manajemen program pelatihan menjahit pada masa …

287
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA DISNAKER KOTA SEMARANG SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah oleh Citra Dwi Kristanti 1201416029 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA

MASA PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN

KERJA DISNAKER KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

oleh

Citra Dwi Kristanti

1201416029

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

ii

Page 3: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

iii

Page 4: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Tidak ada manajemen waktu, bagaimanapun 1 hari adalah 24 jam. Yang

ada adalah manajemen diri.

PERSEMBAHAN :

Saya persembahkan karya tulis ini teruntuk :

1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kemudahan, dan kekuatan

dalam menyelesaikan karya tulis ini.

2. Kedua orangtua saya Bapak Warsono dan Ibu Yayu Winasih yang selalu

memberi semangat dan kasih sayang.

3. Bapak Prof. Dr Tri Joko Raharjo, M.Pd selaku dosen pembimbing,

terimakasih atas bimbingan dan dukungan kepada saya dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

4. Kepada seluruh dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah

memberi ilmu sebagai bekal penyusunan karya tulis ini dan membantu

untuk berkonsultasi.

5. Teman-teman angkatan 2016 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

6. Segenap phiak yang sudah ikut serta membantu dalam menyelesaikan

penulisan karya tulis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

7. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.

Page 5: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

v

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19

di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang” yang disusun sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Luar Sekolah di

Universitas Negeri Semarang tanpa halangan suatu apapun.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

membantu. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Prof. Fathur Rokhman, M.Hum selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Dr. Edy Purwanto, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

3. Dr. Mintarsih Arbarini, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

di Universitas Negeri Semarang

4. Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd , dosen pembimbing yang telah

memberi arahan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi

5. Pak Hendro dari Disnaker Kota Semarang yang telah membantu dalam

perijinan penelitian.

6. Ibu Augus Tineke Ka BLK Kota Semarang, dan Ibu Dina Nurani Ka

Subbag TU yang sangat membantu dalam memperoleh informasi

penelitian.

Page 6: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

vi

7. Staf UPTD BLK Kota Semarang, instruktur pelatihan, peserta

pelatihan pembuatan masker yang bersedia menjadi narasumber

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti, skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga

dengan adanya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Semarang, 19 September 2020

Page 7: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

vii

ABSTRAK

Kristanti, Citra Dwi. 2020. Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa

Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing : Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd

Kata Kunci : Balai Latihan Kerja, Manajemen, Menjahit, Pelatihan

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan unit pelaksana teknis

dari Disnaker Kota Semarang yang melaksanakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan menciptakan tenaga kerja

yang kompeten dibidangnya melalui pelatihan berbasis kompetensi. Tahun 2020

ditengah pandemi Covid-19 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang melaksanakan

program pelatihan tanggap Covid-19 salah satunya pelatihan menjahit yang

difokuskan pada pelatihan pembuatan masker. Penelitian ini bertujuan untuk

mendekripsikan manajemen program pelatihan menjahit meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pelatihan serta faktor

pendukung pelatihan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek

penelitian meliputi pengelola, staf, instruktur, dan peserta pelatihan yang

berkontribusi terhadap manajemen program pelatihan menjahit. Informan utama

dalam penelitian ini adalah pengelola dan staf, serta informan pendukung yaitu

peserta yang mengikuti pelatihan menjahit. Teknik keabsahan data menggunakan

triangulasi sumber dan metode dengan teknik analisis data menggunakan

pengumpulan data, reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

manajemen program pelatihan menjahit di UPTD Disnaker Kota Semarang ada

lima tahapan yaitu perencanaan dengan identifikasi dan penyusunan jadwal

pelaksanaan melalui matrik pelatihan, pengorganisasian dengan mempersiapkan

pengelola dan fasilitas pelatihan, pelaksanaan rekrutmen melalui tes tertulis, dan

pembelajaran berpedoman pada buku informasi, monitoring dan evaluasi

dilaksanakan selama pelatihan dan setelah pelatihan selesai dengan pemantauan

secara online, evaluasi dilaksanakan oleh BLK dengan standar yang ditetapkan

oleh BBPLK Semarang berkaitan dengan materi, sarana prasarana dan instruktur.

Faktor pendukung ketercapaian tujuan pelatihan ini yaitu mampu memenuhi

target pelatihan pembuatan 2000 masker, dan beberapa peserta sudah menerima

pesanan masker meski mereka masih dalam tahap pelatihan, hal tersebut tentunya

didukung dengan manajemen pelatihan yang baik.

Simpulan dari penelitian ini yaitu tahapan manajemen program pelatihan

menjahit (pembuatan masker) dilaksanakan secara tatap muka dengan mematuhi

protokol kesehatan, dan secara online dalam tahap monev sebagai ajang sharing.

Berdasarkan hasil penelitian, saran dari peneliti yaitu mengenai penyebaran

informasi pelatihan lebih diperluas, penilaian peserta secara tertulis agar diperoleh

data kemajuan peserta, dan penyaluran kerja atau pembentukan kelompok usaha

oleh BLK untuk menyalurkan keterampilan peserta.

Page 8: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN ...................................................................................................... ii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

PRAKATA .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 10

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 10

1.5 Penegasan Istilah .................................................................................... 10

1.5.1 Manajemen ...................................................................................... 10

1.5.2 Pelatihan .......................................................................................... 11

1.5.3 Menjahit .......................................................................................... 11

1.5.4 Pandemi Covid-19 ........................................................................... 12

1.5.5 Balai Latihan Kerja ......................................................................... 12

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 13

2.1 Pelatihan ................................................................................................. 13

2.3.1 Model Pelatihan .............................................................................. 14

2.3.2 Fungsi Pelatihan .............................................................................. 14

2.3.3 Tujuan Pelatihan.............................................................................. 14

2.2 Manajemen ............................................................................................. 13

2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia ....................................................... 17

2.4 Manajemen Pelatihan ............................................................................. 19

Page 9: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

ix

2.5 Fungsi Manajemen ................................................................................. 20

2.5.1 Perencanaan..................................................................................... 21

2.5.1.1 Tahap Perencanaan ................................................................... 21

2.5.1.2 Tujuan Perencanaan .................................................................. 29

2.5.1.3 Manfaat Perencanaan ................................................................ 30

2.5.2 Pengorganisasian ............................................................................. 31

2.5.3 Pelaksanaan ..................................................................................... 32

2.5.3.1 Rekruitmen Peserta Pelatihan ................................................... 33

2.5.3.2 Pelaksanaan Pelatihan ............................................................... 33

2.5.3.3 Penilaian Peserta Pelatihan ....................................................... 35

2.5.4 Pengawasan ..................................................................................... 35

2.5.5 Evaluasi ........................................................................................... 36

2.6 Pelatihan Menjahit .................................................................................. 39

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 41

2.8 Kerangka Berpikir .................................................................................. 43

BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 46

3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 46

3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 47

3.3 Fokus Penelitian ..................................................................................... 47

3.4 Sumber Data Penelitian .......................................................................... 48

3.4.1 Sumber Data Primer ........................................................................ 49

3.4.1.1 Subyek ...................................................................................... 49

3.4.1.2 Informan ................................................................................... 49

3.4.2 Sumber Data Sekunder .................................................................... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 50

3.5.1 Wawancara ...................................................................................... 50

3.5.2 Observasi ......................................................................................... 51

3.5.3 Studi Dokumentasi .......................................................................... 51

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................... 52

3.6.1 Triangulasi Sumber ......................................................................... 53

3.6.2 Triangulasi Metode ......................................................................... 53

3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 54

3.7.1 Reduksi Data ................................................................................... 54

3.7.2 Model Data (Data Display) ............................................................. 55

Page 10: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

x

3.7.3 Penarikan Kesimpulan .................................................................... 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 57

4.1 Gambaran Umum ................................................................................... 57

4.1.1 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............................................ 57

4.1.2 Struktur Organisasi ......................................................................... 59

4.1.3 Visi dan Misi ................................................................................... 60

4.1.4 Tugas dan Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............... 61

4.1.5 Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker) ........................................ 61

4.1.6 Identitas Informan Dan Subyek Penelitian ..................................... 64

4.1.7 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 65

4.1.7.1 Manajemen Program PelatihanMenjahit .................................. 66

4.1.7.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit ..................................... 98

4.2 Hasil Pembahasan ................................................................................. 100

4.2.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker) ... 100

4.2.1.1 Perencanaan ............................................................................ 100

4.2.1.2 Pengorganisasian .................................................................... 108

4.2.1.3 Pelaksanaan .............................................................................. 14

4.2.1.4 Pengawasan .............................................................................. 14

4.2.1.5 Evaluasi .................................................................................... 14

4.2.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)........ 117

BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 119

5.1 Simpulan ............................................................................................... 119

5.1 Saran ..................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 121

LAMPIRAN ........................................................................................................ 130

Page 11: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ...................................................................... 53

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik/Metode .......................................................... 53

Gambar 3.3 Komponen Analisis Data .............................................................. 56

Gambar 4.1 Tempat Pelatihan .......................................................................... 71

Gambar 4.2 Daftar Bahan Pelatihan ................................................................. 73

Gambar 4.3 Media/Alat Bantu Pelatihan ......................................................... 75

Gambar 4.4 Matrik Kegiatan Pelatihan ............................................................ 77

Gambar 4.5 Buku Informasi ............................................................................. 86

Gambar 4.6 Formulir Evaluasi ......................................................................... 96

Gambar 4.7 Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) ........................... 96

Page 12: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Rancangan Bangun Pelatihan .............................................. 20

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 45

Bagan 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............ 60

Bagan 4.2 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 79

Bagan 4.3 Pengorganisasian Pelatihan Pembuatan Makser .............................. 83

Bagan 4.4 Proses Rekruitmen Peserta Pelatihan .............................................. 85

Bagan 4.5 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 91

Bagan 4.6 Pengawasan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 94

Bagan 4.7 Evaluasi Pelatihan Pelatihan Pembuatan Makser ............................ 97

Bagan 4.8 Manajemen Pelatihan Pembuatan Makser ....................................... 99

Page 13: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Workshop Pelatihan ........................................................................... 59

Tabel 4.2 Daftar Peserta Pelatihan .................................................................... 63

Tabel 4.3 Subyek Penelitian .............................................................................. 64

Tabel 4.4 Informan Penelitian ........................................................................... 64

Page 14: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Dosen Pembimbing ................................................................ 130

Lampiran 2 Surat Ijin Observasi ....................................................................... 131

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 133

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ................................................................. 134

Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi ....................................................... 135

Lampiran 6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .................................................... 137

Lampiran 7 Pedoman Wawancara ................................................................... 141

Lampiran 8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi ................................................. 159

Lampiran 9 Hasil Observasi ............................................................................. 160

Lampiran 10 Catatan Lapangan ........................................................................ 163

Lampiran 11 Hasil Wawancara ........................................................................ 172

Lampiran 12 Analisis Data ............................................................................... 234

Lampiran 13 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 262

Page 15: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan menjadi aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena

pada hakekatnya manusia diciptakan dengan akal. Menurut Muhardi (2004:479)

Secara umum, pendidikan merupakan sebuah usaha sadar manusia untuk

mengembangkan potensinya agar memiliki pengetahuan, kecerdasan,

kemampuan, kepribadian, pengendalian diri, dan juga keterampilan yang

dibutuhkan dalam masyarakat. Wisarja & Sudarsana (2017:290) menyatakan

bahwa ukuran suatu bangsa maju atau tidak yaitu dilihat dari kualitas pendidikan

bangsa itu sediri, kualitas pendidikan pada suatu bangsa dapat menentukan bangsa

itu akan maju atau tertinggal, yaitu dengan semakin majunya tingkat pendidikan

suatu bangsa maka secara tidak langsung bangsa tersebut juga akan maju melalui

usaha sadar yang dilakukan dalam mengembangkan pengetahuan masyarakat.

Pendidikan nonformal menurut Suprijanto (2007) merupakan pendidikan

diluar sistem persekolahan, biasanya tidak berjenjang, dan tidak ketat ketentuan-

ketentuannya. Sudarsana (2017:43) mengungkapkan bahwa pendidikan nonformal

merupakan investasi penting bagi anak, tugas lain dari pendidikan nonformal

yakni sebagai pendidikan tambahan untuk keterbatasan materi yang

disampaikan dalam pendidikan formal, seperti bimbel. Pendidikan nonformal

juga sebagai pengganti bagi mereka yang belum pernah merasakan bangku

sekolah atau yang belum menyelesaikan pendidikan formal. Pendidikan

nonformal menjadi pengganti yang dikenal dengan pendidikan kesetaraan seperti

Page 16: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

2

kejar paket A, B, dan C. Sudarsana (2015:6) mengemukakan bahwa dengan

adanya pendidikan nonformal dapat lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan

kualitas hidup manusia baik strata ekonomi sosial dan strata pendidikan.

Pendidikan nonformal merupakan sistem pendidikan diluar pendidikan formal

yang memiliki tugas sebagai pelengkap dan pengganti pendidikan formal.

Franita (2016:89) menyatakan bahwa Indonesia ini merupakan sebuah

negara yang memiliki sumber daya manusia yang banyak, namun sumber daya

manusia yang banyak tidak menjamin memiliki sumber daya manusia yang

kompeten. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2020 mengenai Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2019 mencapai angka 71,92 dalam beberapa

dimensi salah satunya dalam dimensi pengetahuan yakni rata-rata lama sekolah

masyarakat usia 25 tahun keatas mencapai 8,34 tahun. Pertumbuhan yang positif

ini merupakan modal yang penting dalam pembangunan kualitas SDM di

Indonesia.

BPS menyatakan jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 meningkat

sebanyak 137,19 juta orang dibandingkan dengan Februari 2019 yang naik 1,73

juta orang, hal ini berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran sebanyak

60 ribu orang dalam setahun terakhir. Mulyadi (2016:222) menyatakan bahwa

pengangguran berdampak pada berkurangnya pendapatan masyarakat. Sudarsana

(2017:28) menegaskan bahwa kemiskinan salah satunya disebabkan oleh

pengengguran dengan kurangnya lahan produktif sebagai sumber penghasilan

masyarakat tersebut. Sedikitnya angkatan kerja yang berkompeten menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan banyaknya pengangguran. Pandemi Covid-19

Page 17: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

3

menyebabka angka pengangguran semakin meningkat dikarenakan banyaknya

korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari tempat kerjanya demi

meminimalisir penyebaran virus corona. Pengangguran menyebabkan kemiskinan

karena masyarakat tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pengangguran

juga disebabkan karena kurangnya kemampuan masyarakat dan minimnya lahan

sumber pernghasilan masyarakat, hal tersebut dapat mengurangi tingkat

kesejahteraan dan dapat menyebabkan meningkatnya peluang masyarakat dalam

kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Pendidikan nonformal digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu upaya

pengentasan kemiskinan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, 2006 Pasal 26 ayat 3 dan 4 :

“(3) Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta

pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik. (4) Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga

kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.”

Prahara (2017) menuliskan bahwa pemerintah tengah mengupayakan

berbagai hal dalam mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan di

Indonesia salah satunya melalui pendidikan nonformal. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5 menyatakan bahwa salah satu

upaya pemerintah dalam menekan angka pengangguran dengan

menyelenggarakan program pelatihan untuk memfasilitasi masyarakat agar

memiliki keterampilan, pengetahuan, kecakapan hidup, sebagai bekal bagi

Page 18: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

4

masyarakat untuk lebih mandiri dengan wirausaha, atau pun untuk melanjutkan

kejenjang yang lebih tinggi lagi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 1

menjelaskan bahwa BLK merupakan tempat penyelenggaraan pelatihan untuk

menguasai suatu jenis kompetensi kerja dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

BLK yang dinaungi Kemnaker merupakan sebuah upaya dalam

meningkatkan dan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas. Mahdiyah,

menuliskan bahwa BLK hingga tahun 2019 ini berjumlah 303 unit yang tersebar

diseluruh Indonesia, yang terdiri dari BLK Unit Pelaksana Teknik Pusat (UPTP)

yang berjumlah 19 BLK dan BLK Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

sebanyak 284 BLK milik pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang

seluruhnya bisa menampung 275 ribu peserta. Tindage (2019:132) manyatakan

bahwa seperti tujuan yang telah dirumuskan, maka BLK diharapkan bisa

mendorong kesempatan kerja dan juga terciptanya peluang-peluang kerja. Arini &

Maesaroh (2019:187) bahwa BLK memiliki peran dalam mengembangkan

mutu, produktivitas dan kualitas angkatan kerja. Pemerintah melakukan upaya

melalui jalur pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah dalam

mengurangi pengangguran dan meningkatkan kompetensi masyarakat

terwujudkan melalui program-program penddikan masyarakat. Pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja menjadi upaya dalam mengurangi pengangguran

dan kemiskinan yang salah satunya melalui BLK.

Page 19: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

5

Peningkatan kompetensi masyarakat melalui BLK dilaksanakan dalam

bentuk pelatihan. Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang

didalamnya terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan

mempraktikkan bidang latih tertentu yang menyankut pada aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun

penguasaan suatu kompetensi (Sutarto, 2013). Elyadi & Wardoyo (2018:151)

menyatakan bahwasannya hasil dari sebuah pelatihan yang diberikan dapat

digunakan sebagai perbaikan jenjang karier pekerjaan maupun sarana untuk

pengembangan diri. Wardhani, Sumartono, & Makmur (2015:22) menuliskan

bahwa pelatihan merupakan salah satu cara dala memberikan dan meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan

berdasarkan pernyataan adalah suatu bentuk pendidikan dengan memberikan

sebuah keterampilan kepada peserta pelatihan sebagai bekal dalam melakukan

suatu pekerjaan maupun pengembangan diri.

Tujuan pelatihan dapat tercapai dengan baik dikarenakan adanya

pengelolaan yang tepat. Menurut Wulandari & Ilyas (2015:109) program jenis

apapun perlu adanya pengelolaan atau manajemen yang baik, begitu juga dengan

program pelatihan BLK. Sudjana (2000:17) menyatakan bahwa manajemen atau

pengelolaan adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan

kegiatan bersama dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Jannana & Suryono

(2017:92) juga menegaskan bahwa adanya manajemen kegiatan yang baik akan

menjadikan keberhasilan suatu program. Manajemen program yang baik ini

Page 20: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

6

diperlukan dalam pencapaian tujuan program dan tentunya didukung oleh sumber

daya manusia yang mampu mengelola program itu dengan baik.

Mujiman (2006) menyatakan bahwa manajemen pelatihan merupakan

pengelolaan pelatihan yang didalamnya menyangkut aspek pengidentifikasian

kebutuhan suatu pelatihan, perencanaan desain pelatihan, penetapan metodologi

pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan,

dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Aspek yang telah disebutkan merupakan

manajemen yang biasa dilaksanakan dalam sebuah pelatihan. Secara formal

manajemen memiliki arti sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian dalam mencapai tujuan

organisasi (Aryanto, 2013:3). Manajemen dalam sebuah pelatihan digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan pelaihan dengan mendayagunakan SDM

(Sumber Daya Manusia) dalam organisasi itu sendiri.

Sari (2017:37) menuliskan pendapat Sutisna mengenai manajemen yang

merupakan proses pencapaian tujuan bersama dengan mengerjakan fungsi-fungsi

yang meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan, penyelenggaraan,

dan pelayanan. Menurut Ulfatin & Triwiyanto (2016) bahwa fungsi manajemen

secara manajerial adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan. Manajemen pelatihan secara umum meliputi beberapa tahapan, dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi

pelatihan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pelatihan.

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang adalah sebuah lembaga pelatihan

dibawah Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Semarang. Pemerintah Daerah Kota

Page 21: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

7

Semarang berupaya meningkatkan kompetensi masyarakat Kota Semarang

dengan mendirikan BLK melalui Peraturan Walikota Semarang No 65 Tahun

2008. UPTD BLK mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional Disnaker dibidang pelatihan keterampilan kerja. Fungsi dari UPTD

BLK Disnaker Kota Semarang ini yaitu merumuskan kebijakan teknis dibidang

pelatihan ketrampilan kerja, menyusun rencana program dan rencana kerja

anggaran dibidang pelatihan ketrampilan kerja, mengkoordinasikan pelaksanaan

tugas dibidang pelatihan ketrampilan kerja.

Pelatihan menjahit merupakan program pelatihan yang dilaksanakan di

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dengan fokus pelatihan pembuatan masker.

Pelatihan ini dilaksanakan sebagai modal bekerja ataupun usaha ditengah pandemi

Covid-19. Ramadani & Novrita (2019:205) menyatakan bahwa mejahit

merupakan kegiatan menyambung kain, bulu ataupun bahan lain yang bisa

dilewati jarum dan benang. Menjahit masker berarti menyambung kain yang telah

dipotong sesuai pola agar menjadi masker utuh. Kalsum (2019:625) menuliskan

bahwa masker merupakan alat pelindung dari polusi udara dan menjaga

penggunanya dari masalah kesehatan. Lestari (2020:40) memaparkan bahwa

dalam kondisi pandemi Covid-19, pemakaian masker telah diwajibkan oleh

pemerintah untuk menekan penyebaran virus, tingginya kebutuha masker

menyebabkan kelangkaan dan kekurangan masker dipasaran. Masker merupakan

sebuah alat perlindungan pernafasan yang digunakan untuk melindungi

pemakainya dari menghirup zat-zat berbahaya maupun penyakit menular yang

ditularkan melalui udara (Wibowo, 2017:10). Pengembangan kualitas maupun

Page 22: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

8

pendayagunaan sumber daya manusia diperlukan untuk memproduksi masker

dalam memenuhi kebutuhan masker bagi masyarakat, juga sebagai bekal

keterampilan untuk membuat sebuah usaha bagi peserta pelatihan.

Pandemi Covid-19 menyebabkan pelatihan di BLK yang telah

direncanakan pada awal tahun terpaksa dihentikan. Anggaran pelatihan yang telah

direncanakan juga dialihkan untuk membantu mengurangi dampak Covid-19.

Pemerintah berupaya tetap melaksanakan pelatihan meskipun ditengah pandemi

Covid-19 dengan refocusing anggaran pelatihan menjadi pelatihan tanggap Covid-

19. BLK juga merencanakan ulang untuk melaksanakan pelatihan alternatif yang

diupayakan oleh pemerintah. Pelatihan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

yang awalnya bersifat global kini dialihkan menjadi pelatihan alternatif untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat dengan pelaksanaan pelatihan pembuatan

masker dan memasak. Pelatihan yang dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19

harus mematuhi protokol kesehatan untuk menekan penyebaran virus selama

pelatihan meliputi mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer,

pengecekan suhu tubuh, mengenakan masker, dan menerapkan physical

distancing. Pembatasan dalam penyelenggaraan pelatihan ini berpengaruh

terhadap proses manajemen pelatihan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Manajemen pelatihan yang seharusnya dapat dilakukan secara leluasa kini harus

dilaksanakan dengan batasan-batasan dengan mematuhi protokol kesehatan.

Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan dalam waktu yang lebih singkat

jika dibandingkan dengan pelatihan pada umumnya yang dilaksanakan di BLK

ini. Pelatihan pembuatan masker juga merupakan program yang pertama kali

Page 23: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

9

dilaksanakan di BLK, selain itu dalam pelatihan ini tidak dilakukan uji

kompetensi seperti yang biasa dilakukan pada program pelatihan di BLK. Peserta

yang menguasai unit kompetensi pada buku informasi dianggap sudah lolos dan

layak mendapatkan sertifikat pelatihan. Berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi manajemen program pelatihan

menjahit yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dimasa

pandemi Covid-19 yang berjudul “Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada

Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :

1.2.1 Bagaimana Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi

Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang?

1.2.2 Apa Faktor Pendukung dalam Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada

Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota

Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.1.1 Untuk Mendeskripsikan Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada

Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota

Semarang

1.1.2 Untuk Mendeskripsikan Faktor Pendukung dari Manajemen Program

Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan

Kerja Disnaker Kota Semarang

Page 24: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

10

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat, baik manfaat teoritis

maupun manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang Pendidikan Nonformal yang didalamnya memuat

tentang manajemen program pelatihan menjahit. Disamping itu, hasil penelitian

ini bagi penelitian selanjutnya bisa menjadi sebuah referensi yang terkait dengan

manajemen program pelatihan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi lembaga terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

upaya dalam meningkatkan pengetahuan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi sebuah pengalaman dalam melakukan

penelitian khususnya tentang proses Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada

Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang.

1.5 Penegasan Istilah

1.5.1 Manajemen

Menurut Umam (2012) manajemen secara umum memiliki arti sebuah

kegiatan untuk mencapai tujuan maupun sasaran yang sudah ditentukan dengan

menggunakan SDM. Sudjana (2000) menyatakan bahwa manajemen atau

pengelolaan adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan

kegiatan bersama dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Manajemen yang

Page 25: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

11

akan dibahas disini yaitu manajemen pelatihan meliputi beberapa tahapan, dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi

pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan.

1.5.2 Pelatihan

Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang didalamnya

terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan mempraktikkan

bidang latih tertentu yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun penguasaan

suatu kompetensi (Sutarto, 2013). Penyelenggaraan kursus atau pelatihan

diharapkan agar warga masyarakat dapat mengembangkan dirinya untuk memiliki

keterampilan hidup.

1.5.3 Menjahit

Menjahit merupakan proses menyambung kain, bulu, kulit hewan, atau

bahan lain yang bisa dimasuki benang dan jarum. Menjahit dalam pelatihan ini

difokuskan ke pelatihan pembuatan masker, yaitu membuat masker dari

pembuatan pola, memotong,dan menyatukan dengan cara dijahit menggunakan

mesin jahit. Masker disini merupakan bagian dari alat pelindung diri yang

digunakan untuk melindungi dari polusi, debu, maupun partikel lain yang masuk

kedalam tubuh melalui mulut dan hidung (Dewi & Utami, 2020:34). Masker

sesuai dengan standar kesehatan dua lapis. Masker dibuat dengan bahan kain yang

dipotong dan dijahit sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Page 26: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

12

1.5.4 Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa penyebaran penyatik koronavirus

19 atau Covid-19. Penyakit ini disebabkan SARS-CoV-2. Virus diduga menyebar

antar manusia melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama

batuk. Selain itu, virus juga menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang

terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Pandemi ini telah

menyebabkan gangguan sosioekonomi global.

1.5.5 Balai Latihan Kerja

Balai Latihan Kerja (BLK) yang dinaungi Kementerian Ketenagakerjaan

merupakan sebuah upaya dalam meningkatkan dan membangun sumberdaya

manusia yang berkualitas. BLK merupakan tempat untuk melaksanakan program

pelatihan yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Page 27: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

13

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan

Menurut Sutarto (2013) pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan

yang didalamnya terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan

mempraktikkan bidang latih tertentu yang menyangkut pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun

penguasaan suatu kompetensi. Kamil (2010:3) menuliskan bahwa istilah pelatihan

merupakan terjemahan dari kata training atau train yang berarti (1) memberi

pelajaran dan praktik, (2) menjadikan berkembang ke arah yang dikehendaki, (3)

persiapan, (4) praktik. Disimpulkan bahwa pelatihan adalah kegiatan praktik

dengan pembelajaran yang dilakukan untuk berkembang sesuai dengan

kompetensi yang dibutuhkan, dengan bertujuan agar warga masyarakat dapat

mengembangkan dirinya untuk memiliki keterampilan hidup. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat

5 yang menyebutkan :

“Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,

dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,

bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi”.

Pelatihan secara umum dapat disimpulkan, yaitu merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang yang

dijadikan bekal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pelatihan lebih

ditekankan kepada penguasaan keterampilan oleh peserta untuk meningkatkan

Page 28: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

14

kompetensi agar mampu bersaing didunia kerja maupun sebagai modal usaha

mandiri.

2.1.1 Model Pelatihan

Terdapat berbagai model pelatihan sebagai kegiatan pendidikan luar

sekolah. model-model itu terutama dilihat dari tujuan pelatihan yang kemudian

menentukan proses pelatihan. setiap model memiliki karakteristik tersendiri

serta keunggulan dan kelemahan masing-masing. pemilihan suatu model pelatihan

terutama didasarkan pada kebutuhan di satu pihak dan potensi atau peluang yang

dimiliki di pihak lain. model model pelatihan dalam pendidikan luar sekolah

diantaranya: model magang atau pemagangan, model internship, model pelatihan

kerja, model pelatihan kewirausahaan, model pelatihan keaksaraan, dan model

pelatihan manajemen peningkatan mutu, (Kamil, 2010:35-36).

2.1.2 Fungsi Pelatihan

Menurut Sutarto (2013:7-8) bagi organisasi sedikitnya terdapat 7 fungsi yaitu :

1. Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga

organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.

2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dengan bawahan

3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat

4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan

komitmen organisasional yang lebih tinggi

5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial

yang partisipatif

Page 29: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

15

6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif

7. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh

suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan para anggota

organisasi

2.1.3 Tujuan Pelatihan

Menurut Marzuki (1992:12) terdapat tiga tujuan pokok dari sebuah

pelatihan, yaitu : (1) memenuhi kebutuhan organisasi; (2) memperoleh pengertian

dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan

yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman; (3) dan

membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Kamil

(2010:10) menuliskan tujuan pelatihan menurut beberapa ahli, Moekijat (1981)

mengatakan bahwa tujuan umum dari sebuah peatihan adalah untuk

mengembangkan keahlian sehigga pekerjaan bisa diselesaikan dengan lebih

efektif dan lebih cepat, untuk mengembangkan pengetahuan agar pekerjaan yang

dilaksanakan dapat diselesaikan secara rasional, dan untuk mengembangkan sikap

agar menimbulkan kemauan untuk melakukan kerjasama. Menurut (Pribadi, 2014)

adanya program pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, juga

sikap positif peserta peltihan. Mayombe (2017:120) berpendapat “(non formal

education training) was trainee-centred and directly intended to solve a trainee’s

problem of unemployment”, bahwa dengan adanya pelatihan, dapat mengurangi

pengangguran. Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari

sebuah pelatihan adalah untuk memberikan pengetahuan keterampilan kepada

Page 30: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

16

peserta pelatihan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efisien dan dapat

memenuhi kebutuhan organisasi dalam melaksanakan tugasnya.

2.2 Manajemen

Menurut Hasibuan (2002), manajemen merupakan alat untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengatur proses

pemanfaatan sumber daya utuk mencapai tujuan tertentu. Priyono (2007:13)

menuliskan pengertian manajemen menurut Barnard (1886-1961) bahwa

manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu perumusan tujuan dan pengadaan

sumberdaya yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan. Menurut Umam (2012)

manajemen secara umum memiliki arti sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan

maupun sasaran yang sudah ditentukan dengan menggunakan SDM. Berdasarkan

uraian diatas disimpulkan bahwa manajemen merupakan rangkaian kegiatan untuk

mencapai tujuan dengan melalui proses perumusan tujuan, pengorganisasian

sumberdaya yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan organisasi. Sarinah (2017:8-

9) menyebutkan bidang manajemen ada 4 macam :

(1) Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia ini merupakan kegiatan manajemen yang

didasarkan pada fungsinya dalam memperoleh sumber daya manusia yang terbaik

untuk bisnis yang akan dijalankan dan memelihara sumber daya manusia tersebut

dengan kualitas kerja yang konstan ataupun bertambah.

(2) Manajemen Operasional

Manajemen Operasional merupakan kegiatan manajemen yang didasarkan

pada fungsi untuk menghasilkan produk sesuai standar sesuai permintaan

Page 31: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

17

konsumen. teknik yang digunakan hendaknya efisien mulai dari pemilihan lokasi

produksi hingga hasil produksinya.

(3) Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran didasarkan pada fungsi yang intinya berusaha

mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen dan cara memenuhi kebutuhan

tersebut agar dapat terwujudkan.

(4) Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan ini berdasarkan fungsi untuk memastikan bahwa

tujuan bisnis yang telah ditetapkan bisa tercapai secara ekonomis yang diukur

berdasarkan profit. Manajemen ini dimulai dari merencanakan sumber

pembiayaan, cara yang digunakan untuk mengalokasikan dana secara tepat.

Sesuai dengan fungsinya, manajemen yang digunakan setiap organisasi

tentu berbeda. Berdasarkan sasaran penelitian mengenai pelaksanaan pelatihan di

BLK, manajemen yang digunakan dalam pelatihan adalah manajemen sumber

daya manusia, yaitu untuk mengatur sumber daya yang ada seperti staf, instruktur,

dan peserta pelatihan yang ada di BLK tersebut.

2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Samsuni (2017)

merupakan bagaimana cara mengatur secara maksimal hubungan dan peran

sumber daya dari setiap individu dalam organisasi guna mencapai sebuah tujuan

bersama. Ulfatin & Triwiyanto (2016) menyatakan bahwa manajemen sumber

daya manusia sebagai sebuah usaha agar SDM tersebut dapat secara maksimal

dalam bekerja utntuk mencapai tujuan. Senada dengan Farndale dkk, (2020) :

Page 32: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

18

“The core content of HRM is generally well-understood and

includes what practices organisations adopt to regulate employees,

such as recruitment, selection, training, rewardand performance

management, either studied as individual practices or as bundles of

practices in HRM systems”,

Yakni dalam MSDM adanya proses mengatur karyawan, seperti rekruitmen,

seleksi, pelatihan, penghargaan dan manajemen kinerja yang dipelajari sebagai

praktik individu dan manajemennya. MSDM dilaksanakan dengan mengelola

unsur manusia dan potensi-potensi yang dimiliki untuk sehingga sumber daya

manusia tersebut dapat mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa MSDM merupakan manajemen dalam mengelola

sumber daya manusia seperti rekruitmen, pelatihan, dan sebagainya dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Husaini (2017) menyebutkan tujuan MSDM meliputi tujuan organisasional,

fungsional, sosial, dan personal. Serupa, menurut Sumual (2017:8) tujuan

MSDM meliputi tujuan kemasyarakatan, organisasional, fungsional, dan pribadi.

Menurut Uhbiyati (2015) “The stages of the HR development management are

planning and organizing, implementation, and monitoring”. Secara umum, tujuan

dari MSDM yakni untuk memastikan dengan kerja sama dan kontribusi aktif

manusia maka keberhasilan akan tercapai dengan efektif dan efisien. Proses

MSDM ini berkaitan dengan upaya perencanaan sumber daya manusia,

perekrutan anggota, kontrak kerja, penempatan, pembinaan dan pengembangan

tenaga kerja. Salah satu proses MSDM dalam sebuah organisasi, dilaksanakan

dalam sebuah pelatihan.

Page 33: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

19

(1) Tujuan organisasional MSDM sebagai alat bantu organisasi untuk mencapai

tujuan, meningkatkan produktivitas perusahaan, dan mengkomunikasikan

kebijakan kepada anggota organisasi.

(2) Tujuan fungsional dalam hal ini yakni meningkatkan kualitas sumber daya

manusia agar memberi kontribusi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(3) Tujuan sosial yaitu dengan merespon terhadap kebutuhan dan tantangan

masyarakat namun meminimalisir dampak negatif terhadap organisasi

(4) Tujuan personal membantu anggota dalam mencapai tujuan personal

mereka, dan mempertimbangkan tujuan pribadi anggota jika mereka harus

dipertahankan, dimotivasi, atau dipensiunkan.

2.4 Manajemen Pelatihan

Pelatihan berjalan dan tujuan bisa dicapai apabila ada manajemen yang

dilaksanakan didalamnya. Kamil (2012) menjelaskan bahwa dalam sebuah

pelatihan memang memerlukan pengorganisasian, maka dari itu dikenal dengan

adanya panitia atau organizer pelatihan dan secara manajerial fungsi organizer

pelatihan yaitu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan.

Manajemen penyelenggaraan pelatihan menurut Wulandari & Ilyas (2015)

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan untuk mencapai

tujuan pelatihan. Bedasarkan pendapat tersebut, maka menurut penulis

manajemen merupakan serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan pelatihan

dengan menerapkan fungsi manajemen.

Page 34: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

20

Manajemen pelatihan memiliki beberapa tahap yang digambarkan dalam

model rancang bangun pelatihan menurut Sudjana (2007:77)

Bagan 2.1 Model Rancangan Bangun Pelatihan

Sumber : Sudjana (2007:77)

2.5 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut Umam (2012) secara garis besar meliputi

perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, bimbingan, motivasi, pengoordinasian,

pengawasan, reporting, staffing dan forecasting. Menurut Ulfatin & Triwiyanto

(2016) fungsi manajerial SDM meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan dalam manajemen pelatihan, fungsi

pelatihan menurut Kamil (2012) fungsi pengelolaan pelatihan meliputi

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan. Berdasarkan beberapa

pengertian yang telah disebutkan, dapat dikombinasikan fungsi-fungsi manajemen

pelatihan dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi pelatihan sesuai dengan tugas UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Tes Awal Pelaksanaan Tes Akhir Supervisi &

Evaluasi serta

Umpan Balik

Penyusunan Alat Tes Penyusunan Alat Tes

Pelatihan bagi Pelatih

Penyusunan Program dan

Identifikasi Kebutuhan, Sumber-

Perumusan Tujuan Pelatihan

Page 35: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

21

2.5.1 Perencanaan

Perencanaan program sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam

manajemen pelatihan. Perencanaan atau yang bersal dari kata rencana yang

memiliki arti pengambilan sebuah keputusan mengenai apa saja yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan. Dikemukakan Mujiman (2006) dan ditegaskan

lagi oleh Sutarto (2013:31) bahwa perencanaan program pelatihan merupakan

suatu kegiatan untuk merencanakan suatu program pelatihan secara keseluruhan

sebelum dilaksanakannya suatu pelatihan. Saat kita akan merencanakan, tentu

pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai secara

efektif dan efisien, (Sanjaya 2008). Jadi, proses sebuah perencanaan haruslah

dimulai dengan penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Perencanaan

dalam sebuah program merupakan hal yang penting, karena dengan adanya

perencanaan tujuan dari program menjadi terarah. Perencanaan dalam organisasi

dapat mengantisipasi hambatan maupun peluang dalam pencapaian tujuan.

Perencanaan memberikan sebuah pandangan atau gambaran mengenai tindakan

apa saja yang akan dilakukan oleh organisasi sehingga menjadikan pelaksanaan

program lebih efektif dan efisien.

2.5.1.1 Tahapan Perencanaan

Sutarto (2013:31) menyatakan komponen dalam sebuah perencanaan

meliputi tujuan dari program, bahan belajar, metode yang digunakan dalam

pembelajara, sarana dan prasarana, suber belajar atau tutor, peserta didik, sistem

penilaian hasi belajar, waktu dan tempat kegiatan. Ditegaskan oleh Mujiman

Page 36: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

22

(2006) namun terdapat beberapa tahapan yang tidak disebutkan diatas seperti

menetapkan pengelola dan pembantu program pelatihan dan menghitung anggaran

yang diperlukan. Jadi, langkah-langkah atau tahapan dalam sebuah perencanaan

program pelatihan atau kursus secara umum yaitu:

2.5.1.1.1 Menetapkan Pengelola dan Staf Pembantu Program

Kemnaker (2017) menegaskan bahwa tenaga pelatihan merupakan

seseorang yang memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab dan kompetensi

untuk menyelenggarakan, mengelola, dan mengembangkan pelatihan dilembaga

yang membidangi pelatihan kerja. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pengelola dalam

sebuah kursus dan pelatihan memiliki peran yang sangat penting dalam

memelihara keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang ada dalam lembaga

kursus dan pelatihan. Pengelola hendaknya memiliki kualifikasi dan kompetensi

sesuai standar pengelola kursus dan pelatihan.

Kualifikasi pengelola suatu program pelatihan dan kursus yaitu minimal

memiliki pendidikan tingkat SMA/MA/SMK sederajat, dan mempunyai

pengalaman bekerja sekurang-kurangnya tiga tahun dalam lembaga kursus dan

pelatihan. Mempunyai sertifikat pengelola kursus dan pelatihan yang diterbitkan

oleh lembaga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sirodjuddin & Suparman (2013)

menyatakan bahwa dalam menetapkan pengelola dan staf dalam sebuah pelatihan

didasarikan pada surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Tenaga

Kerja, dan pelaksana kegiatan program pelatihan yang di bantu oleh staf seksi

sebagai staf pembantu program pelatihan. Kesimpulannya yaitu bahwa pengelola

Page 37: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

23

merupakan seseorang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

pelatihan.

2.5.1.1.2 Menetapkan tujuan

Komponen tujuan ini memiliki fungsi yang amat penting dalam suatu

program. Adanya tujuan, pasti ada sebuah langkah untuk mencapai tujuan tersebut

(Sanjaya, 2008:121). Anugerah (2015) menyebutkan tujuan pelatihan dalam tiga

domain, yaitu cognitive domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan

meningkatkan pengetahuan peserta; affective domain, adalah tujuan pelatihan

yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku; dan psychomotor domain yaitu

tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta pelatihan.

Menurut Pribadi (2014) tujan dalam program pelatihan menggambarkan

kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pelatihan. Perlu dirumuskannya suatu

tujuan karena dengan adanya rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk

mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Tujuan dapat

digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelatihan

2.5.1.1.3 Menetapkan bahan ajar

Bahan ajar atau bahan pembelajaran dalam konteks pembelajaran

merupakan salah satu komponen penting yang harus ada, bahan ajar ini

merupakan komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari dan dijadikan bahan

materi yang akan dikuasai oleh peserta kursus dan dijadikan sebagai suatu

pedoman. Hamalik (2005:67) menuliskan pengertian bahan ajar, bahwa bahan ajar

adalah salah satu komponen yang penting dalam sistem pelatihan yakni sebagai

sebuah penunjang proses pembelajaran, dan dapat menjadi motivasi belajar

Page 38: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

24

peserta pelatihan. Bahan ajar memuat materi pelatihan yang menurut Sudjana

(2007) yang merupakan sekumpulan keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai

tertentu untuk mencapai tujuan pelatihan. Pengertian tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan pedoman dalam pelatihan yang

didalamnya memuat materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujan pelatihan.

Bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan yang harus

disampaikan kepada siswa (Wahyuningsih & Sucipto, 2016:40). Bahan ajar dalam

suatu pelatihan merupakan sumber belajar bagi peserta didik berupa materi yang

disampaikan oleh instruktur. Bahan ajar ini disusun oleh instruktur dan mengacu

pada Standar Kurikulum Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. SKKNI dalam pelatihan berbasis

kompetensi diperlukan untuk memastikan kesesuaian kebutuhan ditempat kerja,

SKKNI juga sebagai acuan dalam menyusun program, kurikulum, hingga modul-

modul atau bahan ajar pelatihan dalam proses pelatihan, dan juga dalam LSP

(Lembaga Sertifikasi Profesi) digunakan sebagai acuan penyusunan materi uji

kompetensi.

2.5.1.1.4 Menetapkan metode-metode yang akan digunakan

Mujiman (2006) menyebutkan secara jelas metode-metode pembelajaran

dalam pelatihan diantaranya seperti ceramah, demonstrasi, diskusi panel, diskusi

kelompok, penugasan individu dan penugasan kelompok. Sutarto (2013:60) secara

garis besar membagi metode pembelajaran dalam sebuah pelatihan menjadi dua,

yaitu metode tatap muka dan metode non tatap muka. Metode tatap muka dapat

dilakukan saat sedang berada didalam kelas seperti pembelajaran pendahuluan

Page 39: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

25

klasikal dan metode non tatap muka berupa penugasan kelompok maupun

individu. Metode yang digunakan dalam pelatihan dibuat lebih bebas agar peserta

dapat mengembangkan minat dan bakatnya dalam pelatihan. Metode yang

diterapkan untuk peserta perorangan teknik yang digunakan seperti tutorial,

bimbingan, magang, dan lain sebagainya. Pembelajaran kelompok dapat

menggunakan teknik ceramah, diskusi, curah pendapat, simulasi dan lain

sebagainya. Sedangkan untuk pembelajaran komunitas teknik yang bisa

digunakan adalah demonstrasi, komunikasi sosial, kontak sosial, dan lain

sebagainya. Metode yang ditetapkan dalam sebuah pelatihan haruslah disesuaikan

dengan pelatihan yang akan dilaksanakan.

2.5.1.1.5 Menetapkan media atau alat bantu pelatihan

Media sebagai sumber belajar dapat berupa manusia, benda, peristiwa

yang memungkinkan peserta didik memperoleh bahan pembelajaran. Fungsi-

fungsi media pembelajaran yaitu untuk menyederhanakan bahan ajar yang tidak

mudah dipahami oleh peserta pelatihan seperti penggunaan grafik, gambar dan

lain-lain. Menurut Sutarto (2013) media dapat berupa manusia, benda ataupun

peristiwa sebagai sumber belajar. Media dapat memfokuskan pelatihan, peserta

pelatihan dapat fokus terhadap inti pokok bahasan. Media yang digunakan dapat

menjadikan materi lebih mudah diingat, dibandingkan dengan penyajian melalui

ceramah atau kata-kata, penggunaan slide, model, film, diagram, poster maupun

suara lebih mudah ditangkap oleh peserta pelatihan. Keberagaman penggunaan

media pembelajaran akan mengurangi kebosanan dan kurangnya konsentrasi pada

peserta pelatihan. Media sebagai alat bantu yang berfungsi membantu instruktur

Page 40: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

26

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan dapat menunjang kebutuhan dalam

pelaksanaan pelatihan.

2.5.1.1.6 Menetapkan cara evaluasi

Penetapan cara evaluasi dilakukan dalam sebuah perencanaan. Penetapan

ini dilakukan dengan menentukan apa saja yang akan menjadi sasaran evaluasi

dan cara evaluasinya seperti apa. Evaluasi dalam sebuah pelatihan haruslah

dirancang terlebih dahulu bersama dengan perancangan pelatihan (Utomo &

Tehupeiory, 2014). Penetapan evaluasi disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

Evaluasi akhir ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas pelatihan, seperti

yang diungkapkan oleh Sutarto (2013:86) bahwa evaluasi akhir dilakukan untuk

mengukur hasil efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pelatihan. Menurut

Mujiman (2006) bahwa evaluasi merupakan bagian dari program pelatihan

sehingga evaluasi masuk dalam perencanaan program. Jadi untuk melaksanakan

evaluasi, kita harus merencanakan terlebih dahulu evaluasi yang akan digunakan

dalam pelatihan, aspek apa saja yang akan dievaluasi dalam penyelenggaraan

pelatihan.

2.5.1.1.7 Menetapkan tempat dan waktu pelatihan

Menetapkan kapan dan dimana program pelatihan tersebut akan

dilaksanakan. Tempat dan waktu pelaksanaan harus dirancang agar tidak terjadi

tumbukan waktu maupun tempat pelaksanaan pelatihan yang satu dengan

pelatihan yang lainnya. Santoso (2010:65) menjelaskan agar peserta pelatihan

dapat berinteraksi dengan leluasa maka dalam pemilihan tempat pelatihan

hendaknya didesain lebih dinamis dan menggunakan ruangan yang cukup luas.

Page 41: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

27

Oktarina (2016) menegaskan bahwa waktu dan tempat pelatihan menentukan

berhasil atau tidaknya pelaksanaan pendidikan dan latihan. Dengan ditetapkannya

tempat pelaksanaan pelatihan yang sesuai, maka akan mendukung pencapaian

pelaksanaan pelatihan yang tepat.

2.5.1.1.8 Menetapkan instruktur pelatihan

Pratama, Marjiono, & Indrianti, (2018:20) menuliskan bahwa dalam suatu

pelatihan, instruktur merupakan orang yang memiliki keterlibatan secara langsung

dan berinteraksi dengan peserta pelatihan, dalam pelatihan tersebut instruktur

hendaknya berusaha mengoptimalkan pengajaran yang diberikan kepada peserta

pelatihan. Pribadi (2014:128) menyebutkan karakter utama instruktur yang baik

meliputi : (1) Instruktur selalu siap dalam melakukan sebuah presentasi; (2)

Senang dalam menyajikan informasi; (3) bahan pelatihan yang digunakan

senantiasa yang terbaik; (4) materi atau isi pelatihan yang di sampaikan

hendaknya mampu menarik perhatian peserta pelatihan; (5) membantu peserta

pelatihan dalam menguasai kompetensi pelatihan; (6) selalu menutup sesi

pembelajaran dengan perasaan puas dalam hati peserta pelatihan. Instruktur selaku

pendidik profesional yang memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik

dalam sebuah kursus ataupun pelatihan dituntut untuk memiliki kompetensi dan

kualifikasi minimum yang menjadi syarat pendidik dalam sebuah pelatihan.

Adapun standar kualifikasi akademik instruktur diantaranya :

(1) Kualifikasi instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan

instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan harus memiliki

kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV)

Page 42: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

28

yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi

keahlian dalam bidang yang relevan, dan sertifikat instruktur. Sertifikat

kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan tinggi

penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh

pemerintah. Sertifikat instruktur diperoleh setelah calon instruktur

mengikuti pelatihan dan lulus ujian kompetensi instruktur yang

diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

(2) Kualifikasi instruktur pada kursus dan pelatihan bersifat teknis-praktis.

Instruktur pada kursus dan pelatihan bersifat teknis-praktis harus memiliki

kualifikasi akademik minimal lulusan SMA/SMK/MA/Paket C dengan

pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai pendidik dalam bidangnya, dan

memiliki sertifikat instruktur. Sertifikat Instruktur diperoleh setelah calon

instruktur mengikuti pelatihan dan lulus ujian kompetensi instruktur yang

diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

2.5.1.1.9 Menyusun rencana kegiatan dan jadwal

Santoso (2010:13) menyatakan dalam menentukan alokasi waktu harus

sesuai dengan kebutuhan dan didasarkan pada skala prioritas. Materi atau topik

yang menjadi prioritas akan mendapatkan alokasi waktu yang lebih panjang

dibandingkan dengan topik atau materi yang lainnya. Menurut Sudjana (2007)

bahwa dalam menyusun jadwal pelatihan, didalamnya memuat hari pelaksanaan,

waktu yang digunakan, kegiatan yang dilakukan dan tempat pelaksanaan kegiatan.

Jadi jadwal pelatihan yaitu kegiatan untuk mendeskripsikan berbagai penjelasan

yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas atau disampaikan dalam

Page 43: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

29

beberapa kali pertemuan, dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Waktu yang

digunakan pun hendaknya efektif selama pelatihan berlangsung agar pemaparan

dan pelatihan yang diberikan oleh instruktur dipahami secara maksimal oleh

peserta pelatihan.

2.5.1.1.10 Menghitung anggaran yang dibutuhkan

Anggaran sangat penting dalam sebuah pelatihan guna mempersiapkan

alat dan bahan yang diperlukan dalam pelatihan tersebut. Anggaran sendiri

memiliki arti suatu rencana yang telah disusun secara sistematis dalam bentuk

angka yang meliputi kegiatan yang akan dilaksanakan. Abduh (2016:368)

menuliskan bahwa terdapat proses penentuan prioritas dan penilaian kebutuhan

dalam sebuah perencanaan anggaran. Menurut Almareza (2016) merencanakan

suatu anggaran merupakan hal yang penting dalam sebuah kegiatan pelaksanaan

program demi kelancaran pelaksanaan program. Perencanaan anggaran

diantaranya yaitu merumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, merancang program

dan kegiatan dan sumber pembiayaannya, mengalokasikan berbagai sumber daya

dalam program yang sudah disusun, dan membuat indikator hasil kerja dan

mengukur sejauh mana strategi organisasi tersebut tercapai. Dengan adanya

anggaran, maka akan menunjang keperluan selama pelaksanaan pelatihan dan

bisa berjalan sesuai perencanaan yang telah dibuat.

2.5.1.2 Tujuan Perencanaan

Aryanto (2013:27-29) menuliskan tujuan perencanana menurut Stephen

Robbins dan Mary Clouter, yaitu :

Page 44: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

30

(1) Perencanaan ini memberi arahan dan petunjuk bagi pengelola dan anggota

organisasi tersebut. Pengelola dan anggota dapat mengetahun apa saja yang

harus mereka capai, bagaimana cara untuk mencapainya, langkah apa yang

harus dilakukan, apa saja peralatan yang dipakai, bekerjasama dengan siapa,

dan bagaimana cara mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

(2) Perencanaan dapat mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang.

Perencanaan harus dibuat dengan melihat jauh kedepan, memperkirakan

dampak dan perubahan agar meminimalisir ketidakpastian yang akan

terjadi.

(3) Meminimalisir pemborosan dalam segi waktu,biaya maupun energi

sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.

(4) Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam proses pengendalian

dan pengevaluasian dengan membandingkan rencana dengan pelaksanaan

dan hasil kerja yang ada.

2.5.1.3 Manfaat Perencanaan

Beberapa manfaat perencanaan menurut Hanafi (2008) adalah :

(1) Untuk memberi arah suatu kegiatan dalam organisasi yang meliputi

penggunaan sumber daya dan penggunaannya untuk mencapai tujuan

organisasi.

(2) Untuk memantapkan konsistensi kegiatan para anggota organisasi agar

sesuai dengan tujuan organisasi.

(3) Memonitor kemajuan organisasi, apabila kegiatan tidak sesuai dengan

tujuan yang sudah ditetapkan, maka dapat dilakukan yang erat kaitannya

Page 45: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

31

dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian memerlukan perencanaan dan

perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.

2.5.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses kegiatan manajerial untuk membentuk

organisasi yang akan diberikan tugas sesuai dengan perencanaan untuk mencapai

tujuan organisasi (Sudjana, 2000). Menurut (Wulandari & Ilyas, 2015)

pengorganisasian dalam lembaga pelatihan merupakan pembagian tugas kepada

pengelola dan staf agar melaksanakan tugasnya masing-masing untuk mencapai

tujuan pelatihan. Ditegaskan oleh Sutarto (2013) bahwa dalam penyelenggaraan

pelatihan akan berjalan efektif dan efisien apabila anggota pengelola

melaksanakan tugas sesuai dengan job describsion. Pengorganisasian terdapat

proses pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota dalam

melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pelatihan.

Sudjana (2000) menyebutkan tujuh ciri pengorganisasian, diantaranya :

(1) Pengorganisasian berkaitan dengan upaya pengelola. Pengelola

mengupayakan untuk memadukan sumber yang diperlukan, baik manusiawi

dan non-manusiawi.

(2) Sumber manusiawi merupakan orang-orang yang ditetapkan pengelola dan

memenuhi syarat untuk melaksanakan pelatihan,baik memenuhi syarat

dalah hal keahlian, maupun kondisi fisik sesuai dengan tuntutan organisasi.

(3) Sumber non-manusiawi yang meliputi fasilitas seperti gedung, dan sarana-

prasarana yang menunjang pelaksanaan pelatihan.

Page 46: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

32

(4) Sumber tersebut diintegrasikan atau dipadukan dalam pelaksanaan pelatihan

dalam organisasi tersebut.

(5) Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan

pelatihan sesuai dengan perencanaan

(6) Rangkaian kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi

(7) Sumber manusiawi sebagai pemegang peran utama yang menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.

2.5.3 Pelaksanaan

Astorini (2016) menyimpulkan bahwa pelaksanaan adalah keseluruhan

usaha, cara, teknik, metode dalam mendorong anggota organisasi dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Ditegaskan oleh Mujiman (2006:65) bahwa dalam

pelaksanaan program pelatian mengikuti rencana yang sudah ditetapkan.

Pelaksanaan sebuah program pelatihan yang disebutkan oleh Sudjana (2007:198)

ada beberapa langkah, diantaranya pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan

dan potensi peserta pelatihan, penetapan tes kontrak pembelajaran, tes awal

peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir kepada peserta pelatihan.

Pelaksanaan program pelatihan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 dilaksanakan

setelah penyusunan perencanaan. Jamna (2020) menuliskan komponen dalam

sebuah pelaksanaan pelatihan menurut Sudjana meliputi media yang digunakan

dalam pelatihan, metode dalam pembelajaran pelatihan, serta evaluasi atau

penilaian pelatihan. Disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pelatihan meliputi

cara pencapaian tujuan pelatihan sesuai dengan yang telah direncanakan dengan

Page 47: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

33

pelaksanaan pembelajaran atau pelatihan. Adapun tahap penyelenggaraan

pelatihan berbasis kompetensi diawali dengan melakukan rekruitmen peserta,

pelaksanaan pelatihan, dan penilaian peserta.

2.5.3.1 Rekruitmen Peserta Pelatihan

Akbar, Farid, & Ilyas, (2017) dalam sebuah BLK rekruitmen peserta

didik merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar untuk

menjadi peserta didik dalam pelatihan tersebut. Rekruitmen peserta pelatihan ini

dilakukan untuk menyeleksi calon peserta pelatihan yang memenuhi syarat.

Adapun proses untuk melakukan rekruitmen peserta pelatihan dengan

membuka pendaftaran, melakukan seleksi pada calon peserta pelatihan, dan

pengumuman hasil seleksi. Seleksi dapat dilaksanakan dengan tes wawancara,

tertulis, dan atau verifikasi dokumen.

2.5.3.2 Pelaksanaan Pelatihan

Sebelum melaksanakan pelatihan, persiapkan peserta agar merasa nyaman,

memahami tugas masing-masing dan dapat memahami materi yang akan di

sampaikan. Penyampaian materi oleh instruktur dalam proses pelaksanaan

pelatihan dilaksanakan sesuai dengan bahan ajar yang telah disiapkan dan

menggunakan media dan metode yang tepat. instruktur hendaknya memberi

variasi dalam proses pembelajaran agar peserta tidak merasa jenuh.

Jamna (2020) berpendapat bahwa penggunaan media, metode, dan

evaluasi dalam sebuah pelatihan dapat mewujudkan suasana pelatihan yang

menarik. Menurut Sudjana (2007:202) dalam proses pembelajaran pelatihan

mencakup pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran. Metode dalam

Page 48: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

34

proses pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta pelatihan dalam

mencapai tujuan pelatihan. Metode tersebut diantaranya pembelajaran perorangan,

pembelajaran kelompok, dan pembelajaran komunitas.

(1) Ceramah.

Metode ceramah adalah metode yang paling tua, dan paling sering

digunakan. Caranya dengan menyampaikan bahan ajar didepan kelas. Keuntungan

dari metode ini adalah banyak bahan pelajaran atau materi yang bisa disampaikan

kepada banyak peserta pelatihan dalam waktu yang bersamaan sehingga waktu

yang diperlukan relatif pendek.

(2) Penugasan Individual.

Setelah bahan ajar disampaikan oleh instruktur, peserta pelatihan dapat

diberi tugas individual. Penugasan ini memiliki tujuan untuk mengkonfirmasikan

kebenaran, mengembangkan, atau mengaplikasikan konsep maupun pengetahuan

yang telah didapatkan.

(3) Penugasan Kelompok.

Penugasan kelompok ini pada dasarnya sama dengan penugasan individu,

hanya saja dalam pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok. Penugasan

kelompok dimulai dengan diskusi kelompok kemudian menyamakan presepsi

tentang tugas yang harus dikerjakan dan output yang harus dicapai.

(4) Demonstrasi

Demonstrasi atau peragaan merupakan metode ceramah namun dilengkapi

dengan presentasi gambar, ataupun praktik dengan peralatan yang sesuai dengan

materi ceramah.

Page 49: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

35

(5) Diskusi Kelas

Diskusi kelas bertujuan untuk pendalaman materi, pengembangan konsep

atau pengetahuan, sekaligus melatih keberanian mengungkapkan pendapat.

(6) Diskusi Panel

Diskusi panel dapat dilakkan dengan mengundang pakar-pakar sebagai

panelis atau memilih beberapa peserta untuk menjadi panelis.

2.5.3.3 Penilaian Peserta Pelatihan

Penilaian peserta ini dilakukan untuk mengetahui atau mengukur sejauh

mana kemampuan peserta pelatihan sesuai dengan standar yang di persyaratkan.

Penilaian dapat dilakukan dengan pendekatan penilaian sendiri, portofolio, atau

observasi langsung yang dilakukan secara formatif, sumatif, atau holistik.

Menurut Sudjana, (2007) bahwa tes akhir merupakan gabungan semua mata

latihan yang tercantum dalam kurikulum. Menurut Alfiati & Kisworo (2017)

penilaian atau evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat pencapaian dari peserta

didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran maupun penyelenggara dari

pelatihan. Peserta dinyatakan lulus apabila memenuhi syarat capaian kompetensi

kerja, dan peserta diharuskan mengukuti pelatihan terhadap unjuk kerja bagi yang

dinyatakan belum lulus.

2.5.4 Pengawasan

Menurut Sudjana (2000) pengawasan merupakan sebuah upaya dalam

memantau pencapaian hasil pelatihan, selain itu pengawasan juga dapat digunakan

untuk melakukan identifikasi baru mengenai pelatihan yang sedang dilaksanakan

dan memberi masukan untuk perencanaan selanjutnya. Menurut Prihantanto

Page 50: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

36

(2018) pengawasan yaitu upaya memantau kinerja pelaksana program dan

memperbaiki kegiatan pelatihan. Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan

bahwa pengawasan adalah upaya yang dilakukan untuk memantau berjalannya

suatu program, pencapaian hasil pelatihan, dan kinerja pengelola dalam

pelaksanaan pelatihan.

Sudjana (2000) menuliskan dua macam pengawasan menurut Siagian

sebagai berikut :

(1) Pengawasan administratif yaitu proses menilik, menjaga, dan memperbaiki

seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dari tingkat pusat

dampai daerah dengan tujuan semua perencanaan yang telah disusun

dijalankan sesuai dengan ketetapan kebijakan.

(2) Pengawasan manajerial merupakan kegiatan penilikan, pemeliharaan, dan

perbaikan terhadap unit, tahap, atau bagian dalam organisasi tersebut.

2.5.5 Evaluasi

Evaluasi menurut Arikunto & Jabar (2010) yaitu suatu kegiatan untuk

mengumpulkan informasi mengenai bekerjanya suatu program sehingga

digunakan untuk menentukan alternatif dalam mengambil keputusan secara tepat.

Dunung R, dkk (2016) menyatakan bahwa evaluasi ini dilakukan untuk

mengetahui ketercapaian suatu program dan memberi rekomendasi untuk program

pelatihan selanjutnya. Evaluasi menurut Brandl, Alvarado, & Peltomaa (2019)

dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan

peningkatan pengelolaan dalam suatu program :

“Since the original purpose of the evaluation was formative, the

partners turned their focus to examining the existing data set to

Page 51: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

37

determine if the objectives of increasing knowledge and increasing

stewardship attitudes were met”.

Adapun evaluasi untuk program pelatihan menurut Mujiman (2006) diantaranya:

(1) Pretes, evaluasi ini digunkan untuk mengukur pengetahuan peserta yang

dikaitkan dengan materi yang akan deiberikan dalam pelatihan.

(2) Evaluasi formatif, evaluasi ini dijalankan ditengah masa pelatihan dengan

menilai hasil belajar peserta saat pelatihan tersebut sedang berjalan.

(3) Evaluasi sumatif, evaluasi dilaksanakan di akhir pelatihan untuk mengukur

hasil belajar peserta.

(4) Evaluasi plan of action partisipan, untuk mengukur rencana penggunaan

hasil pelatihan oleh peserta pelatihan setelah selesai pelatihan.

(5) Evaluasi diri, evaluasi ini dilakukan oleh peserta untuk menilai diri sendiri

mengenai hasil pelatihan yang telah didapatkan, dan dapat dilaksanakan

setiap saat, atau bersamaan dengan evaluasi yang lain.

(6) Refleksi, yaitu dilakukan oleh peserta untuk menilai keberhasilan dan

kegagalannya dalam dalam melakukan proses pembelajaran

(7) Evaluasi terhadap instruktur, evaluasi dilakukan oleh partisipan dalam

mengukur performa instruktur.

(8) Evaluasi program pelatihan, yang dilakukan oleh peserta dalam mengukur

keberhasilan program pelatihan di aspek teknis dan substantif.

(9) Evaluasi pasca pelatihan, dilakukan setelah pelatihan untuk mengukur

keberjalanan plan of action dan produktivitas mantan partisipan, yang

dianggap sebagai akibat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang di peroleh dari pelatihan tersebut.

Page 52: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

38

Evaluasi pelatihan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 meliputi :

(1) Evaluasi Materi

Berkaitan dengan sistematika, tingkat kualitas, kuantitas, dan juga tingkat

kesulitan materi. Rifa’i (2007:13-17) evaluasi ini menggunakan evaluasi formatif

untuk merevisisistem pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Untuk mengatasi

kelemahan sistem pembelajaran maka perlu dipertimbangkan apakah materi yang

digunakan sesuai atau kurang sesuai harus melakukan revisi materi pembelajaran

tersebut, atau bahkan mengganti bagian-bagian dari materi tersebut.

(2) Evaluasi Instruktur dan Tenaga Pelatihan

Berkaitan dengan kompetensi teknis dan metodologis insruktur, dan

pelayanan yang diberikan selama proses pelatihan.

(3) Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

Berkaitan dengan kualitas kuantitas dan spesifikasi dari sarana dan

prasarana dalam menunjang pelatihan

(4) Evaluasi Sistem dan Metode

Berkaitan dengan implementasi metode dan sistem apakah efektif atau

tidak, dari tahap rekruitmen hungga penilaian peserta pelatihan

(5) Evaluasi Keluaran Pelatihan

Berkaitan dengan kompetensi yang telah dicapai oleh peserta pelatihan

setelah mengikuti pelatihan, dan kesesuaian dengan kesempatan kerja.

Page 53: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

39

2.6 Pelatihan Menjahit

Menjahit merupakan proses menyambung kain, bulu, kulit hewan, atau

bahan lain yang bisa dimasuki benang dan jarum. Pelatihan menjahit menurut

Nurpitriani (2017) merupakan bagian dari proses pendidikan yang dalam

pelaksanaannya ditekankan pada praktik dan lebih sedikit teori. Menurut Husein

& Sutarto (2017) pembelajaran kursus menjahit menekankan pada pengembangan

kemampuan warga belajar untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Coetzee, dkk (2019:2) “Their value depends on their ability to assist with

fulfilling specific practical training needs and with information to help group

members to acquire and maintain the skills needed for creating income-

generating”, yang artinya salam pelatihan menjahit keterampilan yang didapatkan

dapat digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pelatihan menjahit didasarkan

pada SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri

Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi

Masal. Pelatihan menjahit dalam pelatihan ini difokuskan ke pelatihan pembuatan

masker, yaitu membuat masker dari pembuatan pola, memotong,dan menyatukan

dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) meminta penyelenggaraan pelatihan

pembuatan alat pencegah peyebaran Covid-19 yang dilaksanakan di BLK (Nadya,

2020). Alat pencegahan penyebarab virus ini berupa masker, hand sanitizer,

sabun, dan sebagainya. Masker merupakan sebuah alat perlindungan pernafasan

yang digunakan untuk melindungi pemakainya dari menghirup zat-zat berbahaya

maupun penyakit menular yang ditularkan melalui udara (Wibowo, 2017:10).

Page 54: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

40

Dimasa pandemi Covid-19 ini, WHO menyatakan bahwa penggunaan masker

merupakan langkah pencegahan dalam membatasi penyebaran virus yang

menyebabkan penyakit yang tejadi di saluran perapasan tertentu. Armiani, dkk

(2020:24) menyebutkan bahwa anjuran pemerintah mengenai pemakaian masker

medis diperuntukkan kepada tenaga medis, sedangkan untuk masyarakat bisa

menggunakan masker kain. Wedhaswary (2020) menuliskan :

“Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,

Prof Wiku Adisasmito mengatakan, Gugus Tugas meminta

masyarakat menggunakan masker kain 3 lapis saat berada di tempat

umum. Wiku menyebutkan, tiga lapisan dalam masker akan

meningkatkan efektivitas masker dalam menangkal virus”.

Milia (2020) menyebutkan terdapat 4 jenis masker yang dapat digunakan

untuk mencegah penularan Covid-19, diantaranya :

(1) Masker bedah atau masker medis. Masker ini merupakan maksker yang

paling umum dikenakan oleh kalangan medis dalam melindungi pengguna

terhadap percikan air dari saluran pernapasan.

(2) Masker N95 dan FFP1. Masker N95 lebih ketat jika dibandigkan dengan

masker bedah, sebab dapat menyaring dan menghentikan virus, polusi,

maupun bakteri masuk ke dalam tubuh melalui hidung maupun mulut.

Sedangkan masker FFP1 disebut lebih mampu menyaring partikel hingga

95% polusi, virus, maupun bakteri.

(3) Masker karbon. Masker ini dilengkapi dengan filter karbon yang mampu

menyaring udara yang dihirup sehingga polusi maupun virus dapat

tersaring. Namun masker ini hanya mampu menyaring 10 sampai 20 persen

virus.

Page 55: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

41

(4) Masker kain. Langkanya masker medis karena kebutuhan yang semakin

meningkat menyebabkan masyarakat beralih ke masker kain yang dinilai

lebih ekonomis dan lenih mudah didapatkan. Meski tidak begitu efektif,

penggunaan masker kain dapat menjaga area hidung dan mulut agar tetap

bersih, juga menekan penyebaran kuman maupun penyakit lainnya.

Unit kompetensi dalam pelatihan menjahit dengan fokus pelatihan

pembuatan masker berdasarkan SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan

SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi

Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal diantaranya :

(1) Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3)

C.141110.044.02

(2) Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

(3) Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

(4) Pembuatan Masker

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian pernah dilakukan terkait manajemen program pelatihan

yang menjadi data acuan yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2018), Wahyuni (2018), dan Oktarina

(2016).

2.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2018) yang berjudul “Manajemen

Program Pelatihan Menjahit dalam Meningkatkan Life Skills di BLK

Anugrah Jaya Abadi Kecamatan Balaraja” dengan tujuan untuk

mengetahui manajemen program pelatihan menjahit berkaitan dengan

Page 56: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

42

peningkatan life skill. Hasil penelitian menunjukan manajemen program

pelatihan pengelola melakukan tahapan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Fadilah dengan

peneliti adalah pada program pelatihan yang diteliti. Program pelatihan

yang diteliti oleh Fadilah merupakan program pelatihan global yang telah

dilaksanakan BLK, sedangkan pada penelitian ini program pelatihan yang

diteliti merupakan pelatihan menjahit yang difokuskan pada pelatihan

pembuatan masker, dan kali pertama dilaksanakan di BLK ditengah

pandemi Covid-19.

2.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2018) yang berjudul

“Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan

Gassebo Kabupaten Kendal” bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis

pembelajaran kursus menjahit serta faktor pendorong dan penghambat

dalam pembelajaran kursus menjahit di LKP Gassebo Kendal. Penelitian

yang dilakukan Wahyuni difokuskan pada proses pembelajaran kursus

menjahit, dan brbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti yang lebih

berfokus pada manajemen program secara keseluruhan.

2.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2016) dengan judul “Pengelolaan

Lembaga Kursus Pelatihan Bordir di Kota Solok (Studi Kasus Pada

Lembaga Kursus Pelatihan Bordir Muslimah Group)” dengan hanya

berfokus pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan,

dan program pelatihan juga bersifat umum dan dilaksanakan uji

kompetensi, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitian meliputi

Page 57: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

43

tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi terhadap program pelatihan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan, belum ada penelitian

mengenai program pelatihan tanggap Covid-19 dalam program pelatihan menjahit

dengan fokus pelatihan pembuatan masker dengan fokus penelitian pada

manjemen program dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pelatihan.

2.8 Kerangka Berpikir

Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang didalamnya

terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan mempraktikkan

bidang latih tertentu yang menyankut pada aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun penguasaan

suatu kompetensi. Manajemen dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi

dengan beberapa fungsi yaitu dengan perencanaan yang matang,

pengorganisasian, pelaksanaan pelatihan yang efektif dan efisien, pengawasan

pelatihan, dan evaluasi program pelatihan. Perencanaan sebuah pelatihan ada

beberapa tahap, dari penetapan pengelola dan staf, penetapan tujuan pelatihan,

perencanaan pelaksanaan pelatihan dari mengidentifikasi kebutuhan pelatihan,

bahan ajar, metode, media, instruktur, waktu dan tempat pelaksanaan, jadwal

pelaksanaan, penetapan cara evaluasi, dan perumusan anggaran pelatihan.

Selanjutnya dalam pengorganisasian adanya proses pembagian tugas dan

wewenang masing-masing anggota dalam melaksanakan tugas dan

pengorganisasian suber non-manusia seperti fasilitas yang menunjang pelatihan.

Page 58: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

44

Tahap pelaksanaan pelatihan diawali dengan proses seleksi peserta pelatihan

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan, kemudian

melaksanakan proses pembelajaran atau pelatihan menggunakan bahan ajar,

media, dan metode yang telah direncanakan serta penilaian peserta yang dilakukan

oleh instruktur untuk mengukur kemampuan peserta dalam menguasai kompetensi

yang diajarkan. Proses selanjutnya adalah pengawasan yaitu upaya yang

dilakukan untuk memantau berjalannya suatu program, pencapaian hasil

pelatihan, dan kinerja pengelola dalam pelaksanaan pelatihan.

Tahap akhir adalah evaluasi terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan, dan

evaluasi hasil akhir pelatihan, dalam pelatihan berbasis kompetensi biasanya aka

dilakukan uji kompetensi untuk mengukur ketercapaian unit kompetensi. Selain

itu peneliti juga ingin megetahui faktor pendukung dari manajemen pelatian

menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang yang dapat tetap

menyelenggarakan pelatihan meskipun ditengah pandemi Covid-19.

Page 59: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

45

Berdasarkan pemikiran diatas dapat digambarkan dalam bentuk yang lebih

sederhana dengan bagan sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

Pelatihan Menjahit

Manajemen Pelatihan

Rekruitmen peserta

Pelaksanaan

Penilaian peserta

Evaluasi pelaksanaan

Evaluasi hasil belajar

Faktor Pendukung

Evaluasi

Perencanaan

Pengorganisasian

Pelaksanaaan

Pengawasan

Penetapan pengelola

Tujuan pelatihan

Perencanaan pelaksanaan

pelatihan

Penetapan cara evaluasi

Pengorganisasian

pengelola dan fasilitas

pelatihan

Pengawasan pelaksanaan

pelatihan

Pengawasan setelah

pelatihan

Page 60: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

46

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Satori & Komariah (2011) menyatakan bahwa penelitian adalah kegiatan

ilmiah yang dianggap sangat penting dalam pemecahan suatu masalah dan bagi

pengembangan ilmu. Dengan adanya metode penelitian, diharapkan agar sasaran

dari hasil penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan. Menurut Moleong

(2007) penelitian kualitatif adalah penelitian dengan mendeskripsikan hasil

penelitian dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks dengan menggunakan

berbagai metode alamiah penelitian untuk memahami fenomena yang sedang

dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, tindakan, persepsi, motivasi, dll

secara holistic.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, penelitian

dilakukan dengan mendapatkan data dan informasi decara mendalam mengenai

manajemen pelatihan menjahit pada UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

melalui beberapa metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kisi-kisi dan pedoman baik wawancara, observasi, maupun

dukumentasi yang telah disusun. Kisi-kisi dan pedoman tersebut memuat fokus

dan sub-fokus yang diteliti yang telah terlampir. Sehingga terungkap gambaran

mengenai realita sosial, aktualisasi, maupun sasaran penelitian sehingga diperoleh

data yang benar-benar valid, penilaian validitas melalui pengecekan silang atas

sumber informasi/data yang diperoleh, yaitu Manajemen Pelatihan Menjahit di

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Page 61: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

47

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian ini dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang yang

beralamatkan di Jl. Slamet Riyadi No. 6A, Gayamsari sebagai kantor pusat, dan di

Jl RM. Hadi Soebono No.122 Mijen, Semarang sebagai tempat pelaksanaan

pelatihan pembuatan masker. Alasan memilih lembaga tersebut sebagai tempat

penelitian karena UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki peran strategis

dalam mengurangi angka pengangguran dengan adanya pelatihan kerja, dan

meningkatkan kompetensi masyarakat yang akan bersaing didunia kerja,

khususnya bagi masyarakat Kota Semarang.

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2007:97-98) pada dasarnya, fokus merupakan masalah

pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti maupun pengetahuan yang telah

didapatkan dari kepustakaan ilmiah. Dengan adanya fokus dalam sebuah

penelitian, maka peneliti bisa tahu secara persis data yang perlu di kumpulkan dan

yang tidak perlu di kumpulkan agar tujuan penelitian tercapai, yaitu memecahkan

masalah yang sudah dirumuskan. Adapun tujuan dari penetapan fokus penelitian

ini yaitu untuk membatasi studi, yang berarti bahwa dengan adanya fokus yang

diteliti akan memunculkan suatu perubahan atau subjek penelitian menjadi lebih

terpusat dan terarah.

Page 62: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

48

Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian meliputi manajemen

program pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker kota semarang

untuk membatasi masalah supaya tidak melebar. Penelitian ini juga difokuskan

pada faktor pendukung berkaitan dengan keberhasilan program pelatihan. Lebih

jelasnya tahapan dalam manajemen pelatihan meliputi :

(1) Perencanaan program pelatihan Menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang

(2) Pengorganisasian program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker

Kota Semarang

(3) Pelaksanaan program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang

(4) Pengawasan program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang

(5) Evaluasi pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

(6) Faktor pendukung dari manajemen program pelatihan Menjahit di UPTD

BLK Disnaker Kota Semarang.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber data disini berasal dari sumber utama dalam penelitian kualitatif

yaitu kata-kata dan tindakan. Selain sumber utama, ada juga sumber data

tambahan diluar sumber data utama, seperti dokumentasi dan lain-lain. Menurut

Satori & Komariah (2011) sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

Page 63: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

49

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung oleh

peneliti dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Data primer pada

penelitian ini yaitu meliputi subyek penelitian dan informan. Pada sumber data ini

dilakukan wawancara terhadap subyek penelitian dan informan penelitian.

3.4.1.1 Subyek Penelitian

Subyek merupakan individu yang diminta untuk menjawab pertanyaan

terstruktur maupun semi terstruktur dan dengan jawaban yang tepat sesuai dengan

pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan pedoman yang telah disusun oleh

peneliti dengan berpedoman pada fokus penelitian. Pada penelitian ini, subyek

adalah pengelola UPTD BLK Disnaker Kota Semarang, meliputi: Kepala UPTD

BLK Disnaker Kota Semarang, Kasubbag Tata Usaha, dan Staf BLK.

3.4.1.2 Informan

Informan atau narasumber penelitian merupakan individu yang memiliki

informasi mengenai objek yang diteliti. Dalam penelitian ini informan yang

memberikan informasi mengenai pelaksanaan program pelatihan yaitu instruktur

pelatihan dan peserta pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Instruktur dan peserta pelatihan dipilih sebagai informan dalam penelitian ini

karena memiliki peran penting dalam pelaksanaan pelatihan menjahit namun tidak

terlibat langsung dalam proses manajemen program pelatihan secara keseluruhan,

namun terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi pelatihan.

Page 64: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

50

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang melalui

perantara atau diperoleh secara tidak langsung. Biasanya data ini berupa bukti

catatan atau laporan historis yang sudah disusun dalam sebuah arsip baik yang di

publikasikan maupun yang tidak. Sumber data ini diperoleh dari arsip, dokumen

resmi, buku-buku, serta artikel-artikel yang berhubungan dengan manajemen

program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang. Berdasarkan

data tersebut diharapkan menambah wacana dan wawasan yang lebih luas bagi

peneliti sehingga hasil penelitian tersebut dapat tercapai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara

Wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama dalam

penelitian kualitatif (Herdiansyah, 2010). Seperti yang dituliskan oleh Moleong

(2007) bahwa wawancara merupakan percakapan dengan adanya maksud tertentu

untuk mencari suatu informasi mengenai suatu hal. Percakapan ini dilakukan

antara dua pihak, yaitu pewawancara yang berperan untuk memberi pertanyaan,

dan terwawancara yang berperan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

pewawancara.

Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

wawancara yang mendalam dengan responden meliputi Kepala UPTD BLK

Disnaker Kota Semarang, Kepala Subbag TU, Staf, Instruktur, dan peserta

pelatihan. Wawancara dilakukan secara langsung dengan subyek dan informan

penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan

Page 65: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

51

selama pandemi Covid-19 sehingga harus mematuhi protokol kesehatan dengan

menjaga jarak dan mengguakan masker.

3.5.2 Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilaksanakan secara

sistematis yang dilakukan melalui sebuah pengamatan dan mencatat secara

langsung apa yang terjadi pada sumber yang diteliti. Menurut Narbuko &

Achmadi (2010) observasi atau pengamatan adalah proses pengumpulan data

dengan cara mengamati dan dicatat berdasarkan gejala yang sedang diselidiki.

Menurut Satori & Komariah (2011) observasi merupakan suatu pengamatan

terhadap objek yang di teliti baik secara langsung maupun secara tidak langsung

agar peneliti mendapatkan data yang diperlukan. Moleong (2007:174) bahwa

teknik pengamatan ini dilakukan untuk menambah keyakinan peneliti dengan

mendapatkan pengalaman secara langsung dilapangan.

Teknik observasi ini dilakukan secara langsung dengan meneliti dan

mengamati manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang. Observasi dilaksanakan sesuai dengan panduan yang telah dibuatg oleh

peneliti. Peneliti mengamati secara langsung berkaitan dengan gambaran umum,

dan manajemen program pelatihan menjahit yang kemudian hasil pengamatan ini

dibandingkan dengan hasil wawancara, apakah sesuai atau bertentangan.

3.5.3 Studi Dokumentasi

Moleong, (2007:217) menyebutkan bahwa dokumen sudah lama digunakan

sebagai sumber data dalam suatu penelitian karena sumber data ini digunkan

untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Sugiyono (2015:82)

Page 66: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

52

dokumen merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalau. Dokumen dapat

berbentuk tulisan, karya-karya atau monumental dari seseorang.

Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: data peserta didik,

data pendidik, foto kegiatan belajar mengajar, mencari data-data mengenai hal-hal

atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen maupun rekaman kegiatan.

Untuk memperoleh dokumen yang sesuai, telah disusun panduan dokumentasi

sehingga dokumen yang didapatkan sesuai dengan fokus penelitian. Metode

dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang meliputi

manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data suatu hasil penelitian memerlukan triangulasi

data untuk mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari suber yang sama dengan

beberapa teknik berbeda yang dilakukan.. Hadi (2016:75) menuliskan bahwa

dalam penelitian kualitatif dikenal empat jenis teknik triangulasi yaitu triangulasi

sumber (data triangulation), triangulasi peneliti (investigator triangulation),

triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan triangulasi teoretis

(theoritical triangulation). Satori & Komariah (2011) menyebutkan teknik

pemeriksaan kebsahan data dengan triangulasi dibagi menjadi tiga, yaitu

triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian

pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini meliputi triangulasi sumber dan

triangulasi metode.

Page 67: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

53

3.6.1 Triangulasi Sumber

Teknik ini dilakukan dalam penelitian kualitatif dengan membandingkan

dan mengecek kembali derajat kepercayaan dari informasi yang telah didapatkan.

Dengan triangulasi sumber, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data

dengan membandingkan hasil wawancara dari subyek penelitian yang kemudian

dilakukan pembandingan jawaban antar subyek penelitian.

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

3.6.2 Triangulasi Metode

Strategi dalam triagulasi metode dapat dilakukan melalui pengecekan

derajat kepercayaan suatu data dengan beberapa teknik pengumpulan data,dan

juga dapat dilakukan dengan metode yang sama namun dengan beberapa sumber

data. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari proses pengumpulan data

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, apakah data yang didapatkan

melalui proses wawancara sesuai dengan data tertulis dan keadaan dilapangan

atau bertentangan.

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik/Metode

Page 68: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

54

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti yaitu dengan

teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pemeriksaan keabsahan data

dengan triangulasi sumber maka penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai manajemen program

pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dengan metode

wawancara kepada beberapa narasumber, diantaranya : Kepala BLK, Staf TU,

Instruktur, dan peserta pelatihan. Sedangkan dengan triangulasi metode, peneliti

membandingkan data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara,

observasi, dan dokumentasi untuk mengecek kepastian dan kesesuaian data.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2015:89) dalam sebuah penelitian kualitatif analisis data

yang digunakan melalui proses mencari dan menyusunnya secara sistematis dari

data yang telah diperoleh baik melalui wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikannya sehingga mudah dipahami baik

oleh peneliti maupun orang lain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan model Miles dan Hurberman. Emzir (2010:129-

135 ) memaparkan analisis data kualitatif dengan model Miles dan Huberman

dengan tiga macam kegiatan, yakni dengan proses reduksi data, penyajian data,

dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan,

abstraksi, dan pentransformasian data yang belum diolah dalam catatan-catatan

Page 69: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

55

yang sudah tertulis. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data. Reduksi

data ini merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memokuskan,membuang dan menyusun data dalam suatu cara dimana dapat

digambarkan kesimpulan akhir yang diperoleh dan diverifikasikan.

Data yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data, kemudian

dilakukan pemilihan. Daya yang tidak sesuai dengan fokus penelitian dibuang

sehingga data yang diperoleh tetap fokus kepada proses manajemen pelatihan.

Setiap sub fokus penelitian dilakukan perbandingan dengan pengecekan

keabsahan data, dan diambil data yang paling kuat untuk ditarik sebuah

kesimpulan pada tiap sub fokus penelitian Proses reduksi disusun dalam tabel

reduksi yang dapat dilihat dalam lampiran 12 mengenai proses analisis data.

3.7.2 Model Data (Data Display)

Model data atau penyajian data merupakan penyajian sekumpulan informasi

yang sistematis dengan memberi kemungkinan penarikan sebuah kesimpulan dan

tindakan yang disajikan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, maupun bagan.

Informasi yang didapatkan dirancang agar dapat diakses secara langsung dalam

bentuk yang praktis dan dapat mengambil keputusan secara praktis.

Penyajian ini dilakukan dalam tabel reduksi kemudian berdasarkan

kesimpulan-kesimpulan tiap sub fokus, disusun bagan tiap fokus penelitian yang

pada penelitian ini terdapat bagan mengenai perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pelatihan. Setelah terbentuk bagan tiap

fokus tersebut, kemudian dirangkai dalam sebuah bagan secara keseluruhan

menjadi bagan proses manajemen program pelatihan menjahit.

Page 70: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

56

3.7.3 Penarikan Kesimpulan

Selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi kesimpulan.

Berdasarkan proses reduksi diperoleh kesimpulan dari tiap sub fokus yang

didapatkan dari data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang saling

mendukung sehingga ditarik kesimpulan akhir dari fokus penelitiankesimpulan

yang telah diambil kemudian diverifikasi dengan melihat kembali catatan

lapangan agar pemahaman yang diperoleh lebih tepat.

Gambar 3.3 Komponen Analisis Data

Page 71: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

57

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan unit pelaksana teknis dari

Disnaker Kota Semarang yang melaksanakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan menciptakan tenaga kerja

yang kompeten dibidangnya melalui pelatihan berbasis kompetensi. UPTD BLK

Disnaker Kota Semarang juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengasah keterampilan dalam upaya mengurangi pengangguran di Kota

Semarang.

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang berdiri sejak tahun 2010 dalam

rangka peningkatan kualitas pencari kerja di Kota Semarang agar mereka dapat

bersaing didunia kerja. Usulan ini juga ditindak lanjuti melalui Peraturan

Walikota Semarang No 65 Tahun 2008 bahwa berdasarkan pasal 85 Peraturan

Daerah Kota Semarang No 12 Tahun 2008 mengenai susunan organisasi dan tata

kerja Dinas Daerah Kota Semarang dan sebagai Pelaksana Peraturan Daerah yang

kemudian diperbarui melalui Peraturan Walikota No. 110 tahun 2016.

Balai Latihan Kerja merupakan UPTD atau Unit Pelaksana Teknis Daerah

yang memiliki tugas sebagai pelaksana kegitatan teknis operasional disnaker

dibidang pelatihan kerja berbasis kompetensi. UPTD BLK memiliki peran sebagai

pengembang mutu, kualitas dan produktivitas kerja di Kota Semarang. Bertempat

di Jl Slamet Riyadi No 6A Gayamsari Semarang yang memiliki 5 ruang kelas

Page 72: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

58

terdiri dari ruang tata kecantikan, kelas jahit, komputer, kelas otomotif, dan kelas

boga. Pembangunan gedung baru UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dibuat di

Mijen, tepatnya di Jl RM. Hadi Soebono No.122 Mijen, Semarang. Kegiatan

pelatihan yang dilaksanakan disana ditujukan kepada masyarakat daerah

Semarang Barat. Gedung ini memiliki 6 ruang, yaitu ruang tata kecantikan, boga,

dua ruang jahit, dan dua ruang komputer.

Pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

merupakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja ini mengharuskan peserta pelatihan

menguasai keterampilan agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang

kompetensinya. Adapun pelatihan yang dilaksanakan meliputi: operator garment,

tata busana, tata boga, pembuatan roti & kue, mekanik sepeda motor, pembatik

level 2, operator komputer, desainer grafis muda dan tata kecantikan kulit &

rambut.

Tahun anggaran 2020, UPTD BLK Disnaker Kota Semarang melaksanakan

pelatihan dari dana APBN sebanyak 18 paket program pelatihan, dan dari dana

APBD sebanyak 8 program pelatihan. Namun karena adanya pandemi covid-19,

BLK mendapat imbas pembatasan sosial atau social distancing. Program

pelatihan yang diselenggarakan harus dihentikan, dan baru melaksanakan total 7

paket pelatihan. Sisa paket pelatihan yang belum dilaksanakan kemudian

dialihkan, dari dana APBD digunakan untuk pembuatan APD atau baju hamzat

yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Pemerintah kemudian merencanakan pengalihan anggaran pelatihan yang

telah dihentikan menjadi pelatihan refocusing tanggap Covid-19. Adapun

Page 73: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

59

refocusing dana APBN melalui BBPLK Semarang dalam mengurangi dampak

Covid-19 melalui pelatihan yang ditujukan kepada korban PKH maupun

pengangguran di Kota Semarang. Pelatihan refocusing yang dianggarkan oleh

BBPLK, dan kemudian dari BLK hanya mengajukan paket pelatihan sesuai

pilihan yang disediakan. UPTD BLK Disnaker Kota Semarang mengajukan paket

pelatihan pembuatan masker dan pelatihan memasak yang dilaksanakan di BLK

selama 10 hari.

Tabel 4.1 Workshop Pelatihan

NO BLK Mijen BLK Gayamsari

1. Tata Kecantikan Tata Kecantikan

2. Jahit 1 Jahit

3. Jahit 2 Komputer

4. Komputer (Desain Grafis) Tata Boga

5. Komputer (Praktik Komputer) Otomotif & Batik

6 Pembuatan Roti & Kue

4.1.2 Struktur Organisasi

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dipimpin oleh ketua BLK,

kemudian dibawahnya ada Ka Subbag TU, JFT (Jabatan Fungsional Teknis) yaitu

instruktur, dan JFU (Jabatan Fungsional Umum) yaitu staf bagian tata usaha.

Adapun struktur organisasi di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang sebagai

berikut :

Page 74: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

60

Bagan 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

4.1.3 Visi dan Misi

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki visi dan misi sebagai

berikut :

Visi : Menjadi pusat pelatihan kerja berbasis kompetensi, berdaya saing tinggi,

dan memenuhi kebutuhan pasar kerja

Misi :

(1) Menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi

(2) Mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi

(3) Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder

Pelayanan UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ditujukan kepada

masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya dalam rangka meningkatkan

keterampilan dan memenuhi kebutuhan industri, maka dari itu tujuan berdirinya

BLK adalah :

Page 75: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

61

(1) Menciptakan tenaga kerja yang terampil, siap kerja dan berdaya saing di

dunia kerja/industri.

(2) Menyiapkan program pelatihan berbasis kompetensi yang mampu memenuhi

kebutuhan industri.

4.1.4 Tugas dan Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki tugas dalam melaksanakan

pelatihan keterampilan kerja sebagai bagian dari kegiatan teknik operasional

Disnaker Kota Semarang. Adapun Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang

yaitu :

(1) Perumusan kebijakan teknis dibidang pelatihan ketrampilan kerja,

(2) Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran di bidang pelatihan

tenaga kerja,

(3) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dibidang pelatihan ketrampilan kerja.

4.1.5 Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Pelatihan menjahit difokuskan kedalam pelatihan pembuatan masker yang

dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan salah satu

upaya pemerintah dalam meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap

masyarakat. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan banyak pekerja yang

terpaksa dirumahkan oleh perusahaan. Kemnaker melalui UPTD BLK Disnaker

Kota Semarang melakukan Refocusing anggaran pelatihan untuk menyiapkan

program pelatihan yang dapat menciptakan peluang bagi pekerja yang dirumahkan

untuk bisa membuka usaha dari rumah, salah satunya membuat masker. Pelatihan

ini dilaksanakan selama 10 hari dengan fokus peserta pelatihan berasal dari

Page 76: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

62

pekerja yang di PHK dan dirumahkan serta masyarakat yang terdampak Covid-19.

Harapannya setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta dapat membuka usaha

mandiri.

Pembuatan masker yang dilaksanakan di BLK yaitu pembuatan masker

kain (masker nonmedis) dari nol dimulai dari pemilihan bahan, sampai menjadi

masker yang layak pakai. Masker yang dibuat akan di donasi jadi model masker

yang dibuat adalah model unisex (headloop-earloop). Masker yang dibuat sesuai

standar kesehatan masker 2 lapis.

Tahapan dalam pelatihan pembuatan masker diawali dengan pengukuran,

pengukuran ini berguna untuk membuat pola. Pengukuran dapat dilakukan dengan

mengukur contoh masker yang sudah jadi. Langkah selanjutnya adalah pembuatan

pola, yaitu gambar dalam bentuk potongan kertas sebagai contoh membuat

masker. Tahapan selanjutnya adalah membuat rancangan bahan sesuai dengan

model masker yang diinginkan. Rancangan masker juga digunakan sebagai

penentu biaya yang harus dikeluarkan dalam membuat masker. Rancangan yang

telah dibuat diatas kain kemudian dipotong sesuai pola. Setelah melalui tahap

cutting, selanjutnya bagian-bagian masker dapat dibundling sesuai

pengelompokan pola dan jumlahnya. Bahan tersebut kemudian dijahit sesuai

model masker yang diinginkan, dan kemudian ditrimming yaitu dengan

membersihkan benang-benang yang melekat pada bagian masker. Proses akhir

adalah dengan ironing untuk meningkatkan kualitas jahitan supaya rapi, dan

packing atau pengemasan dengan dimasukkan kedalam plastik kemas.

Page 77: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

63

Tabel 4.2 Daftar Peserta Pelatihan

No Nama TTL Alamat

1. Dimas Aji

Pangestu

Semarang,23-12-2000

Jl. Karang Jangkang RT

02/03 Kec. Semarang

Barat

2. Nurjihan Nadaa

Pratama

Semarang, 7-12-1998

Jl Bedagan Baru No.6

RT05/02 Kel Sekayu Kec

Semarang Tengah

3. Kemilasari

Semarang, 12-04-1972 Jl Kaligetas, RT 02/04 Kel

Purwosari, Kec Mijen

4. Noviani

Semarang, 24-11-1995

Jl Purwogondo III RT

04/05 Kel. Dadapsari Kec

Semarang Utara

5. Wargini

Kebumen, 18-04-1982

Jl Tlogo Jatibarang RT

04/03 Kec Mijen

6. Giyarti

Karanganyar, 18-11-

1979

Jl Roworejo RT 04/08 Kel

Wonolopo Kec Mijen

7. Rochati

Semarang, 24-06-1980

Jl Puri Bukit Ngaliyan RT

09/02 Kel Wates Kec

Ngaliyan

8. Lusi Afianti

Kebumen, 06-11-1998

Jl Sedayu Kenganga I RT

05/05 Kel Sambungharjo

Kec Genuk

9. Ani Latifah

Magelang, 03-04-1976

Jl Bringin Permai C 28 RT

01/15 Kel Bringin Kec

Ngaliyan

10. Agus Triana Nur

Semarang, 13-08-1961

Jl Udowo Barat 1 RT

04/09 Kec Bulu Lor Kec

Semarang Utara

11. Ahmad Jazuli

Semarang, 12-11-1968

Jl Udowo Barat 1 RT

04/09 Kec Bulu Lor Kec

Semarang Utara

12. Tunggul Waras

Santoso

Semarang, 27-03-1999 Jl. Karang Jangkang RT

02/03 Kec. Semarang

Barat

13. Suwarni

Sidoarjo 16-07-1982

Jl Sidorejo Tambangan

RT 01/03 Kel Tambangan

Kec Mijen

14. Supiyati

Jakarta 21-07-1964

Perum BSB Blok B4 RT

04/03 Kec Mijen

15. Sunipah

Cirebon, 02-02-1979

Jl Kehari RT 03/05 Kel

Wonolopo Kec Mijen

16. Handayani

Semarang, 23-03-1980

Jl Kandri Kec Gunungpati

Page 78: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

64

4.1.6 Identitas Informan Dan Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini yaitu 1 (satu) kepala BLK, 1 (satu)

kepala Sub Bag TU, 1 (satu) Staf, dan 1 (satu) Instruktur pelatihan dan 3 (tiga)

peserta pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.

Subyek penelitian dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan informan

pendukung yang sangat penting dalam melakukan triangulasi data dengan subjek

penelitian agar diperoleh data yang valid.

Berikut identitas subyek penelitian sebagai informan utama di UPTD BLK

Disnaker Kota Semarang :

Tabel 4.3 Subyek Penelitian

No Nama Alamat Pendidikan

Terakhir

Jabatan

1 AT Jl. Lumbung Sari 06 No 10

Kalicari

S1 Ka. UPTD BLK

2 DN Bukit Wato-wato III B13

No.4 Permata Puri Ngaliyan

S1 Ka. Subbag TU

3 J Ngesrep Barat 03,

Banyumanik Semarang

S1 Staf

Berikut identitas subyek penelitian sebagai informan pendukung penelitian

di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang :

Tabel 4.4 Informan Penelitian

No Nama Alamat Pendidikan

Terakhir

Jabatan

1 SR Perum Sembung Harjo

Permai Blok C no 7, Genuk

D3 Instruktur

2 DA Jl.Karang Jangkal RT 02/04 SMK Peserta Pelatihan

Pembuatan Masker

3 TG Jl.Karang Jangkal RT 02/04 SMK Peserta Pelatihan

Pembuatan Masker

4 NJ Jl. Badagan Baru No.06 SMK Peserta Pelatihan

Pembuatan Masker

Page 79: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

65

4.1.7 Deskripsi Hasil Penelitian

Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu

faktor penyebabnya yaitu rendahnya kemampuan yang dimiliki. Pelatihan yang

diselenggarakan di BLK merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi

masalah pengangguran. Melalui pelatihan kerja, masyarakat dapat memperoleh,

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensinya agar mampu bersaing dalam

dunia kerja. Tidak hanya itu, dengan keterampilan yang diperoleh masyarakat

dapat membuka usaha dan bahkan mampu membuka lapangan kerja bagi orang-

orang yang ada di sekitarnya.

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang juga menjadi salah satu pelaksana

pelatihan kerja yang ada di Jawa Tengah melalui pelatihan berbasis kompetensi.

Ditengah pandemi Covid-19 pelatihan kerja di BLK sempat dihentikan oleh

pemerintah. Pelaksanaan pelatihan di BLK juga tidak sesuai dengan yang

direncanakan. Namun karena meningkatnya angka pengangguran ditambah

dengan korban PHK, pemerintah melakukan refocusing anggaran pelatihan yang

tadinya dialokasikan ke pelatihan umum kini di alihkan ke pelatihan tanggap

Covid-19 untuk mengurangi dampak pandemi tersebut. UPTD BLK Disnaker

Kota Semarang harus mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini terutama

dalam pelaksanaan pelatihan yang harus diubah. BLK juga harus merancang

ulang perencanaan pelatihan dan penyelenggaraannya dengan tetap mematuhi

protokol kesehatan.

Manajemen program pelatihan menjahit (pembuatan masker) adalah proses

bagaimana program pelatihan tersebut diselenggarakan di UPTD BLK Disnaker

Page 80: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

66

Kota Semarang dalam mencapai tujuan pelatihan mulai dari input, proses, dan

output. UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dalam menyelenggarakan pelatihan

mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi

pelatihan dalam mencapai tujuan dari program pelatihan.

Berikut merupakan laporan dari hasil penelitian yang berjudul " Manajemen

Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai

Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang ". laporan ini disusun berdasarkan proses

pengumpulan data yang kemudian direduksi, hasil reduksi berupa penyajian data,

dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan.

4.1.7.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi input proses dan

output dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi dalam sebuah pelatihan sehingga pelatihan tersebut berjalan dengan

evektif dan efisien. Perlunya manajemen pelatihan dan prosesnya menurut

Wulandari & Ilyas (2015:109) sebagai :

“...perlu manajemen penyelenggaraan yang sistematis dan terencana.

Perlu adanya suatu perencanaan pelatihan yang matang, pelaksanaan

yang terorganisir serta dibutuhkan pula suatu evaluasi

penyelenggaraan yang baik dalam mempersiapkan warga belajar

memasuki dunia kerja”

Manajemen pelatihan yang sistematis diperlukan dalam sebuah pelatihan.

Perencanaan yang matang, pengorganisasian untuk mempersiapkan pelaksanaan

pelatihan, pelaksanaan pelatihan yang terorganisir, pengawasan, dan evaluasi yang

baik dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pelatihan.

Page 81: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

67

4.1.7.1.1 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Masker

Perencanaan dalam sebuah pelatihan adalah langkah yang paling awal

dalam pelaksanaan suatu pelatihan, dalam proses ini tujuan suatu program

ditetapkan, dari perencanaan kita akan tau langkah apa yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut. Jadi, proses sebuah perencanaan haruslah dimulai

dengan penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan langkah-

langkah yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Saat kita akan

merencanakan, tentu pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan tersebut

dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sanjaya, 2008).

Proses perencanaan pelatihan pembuatan masker yang dilaksanakan di

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang oleh Ka Subbag TU, Staf, dan Ka BLK

sebagai penanggung jawab, dimulai dari penyusunan rencana pelatihan. Menurut

hasil wawancara dengan Bu DN mengenai gambaran umum perencanaan

pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :

“Untuk pelatihan pembuatan masker kan baru kemarin, karena ada

Covid, jadi kemarin kita melakukan identifikasi kira-kira pelatihan

apa yg cocok untuk dilaksanakan di BLK ini, biasanya kan dari sana

menawarkan, kita sesuaikan dengan workshop yang tersedia

kemudia kita mengajukan paket pelatihan ke pusat

(BBPLK), setelah dikirim kesana dari sana dibuatkan anggarannya.

Kemudian turun POK nya (dasar pelaksanaan), kemudian kita

membuat rencana pelatihan”. (P2:DN:W1:H1)

Jadi, perencanaan diawali dengan identifikasi untuk menentukan program

pelatihan yang akan dilaksanakan, dilanjutkan dengan pengajuan paket pelatihan

kepada BBPLK Semarang. Setelah disetujui kemudian UPTD BLK melakukan

proses perencanaan pelatihan, melaksanakan pelatihan, dan melakukan evaluasi

Page 82: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

68

terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan, seperti yang disampaikan Bu AT

dalam wawancara sebagai berikut :

“Dalam pelatihan pembuatan masker tidak ada staf khusus pembantu

program, melalui SK pengelola pelatihan yang disahkan oleh

kepala UPTD BLK pegawai yang ditunjuk untuk mengikuti program

berkoordinasi dengan instruktur pelatihan. pengelola pelatihan

pembuatan masker melibatkan semua pegawai di UPTD BLK

meliputi Kepala Subbag TU sampai dengan staf dengan Kepala

UPTD BLK sebagai penanggung jawab” (P1:AT:W1:H4)

Senada dengan yang disampaikan oleh Ka Subbag TU Bu DN dalam

wawancara :

“Untuk staf kita menetapkan semua staf BLK terlibat, tidak ada staf

khusus tiap pelatihan sih. Semua staf , Ka Subbag TU dan Ka UPTD

BLK sebagai penanggung jawabnya”. (P2:DN:W1:H1)

Kemudian ditambahi oleh Pak J :

“untuk staf khusus si tidak ada, karena yang mengurus dari seluruh

staf BLK” (S1:J:W1:H2)

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai daftar

pengelola pelatihan di UPTD BLK Kota Semarang berupa struktur organisasi.

Disimpulkan tidak ada pengelola program khusus dalam pelatihan pembuatan

masker, pengelola adalah semua staf BLK dengan Ka BLK sebagai penanggung

jawab.

Setelah pengelola dan staf siap, kemudian UPTD BLK menetapkan tujuan

pelatihan pembuatan masker seperti yang disampaikan oleh Ibu AT selaku kepala

BLK dalam wawancara sebagai berikut :

“kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan pembuatan

masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi Covid-19,

sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai, ketersediaan

yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak pandemi

dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa

Page 83: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

69

memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita

donasikan masker tersebut. Kalau tujuan khusus dari program

pelatihan pembuatan masker untuk peserta pelatihan mampu

mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan,

menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan, membuat

masker sesuai standar kesehatan”. (P1:AT:W1:H4)

Adapun dalam perumusan tujuan pelatihan pembuatan masker ada beberapa

pedoman, diungkapkan oleh Ibu DN dalam wawancara :

“penentuan tujuan pelatihan kita selalu berpedoman pada abcd ,

audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan

Taksonomi Bloom. Kalau tujuan pelatihan pembuatan masker dalam

domain kognitif kan menambah pengetahuan peserta pelatihan

mengenai cara pembuatan masker sesuai standar, kalau afektif tentu

dalam pelaksanaan pelatihan nanti peserta harus disiplin untuk

datang tepat waktu, kejar target, dan mematuhi protokol kesehatan.

Sedangkan dalam psikomotorik nantinya peserta diajarkan cara

menjahit masker dengan benar.” (P2:DN:W1:H1)

Yang kemudian ditambahi oleh Pak J :

“untuk mencapai tujuan tentunya materi, metode yang digunakan

harus linier”. (S1:J:W1:H2)

Pertanyaan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai tujuan

pelatihan pembuatan masker. Tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan

masker untuk peserta pelatihan mampu :

mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan

menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan

membuat masker sesuai standar kesehatan

Jadi, tujuan pelatihan pembuatan masker yang dirumuskan di BLK ini

didasarkan pada Taksonomi Bloom, mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Tujuan secara umum yaitu sebagai bentuk pelatihan tanggap Covid-

19, dalam meminimalisir penyebaran virus dengan membuat masker sesuai

Page 84: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

70

standar, membuka peluang usaha bagi peserta pelatihan untuk mengurangi

pengangguran karena korban PHK.

Selanjutnya pengelola menetapkan jadwal pelaksanaan pelatihan.

Penetapkan waktu dan tempat pelatihan pembuatan masker, menurut Bu AT

dalam wawancara :

“waktu dan tempat pelatihan ditentukan berdasarkan kebutuhan saat

pandemi Covid-19, kita mengacu pada matrik kegiatan disusun

sebagai acuan pelaksanaan” (P1:AT:W1:H4)

Berdasarkan hasil wawancara, beliau juga menyampaikan mengenai

pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan :

“pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan

berdasarkan kebutuhan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker

dilaksanakan di UPTD BLK Mijen karena peralatan telah tersedia,

dan mengakomodir masyarakat diwilayah Semarang bagian Barat”.

(P1:AT:W1:H4)

Sedangkan untuk waktu pelaksanaan pelatihan seperti yang disampaikan

oleh Pak J dalam wawancara :

“untuk menetapkan waktu dan tempat pelatihan didasarkan pada

kebutuhan, dan dari pusat diberi batasan waktu 10 hari, kita hanya

menentukan tempat”. “di BLK Mijen, lantai 2 ruang jahit”.” dari

tanggal 15 juni s.d 26 Juni 2020” (S1:J:W1:H2)

Pernyataam tersebut didukung oleh hasil observasi mengenai tempat

pelaksanaan. Pertimbangan mengenai tempat pelaksanaan pelatihan sudah sesuai,

tempat yang digunakan sebagai tempat pelatihan memiliki fasilitas yang

menunjang kebutuhan pelatihan. Berikut dokumentasi foto mengenai tempat

pelaksanaan pelatihan pembuatan masker :

Page 85: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

71

Gambar 4.1 Tempat Pelatihan

Disimpulkan bahwa penetapan waktu pelatihan dari BBPLK yaitu selama

10 hari yang didasarkan pada kondisi saat ini ditengah pandemi Covid-19. Tempat

pelatihan ditentukan berdasarkan ketersediaan workshop dan peralatan yang

lengkap, jadi pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di BLK Mijen tanggal 15

Juni- 26 Juni 2020.

Persiapan program yang direncanakan selanjutnya meliputi persiapan bahan

ajar, bahan pelatihan, media, dan metode pelatihan. Menentukan bahan ajar

merupakan tahapan selanjutnya, ada beberapa pertimbangan seperti yang

disampaikan oleh Bu AT dalam wawancara berikut :

“bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker

berupa buku informasi, nanti didalamnya ada materi dan unit

kompetensi yang harus dikuasai sama peserta pelatihan. Bajar sangat

menunjang proses pembelajaran, kan sebagai pedoman biar peserta

mampu menguasai unit kompetensi. Untuk bikin bahan ajar biasanya

berpedoman pada kurikulum, nah nanti kurikulum dibuat silabus

yang dijabarkan ke materi pembelajaran, tapi tetep ada batasan

variabel yang nanti dipelajari oleh peserta pelatihan. Acuan dari

pelatihan pembuatan masker adalah skkni No. 305 tahun 2015

tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan golongan

pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal.”

(P1:AT:W1:H4)

Page 86: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

72

Sehubungan dengan bahan ajar yang berpedoman pada kurikulum, berikut

tambahan dari Bu DN :

“(bahan ajar) berupa buku informasi, didalamnya memuat materi dan

unit kompetensi yang harus peserta kuasai. Kalau bahan ajar sudah

disediakan dari kementrian, jadi kita tidak perlu membuat, dan sudah

sesuai dengan SKKNI bahan ajar sebagai pedoman dalam

pembelajaran sehingga sangat menunjang ya. bajar diambil dari

silabus dan silabus diambil dari kurikulum pelatihan. Namun kita

tidak membuat bahan ajar, karena bahan ajar sudah disediakan”.

(P2:DN:W1:H1)

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai dasar

penetapan bahan ajar yang berupa buku informasi yaitu SKKNI no 305 tahun

2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok

Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Untuk unit

kompetensinya ada 4, yaitu :

Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja

(K3) C.141110.044.02

Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

Pembuatan Masker

Selain buku informasi, berdasarkan hasil dokumentasi, pengelola juga

menyiapkan bahan pelatihan yang digunakan untuk menunjang proses

pembelajaran. Bahan pelatihan yang disiapkan oleh pengelola berupa bahan

pembuatan masker.

Page 87: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

73

Gambar 4.2 Daftar Bahan Pelatihan

Disimpulkan bahwa UPTD BLK Disnaker Kota Semarang tidak

menetapkan atau membuat bahan ajar, bahan ajar sudah disediakan dari

Kementerian berupa Buku Informasi. Buku informasi berisi materi yang harus

dikuasai oleh peserta pelatihan yang diambil dari SKKNI no 305 tahun 2015

tentang Penetapan SKKNI kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri

Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Selain buku informasi,

pengelola juga menyiapkan bahan pelatihan yang disesesuaikan dengan kebutuhan

pelatihan.

Selain bahan ajar, BLK juga menetapkan metode dan media pembelajaran

dalam pelatihan, disampaikan Bu AT dalam wawancara :

“untuk penetapan metode kita juga dari silabus, sama dengan bahan

ajar, silabus akan menjabarkan aspek apa yang harus tercapai dari

kognitif, afektif, atau psikomotoris. dari situ baru metode

pembelajaran kami tentukan. Metode yang digunakan itu ceramah

bergambar / kognitif, diskusi / afektif, dan demonstrasi dan praktik

/psikomotorik. Tapi kalau pelatihan biasanya lebih ke praktik kan ya

Page 88: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

74

mba, beda kalau pendidikan disekolah yang fokus ke teori”.

(P1:AT:W1:H4)

Berikut hasil wawancara dengan instruktur pelatihan Bu SR mengenai

metode pelatihan :

“Kalau metode kita (instruktur) yang mengembangkan, disesuaikan

dengan keadaan kelas, karena pesertanya homogen, perbedaan

gender dan usia peserta. Teori 15% sisanya praktik, karena ditengah

praktik ada teori nanti disambung praktik sambil jalan. Sebenarnya

idealnya 40% teori, 60% praktik, namun karena teori dan praktik

berjalan bareng jadi ya seperti itu” (I:SR:W1:H2)

Disimpulkan bahwa dalam penetapan metode pelatihan disesuaikan dengan

materi yang akan disampaikan. Metode yang akan digunakan lebih ditekankan ke

praktik. Menentukan metode juga dengan mempertimbangkan waktu pelatihan

dan tujuan pelatihan agar bisa tercapai, salah satunya memenuhi target pembuatan

2000 masker dalam waktu 10 hari pelatihan.

Penetapan media pembelajaran disesuaikan dengan metode yang digunakan,

seperti yang disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :

“penetapan media pelatihan disesuaikan dengan materi dan

metodenya, kalau praktik kita menggunakan alat jahit, kalau

ceramah bisa sambil menggunakan whiteboard.”. (P2:DN:W1:H1)

Menurut wawancara dengan Bu AT mengenai dasar penetapan media

pembelajaran sebagai berikut :

“dasar penetapan media disesuaikan dengan metode yang digunakan

dalam pelatihan. berdasarkan kebutuhan pelatihannya juga mba.

Butuhnya apa nanti kita sediakan medianya.”. (P1:AT:W1:H4)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil observasi mengenai

media pelatihan yang tersedia ditempat pelatihan, berupa mesin jahit yang

digunakan peserta pelatihan, mesin obras, serta alat bantu jahit lainnya.

Page 89: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

75

Gambar 4.3 Media / Alat Bantu Pelatihan

Disimpulkan bahwa dalam menentukan media yang akan digunakan sesuai

dengan pelatihan yang dilaksanakan, sesuai dengan kebutuhan pelatihan. BLK

menyediakan media sesuai dengan jumlah peserta pelatihan, jumlah mesin jahit

ada 16 yang digunakan dalam pelatihan ini, dan 1 mesin obras.

Pemanggilan instruktur dilaksanakan setelah perencanaan persiapan

program dilakukan. Penetapan instruktur juga tidak ada seleksi khusus, seperti

yang diungkapkan Bu SR dalam wawancara:

“Instruktur seperti saya kan sudah lama menjadi instruktur mengajar

di BLK, modelnya satu kelas ada instrukturnya diambil dari mana,

tapi kita sudah diseleksi dari awal. Diseleksi terlebih dahulu dari

yang awalnya baru menjadi asisten, sudah memiliki pengalaman.

Kalau sertifikat kita biasanya kalau dulu ada, Cuma biasanya itu dari

BNSP. Namun setelah menjasi instruktur jahit, dalam pelatihan

pembuatan masker ini tidak ada seleksi, saya langsung ditujuk

sebagai instruktur pelatihan. Pengalaman lebih diutamakan”.

(I:SR:W1:H2)

Ditambahkan juga oleh Pak J mengenai kualifikasi instruktur pelatihan di

BLK :

“yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, sudah berpengalaman

juga”.”yang menguasai materi, memguasai skill, dan bisa

berkomunikasi baik dengan peserta pelatihan ya”. (S1:J:W1:H2)

Page 90: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

76

Berdasarkan pernyataan tersebut, BLK melakukan identifikasi kebutuhan

pelatihan, instruktur yang sesuai dengan bidang latih. Untuk pelatihan pembuatan

masker, instruktur harus menguasai materi pembuatan masker, instruktur sudah

berpengalaman dan memiliki sertifikat dari BNSP. Tidak ada proses seleksi lagi

untuk menentukan instruktur pelatihan ini.

Tahapan selanjutnya dalam proses perencanaan yaitu dengan penyusunan

matrik pelatihan dan jadwal pelatihan. Mengenai penyusunan jadwal pelatihan

disesuaikan dengan unit kompetensi, dan dilaksanakan dari yang paling dasar

sampai pembuatan masker secara utuh. Disampaikan oleh Bu AT dalam

wawancara berikut :

“untuk penyusunan jadwal kita menunggu pengesahan pelatihan,

setelah disahkan anggaran tanggap Covid-19, kita baru menyusun

jadwalnya”. “dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pandemi

Covid-19, dan kesiapan pelatihan”. (P1:AT:W1:H4)

Dalam penyusunan jadwal pelatihan, tidak ada pertimbangan mengenai

peserta pelatihan, seperti yang Bu AT sampaikan :

“jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pelaksanaan yang

ditentukan oleh BLK, jika pesertanya dinyatakan lolos, ya mereka

harus mengikuti jadwal pelatihan yang sudah BLK susun. Jadi

peseta yang ngikut kita, bukan kita yang ngikut pesertanya”.

(P1:AT:W1:H4)

Ditambahkan lagi oleh Bu DN mengenai pertimbangan dalam membuat

jadwal pelatihan pembuatan masker :

“peserta yang menyesuaikan dengan jadwal yang ada di BLK, dan

pesertanya kan warga yang tidak bekerja, jadi menurut saya mereka

tidak memiliki kesibukan lain yang harus disesuaikan dengan jadwal

pelatihan kami”. (P2:DN:W1:H1)

Page 91: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

77

Berdasarkan hasil dokumentasi, matrix pelatihan yang disusun oleh

pengelola meliputi jadwal rapat, rekruitmen/seleksi, pengumuman, pembukaan

pelatihan, pelaksanaan, jadwal monev, dan penutupan pelatihan.

Gambar 4.4 Matrik Kegiatan Pelatihan

Disimpulkan bahwa penetapan jadwal dibuat setelah pengajuan pelatihan

disahkan. Jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pelaksanaan yang

ditentukan oleh BLK. UPTD BLK menyusun jadwal dari mulai seleksi,

pembukaan pelatihan, dan penutupan pelatihan yang tertulis dalam matrik

pelatihan. Dalam pembuatan jadwal pembelajaran pelatihan didasarkan pada

materi yang ada dibahan ajar, sesuai dengan unit kompetensi paling dasar.

Penyusunan jadwal ditentukan dari BLK, peserta pelatihan hanya mengikuti

jadwal yang telah dibuat.

Page 92: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

78

Proses penetapan cara evaluasi dalam pelatihan pembuatan masker

disampaikan oleh Bu AT dalam Wawancara :

“cara evaluasi pelatihan ada dari pusat, dari BBPLK, jadi dari pusat

yang melakukan evaluasi, untuk evaluasi dari instruktur sendiri

seperti penilaian ada, nanti melalui ketercapaian tiap unit

kompetensinya mba”. “berdasarkan unit kompetensi, yang kemudian

membuat panduan penilaian, dan menyusun materi uji kompetensi,

namun untuk pelatihan pembuatan masker ini tidak melaksanakan

uji kompetensi. Nanti ada penilaian sendiri dari instruktur secara

langsung, kalau yang menguasai unit kompetensi nanti dijadikan

pembuat masker yang inti, karena kan kita juga kejar target

pembuatan 2000 masker”. (P1:AT:W1:H4)

Ditegaskan kembali oleh Bu DN dalam wawancara sebagai berikut :

“Untuk evaluasi pelatihan pembuatan masker ini dari pusat yang

melakukan. Untuk evaluasi peserta ada observasi dan praktik.

Monitoring dan evaluasi sudah ditetapkan selama 6 bulan sampai

dengan satu tahun kedepan”.

(P2:DN:W1:H1)

Disimpulkan bahwa pengelola hanya menetapkan waktu pelaksanaan

monitoring dan evaluasi. BLK hanya menerima formulir dam melakukan proses

evaluasi. Penetapan waktu monitoring dan evaluasi dilaksanakan 6 bulan sampai 1

tahun setelah pelatihan selesai.

Perencanaan anggaran pelatihan di BLK disampaikan oleh Bu AT sebagai

berikut :

“kita tidak merencanakan anggaran, BLK kan binaan dari BBPLK,

jadi dari sana yang menganggarkan, kita hanya mengusulkan

pelatihan dan menjalankan saja”. “sumber pendanaan dari APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara)”. (P1:AT:W1:H4)

Begitu juga yang disampaikan oleh Pak J dalam wawancara mengenai

anggaran pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :

Page 93: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

79

“Kalo anggaran dari pusat, kita tidak merencanakan anggaran. Untuk

pelatihan pembuatan masker dam masak ini kan dari BBPLK, jadi

dananya dari APBN”. (S1:J:W1:H2)

Jadi, pengelola tidak membuat rancangan anggaran pelatihan pembuatan

masker, anggaran pelatihan sudah disediakan dari BBPLK, dan BLK hanya

menerima anggaran pelatihan sesuai rincian anggaran yang disusun oleh BBPLK.

Dana pelatihan berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, dapat digambarkan secara lebih

sederhana mengenai perencanaan program pelatihan menjahit sebagai berikut :

Bagan 4.2 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Masker

Page 94: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

80

Perencanaan pelatihan menjahit yang dilakukan di UPTD BLK Disnaker

Kota Semarang diawali dengan identifikasi program pelatihan melihat tren pasar,

masker saat ini menjadi sebuah kewajiban dan tersedianya workshop pelatihan.

Setelah menetapkan program pelatihan yang akan dilaksanakan, keudia BLK

mengajukan paket pelatihan tersebut ke BBPLK Semarang, dan ditindaklanjuti

dengan turunnya POK. Identifikasi kebutuhan pelatihan juga dilakukan dengan

penentuan persyaratan peserta, penentuan kebutuhan pelatihan durasi, dan

instruktur.

Tujuan pelatihan didasarkan pada taksonomi bloom dengan mengacu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan pelatihan dirumuskan secara umum

dan khusus. Disisi lain tujuan pelatihan pembuatan masker ini untuk membekali

masyarakat dengan skill agar bisa berwirausaha ditengah pandemi Covid-19.

Penetapan jadwal pelaksanaan pelatihan dan tempat pelaksanaan pelatihan

didasarkan pada identifikasi pelatihan, dan dilaksanakan selama 10 hari.

Tahapan selanjutnya adalah perencanaan persiapan program. Persiapan yang

direncanakan diantaranya bahan ajar yang digunakan telah disediakan oleh

Kemnaker, bahan pelatihan, media dalam penyampaian informasi disediakan

whiteboard, dan untuk praktik menggunakan mesin jahit, dsn metode yang

digunakan dengan cara ceramah untuk penyampaian materi dan dilanjutkan

dengan praktik. Penetapan instruktur didasarkan pada identifikasi pelatihan.

Instruktur yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

Penyusunan matrik pelatihan dilakukan setelah penetapan istruktur. Matrix

pelatihan berisi jadwal pelaksanaan seluruh pelatihan mulai dari jadwal rapat

Page 95: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

81

bulanan, rekruitmen, pelaksanaan pelatihan, dan monev dalam pelatihan.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama pelatihan berlangsung dengan

standar yang ditetapkan oleh BBPLK Semarang, dan setelah pelatihan selesai

yaitu 6 bulan sampai 1 tahun kedepan secara online.

4.1.7.1.2 Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Setelah merencanakan pelatihan, tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan

sumber manusiawi dan non-manusiawi untuk melaksanakan pelatihan. sumber

manusiawi diantaranya pengelola pelatihan dan sumber non-manusiawi yaitu

fasilitas yang menunjang pelatihan. sumber-sumber tersebut harus dipersiapkan

agar pelatihan dapat berjalan dengan maksimal dan meminimalisir kendala.

Berikut hasil wawancara dengan Bu AT dalam wawancara :

“pengelola ditunjuk dengan mengukur kekuatan tim. Ka BLK

sebagai penanggung jawab. Sub bagian tata usaha melakukan

perencanaan pelatihan, mulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan,

penetapan tujuan, persiapan sarana prasarana dan sebagainya yang

berkaitan dengan perencanaan. Kami juga melaksanakan,

mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan yang diselenggarakan.

Bagian bendahara mengurus keuangan, perhitungan, dan pelaporan

keuangan. Bagian pelaksana bertugas merencanakan pelatihan,

mempersiapkan pelaksanaan pelatihan, mengawasi dan

mengevaluasi pelatihan.” (P1:AT:W1:H4)

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Bu DN dalam wawancara

sebagai berikut :

“untuk pelatihan di BLK, Kepala jadi penanggung jawab, nanti

subbag TU merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi pelatihan.” (P2:DN:W1:H1)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

pengelola dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan jabatan pengelola. Ka

BLK sebagai penanggung jawab pelatihan menjahit (pembuatan masker),

Page 96: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

82

merencanakan, memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan

mengevaluasi pelatihan menjahit. Sub Bagian Tata Usaha dibagi menjadi dua

jabatan yaitu bendahara dan pelaksana pelatihan bertugas merencanakan,

melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan.

Selain pengorganisasian pengelola, dilakukan juga pengorganisasian

terhadap fasilitas pelatihan untuk mempersiapkan proses seleksi dan pelaksanaan

pelatihan. Berikut hasil wawancara dengan pengelola BLK Bu AT :

“kita mempersiapkan ruang pelatihan, menata mesin jahit dan

mengecek kondisinya. Kita juga mempersiapkan ruang tes tertulis

untuk peserta pelatihan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

mempersiapkan fasilitas untuk dibagikan kepada peserta yang lolos

seleksi” (P1:AT:W1:H4)

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan staf TU Pak J

yang kemudian ditambahi oleh Bu DN selaku Ka Subbag TU sebagai berikut :

“Pengecekan ruang dan mesin, bahan dan alat juga dipersiapkan”

(S1:J:W1:H2)

“Mempersiapkan ruang dan persiapan seleksi pelatihan. Menyusun

persyaratan peserta pelatihan (dokumen yang harus dibawa).

Mempersiapkan fasilitas peserta. Mempersiapkan ruang pelatihan

dan media pelatihan” (P2:DN:W1:H1)

Disimpulkan bahwa sebelum pelaksanaan, pengelola juga harus

mengorganisasikan sumber non-manusiawi. Baik fasilitas yang menunjang

pelatihan mulai dari ruang seleksi, persyaratan peserta, fasilitas untuk peserta

(seragam, tas, atk, bahan ajar, bahan pelatihan) dan ruang pelatihan serta

pengecekan kondisi mesin yang akan digunakan untuk pelatihan.

Page 97: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

83

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian diatas, dapat digambarkan proses

pengorganisasian dalam bagan sebagai berikut :

Bagan 4.3 Pengorganisasian Pelatihan Pembuatan Masker

Pengorganisasian dalam pelatihan pembuatan masker dilakukan kepada

SDM yaitu dengan mengorganisasian pelaksana pelatihan, instruktur, dan peserta

pelatihan untuk mempersiapkan pelaksanaan pelatihan. Dilakukan pembagian

tugas dan wewenang kepada pengelola sesuai dengan jabatan yang telah

ditentukan. Pengorganisasian fasilitas dilakukan dengan mempersiapkan dan

mengecek kondisi sarana-prasarana yang akan digunakan dalam pelatihan,

mempersiapkan bahan ajar, bahan pelatihan, media, dan fasilitas yang diberikan

kepada peserta pelatihan.

4.1.7.1.3 Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Sebelum mulai keproses pembelajaran, yang paling awal dimulai dari proses

rekruitmen peseta pelatihan. Dalam melakukan rekruitmen peserta pelatihan ada

beberapa tahap yang harus dilalui peserta pelatihan, hal yang paling utama yaitu

menyebarkan informasi pendaftaran pelatihan seperti yang disampaikan Bu DN

dalam wawancara :

“sosialisasi lewat media sosial, dari alumni juga” (P2:DN:W1:H1)

Pengorganisasian Fasilitas

Pelatihan

PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian SDM

Page 98: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

84

Bu AT menambahi mengenai proses seleksi pelatihan dan kriteria peserta

dalam pelatihan :

“dimulai dari pembukaan pendaftaran, kemudian melakukan

panggilan seleksi peserta, melakukan tes, dan yang lolos dapat

mengikuti pelatihan”. “kriteria peserta pelatihan pembuatan masker

tentunya harus sehat secara jasmani dan rohani, mempunyai

kemampuan dasar menjahit, warga Kota Semarang, dan mengisi

surat persyaratan kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama

mengikuti pelatihan”. (P1:AT:W1:H4)

Sejalan dengan DA selaku peserta pelatihan pembuatan masker mengenai

seleksi pelatihan yang ia jalani :

“melakukan pendaftaran, tes tertulis, nanti ada pengumuman dan

langsung pelatihan. Dilakukan di BLK Gayamsari”

(PP1:DA:W1:H3)

Ditambahi juga oleh TG yang juga merupakan peserta pelatihan pembuatan

masker :

“ya ada tes tertulis tadi, sama ngumpulin berkas-berkas gitu. Tidak

ada praktik, hanya tes tertulis saja”. “dokumennya ya fotokopi KTP,

KK, sama Ijazah terakhir”. (PP3:TG:W1:H3)

Namun ada juga peserta yang tidak mengikuti tes seleksi pelatihan karena

merupakan peserta pilihan dari BLK, berikut yang disampaikan NJ dalam

wawancara :

“saya tidak mengikuti seleksi karena pilihan, jadi langsung

diikutsertakan pelatihan gaada seleksi. Jadi 50% diambil dari

alumni, dan 50% dari masyarakat yang terkena PHK”

(PP2:NJ:W1:H3)

Berdasarkan hasil dokumentasi mengenai proses seleksi, diperoleh tahapan

seleksi peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :

Page 99: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

85

Bagan 4.4 Proses Rekruitmen Peserta Pelatihan

Adapun kriteria peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:

Sehat jasmani dan rohani

Memiliki kemampuan dasar menjahit

Warga kota semarang

Usia produktif

Mengisi surat kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama

mengikuti pelatihan.

Dapat disimpulkan bahwa penyebaran informasi pelatihan dilakukan

melalui sosial media dan link alumni. Sebagian peserta pelatihan adalah korban

PHK dan sebagian alumni yang pernah mengikuti pelatihan jahit di BLK. Proses

rekruitmen peserta pelatihan dimulai dari pendaftaran, pemanggilan seleksi, tes,

pengumuman, dan pelaksanaan pelatihan. Peserta yang diterima untuk mengikuti

pelatihan pembuatan masker adalah peserta yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan oleh BLK.

Setelah melalui proses rekruitmen, peserta memasuki proses pelaksanaan

pelatihan, menggunakan bahan ajar sebagai penunjang pelatihan, disampaikan

oleh Bu SR selaku instruktur pelatihan pembuatan masker dalam wawancara

sebagai berikut :

“bahan ajarnya berupa buku informasi atau modul”. “...dengan bahan

ajar bisa membantu peserta dalam menguasai unit kompetensi”.

“untuk materi pelatihan ya dapat membuat masker sesuai dengan

standar kesehatan, mulai dari memilih bahan, membuat pola,

Pendaftaran Pemanggilan

Seleksi Tes Pengumuman Pelatihan

Page 100: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

86

memotong, dan menjahit rangkaian pola sampai menjadi masker

utuh”. (I:SR:W1:H2)

DA juga menambahkan mengenai bahan ajar yang digunakan dalam

pelatihan, dalam wawancara sebagai berikut :

“Bahan ajar ada seperti modul, sudah ada unit-unit kompetensinya,

ya cara membuat masker dari nol, mulai dari memilih bahan, sampai

membuat masker jadi”. (PP1:DA:W1:H3)

Pernyataan tersebut juga didukung dengan adanya dokumentasi mengenai

buku informasi yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker. Buku

Informasi diberikan kepada peserta pelatihan sebagai pedoman pembelajaran.

Dalam buku informasi memuat 4 unit kompetensi, dan lebih ditekankan kepada

unit kompetensi pembuatan masker.

Gambar 4.5 Buku Informasi (Unit Kompetensi Pembuatan Masker)

Page 101: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

87

Disimpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan berupa buku informasi.

Penggunaan buku informasi dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Buku

informasi mudah dipahami, karena didalamnya memuat materi dan contoh gambar

masker. Buku informasi memuat 4 unit kompetensi, yaitu Mengikuti Prosedur

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3), Menjahit Proses

Sederhana, Menjahit Komponen Pakaian, dan Pembuatan Masker. Karena peserta

pelatihan sudah memiliki keterampilan dasar menjahit, pelatihan di fokuskan ke

proses pembuatan masker.

Untuk menyampaikan materi yang ada di bahan ajar, tentunya ada metode

yang digunakan oleh instruktur pelatihan, berikut hasil wawancara dari Bu SR :

“metode yang kita gunakan ceramah dan praktik, kebanyakan

praktik si mba, karna kita lebih menekankan kesitu. Teorinya hanya

15% saja sisanya yang 85% praktik, idealnya sih 40% 60% ya,

Cuma karna kita kejar target pembuatan 2000 masker, jadi kita

banyakin di praktik”. “...nanti untuk peserta yang kurang memahami

atau kesulitan juga bisa langsung ditanyakan kepada saya”.

(I:SR:W1:H2)

Berikut jawaban peserta pelatihan mengenai penggunaan metode dalam

pelatihan pembuatan masker menurut hasil wawancara dengan DA :

“ya kita dikasih tau dulu mau dibikin seperti apa maskernya, nanti

kalo udah langsung dipraktikkan”. “metodenya udah tepat sih, kita

juga udah punya keterampilan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti”.

(PP1:DA:W1:H3)

NJ juga menambahi jawaban tersebut mengenai metode praktik yang

digunakan :

“dijelaskan langsung praktek, karena kita kan target 2000 masker

dalam waktu 2 minggu, jadi biar lebih efektif aja waktunya. Jadi

ngga sempet materi dulu ngga sempet”. “Cuma penjelasan di bagian

pola masih kurang si, tapi bisa minta arahan kalo masih bingung”.

(PP2:NJ:W1:H3)

Page 102: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

88

Disimpulkan bahwa metode yang digunakan instruktur dalam

menyampaikan materi dengan cara ceramah, kemudian dilanjutkan dengan

praktik. Praktik diperbanyak untuk mempercepat proses pembuatan masker.

Peserta pelatihan tidak merasa kesulitan dengan metode tersebut karena memang

sudah mempunyai kemampuan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti dengan

mudah.

Untuk melakukan praktik dalam pelatihan, tentunya membutuhkan media

atau alat bantu agar pelatihan bisa berjalan, adapun alat yang digunakan dalam

pelatihan pembuatan masker menurut penuturan Bu DN sebagai berikut :

“Media paling alat yang dipake ada mesin jahit sama obras.

Biasanya si Cuma ceramah, jadi ngga pake whiteboard atau

proyektor”. (P2:DN:W1:H1)

Sejalan dengan hasil wawancara dengan peserta pelatihan NJ sebagai

berikut :

“ada mesin pemotong, gunting, mesin jahit”. “sangat membantu ya,

(bahan ajar) karna itu kebuthan dari pelatihan, kan kita praktik

membuat masker, ya mesin jahit, mesin potong, dan gunting itu

sangat diperlukan”. (PP2:NJ:W1:H3)

Hambatan dalam penggunaan media sementara ini belum ada, seperti yang

disampaikan oleh Bu AT dalam wawancara :

“sejauh ini tidak ada hambatan, biasanya kalau ada hambatan, nanti

instruktur menyampaikan ke kami, apa saja yang masih kurang,

nanti kita sediakan”. (P1:AT:W1:H4)

Bu SR pelatihan pembuatan masker juga menambahkan pernyataan dari Ka

BLK tersebut :

Page 103: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

89

“sejauh ini tidak ada (hambatan), karena semua berjalan dengan

baik”. “media menggunakan yang sudah disediakan oleh BLK, dan

apabila ditengah jalan ada kekurangan, maka kita konfirmasi ke

BLK dan segera diadakan. Yang kita butuhkan nanti langsung

disediakan. Biasanya by wa atau telfon langsung ke BLK”.

(I:SR:W1:H2)

Disimpulkan bahwa dalam pelatihan pembuatan masker tidak memakai alat

bantu dalam menyampaikan materi. Teori disampaikan secara lisan tanpa

menggunakan proyektor ataupun whiteboard. Alat bantu lainnya dalam pelatihan

digunakan mesin jahit yang dipegang perorang dan mesin obras.

Sarana dan prasarana juga menjai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan,

adapun sarana dan prasarana dalam menunjang pelatihan pembuatan masker

diungkapkan oleh Bu AT :

“ruang pelatihan, mesin jahit, sarana prasarana, dan mushola”.

“mengenai keadaan sarana prasarana sangat cukup, dan mesin-mesin

dapat digunakan dengan baik”. (P1:AT:W1:H4)

Instruktur dan peserta pelatihan juga mendapatkan fasilitas dari BLK untuk

menunjang proses pelatihan. Disampaikan oleh Bu DN mengenai fasilitas yang

diberikan kepada peserta pelatihan dalam wawancara sebagai berikut :

“fasilitas yang diberikan ke peserta itu berupa bahan Pelatihan,

Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat, dan uang transport”.

(P2:DN:W1:H1)

Sejalan dengan hasil wawancara dengan Nur Jihan Nada Pratama mengenai

fasilitas yang didapatkan

“tas, lalu seragam, nanti dapet sertifikat juga, sama buku dan ATK,

Alat jahit juga seperti gunting, alat pendedel juga.transport juga”.

(PP2:NJ:W1:H3)

Page 104: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

90

Disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan untuk pelatihan

pembuatan masker ada ruang pelatihan, yang bersisi 16 mesin jahit yang dipegang

tiap peserta pelatihan, dan satu mesin obras. Fasilitas yang diberikan kepada

peserta pelatihan yakni ATK, tas, seragam, bahan pelatihan, alat bantu jahit,

makan siang, dan sertifikat dari BLK.

Penilaian dalam pelatihan pembuatan masker menurut Bu SR disampaikan

dalam wawancara sebagai berikut :

“biasanya ada di akhir pelatihan saja, kalau ini ibarat masih

sekolah...” “Ada kuisioner dan sebagainya, evaluasi juga. Bentuk

penilaian biasanya dari BLK Gayamsari, tidak langsung dari BNSP”.

(I:SR:W1:H2)

Senada dengan yang disampaikan Instruktur, Nur Jihan Nada Pratama

sebagai peserta pelatihan juga menyampaikan mengenai penilaian pelatihan

sebagai berikut :

“ngga ada sih mba (penilaian pelatihan), hanya suruh tandatangan

kehadiran si, itu wajib. Setahu saya tidak ada penilaian, hanya

penutupan saja di akhir. yang penting kita sudah menguasai

ketrampilannya sih, karna tiap hari sudah langsung praktik”.

(PP2:NJ:W1:H3)

Ditegaskan kembali oleh Bu AT dan Bu DN mengenai penilaian peserta

pelatihan pembuatan masker dalam wawancara sebagai berikut :

“ada ke peserta yang seperti tadi itu, penilaian oleh instruktur

sendiri, tapi kalao uji kompetensi tidak ada. kalau peserta masih

didasarkan kepada panduan penilaian setiap unit kompetensi”.

(P1:AT:W1:H4)

“Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan evaluasi dari instruktur, mengenai penguasaan tiap unit

kompetensi, penilaian peserta dilakukan oleh instruktur secara

langsung, peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai

tiap unit kompetensi”. (P2:DN:W1:H1)

Page 105: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

91

Disimpulkan bahwa penilaian peserta oleh instruktur pelatihan tidak

dilaksanakan secara tertulis. Pihak BLK juga tidak mengadakan uji kompetensi

untuk pelatihan pembuatan masker karena memang tidak memugkinkan untuk

dilaksanakan, mempertimbangkan waktu pelatihan yang hanya 10 hari .

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam

sebuah bagan proses pelaksanaan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :

Bagan 4.5 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Masker

Pelaksanaan pelatihan pembuatan masker diawali dengan pelaksanaan

rekruitmen peserta pelatihan dengan adanya seleksi tertulis oleh peserta yang

dilaksanakan secara tatap muka di gedung UPTD BLK Gayamsari dengan

persyaratan peserta memiliki kemampuan dasar menjahit. Jumlah peserta

pelatihan sebanyak 16 orang. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan digedung

Kegiatan

Pembelajaran

PELAKSANAAN

Rekruitmen

Peserta

Materi

Pembelajaran

Metode

pembelajaran

Media, Sarana

dan Prasarana

Penilaian Peserta

Page 106: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

92

UPTD BLK Mijen ruang jahit dari tanggal 15-26 Juni 2020 jam 08.00 sampai

13.00 WIB. Materi yang dipelajari oleh peserta bersumber dari buku informasi

yang mengacu pada SKKNI dengan empat unit kompetensi dan ditekankan pada

unit kompetensi pembuatan masker. Metode yang digunakan adalah ceramah dan

praktik, namun lebih ditekankan kepada praktik untuk mengejar target pembuatan

2000 masker. Penyampaian materi oleh instruktur tidak menggunakan alat bantu,

praktik pelatihan menggunakan mesin jahit dan mesin obras untuk membuat

masker. Penilaian peserta dilakukan secara langsung dengan cara praktik untuk

melihat ketercapaian unit kompetensi dantidak dilakukan secara tertulis.

4.1.7.1.4 Pengawasan Pelatihan

Dalam pelaksanaan pelatihan, pengawasan dilakukan oleh pengelola untuk

melihat keberlangsungan pelatihan, apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak,

dan jika ada kendala bisa segera ditindak lanjuti agar tujuan pelatihan dapat

tercapai. Pengawasan dapat dilakukan saat pelatihan dilaksanakan dan setelah

pelatihan selesai. Berikut hasil wawancara dengan Bu AT dalam wawancara :

“ada monitoring dari BBPLK Semarang, h-3 sebelum pelatihan

ditutup. Dari BLK juga mengawasi kegiatan pelatihan dengan

mengunjungi tempat pelatihan di Mijen untuk mengetahui

pelaksanaan pelatihan. Kita juga melaksanakan rapat bulanan setiap

awal bulan. Untuk pengawasan pelatihan pembuatan masker, selama

ini belum ada kendala jadi pelatihan berjalan lancar”.

(P1:AT:W1:H4)

Yang kemudian ditambahi oleh Pak J selaku pelaksana kegiatan dan

bertugas melaksanakan pengawasan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :

“pengawasan dilakukan 2 kali selama pelatihan.” (S1:J:W1:H2)

Page 107: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

93

Dapat disimpulkan bahwa pengawasan dilakukan oleh pengelola pelatihan

dengan mengunjungi tempat pelatihan di UPTD BLK Mijen untuk mengawasi

proses pelatihan dan mengecek apakah ada kendala selama pelatihan, monitoring

oleh BBPLK Semarang dilakukan tiga hari sebelum pelatihan ditutup untuk

mengawasi pelaksanaan pelatihan, sekaligus mengevaluasi peltihan yang

dilaksanakan.

Tidak berhenti disitu, pengawasan tetap dilakukan meskipun pelatihan telah

selesai, hal ini disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :

“Monitoring akan dilakukan 6 bulan sampai satu tahun kedepan

untuk melihat hasil pelatihan terhadap peserta pelatihan. Tapi untuk

sekarang monev tersebut akan dilaksanakan melalui grup whatsapp

dengan ajang sharing ” (P2:DN:W1:H1)

Dipertegas dan diperjelas kembali oleh Bu AT dalam wawancara mengenai

pengawasan setelah pelatihan selesai sebagai berikut :

“Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun kedepan.

Setelah peserta lulus dari pelatihan pembuatan masker, kita tetap

memantau peserta, apakah pelatihan yang kita berikan dimanfaatkan

untuk berwirausaha atau tidak digunakan sama sekali, dari situ bisa

kita gunakan sebagai bahan evaluasi agar di pelatihan selanjutnya

bisa lebih tepat sasaran dan lebih bermanfaat bagi peserta pelatihan”

(P1:AT:W1:H4)

Disimpilkan bahwa setelah peserta lulus dan mendapat sertifikat, peserta

masih akah dipantau untuk mengetahui keberlanjutan dari pelatihan dalam

menerapkan hasil pelatihan pembuatan masker. Monitoring dilakukan 6 bulan

dampai dengan satu tahun setelah pelatihan.

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam

sebuah bagan mengenai pengawasan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:

Page 108: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

94

Bagan 4.6 Pengawasan Pelatihan Pembuatan Makser

Pengawasan yang dilaksanakan dalam pelatihan pembuatan masker

dilakukan selama pelatihan berlangsung dan setelah pelatihan selesai. Selama

pelatihan berlangsung dilakukan monitoring olek pelaksana pelatihan dengan

mengunjungi secara langsung kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di UPTD

BLK Mijen. Dilakukan juga monitoring dan evaluasi dari BBPLK Semarang yang

dilaksanakan tiga hari sebelum pelatihan selesai. Setelah pelatihan selesai dan

peserta dinyatakan lulus, pengawasan tetap dilakukan oleh pengelola untuk

mengetahui kelanjutan dari skill yang telah diberikan kepada peserta, apakah

dimanfaatkan untuk kehidupannya atau tidak dan dilakukan secara online.

4.1.7.1.5 Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan dua cara, yang pertama monitoring

evaluasi dari BBPLK Semarang yang melihat secara langsung proses pelaksanaan

pelatihan pembuatan masker tiga hari sebelum pelatihan selesai. Kedua evaluasi

yang dilakukan oleh UPTD BLK dengan menggunakan form yang disediakan

oleh BBPLK.

Evaluasi pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang pun dilakukan dengan bentuk kuisioner, meliputi evaluasi instruktur,

Pengawasan Setelah

Pelatihan

PENGAWASAN

Pengawasan Selama

Pelatihan

Page 109: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

95

evaluasi materi, dan evaluasi sarana-prasarana. Bu AT menyampaikan dalam

wawancara :

“evaluasi materi, instruktur, dan sarpras pelatihan dilaksanakan

dengan pengisian kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1

sebelum pelatihan berakhir.”. (P1:AT:W1:H4)

Evaluasi keluaran dari pelatihan pembuatan masker disampaikan oleh Bu

DN dalam wawancara :

“Ada proses monev langsung dari BBPLK datang ke BLK biasanya

2-3 hari sebelum pelatihan selesai. Dari Bu Uut dateng langsung

kesini. Tapi kalau dari kita biasanya H-1 sebelum pelatihan selesai.

Tapi formulir sudah dibuatkan dari sana, sudah ada standarnya.

untuk evaluasi pelatihan seperti uji kompetensi dalam pelatihan

pembuatan masker tidak dilaksanakan. Karena pelatihan ini lebih

fokus ke peluang usaha, jadi kami pertimbangkan uji

kompetensinya, kasihan juga pesertanya karna ini pelatihan hanya 10

hari.”. (P2:DN:W1:H1)

Sedangkan untuk evaluasi sistem dan metode masih akan dikaji kembali

kedepannya Belum direncanakan mengenai evaluasi sistem dan metode karena ini

merupakan pertama kali pelaksanaan pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK.

Seperti yang disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :

“pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena pelatihan

ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini. Untuk evaluasi

standar dari pusat hanya sarpras, evaluasi instruktur, dan evaluasi

materi pembelajaran”. (P2:DN:W1:H1)

Evaluasi keluaran dari pelatihan pembuatan masker disampaikan oleh Bu

AT dalam wawancara sebagai berikut :

“Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun kedepan.

Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring evaluasi baik

melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi langsung ke

BLK. Keluaran pelatihan adalah masyarakat yang dilatih mampu

membuat usaha mandiri pembuatan masker, namun lowongan

pekerjaan di bidang terkait dengan pelatihan pembuatan masker tetap

Page 110: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

96

akan diinformasikan kepada alumni peserta pelatihan”.

(P1:AT:W1:H4)

Berdasarkan hasil dokumentasi, BBPLK Semarang menyediakan formulir

evaluasi untuk UPTD BLK. Formulir tersebut berisi kuisioner penilaian terhadap

kinerja instruktur, sarana-prasarana, dan materi pelatihan. Selain itu juga ada

formulir penilaian terhadap kinerja pelayanan UPTD BLK terhadap masyarakat

yang diisi oleh peserta pelatihan.

Gambar 4.6 Formulir Evaluasi

Gambar 4.7 Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)

Page 111: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

97

Disimpulkan bahwa evaluasi pelatihan dilakukan oleh BBPLK Semarang

dan UPTD BLK Disnaker Kota Semarang. Evaluasi dari BBPLK Semarang

berupa monitoring secara langsung yang dilakukan tanggal 24 Juni 2020. Evaluasi

yang dilakukan oleh UPTD BLK berupa evaluasi instruktur, sarana prasarana,

materi pembelajaran, serta survei kepuasan masyarakat terhada pelayanan UPTD

BLK. Evaluasi keluaran pelatihan berkaitan dengan kompetensi yang telah dicapai

atau Uji Kompetensi peserta pelatihan tidak dilaksanakan. Evaluasi keluaran

berkaitan dengan kesempatan kerja, belum ada penyaluran kerja. Peserta yang

telah selesai mengikuti pelatihan diharapkan bisa membuka usaha secara mandiri,

maupun membuka lapangan kerja bagi orang lain.

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam

sebuah bagan mengenai evaluasi pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK

Disnaker Kota Semarang sebagi berikut :

Bagan 4.7 Evaluasi Pelatihan Pembuatan Masker

Evaluasi dalam pelatihan dilakukan oleh BBPLK Semarang dan oleh

UPTD BLK. Dari BBPLK Semarang melakukan evaluasi secara langsung dengan

mendatangi tempat pelaksanaan pelatihan. Evaluasi yang dilakukan oleh BLK

dengan pengisian formulir yang disediakan BBPLK Semarang oleh peserta

mengenai aspek materi, instruktur, dan sarpras serta pelayanan UPTD BLK dan

dilakukan tinfak lanjut apabila ada ketidak sesuaian baik materi, instruktur,

Evaluasi Keluaran

EVALUASI

PELATIHAN

Evaluasi Materi, Instruktur,

dan Sarpras

Page 112: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

98

maupun sarpras untuk memperbaiki pelatihan selanjutnya. Evaluasi keluaran

pelatihan berkaitan dengan kesempatan kerja, belum ada penyaluran kerja, namun

keluaran pelatihan yang telah mendapatkan sertifikat diharapkan dapat membuka

usaha secara mandiri maupun membuka lapangan kerja bagi orang lain.

4.1.7.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Faktor pendukung dari pelatihan pembuatan masker ini juga disampaikan

oleh Bu DN dan Bu AT dalam wawancara :

“perencanaan bisa dilaksanakan dengan baik dan tepat. Walaupun

kita tidak merencanakan dari awal, tidak sesuai rencana pelatihan

tahun 2020 karena kendala Covid-19, namun perencanaan pelatihan

pembuatan masker sebagai pelatihan tanggap Covid-19 ini berjalan

dengan baik”. “pelaksanaan pelatihan lebih mudah dilaksanakan, dan

mampu mencapai target pembuatan masker dalam waktu 10 hari”.

“sarpras sudah maksimal sesuai dengan kebutuhan peserta

pelatihan”. (P2:DN:W1:H1)

“pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan

pelatihan”. “dengan adanya bahan ajar yang telah kami buat siswa

memiliki acuan untuk membuat masker sesuai dengan standar

kesehatan melalui buku informasi”. “dengan metode yang kita

gunakan pelaksanaan KBM lebih optimal dan tujuan pelatihan

tercapai”. “media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam

menerima materi pembelajaran”. “sarana dan prasarana baik, mampu

menunjang pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai” (P1:AT:W1:H4)

Berdasarkan hasil dokumentasi, pegawai, peserta, dan instruktur pelatihan

mengikuti protokol kesehatan dan memakai masker selama pelatihan

dilaksanakan. Peserta mampu menyelesaikan target pembuatan 2000 masker

dalam waktu 10 hari pelatihan. Dengan waktu yang singkat, beberapa peserta

pelatihan sudah menggunakan kemampuan yang diperoleh dari pelatihan sebagai

bekal berwirausaha.

Page 113: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

99

Bagan 4.8 Manajemen Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

PERENCANAAN PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN PENGAWASAN EVALUASI

Evaluasi

Materi,

Instruktur

dan

Sarpras

Evaluasi

Keluaran

Pengawasan

Selama

Pelatihan

Pengawasan

Setelah

Pelatihan

Pengorganisasian

Fasilitas

Pelatihan

Pengorganisasian

SDM

Rekruitmen

Kegiatan

Pembelajaran

Materi

Media, Sarpras

Penilaian

Peserta

Metode

Identifikasi

Penetapan

Tujuan

Jadwal

Pelaksanaan dan

tempat pelatihan

Persiapan

Program

Penetapan

Instruktur

Penyusunan

Matrik

Penetapan

Monev

OUTPUT

Page 114: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

100

4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Sudjana (2000) menyatakan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah

suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan kegiatan bersama

dalam pencapaian tujuan suatu organisasi mencakup perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengendalian, dan mengembangkan dengan

segala upaya untuk mengatur sumberdaya manusia, sarana prasarana dalam

mecapai tujuan program secara efektif dan efisien. Manajemen penyelenggaraan

pelatihan menurut Wulandari & Ilyas (2015) meliputi perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Menurut Perwal No 65 Tahun 2008 bahwa tugas BLK yaitu

merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan. Dapat

disimpulkan bahwa manajemen program pelatihan yaitu serangkaian kegiatan

yang meliputi input proses dan output dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam sebuah pelatihan

sehingga pelatihan tersebut berjalan dengan evektif dan efisien.

4.2.1.1 Perencanaan

Perencanaan program sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam

manajemen pelatihan. Sebagaimana yang dikemukakan Mujiman (2006) dan

ditegaskan lagi oleh Sutarto (2013:31) bahwa perencanaan program pelatihan

merupakan suatu kegiatan untuk merencanakan suatu program pelatihan secara

keseluruhan sebelum dilaksanakannya suatu pelatihan. Rahayu & Fakhruddin,

(2019:169) menyatakan bahwa maksud dari proses perencanaan yaitu untuk

mengatur sumber daya sehingga tujuan dapat dicapai sesuai dengan harapan.

Page 115: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

101

Perencanaan program pelatihan pembuatan masker diawali dengan

penawaran paket pelatihan dari BBPLK, kemudian UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang melakukan identifikasi pelatihan dengan cara melakukan identifikasi

tren pasar, yakni mengidentifikasi pelatihan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat

dikondisi saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (2007) bahwa salah

satu orientasi dalam pelatihan yaitu untuk memenuhi kebutuhan sasaran atau

masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat, dan kita harus

menelaah jenis program yang menjadi prioritas. Pandemi Covid-19 menjadi

pertimbangan dalam menentukan pelatihan yang akan dilaksanakan, dan pelatihan

pembuatan masker dirasa cocok untuk dilaksanakan saat ini mengingat masker

sekarang menjadi hal yang wajib. Setelah menentukan paket pelatihan yang akan

dilaksanakan, pengelola mengajukan paket pelatihan ke BBPLK Semarang dan

disahkan dengan turunnya POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) untuk

melaksanakan program pelatihan dan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran).

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan, diantaranya

kebutuhan instruktur, persyaratan peserta, kebutuhan materi, durasi pelatihan, dan

penyiapan program pelatihan.

Pengelola program pelatihan pembuatan masker adalah seluruh staf BLK

sebagai penyelenggara dan bendahara pembantu program, Ka Subbag TU sebagai

penyelenggara program, dan Ka BLK sebagai penanggung jawab. Penetapan

pengelola berdasaran SK Pengelola Pelatihan yang disahkan oleh Kepala UPTD

BLK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sirodjuddin & Suparman (2013) yang

Page 116: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

102

menyatakan bahwa dalam menetapkan pengelola dan staf dalam sebuah pelatihan

didasarikan pada surat keputusan.

Perencanaan pelatihan pembuatan masker dilanjutkan dengan penetapan

tujuan pelatihan. Tujuan yang dirumuskan meliputi tujuan umum dan tujuan

khusus. Secara umum tujuan program pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK

Diskaner Kota Semarang adalah sebagai bentuk pelatihan tanggap Covid-19

dengan membuat masker sesuai standar, membuka peluang usaha bagi peserta

pelatihan untuk mengurangi pengangguran karena korban PHK. Hasil masker dari

pelatihan juga didonasikan ke wilayah sekitar Kota Semarang. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Sudjana (2007) bahwa tujuan umum mengandung keinginan

dan harapan. Harapannya dengan pelatihan pembuatan masker ini dapat

meminimalisir penyebaran Covid-19.

Tujuan program pelatihan pembuatan masker secara khusus diantaranya :

(1) mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan

(2) menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan

(3) membuat masker sesuai standar kesehatan

Menurut Mujiman (2006:70) tujuan khusus dari program pelatihan

merupakan rincian berupa kemampuan-kemampuan khusus yang bersifat teknis

dari tujuan umum pelatihan. Tujuan program pelatihan pembuatan masker

berpedoman pada Taksonomi Bloom yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Sesuai dengan pendapat Sutarto (2013:30) bahwa penyusunan

tujuan program pelatihan diarahkan pada ranah pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Dalam aspek kognitif pelatihan ini memberikan pengetahuan mengenai

Page 117: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

103

desain masker yang sesuai dengan standar kesehatan, dalam aspek afektif

pelatihan mendisiplinkan peserta dengan mengikuti protokol kesehatan, hal ini

sesuai dengan pendapat Andriani & Ghati (2018:69) bahwa dalam aspek afektif

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yang mencakup watak

perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pengelola mengenai tujuan pelatihan dalam aspek

psikomotorik pelatihan yakni memberikan keterampilan dalam membuat masker

sesuai standar kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahrul, Rini, &

Fatmariani (2019) dalam dunia pendidikan, aspek psikomotorik terdapat dalam

mata pelajaran praktik, yang artinya tujuan pelatihan pembuatan masker

ditekankan untuk mengembangkan keterampilan atau aspek psikomotorik.

Penetapan jadwal pelaksanaan pelatihan dan tempat pelaksanaan pelatihan

didasarkan pada identifikasi pelatihan. Identifikasi persyaratan peserta dilakukan

untuk menentukan durasi pelatihan. persyaratan tersebut salah satunya yaitu

peserta harus memiliki kemampuan dasar menjahit, sehingga durasi pelatihan

hanya dibuat 80 jam pelajaran, dalam waktu 10 hari. Sesuai identifikasi awal

mengenai ketersediaan workshop, tempat pelatihan menggunakan ruang jahit di

UPTD BLK Mijen. Pengelola menetapkan BLK Mijen sebagai tempat pelatihan

karena sudah tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelatihan. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Oktarina (2016:9) bahwa tempat yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan dapat mendukung pencapaian tujuan pelaihan melalui

pelaksanaan pelatihan yang tepat, jadi menentukan waktu dan tempat pelatihan

dapat menentukan keberhasilan sebuah pelatihan.

Page 118: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

104

Tahapan selanjutnya adalah perencanaan persiapan program. Persiapan yang

direncanakan diantaranya bahan ajar sesuai dengan program pelatihan yang akan

dilaksanakan. Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar cetak berupa buku

informasi. Sesuai dengan pendapat Sumini (2018:76) “Modul pelatihan

berorientasi pada pelatihan berbasis kompetensi yang diformulasikan menjadi tiga

buku yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian”. Didalam buku

informasi memuat unit-unit kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan. Unit

kompetensi yang ada dalam buku informasi didasarkan pada SKKNI no 305 tahun

2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok

Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Bahan ajar dibuat

oleh Kemnaker, jadi di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang hanya mencetak

bahan ajar yang telah ditetapkan.

Untuk unit kompetensi yang terdapat dalam buku informasi ada 4, yaitu :

(1) Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3)

C.141110.044.02

(2) Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

(3) Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

(4) Pembuatan Masker

Setelah menyiapkan bahan ajar, pengelola menetapkan metode dan media

pembelajaran. Penetapan didasarkan pada materi yang ada di buku informasi,

sesuai dengan pendapat Alfiati & Kisworo (2017:108) yaitu “Pemilihan metode

pembelajaran juga disesuaikan dengan materi dan kondisi pada kegiatan

pembelajaran”. Teori diberikan secara lisan dengan model ceramah dilanjutkan

Page 119: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

105

dengan praktik agar mempercepat proses pembuatan masker. Tidak ada diskusi

kelas, penugasan kelompok, atau yang lainnya. Menentukan metode juga dengan

mempertimbangkan waktu pelatihan dan tujuan pelatihan agar bisa tercapai, salah

satunya memenuhi target pembuatan 2000 masker dalam waktu 10 hari pelatihan.

Dengan penggunaan metode ceramah dan praktik, diharapkan tujuan pelatihan

dapat tercapai dengan maksimal, hal ini sesuai dengan pendapat Astorini & Rifai

(2018:41) bahwa penggunaan kedua metode tersebut dapat mencapai tujuan

peltihan yang menekankan ke keterampilan peserta.

Media pembelajaran juga ditetapkan menyesuaikan dengan pelatihan yang

dilaksanakan dan kebutuhan pelatihan. Pengelola menyiapkan whiteboard untuk

proses penyampaian materi oleh instruktur, dan untuk praktik pengelola

menyiapkan alat jahit, mesin obras, dan mesin jahit sesuai jumlah peserta

pelatihan. Media yang disiapkan oleh pengelola diharapkan dapat mempermudah

peserta dalam proses penerimaan materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sudjana (2007:162) fungsi dari media pembeajaran adalah menyederhanakan,

memfokuskan pelatihan, materi lebih mudah diingat, dan menghemat waktu.

Pengelola menetapkan instruktur pelatihan yang sesuai dengan bidang latih

berdasarkan identifikasi kebutuhan instruktur. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2013 yakni “...instruktur yang telah direkrut, maka harus ditempatkan sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki...”. Untuk pelatihan pembuatan masker,

instruktur harus menguasai materi pembuatan masker, instruktur sudah

berpengalaman dan memiliki sertifikat dari BNSP. Instruktur yang akan melatih

Page 120: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

106

harus memahami etika profesi, bisa menyampaikan materi dengan baik,

komunikatif, jadi mempermudah pelatihan, dan bisa menjadi contoh yang baik

untuk peserta. Hal ini sesuai dengan Kurniastuti & Roesminingsih (2019) yang

menyatakan bahwa tugas instruktur tidak hanya menyampaikan materi, namun

juga menanamkan konsep yang sesuai dari materi pembelajaran, serta dalam

belajar peserta dapat terarah agar ilmu yang diperoleh peserta bisa bermanfaat di

kehidupan sekarang maupun masa mendatang. Pemilihan instruktur tidak

menggunakan seleksi, instruktur ditunjuk oleh BLK langsung dan jumlah

instruktur disesuaikan dengan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker hanya

dilaksanakan 10 hari dan hanya satu paket pelatihan, jadi instruktur yang

dibutuhkan hanya satu orang saja.

Pembuatan jadwal mengajar didasarkan pada materi yang ada dibahan ajar,

sesuai dengan unit kompetensi paling dasar dan disesuaikan dengan materi mana

yang lebih di prioritaskan. Jadwal pembelajaran diprioritaskan ke unit kompetensi

pembuatan masker dengan alokasi waktu yang panjang, sedangkan unit

kompetensi lain mendapat alokasi waktu lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Santoso (2010:13) bahwa materi atau topik yang menjadi prioritas

akan mendapatkan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan topik

atau materi yang lainnya. Alokasi waktu pelatihan di unit kompetensi 1,2, dan 3

hanya sekilas, dan alokasi waktu pelatihan unit kompetensi ke 4 lebih banyak.

Waktu pelaksanaan seluruh kegiatan pelatihan disusun dalam matrik

pelatihan. Pengelola menetapkan waktu pelaksanaan mulai dari jadwal rapat

bulanan, jadwal rekruitmen, jadwal pelaksanaan pelatihan, dan jadwal monitoring

Page 121: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

107

evaluasi. Rapat bulanan dilakukan oleh pengelola dan instruktur untuk

berkoordinasi mengenai pelaksanaan pelatihan.

Perencanaan dilakukan untuk menetapkan waktu pelaksanaan evaluasi.

evaluasi yang akan dilaksanakan sudah ditetapkan standarnya oleh BBPLK

Semarang. Evaluasi tersebut diantaranya evaluasi terhadap instruktur, sarana

prasarana dan materi pembelajaran dengan pengisian formulir yang dilakukan

oleh peserta pelatihan.. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (2006:141-

142) yang menyebutkan macam-maca evaluasi dalam pelatihan, bebrapa

diantaranya adalah evaluasi pretes, formatif, sumatif, evaluasi terhadap instruktur,

dan evaluasi program pelatihan. Pengelola menetapkan waktu pelaksanaan

evaluasi sehari sebelum pelatihan selesai. Bentuk evaluasi berupa kuisioner.

Evaluasi keluaran pelatihan juga akan dilaksanakan 6 bulan sampai 1 tahun

kedepan dengan cara online.

Anggaran pelatihan pembuatan masker ini berasal dari APBN (Anggaran

Pendapatan Belanja Negara). Perencanaan anggaran pelatihan tidak dilaksanakan

oleh UPTD BLK Disnaker Kota Semarang, perencanaan anggaran sepenuhnya

dilakukan oleh BBPLK Semarang. Dana pelatihan atau DIPA yang berasal dari

APBN diserahkan kepada BBPLK yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan

tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat. BBPLK bertanggung jawab penuh

terhadap anggaran yang akan digunakan dalam program pelatihan di BLK.

Namun BLK bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pelatihan yang

telah disahkan. Hal ini sesuai pernyataan Widyastuti (2012) bahwa BLK tidak

Page 122: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

108

melakukan perencanaan anggaran, namun bertanggung jawab penuh terhadap

pelaksanaan program pelatihan.

4.2.1.2 Pengorganisasian

Sutarto (2013) bahwa dalam penyelenggaraan pelatihan akan berjalan

efektif dan efisien apabila anggota pengelola melaksanakan tugas sesuai dengan

job describsion. Sebelum melaksanakan pelatihan, UPTD BLK Kota Semarang

mempersiapkan sumber yang akan digunakan dalam pelatihan baik sumber

manusiawi dan non-manusiawi. Berdasarkan hasil wawancara, pembagian tugas

dan wewenang kepada pengelola disesuaikan dengan jabatan masing-maising.

Berdasarkan hasil wawancara, Ka BLK sebagai penanggung jawab pelatihan

menjahit (pembuatan masker), merencanakan, memimpin, mengkoordinasikan,

mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelatihan menjahit. Sub Bagian

Tata Usaha bertugas merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

pelatihan. dalam sub bagian TU dibagi menjadi dua jabatan yaitu bendahara dan

pelaksana pelatihan. Bendahara bertugas mengurus bagian keuangan, terhitungan

kebutuhan pelatihan, dan pelaporan keuangan. Pelaksana bertugas merencanakan,

mempersiapkan pelatihan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

pelatihan.

Selain menyiapkan SDM, pengelola juga mempersiapkan sumber non-

manusiawi seperti fasilitas untuk menunjang pelatihan. Sebelum pelaksanaan,

pengelola juga harus mengorganisasikan sumber non-manusiawi. Baik fasilitas

yang menunjang pelatihan mulai dari ruang seleksi, persyaratan peserta, fasilitas

untuk peserta, dan ruang pelatihan serta pengecekan kondisi mesin yang akan

Page 123: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

109

digunakan untuk pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari & Ilyas,

(2015) bahwa dalam pengorganisasian pelatihan dilakukan dengan pembagian

tugas dan wewenang kepada anggota organisasi untuk melaksanakan tugasnya

dalam pelaksanaan pelatihan. Adapun fasilitas untuk peserta pelatihan : bahan

pelatihan; makan siang; seragam; ATK; sertifikat; transport di akhir pelatihan.

Kriteria Peserta Pelatihan:

(1) Sehat jasmani dan rohani

(2) Memiliki kemampuan dasar menjahit

(3) Warga Kota Semarang

(4) Usia produktif

(5) Mengisi surat pernyataan kesanggupan mengikuti protokolkesehatan

selama mengikuti pelatihan

4.2.1.3 Pelaksanaan

Menutur Sudjana dalam Astorini (2016:220) menyebutkan fungsi dari

pelaksanaan pelatihan “fungsi pelaksanaan adalah mewujudkan tingkat

penampilan dan partisipasi yang tinggi dari setiap pelaksanaan yang terlibat dalam

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Pelaksanaan

adalah keseluruhan usaha, cara, teknik, metode dalam mendorong anggota

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disampaikan oleh Jamna

(2020) bahwa keberhasilan dari suatu pelatihan tidak hanya diukur dari

kelengkapan desain perencanaan saja, namun lebih dipengaruhi oleh pelaksanaan

pelatihan.

Page 124: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

110

Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan program pelatihan pembuatan

masker dimulai dari seleksi peserta pelatihan. Proses rekruitmen dilakukan dengan

beberapa tahap mulai dari pendaftaran, pemanggilan seleksi, tes, pengumuman,

dan setelah itu peserta bisa mengikuti pelatihan. Tujuan dari proses seleksi adalah

untuk mengetahui kompetensi awal calon peserta. Hal ini sesuai dengan Sudjana

(2007:201) yang menyatakan bahwa tes awal dilakukan untuk mengetahui

kompetensi awal peserta pelatihan mulai dari pengetahuan, sikap, dan nilai calon

peserta sebelum mengikuti pelatihan. Seleksi dilaksanakan secara langsung di

UPTD BLK Gayamsari dengan tes tertulis. Tidak ada tes wawancara ataupun

praktik untuk menghindari kontak fisik dan tetap menjaga jarak. Rekruitmen

dilaksanakan sesuai adwal yang telah ditetapkan, peserta yang mendapat

panggilan lolos seleksi mendapatkan fasilitas yang akan digunakan dalam

pelatihan.

Setelah melewati proses seleksi, tahap selanjutnya adalah proses

pembelajaran. Hidayatun dkk (2019) menyebtukan bahwa kualitas belajar peserta

didik yang baik dan berdaya saing dipengaruhi oleh manajemen pembelajaran

yang baik. Pelatihan dilaksanakan dengan alokasi 80 JP delaksanakan selama 10

hari dari tanggal 15 Juni sampai 26 Juni 2020, hari Senin sampai Jumat, dan

dimulai dari jam 08.00 sampai jam 13.00. Proses pembelajaran mencakup metode

dan media pelatihan. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi

pelatihan pembuatan masker dengan cara ceramah, kemudian dilanjutkan dengan

praktik. Praktik diperbanyak untuk mempercepat proses pembuatan masker dan

tujuan pembelajaran adalah memberi keterampilan kepada peserta pelatihan.

Page 125: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

111

Menurut hasil wawancara, pembelajaran lebih di mengacu ke metode paktik,

presentasenya sebanyak 85% praktik dan 15% teori. Meski demikian, peserta

pelatihan pembuatan masker tidak merasa kesulitan dengan metode tersebut

karena memang sudah mempunyai kemampuan dasar menjahit, jadi bisa

mengikuti dengan baik. Berdasarkan pernyataan Mujiman (2006:82) penggunaan

metode ceramah dapat membuat peserta menjadi bosan, ini merupakan kelemahan

dari metode ceramah, dalam hal ini perlu adanya pengurangan kelemahan metode

ceramah. Sesuai dengan hasil wawancara, bahwa dalam pembelajaran pelatihan

pembuatan masker, ceramah dalam penyampaian materi hanya sekilas sebagai

pemberian dasar teori sehingga peserta tidak merasa lelah san bosan.

Pelatihan pembuatan masker tidak memakai alat bantu dalam

menyampaikan materi. Materi pembelajaran disampaikan secara lisan tanpa

menggunakan proyektor ataupun whiteboard meskipun sudah disediakan oleh

BLK. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi bahwa

praktik dalam pelatihan pembuatan masker menggunakan beberapa alat bantu

pembelajaran seperti alat bantu jahit (gunting, pendedel, pola), mesin jahit yang

dipegang tiap peserta pelatihan, dan mesin obras. Media praktik yang digunakan

sudah sesuai dengan kebutuhan pelatihan pembuatan masker, dengan

menggunakan alat jahit tersebut, dapat membantu peserta dalam mempraktikkan

pembuatan masker. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astorini (2016) bahwa

dalam menggunakan media pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan, situasi,

dan kondisi pembelajaran.

Page 126: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

112

Berdasarkan hasil wawancara dengan instruktur, diperoleh informasi bahwa

materi yang disampaikan oleh instruktur dalam pelatihan pembuatan masker

sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam bahan ajar. Bahan ajar yang

berupa buku informasi ini sudah dilengkapi dengan gambar yang mempermudah

peserta dalam memahami materi. Fasilitas yang diberikan kepada peserta

pelatihan yakni ATK, tas, seragam, bahan pelatihan, alat bantu jahit, makan siang,

dan sertifikat dari BLK. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk pelatihan

pembuatan masker ada ruang pelatihan, yang bersisi 16 mesin jahit yang dipegang

tiap peserta pelatihan, dan satu mesin obras. Berdasarkan hasil wawancara dengan

instruktur pelatihan, sarana dan prasarana yang disediakan oleh BLK sudah sangat

maksimal, sesuai dengan kebutuhan pelatihan pembuatan masker

Setelah proses pembelajaran pelatihan dilaksanakan, yang biasa dilakukan

adalah penilaian peserta atau tes akhir peserta pelatihan. Seperti menurut Sudjana

(2007:206) bahwa tes akhir ini dilaksanakan dalam setiap materi pelatihan, dan

dalam gabungan seluruh materi pelatihan. Menurut Wahyuni & Sutarto (2018)

bahwa dalam penilaian hasil belajar aspek yang dinilai adalah pemahaman materi

dan praktik menjahit dan penilaian tersebut dilakukan oleh instruktur. Menurut

hasil wawancara dengan instruktur pelatihan, penilaian peserta tidak dilaksanakan

secara tertulis, penilaian dilakukan secara langsung oleh instruktur dengan melihat

hasil jahitan peserta apakah sudah sesuai dan tercapai unit kompetensinya. .

Apriani & Suminar (2015:4) penilaian yaitu perbandingan dan pengukuran hasil

pekerjaan dengan standar yang ditetapkan. Penilaian dalam bentuk praktik ini

dilakukan oleh instruktur terhadap peserta pelatihan dengan mengukur

Page 127: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

113

kemampuan peserta pelatihan melalui praktik pembuatan masker, untuk

mengukur sejauh mana peserta sudah menguasai tiap unit kompetensi yang ada

dalam materi pembelajaran. penilaian ini dilaksanakan disaat pelaksanaan

pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Auliana (2010) bahwa penilaian

pelatihan dengan cara praktik dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta

saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan hasil

wawancara dengan instruktur, peserta pelatihan sudah mampu membuat masker

sesuai dengan standar kompetensi, walapun ada perbedaan kecepatan produksi

tiap peserta, karna kemampuan tiap peserta berbeda-beda. Namun target

pembuatan 2000 masker telah terpenuhi selama 10 hari pelatihan. Peserta yang

mampu membuat masker sesuai dengan standar dalam buku informasi, dianggap

sudah mencapai unit kompetensi dan layak mendapat sertifikat dari BLK.

Ada beberapa pertimbangan mengapa tidak dilaksanakan Uji Kompetensi,

dikarenakan pelatihan yang dilaksanakan adalah pelatihan pembuatan masker

dengan tujuan peserta mampu membuat masker sesuai standar kesehatan, dan

fokus agar peserta pelatihan mampu berwirausaha, jadi uji kompetensi dirasa

tidak terlalu diutamakan. Selain itu pelatihan merupakan pelatihan refocusing

sebagai bentuk kegiatan tanggap Covid-19 dan hanya dilaksanakan 10 hari saja,

tidak seperti pelatihan berbasis kompetensi lainnya yang dilaksanakan 20-30 hari,

jadi dengan waktu yang singkat, tidak memungkinkan melaksanakan uji

kompetensi. Untuk mengukur ketercapaian tiap unit kompetensi, penilaian

dilakukan dengan cara evaluasi praktik dan pemantauan saja.

Page 128: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

114

4.2.1.4 Pengawasan

Saat pelaksanaan pelatihan, pengawasan diperlukan untuk memantau

proses pelatihan agar sesuai dengan tujuan awal pelatihan dan memastikan tidak

ada kendala, dan jika ada kendala maka akan langsung diperbaiki agar pelatihan

dapat berjalan dan tujuan pelatihan tercapai. Pengawasan menurut Sudjana (2000)

merupakan sebuah upaya dalam memantau pencapaian hasil pelatihan, selain itu

pengawasan juga dapat digunakan untuk melakukan identifikasi baru mengenai

pelatihan yang sedang dilaksanakan dan memberi masukan untuk perencanaan

selanjutnya.

Pengawasan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dilakukan selama

pelatihan berlangsung dan setelah pelatihan selesai. Berdasarkan hasil wawancara

pengawasan dilakukan oleh pengelola pelatihan dengan mengunjungi tempat

pelatihan di UPTD BLK Mijen untuk mengawasi proses pelatihan dan mengecek

apakah ada kendala selama pelatihan. Monitoring juga dilakukan oleh BBPLK

Semarang, dilakukan tiga hari sebelum pelatihan ditutup untuk mengawasi

pelaksanaan pelatihan, sekaligus mengevaluasi pelatihan yang dilaksanakan.

Setelah pelatihan pengawasan tetap dilakukan yaitu setelah peserta lulus dan

mendapat sertifikat, peserta masih akah dipantau untuk mengetahui keberlanjutan

dari pelatihan dalam menerapkan hasil pelatihan pembuatan masker. Monitoring

dilakukan 6 bulan dampai dengan 1 tahun setelah pelatihan. Kondisi pandemi ini

mengharuskan monitoring dilaksanakan secara online. Pengelola membuat grup

whatsapp dengan instruktur dan peserta pelatihan sebagai ajang sharing bagi

Page 129: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

115

peserta mengenai kesempatan kerja yang telah diperoleh maupun wirausaha yang

dilakukan peserta.

Selain pengawasan tersebut, pengelola juga mengadakan rapat bulanan

untuk memonitoring dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan disetiap

bulannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Astorini & Rifai (2018) bahwa

pengawasan dilakukan dengan melihat seberapa jauh perkembangan pelatihan,

baik dari segi instruktur maupun peserta pelatihan.

4.2.1.5 Evaluasi Pelatihan

Setelah perencanaan dan pelaksanaan pelatihan, tahap selanjutnya adalah

evaluasi terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan. Evaluasi akhir ini

dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas pelatihan, seperti yang diungkapkan

oleh Sutarto (2013:86) bahwa evaluasi akhir dilakukan untuk mengukur hasil

efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pelatihan.

Evaluasi pelatihan pembuatan masker diantaranya evaluasi terhadap

instruktur, evaluasi sarana prasarana, dan evaluasi materi pembelajaran.

Berdasarkan dokumentasi, peserta juga melakukan penilaian terhadap pelayanan

UPTD BLK terhadap maskarakat.

Adapun evaluasi yang dilakukan oleh pengelola kepada peserta pelatihan

dengan cara observasi atau pemantauan. Evaluasi ini dilakukan dengan cara

memantau sejauh mana para lulusan memanfaatkan hasil pembelajaran dalam

pelatihan pembuatan masker dalam lingkungan kehidupannya. Dengan hasil

pemantauan, dapat dilakukan analisis kembali mengenai kebutuhan pelatihan.

Sesuai dengan pernyataan Sudjana (2007:211) bahwa dalam evaluasi dengan

Page 130: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

116

tahap observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan perolehan

selama pembelajaran pada lingkungan kehidupan dan pekerjaannya. Pemantauan

peserta pelatihan dilakukan melaui grup whatsapp pengelola, instruktur, dan

peserta pelatihan.

Hasil wawancara dengan pengelola pelatihan memberikan informasi

mengenai evaluasi terhadap instruktur. Evaluasi ini dilakukan dalam bentuk

kuisioner yang diisi oleh peserta pelatihan mengenai penguasaan materi dan cara

instruktur menyampaikan materi pembelajaran. Tujuan dari evaluasi instruktur

adalah untuk mengetahui kekurangan instruktur dalam pembelajaran dan sebagai

perbaikan dipelatihan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujiman

(2006:146) bahwa evaluasi terhadap instruktur dilaksanakan untuk perbaikan

kualitas performa instruktur pelatihan dimasa selanjutnya.

Sama halnya dengan evaluasi instruktur, evaluasi terhadap sarana dan

prasarana, dan evaluasi materi juga dilakukan oleh peserta pelatihan untuk

mengetahui kualitas sarana prasarana dan materi pembelajaran yang telah

digunakan, apakah ada kekurangan yang bisa ditindak lanjuti oleh pengelola

dengan perbaikan di pelatihan selanjutnya. Evaluasi tersebut dilaksanakan sehari

sebelum pelatihan selesai, peserta pelatihan diminta mengisi kuisioner tanpa harus

mengisi nama mereka, sehingga mengurangi keengganan peserta pelatihan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Mujiman (2006:146) bahwa kendala terbesar dalam

evaluasi ini adalah kejujuran peserta dalam memberikan penilaian, peserta

enggan memberi jawaban yang sebenarnya dikarenakan peserta harus

mencantumkan nama mereka. Dengan demikian cara yang dilakukan dalam

Page 131: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

117

evaluasi tersebut dapat memberi kenyamanan peserta dalam mengisi kuisioner

evaluasi dengan jujur.

Evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja, namun belum ada

penyaluran kerja. Peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan diharapkan bisa

membuka usaha secara mandiri, maupun membuka lapangan kerja bagi orang

lain. Evaluasi keluaran dilaksanakan setelah 6 bulan sampai satu tahun setelah

pelatihan. Hasil penilaian terhadap keluaran pelatihan digunakan sebagai

pertimbangan untuk pelatihan selanjutnya.

4.2.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Penyelenggaraan suatu program pelatihan dapat berjalan dengan efektif

dan efisien didukung dengan perencanaan yang baik dan pelaksanaan pelatihan

yang sesuai dengan perencanaan tanpa adanya hambatan. Pelatihan pembuatan

masker yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang berjalan

sesuai dengan perencanaan meskipun pelatihan ini merupakan pelatihan

refocusing tanggap Covid-19 yang tidak direncanakan sama sekali diawal

perencanaan tahun anggaran 2020. Hal ini dapat terjadi dengan adanya beberapa

keunggulan manajemen pelatihan yang ada di UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang.

Perencanaan yang dibuat sudah semaksimal mungkin dengan

mempersiapkan segala kebutuhan pelatihan walaupun ditengah pandemi Covid-

19. Perencanaan dilaksanakan secara tatap muka dengan mematuhi protokol

kesehatan. Pelaksanaan pelatihan juga dilaksanakan secara tatap muka dengan

mematuhi protokol kesehatan. Sebelum memasuki gedung pelatihan, baik peserta,

Page 132: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

118

instruktur, maupun pengelola harus mencuci tangan dengan sabun, cek suhu

tubuh, menggunakan hand sanitizer dan menggunakan masker. Dengan metode

yang digunakan pelaksanaan KBM lebih optimal dan tujuan pelatihan tercapai.

Target pembuatan 2000 masker terpenuhi dalam waktu pelatihan 10 hari. Dalam

waktu singkat, peserta pelatihan mampu membuat masker sesuai dengan standar

kesehatan. Beberapa peserta pelatihan sudah menggunakan kemampuan yang

diperoleh dari pelatihan sebagai bekal berwirausaha, yaitu peserta sudah mampu

membuka usaha dan menerima pesanan masker meski peserta masih dalam tahap

pelatihan. Hal tersebut tentu saja didukung dengan manajemen pelatihan yang

baik, dan identifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

BLK Kota Semarang juga melakukan kerja sama dengan Disnaker kota

semarang dalam penyaluran kerja, baik jobfair maupun pembukaan lowongan

kerja melalui website yang ada di Disnaker Kota Semarang yang bekerja sama

dengan perusahaan-perusahaan yang sedang mencari tenaga kerja. Selain itu

Disnaker juga membuka Jobcafe, peserta lulusan BLK dapat mendaftarkan

pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan telah memenuhi syarat

dari perusahaan. Salah satunya dalam bidang menjahit, BLK bekerja sama dengan

PT Global Kapital Investama dengan membuka lowongan kerja melalui website

Disnaker Kota Semarang. BLK juga bekerja sama dengan BBPLK Semarang

dengan melakukan Jobfair. Namun pada pelatihan pembuatan masker ini, belum

adanya penyaluran kerja, peserta dituntut untuk membuka peluang usaha secara

mandiri.

Page 133: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

119

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

menyimpulkan dalam manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK

Disnaker Kota Semarang melalui beberapa tahap yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pelatihan. Ditengah

pandemi Covid-19 manajemen pelatihan dilaksanakan secara tatap muka dengan

beberapa pembatasan dan ada juga yang dilaksanakan secara online. Pelatihan

hanya dilaksanakan selama 80JP dan berasal dari dana APBN. Seleksi yang

dilakukan hanya dengan tes tertulis tanpa wawancara maupun praktik seperti

biasanya, hal ini dilakukan untuk mengurangi interaksi dengan peserta pelatihan

dalam mematuhi protokol kesehatan. Pelaksanaan pelatihan mengacu pada buku

informasi yang ditetapkan oleh Kemnaker. Pengawasan setelah pelatihan

dilaksanakan secara online melalui whatsapp grup sebagai ajang sharing untuk

memantau peserta setelah mendapatkan bekal pelatihan. Evaluasi peserta

pelatihan tidak dilaksanakan dengan uji kompetensi, namun dilaksanakan secara

langsung oleh instruktur melalui praktik. Namun belum ada tindak lanjut

mengenai penyaluran kerja.

Faktor pendukung ketercapaian tujuan pelatihan dengan adanya identifikasi

yang sesuai kebutuhan masyarakat, instruktur yang sesuai, dan peserta yang

memiliki keterampilan dasar sehingga tercapai target pembuatan 2000 masker

dalam waktu 10 hari.

Page 134: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

5.1 Saran

Setelah memperoleh simpulan dari hasil penelitian, maka penulis sampaikan

saran-saran kepada lembaga sebagai berikut :

5.1.1 Menginformasikan secara luas mengenai pelaksanaan pelatihan, dengan

penyebaran informasi kepada masyarakat baik melaui media sosial,

pamflet, ataupun sosialisasi sehingga semua masyarakat Kota Semarang

bisa mengetahui informasi pelatihan dan agar sasaran pelatihan sesuai.

5.1.2 Melakukan penilaian terhadap peserta pelatihan dengan cara tertulis oleh

instruktur agar instruktur memperoleh data tentang kemajuan peserta

pelatihan dan penilaian tersebut dapat digunakan untuk laporan hasil

belajar kepada pengelola pelatihan.

5.1.3 Mengadakan penyaluran kerja atau pembuatan kelompok usaha oleh BLK

sehingga keterampilan yang dimiliki peserta pelatihan dapat tersalurkan,

dan tujuan pelatihan dalam mengurangi angka pengangguran dapat

tercapai secara maksimal.

Page 135: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

121

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M. H. (2016). Analisis Perencanaan Anggaran Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Pada Pemerintah Kabupaten Balang Provinsi Kalimantan

Selatan. Jurnal Ilmu Administrasi, 13(2), 367–388. Retrieved from

http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/92/pdf

Akbar, M., Farid, M., & Ilyas, M. (2017). Efektifitas Penyebaran Informasi

Rekrutmen Peserta Didik Pelatihan Berbasis Kompetensi Pada Balai

Latihan Kerja Kab. Majene. Jurnal Komunikasi Kareba, 6(1), 162–173.

Alfiati, D. A., & Kisworo, B. (2017). Manajemen Pelatihan Praseleksi Program

Pemagangan Ke Jepang Di Lembaga Pelatihan Kerja Jiritsu. Jurnal

Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 4(2), 101–118.

Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/267824707.pdf

Almareza, S. (2016). Perencanaan Pelatihan Keterampilan Kecakapan Hidup di

Desa Vokasi Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Universitas Negeri Semarang.

Andriani, M. W., & Ghati, E. W. (2018) Pelatihan Pengembangan Instrumen

Penilaian Afektif Sebagai Acuan Layanan Bimbingan Pribadi Siswa. Jurnal

Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(2), 68–76. Retrieved from

http://194.59.165.171/index.php/JA/article/view/340

Anugerah, S. Y. (2015). Perumusan Tujuan dan Manfaat Pelatihan. Retrieved

from

https://www.academia.edu/34743805/perumusan_tujuan_dan_manfaat_pela

tihan

Apriani, F., & Suminar, T. (2015). Manajemen Penyelenggaraan Program Bina

Keluarga Remaja Melalui Kegiatan Keterampilan Merajut di RW 06

Kelurahan Bandarjo Ungaran Barat. Jurnal of Non Formal Education and

Comunity Empowerment, 4(1), 1–6

Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2010). Evaluasi Program Pendidikan (2nd ed.).

Jakarta: Bumi Aksara.

Arini, & Maesaroh. (2019). Analisis Kinerja UPTD BLK Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Semarang dalam Menjalankan Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Journal of Public Policy and Management Review, 8(2), 184–205.

Armiani, S., Fajri, S. R., Sukri, A., & Pidiawati, B. Y. (2020). Pelatihan

Pembuatan Masker Sebagai Upaya Antisipasi Penyebaran Covid-19 di Desa

Anyar Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Hasil Pengabdian & Pengabdian

Page 136: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

122

Kepada Masyarakat, 1(1), 22–27. Retrieved from

http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/jpu

Aryanto, V. D. W. (Ed.). (2013). Manajemen dalam Konteks Indonesia.

Yogyakarta: Kanisus.

Astorini, I. D. (2016). Penyelenggaraan Program kursus Musik (Studi Pada LKP

Lily’s Music School Semarang). Universitas Negeri Semarang. Retrieved

from file:///E:/skripsi/topik 2/referensi/skripsi/pelaksanaan/pelaksanaan

pelatihan baby sitter.pdf

Astorini, I. D., & Rifai, A. (2018). Penyelenggaraan Program Kursus Musik

(Studi Pada Lembaga Lily’s Music School Semarang). Jurnal Eksistensi

Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 35–45. Retrieved from

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-Plus/article/viewFile/3514/2606

Auliana, R. (2010). Pelatihan Pengolahan Bekatul Sebagai Makanan Fungsional

dalam Pembuatan Aneka Makanan di Kelurahan Wedomartani Kecamatan

Ngemplak Sleman Yogyakarta. Inotek, 14(1), 55–65. Retrieved from

https://journal.uny.ac.id/index.php/inotek/article/view/2284

Brandl, R., Alvarado, A., & Peltomaa, A. (2019). Evaluating Efficacy of

Environmental Education Programming. School Science and Mathematics,

119(2), 83–93. https://doi.org/10.1111/ssm.12319

Badan Pusat Statistik. (2020). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2019

(pp. 1–8). pp. 1–8.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia

Februari 2020. Retrieved from

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-

pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-4-99-persen.html

Coetzee, N., Staden, H. Van, & Oldewage, W. (2019). Reviewing sewing training

materials for participants of rural income generating projects. Journal of

Consumer Sciences, 4, 1–16.

Dewi, N. A. P., & Utami, S. (2020). Perancangan Masker Kain Sebagai Alat

Pelindung Diri dalam Sistem Sustainable Fashion. Jurnal Da Moda, 1(2),

32–41. Retrieved from https://jurnal.std-

bali.ac.id/index.php/damoda/article/view/81/59

Dunung R, A., Susilawati, & Zulfiati. (2016). Evaluasi Program Pelatihan

Berbasis Kompetensi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja

Karawang (Penerapan Model Evaluasi CIPPO). Jurnal Pendidikan Teknik

Page 137: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

123

Dan Vokasional, 2(1), 38–45. Retrieved from file:///D:/10Downloads/8225-

Article Text-15823-1-10-20180802.pdf

Elyadi, P., & Wardoyo, P. (2018). Upaya Peningkatan Kompetensi : Dampak

Pelatihan Bersubsidi Serta Peran Instruktur. Jurnal Riset Ekonomi Dan

Bisnis, 11(2), 142–153. Retrieved from

http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article /view/1082/700 ISSN 1979-

4800 (cetak) 2580-8451 (online)

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data (1st ed.). Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Farndale, E., McDonnell, A., Scholarios, D., & Wilkinson, A. (2020). Human

Resource Management Journal : A look to the past , present , and future of

the journal and HRM scholarship. Human Resource Management Journal,

30(1), 1–12. https://doi.org/10.1111/1748-8583.12275

Franita, R. (2016). Analisa pengangguran di indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan

Sosial, 1, 88–93.

Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi.

Jurnal Ilmu Pendidikan, 22(1), 74–79. Retrieved from

file:///D:/10Downloads/8721-11553-1-PB.pdf

Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan

Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Hanafi, M. (n.d.). Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen. In

EKMA4116/MODUL 1 (pp. 1–66). Retrieved from

http://repository.ut.ac.id/4533/1/EKMA4116-M1.pdf

Hasibuan, M. S. P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Hidayatun, A., Rifai, A., & Mulyono, E. S. (2019). Manajemen Pembelajaran

Program Kursus Bahasa Inggris di Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris

Build Better Communication Semarang. Jurnal Pendidikan Dan

Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 6(1), 31–44.

Husaini, A. (2017). Peran Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi.

Jurnal Warta, 51. Retrieved from file:///E:/skripsi/topik

2/referensi/jurnal/nasional akreditasi/manajemen SDM.pdf

Page 138: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

124

Husein, A., & Sutarto, J. (2017). Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga

Kursus dan Pelatihan (LKP) Nissan Fortuna Kabupaten Kudus. Jurnal

Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 2(1), 30–38

Jamna, J. (2020). Pelaksanaan pelatihan keterampilan Modern Dance di Blitz

Dance Studio Padang. Journal of Family, Adult, and Early Childhood

Education, 2(1), 115–121. Retrieved from

http://ejournal.aksararentakasiar.com/in dex.php/jface Penerbit

Jannana, N. S., & Suryono, Y. (2017). Manajemen Program Short Courses. Jurnal

Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 5(1), 82–94. Retrieved from

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc/article/view/8047/5527. p-

ISSN 2337-7895 e-ISSN 2461-0550

Kalsum, U., Afni, N., & Nor, A. R. A. C. (2019). Hubungan Penggunaan Masker

dan Masa Kerja dengan Fungsi Paru Polisi Lalu Lintas di Polres Palu.

Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1), 621–627. Retrieved from

https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/jom/article/view/849

Kamil, M. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (1st ed.; Riduwan, Ed.).

Bandung.

Kemnaker. (2017). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2017.

Kurniastuti, L. R., & Roesminingsih, M. V. (2019). Peran Instruktur dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Pelatihan Tata Rias Pengantin di

Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Jombang. Jurnal Pendidikan Untuk

Semua, 8(1), 1–11. Retrieved from

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-

sekolah/article/view/28472/26051

Lestari, P. A., Hanindharputri, M. A., & Lestari, N. P. E. P. (2020). Gerakan

1.000 Masker untuk Pencegahan Virus Covid 19 di Pasar Yadnya Desa

Adat Kesiman Denpasar Timur. Jurnal Lentera Widya, 1(2), 39–44.

Retrieved from https://jurnal.std-bali.ac.id/index.php/lenterawidya

Mahdiyah, L. (2019). 303 Balai Latihan Kerja Tersebar di Seluruh Indonesia.

Marzuki, M. S. (2012). Pendidikan Nonformal (2nd ed.; G. Waseso, Ed.).

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mayombe, C. (2017). Integrated non-formal education and training programs and

centre linkages for adult employment in South Africa. Australian Journal of

Adult Learning, 57(1), 105–125.

Page 139: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

125

Milia, N. (2020). 4 Jenis Masker untuk Cegah Penularan Corona, Mana yang

Terbaik? Retrieved from tempo.co website:

https://cantik.tempo.co/read/1327285/4-jenis-masker-untuk-cegah-

penularan-corona-mana-yang-terbaik

Moleong, j lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa

Indonesia. Jurnal Sosial Dan Pembangunan, XX(4), 478–492. Retrieved

from https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/153

Mulyadi, M. (2016). Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran dan

Kemiskinan dalam Masyarakat. Journal of Educational Research and

Evaluation 21(3), 221–236. Retrieved from

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/11925/8006

Mujiman, H. (2006). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri (Kamdani,

Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nadya, I. R. (2020). Menaker Minta BLK Gelar Pelatihan dan Produksi Alat

Pencegahan Penyebaran Covid-19. Retrieved from Kompas.com website:

https://money.kompas.com/read/2020/03/24/195631326/menaker-minta-

blk-gelar-pelatihan-dan-produksi-alat-pencegahan-penyebaran

Narbuko, C., & Achmadi, A. (2010). Metodologi Penelitian (11th ed.). Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Nurpitriani, A. (2017). Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Pakaian Dasar Berbasis

Kompetensi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang.

Universitas Negeri Semarang.

Oktarina, S. (2016). Pengelolaan Lembaga Kursus Pelatihan Bordir di Kota Solok

(Studi Kasus Pada Lembaga Kursus Pelatihan Bordir Muslimah Group). E-

Journal Home Economic and Tourism, 11(1), 1–16. Retrieved from

http://103.216.87.80/index.php/jhet/article/view/5821/4550

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun

2009. (2009).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2013. (2013). Retrieved from https://corphr.com/wp-

content/uploads/2016/04/Permenaker-RI-No.-11-Tahun-2013.pdf

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2012. (2012).

Page 140: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

126

Peraturan Walikota Semarang No 65 Tahun 2008 (pp. 1–7). (2008). Semarang.

Prahara, H. (2017). Balai Latihan Kerja, Sarana Mencetak Tenaga Terampil

Berkualitas. Retrieved from Kompas.com website:

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/30/080200126/balai-latihan-

kerja-sarana-mencetak-tenaga-terampil-berkualitas-?page=all

Pratama, D. A., Marjiono, & Indrianti, D. T. (2018). Hubungan Antara

Kompetensi Profesional Instruktur Dengan Hasil Belajar Pada Peserta

Pelatihan di LKP El-Rahma Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Luar

Sekolah, 2(1), 20–22.

Pribadi, B. A. (2014). Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis

Kompetensi (2nd ed.). Jakarta: Prenada Media Group.

Prihantanto, A. (2018). Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan Teknik

Kendaraan Ringan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Kebumen.

Universitas Negeri Semarang.

Priyono. (2007). Pengantar Manajemen (T. Chandra, Ed.). Retrieved from

https://www.researchgate.net/publication/304748841_BUKU_PENGANTA

R_MANAJEMEN

Rahayu, S., & Fakhruddin. (2019). Manajemen Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) sebagai Upaya Meningkatkan Budaya Literasi. Jurnal Eksistensi

Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 4(2), 164–174.

Ramadani, P., & Novrita, S. Z. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan

Menjahit Rok Melalui Media Mock Up di Kelas Tata Busana Siswa SLB

Negeri 2 Padang. Gorgia Jurnal Seni Rupa, 08(1), 203–308.

Rifa’i, A. (2007). Evaluasi Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Samsuni. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jurnal Ilmiah Keislaman

Dan Kemasyarakatan, 17(31), 113–124. Retrieved from

http://ejurnal.staialfalahbjb.ac.id/index.php/alfalahjikk/article/view/19/88

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (1st ed.).

Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Santoso, B. (2010). Skema dan Mekanisme Pelatihan. Retrieved from

https://play.google.com/books/reader?id=bKdABAAAQBAJ&hl=id&pg=G

BS.PP1

Page 141: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

127

Sari, A. Y. R. (2017). Penyelenggaraan Program Pelatihan Baby Sitter Balita di

Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kasih Bintang Timur Kota Semarang

(Universitas Negeri Semarang). Retrieved from file:///E:/skripsi/topik

2/referensi/skripsi/pelaksanaan/pelaksanaan pelatihan baby sitter.pdf

Sarinah. (2017). Pengantar Manajemen. Retrieved from

https://www.academia.edu/34846657/Pengantar_Manajemen

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Riduwan,

Ed.). Bandung: Alfabeta.

Sirodjuddin, K., & Suparman, L. (2013). Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam

Meningkatkan Pendapatan Industri Kreatif Berbasis Pangan Lokal Melalui

Pelatihan Kewirausahaan Di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

Jurnal Empowerment, 2(2252), 25–37. Retrieved from http://e-

journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment/article/view/595/410

Sudarsana, I. K. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah dalam

Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu,

1(1), 1–14. Retrieved from

http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/index/search/search

Sudarsana, I. K. (2017). Membentuk Karakter Anak Sebagai Generasi Penerus

Bangsa melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Agama Dan Budaya,

1(1), 41–48. Retrieved from file:///D:/10Downloads/8-15-1-SM.pdf

Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah

Production.

Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (1st ed.). Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung.

Sumini. (2018). Pengembangan Modul Pelatihan Untuk Meningkatkan Kualitas

Hasil Pelatihan di Balai Latihan Kerja. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan, (April), 75–86. Retrieved from

http://www.jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/semnasmpd/article/view/3025/17

60

Sumual, T. E. M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia (Lia, Ed.). Retrieved

from https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/

Suprijanto. (2007). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sutarto, J. (2013). Manajemen Pelatihan (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.

Page 142: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

128

Syahrul, Y., Rini, A., & Fatmariani. (2019). Pelatihan Pengenalan Tipografi

dalam Meningkatkan Psikomotorik Anak Bagi Siswa Siswi SD Negeri 17

Palembang. Seminar Nasional Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 218–

225. Retrieved from

https://ejurnal.dipanegara.ac.id/index.php/snpmas/article/view/467/410

Tindage, J. (2019). Peranan BLK dalam Menciptakan Peluang Kerja Untuk

Menekan Angka Pengangguran Di Kota Sorong. Jurnal Ekonomi Peluang,

XIII(2), 130–135.

Uhbiyati, N. (2015). A competency-based model of the human resource

development management of ustadz at salaf boarding school. International

Journal of Educational Management, 29(5), 695–708.

https://doi.org/10.1108/IJEM-08-2014-0118

Ulfatin, N., & Triwiyanto, T. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang

Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Umam, K. (2012). Manajemen Organisasi (1st ed.). Bandung: Pustaka Setia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. (2006).

Utomo, A. P., & Tehupeiory, K. P. (2014). Evaluasi Pelatihan dengan Metode

Kirkpatrick Analysis. Jurnal Telematika, 9(2), 37–41. Retrieved from

https://journal.ithb.ac.id/telematika/article/view/84/113

Wahyuni, S., & Sutarto, J. (2018). Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga

Kursus dan Pelatihan Gassebo Kabupaten Kendal. Jurnal Pendidikan Dan

Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 5(2), 23–44.

Wahyuningsih, S., & Sucipto. (2016). Pendapat Peserta Pelatihan terhadap Bahan

Ajar. Jurnal Pendidikan Nonformal, 10(2), 36–46.

Wardhani, C. H., Sumartono, & Makmur, M. (2015). Manajemen

Penyelenggaraan Program Pelatihan Masyarakat ( Studi di Balai Besar

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri di Malang

). Jurnal Sosial Dan Humaniora, 18(1), 21–30. Retrieved from

http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article/view/1082/700 ISSN : 1411-

0199 E-ISSN : 2338-1884

Wedhaswary, I. D. (2020). Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Minta Masyarakat

Gunakan Masker Kain 3 Lapis. Retrieved from Kompas.com website:

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/06/053200665/gugus-tugas-

Page 143: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

129

penanganan-covid-19-minta-masyarakat-gunakan-masker-kain-

3?page=all.%0A

WHO. (2020). Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks Covid-19.

Retrieved from https://www.who.int/docs/default-

source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-

dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=8a209b04_2

Wibowo, M. A. (2017). Efektivitas Pemakaian Masker Terhadap Penurunan

Gejala Faringitis pada Pekerja Tambang yang Terpajan Gas Belerang di

Kawah Ijen Banyuwangi (Universitas Muhammadiyah Malang). Retrieved

from http://eprints.umm.ac.id/41776/

Widyastuti, D. K. (2012). Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan

Institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017). Refleksi Kritis Ideologi Pendidikan

Konservatisme Dan Libralisme Menuju Paradigma Baru Pendidikan.

Journal Of Education Research, 1(4), 283–291. Retrieved from

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/11925/8006

Wulandari, N. A. D., & Ilyas. (2015). Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan

Otomotif dalam Mempersiapkan Warga Belajar Memasuki Dunia Kerja di

BLKI Semarang. Jurnal of Nonformal Education and Community

Empowerment, 4(2), 107–114. Retrieved from

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc/article/view/8047/5527

Page 144: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

LAMPIRAN

Page 145: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

130

Lampiran 1

SK Dosen Pembimbing

Page 146: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

131

Lampiran 2

Surat Ijin Observasi

Page 147: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

132

Surat Ijin Penelitian dari Disnaker

Page 148: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

133

Lampiran 3

Surat Ijin Penelitian

Page 149: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

134

Lampiran 4

Surat Selesai Penelitian

Page 150: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

135

Lampiran 5

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

No Aspek yang di

Observasi

Ada Tidak Keterangan

A. Gambaran Umum UPTD BLK Kota Semarang

1. Latar Belakang

Berdirinya

2. Visi, Misi, dan Tujuan

3. Struktur Organisasi

B. Perencanaan Pelatihan

1. Identifikasi

Kebutuhan

2. Perumusan Tujuan

Pelatihan

3. Media Pembelajaran

Pelatihan

4. Penetapan Waktu dan

Tempat Pelatihan

5. Matriks Pelatihan

C. Pengorganisasian

1. Pembagian tugas

pengelola

2. Persiapan fasilitas

pelatihan

3. Persiapan rekrutmen

D. Pelaksanaan Pelatihan

1. Rekrutmen Peserta

Pelatihan

2. Tempat Pelatihan

3. Bahan Ajar

Page 151: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

136

4. Bahan Pelatihan

5. Metode Pembelajaran

6. Fasilitas Pelatihan

untuk Peserta

7. Sarana Prasarana

8. Penilaian Peserta

E. Evaluasi Pelatihan

1. Uji Kompetensi

2. Form Evaluasi

3. Evaluasi Materi

4. Evaluasi Instruktur

5. Evaluasi Sarana dan

Prasarana

Page 152: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

137

Lampiran 6

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

FOKUS SUBFOKUS INDIKATOR INFORMAN

Manajemen

Program

Pelatihan

Menjahit

(Pembuatan

Masker)

1. Gambaran umum

UPTD BLK Kota

Semarang

1.1. Latar Belakang Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 1.2. Visi Misi Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 1.3. Pelatihan

Menjahit

(Pembuatan

Masker)

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 2. Perencanaan

Program

2.1. Penetapan

Pengelola dan

Staf Pembantu

Program

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 2.2. Tujuan Pelatihan Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

2.3. Penetapan Bahan

Ajar

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.4. Penetapan

Metode Kepala BLK

Kepala TU

Page 153: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

138

Pembelajaran Staf

Instruktur 2.5. Penetapan

Media/Alat Bantu Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.6. Penetapan Cara

Evaluasi Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.7. Penetapan

Tempat dan

Waktu Pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.8. Penetapan

Instruktur Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.9. Penyusunan

Jadwal Pelatihan Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 2.10. Perencanaan

Anggaran

Pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur 3. Pengorganisasian 3.1. Pembagian tugas

dan tanggung

jawab

Kepala BLK

Kepala TU

Staf 3.2 Persiapan

pengelola dan

fasilitas

Kepala BLK

Kepala TU

Staf 4. Pelaksanaan

Pelatihan Menjahit

(Pembuatan

Masker)

4.1. Rekrutmen

Peserta Pelatihan Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

4.2. Bahan Ajar Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

4.3. Metode Kepala BLK

Page 154: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

139

Pembelajaran Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 4.4. Media

Pembelajaran Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 4.5. Sarana dan

Prasarana Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 5. Pengawasan 5.1. Pengawasan

pelaksanaan

pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf 5.2. Pengawasan

setelah pelatihan Kepala BLK

Kepala TU

Staf 6. Evaluasi

Pelaksanaan

Pelatihan

Pembuatan

Masker

6.1. Penilaian Peserta Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 6.2. Evaluasi Materi Kepala BLK

Kepala TU

Staf TU

Instruktur

Peserta

Pelatihan 6.3. Evaluasi

Instruktur Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan 6.4. Evaluasi Fasilitas

dan Sarana

Prasarana

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Page 155: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

140

Pelatihan

6.5. Evaluasi Sistem

dan Metode Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

6.6. Evaluasi

Keluaran

Pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

7. faktor

pendukung

Program Pelatihan

Pembuatan

Masker

7.1. faktor

pendukung

Perencanaan

Program

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

7.2. faktor

pendukung

Pelaksanaan

Pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

7.3. faktor

pendukung

Evaluasi

Pelatihan

Kepala BLK

Kepala TU

Staf

Instruktur

Peserta

Pelatihan

Page 156: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

141

Lampiran 7

Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal :

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Latar Belakang

1. Bagaimana latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?

2. Apa tujuan didirikannya BLK ?

3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?

4. Bagaimana struktur organisasi di UPTD BLK Kota Semarang ?

b. Visi Misi

5. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang

6. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang

c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

7. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?

8. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?

9. Sasaran pelatihan pembuatan masker?

KEPALA BLK

Page 157: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

142

10. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan

masker?

B. Perencanaan Program Pelatihan

11. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?

12. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?

13. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?

a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program

14. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?

15. Kualifikasi seperti apa yang digunakan untuk menetapkan pengelola dan

staf pembantu program ?

16. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan

masker?

b. Tujuan Pelatihan

17. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker

18. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan

19. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,

Psychomotor Domain

20. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,

dan alat evaluasi ?

c. Penetapan Bahan Ajar

21. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker?

22. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses

pembelajaran ?

23. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?

24. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?

25. Bagaimana proses penetapan kurikulum pelatihan ?

26. Apa dasar penetapan kurikulum ?

d. Penetapan Metode Pembelajaran

27. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

28. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Page 158: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

143

e. Penetapan Media/Alat Bantu

29. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?

30. Apa dasar penetapan media pelatihan ?

31. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan

pelatihan ?

32. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

f. Penetapan Cara Evaluasi

33. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?

34. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ini ?

35. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?

36. Apa dasar penggunakan cara evaluasi tersebut ?

37. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

38. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan

masker?

39. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu

pelatihan ?

40. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

41. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

h. Penetapan Instruktur

42. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?

43. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?

44. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?

45. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

46. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?

47. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?

48. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan

kebutuhan peserta ?

49. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?

Page 159: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

144

50. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker?

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

51. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?

52. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran

pelatihan ?

53. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?

C. Pengorganisasian

54. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?

55. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?

D. Pelaksanaan Pelatihan

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

56. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?

57. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

58. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan ?

59. Bagaimana hasil rekrutmen peserta pelatihan pembuatan masker?

b. Bahan Ajar

60. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?

61. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?

c. Metode Pembelajaran

62. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?

63. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?

d. Media Pembelajaran

64. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

65. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

66. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

e. Sarana dan Prasarana

67. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

68. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

69. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Page 160: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

145

f. Penilaian Peserta

70. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan ?

71. Bagaimanakah proses penilaian peserta?

72. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta

pelatihan ?

E. Pengawasan

73. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?

74. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?

F. Evaluasi Manajemen Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

75. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan pembuatan

masker ?

76. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?

a. Evaluasi Materi

77. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?

78. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

79. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?

80. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?

b. Evaluasi Instruktur

81. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?

82. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?

83. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur

pembuatan masker?

84. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam

proses pelatihan ?

85. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

86. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker?

87. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?

Page 161: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

146

88. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana

prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?

89. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker ?

d. Evaluasi Sistem dan Metode

90. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan

pembuatan masker?

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

91. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?

92. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?

93. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta

pelatihan?

G. Faktor pendukung Manajemen Pelatihan

94. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?

95. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

96. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

97. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?

98. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

99. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Page 162: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

147

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal :

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Latar Belakang

1. Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang

2. Tujuan didirikannya BLK

3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?

b. Visi Misi

4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang

5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang

c. Pelatihan Pembuatan Masker

6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker ?

7. Dasar penyelenggaraan pelatihan ?

8. Sasaran pelatihan ?

9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan ini ?

B. Perencanaan Program Pelatihan

10. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?

11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan?

STAF

Page 163: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

148

12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan?

a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program

13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?

b. Tujuan Pelatihan

14. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker ?

15. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan ?

16. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,

Psychomotor Domain?

17. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,

dan alat evaluasi ?

c. Penetapan Bahan Ajar

18. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan ?

19. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses

pembelajaran ?

20. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?

d. Penetapan Metode Pembelajaran

21. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

22. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan ?

23. Mengapa memilih metode tersebut dalam pelatihan ?

e. Penetapan Media/Alat Bantu

24. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?

25. Apa dasar penetapan media pelatihan ?

26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan

pelatihan ?

27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker ?

f. Penetapan Cara Evaluasi

28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?

29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan

30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?

31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan ?

Page 164: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

149

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan ?

33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu

pelatihan ?

34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

h. Penetapan Instruktur

36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?

37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?

38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?

39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker ?

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?

41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?

42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan

kebutuhan peserta

43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?

44. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

45. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan ?

46. Darimana sumber pendanaan pelatihan pembuatan masker ?

C. Pengorganisasian

47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?

48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?

D. Pelaksanaan Pelatihan

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan ?

50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan

51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan yang dibutuhkan ?

b. Bahan Ajar

52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?

Page 165: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

150

c. Metode Pembelajaran

53. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?

54. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?

d. Media Pembelajaran

55. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

56. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

57. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

e. Sarana dan Prasarana

58. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

59. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

60. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab :

f. Penilaian Peserta

61. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan ?

62. Bagaimanakah proses penilaian peserta?

63. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta

pelatihan ?

E. Pengawasan

64. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?

65. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?

F. Evaluasi Pelatihan

66. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan pembuatan

masker ?

67. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?

a. Evaluasi Materi

68. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuata

masker ?

69. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

70. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?

Page 166: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

151

b. Evaluasi Instruktur

71. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan ?

72. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur ?

73. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam

proses pelatihan ?

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

74. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker ?

d. Evaluasi Sistem dan Metode

75. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan

pembuatan masker ?

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

76. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?

77. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?

78. Bagaimana standar kompetensi dari pelatihan pembuatan masker?

G. Faktor pendukung Manajemen Pelatihan

79. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?

80. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

81. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

82. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

83. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Page 167: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

152

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal :

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Pelatihan Pembuatan Masker

1. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?

2. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?

3. Sasaran pelatihan pembuatan masker?

4. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan

pembuatan masker?

B. Perencanaan Program Pelatihan

5. Apakah instruktur terlibat dalam proses perencanaan pelatihan ?

6. Apakah instruktur terlibat dalam identifikasi kebutuhan ?

a. Penetapan Pengelola dan Staf pembantu program

7. Apakah instruktur terlibat dalam penetapan pengelola dan staf pembantu

program ?

b. Penetapan Tujuan

8. Apakah instruktur dilibatkan dalam penetapan tujuan pelatihan ?

INSTRUKTUR

Page 168: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

153

c. Penetapan Bahan Ajar

9. Apakah instruktur terlibat dalam menetapkan bahan ajar pelatihan ?

d. Penetapan Metode Pembelajaran

10. Apakah instruktur menentukan metode yang akan digunakan dalam

pembelajaran ?

11. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

12. Metode seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

e. Penetapan Media/Alat Bantu

13. Apakah instruktur menetapkan media yang akan digunakan dalam

pelatihan ?

14. Bagaimana cara menetapkan media yang akan digunakan ?

15. Apakah penetapan media didasarkan pada kebutuhan pelatihan ?

16. Media apa saja yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

f. Penetapan Cara Evaluasi

17. Apakah instruktur ikut serta dalam merancang evaluasi pelatihan ?

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

18. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan tempat dan waktu

pelatihan ?

19. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

20. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

h. Penetapan Instruktur

21. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan pembuatan masker?

22. Adakah proses seleksi dalam penetapan instruktur ?

23. Apa saja persyaratan untuk menjadi instruktur pelatihan pembuatan

masker?

24. Sejak kapan anda menjadi instruktur di BLK ini ?

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

25. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan jadwal pelatihan

pelatihan ?

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

26. Apakah instruktur ikut serta dalam perencanaan anggaran pelatihan ?

Page 169: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

154

C. Pelaksanaan Pelatihan

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

27. Apakah instruktur ikut serta dalam merekrut peserta pelatihan ?

28. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker?

b. Bahan Ajar

29. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker?

30. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?

31. Apa saja materi yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan ?

c. Metode Pembelajaran

32. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pelatihan pembuatan masker?

33. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

34. Mengapa menggunakan metode tersebut untuk menyampaikan materi

pelatihan ?

d. Media Pembelajaran

35. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

36. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

37. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

e. Sarana dan Prasarana

38. Apa fasilitas yang diberikan?

39. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

40. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

f. Penilaian Peserta

41. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

D. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan

a. Evaluasi Materi

42. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuatan

masker?

43. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

Page 170: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

155

b. Evaluasi Instruktur

44. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan

masker?

45. Apa kompetensi teknis dan metodologis yang anda miliki ?

46. Apakah pelayanan yang anda berikan kepada peserta sudah sesuai

standar ?

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

47. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker oleh instruktur ?

48. Bagaimana prosedur evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?

49. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana

prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?

d. Evaluasi Sistem dan Metode

50. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran

pelatihan yang dilakukan oleh instruktur ?

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

51. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta

pelatihan?

E. faktor pendukung Pelatihan

52. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

53. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

54. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

55. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Page 171: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

156

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal :

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

A. Gambaran umum Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?

2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?

B. Perencanaan Program Pelatihan

3. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta

pelatihan pembuatan masker?

C. Pelaksanaan Pelatihan

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

4. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

5. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan ini

?

6. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan pembuatan

masker?

PESERTA PELATIHAN

Page 172: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

157

b. Bahan Ajar

7. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker

?

8. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?

9. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?

c. Metode Pembelajaran

10. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam pelatihan

pembuatan masker?

11. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

d. Media Pembelajaran

12. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

e. Sarana dan Prasarana

13. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

14. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

15. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

f. Penilaian Peserta

16. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

17. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?

D. Evaluasi Pelatihan

a. Evaluasi Materi

18. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker

oleh peserta pelatihan ?

b. Evaluasi Instruktur

19. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta pelatihan

?

20. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

21. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh

peserta pelatihan?

Page 173: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

158

d. Evaluasi Sistem dan Metode

22. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

23. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?

24. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?

E. faktor pendukung Pelatihan

25. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

26. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

27. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada peserta

pelatihan ?

28. Apakah faktor pendukung pelatihan?

Page 174: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

159

Lampiran 8

Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

FOKUS SUB FOKUS INDIKATOR DOKUMENTASI

ADA TIDAK

Manajemen

Program

Pelatihan

Menjahit

Pembuatan

Masker

1. Gambaran umum

UPTD BLK Kota

Semarang

1.1. Visi Misi

1.2. Struktur

Organisasi

2. Perencanaan

Pelatihan

2.1. Tujuan

Pelatihan

2.2. Dasar

Penetapan

Bahan Ajar

2.3. Daftar Alat dan

Bahan Pelatihan

2.4. Ruang

Pelatihan

/workshop dan

Media yang

Digunakan

2.5. Matriks

Kegiatan

Pelatihan

3. Pelaksanaan

Pelatihan

3.1. Alur Seleksi

dan Persyaratan

Peserta

3.2. Bahan Ajar

(Buku

Informasi)

3.3. Daftar Peserta

Pelatihan

4. Evaluasi

Pelatihan

4.1. Form Evaluasi

4.2. Kuisioner

Survei

Kepuasan

Page 175: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

160

Masyarakat

(SKM)

Lampiran 9

Hasil Observasi

HASIL OBSERVASI

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

No Aspek yang di

Observasi

Ada Tidak Keterangan

A. Gambaran Umum UPTD BLK Kota Semarang

1. Latar Belakang

Berdirinya Didasarkan pada Peraturan

Walikota Semarang

2. Visi, Misi, dan Tujuan Tertulis jelas mengenai visi,

misi, tujuan dan fungsi UPTD

BLK di web resmi Disnaker

Kota Semarang

3. Struktur Organisasi Tersusun dengan rapi dan akan

diadakan revisi setiap ada

perubahan struktur organisasi.

B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Identifikasi

Kebutuhan Identifikasi disesuaikan dengan

kebutuhan pelatihan pembuatan

masker.

2. Perumusan Tujuan

Pelatihan Tujuan pelatihan tersusun

dengan jelas mengenai

kompetensi apa yang akan

peserta kuasai

3. Media Pembelajaran

Pelatihan Media yang disiapkan

disesuaikan dengan metode

pembelajaran.

4. Penetapan Waktu dan

Tempat Pelatihan Waktu pelatihan ditetapkan

selama 10 hari dan

menggunakan workshop jahit

yang sesuai dengan pelatihan

pembuatan masker

5. Matriks Pelatihan Matrik berisi jadwal pelaksanaan

pelatihan mulai dari pendaftaran,

seleksi, pemanggilan,

pelaksanaan pelatihan, dan

Page 176: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

161

penutupan.

C. Pengorganisasian

1. Pembagian tugas

pengelola

Tugas disesuaikan dengan

jabatan pengelola dengan Ka

BLK sebagai penanggung jawab

2. Persiapan fasilitas

pelatihan

Ruangan dipersiapkan sebelum

pelaksanaan pelatihan,

3. Persiapan rekrutmen Fasilitas peserta (seragam, tas,

atk), ruang rekrutmen, dan

persyaratan peserta

D. Pelaksanaan Pelatihan

1. Rekrutmen Peserta

Pelatihan

Rekrutmen peserta dilakukan

dengan tes tertulis

2. Tempat Pelatihan Tempat pelatihan di BLK Mijen

dengan sarana prasarana sesuai

kebutuhan pelatihan

3. Bahan Ajar Bahan ajar berupa buku

informasi yang memuat 4 unit

kompetensi, namun lebih

ditekankan ke unit ke-4 yaitu

pembuatan masker

4. Bahan Pelatihan Bahan yang digunakan dalam

pelatihan

5. Metode Pembelajaran Instruktur menyampaikan materi

dengan cara ceramah dan praktik

6. Fasilitas Pelatihan

untuk Peserta

Fasilitas yang diberikan berupa

seragam, tas, atk, dan alat bantu

jahit yang digunakan peserta

7. Sarana Prasarana Ruangan dilengkapi dengan

kipas angin dan jendela untuk

sirkulasi udara, mesin untuk

menunjang pembuatan masker,

dan ruanga yang cukup luas

8. Penilaian Peserta Penilaian oleh instruktur

dilakukan secara langsung (tidak

tertulis)

E. Evaluasi Pelatihan Pembuatan Masker

1. Uji Kompetensi Tidak dilaksanakan uji

kompetensi

2. Form Evaluasi Form yang diberikan kepada

peserta berisi soal kuisioner

Page 177: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

162

untuk menilai pelayanan UPTD

BLK

3. Evaluasi Materi Berisi kuisioner untuk menilai

materi pembelajaran yang

diberikan kepada peserta

4. Evaluasi Instruktur Berisi kuisioner untuk menilai

kinerja instruktur dalam

menyampaikan materi

pembelajaran

5. Evaluasi Sarana dan

Prasarana

Berisi kuisioner untuk menilai

sarana dan prasarana yang

disediakan oleh UPTD BLK

Page 178: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

163

Lampiran 10

Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN 1

Pengamatan

Hari, Tanggal : Kamis 19 Desember 2019

Jam : 13.00-14.00 WIB

Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)

Kegiatan : Observasi 1

Deskripsi kegiatan :

Pukul 13.00 saya berangkat ke UPTD BLK Kota Semarang untuk

melakukan observasi mengenai pelatihan yang dilaksanakan disana. Disana saya

menemui satpam dan di antarkan untuk menemui bu Dina Nurani selaku staff TU

di UPTD BLK Kota Semarang. Saya menyampaikan surat ijin observasi kepada

beliau, dan dari BLK menghendaki untuk menyampaikan surat ke Disnaker

terlebih dahulu. Karna waktu sudah siang dan belum mencetak surat untuk

disampaikan ke Disnaker, saya putuskan untuk ke disnaker di hari berikutnya.

Page 179: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

164

CATATAN LAPANGAN 2

Pengamatan

Hari, Tanggal : Jumat 20 Desember 2019

Jam : 08.00-09.00 WIB

Tempat : Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang

Kegiatan : Observasi 2

Deskripsi kegiatan :

Pukul 08.00 pagi saya berangkat dari kos bersama teman saya (fina)

berangkat menuju ke Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang (Disnaker) untuk

menyampaikan surat ijin observasi, setelah sampai di Disnaker, saya bertemu

dengan Bapak Hendro dan menyampaikan maksud kedatangan saya untuk

melakukan observasi penelitian skripsi di BLK Kota Semarang dan memberikan

surat ijin kepada beliau, kemudian beliau menerima surat ijin tersebut dan

menyampaikan pada saya untuk bisa langsung datang ke BLK, namun karna itu

hari jumat, Pak Hendro menyarankan untuk ke BLK di hari senin saja, dan jangan

terlalu pagi, karena setiap pagi, pegawai BLK melakukan apel di Disnaker. Saya

pun pulang dan memutuskan kembali ke BLK di hari senin.

Page 180: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

165

CATATAN LAPANGAN 3

Pengamatan

Hari, Tanggal : Senin 23 Desember 2019

Jam : 09.00-10.30 WIB

Tempat UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)

Kegiatan : Observasi 3

Deskripsi kegiatan :

Pukul 09.00 pagi, saya bersama teman saya (indah) datang ke BLK dan

bertemu dengan Bu Dina Nurani, saya menyampaikan bahwa kemarin di hari

jumat sudah bertemu dengan Pak Hendro dan menyampaikan surat ke Disnaker,

dan disarankan untuk bisa langsung melakukan observasi ke BLK. Namun karena

tidak ada kepala BLK, Saya melakukan wawancara dengan Bu Dina mengenai

topik skripsi yang saya ajukan, beberapa pertanyaan dijawab, namun belum bisa

memastikan saya bisa melakukan penelitian disana atau tidak, menunggu

persetujuan dari pimpinan BLK. Namun saya diminta untuk membawa proposal

agar pihak BLK bisa mengetahui dan memahami topik penelitian yang akan saya

laksanakan.

Page 181: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

166

CATATAN LAPANGAN 4

Pengamatan

Hari, Tanggal : Selasa 16 Juni 2020

Jam : 09.00-11.30 WIB

Tempat : Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang

UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)

Kegiatan : Observasi 4

Deskripsi kegiatan :

Pukul 09.00 bersama teman saya Ida berangkat dari kos ke dekanat FIP

untuk mencetak surat ijin penelitian. Pukul 10.00 saya datang ke Disaker untuk

mengajukan surat ijin penelitian. Disana saya bertemu dengan Pak Hendro, dan

memberikan surat tersebut. Beliau menerimanya dan menyarankan saya untuk

langsung ke BLK, nanti pak Hendro akan menghubungi pihak BLK agar saya bisa

melakukan penelitian disana. Lalu saya bergegas ke BLK di Gayamsari untuk

meminta ijin penelitian juga menyampaikan surat. Sesampainya di BLK saya

bertemu dengan Bu Endang. Namun, Bu Endang belum bisa menerima ijin

penelitian karena belum menerima surat disposisi dari Disnaker, namun beliau

menerima surat yang saya berikan. Beliau menyarankan saya untuk mengurus

surat disposisi terlebih dahulu di disnaker. Pukul 11.30 saya kembali ke disnaker

untuk bertemu dengan pak hendro lagi, dan menjelaskan bahwa pihak BLK

meminta surat disposisi. Akhirnya pak hendro membuat surat disposisi untuk

BLK hari itu juga agar saya bisa cepat turun ke lapangan untuk melakukan

penelitian. Setelah selesai, saya mengantar teman saya ke tempat penelitiannya

untuk melakukan ijin penelitian juga.

Page 182: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

167

CATATAN LAPANGAN 5

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020

Jam : 07.30-10.00 WIB

Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)

Kegiatan : Penelitian

Deskripsi kegiatan :

Pukul 07.30 saya bersiap siap untuk pergi ke BLK di Gayamsari ditemani

Ida. Pukul 08.00 kami sampai di BLK dan seperti biasa, kami di cek suhu tubuh

sebelum memasuki kantor BLK oleh satpam yang ada disana. Satpam

mengntarkan kamu untuk masuk dan menyampaikan kepada staf yang ada disana

mengenai kedatangan saya. Saya duduk di ruang tamu dengan mematuhi protokol

kesehatan untuk menjaga jarak duduk kami. Kemudian Bu Endang datang untuk

menemui saya dan membahas mengenai wawancara yang akan saya lakukan.

Namun, beliau masih menunggu keputusan dari kepala BLK yang kebetulan

sedang sakit dan belum bisa ditemui. Namun saya diarahkan untuk bertemu

dengan kepala TU BLK, dan menunggu beliau selesai melakukan rapat. Pukul

09.30, Bu Dina selaku Ka TU menemui saya, dan menyampaikan kepada saya

bahwa belum bisa memastikan kapan bisa mulai melakukan wawancara, karena

masih harus dipertimbangkan.

Saya diberi kesempatan untuk mewawancarai Bu Dina, walaupun dengan

waktu yang dibatasi. Untuk wawancara dengan peserta, instruktur dan staf masih

belum bisa dan sesegera mungkin pihak BLK akan menghubungi saya, dan saya

diminta untuk menuliskan nomor telepon yang bida dihubungi. Setelah itu saya

pun pamit untuk segera pulang karena dari pihak BLK pun meminta untuk tidak

berlama-lama dalam bertatapmuka dalam rangka menjalankan anjuran

socialdistansing. 19 Juni 2020, saya ditelfon oleh pihak BLK dan memberi tahu

bahwa hari senin saya bisa memulai wawancara dengan peserta dan instruktur

pelatihan pembuatan masker di BLK mijen.

Page 183: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

168

CATATAN LAPANGAN 6

Hari, Tanggal : Senin, 22 Juni 2020

Jam : 07.30-11.30 WIB

Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Mijen)

Kegiatan : Penelitian

Deskripsi kegiatan :

Pukul 07.30 saya berangkat dari kost bersama dengan Ida menuju toko kue

di daerah Pedurungan untuk membeli bingkisan yang akan diberikan kepada

peserta pelatihan. Kemudian pukul 08.00 saya berangkat ke BLK Mijen untuk

melakukan wawancara. Tetapi, sebelum melakukan wawancara saya harus

menunggu Bu Dina untuk diberikan arahan dalam melakukan wawancara. Pukul

09.30 Bu Dina tiba di BLK Mijen, selanjutnya saya diarahkan ke sebuah ruangan

untuk melakukan wawancara. Disana tempat duduk dibuat berjarak dan

wawancara tetap menggunakan masker. Hari itu saya melakukan wawancara

dengan instruktur pelatihan pembuatan masker Ibu Siti Rohmah, dan salah satu

staf Bapak Jumanto. Pukul 11.30 Bu Dina pamit untuk kembali ke BLK

Gayamsari, dan saya sudah selesai melakukan wawancara, sekaligus pamit untuk

pulang.

Page 184: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

169

CATATAN LAPANGAN 7

Pengamatan

Hari, Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

Jam : 09.00-11.00 WIB

Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Mijen)

Kegiatan : Penelitian

Deskripsi kegiatan :

Pukul 09.00 saya bersama denganteman saya (ida) datang ke BLK Mijen

untuk melakukan wawancara dengan peserta pelatihan. Masih dilakukan di

ruangan yang sama, satu persatu peserta pelatihan memasuki ruangan dan saya

melakukan wawancara. Tiga peserta sudah di wawancara, namun dari Instruktur

membatasi karena mereka sedang kejar target pembuatan 2000 masker. Setelah

selesai wawancara, pukul 10.30 saya melihat proses pembelajaran yang dilakukan

di BLK Mijen tepatnya di ruang jahit lantai 2. Peserta pelatihan sedang membuat

masker dari nol hingga menjadi masker siap pakai, saya pun mengamati dan

sesekali bertanya mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

Page 185: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

170

CATATAN LAPANGAN 8

Pengamatan

Hari, Tanggal : Senin, 06 Juli 2020

Jam : 12.00-14.00 WIB

Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)

Kegiatan : Penelitian

Deskripsi kegiatan :

Sebelumnya saya disarankan oleh Bu Dina mengenai data yang dirasa

belum cukup, bisa menghubungi ke BLK terlebih dahulu melalui telfon, untuk

mengurangi interaksi, jika bisa maka informasi yang kurang bisa disampaikan

lewat telfon saja. Pukul 09.00 WIB saya menelfon kantor BLK untuk meminta

data yang masih kurang, Bu Dina menanyakan data apa saja yang masih kurang,

dan memang cukup banyak, jadi Bu Dina menyarankan saya datang ke BLK

untuk mengambil data dan wawancara. Pukul 11.00 WIB, saya berangkat dari kos

menuju ke BLK ditemani oleh Ida. Perjalanan cukup macet, kami sampai di BLK

pukul 12.00 WIB dan seperti biasa sebelum masuk ke kantor BLK, kami cuci

tangan ditempat yang sudah disediakan, dan cek suhu. Lalu kami di persilahkan

masuk. Kami menunggu sekitar setengah jam sampai Bu Dina menemui kami,

dan bertanya mengenai data yang masih kurang. Saya pun menanyakan beberapa

hal yang saya rasa masih kurang jelas. Selain itu saya juga berkesempatan

bertemu dengan Ka BLK dan melakukan wawancara, dan menanyakan dokumen

yang saya butuhkan. Kemudian setelah selesai wawancara, saya melakukan

observasi untuk melihat ruang pelatihan yang ada di BLK Gayamsari, dan

mengambil gambar sebagai dokumentasi. Saya sekaligus menanyakan surat

selesai penelitian, namun dari pihak BLK mengarahkan kami untuk ke Disnaker,

karena urusan surat menyurat dari Disnaker, kami hanya menjalankan amanah,

begitu yang disampaikan beliau. Kami pun pamit pukul 14.00 WIB sekaligus

memberikan kenang-kenangan ke pihak BLK.

Page 186: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

171

CATATAN LAPANGAN 9

Pengamatan

Hari, Tanggal : Kamis, 23 Juli 2020

Jam : 10.00-11.00 WIB

Tempat : Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Semarang

Kegiatan : Mengurus surat selesai penelitian

Deskripsi kegiatan :

Sebelumnya tanggal 15 Juni saya datang ke Disnaker untuk mengurus

surat tersebut, namun saya belum bisa bertemu dengan Pak Hendro, Sekertaris

Disnaker karena beliau sedang sakit dan ijin tidak masuk kerja. Saya memutuskan

untuk menghubungi beliau seminggu kemudian melalui whatsapp, kemudia beliau

menjawab akan mencari drafnya terlebih dahulu dan akan mengabari saya kalau

surat sudah jadi. Kamis, 23 Juli 2020 Pak Hendro menghubungi saya, bahwa surat

sudah bisa diambil di Disnaker. Pukul 10.00 saya berangkat dari kos bersama

teman saya (Roy) untuk mengambil surat selesai penelitian tersebut. Setelah

sampai di Disnaker Kota Semarang, mengikuti protokol kesehatan, saya dicek

suhu badan dan menggunakan handsanitizer. Kemudian bertemu langsung dengan

Pak Hendro untuk mengambil surat selesai penelitian.

Page 187: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

172

Lampiran 11

Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Senin, 06 Juli 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Augus Tineke, S.H.

Usia : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Kepala UPTD BLK Kota Semarang

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : Jl. Lumbung Sari 06 No 10 Kalicari

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Latar Belakang

1. Bagaimana latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?

Jawab : UPTD BLK Kota Semarang berdiri sejak tahun 2010

dalam rangka meningkatkan yang kerja di Kota Semarang sehingga dapat

bersaing didunia kerja atau dunia industri kemudian usulan tersebut

ditindak lanjuti oleh Bapak Walikota Semarang melalui Perwal nomor 65

tahun 2008 serta di Perwal nomor 110 tahun 2016.

2. Apa tujuan didirikannya BLK ?

Jawab : Untuk tujuan berdirinya BLK yang pertama yaitu

menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing didunia kerja

atau industri yang kedua menyiapkan program pelatihan berbasis

kompetensi yang mampu memenuhi kebutuhan industri.

KEPALA BLK

Page 188: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

173

3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?

Jawab : Program pelatihan yang dilaksanakan di BLK Kota

Semarang ada operator garmen, tata busana, tata boga, pembuatan roti dan

kue, mekanik sepeda motor, pembatik level 2, operator komputer, desainer

grafis muda, dan tata kecantikan kulit dan rambut. Tapi karna ada pandemi

jadi kita hanya mengadakan pelatihan refocusing, ada pelatihan pembuatan

masker dan pelatihan memasak. Itu pun ngga kayak biasanya, waktunya

dibatasi 10 hari.

4. Bagaimana struktur organisasi di UPTD BLK Kota Semarang ?

Jawab : Terlampir

b. Visi Misi

5. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Visi dari UPTD BLK Kota Semarang adalah menjadi

pusat pelatihan kerja berbasis kompetensi berdaya saing tinggi dan

memenuhi kebutuhan pasar kerja.

6. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Misi dari UPTD BLK kota Semarang yang pertama

menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi, yang

ke-2 mengembangkan berbasis kompetensi, yang ke-3 mengembangkan

kerjasama dengan stakeholder.

c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

7. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Gambaran umum mengenai pelatihan pembuatan masker

jadi pelatihan pembuatan masker ini adalah salah satu upaya pemerintah

dalam meminimalisir pandemi covid-19 terhadap masyarakat. Dengan

adanya pandemi covid-19 kan banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan

oleh perusahaan atau biasa kan kita sebutnya PHK. Kemudian kemnaker

melalui BLK Kota Semarang melakukan refocusing anggaran pelatihan

untuk menyiapkan program pelatihan yang dapat menciptakan peluang

bagi pekerja yang dirumahkan tersebut, untuk bisa membuka usaha dari

rumah, salah satunya itu masyarakat bisa produksi masker. Pelatihan ini

Page 189: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

174

dilaksanakan selama 10 hari dengan fokus peserta pelatihan berasal dari

pekerja yang di PHK atau dirumahkan serta masyarakat yang terdampak

covid-19. Harapannya setelah selesai mengikuti pelatihan peserta itu dapat

membuka usaha mandiri.

8. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?

Jawab : Dasar penyelenggaraan pelatihan pembuatan masker ini

dari beberapa peraturan walikota ya, sama SK dari menteri yang

berhubungan dengan pelatihan tanggap Covid-19

Perwal nomor 110 tahun 2016 tentang pembentukan, kedudukan,

susunan organisasi, dan tata kerja pelaksana teknis dinas tenaga

kerja kota Semarang.

Surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

no.SP.DIPA- 026. 13.2. 452609/ 2020 tentang surat pengesahan

daftar isian pelaksana kegiatan (DIPA) tahun 2020

SK Dirjen binalattas NO.2.187/LP.00.03/IV/2020 tentang program

pelatihan tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja dan Balai

Peningkatan Produktivitas tahun 2020

9. Sasaran pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Kita utamakan masyarakat yang terkena PHK, sama yang

menganggur juga

10. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Untuk respon masyarakat pada umumnya masyarakat itu

antusias dalam mengikuti pelatihan ini terutama bagi mereka yang

membuka usaha mandiri tapi belum memiliki skill atau belum memiliki

keterampilan

B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

11. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?

Jawab : Perencanaan yang dilakukan dalam latihan pembuatan

masker ini ada perencanaan keuangan, perencanaan mengenai waktu

Page 190: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

175

pelaksanaan, perencanaan SOP, dan perencanaan kebutuhan materi,

kebutuhan instruktur, serta metode pembelajaran.

12. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?

Jawab : Perencanaan program pelatihan ini dilaksanakan ya agar

tujuan pelatihan bisa tercapai, kendala juga di minimalisir. Kalau ada

perencanaan kan kita juga tau arah untuk mencapai tujuan ya mba.

13. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang pertama

kita melakukan tren pasar / market demand, kemudian kita menentukan

persyaratan peserta, setelah itu kita menentukan output dan outcome

pelatihan, laut kita menentukan kebutuhan materi pembelajaran,

kebutuhan durasi pelatihan , dan kebutuhan instruktur, yang terakhir kita

melakukan persiapan pelaksanaan program pelatihan.

a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program

14. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?

Jawab : Dalam pelatihan pembuatan masker ndak ada staf khusus

pembantu program, melalui SK pengelola pelatihan yang disahkan sama

saya, nanti pegawai yang ditunjuk untuk mengikuti program bisa

berkoordinasi dengan instruktur pelatihan.

15. Kualifikasi seperti apa yang digunakan untuk menetapkan pengelola dan

staf pembantu program ?

Jawab : Untuk pengelola pelatihan yang ditunjuk didasarkan

dengan mengukur kekuatan tim di UPTD BLK,

16. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Pengelola pelatihan pembuatan masker melibatkan semua

pegawai di UPTD BLK meliputi Kepala Subbag TU sampai dengan staf

dengan Kepala UPTD BLK sebagai penanggung jawab.

b. Tujuan Pelatihan

17. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker

Page 191: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

176

Jawab : Kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan

pembuatan masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi

Covid-19, sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai,

ketersediaan yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak

pandemi dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa

memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita

donasikan masker tersebut.

Kalau tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk

peserta pelatihan mampu :

mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan

menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan

membuat masker sesuai standar kesehatan

18. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan

Jawab : Penentuan tujuan pelatihan selalu berpedoman pada abcd

, audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan

Taksonomi Bloom.

19. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,

Psychomotor Domain

Jawab : Tujuan pelatihan pembuatan masker di sini didasarkan

pada Taksonomi Bloom yang memenuhi domain kognitif afektif dan

psikomotorik.

20. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,

dan alat evaluasi ?

Jawab : Iya, tujuan pelatihan pembuatan masker digunakan untuk

menentukan materi pelatihan metode media serta alat evaluasi.

c. Penetapan Bahan Ajar

21. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Berupa buku informasi, nanti didalamnya ada materi dan

unit kompetensi yang harus dikuasai sama peserta pelatihan.

Page 192: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

177

22. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses

pembelajaran ?

Jawab : Bahan ajar sangat menunjang proses pembelajaran, kan

sebagai pedoman biar peserta mampu menguasai unit kompetensi.

23. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?

Jawab : Untuk bikin bahan ajar kita berpedoman pada kurikulum,

nah nanti kurikulum dibuat silabus yang dijabarkan ke materi

pembelajaran, tapi tetep ada batasan variabel yang nanti dipelajari oleh

peserta pelatihan.

24. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Acuan dari pelatihan pembuatan masker adalah skkni No.

305 tahun 2015 tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan

golongan pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal

Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :

Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat

kerja (K3) C.141110.044.02

Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

Pembuatan Masker

25. Bagaimana proses penetapan kurikulum pelatihan ?

Jawab : Untuk menetapkan kurikulum yaitu dari TNA kemudian

menentukan tujuan pelatihan baru bisa menetapkan kurikulum.

26. Apa dasar penetapan kurikulum ?

Jawab : Dasar penetapan kurikulum adalah compotency gap yang

didapat dari TNA yang diterjemahkan menjadi tujuan pelatihan.

d. Penetapan Metode Pembelajaran

27. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

Jawab : Untuk penetapan metode kita juga dari silabus, sama

dengan bahan ajar, silabus akan menjabarkan aspek apa yang harus

Page 193: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

178

tercapai dari kognitif , afektif , atau psikomotoris. dari situ baru metode

pembelajaran kami tentukan.

28. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Metode yang digunakan itu ceramah bergambar / kognitif,

diskusi/ afektif, dan demonstrasi dan praktik/ psikomotorik. Tapi kalau

pelatihan biasanya lebih ke praktik kan ya mba, beda kalau pendidikan di

sekolah yang fokus ke teori.

e. Penetapan Media/Alat Bantu

29. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?

Jawab : Untuk media kita sesuaikan dengan metode yang

digunakan, kalau praktik ya kita pakai alat jahit, alat potong. Tapi kalau

teori bisa pakai whiteboard atau dengan lisan langsung.

30. Apa dasar penetapan media pelatihan ?

Jawab : Dasar penetapan media disesuaikan dengan metode yang

digunakan dalam pelatihan.

31. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan

pelatihan ?

Jawab : Iya, media ini kan digunakan untuk membatu proses

pelatihan ya, ya itu berdasarkan kebutuhan pelatihannya juga mba.

Butuhnya apa nanti kita sediakan medianya.

32. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Media yang digunakan ya seperti buku informasi atau

modul, whiteboard, mockup masker.

f. Penetapan Cara Evaluasi

33. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?

Jawab : Cara evaluasi pelatihan ada dari pusat, dari BBPLK, jadi

dari pusat yang melakukan evaluasi, untuk evaluasi dari instruktur sendiri

seperti penilaian ada, nanti melalui ketercapaian tiap unit kompetensinya

mba.

34. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ini ?

Page 194: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

179

Jawab : Kalau dari instruktur cara melakukan evaluasi dengan

observasi dan praktek. Kalo evaluasi lain itu biasanya berupa kuisioner.

35. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?

Jawab : Ada ke peserta yang seperti tadi itu, penilaian oleh

instruktur sendiri, tapi kalao uji kompetensi tidak ada. Untuk instruktur,

ke metode, bahan ajar, nanti dibuat kuisioner buat menilai kinerjanya

seperti apa.

36. Apa dasar penggunakan cara evaluasi tersebut ?

Jawab : Kalau peserta masih didasarkan kepada panduan

penilaian setiap unit kompetensi.

37. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Berdasarkan unit kompetensi, yang kemudian membuat

panduan penilaian, dan menyusun materi uji kompetensi, namun untuk

pelatihan pembuatan masker ini tidak melaksanakan uji kompetensi. Nanti

ada penilaian sendiri dari instruktur secara langsung, kalau yang

menguasai unit kompetensi nanti dijadikan pembuat masker yang inti,

karena kan kita juga kejar target pembuatan 2000 masker. Untuk

kuisionernya kita disediakan dari BBPLK,

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

38. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Waktu dan tempat pelatihan ditentukan berdasarkan

kebutuhan saat pandemi Covid-19 , kita mengacu pada matrik kegiatan

disusun sebagai acuan pelaksanaan.

39. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu

pelatihan ?

Jawab : Pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan

pelatihan berdasarkan kebutuhan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker

dilaksanakan di UPTD BLK Mijen karena peralatan telah tersedia, dan

mengakomodir masyarakat di wilayah Semarang bagian Barat.

40. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

Page 195: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

180

Jawab : Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di UPTD BLK

Mijen Jl. RM. Hadi Soebeno No. 122 Mijen Semarang, tepatnya di ruang

Jahit lantai 2.

41. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

Jawab : Pelatihan dilaksanakan dari tanggal 15 s.d 26 Juni 2020,

selama 80 jam pelajaran. Setiap hari senin-jumat jam 08.00 sampai jam

13.00

h. Penetapan Instruktur

42. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?

Jawab : Kita dalam menetapkan instruktur didasarkan pada proses

identifikasi kebutuhan pelatihan. Nanti, instruktur yang dipilih itu

instruktur yang memiliki keahlian di bidang yang terkait, kalau pelatihan

pembuatan masker ya berarti harus memiliki keahlian menjahit.

43. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?

Jawab : Yang paling penting memiliki keahlian dibidangnya ya

mba, terus didukung sama sertifikat yang dimiliki, biasanya dari BNSP.

Paling tidak se level dengan pelatihan yang akan dilatih.

44. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?

Jawab : instruktur yang akan melatih ya harus paham etika profesi,

bisa menyampaikan dengan baik, komunikatif, jadi mempermudah

pelatihan, sama bisa dibuat contoh, sebagai contoh untuk peserta

45. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker

Jawab : Instruktur pelatihan pembuatan masker cuma satu yaitu

ibu Siti Rochmah, sesuai kebutuhan pelatihan yang cuma 10 hari.

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

46. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?

Jawab : Untuk penyusunan jadwal kita menunggu

pengesahan pelatihan, setelah disahkan anggaran tanggap Covid-19, kita

baru menyusun jadwalnya.

47. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?

Page 196: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

181

Jawab : Dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pandemi

Covid-19, dan kesiapan pelatihan

48. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan

kebutuhan peserta ?

Jawab : Jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan

pelaksanaan yang ditentukan oleh BLK, jika pesertanya dinyatakan lolos,

ya mereka harus mengikuti jadwal pelatihan yang sudah BLK susun. Jadi

peseta yang ngikut kita, bukan kita yang ngikut pesertanya.

49. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?

Jawab : Tidak ada prioritas karena pelatihan hanya tersisa

2 paket yaitu pembuatan masker dan pelatihan memasak, dan

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Untuk jadwal mengajar kita

tetapkan dari jam 8-13, untuk materi yang disampaikan disesuaikan

dengan urutan materi yang ada di bahan ajar.

50. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Baik

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

51. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?

Jawab : Kita tidak merencanakan anggaran, BLK kan

binaan dari BBPLK, jadi dari sana yang menganggarkan, kita hanya

mengusulkan pelatihan dan menjalankan saja.

52. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran

pelatihan ?

Jawab : Tidak ada proses penentuan prioritas dalam

penyusunan anggaran pelatihan pembuatan masker dari BLK.

53. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?

Jawab : Sumber pendanaan dari APBN (Anggaran Pendapatan

Belanja Negara).

C. Pengorganisasian

54. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan

?

Page 197: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

182

Jawab : pengelola ditunjuk dengan mengukur kekuatan tim. Ka

BLK sebagai penanggung jawab. Sub bagian tata usaha melakukan

perencanaan pelatihan, mulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan,

penetapan tujuan, persiapan sarana prasarana dan sebagainya yang

berkaitan dengan perencanaan. Kami juga melaksanakan, mengawasi,

dan mengevaluasi pelatihan yang diselenggarakan. Bagian bendahara

mengurus keuangan, perhitungan, dan pelaporan keuangan. Bagian

pelaksana bertugas merencanakan pelatihan, mempersiapkan pelaksanaan

pelatihan, mengawasi dan mengevaluasi pelatihan.

55. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : kita mempersiapkan ruang pelatihan, menata mesin jahit

dan mengecek kondisinya. Kita juga mempersiapkan ruang tes tertulis

untuk peserta pelatihan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

56. Bagaimana persiapan pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : mempersiapkan fasilitas untuk dibagikan kepada peserta

yang lolos seleksi.

D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

57. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Sosialisasi lewat media sosial, dan link alumni.

58. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Dimulai dari pembukaan pendaftaran, kemudian

melakukan panggilan seleksi peserta, melakukan tes, dan yang lolos

dapat mengikuti pelatihan.

59. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan

Jawab : Kriteria peserta pelatihan pembuatan masker tentunya

harus sehat secara jasmani dan rohani, mempunyai kemampuan dasar

menjahit, usia produktif warga Kota Semarang, dan mengisi surat

persyaratan kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama

mengikuti pelatihan.

60. Bagaimana hasil rekrutmen peserta pelatihan pembuatan masker?

Page 198: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

183

Jawab : Hasil rekrutmen adalah peserta dapat mengikuti proses

KBM dengan baik

b. Bahan Ajar

61. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Iya, bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan

peserta pelatihan, sesuai dengan tujuan pelatihan agar peserta bisa

membuat masker sesuai dengan standar kesehatan.

62. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : Iya

c. Metode Pembelajaran

63. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?

Jawab : Metode pembelajaran dengan cara caramah, diskusi,

demonstrasi dan praktik.

64. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?

Jawab : Sejauh ini tidak ada hambatan.

d. Media Pembelajaran

65. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Buku Informasi, White Board, Mockup Masker, mesin

jahit, mesin obras.

66. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Iya

67. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

Jawab : Sejauh ini tidak ada hambatan, biasanya kalau ada

hambatan, nanti instruktur menyampaikan ke kami, apa saja yang masih

kurang, nanti kita sediakan.

e. Sarana dan Prasarana

68. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Bahan Pelatihan, Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat,

dan uang transport.

69. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Page 199: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

184

Jawab : Ruang pelatihan, mesin jahit, sarana prasarana, dan

mushola.

70. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Mengenai keadaan sarana prasarana sangat cukup, dan

mesin-mesin dapat digunakan dengan baik.

f. Penilaian Peserta

71. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan ?

Jawab : Evaluasi dan observasi hasil akhir pelatihan

72. Bagaimanakah proses penilaian peserta?

Jawab : Penilaian peserta dilakukan oleh instruktur

73. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta

pelatihan ?

Jawab : Peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai

tiap unit kompetensi, untuk uji kompetensi.

E. Pengawasan

74. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?

Jawab :ada monitoring dari BBPLK Semarang, h-3 sebelum

pelatihan ditutup. Dari BLK juga mengawasi kegiatan pelatihan dengan

mengunjungi tempat pelatihan di Mijen untuk mengetahui pelaksanaan

pelatihan. Kita juga melaksanakan rapat bulanan setiap awal bulan.

Untuk pengawasan pelatihan pembuatan masker, selama ini belum ada

kendala jadi pelatihan berjalan lancar.

75. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?

Jawab : Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun

kedepan. Setelah peserta lulus dari pelatihan pembuatan masker, kita

tetap memantau peserta, apakah pelatihan yang kita berikan

dimanfaatkan untuk berwirausaha atau tidak digunakan sama sekali, dari

situ bisa kita gunakan sebagai bahan evaluasi agar di pelatihan

selanjutnya bisa lebih tepat sasaran dan lebih bermanfaat bagi peserta

pelatihan.

Page 200: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

185

F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

76. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan

pembuatan masker ?

Jawab : Evaluasi dari instruktur baik teori maupun praktek.

77. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?

Jawab : Proses berjalan dengan lancar.

a. Evaluasi Materi

78. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?

Jawab : Ada

79. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

Jawab : Evaluasi materi pelatihan dilaksanakan dengan pengisian

kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatihan berakhir.

80. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?

Jawab : Sudah disediakan form khusus dari BBPLK.

81. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Untuk evaluasi materi masih menunggu pelatihan selesai.

b. Evaluasi Instruktur

82. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ada

83. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?

Jawab : Penilaian instruktur melalui kuisioner yang diisi oleh

peserta pelatihan dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatiha berakhir.

84. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur

pembuatan masker?

Jawab : Instruktur telah berpengalaman dalambidangnya baik

teknis maupun metodologis, namun untuk hasil evaluasi masih menunggu

pelatihan selesai.

85. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam

proses pelatihan ?

Page 201: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

186

Jawab : Hendaknya instruktur mampu menguasai materi pelatihan,

memiliki kemampuan verbal dan skill yang baik, dan mengajar sesuai

dengan kemampuan peserta.

86. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Belum ada, masih menunggu.

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

87. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker?

Jawab : Ada.

88. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?

Jawab : Ada pengisian kuisioner untuk peserta pelatihan tentang

sarana prasarana yang digunakan.

89. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana

prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Sesuai standar dan kebutuhsn pelatihan.

90. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker ?

Jawab : Belum dilaksanakan, masih menunggu sampai akhir

pelatihan.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

91. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan

pembuatan masker?

Jawab : Pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena

pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini.

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

92. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun

kedepan

93. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?

Page 202: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

187

Jawab : Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring

evaluasi baik melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi

langsung ke BLK.

94. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta

pelatihan?

Jawab : Keluaran pelatihan adalah masyarakat yang dilatih mampu

membuat usaha mandiri pembuatan masker, namun lowongan pekerjaan

di bidang terkait dengan pelatihan pembuatan masker tetap akan

diinformasikan kepada alumni peserta pelatihan.

G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

95. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?

Jawab : Pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan

pelatihan. masyarakat juga mudah mendapat informasi mengenai

pelatihan, sehingga BLK tidak mengalami kesulitan dalam mencari

peserta pelatihan.

96. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Jawab : Dengan adanya bahan ajar yang telah disediakan siswa

memiliki acuan untuk membuat masker sesuai dengan standar kesehatan

melalui buku informasi.

97. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Dengan metode yang kita gunakan pelaksanaan KBM

lebih optimal dan tujuan pelatihan tercapai.

98. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?

Jawab : Media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam

menerima materi pembelajaran.

99. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Sarana dan prasarana baik, mampu menunjang

pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Page 203: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

188

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Dina Nurani, S.Psi

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Kepala Sub Bag TU

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : Bukit Wato-wato III B13 No.4 Permata Puri Ngaliyan

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Latar Belakang

1. Bagaimana Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?

Jawab : BLK ini sudah berdiri sejak tahun 2010, sudah 10 tahun.

Usulan mengenai pendirian BLK ini ditindaklanjuti sama Walikota

Semarang. Kemudian tahun 2017 mendirikan gedung baru untuk pelatihan

didaerah Mijen. Jadi disini gedung pusatnya, di Mijen hanya tempat

pelatihan. Pelatihan dilaksanakan didua tempat. Kalo di Mijen itu di

prioritaskan untuk masyarakat Kota Semarang Barat. Berdirinya BLK ini

ya dalam rangka meningkatkan kualitas pencari kerja di Kota Semarang

sehingga dapat bersaing di dunia kerja atau dunia industri.

2. Apa Tujuan didirikannya BLK ?

Jawab : Didirikannya BLK sebagai tempat pelatihan kerja untuk

menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing di dunia kerja

atau industri yang kedua menyiapkan program pelatihan berbasis

kompetensi yang mampu memenuhi kebutuhan industri.

Ka Subbag TU

Page 204: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

189

3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?

Jawab : Kemarin kita merencanakan 18 paket pelatihan, karena

ada covid, jadi ada pemangkasan anggaran. Kemarin itu yang sudah jalan

ada dari APBN nya 3, APBD nya 4. Itu sebelum Covid. Setelah itu mau ga

mau kita harus mengikuti peraturan pemerintah ya, kita juga liat kondisi

dengan kondisi kemarin kita mau mengadakan pelatihan kan juga kan ga

boleh karena acara kumpul-kumpul juga tidak boleh. Alhamdulillahnya

kemarin itu 7 kelasnya selesai mepet sekali sebelum Covid, jadi kemarin

luar biasa. Saya ingat itu tanggal 17 Maret itu saya masih ketemu dengan

siswa membuat video protokol kesehatan. Tapi kan waktu itu belum ada

himbauan memakai masker, baru ke penggunaan handsanitizer aja sama

cek suhu. Setelah itu kita sudah off, baru ada lagi ini pelatihan refocusing

yaitu pelatihan masak dan pelatihan pembuatan masker. Untuk jenis

pelatihan ada 9 program pelatihan yang dilaksanakan di BLK Kota

Semarang yaitu operator garmen, tata busana, tata boga, pembuatan roti

dan kue, mekanik sepeda motor, pembatik level 2, operator komputer,

desainer grafis muda, dan tata kecantikan kulit dan rambut. Masing-

masing ada yang mendapat dana APBN dan ada yang APBD.

b. Visi Misi

4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Visi dari UPTD BLK kota Semarang adalah menjadi pusat

pelatihan kerja berbasis kompetensi berdaya saing tinggi dan memenuhi

kebutuhan pasar kerja.

5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Misi dari UPTD BLK kota Semarang yang pertama

menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi, yang

ke-2 mengembangkan berbasis kompetensi, yang ke-3 mengembangkan

kerjasama dengan stakeholder.

c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?

Page 205: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

190

Jawab : Pelatihan pembuatan masker ini berupa pelatihan untuk

membuat masker kain sesuai standar kesehatan, jadi pemerintah ingin

meminimalisir dampak Covid-19 dalam bidang kesehatan maupun sosial

ekonomi. Pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK karena

adanya refocusing anggaran pelatihan dari pemerintah.

7. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?

Jawab : Didasarkan pada kondisi saat ini ya, untuk dasar

pelatihannya :

Perwal nomor 110 tahun 2016 tentang pembentukan, kedudukan,

susunan organisasi, dan tata kerja pelaksana teknis Dinas Tenaga Kerja

Kota Semarang.

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no.SP.DIPA-

026. 13.2. 452609/ 2020 tentang surat pengesahan daftar isian pelaksana

kegiatan (DIPA) tahun 2020

SK Dirjen binalattas NO.2.187/LP.00.03/IV/2020 tentang program

pelatihan tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja dan Balai Peningkatan

Produktivitas tahun 2020

8. Sasaran pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Walaupun menggunakan APBN, tapi sasaran pelatihan

difokuskan kepada masyarakat Kota Semarang saja, baik yang

menganggur maupun korban PHK.

9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Sangat antusias ya, apalagi dikondisi seperti ini, pelatihan

ini menjadi kesempatan yang tidak ingin mereka sia-siakan, daripada tidak

ada pekerjaan dirumah.

B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

10. Perencanaan apa yang dilakukan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Dari merencanakan waktu pelaksanaan, kebutuhan materi,

metode pembelajarannya, serta cara evaluasi pelatihan. Biasanya, biasanya

ya dari awal, di akhir tahun sebelumnya kita itu kita susun semua program

Page 206: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

191

dulu, yang bisa dilaksanakan disini. Untuk pelatihan pembuatan masker

kan baru kemarin, karena ada Covid, jadi kemarin kita melakukan

identifikasi kira-kira pelatihan apa yg cocok untuk dilaksanakan di BLK

ini, biasanya kan dari sana menawarkan, kita sesuaikan dengan workshop

yang tersedia kemudia kita mengajukan paket pelatihan ke pusat

(BBPLK), setelah dikirim kesana dari sana dibuatkan anggarannya.

Kemudian turun POK nya (dasar pelaksanaan), kemudian kita membuat

rencana pelatihan.

11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?

Jawab : Agar pelatihan bisa berjalan, dan pelatihan juga terarah.

Bisa mencapai tujuan dari pelatihan juga. Ga mungkin kan tanpa

perencanaan kita tiba-tiba langsung melaksanakan pelatihan wkwk..

12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Kalau identifikasi kita melihat tren pasar, atau keadaan

saat ini untuk menentujan jenis pelatihan yang sesuai, sesuai dengan

workshop yang tersedia dan alat yang ada di BLK, kemudian kita

menentukan persyaratan peserta, setelah itu kita menentukan output dan

outcome pelatihan, laut kita menentukan kebutuhan materi pembelajaran,

kebutuhan durasi pelatihan , dan kebutuhan instruktur, yang terakhir kita

melakukan persiapan pelaksanaan program pelatihan.

a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program

13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?

Jawab : Untuk staf kita menetapkan semua staf BLK terlibat,

tidak ada staf khusus tiap pelatihan sih .

14. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Semua staf , Ka Subbag TU dan Ka UPTD BLK sebagai

penanggung jawabnya.

b. Tujuan Pelatihan

15. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker

Page 207: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

192

Jawab : Kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan

pembuatan masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi

Covid-19, sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai,

ketersediaan yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak

pandemi dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa

memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita

donasikan masker tersebut.

Kalau tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk

peserta pelatihan mampu :

mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan

menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan

membuat masker sesuai standar kesehatan

16. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan

Jawab : Penentuan tujuan pelatihan selalu berpedoman pada abcd

, audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan

Taksonomi Bloom.

17. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,

Psychomotor Domain

Jawab : Tujuan pelatihan pembuatan masker dalam domain

kognitif kan menambah pengetahuan peserta pelatihan mengenai cara

pembuatan masker sesuai standar, kalau afektif tentu dalam pelaksanaan

pelatihan nanti peserta harus disiplin untuk datang tepat waktu, kejar

target, dan mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan dalam psikomotorik

nantinya peserta diajarkan cara menjahit masker dengan benar.

18. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode,

media, dan alat evaluasi ?

Jawab : Dalam pelaksanaan pelatihan kita menggunakan metode

dan media yang tepat agar tujuan tercapai.

c. Penetapan Bahan Ajar

19. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker?

Page 208: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

193

Jawab : Berupa buku informasi, didalamnya memuat materi dan

unit kompetensi yang harus peserta kuasai. Kalau bahan ajar sudah

disediakan dari kementrian, jadi kita tidak perlu membuat, dan sudah

sesuai dengan SKKNI.

20. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses

pembelajaran ?

Jawab : Bahan ajar sebagai pedoman dalam pembelajaran

sehingga sangat menunjang ya.

21. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?

Jawab : Bahan ajar diambil dari silabus dan silabus diambil dari

kurikulum pelatihan. Namun kita tidak membuat bahan ajar, karena

bahan ajar sudah disediakan.

22. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Acuan dari pelatihan pembuatan masker adalah skkni No.

305 tahun 2015 tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan

golongan pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal.

Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :

Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat

kerja (K3) C.141110.044.02

Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

Pembuatan Masker

d. Penetapan Metode Pembelajaran

23. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

Jawab : Untuk menetapkan metode pembelajaran berdasarkan

kepada silabus yang telah dibuat. Didasarkan pada unit kompetensi yang

ada di bahan ajar, kita sesuaikan dengan kebutuhan.

24. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Metode yang digunakan itu ceramah, diskusi dan

demonstrasi, dan praktik.

Page 209: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

194

e. Penetapan Media/Alat Bantu

25. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?

Jawab : Disesuaikan dengan materi dan metodenya, kalau praktik

kita menggunakan alat jahit, kalau ceramah bisa sambil menggunakan

whiteboard.

26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan

pelatihan ?

Jawab : Iya.

27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Modul, whiteboard, sama peralatan jahit juga.

f. Penetapan Cara Evaluasi

28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi pelatihan ?

Jawab : Untuk evaluasi pelatihan pembuatan masker ini dari pusat

yang melakukan. Ada proses monev langsung dari BBPLK datang ke

BLK biasanya 2-3 hari sebelum pelatihan selesai. Dari Bu Uut dateng

langsung kesini. Tapi kalau dari kita biasanya H-1 sebelum pelatihan

selesai. Tapi formulir sudah dibuatkan dari sana, sudah ada standarnya.

29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ini ?

Jawab : Berupa kuisioner yang sudah disediakan dari pusat. Nah

dari situ kan biasanya ada masukan-masukan. Nanti kita tindak lanjuti di

pelatihan selanjutnya.

30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?

Jawab : Sasaran dari evaluasi ini adalah peserta ada di sarpra,

instruktur, dan materi kalo ga salah.

31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Untuk evaluasi pelatihan seperti uji kompetensi dalam

pelatihan pembuatan masker tidak dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi

sudah ditetapkan selama 6 bulan sampai dengan satu tahun kedepan

Karena pelatihan ini lebih fokus ke peluang usaha, jadi kami

Page 210: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

195

pertimbangkan uji kompetensinya, kasihan juga pesertanya karnaini

pelatihan hanya 10 hari

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Waktu dan tempat pelatihan disesuaikan dengan

ketersediaan alat bantu pelatihan

33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu

pelatihan ?

Jawab : Dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan kita

mempertimbangkan kebutuhan pelatihan.

34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

Jawab : Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di

UPTD BLK Mijen Jl. RM. Hadi Soebeno No. 122 Mijen Semarang,

tepatnya di ruang Jahit lantai 2.

35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

Jawab : Pelatihan dilaksanakan dari tanggal 15 s.d 26 Juni

2020

h. Penetapan Instruktur

36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?

Jawab : Disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan,

instruktur yang dipilih harus menguasai materi yang akan disampaikan

kepada peserta pelatihan.

37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?

Jawab : Memiliki kompetensi dalam bidang latih, dan memiliki

sertifikat pelatihan.

38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?

Jawab : Bisa mengajar dengan baik, bisa mengarahkan peserta

agar tujuan pelatihan tercapai.

39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker

Page 211: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

196

Jawab : Siti Rochmah

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?

Jawab : Waktu pelatihan sudah ditetapkan dari pusat selama 10

hari, setelah pengusulan pelatihan disahkan , penyusunan jadwal

dilakukan.

41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?

Jawab : Dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pndemi Covid-19.

42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan

kebutuhan peserta ?

Jawab : Peserta yang menyesuaikan dengan jadwal yang ada di

BLK, dan pesertanya kan warga yang tidak bekerja, jadi menurut saya

mereka tidak memiliki kesibukan lain yang harus disesuaikan dengan

jadwal pelatihan kami.

43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?

Jawab : Tidak ada, hanya disesuaikan dengan materi. Dari yang

paling dasar hingga keseluruhan pembuatan masker.

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

44. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?

Jawab : Tidak ada perencanaan anggaran dari BLK,

45. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran

pelatihan ?

Jawab : Tidak ada proses penentuan prioritas dalam penyusunan

anggaran pelatihan pembuatan masker dari BLK.

46. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?

Jawab : Sumber pendanaan dari APBN (Anggaran Pendapatan

Belanja Negara).

C. Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan

?

Page 212: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

197

Jawab : untuk pelatihan di BLK, Kepala jadi penanggung jawab,

nanti subbag TU merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi pelatihan.

48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab :

Mempersiapkan ruang dan persiapan seleksi pelatihan

Menyusun persyaratan peserta pelatihan (dokumen yang harus

dibawa)

Mempersiapkan fasilitas peserta

Mempersiapkan ruang pelatihan dan media pelatihan

D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Sosialisasi lewat media sosial, dari alumni juga.

50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Pendaftaran, panggilan seleksi peserta, tes, dan

pelaksanaan pelatihan.

51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan

?

Jawab : Mempunyai kemampuan dasar menjahit lebih diutamakan

karna pelatihan hanya 10 hari, warga Kota Semarang.

b. Bahan Ajar

52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Iya

53. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : Iya

c. Metode Pembelajaran

54. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?

Jawab : Caramah, diskusi, demonstrasi dan praktik

55. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?

Jawab : Tidak ada hambatan

Page 213: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

198

d. Media Pembelajaran

56. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Buku Informasi, White Board, peralatan jahit

57. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Iya.

58. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

Jawab : Tidak ada hambatan.

e. Sarana dan Prasarana

59. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Fasilitas yang diberikan ke peserta itu berupa bahan

Pelatihan, Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat, dan uang transport.

60. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ruang pelatihan, mushola, mesin jahit.

61. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Ruang pelatihan nyaman, mesin-mesin berfungsi dengan

baik.

f. Penilaian Peserta

62. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan ?

Jawab : Evaluasi dari instruktur, mengenai penguasaan tiap unit

kompetensi.

63. Bagaimanakah proses penilaian peserta?

Jawab : Penilaian peserta dilakukan oleh instruktur secara

langsung.

64. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta

pelatihan ?

Jawab : Peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai

tiap unit kompetens.

E. Pengawasan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

65. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?

Page 214: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

199

Jawab :Biasanya saya yang mengawasi pelatihan bersama pak

jumanto (Ka Subbag TU dan Penyelenggara) untuk memantau

pelaksanaan pelatihan di UPTD BLK Mijen. Ada monitoring dan

evaluasi dari Bu Uut BBPLK Semarang 3 hari sebelum pelatihan ditutup.

66. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?

Jawab : Monitoring akan dilakukan 6 bulan sampai satu tahun

kedepan untuk melihat hasil pelatihan terhadap peserta pelatihan. Tapi

untuk sekarang monev tersebut akan dilaksanakan melalui grup whatsapp

dengan ajang sharing

F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

67. Evaluasi apa saja yang dilaksanakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ada evaluasi sarana dan prasarana, evaluasi materi, dan

evaluasi instruktur. Ada juga monev langsung dari BBPLK. H-3 atau 2

sebelum pelatihan selesai.

68. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?

Jawab : Selama pelaksanaan masih belum ada kendala.

a. Evaluasi Materi

69. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?

Jawab : Ada.

70. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

Jawab : Evaluasi materi pelatihan dilaksanakan dengan pengisian

kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatihan berakhir.

71. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?

Jawab : Sudah disediakan form khusus dari BBPLK.

72. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Dari form yang kita bagikan ke peserta, nanti kami

evaluasi, misal ada materi yang tidak sesuai atau yang sulit dipahami,

nanti kita tindak lanjuti untuk perbaikan materi. Namun tidak ada

kesulitan materi yang dihadapi peserta berdasarkan hasil kuisioner.

b. Evaluasi Instruktur

73. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?

Page 215: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

200

Jawab : Ada.

74. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?

Jawab : Penilaian instruktur melalui kuisioner yang diisi oleh

peserta pelatihan dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatiha berakhir.

75. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur

pembuatan masker?

Jawab : Instruktur telah berpengalaman dalam bidangnya baik

teknis maupun metodologis.

76. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam

proses pelatihan ?

Jawab : Instruktur mampu menyampaikan materi agar mudah

dipahami peserta pelatihan, dan mampu membantu kendala yang

dihadapi peserta pelatihan.

77. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Berdasarkan pengisian kuisioner, mengenai pelayanan

instruktur sudah cukup baik, sehingga belum ada yang harus

ditindaklanjuti karna dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan peserta.

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

78. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker?

Jawab : Ada.

79. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?

Jawab : Ada pengisian kuisioner untuk peserta pelatihan tentang

sarana prasarana yang digunakan.

80. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana

prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Sesuai standar dan kebutuhan pelatihan.

81. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker ?

Jawab : Peserta mengisi form mengenai sarana prasarana yang

digunakan, misal ada kesulitan penggunaan sarpras, seperti kemarin ada

Page 216: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

201

kesulitan penggunaan mesin obras, nanti kita tindak lanjuti, kita perbaiki

agar pelatihan selanjutnya kendala yang dihadapi peserta tidak terulang

kembali.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

82. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan

pembuatan masker?

Jawab : Pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena

pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini. Untuk evaluasi

standar dari pusat hanya sarpras, evaluasi instruktur, dan evaluasi materi

pembelajaran.

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

83. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Biasanya itu dilakukan monev 6 sampe 1 tahun kedepan.

84. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?

Jawab : Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring

evaluasi baik melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi

langsung ke BLK. Namun mengingat masa pandemi Covid-19

kemungkinan akan dilaksanakan secara daring.

85. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta

pelatihan?

Jawab : Untuk penyaluran kerja masih belum ada, keluaran

pelatihan yaitu peserta mampu menguasai unit kompetensi dan

menerapkan dalam kehidupannya baik untuk membuka usaha.

G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

86. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?

Jawab : Perencanaan bisa dilaksanakan dengan baik dan tepat.

Walaupun kita tidak merencanakan dari awal, tidak sesuai rencana

pelatihan tahun 2020 karena kendala Covid-19, namun perencanaan

pelatihan pembuatan masker sebagai pelatihan tanggap Covid-19 ini

berjalan dengan baik.

87. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Page 217: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

202

Jawab : Bahan ajar menunjang pelaksanaan pelatihan pembuatan

masker.

88. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Pelaksanaan pelatihan lebih mudah dilaksanakan, dan

mampu mencapai target pembuatan masker dalam waktu 10 hari.

89. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?

Jawab : Media membantu proses pelatihan dalam mencapai tujuan.

90. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Sarpras sudah maksimal sesuai dengan kebutuhan peserta

pelatihan.

91. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Untuk uji kompetensi tidak ada.

Page 218: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

203

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Senin, 22 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Jumanto

Usia : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Staf

Pendidikan Terakhir : S1 Hukum

Alamat : Ngresep Barat 03 Banyumanik, Semarang

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Latar Belakang

1. Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Sejak tahun 2010, BLK ada dua tempat, di Gayamsari dan

di Mijen. Ya untuk meningkatkan kompetensi atau keterampilan

masyarakat. Agar mampu bersaing.

2. Tujuan didirikannya BLK

Jawab : Tujuan BLK itu untuk menciptakan tenaga kerja terampil,

siap kerja sama mempunyai daya saing. Dan menyiapkan program

pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri.

3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?

Jawab : Pelatihan yang dilaksanakan saat ini ada pelatihan

memasak dan pembuatan masker.

b. Visi Misi

4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang

STAF

Page 219: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

204

Jawab : Visi BLK Kota semarang itu “Menjadi pusat pelatihan

kerja berbasis kompetensi, berdaya saing tinggi dan memenuhi kebutuhan

pasar kerja”

5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang

Jawab : Untuk misinya

Menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing

tinggi

Mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi

Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder

c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Melatih peserta untuk membuat masker kain katun yang

nonmedis ya, dua lapis, dan dibuat dengan cara dijahit. Dari mulai memilih

bahan, membuat pola, memotong , menjahit sampai menjadi masker utuh.

7. Dasar penyelenggaraan pelatihan ?

Jawab : Ada SK dari Dirjen Binalattas mengenai program

pelatihan tanggap Covid-19. Ini juga upaya pemerintah dalam

meminimalisir dampak pandemi terhadap masyarakat, apalagi yang kena

PHK.

8. Sasaran pelatihan ?

Jawab : Sasarannya untuk masyarakat sekitar kota semarang, yang

terdampak covid-19. Terutama yang kena PHK.

9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan ini ?

Jawab : Sangat antusias, banyak yang mendaftar, namun julah

peserta pelatihan juga dibatasi jadi tidak bisa menerima semua pendafar.

B. Perencanaan Program Pelatihan Pembuatan Masker

Biasanya perencanaan dilakukan sudah dari jauh hari sebelum pelaksanaan

pelatihan, biasanya di akhir tahun, karena ini ada refocusing anggaran

pelatihan, jadi kita melakukan perencanaan ulang, kita identifikasi

pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan alat pelatihan,

dari BBPLK menawarkan beberapa paket pelatihan, kami mengambil

Page 220: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

205

pelatihan pembuatan masker dan memasak, kemudian diajukan ke

BBPLK, setelah mendapat persetujuan, anggaran sudah turun, baru kita

membuat matrik pelaksanaan pelatihan.

10. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?

Jawab : Perencanaan untuk pelatihan pembuatan masker ya dari

waktu pelaksanaan, sama pemenuhan kebutuhan pelatihan, membuat

matrik yang didalamnya berisi kapan pelaksanaan pelatihan, kapan waktu

evaluasi.

11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan?

Jawab : Agar pelaksanaan berjalan lancar ya, meminimalisir

kendala yang akan dihadapi.

12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan?

Jawab : Menentukan persyaratan peserta, menentukan kebutuhan

pelatihan.

a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program

13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?

Jawab : Untuk staf khusus si tidak ada, karena yang mengurus dari

seluruh staf BLK.

b. Tujuan Pelatihan

14. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Tujannya agar peserta pelatihan bisa membuat masker

sesuai standar, dan peserta itu bisa berwirausaha.

15. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan ?

Jawab : Disesuaikan dengan keadaan sekarang, karena banyak

PHK ya, dan pelatihannya juga waktunya singkat, jadi pelatihan masker

ini lebih mudah dilaksanakan.

16. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,

Psychomotor Domain?

Jawab : Tentu, tujuan pelatihan tentunya juga untuk menambah

pengetahuan, sikap dan yang terpenting keterampilan membuat masker.

Page 221: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

206

17. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,

dan alat evaluasi ?

Jawab : Untuk mencapai tujuan tentunya materi, metode yang

digunakan harus linier.

c. Penetapan Bahan Ajar

18. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan ?

Jawab : Bahan ajar yang digunakan hanya buku informasi.

19. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses

pembelajaran ?

Jawab : Iya bahan ajar menunjang, sebagai pedoman pelatihan

juga.

20. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?

Jawab : Yang membuat bahan ajar dari instruktur.

d. Penetapan Metode Pembelajaran

21. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

Jawab : Kalau metode kami tidak menetapkan, biasanya dari

instruktur sendiri.

22. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan ?

Jawab : Ada ceramah, demonstrasi, sama praktik. Tapi lebih

ditekankan ke praktik ya kalo di pelatihan.

23. Mengapa memilih metode tersebut dalam pelatihan ?

Jawab : Pelatihan kan lebih ke skill, jadi praktik memang yang

paling utama yang harus di kuasai. Untuk teorinya bisa sambil jalan,

e. Penetapan Media/Alat Bantu

24. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?

Jawab : Disesuaikan dengan metode yang digunakan, disesuaikan

dengan pelatihannya juga.

25. Apa dasar penetapan media pelatihan ?

Jawab : Dari silabus,

26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan

pelatihan ?

Page 222: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

207

Jawab : Iya.

27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Buku informasi.

f. Penetapan Cara Evaluasi

28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?

Jawab : Ada evaluasi sarana dan prasarana, evaluasi materi, sama

instruktur kalo ga salah. Itu form sudah di sediakan dari pusat, nanti kita

yang mengevaluasi hasil pengisian form nya.

29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan

Jawab : Ada observasi, praktik.

30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?

Jawab : Peserta, ada juga evaluasi instruktur.

31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan ?

Jawab : Untuk evaluasi berupa uji kompetensi sih tidak di

laksanakan.

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan ?

Jawab : Untuk menetapkan waktu dan tempat pelatihan didasarkan

pada kebutuhan, dan dari pusat diberi batasan waktu 10 hari, kita hanya

menentukan tempat.

33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu

pelatihan ?

Jawab : Tempat yang digunakan karena sudah tersedia peralatan

yang lengkap.

34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

Jawab : Di BLK Mijen, lantai 2 ruang jahit.

35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

Jawab : Dari tanggal 15 juni s.d 26 Juni 2020.

h. Penetapan Instruktur

36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?

Page 223: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

208

Jawab : Biasanya ada seleksi, tapi ini kan instruturnya sudah dari

dulu mengajar di BLK, ya hanya di tunjuk saja. Karena instruktur juga

sudah menguasai skill menjahit.

37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?

Jawab : Yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, sudah

berpengalaman juga.

38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?

Jawab : Yang menguasai materi, memguasai skill, dan bisa

berkomunikasi baik dengan peserta pelatihan ya.

39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Untuk instruktur pembuatan masker hanya ada satu, Bu

Siti Rochmah.

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?

Jawab : Jadi kita mendapat tugas untuk menjalankan pelatihan,

dan waktu pelaksanaan kita menyesuaikan dari sana.

41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?

Jawab : Disesuaikan dengan unit kompetensi.

42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan

kebutuhan peserta

Jawab : Peserta yang mengikuti jadwal dari BLK.

43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?

Jawab : Kita menyesuaikan dengan unit kompetensi dari yang

paling dasar, dari mulai pemilihan bahan.

44. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker

Jawab : Untuk jadwal pelatihan selama 10 hari, dari jam 08.00

sampai jam 13.00.

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

45. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan ?

Jawab : Kalo anggaran dari pusat, kita tidak merencanakan

anggaran.

Page 224: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

209

46. Darimana sumber pendanaan pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Untuk pelatihan pembuatan masker dam masak ini kan

dari BBPLK, jadi dananya dari APBN.

C. Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?

Jawab : kalau saya (penyelenggara) merencanakan tempat, bahan

pelatihan, mengawasi juga pelaksanaan pelatihan di Mijen.

48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : pengecekan ruang dan mesin, bahan dan alat juga

dipersiapkan.

D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan ?

Jawab : Lewai instagram, di web juga ada. Link alumni juga.

50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan

Jawab : Tahap pendaftaran, tes, pengumuman.

51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan yang dibutuhkan ?

Jawab : Yang pasti sehat, warga Kota Semarang, mempunyai

keterampilan dasar jahit.

b. Bahan Ajar

52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Sesuai, sudah tertera setiap unit kompetensi yang harus

dikuasai.

c. Metode Pembelajaran

53. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?

Jawab : Praktik dan ceramah.

54. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?

Jawab : Tidak ada.

d. Media Pembelajaran

55. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Buku informasi.

Page 225: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

210

56. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Iya.

57. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

Jawab : Sejauh ini belum ada.

e. Sarana dan Prasarana

58. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Bahan pelatihan, makan siang, ATK, seragam, sertifikat,

sama uang transport.

59. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ruang pelatihan, lengkap dengan mesin jahit.

60. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Sudah maksimal sesuai kebutuhan.

f. Penilaian Peserta

61. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta

pelatihan ?

Jawab : Penilaian dilakukan instruktur.

62. Bagaimanakah proses penilaian peserta?

Jawab : Kalau pelatihan kan beda sama sekolah formal ya, jadi

penilaian juga hanya dari hasil mungkin kerapian jahitan dan sebagainya.

63. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta

pelatihan ?

Jawab : Jika peseta mampu menguasai tiap unit kompetensi.

E. Pengawasan

64. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?

Jawab : pengawasan dilakukan 2 kali selama pelatihan.

65. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?

Jawab : ada monitoring kepada peserta setelah lolos, untuk

mengetahui kelanjutan dari pelatihan yang sudah diberikan.

F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

66. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan

pembuatan masker ?

Page 226: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

211

Jawab : Evaluasi instruktur, peserta, sarpras.

67. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?

Jawab : Lebih ke hasil pelatihan, apakah sudah menguasai unit-

unit kompetensi atau belum.

a. Evaluasi Materi

68. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuata

masker ?

Jawab : Ada, dengan pengisian kuisioner.

69. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

Jawab : Kuisioner diberikan kepada peserta H-1 penutupan.

70. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?

Jawab : Untuk evaluasi sudah ada formulir dari pusat, kita hanya

menerima kuisionernya dan diberikan ke peserta.

b. Evaluasi Instruktur

71. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan ?

Jawab : Ada, sama dengan evaluasi materi.

72. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur ?

Jawab : Instruktur yang berpengalaman di bidangnya.

73. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam

proses pelatihan ?

Jawab : Mampu menyampaikan atau mentransfer ilmu secara

maksimal kepada peserta pelatihan.

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

74. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker ?

Jawab : Dari pusat juga, dan berupa kuisioner.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

75. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran

pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Ada, ini dari BLK yang akan mengkaji setelah pelatihan

selesai.

Page 227: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

212

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

76. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Akan ada monitoring evaluasi.

77. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?

Jawab : Belum.

78. Bagaimana standar kompetensi dari pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Peserta mampu membuat usaha mandiri dalam membuat

masker.

G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

79. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?

Jawab : Tujuan pelatihan dapat tercapai, tidak ada kendala dalam

pelaksanaan pelatihan.

80. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Jawab : Bahan ajar yang digunakan mudah dipahami peserta

pelatihan.

81. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Pelatihan berjalan lancar dan bisa mengejar target

pembuatan 2000 masker.

82. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Sarana prasarana lengkap sehingga mempermudah peserta

peatihan.

83. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Tidak adauji kompetensi karena ini pelatihan refocusing,

bukan seperti biasanya yang dilakukan selama 20 sampai 30 hari.

Page 228: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

213

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Senin, 22 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Siti Rochmah

Usia : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Instruktur

Pendidikan Terakhir : D3 Bahasa

Alamat : Perum Sembungharjo Permai Blok C no 7 Genuk,

Semarang

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Pembuatan masker yang dilaksanakan disini yaitu

pembuatan masker kain (masker nonmedis) dari nol dimulai dari

pemilihan bahan, pokoknya dari nol sampai jadi masker yang layak

pakai. Masker yang dibuat akan di donasi jadi model masker yang dibuat

adalah model unisex (headloop-earloop). Masker standar dua lapis dan

bisa dipakai cowo dan cewek.

2. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?

Jawab : Pelatihan pembuatan masker kan didasarkan dengan

kebutuhan masyarakat saat ini di masa pandemi Covid-19.

3. asaran pelatihan pembuatan masker?

INSTRUKTUR

Page 229: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

214

Jawab : Untuk masyarakat umum yang basicnya mereka mau

berwirausaha untuk memproduksi masker. Masyarakat sekotar kota

semarang, yang memiliki KTP Kota Semarang.

4. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Melihat dari siswanya, sangat antusias karena prodak

masker ini masih dibutuhkan.

B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

5. Apakah instruktur terlibat dalam proses perencanaan pelatihan ?

Jawab : Tidak, itu yang melakukan dari staf BLK

6. Apakah instruktur terlibat dalam identifikasi kebutuhan ?

Jawab : Tidak, saya hanya melakukan penyelenggaraan pelatihan

saja.

a. Penetapan Pengelola dan Staf pembantu program

7. Apakah instruktur terlibat dalam penetapan pengelola dan staf pembantu

program ?

Jawab : Tidak.

b. Penetapan Tujuan

8. Apakah instruktur dilibatkan dalam penetapan tujuan pelatihan ?

Jawab : Tidak.

c. Penetapan Bahan Ajar

9. Apakah instruktur terlibat dalam menetapkan bahan ajar pelatihan ?

Jawab : Untuk bahan ajar dari BLK. Kalau saya mengikuti.

Juklaknya dari BLK saya hanya melaksanakan.

d. Penetapan Metode Pembelajaran

10. Apakah instruktur menentukan metode yang akan digunakan dalam

pembelajaran ?

Jawab : Kalau metode kita yang mengembangkan, disesuaikan

dengan keadaan kelas, karena pesertanya homogen, perbedaan gender

dan usia peserta, itu kita sesuaikan dengan kelas.

Page 230: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

215

11. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?

Jawab : Talau teori paling hanya 15% sisanya praktik, karena

ditengah praktik ada teori nanti disambung praktik sambil jalan.

Sebenarnya idealnya 40% teori, 60% praktik, namun karena teori dan

praktik berjalan bareng jadi ya seperti itu.

12. Metode seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ya itu, ceramah, praktik dan demonstrasi.

e. Penetapan Media/Alat Bantu

13. Apakah instruktur menetapkan media yang akan digunakan dalam

pelatihan ?

Jawab : Media menggunakan yang sudah disediakan oleh BLK,

dan apabila ditengah jalan ada kekurangan, maka kita konfirmasi ke BLK

dan segera diadakan. Yang kita butuhkan nanti langsung disediakan.

Biasanya by wa atau telfon langsung ke BLK.

14. Bagaimana cara menetapkan media yang akan digunakan ?

Jawab : Dari BLK sudah menyiapkan.

15. Apakah penetapan media didasarkan pada kebutuhan pelatihan ?

Jawab : Iya, untuk medianya ya disesuaikan dengan kebutuhan

pelatihannya.

16. Media apa saja yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Biasanya si ada yang menggunakan proyektor atau

whiteboard ya, tapi untuk pembuatan masker ini hanya dari modul saja

langsung saya jelaskan ke peserta.

f. Penetapan Cara Evaluasi

17. Apakah instruktur ikut serta dalam merancang evaluasi pelatihan ?

Jawab : Tidak, itu dari staf BLK nya.

g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan

18. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan tempat dan waktu

pelatihan ?

Jawab : Tidak, instruktur tidak menentukan tempat pelatihan, itu

kewenangan dari BLK pusat.

Page 231: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

216

19. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?

Jawab : Di UPTD BLK Mijen, di ruang jahit lantai 2.

20. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?

Jawab : Dari tanggal 15 sampai 26 Juni 2020

h. Penetapan Instruktur

21. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Instruktur seperti saya kan sudah lama menjadi instruktur

mengajar di BLK, modelnya satu kelas ada instrukturnya diambil dari

mana, tapi kita sudah diseleksi dari awal. Diseleksi terlebih dahulu dari

yang awalnya baru menjadi asisten, sudah memiliki pengalaman. Kalau

sertifikat kita biasanya kalau dulu ada, cuma biasanya itu dari BNSP.

Namun setelah menjasi instruktur jahit, dalam pelatihan pembuatan

masker ini tidak ada seleksi, saya langsung ditujuk sebagai instruktur

pelatihan. Pengalaman lebih diutamakan.

22. Adakah proses seleksi dalam penetapan instruktur ?

Jawab : Tidak ada proses seleksi, karena saya sudah lama

mengajar di BLK, saya ditunjuk untuk menjadi instruktur pembuatan

masker ini.

23. Apa saja persyaratan untuk menjadi instruktur pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Kualifikasi instruktur tentunya menguasai materi,

menguasai skill. Karena yang kita salurkan, yang kita transfer adalah

skill.

24. Sejak kapan anda menjadi instruktur di BLK ini ?

Jawab : Saya dulu awal-awal menjadi instruktur tahun 2008,

namun pernah resign karena berkeluarga, dan setelah anak mulai besar,

saya mengajar di BLK lagi.

i. Penyusunan Jadwal Pelatihan

25. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan jadwal pelatihan

pelatihan ?

Jawab : Tidak, ini yang menyusun juga dari BLK.

Page 232: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

217

j. Perencanaan Anggaran Pelatihan

26. Apakah instruktur ikut serta dalam perencanaan anggaran pelatihan ?

Jawab : Tidak, saya juga tidak tahu mengenai perencanaan

anggaran.

C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

27. Apakah instruktur ikut serta dalam merekrut peserta pelatihan ?

Jawab : Instruktur tidak ikur serta dalam perekrutan.

28. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Peserta yang memiliki kemampuan dasar menjahit

diutamakan, karena pelatihan kan hanya dilaksanakan 10 hari.

b. Bahan Ajar

29. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Bahan ajarnya berupa buku informasi atau modul.

30. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?

Jawab : Iya, dengan bahan ajar bisa membantu peserta dalam

menguasai unit kompetensi.

31. Apa saja materi yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan ?

Jawab : Untuk materi pelatihan ya dapat membuat masker sesuai

dengan standar kesehatan, mulai dari memilih bahan, membuat pola,

memotong, dan menjahit rangkaian pola sampai menjadi masker utuh.

c. Metode Pembelajaran

32. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Metode yang kita gunakan ceramah dan praktik,

kebanyakan praktik si mba, karna kita lebih menekankan kesitu. Teorinya

hanya 15% saja sisanya yang 85% praktik, idealnya sih 40% 60% ya,

Cuma karna kita kejar target pembuatan 2000 masker, jadi kita banyakin

di praktik.

33. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

Page 233: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

218

Jawab : Berjalan dengan baik, nanti untuk peserta yang kurang

memahami atau kesulitan juga bisa langsung ditanyakan kepada saya.

34. Mengapa menggunakan metode tersebut untuk menyampaikan materi

pelatihan ?

Jawab : Karena target pembuatan 2000 masker ya, jadi kalau

langsung praktik kan lebih cepat daripada kita jelaskan teori terlalu

banyak.

d. Media Pembelajaran

35. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

Jawab : Ada mesin jahit untuk menjahit maskernya. Mesin obras

juga, karena ada yang di obras maskernya.

36. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Tentu, karna mesin jahit kan pokok dalam pembuatan

masker.

37. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?

Jawab : Sejauh ini tidak ada, karena semua berjalan dengan baik.

e. Sarana dan Prasarana

38. Apa fasilitas yang diberikan?

Jawab : Untuk instruktur tentunya ada gaji dan uang transport,

untuk peserta ada seragam, ATK, uang transport, tas, alat jahit.

39. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ruang pelatihan jahit dengan dilengkapi mesin jahit yang

cukup untuk menujang pembelajaran.

40. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Baik.

f. Penilaian Peserta

41. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

Jawab : Biasanya ada di akhir pelatihan saja, kalau ini ibarat

masih sekolah, jadi tidak ada penilaian tiap harinya, ujian biasanya di

Page 234: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

219

final. Ada kuisioner dan sebagainya, evaluasi juga. Bentuk penilaian

biasanya dari BLK Gayamsari, tidak langsung dari BNSP.

D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Evaluasi Materi

42. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Ada, biasanya di akhir pelatihan. Dan yang membuat

adalah dari pusat.

43. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?

Jawab : Biasanya pengisian kuisioner oleh peserta pelatihan.

b. Evaluasi Instruktur

44. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan

masker?

Jawab : Biasanya ada penilaian dari peserta juga.

45. Apa kompetensi teknis dan metodologis yang anda miliki ?

Jawab : Kalau kompetensi ya sudah menguasai skill dan teori yang

akan disampaikan kepada peserta pelatihan.

46. Apakah pelayanan yang anda berikan kepada peserta sudah sesuai

standar ?

Jawab : Saya sudah berusaha semaksimal mungkin.

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

47. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan

pembuatan masker oleh instruktur ?

Jawab : Itu tidak ada, biasanya malah peserta yang melakuka

evaluasi.

48. Bagaimana prosedur evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?

Jawab : Dengan kuisioner itu tadi.

49. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana

prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Baik, sudah sesuai denga kebutuhan pelatihan.

Page 235: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

220

d. Evaluasi Sistem dan Metode

50. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan

yang dilakukan oleh instruktur ?

Jawab : Kalau itu biasanya saya dinilai oleh Kasudin (Kepala

Suku Dinas Pendidikan).

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

51. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta

pelatihan?

Jawab : Untuk keluaran pelatihan diharapkan ya peserta bisa

menerapkan dirumah, maupun untuk membuka usaha, dan terarah.

E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

52. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Jawab : Bahan ajar yang digunakan mudah dipahami oleh peserta

pelatihan.

53. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Dengan metode ini, pembuatan masker menjadi lebih

cepat jika dibandingkan dengan ceramah yang terlalu banyak.

54. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Ruang pembelajaran yang nyaman.

55. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Kalau pelatihan pembuatan masker ini tidak ada uji

kompetensi sih.

Page 236: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

221

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Dimas Aji Pangestu

Usia : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker

Pendidikan Terakhir : SMK N 10 Semarang

Alamat : Jl Karang Jangkal RT 02/04

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Menurut pribadi ya, pelatihan pembuatan masker disini

yaitu masker kain yang bisa digunakan untuk yang berhijab maupun

yang tidak berhijab.

2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Untuk menambah wawasan mengenai pembuatan masker,

sebelumya sudah memiliki keterampilan menjahit karna pernah ikut

pelatihan garmen.

B. Perencanaan Program Pelatihan Pembuatan Masker

3. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta

pelatihan pembuatan masker?

PESERTA PELATIHAN

Page 237: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

222

Jawab : Kemarin kan ada dari kartu prakerja, yang mengisi secara

online, kebetulan di telfon oleh pihak BLK, kemudian ditawari oleh BLK

untuk mengikuti pelatihan pembuatan masker.

C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

4. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Melakukan pendaftaran, tes tertulis, nanti ada

pengumuman dan langsung pelatihan. Dilakukan di BLK Gayamsari.

5. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan

ini ?

Jawab : Ijazah terakhir, KTP, KK, Foto.

6. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan

pembuatan masker?

Jawab : Memiliki skill menjahit dasar.

b. Bahan Ajar

7. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ?

Jawab : Iya ada modul.

8. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?

Jawab : Iya, karena di modul sudah ada unit-unit kompetensinya.

9. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?

Jawab : Ya cara membuat masker dari nol, mulai dari memilih

bahan, sampai membuat masker jadi.

c. Metode Pembelajaran

10. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ya kita dikasih tau dulu mau dibikin seperti apa

maskernya, nanti kalo udah langsung di praktikkan.

11. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

Jawab : Metodenya udah tepat sih, kita juga udah punya

keterampilan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti.

Page 238: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

223

d. Media Pembelajaran

12. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

Jawab : Biasanya si Cuma ceramah, jadi ngga pake whiteboard

atau proyektor. Paling alat yang dipake ada mesin jahit sama obras.

e. Sarana dan Prasarana

13. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Ada uang transport, seragam, tas, ATK.

14. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ya ruangan untuk pelatihan, sama alat jahit.

15. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Sudah cukup untuk proses pembelajaran, tidak ada yang

kurang.

f. Penilaian Peserta

16. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

Jawab : Ini si belum ada, biasanya di akhir pelatihan.

17. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?

Jawab : Ya menguasai unit kompetensi yang diajarkan oleh

instruktur.

D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Evaluasi Materi

18. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker

oleh peserta pelatihan ?

Jawab : Belum, biasanya mengisi kuisioner mengenai.

b. Evaluasi Instruktur

19. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta

pelatihan ?

Jawab : Belum ada.

20. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?

Jawab : Katanya si pakai kuisioner.

Page 239: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

224

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

21. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh

peserta pelatihan?

Jawab : Belum.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

22. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?

Jawab : Belum .

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

23. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Untuk pelatihan pembuatan masker sih tidak ada uji

kompetensinya.

24. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?

Jawab : Mungkin nanti ada informaso mengenai penyalurannya,

tapi si ini lebih ke berwirausaha sendiri ya.

E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

25. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Jawab : Mudah dipahami sih.

26. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Enak, dijelaskan dan langsung bisa praktik.

27. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Sarana prasarana sangat memadai dan sudah maksimal.

28. Apakah faktor pendukung pelatihan?

Jawab : Jadi pelatihan yang dilakukan juga bermanfaat karena

pembuatan masker ini akan didonasikan.

Page 240: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

225

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Tunggul

Usia : 21

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker

Pendidikan Terakhir : SMK N 10 Semarang

Alamat : Jl. Karang Jangkal RT 02/04

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Pelatihan membuat masker nonmedis yang dari kain,

untuk umum gitu si, dengan cara dijahit.

2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ingin bisa membuat masker, agar kalo nanti dirumah bisa

buat sendiri.

B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

3. Apakah anda mengetahui tujuan dari pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Tujuannya ya kalo nanti udah dari sini mungkin bisa bisa

kerja bantu atau mau buka udaha sendiri membuat masker.

4. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Informasinya dari temen yang ikut mendaftar disini. Jadi

daftarnya langsung dateng ke BLK Gayamsari.

PESERTA PELATIHAN

Page 241: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

226

C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

5. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Ya ada tes tertulis tadi, sama ngumpulin berkas-berkas

gitu. Tidak ada praktik, hanya tes tertulis saja.

6. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan ?

Jawab : Dokumennya ya fotokopi KTP, KK, sama Ijazah terakhir.

7. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan

pembuatan masker?

Jawab : Sudah mempunyai basic menjahit dari pelatihan

sebelumnya, di BLKI pedurungan. Ikut pelatihan menjahit pakaian waita

dewasa.

b. Bahan Ajar

8. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ?

Jawab : Modul saja.

9. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?

Jawab : Iya.

10. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?

Jawab : Memilih bahan untuk membuat masker, sama menjahit

maskernya sampe jadi.

c. Metode Pembelajaran

11. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Biasanya langsung praktik gitu, penjelasan langsung

praktik.

12. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

Jawab : Ya praktik aja, diajarin sampai bisa. Kalo ada yang belum

paham bisa langsung minta diarahin.

13. Apakah metode yang digunakan sudah tepat dengan kebutuhan peserta

pelatihan ?

Page 242: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

227

Jawab : Sudah kalo menurut saya, karena teorinya juga ngga

terlalu banyak kalo membuat masker. Kalau salah biasanya bisa

diperbaiki lagi.

d. Media Pembelajaran

14. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

Jawab : Langsung lisan saja,

15. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Iya.

e. Sarana dan Prasarana

16. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Tas, modul, seragam, transportasi, sama ATK juga.

17. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ruang jahit yang nyaman sih.

18. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Sudah sangat baik.

f. Penilaian Peserta

19. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

Jawab : Kalo penilaian tiap hari si tidak ada, mungkin nanti di

akhir pelatihan.

D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Evaluasi Materi

20. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker

oleh peserta pelatihan ?

Jawab : Mungkin nanti diakhir pelatihan.

b. Evaluasi Instruktur

21. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta

pelatihan ?

Jawab : Tidak sih, mungkin belum ya.

22. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?

Jawab : Katanya si pakai kuisioner.

Page 243: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

228

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

23. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh

peserta pelatihan?

Jawab : Belum.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

24. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?

Jawab : Tidak ada.

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

25. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Sepertinya tidak ada, saya belum diberi tau mengenai tes

atau uji kompetensi.

26. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?

Jawab : Belum tau, tapi ini kan tujuannya biar bisa berwirausaha

sendiri ya.

E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

27. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?

Jawab : Jelas dan mudah di mengerti.

28. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Lebih efektif karena langsung praktik, tidak terlalu banyak

teori.

29. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Ruangannya luas si, alat jahit juga berfungsi dengan baik.

30. Apakah faktor pendukung pelatihan?

Jawab : Pelatihannya diajarin membuat maskernya untuk jumlah

besar, jadi maskernya yang umum, trus yang sesuai sama standar

kesehtan juga.

Page 244: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

229

HASIL WAWANCARA

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

JADWAL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Nur Jihan Nada Pratama

Usia : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker

Pendidikan Terakhir : SMK Cendekia Purwita

Alamat : Jl. Badagan Baru No.06

A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang

a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?

Jawab : Pembuatan masker dengan cara dijahit, masker seperti

masker scuba gitu tapi ada karetnya, disa untuk dua fungsi yaitu bisa buat

yang berjilbab bisa yang Cuma buat telinga aja. Masker dari kain dan dua

lapis.

2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Karena suatu saat saya ingin produksi sendiri masker bisa

untuk dijual dan nantinya bisa untuk donasi.

B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

3. Apakah anda mengetahui tujuan dari pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Agar membekali keterampilan membuat masker yang

sedang dibutuhkan saat ini ya, biar bisa wirausaha juga kalo udah punya

keterampilan.

PESERTA PELATIHAN

Page 245: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

230

4. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Dipanggil oleh instruktur ya.

C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Rekrutmen Peserta Pelatihan

5. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Saya tidak mengikuti seleksi karena pilihan, jadi langsung

diikutsertakan pelatihan gaada seleksi. Jadi 50% diambil dari alumni, dan

50% dari masyarakat yang terkena PHK.

6. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan

ini ?

Jawab : Dokumen yang diserahkan fotokopi KTP, KK, sama

Ijazah sih.

7. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan

pembuatan masker?

Jawab : Sebelumnya pernah ikut pelatihan ,ikut pelatihan tata

busana di BLK Mijen dan desainer busana di BBPLK. Pelatihannya kan

beda dengan pembuatan masker, jadi pengen bisa membuat masker juga.

b. Bahan Ajar

8. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan

masker ?

Jawab : Kalo pembuatan masker ga pake modul, jadi langsung aja.

9. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?

Jawab : Iya

10. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?

Jawab : Ya cara memilih bahan buat maskernya, memotong,

sampe menjahit maskernya juga.

c. Metode Pembelajaran

11. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pelatihan pembuatan masker?

Jawab : Langsung praktek aja si mba.

Page 246: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

231

12. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?

Jawab : Dijelaskan langsung praktek, karena kita kan target 2000

masker dalam waktu 2 minggu, jadi biar lebih efektif aja waktunya. Jadi

ngga sempet materi dulu ngga sempet.

13. Apakah metode yang digunakan sudah tepat dengan kebutuhan peserta

pelatihan ?

Jawab : Sudah tepat, Cuma penjelasan di bagian pola masih

kurang si, tapi bisa minta arahan kalo masih bingung.

d. Media Pembelajaran

14. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran ?

Jawab : Ada mesin pemotong, gunting, mesin jahit.

15. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?

Jawab : Sangat membantu ya, karna itu kebuthan dari pelatihan,

kan kita praktik membuat masker, ya mesin jahit, mesin potong, dan

gunting itu sangat diperlukan.

16. Adakah kesulitan dalam menggunakan media pembelajaran ?

Jawab : Terkadang ada kendala, tapi masih bisa diatasi oleh

instruktur.

e. Sarana dan Prasarana

17. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?

Jawab : Tas, lalu seragam, nanti dapet sertifikat juga, sama buku

dan ATK, Alat jahit juga seperti gunting, alat pendedel juga.transport

juga.

18. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?

Jawab : Ya mesin jahit, ruang pelatihan.

19. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?

Jawab : Sangat baik.

f. Penilaian Peserta

20. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?

Page 247: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

232

Jawab : Ngga ada sih mba, hanya suruh tandatangan kehadiran si,

itu wajib. Setahu saya tidak ada penilaian atau Uji Kompetensi, hanya

penutupan saja di akhir.

21. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?

Jawab : Yang penting kita sudah menguasai ketrampilannya sih,

karna tiap hari sudah langsung praktik.

D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

a. Evaluasi Materi

22. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker

oleh peserta pelatihan ?

Jawab : Belum ada.

b. Evaluasi Instruktur

23. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta

pelatihan ?

Jawab : Belum ada.

24. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?

Jawab : Mengisi kuisioner biasanya.

c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana

25. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh

peserta pelatihan?

Jawab : Belum ada.

d. Evaluasi Sistem dan Metode

26. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?

Jawab : Tidak ada.

e. Evaluasi Keluaran Pelatihan

27. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?

Jawab : Tidak aja uji kompetensi.

28. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?

Jawab : Mungkin diinformasikan kalo ada lowongan, tapi si kalo

pembuatan masker lebih ke berwirausaha ya.

Page 248: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

233

E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

29. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?

Jawab : Bisa membuat masker dengan cepat dan tepat sesuai

standar lah. Dan dengan berbagai cara.

30. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?

Jawab : Alat bantunya sudah memadai, sesuai dengan kebutuhan.

31. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada

peserta pelatihan ?

Jawab : Sarana prasarana juga sesuai dengan kebutuhan.

32. Apakah faktor pendukung penyelenggaraan pelatihan lainnya ?

Jawab : Hanya itu si mba, udah bagus.

Page 249: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

234

Lampiran 12

Analisis Data

REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL PENELITIAN

TRIANGULASI SUMBER

Keterangan

P : Pengelola AT : Augus Tineke H1 : Rabu, 17 Juni 2020. 07.30-10.00 WIB

S : Staf DN : Dina Nurani H2 : Senin, 22 Juni 2020. 07.30-11.30 WIB

I : Instruktur J : Jumanto H3 : Selasa, 23 Juni 2020. 09.00-11.00 WIB

PP : Peserta Pelatihan SR : Siti Rochmah H4 : Senin, 06 Juli 2020. 12.00-14.00 WIB

W : Wawancara DA : Dimas Aji Pangestu

H : Hari/Tanggal Wawancara TG : Tunggul

NJ : Nur Jihan Nada Pratama

Aspek yang

diteliti

Penyajian Data

Kesimpulan Informan 1 Informan 2 Informan 3

Perencanaan Pelatihan Mejahit (Pembuatan Masker)

Page 250: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

235

Penetapan

Pengelola

dan Staf

Tidak dibentuk pengelola

khusus, pengelola pelatihan

melalui SK yang disahkan oleh

Kepala BLK menunjuk pegawai

untuk melaksanakan program

dan berkoordinasi dengan

instruktur.

Untuk pengelola pelatihan yang

ditunjuk didasarkan dengan

mengukur kekuatan tim di

UPTD BLK. Pengelola

pelatihan pembuatan masker

melibatkan semua pegawai di

UPTD BLK meliputi Kepala

Subbag TU sampai dengan staf

dengan Kepala UPTD BLK

sebagai penanggung jawab.

(P1:AT:W1:H4)

Pengelola pelatihan

pembuatan masker yaitu

semua staf BLK terlibat,

tidak ada staf khusus tiap

pelatihan sih. Semua staf ,

Ka Subbag TU dan Ka

UPTD BLK sebagai

penanggung jawabnya.

(P2:DN:W1:H1)

Staf khusus si tidak

ada, karena yang

mengurus dari

seluruh staf BLK

(S1:J:W1:H2)

Pengelola dan staf

pembantu program khusus

tidak ditetapkan, pengelola

adalah semua staf BLK, Ka

Subbag TU, dan Ka BLK

sebagai

penanggungjawabnya.

Dokumentasi : daftar pengelola dan staf UPTD BLK Kota Semarang (Lampiran 12 Struktur Organisasi)

Perumusan

Tujuan

Secara umum tujuan pelatihan

pembuatan masker yaitu

Tujuan diadakannya

pelatihan pembuatan

Tujannya agar

peserta pelatihan

Tujuan secara umum yaitu

sebagai bentuk pelatihan

Page 251: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

236

Pelatihan

membuka peluang usaha bagi

masyarakat yang terkena PHK

ataupun yang menganggur

untuk memproduksi masker

yang saat ini menjadi hal yang

wajib ditengah pandemi Covid-

19. Dari hasil pelatiah juga kita

donasikan masker tersebut.

Kalau tujuan khusus dari

program pelatihan pembuatan

masker di sini memenuhi

domain kognitif afektif dan

psikomotorik

(P1:AT:W1:H4)

masker karena kita kan

sedang berada ditengah

pandemi Covid-19,

sekarang masker menjadi

hal yang wajib untuk

dipakai, ketersediaan yang

terbatas.

Disisi lain juga untuk

mengurangi dampak

pandemi dalam hal

pengangguran karena

PHK, agar masyarakat

bisa memproduksi masker

untuk wirausaha. Dari

hasil pelatiah juga kita

donasikan masker tersebut.

(P2:DN:W1:H1)

bisa membuat

masker sesuai

standar, dan peserta

itu bisa

berwirausaha.

Tujuan pelatihan

tentunya juga untuk

menambah

pengetahuan ,sikap

dan yang terpenting

keterampilan

membuat masker.

Untuk mencapai

tujuan tentunya

materi, metode

yang digunakan

harus linier

(S1:J:W1:H2)

tanggap Covid-19, dalam

meminimalisir penyebaran

virus dengan membuat

masker sesuai standar,

membuka peluang usaha

bagi peserta pelatihan untuk

mengurangi pengangguran

karena korban PHK. Hasil

masker dari pelatihan juga

didonasikan ke wilayah

sekitar Kota Semarang.

Tujuan khusus yang

mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Tujuan akan tercapai

melalui perencanaan yang

tepat dan pelaksanaan

pelatihan yang sesuai.

Dokumentasi

Tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk peserta pelatihan mampu :

mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan

Page 252: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

237

menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan

membuat masker sesuai standar kesehatan

Penetapan

Bahan Ajar

Bahan ajar berupa buku

informasi yang memuat materi

dan unit kompetensi yang harus

dikuasai oleh peserta pelatihan.

Bahan ajar sangat menunjang

proses pembelajaran sebagai

pedoman agar peserta mampu

menguasai unit kompetensi.

Bahan Ajar disiapkan oleh

pusat (Kemnaker)

Acuan dari pelatihan

pembuatan masker adalah skkni

No. 305 tahun 2015 tentang

penetapan skkni kategori

industri pengolahan golongan

pokok industri pakaian jadi

bidang produksi pakaian jadi

masal.

Berupa buku informasi,

didalamnya memuat

materi dan unit

kompetensi yang harus

peserta kuasai.

Kalau bahan ajar sudah

disediakan dari

kementrian, sesuai dengan

SKKNI No. 305 tahun

2015

(P2:DN:W1:H1)

Bahan ajar yang

digunakan hanya

buku informasi

Iya bahan ajar

menunjang, sebagai

pedoman pelatihan

juga, bahan ajar

berdasarkan

SKKNI

(S1:J:W1:H2)

UPTD BLK Disnaker Kota

Semarang tidak menetapkan

atau membuat bahan ajar,

bahan ajar sudah disediakan

dari Kementerian

(Kemnaker) berupa Buku

Informasi.

Buku informasi berisi

materi yang harus dikuasai

oleh peserta pelatihan yang

diambil dari SKKNI no 305

tahun 2015 Tentang

Penetapan Skkni Kategori

Industri Pengolahan

Golongan Pokok Industri

Pakaian Jadi Bidang

Produksi Pakaian Jadi

Masal.

Page 253: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

238

(P1:AT:W1:H4) Pegelola juga menyiapkan

alat dan bahan pelatihan

yang disesuaikan dengan

kebutuhan peatihan.

Dokumentasi

Dasar penetapan bahan ajar, SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan

Pokok Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :

Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3) C.141110.044.02

Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02

Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02

Pembuatan Masker

Daftar Alat dan Bahan Pelatihan (Lampiran 12 Daftar Bahan Pelatihan)

Penetapan

Metode

Pembelajaran

Metode yang digunakan itu

ceramah bergambar/kognitif,

diskusi/afektif, dan

demonstrasi dan

praktik/psikomotorik. Tapi

kalau pelatihan biasanya lebih

ke praktik kan ya mba, beda

kalau pendidikan di sekolah

yang fokus ke teori.

Didasarkan pada unit

kompetensi yang ada di

bahan ajar, kita sesuaikan

dengan kebutuhan. metode

yang digunakan itu

ceramah, diskusi dan

demonstrasi, dan praktik.

(P2:DN:W1:H1)

kalau metode kita

(instruktur) yang

mengembangkan,

disesuaikan dengan

keadaan kelas,

karena pesertanya

homogen,

perbedaan gender

dan usia peserta.

Penetapan metode pelatihan

disesuaikan dengan materi

yang akan disampaikan.

Metode yang akan

digunakan lebih ditekankan

ke praktik, karena peserta

pelatihan sudah mempunyai

kemampuan dasar menjahit,

jadi mempermudah proses

Page 254: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

239

(P1:AT:W1:H4) Teori 15% sisanya

praktik, karena

ditengah praktik

ada teori nanti

disambung praktik

sambil jalan.

Sebenarnya

idealnya 40% teori,

60% praktik,

namun karena teori

dan praktik

berjalan bareng jadi

ya seperti itu

(I:SR:W1:H2)

penyampaian teori secara

singkat, dan memperbanyak

praktik.

Teori diberikan sekaligus

praktik agar mempercepat

proses pembuatan masker.

Tidak ada diskusi kelas,

penugasan kelompok, atau

yang lainnya.

Penetapan

Media

Pembelajaran

Media disesuaikan dengan

metode yang digunakan, kalau

praktik ya kita pakai alat jahit,

alat potong. Tapi kalau teori

bisa pakai whiteboard atau

dengan lisan langsung.

Dasar penetapan media

Penetapan media pelatihan

dengan melakukan

identifikasi kebuthan yang

disesuaikan dengan materi

dan metodenya, kalau

praktik kita menggunakan

alat jahit, kalau ceramah

disesuaikan dengan

metode yang

digunakan,

disesuaikan dengan

pelatihannya juga

(S1:J:W1:H2)

Menentukan media yang

akan digunakan sesuai

dengan pelatihan yang

dilaksanakan, sesuai dengan

kebutuhan pelatihan. Dalam

pelatihan pembuatan

masker yang dibutuhkan

Page 255: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

240

disesuaikan dengan metode

yang digunakan dalam

pelatihan. berdasarkan

kebutuhan pelatihannya juga

mba. Butuhnya apa nanti kita

sediakan medianya.

(P1:AT:W1:H4)

bisa sambil menggunakan

whiteboard

(P2:DN:W1:H1)

dalam membuat pola,

menggunakan pola dan

gunting, sedangkan dalam

menjahit berarti kita

menggunakan mesin jahit,

mesin obras.

Observasi

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dalam ruang pelatihan, tidak ada whiteboard ataupun proyektor yang

digunakan, Media yang disiapkan disesuaikan dengan metode pembelajaran.

BLK menyediakan 16 alat jahit yang digunakan peserta pelatihan dalam proses pembelajaran, satu alat jahit untuk

instruktur, dan satu mesin obras.

Dokumentasi (Lampiran 12 Workshop Pelatihan)

Foto Ruang Pelatihan dan Media yang Digunakan

Page 256: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

241

(ruang pelatihan jahit, BLK Mijen)

Penetapan

Cara

Evaluasi

Cara evaluasi pelatihan ada dari

pusat, dari BBPLK, jadi dari

pusat yang melakukan evaluasi

Evaluasi dari instruktur sendiri

seperti penilaian ada, nanti

melalui ketercapaian tiap unit

kompetensinya mba dengan

evaluasi observasi sama

praktik.

(P1:AT:W1:H4)

Untuk evaluasi pelatihan

pembuatan masker ini dari

pusat yang melakukan.

Untuk evaluasi peserta ada

observasi dan praktik.

(P2:DN:W1:H1)

Ada evaluasi

sarana dan

prasarana, evaluasi

materi, sama

instruktur kalo ga

salah. Itu form

sudah di sediakan

dari pusat, nanti

kita yang

mengevaluasi hasil

pengisian form nya.

Penentuan cara evaluasi

tidak dilaksanakan di

UPTD BLK, yang membuat

formulir evaluasi dari

BBPLK Semarang, sudah

ada standarnya. BLK hanya

menerima formulir dan

melakukan proses evaluasi.

Penilaian peserta dilakukan

oleh instruktur melalui

evaluasi praktik yang

Page 257: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

242

(S1:J:W1:H2)

didasarkan pada

ketercapaian tiap unit

kompetensi, dan evaluasi

yang dilakukan oleh BLK

melalui observasi.

Penetapan

Tempat dan

Waktu

Pelatihan

Waktu dan tempat pelatihan

ditentukan berdasarkan

kebutuhan saat pandemi Covid-

19 , kita mengacu pada matrik

kegiatan disusun sebagai acuan

pelaksanaan.

Pertimbangan dalam memilih

tempat pelaksanaan pelatihan

berdasarkan kebutuhan

pelatihan. Pelatihan pembuatan

masker dilaksanakan di UPTD

BLK Mijen karena peralatan

telah tersedia, dan

mengakomodir masyarakat di

wilayah Semarang bagian

Barat. Pelatihan pembuatan

Waktu dan tempat

pelatihan disesuaikan

dengan ketersediaan alat

bantu pelatihan.

Pelatihan pembuatan

masker dilaksanakan di

UPTD BLK Mijen Jl. RM.

Hadi Soebeno No. 122

Mijen Semarang, tepatnya

di ruang Jahit lantai 2. dari

tanggal 15 s.d 26 Juni

2020.

(P2:DN:W1:H1)

Dari pusat diberi

batasan waktu 10

hari, kita hanya

menentukan

tempat, tempat

yang digunakan

karena sudah

tersedia peralatan

yang lengkap .

Tempatnya di BLK

Mijen, lantai 2

ruang jahit.

(S1:J:W1:H2)

Penetapan waktu pelatihan

dari BBPLK yaitu selama

10 hari yang didasarkan

pada kondisi saat ini di

pandemi Covid-19. Tempat

pelatihan ditentukan

berdasarkan ketersediaan

workshop, peralatan yang

lengkap, dan untuk

membatasi interaksi di

tempat pelatihan karena di

BLK Gayamsari

dilaksanakan pelatihan

memasak, jadi pelatihan

pembuatan masker

dilaksanakan di BLK

Page 258: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

243

masker dilaksanakan di UPTD

BLK Mijen Jl. RM. Hadi

Soebeno No. 122 Mijen

Semarang, tepatnya di ruang

Jahit lantai 2. dari tanggal 15

s.d 26 Juni 2020

(P1:AT:W1:H4)

Gayamsari.

Observasi

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pertimbangan mengenai tempat pelaksanaan pelatihan sudah sesuai,

tempat yang digunakan sebagai tempat pelatihan memiliki fasilitas yang menunjang kebutuhan pelatihan dan dalam mematuhi

protokol kesehatan untuk tetap menjaga jarak, maka pelatihan dibagi di dua tempat, yakni di BLK Gayamsari untuk

melaksanakan pelatihan memasak, dan di BLK Mijen melaksanakan pelatihan pembuatan masker.

Dokumentasi

Tempat pelatihan

Page 259: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

244

Matrik Kegiatan Pelatihan (Lampiran 12)

Selain waktu pelaksanaan pelatihan, UPTD BLK juga menetapkan waktu seleksi, pembukaan pelatihan, dan penutupan

pelatihan yang tertulis dalam matrik kegiatan pelatihan sebagai berikut :

Seleksi/ Rekrutmen 8 Juni 2020

Pemanggilan Lolos Seleksi 10 Juni 2020

Pembukaan Pelatihan 15 Juni 2020

Pelaksanaan Pelatihan 15-26 Juni 2020

Pengisian Monev 25 Juni 2020

Penutupan Pelatihan 26 Juni 2020

Penetapan

Instruktur

Penetapan instruktur didasarkan

pada proses identifikasi

Disesuaikan dengan

pelatihan yang

Saya (Instruktur)

sudah diseleksi dari

BLK melakukan

identifikasi kebutuhan

Page 260: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

245

kebutuhan pelatihan. Instruktur

yang dipilih itu instruktur yang

memiliki keahlian di bidang

yang terkait.

Instruktur pelatihan pembuatan

masker memiliki keahlian

menjahit, didukung dengan

sertifikat dari BNSP. Paling

tidak selevel dengan pelatihan

yang akan dilatih.

Instruktur yang akan melatih

harus paham etika profesi, bisa

menyampaikan dengan baik,

komunikatif, bisa menjadi

contoh untuk peserta.

(P1:AT:W1:H4)

dilaksanakan, instruktur

yang dipilih harus

menguasai materi yang

akan disampaikan kepada

peserta pelatihan.

Kualifikasi instruktur

pelatihan memiliki

kompetensi dalam bidang

latih, dan memiliki

sertifikat pelatihan. bisa

mengajar dengan baik,

bisa mengarahkan peserta

agar tujuan pelatihan

tercapai.

(P2:DN:W1:H1)

awal. Sertifikat dari

BNSP.

Untuk pelatihan ini

tidak ada seleksi,

saya langsung

ditujuk sebagai

instruktur

pelatihan.Pengalam

an lebih

diutamakan.

Kualifikasi

instruktur tentunya

menguasai materi,

menguasai skill.

Karena yang kita

salurkan, yang kita

transfer adalah

skill.

(I:SR:W1:H2)

pelatihan, instruktur yang

sesuai dengan bidang latih.

Untuk pelatihan pembuatan

masker, instruktur harus

menguasai materi

pembuatan masker,

instruktur sudah

berpengalaman dan

memiliki sertifikat dari

BNSP. Instruktur yang akan

melatih ya harus paham

etika profesi, bisa

menyampaikan dengan

baik, komunikatif, agar

mempermudah pelatihan,

dan sebagai contoh untuk

peserta.

Ibu Siti Rochmah ditunjuk

oleh BLK sebagai

instruktur pelatihan

pembuatan masker karena

Page 261: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

246

memang sudah

berpengalaman dibidangnya

dan sudah mengajar di BLK

sejak lama. Jadi tidak ada

proses seleksi lagi untuk

menentukan instruktur

pelatihan ini. Instruktur

pelatihan pembuatan

masker cuma satu yaitu

karena disesuaikan

kebutuhan pelatihan yang

cuma 10 hari.

Penyusunan

Jadwal

Pelatihan

Jadwal dilaksanakan sesuai

dengan kesiapan pelaksanaan

yang ditentukan oleh BLK, jika

pesertanya dinyatakan lolos, ya

mereka harus mengikuti jadwal

pelatihan yang sudah BLK

susun. Untuk jadwal mengajar

kita tetapkan dari jam 8-13,

untuk materi yang disampaikan

Setelah pengusulan

pelatihan disahkan,

penyusunan jadwal

dilakukan. peserta yang

menyesuaikan dengan

jadwal yang ada di BLK,

dan pesertanya kan warga

yang tidak bekerja, jadi

menurut saya mereka tidak

jadi kita mendapat

tugas untuk

menjalankan

pelatihan, dan

waktu pelaksanaan

kita menyesuaikan

dari sana. Kita

menyesuaikan

dengan unit

Jadwal dibuat setelah

pengajuan pelatihan

disahkan. Jadwal

dilaksanakan sesuai dengan

kesiapan pelaksanaan yang

ditentukan oleh BLK.

Dalam pembuatan jadwal

mengajar didasarkan pada

materi yang ada di bahan

Page 262: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

247

disesuaikan dengan urutan

materi yang ada di bahan ajar

(P1:AT:W1:H4)

memiliki kesibukan lain

yang harus disesuaikan

dengan jadwal pelatihan

kami. Prioritas disesuaikan

dengan materi. Dari yang

paling dasar hingga

keseluruhan pembuatan

masker.

(P2:DN:W1:H1)

kompetensi dari

yang paling dasar,

dari mulai

pemilihan bahan.

(S1:J:W1:H2)

ajar, sesuai dengan unit

kompetensi paling dasar.

Penyusunan jadwal

ditentukan dari BLK,

peserta pelatihan hanya

mengikuti jadwal yang

telah dibuat.

Pelatihan dilaksanakan dari

hari Senin-Jumat selama 2

minggu dari jam 08.00 sd

13.00

Perencanaan

Anggaran

Pelatihan

Kita tidak merencanakan

anggaran, BLK kan binaan dari

BBPLK, jadi dari sana yang

menganggarkan, kita hanya

mengusulkan pelatihan dan

menjalankan saja. Sumber

pendanaan dari APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja

Negara).

(P1:AT:W1:H4)

Tidak ada perencanaan

anggaran dari BLK,

sumber pendanaan dari

APBN.

(P2:DN:W1:H1)

Kalo anggaran dari

pusat, kita tidak

merencanakan

anggaran. Untuk

pelatihan

pembuatan masker

dam masak ini kan

dari BBPLK, jadi

dananya dari

APBN.

Pengelola tidak membuat

rancangan anggaran

pelatihan pembuatan

masker, anggaran pelatihan

sudah disediakan dari

BBPLK, dan BLK hanya

menerima anggaran

pelatihan sesuai rincian

anggaran yang disusun oleh

BBPL dan berasal dari

Page 263: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

248

(S1:J:W1:H2) APBN (Anggaran

Pendapatan Belanja

Negara)

Pengorganisasian

Pembagian

tugas dan

tanggung

jawab

pengelola ditunjuk dengan

mengukur kekuatan tim. Ka

BLK sebagai penanggung

jawab. Sub bagian tata usaha

melakukan perencanaan

pelatihan, mulai dari

identifikasi kebutuhan

pelatihan, penetapan tujuan,

persiapan sarana prasarana dan

sebagainya yang berkaitan

dengan perencanaan. Kami juga

melaksanakan, mengawasi, dan

mengevaluasi pelatihan yang

diselenggarakan. Bagian

bendahara mengurus keuangan,

perhitungan, dan pelaporan

untuk pelatihan di BLK,

Kepala jadi penanggung

jawab, nanti subbag TU

merencanakan,

melaksanakan, mengawasi

dan mengevaluasi

pelatihan.

(P2:DN:W1:H1)

kalau saya

(penyelenggara)

merencanakan

tempat, bahan

pelatihan,

mengawasi juga

pelaksanaan

pelatihan di Mijen.

(S1:J:W1:H2)

Ka BLK sebagai

penanggung jawab

pelatihan menjahit

(pembuatan masker),

merencanakan, memimpin,

mengkoordinasikan,

mengawasi, mengendalikan

dan mengevaluasi pelatihan

menjahit

Sub Bagian Tata Usaha

bertugas merencanakan,

melaksanakan, mengawasi,

dan mengevaluasi

pelatihan. dalam sub bagian

TU dibagi menjadi dua

jabatan yaitu bendahara dan

Page 264: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

249

keuangan. Bagian pelaksana

bertugas merencanakan

pelatihan, mempersiapkan

pelaksanaan pelatihan,

mengawasi dan mengevaluasi

pelatihan.

(P1:AT:W1:H4)

pelaksana pelatihan.

Bendahara bertugas

mengurus bagian keuangan,

terhitungan kebutuhan

pelatihan, dan pelaporan

keuangan.

Pelaksana bertugas

merencanakan,

mempersiapkan pelatihan,

melaksanakan, mengawasi,

dan mengevaluasi pelatihan

Page 265: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

250

Persiapan

pengelola

dan fasilitas

kita mempersiapkan ruang

pelatihan, menata mesin jahit

dan mengecek kondisinya. Kita

juga mempersiapkan ruang tes

tertulis untuk peserta pelatihan

dengan tetap mematuhi

protokol kesehatan.

mempersiapkan fasilitas untuk

dibagikan kepada peserta yang

lolos seleksi

(P1:AT:W1:H4)

Mempersiapkan ruang

dan persiapan seleksi

pelatihan

Menyusun persyaratan

peserta pelatihan

(dokumen yang harus

dibawa)

Mempersiapkan

fasilitas peserta

Mempersiapkan ruang

pelatihan dan media

pelatihan

(P2:DN:W1:H1)

Pengecekan ruang

dan mesin, bahan

dan alat juga

dipersiapkan.

(S1:J:W1:H2)

Sebelum pelaksanaan,

pengelola juga harus

mengorganisasikan sumber

non-manusiawi. Baik

fasilitas yang menunjang

pelatihan mulai dari ruang

seleksi, persyaratan peserta,

fasilitas untuk peserta

(seragam, tas, atk, bahan

ajar, bahan pelatihan) dan

ruang pelatihan serta

pengecekan kondisi mesin

yang akan digunakan untuk

pelatihan.

Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)

Rekrutmen

Peserta

Pelatihan

Menyebarkan informasi

pelatihan pembuatan masker

dengan sosialisasi lewat media

sosial, dan link alumni. Peserta

yang mendaftar membawa

informasinya dari temen

yang ikut mendaftar disini.

Mendaftar langsung ke

BLK Gayamsari. Ada tes

tertulis tadi, sama

saya tidak

mengikuti seleksi

karena pilihan, jadi

langsung

diikutsertakan

Penyebaran informasi

pelatihan dilakukan melalui

sosial media dan link

alumni. Sebagian peserta

pelatihan adalah korban

Page 266: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

251

berkas yang ditentukan dan

mengikuti seleksi pelatihan,

memenuhi syarat dan mengisi

surat persyaratan kesanggupan

mengikuti protokol kesehatan

selama mengikuti pelatihan.

(P1:AT:W1:H4)

ngumpulin dokumen

seperti fotokopi KTP, KK,

sama Ijazah terakhir. Saya

sudah mempunyai basic

menjahit dari pelatihan

sebelumnya, di BLKI

pedurungan. Ikut pelatihan

menjahit pakaian waita

dewasa.

(PP3:TG:W1:H3)

pelatihan Dokumen

yang diserahkan

fotokopi KTP, KK,

sama Ijazah sih.

sebelumnya pernah

ikut pelatihan ,ikut

pelatihan tata

busana di BLK

Mijen dan desainer

busana di BBPLK.

(PP2:NJ:W1:H3)

PHK dan sebagian alumni

yang pernah mengikuti

pelatihan jahit di BLK .

Dokumentasi

Proses rekrutmen peserta pelatihan sebagai berikut :

Adapun kriteria peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:

1. Sehat jasmani dan rohani

2. Memiliki kemampuan dasar menjahit

3. Warga kota semarang

4. Usia produktif

5. Mengisi surat kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama mengikuti pelatihan.

Pendaftara

n

Pemanggilan

Seleksi Tes Pengumuman

Pelatiha

n

Page 267: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

252

Pelaksanaan

pembelajaran

pelatihan

Bahan ajar yang digunakan

sesuai dengan kebutuhan

peserta pelatihan dan tujuan

pelatihan agar peserta bisa

membuat masker sesuai dengan

standar kesehatan.

Metode pembelajaran dengan

cara caramah, diskusi,

demonstrasi dan praktik dan

sejauh ini tidak ada hambatan.

Alat bantu dalam pelatihan ada

Buku Informasi, White Board,

Mockup Masker, mesin jahit,

mesin obras, dan sejauh ini

tidak ada hambatan, biasanya

kalau ada hambatan, nanti

instruktur menyampaikan ke

kami, apa saja yang masih

kurang, nanti kita sediakan.

Fasilitas peserta pelatihan :

Bahan ajarnya berupa

buku informasi atau

modul, membantu peserta

dalam menguasai unit

kompetensi. Untuk materi

pelatihan ya dapat

membuat masker sesuai

dengan standar kesehatan,

mulai dari memilih bahan,

membuat pola, memotong,

dan menjahit rangkaian

pola sampai menjadi

masker utuh.

Metode ceramah dan

kebanyakan praktik dan

lebih menekankan kesitu.

Teorinya hanya 15% saja

sisanya yang 85% praktik,

Cuma karna kita kejar

target pembuatan 2000

Bahan ajar ada

seperti modul,

sudah ada unit-unit

kompetensinya, ya

cara membuat

masker dari nol,

mulai dari memilih

bahan, sampai

membuat masker

jadi.

Metode untuk

menyampaikan

materi dalam

pelatihan ya kita

dikasih tau dulu

mau dibikin seperti

apa maskernya,

nanti kalo udah

langsung di

praktikkan.

Bahan ajar yang digunakan

berupa buku informasi.

Penngunaan buku informasi

dapat menunjang

pelaksanaan pembelajaran.

Buku informasi mudah

dipahami, karena

didalamnya memuat materi

dan contoh gambar masker.

Bahan ajar memuat 4 unit

kompetensi, yaitu

Mengikuti Prosedur

Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di tempat kerja (K3),

Menjahit Proses Sederhana,

Menjahit Komponen

Pakaian, dan Pembuatan

Masker. Karena peserta

pelatihan sudah memiliki

keterampilan dasar

Page 268: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

253

bahan pelatihan, makan siang,

seragam, ATK, sertifikat, dan

uang transport.

Sarana dan prasarana berupa

ruang pelatihan, mesin jahit,

sarana prasarana, dan mushola.

Mengenai keadaan sarana

prasarana sangat cukup, dan

mesin-mesin dapat digunakan

dengan baik.

(P1:AT:W1:H4)

masker, jadi kita banyakin

di praktik, nanti untuk

peserta yang kurang

memahami atau kesulitan

juga bisa langsung

ditanyakan kepada saya.

Alat bantu : mesin jahit

mesin obras

Fasilitas peserta ada

seragam, ATK, uang

transport, tas, alat jahit.

Sarpras disediakan ruang

pelatihan jahit dengan

dilengkapi mesin jahit

yang cukup untuk

menujang pembelajaran

(I:SR:W1:H2)

Metodenya udah

tepat sih, kita juga

udah punya

keterampilan dasar

menjahit, jadi bisa

mengikuti.

Media paling alat

yang dipake ada

mesin jahit sama

obras. Biasanya si

Cuma ceramah,

jadi ngga pake

whiteboard atau

proyektor.

Fasilitas yang

dikasih ada uang

transport, seragam,

tas, ATK. Sarana

prasarananya ada

ruang jahit, sudah

cukup untuk proses

menjahit, pelatihan di

fokuskan ke proses

pembuatan masker.

Metode yang digunakan

instruktur dalam

menyampaikan materi

dengan cara ceramah,

kemudian dilanjutkan

dengan praktik. Praktik

diperbanyak untuk

mempercepat proses

pembuatan masker. Peserta

pelatihan tidak merasa

kesulitan dengan metode

tersebut karena memang

sudah mempunyai

kemampuan dasar menjahit,

jadi bisa mengikuti dengan

mudah.

Teori disampaikan secara

lisan tanpa menggunakan

Page 269: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

254

pembelajaran, tidak

ada yang kurang

(PP1:DA:W1:H3)

proyektor ataupun

whiteboard meskipun sudah

disediakan oleh BLK.

Fasilitas yang diberikan

kepada peserta pelatihan

yakni ATK, tas, seragam,

bahan pelatihan, alat bantu

jahit, makan siang, dan

sertifikat dari BLK. Sarana

dan prasarana yang

disediakansesuai dengan

perencanaan yang dibuat.

Dokumentasi (Lampiran 12)

Buku Informasi

Daftar Peserta Pelatihan

Foto Kegiatan Pembelajaran

Observasi

Fasilitas Peserta Pelatihan : Bahan Pelatihan, Seragam, ATK, Sertifikat, Uang Transport

Berdasarkan pengamatan peneliti, metode yang digunakan dalam penyampaian materi dengan cara ceramah, yang dilanjutkan

dengan praktik.

Dalam mempelajari unit kompetensi, lebih ditekankan ke unit kompetensi pembuatan masker. Sedangkan yang lain

Page 270: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

255

hanya sekilas. Tidak hanya membuat masker, peserta juga diajari mengenai rancangan dana pembuatan masker.

Fasilitas seperti ruang pelatihan sangat cukup dengan dilengkapi alat jahit untuk menunjang pembelajaran pelatihan.

Hanya satu ruangan yang digunakan untuk pelatihan pembuatan masker dilengkapi 16 mesin jahit yang digunakan

peserta, dan dengan kemampuan dasar peserta, instruktur cukup mudah dalam mengarahkan peserta pelatihan membuat

masker.

Penilaian

Peserta

Penilaian yang digunakan untuk

mengukur kompetensi peserta

pelatihan dengan evaluasi dan

observasi hasil akhir pelatihan,

penilaian peserta dilakukan oleh

instruktur dengan praktik secara

langsung, apakah peserta

mampu menguasai unit

kompetensi atau belum, jika

masih kesulitan maka peserta

diarahkan agar mampu

menguasai materi tersebut.

peserta akan dinyatakan

kompeten jika dapat menguasai

tiap unit kompetensi, untuk uji

kompetensi. Tidak ada

Penilaian apa yang

digunakan untuk

mengukur kompetensi

peserta pelatihan evaluasi

dari instruktur, mengenai

penguasaan tiap unit

kompetensi, penilaian

peserta dilakukan oleh

instruktur secara langsung,

peserta akan dinyatakan

kompeten jika dapat

menguasai tiap unit

kompetensi.

(P2:DN:W1:H1)

ngga ada sih mba,

hanya suruh

tandatangan

kehadiran si, itu

wajib. Setahu saya

tidak ada penilaian

atau Uji

Kompetensi, hanya

penutupan saja di

akhir

(PP2:NJ:W1:H3)

Penilaian peserta oleh

instruktur pelatihan tidak

dilaksanakan secara tertulis.

Pihak Penilaian oleh

instruktur dilakukan melaui

praktik langsung dan

menilai hasil praktik (Tidak

tertulis)

BLK juga tidak

mengadakan uji kompetensi

untuk pelatihan pembuatan

masker karena memang

tidak memugkinkan untuk

dilaksanakan,

mempertimbangkan waktu

pelatihan yang hanya 10

Page 271: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

256

penilaian peserta dengan Uji

Kompetensi.

(P1:AT:W1:H4)

hari .

Pengawasan

Pengawasan

selama

pelatihan

ada monitoring dari BBPLK

Semarang, h-3 sebelum

pelatihan ditutup. Dari BLK

juga mengawasi kegiatan

pelatihan dengan mengunjungi

tempat pelatihan di Mijen untuk

mengetahui pelaksanaan

pelatihan. Kita juga

melaksanakan rapat bulanan

setiap awal bulan. Untuk

pengawasan pelatihan

pembuatan masker, selama ini

belum ada kendala jadi

pelatihan berjalan lancar.

(P1:AT:W1:H4)

biasanya saya yang

mengawasi pelatihan

bersama pak jumanto (Ka

Subbag TU dan

Penyelenggara) untuk

memantau pelaksanaan

pelatihan di UPTD BLK

Mijen. Ada monitoring

dan evaluasi dari Bu Uut

BBPLK Semarang 3 hari

sebelum pelatihan ditutup.

(P2:DN:W1:H1)

pengawasan

dilakukan 2 kali

selama pelatihan

(S1:J:W1:H2)

pengawasan dilakukan oleh

pengelola pelatihan dengan

mengunjungi tempat

pelatihan di UPTD BLK

Mijen untuk mengawasi

proses pelatihan dan

mengecek apakah ada

kendala selama pelatihan.

monitoring oleh BBPLK

Semarang dilakukan tiga

hari sebelum pelatihan

ditutup untuk mengawasi

pelaksanaan pelatihan,

sekaligus mengevaluasi

peltihan yang dilaksanakan.

Pengawasan

setelah

Ada monitoring evaluasi 6

bulan sampai dengan 1 tahun

monitoring akan dilakukan

6 bulan sampai satu tahun

ada monitoring

kepada peserta

Setelah peserta lulus dan

mendapat sertifikat, peserta

Page 272: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

257

pelatihan kedepan. Setelah peserta lulus

dari pelatihan pembuatan

masker, kita tetap memantau

peserta, apakah pelatihan yang

kita berikan dimanfaatkan

untuk berwirausaha atau tidak

digunakan sama sekali, dari situ

bisa kita gunakan sebagai bahan

evaluasi agar di pelatihan

selanjutnya bisa lebih tepat

sasaran dan lebih bermanfaat

bagi peserta pelatihan.

(P1:AT:W1:H4)

kedepan untuk melihat

hasil pelatihan terhadap

peserta pelatihan.

(P2:DN:W1:H1)

setelah lolos, untuk

mengetahui

kelanjutan dari

pelatihan yang

sudah diberikan.

(S1:J:W1:H2)

masih akah dipantau untuk

mengetahui keberlanjutan

dari pelatihan dalam

menerapkan hasil pelatihan

pembuatan masker.

Monitoring dilakukan 6

bulan dampai dengan satu

tahun setelah pelatihan

Selain pengawasan tersebut,

pengelola juga mengadakan

rapat bulanan untuk

memonitoring dan

mengevaluasi

penyelenggaraan pelatihan

di setiap bulannya.

Evaluasi Pelatihan

Evaluasi

Pelatihan

Cara evaluasi pelatihan ada dari

pusat, dari BBPLK, jadi dari

pusat yang melakukan evaluasi,

untuk evaluasi dari instruktur

sendiri seperti penilaian ada,

Ada evaluasi sarana dan

prasarana, evaluasi materi,

dan evaluasi instruktur.

Ada juga monev langsung

dari BBPLK. H-3 atau 2

Ada, biasanya di

akhir pelatihan.

Dan yang membuat

adalah dari pusat.

(PP1:DA:W1:H3)

Evaluasi akhir pelatihan

dilaksanakan cara yang

pertama monitoring

evaluasi oleh Bu Uut dari

BBPLK yang melihat

Page 273: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

258

nanti melalui ketercapaian tiap

unit kompetensinya mba.

Untuk evaluasi peserta

pelatihan kami melakukan

observasi terhadap lulusan

BLK, bagaimana kelanjutan

dari ilmu yang didapatkan,

untuk saat ini kami pantau

melalui grup WA

(P1:AT:W1:H4)

sebelum pelatihan selesai.

(P2:DN:W1:H1)

secara langsung proses

pelaksanaan pelatihan

pembuatan masker tiga hari

sebelum pelatihan selesai.

Kedua evaluasi yang

dilakukan oleh BLK dengan

menggunakan form yang

disediakan oleh BBPLK.

Dan evaluasi setelah

pelatihan, yaitu dengan cara

observasi terhadap peserta

pelatihan setelah keluar dari

pelatihan.

Dokumentasi (Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM))

Kuisioner ini disediakan dari BBPLK Semarang. Pertanyaan yang terdapat didalamnya memuat tentang kinerja pelayanan

UPTD BLK Kota Semarang terhadap masyarakat yang diisi oleh peserta pelatihan.

Evaluasi

Materi,

Instruktur,

dan Sarpras

Pelatihan

Evaluasi materi, instruktur, dan

sarpras pelatihan dilaksanakan

dengan pengisian kuisioner oleh

peserta, dan dilaksanakan H-1

sebelum pelatihan berakhir.

Ada proses monev

langsung dari BBPLK

datang ke BLK biasanya

2-3 hari sebelum pelatihan

selesai. Dari Bu Uut

Untuk evaluasi

sudah ada formulir

dari pusat, kita

hanya menerima

kuisionernya dan

Evaluasi yang dilakukan

oleh BLK menggunakan

form yang telah disediakan

dari pusat dibagikan kepada

peserta pelatihan sehari

Page 274: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

259

(P1:AT:W1:H4) dateng langsung kesini.

Tapi kalau dari kita

biasanya H-1 sebelum

pelatihan selesai. Tapi

formulir sudah dibuatkan

dari sana, sudah ada

standarnya. untuk evaluasi

pelatihan seperti uji

kompetensi dalam

pelatihan pembuatan

masker tidak dilaksanakan.

Karena pelatihan ini lebih

fokus ke peluang usaha,

jadi kami pertimbangkan

uji kompetensinya,

kasihan juga pesertanya

karna ini pelatihan hanya

10 hari.

(P2:DN:W1:H1)

diberikan ke

peserta.

(S1:J:W1:H2)

sebelum pelatihan selesai.

Form berisi kuisioner

penilaian terhadap sarana

prasarana, materi, dan

instruktur pelatihan.

Ada juga evaluasi yang

dilakukan langsung oleh

BBPLK Semarang yang

dilaksanakan H-3 pelatihan

selesai.

Dokumentasi (Lampiran 12 Formulir Evaluasi)

Formulir Evaluasi disediakan oleh BBPLK Semarang untuk menilai kinerja instruktur, materi dan sarana prasarana yang

Page 275: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

260

digunakan selama pelatihan.

Evaluasi

Keluaran

Keluaran pelatihan adalah

masyarakat yang dilatih mampu

membuat usaha mandiri

pembuatan masker, namun

lowongan pekerjaan di bidang

terkait dengan pelatihan

pembuatan masker tetap akan

diinformasikan kepada alumni

peserta pelatihan.

(P1:AT:W1:H4)

Untuk penyaluran kerja

masih belum ada, keluaran

pelatihan yaitu peserta

mampu menguasai unit

kompetensi dan

menerapkan dalam

kehidupannya baik untuk

membuka usaha.

(P2:DN:W1:H1)

Untuk keluaran

pelatihan

diharapkan ya

peserta bisa

menerapkan

dirumah, maupun

untuk membuka

usaha, dan terarah

(S1:J:W1:H2)

Evaluasi keluaran berkaitan

dengan kesempatan kerja,

belum ada penyaluran kerja.

Peserta yang telah selesai

mengikuti pelatihan

diharapkan bisa membuka

usaha secara mandiri,

maupun membuka lapangan

kerja bagi orang lain.

faktor

pendukung

Pelatihan

Pelaksanaan berjalan dengan

lancar sesuai dengan tujuan

pelatihan.

Dengan adanya bahan ajar yang

telah disediakan siswa memiliki

acuan untuk membuat masker

sesuai dengan standar kesehatan

melalui buku informasi

Sarana dan prasarana baik,

mampu menunjang

Perencanaan bisa

dilaksanakan dengan baik

dan tepat. Walaupun kita

tidak merencanakan dari

awal, tidak sesuai rencana

pelatihan tahun 2020

karena kendala Covid-19,

namun perencanaan

pelatihan pembuatan

masker sebagai pelatihan

Tujuan pelatihan

dapat tercapai,

tidak ada kendala

dalam pelaksanaan

pelatihan

Bahan ajar yang

digunakan mudah

dipahami peserta

pelatihan

Pelatihan berjalan

Pelatihan berjalan dengan

lancar dan tidak ada

kendala dan tujuan

pelatihan dapat tercapai

meskipun ditengah pandemi

Covid-19.

Bahan ajar yang digunakan

dalam pelatihan sudah

cukup jelas sehingga

mempermudah peserta

Page 276: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

261

pelaksanaan pelatihan sesuai

dengan tujuan yang ingin

dicapai

Masyarakat juga mudah

mendapat informasi mengenai

pelatihan, sehingga BLK tidak

mengalami kesulitan dalam

mencari peserta pelatihan.

(P1:AT:W1:H4)

tanggap Covid-19 ini

berjalan dengan baik.

Bahan ajar menunjang

pelaksanaan pelatihan

pembuatan masker.

Pelaksanaan pelatihan

lebih mudah dilaksanakan,

dan mampu mencapai

target pembuatan masker

dalam waktu 10 hari.

Media membantu proses

pelatihan dalam mencapai

tujuan.

Sarpras sudah maksimal

sesuai dengan kebutuhan

peserta pelatihan.

(P2:DN:W1:H1)

lancar dan bisa

mengejar target

pembuatan 2000

masker

Sarana prasarana

lengkap sehingga

mempermudah

peserta peatihan

(S1:J:W1:H2)

pelatihan dalam belajar dan

mencapai target pelatihan

(pembuatan 2000 masker)

Sarana dan prasarana sudah

sangat maksimal dan

lengkap sesuai kebutuhan

pelatihan, tidak ada kendala

dalam penggunaan sarpras

dan media pembelajaran.

Page 277: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

262

Lampiran 13

Hasil Dokumentasi

HASIL DOKUMENTASI

MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA

PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA

SEMARANG

FOKUS SUB FOKUS INDIKATOR DOKUMENTASI

ADA TIDAK

Manajemen

Program

Pelatihan

Menjahit

(Pembuatan

Masker)

1. Gambaran

umum UPTD

BLK Kota

Semarang

1.1 Visi Misi

1.2 Struktur

Organisasi

2. Perencanaan

Pelatihan

2.1 Tujuan

Pelatihan

2.2 Dasar

Penetapan

Bahan Ajar

2.3 Daftar Alat

dan Bahan

Pelatihan

2.4 Ruang

Pelatihan

/workshop

dan Media

yang

Digunakan

2.5 Matriks

Kegiatan

Pelatihan

3. Pengorganisasia

n

3.1 Persyaratan

peserta

4. Pelaksanaan

Pelatihan

4.1 Alur Seleksi

dan

Persyaratan

Peserta

4.2 Bahan Ajar

(Buku

Informasi)

Page 278: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

263

4.3 Daftar Peserta

Pelatihan

5. Evaluasi

Pelatihan

5.1 Form

Evaluasi

5.2 Kuisioner

Survei

Kepuasan

Masyarakat

(SKM)

Struktur Organisasi

Page 279: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

264

Matrik Kegiatan Pelatihan

Page 280: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

265

Daftar Peserta Pelatihan

Page 281: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

266

Buku Informasi

Page 282: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

267

Daftar Bahan Pelatihan

Formulir Evaluasi

Page 283: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

268

Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)

Page 284: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

269

Dokumentasi Foto UPTD BLK

UPTD BLK Cabang Mijen

Kantor Utama UPTD BLK Gayamsari

Page 285: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

270

Pelaksanaan Pelatihan

Page 286: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

271

Dokumentasi Wawancara

Page 287: MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA …

272

Workshop Pelatihan