efektif dan madrasah tidak efektif yang mengacu
pada sejauh mana madrasah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag
telah ditetapkan. Dengan kata lain, madrasah/madrasah dikatakan efektif jika
madrasah/ madrasah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan.
Pengertian umum madrasah/madrasah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Suatu
madrasah/madrasah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat
antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang
dicapai oleh madrasah, sebaliknya madrasah dikatakan tidak efektif bila
hubungan tersebut rendah.
Sesuai dengan pendapat Edmons yang menyebutkan bahwa setidaknya
ditandai lima karakteristik madrasah dikatakan efektif, yaitu: (1)kepemimpinan
dan perhatian kepala madrasah terhadap kualitas pengajaran, (2) pemahaman
yang mendalam terhadap pengajaran, (3) iklim yang nyaman dan tertib bagi
berlangsungnyapengajaran dan pembelajaran, (4) harapan bahwa semua siswa
minimal akan menguasai ilmu pengetahuan tertentu, dan (5) penilaian siswa
yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa.
Dalam pengelolaan yang baru, bervariasinya kebutuhan siswa akan
belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan
profesionalnya, berbedanya lingkungan madrasah satu dengan lainnya dan
ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu
bagi anak, dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu
menjadi pertimbangan utama dalam proses pengambilan keputusan. Ini
memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori,
perspektif dan kerangka acuan (framework) dengan melibatkan berbagai
kelompok masyarakat terutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan.
Madrasah berada pada pada bagian terdepan dari pada proses
pendidikan, sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih
memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai
pendukung dalam hal menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.
Melalui delapan bagian TQM yaitu ethics, integrity, dan trust,
kepemimpinan, kerja tim, pelatihan, penghargaan dan komunasi diharapkan
akan diperoleh jaminan keberhasilan kegiatannya. Peran kepala madrasah
sangat besar karena harus dapat mengembangkan, melatihkan dan menerapkan
kedelapan bagian tersebut ke dalam pelaksanaan program pendidikan di
madrasah. Penerapan TQM tanpa landasan etika, integritas, dan kepercayaan
tidakakan berhasil.
Pelatihan baik untuk pemberdayaan TQM maupun keterampilan teknik
tertentu merupakan kunci keterlaksanaan suatu program karena akan membentuk
lingkungan kerja yang sesuai dengan tujuan program.
Kepemimpinan dan kerja tim saling melengkapi dalam pelaksanaan suatu
kegiatan. Kehilangan faktor komunikasi antar bagian dan pelaksana
dapatmenjadi beban atau kendala dari pelaksanaan kegiatan. Pemberian
penghargaan yang sesuaibaik untuk pelaksana program harus segera
direalisasikan begitu mereka selesai melaksanakandan mencapai prestasi
kerjanya. Melalui penerapan TQM akan diperoleh kualitas kerja yang baik,
membuat suasana kerja yang nyaman, berbagi pengetahuan yang saling
menguntungkan, dan memperoleh penghargaan sesuai kinerjanya.
Dalam rangka menakar efektifitas penerapan konsep TQM di MTsN
Model ini dapat diuraikan sesuai dengan teori tentang karakteristik madrasah
efektif melalui wawancara maupun pengamatan. Efektifitas kepemimpinan
kepala madrasah menerapkan konsep TQM dalam penyelenggaraan madrasah
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan dan perhatian kepala madrasah terhadap kualitas
pengajaran
Kepala madrasah sebagai figur kunci dalam mendorong
perkembangan dan kemajuan Madrasah. Kepala madrasah sebagai
pendidik selain mengatur Madrasah secara umum juga memberikan
pembelajaran baik pada guru dan staf ataupun siswa/i, oleh karena itu
maka kepala madrasah juga menjadi guru dalam bidang bimbingan dan
penyuluhan. Membimbing guru dalam meyusun, melaksanakan program pembelajaran
sampai tehnik evaluasi bagian dari pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kepala madrasah.
Dalam rangka mengarahkan dan membimbing siswa dalam
kegiatan ekstra kuriluler OSIS kepala madrasah juga mengirimkan siswa/i
untuk mengikuti perlombaan, hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa/i
nya pengetahuan baru dan pengalaman juga untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi intra dan antarpersonal. Kepala madrasah juga
menginformasikan apa yang telah diraih oleh madrasah berupa prestasiprestasi
baik guru atapun siswa sebagai akuntabilitas publik kepada
stakeholder di luar madrasah.Dengan demikian peningkatan profesionalisme
guru tidak luput dari perhatian kepala madrasah seperti mengikutsertakan
guru-guru dalam berbagai penataran dan pelatihan.
Kepala madrasah juga memberi contoh dalam mendidik misalkan
dengan mengajar 6 jam seminggu, sebelum mengajar kepala madrsah
membuat program tahunan, program semester, syllabus, rencana
pembelajaran, analisis, sistem evaluasi. Hal ini dilakukan untuk memberi
tauladan kepada rekan kerja atau guru-guru yang lain. Sebagai manajer ia
mampu menyusun program, schedulle, dan mengoptimalkan seluruh sumber
daya yang ada.
Membahas peranan kepala madrasah sebagai manajer merupakan hal
yang menarik, karena kepala madrasah bukan hanya sebagai pemimpin saja
seperti yang telah dikemukakan di atas. Sebagai seorang manajer kepala
madrasah juga memerankan fungsi manejerial dengan melakukan proses perencanaan,
pengorganisasian, menggerakan, dan mengkoordinasikan
(planning, organizing, actuating, and controlling ). Menyusun program
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang sebagi upaya yang dilakukan
oleh kepala madrasah untuk memudahkan langkah kerja yang dibuat
dengan skala prioritas.
Kepala madrasah melakukan: 1) perencanaan dengan matang dengan
menentukan tujuan dan strategi untuk mencapai tujua, 2) mengorganisasi
kan, kepala madrasah mendisain dan membuat struktur organisasi, termasuk
memilih orang-orang yang kompeten dalam menjalankan pekerjaan dan
mencari sumberdaya pendukung yang paling sesuai, seperti wakil kepala,
kepala TU, bendahara, pustakawan,, pembina pramuka, laboran, kepanitiaan
baik yang permanen ataupun yang temporer, 3) menggerakan, yaitu kepala
madrasahj berusaha mempengaruhi orang lain agar bersedia menjalankan
tugasnya secara sukarela dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan,
4) mengontrol, yaitu kepala madrasah membandingkan apakah yang
dilaksanakan sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Strategi yang dirancang oleh kepala madrasah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki madrasah. Ada beberapa hal yang dikerjakan oleh kepala madrasah
seperti : 1) meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional
atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan,
memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi dan profil portofolio, 2)
membentuk kelompoktutor sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui
belajar secara kooperatif (cooperative learning ), 3) menciptakan
kesempatan belajar baru di madrasah dengan memberikan ekstra
pembelajaran, 4) meningkatkan dan memberikan penghargaan atas prestasi
akademik baik yang diraih guru ataupun siswa
Peranan administrator ditunjukan dalam bentuk pengelolaan
administrasi kegiatan pembelajaran, kesiswaan, ketenagaan, keuangan dan
kemampuan mambuat data inventaris serta surat menyurat Sebagai
administrator, kepala madrasah dalam mengimplementasikan MBS,
memiliki 2 tugas utama yaitu, pertama, sebagai pengendali struktur
organisasi, yaitu mengendalikan bagaimana cara pelaporan, dengan siapa
tugas tersebut harus dikerjakan dan dengan siapa harus berinteraksi dalam
mengerjakn tugas tersebut. Kedua, melaksanakan administrasi substantif
yang mencakup administrasi kurikulum, kesiswaan, personalia, keuangan,
sarana, hubungan dengan masyarakat, dan administrasi umum.
Untuk memperlancar tugas-tugas kepala madrasah dalam penelolaan
administrasi tersebut, kepala madrasah menunjuk staff TU yang bertugas
khusus melakukan tugasa-tugas administrasi dan keuangan.
Selain tugas-tugas di atas, kepala madrasah juga memanfaatkan
kewenangan yang luas yang diberikan pemerintah kepada madrasah dalam
pengelolaan administrasi pendidikan untuk mencapai tjujuan sesuai dengan
prinsip-prinsip TQM. Hal ini disadari oleh kepala madrasah bahwa
pergeseran struktur kewenangan sistem administrasi pendidikan ini merupakan momentum
yang tepat untuk melakukan reformasi sistem
pengelolaan pendidikan di madrasah.
Ekses positif dari kewenangan pengelolaan yang independent ini,
dalam membuat RAPBS, kepala madrasah dapat mengoptimalkan kekuatan
madrasah dengan lebih leluasa menginventarisir kebutuhan berupa programprogram
untuk peningkatan kualitas pendidikan di madrasah yang kemudian
ditawarkan penganggarannya kepada semua komponen madrasah secara
transparan dalam rapat dengan komite madrasah.
Sebagai supervisor ia mampu melaksanakan program supervisi
untuk meningkatkan kinerja guru/karyawan dan menjadi feed-back bagi
kepentingan madrasah. Sebagai supervisor maka kepala madrasah
berkewajiban untuk memberikan pembinaan atau bimbingan kepada para
guru dan tenaga kependidikan serta administrator lainnnya. Tentunya
sebelum melakukan pembinaan kepada orang lain, kepala madrasah terlebih
dahulu membina diri sendiri. Supervisi ini dapat dilakukan ke dalam kelas
(class visit) atau di kantor tempat staff bekerja. Hasil supervisi itu kemudian
dikomunikasikan dengan pihak terkait untuk menjadi timbal balik bagi
kepentingan madrasah.
Kepala madrasah sebagai leader mampu menampilkan pribadinya
memiliki visi/misi serta mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan.
Salah satu fungsi Kepala madrasah adalah sebagai pemimpin. Sifat-sifat
Kepala madrasah sebagaimana diurai di atas, telah menunjukan
sikap sebagai seorang pemimpin yang demokratis, misalkan : dalam mengambil keputusan,
selalu didasarkan pada hasil musyawarah dengan
semua komponen dan dapat mendengarkan suara-suara yang dari bawah.
Kepala madrasah sudah melakukan proses pengarahan dan mempengaruhi
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan tugas-tugas guru, wali kelas,
TU, dan semua aktivitas madrasah.
Mengatur orang adalah suatu hal yang kompleks karena orang yang
diatur (bawahan) dan orang yang mengatur (pemimpin) sering mempunyai
penadapat, pengalaman, kematangan jiwa, kemauan dan kemampuan
menghadapi situasi yang berbeda. Kepala madrasah juga dalam menghadapi
keadaan tersebut sering melihat situasi dan kondisi sebelum mengambil
keputusan yang tepat.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kepala madrasah
memiliki kematangan baik dari sisi pekerjaan ataupun psikologis. Dalam hal
ini kepala madrasah dengan kematangan pekerjaannya memiliki
pengetahuan dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan
dengan kematangan psikologis dapat memotivasi orang lain untuk
melakukan pekerjaan
Kepala madrasah mempunyai pola kepemimpinan yang bersifat
demokratis dan situasional yang didukung oleh sistem organisasi dengan
ciri-ciri antara lain :1) dalam mengambil kebijakan selalu dilakukan
musyawarah terlebih dahulu dengan komponen Madrasah, 2) kegiatan
Madrasah berjalan secara vertikal dan horizontal. Kepala madrasah dalam menggerakan
komponen-komponen
madrasah selain dengan memberikan petunjuk dah pengarahan juga
memberikan contoh kepada bawahan yang merupakan rekan kerja. Beliau
sadar bahwa sulit untuk mencapai visi dan misi madrasah tanpa bekerja
sama dan sama-sama kerja dengan diarahkan dan diberi tauladan.
Berikutnya, kepala madrasah sebagai seorang motivator sering
memberikan motivasi baik berupa fisik maupun psikis. Kepala madrasah
tidak pelit memberikan penghargaan berupa pujian bila melihat bawahannya
mengerjakan tugas dengan baik dan juga menyampaikan teguran secara
terhormat untuk perbaikan. Motivasi merupakan kegiatan yang
mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara manusia. Kepala madrasah
meyadari betul bahwa motivasi subyek yang penting bagi seorang
pemimpin.maka kemudian kepala madrasah berusaha bagaimana dapat
menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Peranan inovator ditunjukan dalam bentuk kemampuan membangun
inovasi, mengadopsi atau memodifikasi gagasan baru yang berguna bagi
kepentingan madrasah. Berkaitan perannya sebagai inovator, Kepala
madrasah mampu mengatur lingkungan Madrasah dan menciptakan
hubungan kerja yang harmonis dan kondusif.
Sejak tahun ajaran 2008/2009, Madrasah Aliyahbersamaan
dengan diperolehnya penghargaan ISO-2000, juga menawarkan kelas
unggulan (fullday learning) bagi siswa baru yang akan diterimanya. Kelas
unggulan tersebut hanya diisi 60 siswa untuk dua kelas, sehingga masing150
masing kelas hanya diisi 30 orang. Mereka yang diterima di kelas unggulan
akan menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Inggirs dan Bahasa Arab
dalam setiap KBM-nya.
Kepala Madrasah Aliyahmengatakan bahwa untuk menjaring
siswa-siswi yang diterima dalam kelas unggulan itu, pihaknya telah
mengadakan test seleksi secara ketat. Kelas unggulan ini dibentuk untuk
menampung siswa-siswi yang punya potensi secara akademik maupun nonakademik.
Semua berharap out put dari kelas unggulan ini maksimal dan
diakui masyarakat, bahwa Madrasah Aliyah juga sejajar dengan SMP-SMP
favorit di Brebes.
Selain keunggulan akademik, siswa-siswi Madrasah Aliyah juga
memiliki keunggulan lain, yakni di bidang keagamaan yang sudah melekat
pada semua madrasah. Untuk kelas unggulan nanti, siswa-siswinya juga
ditekankan untuk bisa menghafal Juz Amma, hafal Surat Yasin dan
mendapat bimbingan khusus untuk mata pelajaran yang masuk Ujian
Nasional (UN). Untuk menunjang itu semua, SDM guru yang dimiliki juga
tidak kalah. Beberapa diantaranya adalah lulusan S2 Australia dan Arab
Saudi serta Mesir.
Selain kelas unggulan, juga ada kelas reguler diharapkan tidak
berbeda jauh dengan kelas unggulan. Perbedaannya hanya pada penggunaan
dua bahasa serta waktu belajarnya. Untuk kelas unggulan jam pelajaran
mulai pukul 06.50 hingga pukul 15.00 WIB dari hari Senin hingga Jumat
dan Sabtunya khusus untuk kegiatan ekskul. Sedangkan kelas reguler pembelajarannya
dimulai pukul 06.50 hingga pukul 13.00 WIB dari hari
Senin sampai Sabtu.
Adanya kelas unggulan dan kelas reguler ini bukan berarti
membedakan, hanya dipilah saja agar hasilnya lebih maksimal.
2. Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran
Sebagaimana dijelaskan tentang kepemimpinan kepala madrasah di
atas, maka pemahaman kepala madrasah dan guru terhadap pengajaran telah
dikuasai dan diaplikasikan dalam penyelenggaraan pendidikan di MTsN
Model ini. Pemahaman dan implementasinya terhadap pengajaran ini
didasarkan pada pedoman yang telah digariskan oleh instansi yang
berwenang, yakni kebijakatan Menteri Agama maupun Menteri Pendidikan
Nasional. Kebijakan menyangkut pengajaran ini diterapkan oleh kepala
madrasah sebagai berikut:
Bagian dari delapan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang
memuat ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi
oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi ini memuat:
a. Kerangka dasar kurikulum
Kerangka dasar kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran :
1) Agama dan Akhlaq Mulia
2) Kewarganegaraan dan Kepribadian
3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4) Estetika
5) Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
b. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran
yang harus ditempuh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kedalaman muatan kurikulum tiap mata pelajaran dituangkan dalam
bentuk kompetensi (standar kompetensi dan Kompetensi Dasar ) yang
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Struktur
Kurikulum meliputi:
1) Komponen Mata Pelajaran :
Struktur Kurikulum Komponen Mata Pelajaran berdasarkan
Permen Diknas nomer 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang
merupakan standar minimal dan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam
nomor Dj.II.I/PP.00/ED.681/2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
bahwa jumlah alokasi waktu bisa dikembangkan berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Satuan
Pendidikan masing-masing.
2) Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan
atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata
pelajaran sendiri.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran sehingga satuan
pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti dalam satu tahun
satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran
muatan lokal.
3) Pengembangan diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing
oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan
dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan
pengembangan diri karir peserta didik. Dalam pelaksanaan pengembangan diri disusun
standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagai pedoman dalam
penyusunan silabus dan RPP.
c. Beban Belajar
Beban Belajar berisi uraian tentang sistem penyelenggaran
program pembelajaran yang ditetapkan madrasah (sistem paket atau
kredit semester) setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan
dalam bentuk satuan jam pembelajaran meliputi Kegiatan Tatap Muka,
Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri tidak terstruktur.
Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, beban belajar
kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan di MTs berlangsung selama 40 menit. Beban Belajar kegiatan
tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan minimal sebagai
berikut:
1) Penugasan Terstruktur, yakni kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang
oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Bentuk penugasan
terstruktur berupa PR, latihan soal, dll.
2) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Bentuk
kegiatan mandiri tidak terstruktur bisa berupa : tadarus di rumah, melaksanakan sholat
jamaah di masjid, mengamati prinsip kerja
pengetahuan alam dan atau pengetahuan sosial dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Alokasi Waktu untuk Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri
Tidak Terstruktur dalam sistem paket untuk MTs 0% s.d. 50% dari
waktu kegiatan tatap muka dari pelajaran yang bersanguktan.
3. Menciptakan Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan
pembelajaran
Kepala madrasah dalam menggerakan komponen-komponen madrasah selain dengan
memberikan petunujuk dah pengarahan juga memberikan contoh kepada bawahan yang
merupakan rekan kerja. Beliau sadar bahwa sulit untuk mencapai visi dan misi madrasah tanpa
bekerja sama dan sama-sama kerja dengan diarahkan dan diberi tauladan. Kepala madrasah
dalam pandangan guru–guru maupun staf sebagai seorang yang bijaksana dalam mengambil
keputusan. Biasanya kepala madrasah mendengarkan masukan-masukan sebagai data untuk
dianalisis.
Dalam membuat keputusan pada tingkat Madrasah, kepala madrasah berkonsultasi dengan
komite Madrasah yang terdiri dari kepala madrasah sendiri, pengawas, perwakilan guru, orang
tua siswa, anggota masyarakat, dan staff madrasah. Kedua, komite melakukan pengukuran
kebutuhan Madrasah. Ketiga, komite mengembangkan perencanaan tindakan yang mencakup
tujuan dan sasaran yang terukur. Keempat, mengambil keputusan dengan mendengarkan saran-
saran darikomite. Untuk mengambil keputusan yang rasional dibutuhkan kreativitas. Kreativitas
memungkinkan kepala madrasah lebih menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat
masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
Berikutnya kepala madrasah sebagai seorang motivator sering
memberikan motivasi baik berupa fisik maupun psikis. Kepala madrasah
tidak pelit memberikan penghargaan berupa pujian bila melihat bawahannya
mengerjakan tugas dengan baik dan juga menyampaikan teguran secara
terhormat untuk perbaikan.Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibat
kan, menyalurkan, dan memelihara manusia. Kepala madrasah meyadari
betul bahwa motivasi subyek yang penting bagi seorang pemimpin.maka
kemudian kepala madrasah berusaha bagaimana dapat menggerakan orang
lain untuk mencapai tujuan.
Sifat-sifat kepala madrasah juga cukup dikagumi dengan keikhlasan
dan kesabarannya oleh guru-guru Madrasah Aliyah. Ia dipandang sebagai
seorang yang hidup sederhana menjadi kepribadiannya, bersikap tawakal
dan pengabdian yang penuh dedikasi. Dalam menciptakan suasan kerja
yang kondusif dan dapat menjadi panutan bagi komponen Madrasah.
Peranan inovator ditunjukan dalam bentuk kemampuan membangun
inovasi, mengadopsi atau memodifikasi gagasan baru yang berguna bagi
kepentingan madrasah. Berkaitan perannya sebagai inovator, Kepala
madrasah mampu mengatur lingkungan Madrasah dan menciptakan
hubungan kerja yang harmonis dan kondusif.
Hasil wawancara dengan dengan guru-guru berkaitan dengan
pertanyaan seputar kewenangan Kepala madrasah, mekanisme pembuatan
keputusan, proses penetapan kebijakan, pola komunikasi, proses
pengawasan, proses aktualisasi ide/saran, pemberian motivasi, kondisi
kesetiaan, dan suasana kerja. Item-item tersebut disampaikan atau ditanya
kan kepada ketua komite madrasah, pengawas, guru, dan pegawai Tata
Usaha.
Menurut ketua komite madrasah, dalam manjalankan tugas dan
peranannya sebagai Kepala madrasah, ia senantiasa mengedepankan
musyawarah dan konsultasi kepada komite madrasah. Pembuatan
keputusan dan proses penetapan kebijakan juga dilakukan berdasarkan
masukan dari semua elemen madrasah. Pola komunikasi yang dikembang
kan pula bercorak terbuka dan berlangsung timbai balik sesuai dengan
norma yang disepakati bersama.
Proses pengawasan bersifat wajar dan sesuai dengan standar norma yang seharusnya. Ide
dan saran dari semua urusan terus dikembangkan untuk lebih menyempurnakan program
madrasah. Pembagian tugas mengajar dan lainnya ditetapkan berdasarkan forum rapat yang
demokratis. Dalam hal pemberian motivasi, kepala madrasah tidak enggan memberikan pujian
dan terus mendorong prestasi para guru dan staf sesuai kemampuan masing-masing. Kesetiaan
seluruh aparat kepada kepala madrasah berlangsung secara wajar dengan nuansa tenggangrasa
dan teposeliro. Suasan kerja berlangsung penuh kekeluargaan, kompak dan solid dalam
menggalang keberhasilan madrasah untuk mencapai tujuan.
Jawaban pengawas seputar kepemimpinan Kepala madrasah adalah
sebagai berikut: Kewenangan dalam menyelenggarakan proses belajar
mengajar bersifat luwes dan terbuka, artinya kewenangan lebih banyak
didelegasikan kepada bawahan sebatas yang mampu dikerjakan. Mekanisme
pembuatan keputusan dan penetapan kebijakn berciri ëbottom upî yang
berarti memperhatikan masukan atau saran dari bawah. Pola komunikasi
berjlan dua arah (komunikatif), sehingga setiap masalah apapun dapat
dipecahkan bersama.
Proses pengawasan sesuai dengan job discriptionî tata tertib yang telah disepakati bersama.
Aktualisasi ide/saran dari semua unsur Madrasah terus meningkat seiring dengan kesempatan
yang dibuka secara lebar oleh kepala madrasah. Pembuatan surat keputusan pembagian tugas
guru dan staf terlebih dahulu diddiskusikan dengan berbagai pihak terkait agar terus terpelihara
tanggungjawab dan rasa memliki. Potensi yang dimiliki oleh sumber daya madrasah terus dibina
dan dikembangkan demi optimalnya hasil kinerja yang diraih. Kondisi kesetiaan dan suasana
kerja menunjukan pola kolegialitas dengan merasa ikhlas beramal dan penuh kesejukan.
Salah seorang guru mengemukakan pendapatnya tentang prototype kapala Madrasahnya
antara lain: meskipun sudah lazim seorang pimpinan memiliki kewenangan yang luas atau
otonom, namun beliau lebih menghargai potensi yang dimiliki stafnya, sehingga tidak sedikit
terjadi pelimpahan wewenang. Proses pembuatan keputusan dan kebijakan melaui tahapan-
tahapan yang kesemuaannya ditempuh dengan musyawarah/rapat komite, atau dewan guru.
Bentuk komunikasi dijalankan secara dialogis dan multi arah, dalam arti mengacu kepada
potensi yang dimiliki oleh komite madrasah atau guru dan staf.
Proses pengawasan berlangsung melalui evaluasi tugas mengajar, persiapan pemeriksaan
mengajar dan evaluai secara keseluruhan yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Proses
aktualisasi ide/saran antara lain berupa penampungan aspirasi, musyawarah langsung dan
evaluasi substansi ide atau saran. Mekanisme pembagian tugas bersandarkan pada rencana,
program dan struktur madrasah yang ada. Terselenggaranya pembagian tugas atas kontrak tugas
selama 1 (satu) tahun ajaran. Pemberian motivasi diwarnai oleh penghargaan terhadap staf untuk
mengikuti diklat, seminar, diskusi, panel dan kegiatan positif lainnya.
Pendapat Kepala Urusan Tata Usaha tentang figur Kepala madrasah adalah menyangkut
kewenangan, beliau tidak menjadikan dirinya pemegang kewenangan mutlak tetapi tidak sedikit
kewenangan yang dilimpahkan kepada bawahannya. Proses pembuatan keputusan dan penetapan
kebijakan cenderung bersifat bottom up, melalui tahapan musyawarah dan rapat. Pola
komunikasi yang terjadi antar unsur madrasah secara timbal balik serta bersifat terbuka sesuai
dengan norma yang disepakati bersama.
Proses pengawasan yang dilakukan oleh Kepala madrasah mengarah kepada sikap, tingkah
laku, atau perbuatan yang dilakukan oleh guru, staf dan siswa secara wajar sesuai dengan
standar. Kepala madrasah sangat peduli terhadap masukan, ide, dan saran dari semua komponen
Madrasah karena sangat berguna dalam menambah referensi pada saat pembuatan keputusan dan
penetapan kebijakan. Mekanisme pembagian tugas berjalan menurut permintaan yang dikaitkan
dengan kondisi Madrasah melalui forum rapat yang demokratis. Beliau selalu berkesempatan
memberikan motivasi dan mendorong prestasi guru dan staf menuju hasil kerja yang optimal.
Kepala madrasah membiasakan mengedepankan tenggang rasa dan tepo seliro, sehingga
terbangun kondisi, tanggungjawab dan suasana kerja yang kompak, solid, penuh kekeluargaan,
saling percaya serta saling menghormati dan menghargai.
4. Harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan
tertentu
Untuk menjawab bahwa madrasah memiliki harapan semua siswa
menguasai pengetahuan, dapat dijelaskan berdasarkan analisis proses
pembelajaran yang mengacu kepada standar proses. Dari gambaran
bagaimana proses dan pelaksanaan pembelajaran yang diselenggarakan di
Madrasah Aliyahini dapat dijadikan harapan bahwa siswa memperoleh
dan menguasai pengetahuan.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi kelulusan. Dalam proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan dengan interaksi, inspiratif, menyenang
kan, menantang, memotivasi pesrta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik dengan bentuk keteladanan. Hal-hal berkaitan dengan standar proses
(Permendiknas no 41 Tahun 2007) sebagai berikut:
a. Perencanaan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar dan penilaian hasil belajar.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dipersyaratkan sebagai berikut
1) Jumlah Maksimal peserta didik setiap rombongan belajar di
MTs adalah 32 peserta didik
2) Beban kerja minimal guru. Beban kerja guru mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran,melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,
serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru adalah
sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
3) Buku teks pelajaran.
a) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh madrasah dipilih melalui rapat guru
dengan mempertimbangkan komite madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh
Menteri;
b) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
c) selain buku teks pelajaran , guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan,
buku referensi dan sumber belajar lainnya.
d) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang
ada di perpustakaan madrasah.
4) Pengelolaan Kelas
a) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang dilakukan;
b) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan
baik oleh peserta didik;
c) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
d) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta
didik;
e) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan
pada peraturan dan menyelenggarakan proses pembelajaran;
f) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung;
g) guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku,jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi;
h) guru menghargai pendapat peserta didik;
i) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
j) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya;
dan
k) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteritik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Selanjutnya Eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran, dan
e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium,
studio dan lapangan.
Dilanjutkan dengan Elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi guru :
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain
untuk memuncukkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
e) memfasilitasi peseta didi berkompetisi secara sehat utnuk
meningkatkan prestasi belajar;
f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lesan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
g) memfasilatasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
i) memfasilitasi pesera didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
e) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
f) Membantu menyelesaikan masalah;
g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
d. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menegah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
a. Jenis-jenis ulangan
1) Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD ) atau
lebih;
2) Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD
pada periode tersebut.
3) Ulangan Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
diakhir semester. Cakupan ulangan meliputi indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
4) Ulangan Kenaikan Kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik diakhir semester genap untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester tersebut.
e. Pengawasan proses pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan,(
pimpinan satuan pendidikan ,komite madrasah dan pihak yang
berkepentingan ), supervisi,( kepala satuan pendidikan dan penilik atau
pengawas), evaluasi,( satuan pendidikan dan pemerintah), pelaporan (
pendidik, kepala satuan pendidikan dan penilik atau pengawas ) dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang di perlukan.
f. Standar penilaian
Dengan diberlakukannya Standar Isi membawa implikasi
terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian internal.
Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain
yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal
dilakukan oleh suatu lembaga, baik dalam maupun luar negeri
dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian
internal adalah penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan
mutu. Dengan demikian, penilaian kelas merupakan penilaian internal.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal (internal
assessment) terhadap hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
di kelas atas nama Madrasah untuk menilai kompetensi peserta didik
pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Standar Isi
menuntut cara penilaian dengan Penilaian Kelas sehingga dapat diketahui
perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik.
1) Penilaian Kelas
Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau
hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran
tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan
berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik
dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian kelas merupakan
salah satu pilar dalam pelaksanaan Standar Isi.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung
dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian
yang sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai.
Oleh sebab itu, penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan
dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan,
dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari
proses ini, diperoleh potret/profil
kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan
melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar
peserta didik, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar peserta didik.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes
tertulis (paper and pencil test), lisan, penilaian hasil kerja peserta didik
melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio),
penilaian produk, penilaian proyek dan penilaian unjuk kerja
(performance), penilaian sikap dan penilaian diri peserta didik.
2) Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan
dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta
didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibanding
kan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki
peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik
tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa
yang diharapkan.
3) Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang dicerminkan
kemampauan yang diukur.
b) objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c) adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusu serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.
d) terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e) terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f) menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetisi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
g) sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h) beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetinsi yang ditetapkan.
i) akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
4) Teknik dan Instrumen Penilaian.
a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteritik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
b) Tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
c) Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
d) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan/atu proyek.
e) Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik
memenuhi persyaratan ( a) substansi, adalah merepresentasikan
kompetisi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan,
dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
f) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam
bentuk ujian madrasah memenuhi persyaratan subtansi, konstruksi
dan bahasa, serta memiliki bukti validasi empirik. g) Intrumen penilaian yang digunakan
pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki
bukti validasi empirik serta menghasilkan skor yang dapat
diperbandingkan antar madrasah, antar daertah dan antar tahun.
5) Mekanisme dan Prosedur Penilaian.
a) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan oleh pendidik, madrasah, dan pemerintah.
b) Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c) Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik.
d) Penilaian hasi belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek
psikomotorik utnuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalllui ujian
madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prstasi belajar dan
merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
e) Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata
pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan
pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.
f) Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompol mata pelajaran
agama dan akhlak dan kelompok mata pelajaran kewarganetaraan
dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik berdasarkan hasil penilian oleh pendidik engan
mempertimbangkan hasil ujian madrasah.
g) Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah : (a)
menyusun kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan istrumen, (c)
melaksanakan ujian, (d) mengolah dan menentukan kelulusan
peserta didik dari ujian madrasah, dan (e) melaporkan dan
memanfaatkan hasil penilaian.
h) Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak, sebagai perwujudan
sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
dilakukan oleh guru agama dengan memanfaaatkan informasi dari
pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
i) Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan
tanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang
baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari
penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadiaaan oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi
dari pendidik mata pelajaran lain yang
relevan.
j) Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian
kelompok mata pelajaran yang relevan.
k) Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan
dengan surat keterangan yang ditandatangai oleh pembina kegiatan
dan kepala madrasah.
l) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum
diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.
m)Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan
dlam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran,
disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.
n) Kegiatan penilaian oelh pemerintah dilakukan melalui UN dengan
langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar
(POS) UN.
o) UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidik
(BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait.
p) Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan
salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan
salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang
pendidikan berikutnya.
q) Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepetingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan
pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Masih banyak lagi prosedur dan teknik serta ketentuan tentang
penilaian yang diterapkan di Madrasah Aliyahdalam upaya penjaminan
mutu kemampuan siswa. Semua itu dilaksanakan oleh pelaksana yang
kompeten sebagaimana dapat dilihat pada struktur organisasi madrasah.
Struktur organisasi madrasah dibentuk untuk mengatur kerjasama
dalam suatu kelompok, termasuk hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya
masing- masing sehingga tersusun satu pola kegiatan guna mencapai tujuan.
Dengan struktur organisasi madrasah tersebut beban dan tanggung
jawab akan didistribusukan sesuai dengan fungsi, kemampuan dan wewenang
masing-masing yang telah ditentukan. Adapun struktur Madrasah Aliyah Brebes
meliputi unsur-unsur pengelola Madrasah terdiri dari Kepala madrasah, Wakil
Kepala madrasah, Pembantu Kepala madrasah (PKM) Bidang Kurikulum,
PKM Bidang Kesiswaan, PKM Bidang Kehumasan. PKM Bidang Sarana dan
Prasarana, Wali Kelas, Guru-guru Mata Pelajaran, Guru BP/BK, Petugas
Perpustakaan, Petugas Laboratorium dan petugas ketatausahaan. Sedangkan
Personil guru BP/BK yang ada di madrasah ini berjumlah 2 orang berstatus
Pegawai Negeri.
Berkenaan dengan kriteria dan ukuran penyelenggaraan madrasah yang
efektif di atas berdasarkan konsep TQM, maka penyelenggaraan pendidikan di Madrasah
Aliyahdapat dikatakan telah efektif, karena: (1) madrasah
mendapat dukungan yang positif dari orangtua siswa maupun lingkungan, (2)
mendapat dukungan dukungan yang efektif dari sistem pendidikan, (3) adanya
dukungan materi yang cukup, (4) kepemimpinan yang cukup efektif, (5) proses
pembelajaran yang baik, (6) fleksibilitas dan otonomi, (7) waktu yang cukup di
madrasah, (8) harapan yang tinggi dari siswa, (9) adanya sikap yang positif dari
para guru, (10) terlaksananya peraturan dan disiplin, (11) kurikulum yang
terorganisir, (12) adanya penghargaan dan insentif, (13) waktu pembelajaran
yang cukup, (14) variasi strategi pengajaran, (15) frekuensi pekerjaan rumah,
dan (16) adanya penilaian serta umpan balik sesering mungkin.
Efektifitas penerapan konsep TQM di madrasah ini juga dapat diukur
dari kinerja kepala madrasah, guru dan pegawai serta siswa dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Kepemimpinan kepala madrasah
telah menyusun perencanaan dan program yang komprehensif, mampu
mengorganisasikan tim dan unit-unit kerja, mampu mengarahkan kerja tim
serta melakukan pengawasan dan penilaian yang cukup efektif.
Dilihat dari komponen sistem madrasah efektif, yang meliputi: konteks,
input, proses, output, dan outcome, juga telah terpenuhi. Komponen konteks,
misalnya adalah kebutuhan masyarakat, lingkungan madrasah, dan kebijakan
pendidikan; komponen input, misalnya, adalah sumber daya dan kualitas guru.
Komponen proses, misalnya adalah iklim madrasah dan kurikulum; dan
komponen output,misalnya, adalah hasil belajar siswa dan pencapaian
keseluruhan. Sedangkan komponen outcome misalnya adalah kesempatan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan diterima
bekerja serta penghasilan.
Secara operasional, kefektifan madrasah ini juga dapat mengacu pada
kriteria input, proses, dan outcome yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi serta keterbatasan yang ada. Komponen proses ditinjau dari
tiga variabel yaitu kepuasan kerja guru, partisipasi orangtua siswa dan iklim
madrasah. Komponen outcome terdiri dari dua variabel yaitu hasil belajar
siswa dan konsep diri siswa. Pengertian input madrasah, kepuasan kerja guru,
partisipasi orangtua siswa, iklim madrasah, hasil belajar siswa, dan konsep diri
siswa, masing-masing telah terpenuhi secara kualitatif maupun kuantitatif.
Aspek input madrasah adalah keseluruhan sumber daya madrasah yang
mencakup tiga aspek yaitu karakteristik madrasah, karakteristik guru, dan
karakteristik siswa. Karakteristik madrasah diukur dari 6 indikator yaitu: (1)
luas gedung, (2) luas laboratorium, (3) luas perpustakaan, (4) banyaknya ruang
kelas, (5) banyaknya siswa, dan (6) banyaknya dana yang dialokasikan di
madrasah. Karakteristik guru terdiri dari 4 indikator yaitu: (1) umur, (2)
pendidikan, (3) pengalaman mengajar, dan (4) gaji guru. Karakteristik siswa
terdiri dari 4 indikator yaitu : (1) jumlah jam belajar siswa di rumah, (2) jumlah
jam les mata pelajaran, (3) pendidikan orangtua siswa, dan (4) besarnya
penghasilan orangtua siswa. Kepuasan kerja guru adalah keseluruhan perasaan
guru berkenaan dengan berbagai aspek pekerjaannya yang meliputi lima aspek
yaitu: (1) sumber daya pendidikan, (2) proses belajar mengajar, (3) prestasi
madrasah, (4) penghasilan dan penghargaan, serta (5) kebebasan melakukan aktivitas.
Iklim madrasah adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan
pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang
meliputi lima aspek yaitu: (1) kondisi fisik dan fasilitas madrasah, (2) cara
kerja dan gaya kepemimpinan kepala madrasah, (3) harapan pada prestasi, (4)
hubungan kerja, (5) ketertiban/disiplin madrasah. Sementara itu, partisipasi
orangtua siswa terdiri dari 9 indikator yakni partisipasi dalam: (1) ikut
menentukan kebijakan dan program madrasah, (2) ikut mengawasi pelaksanaan
kebijakan dan program madrasah, (3) pertemuan rutin di madrasah, (4)
kegiatan ekstrakurikuler, (5) mengawasi mutu madrasah, (6) pertemuan komite
Madrasah (7) membiayai pendidikan, (8) mengembangkan iklim madrasah, dan
(9) partisipasi dalam pengembangan sarana dan prasarana madrasah.
Hasil belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada
sejumlah mata pelajaran di madrasah. Sedangkan konsep diri siswa adalah
pandangan dan penilaian siswa mengenai keseluruhan dirinya yang meliputi
dua aspek yaitu : aspek internal diri, yang terdiri dari identitas diri, perilaku
diri, dan penilaian diri; dan aspek eksternal diri yang meliputi; fisik diri, etika
moral diri, personal diri, famili diri, dan sosial diri.
Implementasi konsep TQM di Madrasah Aliyahdapat dikatakan
efektif. Hal ini ditandai oleh terpenuhinya indikator-indikator pengukuran
madrasah efektif, yakni; adanya kepemimpinan dan perhatian kepala madrasah
terhadap kualitas pengajaran, pemahaman yang mendalam terhadap
pengajaran, Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan
pembelajaran, dan harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan
tertentu. Ketercapaian itu dibuktikan dengan peraihan prestasi
siswa yang melebihi melebihi standar KKM maupun standar kelulusan, bahkan
telah mendapat pengakuan ISO-2000.
C. Dampak Positif Penerapan Konsep TQM Terhadap Peningkatan Kualitas
Pendidikan di Madrasah Aliyah Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk
mewujukan
mutu atau kualitas pendidikan sehingga mampu menciptakan dan
mempertahankan kepuasan para pelanggan, dan dalam konsep TQM, kepuasan
pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut, baik
stakeholder internal maupun eksternal. Oleh karena itu hanya dengan
memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari
dan menghargai kualitas. Semua usaha manajemen dalam prinsip TQM
diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, tidak ada
gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Beberapa pakar kualitas mengakui dampak positif implementasi TQM,
diantaranya menurut Vincent Gaspersz 5 TQM merupakan pendekatan yang
seharusnya dilakukan organisasi masa kini untuk memperbaiki kualitas
produknya, menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitasnya.
Implementasi TQM juga berdampak positif terhadap biaya produksi dan
terhadap pendapatan.
Dalam dunia industri, dampak penerapan konsep TQM pada kinerja
organisasi menurut Hessel,7 meliputi: proses desain produk, manajemen arus
proses, statistical quality control., hubungan jangka panjang dengan pelanggan,
sikap kerja pekerja serta kinerja organisai pada keunggulan kompetitif. Karena
tujuan dari konsep TQM adalah perbaikan terus-menerus, artinya mutu selalu
diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan
keinginan para pelanggan. Sedangkan prinsipnya adalah fokus pada pelanggan,
perbaikan proses, dan keterlibatan total. Ketercapaian tujuan TQM tersebut
harus didukung oleh elemen-elemen: kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan,
struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran.
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya
menjadi tanggungjawab lembaga madrasah, tetapi merupakan tanggungjawab
dari semua pihak termasuk di dalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai
customer internal dan eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Mutu produk
pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola
seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik,
proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya
dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus
mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu
semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah
pencapaian pada mutu.
Pemimpin lembaga pendidikan Islam, khususnya di lingkungan madrasah merupakan
motivator, event Organizer, bahkan penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan
bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujudkan hal
tersebut maka kepala madrasah yang efektif adalah kepala madrasah yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik, lancar dan pruduktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujutkan tujuan madrasah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
guru dan pengawai lain di madrasah.
5. Bekerja dengan Tim manajemen.
6. Berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang
telah ditentukan.
Tim manajemen terlibat dalam penyelenggaraan madrasah model di
Madrasah Aliyah terdiri dari kepala madrasah, pegawai tata usaha
(administrator), tenaga pengajar (guru), karyawan dan siswa, dan unsur orang
tua siswa yang tergabung dalam komite madrasah. Ditinjau dari segi latar belakang
pendidikan jajaran Tim ini, sebagian
besar dari tenaga pengajar (guru) di Madrasah Aliyah hampir seluruhnya
adalah lulusan sarjana (S1) dan ada beberapa lulusan S2. Sehingga dengan
demikian bisa dikatakan bahwa hal ini adalah cukup standar dalam segi
kualitas tenaga pengajarnya (SDM). Kemudian tenaga lainnya adalah pegawai
administratif. Untuk bidang ini latar belakang pendidikan mereka ada yang
lulusan S1 dan ada juga beberapa diantaranya yang lulusan SLTA. Namun
dalam hal kinerja mereka cukup profesional karena mereka memiliki
keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan tugas-tugas administratif
seperti kemampuan mengoperasikan komputer dan akuntansi. Tenaga staf
lainnya adalah petugas kebersihan, tukang kebun, petugas fotokopi adalah
lulusan SLTP yang berdomisili di sekitar lokasi madrasah.
Adapun input siswa madrasah dalam perekrutannya dilakukan melalui
tes seleksi siswa baru yang bertujuan untuk mendapatkan input siswa yang
betul-betul berkualitas.
Dalam rangka merealisasikan visi dan misi madraah, maka disusunlah
program kerja madrasah model yang diperiodisasikan dalam jangka waktu
tertentu (semester, setahun dan lima tahun). Setelah program kerja ditetapkan
oleh kepala madrasah, maka tim kerja ini diorganisir kepada bagian-bagian
tugas sesuai dengan fungsinya.
Jika melihat data kegiatan pelaksanaan program kerja di Madrasah Aliyah,
program-program yang telah ditetapkan diserahkan kepada masing-masing
bidangnya sesuatu pengorganisasiannya. Kepala madrasah selalu memberi pengarahan
melalui forum-forum tertentu, seperti forum rapat, forum ilmiah
maupun event-event serimonial keagamaan maupun nasional. Kemudian secara
periodik kepala madrasah melakukan pengawasan dan penilaian baik terhadap
kinerja guru dan pegawai maupun evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam upaya peningkatan kemampuan profesionalitas maupun keahlian
lainnya, kepala madrasah melaksanakan pelatihan-pelatihan, baik in door
maupun out door traning. Diantaranya adalah melalui pelatihan-pelatihan
seperti In House dan In Service Training MGMP, KKM, ADKUM, dan BP3.
Di Madrasah Aliyah yang merupakan Pionir bagi madrasah-madrasah swasta di
kabupaten Brebes, telah dilakukan aktivitas manajemen yang dalam
peleksanaannya dipantau oleh Departemen Agama.
Prestasi yang diraih madrasah cukup memperoleh hasil yang
menggembirakan, baik prestasi akdemik maupun non akademik, terutama
meperoleh banyaknya kejuaraan baik di bidang sains, seni dan olah raga
maupun prestasi keagamaan, di tingkat daerah, nasional maupun internasional.
Dalam prestasi akademik, Ujian Nasional tahun 2011 sedikit berbeda
dengan tahun sebelumnya. Meski rata-rata kelulusan naik, namun nilai UN
tidak semata-mata menjadi faktor penentu keluluasan. Namun juga perilaku
dan budi perkerti, serta akhlak dari masing-masing siswa juga menjadi
penilaian. Tentunya juga nilai-nilai mata pelajaran lain di luar UN turut
menentukan pula kelulusan siswa. MTs Negeri Model Brebes sendiri dalam
pengumuman UN tahun ini berhasil meluluskan seluruh siswanya hingga 100
persen, bahkan pada tahun 2008 madrasah ini memperoleh sertifikat ISO 9001:
2008.
Selain berdampak positif dengan telah diraihnya pendidikan bermutu
dan terciptanya kepuasan pelanggan, implementasi konsep TQM di madrasah
ini juga banyak mendatangkan manfaat. Baik bagi kalangan internal lembaga
maupun eksternal (stakeholder) masyarakat.
Beberapa manfaat dari implementasi manajemen mutu terpadu di
madrasah ini, antara lain:
1. Membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggungjawab
madrasah. Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan
membantu memperjelas peranan masing-masing komponen madrasah.
Seperti kepala madrasah, guru dan siswa, serta masyarakat
2. Meningkatkan madrasah sebagai hjalan hidup.hSebagian orang menganggap� �bahwa madrasah hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya
penerapan TQM maka akan menjadikan madrasah sebagai jalan hidup artinya madrasah
merupakan salah satu jalan bagi mereka untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik
3. Memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara
menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan.
4. Membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis untuk memandu
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di madrasah serta ditujukan untuk
adanya perbaikan secara terus menerus.Hal ini akan berdampak pada adanya
upaya penelitian serta adanya penyediaan informasi mengenai madrasah.
5. Mendisain secara menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan
adanya TQM dapat memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam
pengembangan peserta didik.
6. Pelaksanaan perubahan/mutasi pegawai tidak mengganggu aktivitas utama
lembaga pendidikan.
7. Keluhan dari pelanggan internal maupun eksternal dapat dieliminasi sekecil
mungkin.
8. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dan ada di lembaga lebih optimal.
9. Pelaksanaan aktivitas utama lebih efisien dan efektif.
10. Memperoleh pengakuan dari pihak lain (dalam negeri maupun luar negeri)
terhadap eksistensi lembaga pendidikan.
11. Dapat menjadi model untuk mengembangkan lembaga pendidikan lainnya
(yang belum mengimplementasikan TQM di Indonesia bahkan di asia).
12. Hubungan antar lembaga pendidikan dengan stakeholders menjadi lebih
baik.
Dengan demikian konsep TQM yang diterapkan pada pengelolaan Madrasah Aliyah berdampak
positif dan telah menunjukkan hasil sebagaimana yang menjadi tujuan TQM itu sendiri, yakni
bahwa pendidikan madrasah ini telah berhasil menciptakan mutu pendidikannya sesuai standar
mutu.
berdasarkan Kepmendikbud No. 0531012001 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Mutu yang dihasilkan oleh madrasah ini berupa mutu akademik, prestasiprestasi
belajar siswa yang ditandai dengan hasil belajar (lulusan) dengan nilai
tertinggi di kabupaten, serta prestasi-prestasi lain di bidang keunggulan nilai
dalam banyak event, maupun prestasi non akademik siswa berupa peraihan
kejuaraan-kejuaraan, perebutan penghargaan serta perlaku baik di kalangan siswa
itu sendiri. Keberhasilan dalam penciptaan mutu pendidikan ini berakibat
menumbuhkan kepuasan pelanggan atau stakeholder, baik internal maupun
eksternal. Hal ini terlihat dari tumbuhnya motivasi kerja kalangan stakeholder
internal maupun tingginya animo masyarakat dari berbagai daerah dan telah
menjadi magnet school untuk mengikuti pendidikan di Madrasah AliyahJawa
Tengah.
Efektifitas implementasi konsep TQM yang diterapkan pada
pengelolaan Madrasah Aliyahberdampak positif dan telah menunjukkan hasil
sebagaimana yang menjadi tujuan TQM itu sendiri, yakni berhasil menciptakan
mutu pendidikannya sesuai standar mutu berdasarkan PP nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Kelulusan. Mutu yang dihasilkan oleh madrasah ini berupa mutu
akademik, prestasi-prestasi belajar siswa yang ditandai dengan hasil belajar
(lulusan) dengan nilai tertinggi di kabupaten melebihi di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), serta prestasi-prestasi lain di bidang keunggulan nilai dalam
banyak event, maupun prestasi non akademik siswa berupa peraihan kejuaraankejuaraan,
perebutan penghargaan serta perilaku baik di kalangan siswa itu
sendiri. Keberhasilan dalam penciptaan mutu pendidikan ini berakibat
menumbuhkan kepuasan pelanggan atau stakeholder, baik internal maupun
eksternal. Hal ini terlihat dari tumbuhnya motivasi kerja di kalangan stakeholder
internal maupun tingginya animo masyarakat dari berbagai daerah untuk
mengikuti pendidikan di Madrasah AliyahJawa Tengah. Efektivitas
penerapan TQM telah menjadi magnet school di kalangan masyarakat.