mal praktek

Upload: nur-rizqiatul-aulia

Post on 06-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mal praktek

TRANSCRIPT

Judul : Beberapa kasus mal praktek, latar belakang dan solusinyaKasus / Masalah : Mal praktek dr. Ayu dan 2 orang kawannya yang menarik perhatian dokter seluruh indonesia.Temuan : Pengertian malpraktekSecara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Latar terjadinya mal praktek :

Pelayanan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit, termasuk didalamnya pelayanan medis yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara dokter dengan pasien yang membutuhkan penyembuhan. Dalam hubungan antara dokter dan pasien tersebut terjadi transaksi terapeutik artinya masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Dokter berkewajiban memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya bagi pasien. Pelayanan media ini dapat berupa penegakan diagnosis dengan benar sesuai prosedur, pemberian terapi, melakukan tindakan medik sesuai standar pelayanan medik, serta memberikan tindakan wajar yang memang diperlukan untuk kesembuhan pasiennya. Adanya upaya maksimal yang dilakukan dokter ini adalah bertujuan agar pasien tersebut dapat memperoleh hak yang diharapkannya dari transaksi yaitu kesembuhan ataupun pemulihan kesehatannya.Namun adakalanya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan masing-masing pihak. Dokter tidak berhasil menyembuhkan pasien, adakalanya pasien menderita cacat atau bahkan sampai terjadi kematian dan tindakan dokterlah yang diduga sebagai penyebab kematian tersebut. Dalam hal terjadi peristiwa yang demikian inilah dokter sering kali dituduh melakukan kelalaian yang pada umumnya dianggap sebagai malpraktek. Jadi, malpraktek medis terjadi berawal dari adanya hubungan hukum antara dokter dengan pasien

Kronologi kasus dr.Ayu :

Kasus malpraktek yang menimpa dr.Dewa Ayu Sasiary Prawan yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang terjadi pada tahun 2010 di rumah sakit Dr Kandau Manado , menimbulkan banyak reaksi dari para dokter di Indonesia Seperti pada hari ini Rabu (27/11/2013), para dokter melakukan demo di Tugu Proklamasi, Jakarta dengan menggunakan Ambulans dan juga Metro mini, para dokter tersebut melakukan demo dengan tuntutan menolak kriminalisasi profesi dokter.Kasus yang menimpa dokter ayu dan dua orang temanya tersebut berawal dari tuduhan pihak keluarga korban Julia Fransiska Makatey (25) yang meninggal dunia sesaat setelah melakukan operasi kelahiran anak pada tahun 2010 yang lalu. Akibat dari kasus tersebut dr ayu dan kedua temanya divonis oleh MA dengan hukuman 10 bulan penjara.Berikut ini kronologi kasus penangkapan dokter Ayu dan kedua orang temanya yang juga ikut dihukum atas tuduhan kasus malpraktek menurut keterangan dari Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr Nurdadi Saleh, SpOG seperti dilansir dari Liputan6.Tanggal 10 April 2010Korban, Julia Fransiska Makatey (25) merupakan wanita yang sedang hamil anak keduanya. Ia masuk ke RS Dr Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu itu, ia didiagnosis sudah dalam tahap persalinan pembukaan dua. Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ada kemajuan dan justru malah muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk dilakukan operasi caesar darurat.Saat itu terlihat tanda tanda gawat janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan feses saat persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar, ujarnya.Tapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu sayatan pertama dimulai, pasien mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda bahwa pasien kurang oksigen. Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca operasi kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia, ungkap Nurdadi, seperti ditulis Senin (18/11/2013).Tanggal 15 September 2011Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena laporan malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga terdakwa tidak bersalah dan bebas murni. Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli udara, sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh dokter. Emboli udara atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN Manado memutuskan bebas murni, tutur dr Nurdadi.Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang kemudian dikabulkan. 18 September 2012Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO). 11 Februari 2013Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.8 November 2013Dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan penjara. Ia diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04 Wita.Kronologi Menurut Yulin Mahengkeng, ibu Julia Fransiska Makatey seperti dilansir dari detikSaat itu anaknya, masuk ke Puskesmas di Bahu Kecamatan Malalayang jelang melahirkan. Tanda-tanda melahirkan terlihat pukul 04.00 WITA, keesokan harinya, setelah pecah air ketuban dengan pembukaan 8 hingga 9 Centimeter.Tapi dokter Puskemas merujuk ke RS Prof dr Kandou Malalayang karena Fransiska mempunyai riwayat melahirkan dengan cara divakum pada anak pertamanya. Kami tiba pukul 07.00 WITA, lalu dimasukkan ke ruangan Irdo, kata Yulin kepada detikcom, Senin (25/11/2013) malam.Karena hasil pemeriksaan terjadi penurunan pembukaan hingga 6 cm, pagi itu Fransiska lalu diarahkan ke ruang bersalin. Yulin lalu mengatakan, saat itulah seakan terjadi pembiaran terhadap anaknya, karena terkesan mengulur waktu menunggu persalinan normal.Padahal anak saya harus dioperasi karena air ketuban sudah pecah dan kondisinya sudah lemah, terangnya.Hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, tindakan melakukan operasi baru dilakukan dr Ayu dan dua rekannya. Keluarga pun bolak-balik ruang operasi dan apotek untuk membeli obat. Dengan kondisi tidak membawa uang cukup, tawar-menawar obat dan peralatan terjadi.Bahkan saya coba menjamin kalung emas yang saya pakai, sambil menunggu uang yang masih dalam perjalanan, tapi tetap tidak dihiraukan. Operasi pun akhirnya mengalami penundaan, beber Yulin.Lanjutnya, pada pukul 22.00 WITA, uang dari adiknya pun tiba. Jumlahnya pun tidak mencukupi seperti permintaan pihak rumah sakit. Setelah bermohon berulang kali, operasi kemudian dilaksanakan. 15 menit kemudian, dokter keluar membawa bayi dan memberi kabar anaknya dalam keadaan sehat. Tapi hanya berselang 20 sampai 30 menit kemudian, dokter bawa kabar lagi kalau anaknya sudah meninggal dunia.Kami kecewa terjadi pembiaran selama 15 jam terhadap anak saya. Kenapa tindakan operasi baru dilakukan setelah kondisi anak saya sudah menderita dan tidak berdaya? tandasnya.Ini jelas ada kesalahan yang dilakukan dokter, itu makanya kami keluarga melaporkan ke polisi, tambah Yulin.Menurutnya, kejadian itu sudah beberapa kali diceritakannya ke berbagai pihak untuk membuktikan adanya pembiaran yang dilakukan para dokter yang menangani anaknya.Makanya saya menangis saat dengar, putusan bebas Pengadilan Negeri Manado. Tapi Tuhan dengar doa kami, karena kasasi kami dan Kejaksaan diterima Mahkamah Agung dan mengabulkan tuntutan 10 bulan penjara, tutupnyaSumber : www.aktualpost.com

Analisis belum,mungkin maksudnya analisis itu ,kita menganalisis kasus yang kita ambil

Solusi malpraktek :

Berdasarkan penelitian : Yanuar LELY PUJI RAHMAWATI, Judul skripsi Pola Penyelesaian kasus Malpraktek Terhadap pasien di Rumah Sakit (Studi kasus di Kabupaten Malang),2010

(1) bentuk perlindungan hukum bagi pasien dalam bidang pelayanan medis adalah bahwa pasien memiliki perlindungan hukum. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang di dalamnya telah diatur hak dan kewajiban pasien. Apabila terdapat tindakan dari pelayanan medis yang tidak memuaskan pasien dapat melapor kepada pimpinan Rumah sakit untuk melaporkan kekecewaan pasien, atau juga dapat membuat surat yang di tujukan ke Dinas Kesehatan. (2) Pihak yang harus bertanggungjawab apabila terjadi tindak malpraktek dalam pelayanan medis adalah pelaksana dalam hal ini adalah dokter, bidan, atau pelaku malpraktek. Kemudian yang kedua adalah Pimpinan Instituisi dalam hal ini adalah pimpinan dari Rumah Sakit tempat pelaku malpraktek bekerja. Kemudian yang ketiga adalah Atasan. Sanksi yang dapat dijatuhkan kepada tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan ataupun kelalaian dapat berupa nasehat- nasehat dan anjuran, teguran-teguran keras, usul pencabutan ijin praktek, usul pemindahan ke tempat lain, atau bisa dijerat dengan hukum apabila benar-benar terbukti telah melakukan tindak malpraktek. (3) Bentuk penyelesaian sengketa terhadap kasus malpraktek adalah: (a) Melalui jalur Non Hukum penyelesaian kasus malpraktek dapat diselesaikan dengan jalur musyawarah atau melalui mediasi antar kedua belah pihak yang dapat di lakukan oleh Dinas Kesehatan atau Ikatan Dokter Indonesia (IDI). (b) Melalui jalur Hukum Penyelesaian kasus dugaan malpraktek melalui jalur hukum tentunya melibatkan aparat penegak hukum seperti kepolisian, Lembaga Bantuan Hukum(LBH), bahkan sampai ke tingkat pengadilan.Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di sarankan (1) Bagi pihak tenaga medis di harapkan mampu memberikan pelayanan medis sebaik mungkin kepada pasien sesuai dengan standar profesi medis. (2)Bagi Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Dinas Kesehatan agar terus melakukan kinerjanya secara baik dan lebih professional. (3)Dari penelitian ini di harapkan agar kasus-kasus dugaan malpraktek yang akhir-akhir ini sering terjadi dapat di selesaikan secara tuntas jangan setengah-setengah. Hal itu semua dapat terwujud apabila terdapat peran yang baik dari tenaga medis, aparat penegak hukum, dan semangat masyarakat untuk memperjuangkan kebenaran dan hak-haknya sebagai konsumen jasa pelayanan medis.

Rekomendasi :

1. Pengaturan nilai ganti rugi dalam kasusmalpraktek dokter, khususnya dokterdalam sebuah tim dokter pelaksanatindakan medis sebaiknya menggunakanskema ganti rugi secara proporsionalsesuai dengan tingkat kesalahan doktermasing-masing untuk dapatmenyelaraskan ketimpangan bebankewajiban bertanggung jawab sesuaidengan proporsinya antara dokter yangmelakukan tingkat kesalahan kecildengan dokter melakukan tingkatkesalahan besar.2. Perlu adanya keseriusan pihakpemerintah, untuk segera membuatketentuan pengaturan tingkat kesalahandokter sebagai dasar pertimbangan dalampembayaran ganti rugi malpraktek, untukdapat menyelaraskan ketimpangan bebankewajiban bertanggung jawab sesuaidengan proporsinya antara dokter yangmelakukan tingkat kesalahan kecildengan dokter melakukan tingkatkesalahan besar. Dengan demikiankepastian hukum dan keadilan dapattercipta bagi masyarakat umum dan komunitas profesi.