makalah sken 4
DESCRIPTION
blok 9TRANSCRIPT
Pengaruh Tekanan Darah pada Syok Hipovolemik
Sim Nabilah Tanjung/102012123
Fardiasyah/102013199
Ernieen/102013544
Aidil Rifki Akbar/102013551
Annisa Aulia Reffida/102013553
Ravanda Ferrocha/102014064
Charina Gheofany Debora/102014111
Stephanus Tendean/102014159
Ruth Anthea Airin Simanjuntak/102014210
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]
Abstrak
Peranan darah dalam tubuh sangatlah penting. Adanya sedikit perubahan pada
volume, tekanan, ataupun aliran darah dapat memberikan dampak yang cukup besar pada
kinerja fisiologis tubuh kita. Tubuh kita memiliki respon yang berbeda misalnya adanya
feed forward reflex sebelum melakukan olahraga. Dalam perjalanannya menuju seluruh
tubuh, darah dikirim melalui pembuluh darah yang memiliki fungsi yang berbeda
tergantung strukturnya yang mendukung peranan darah tersebut. Pada keadaan dimana
volume darah turun akibat kurangnya cairan yang berasal dari plasma dapat menyebabkan
syok hipovolemik.
Kata Kunci: darah, pembuluh darah, syok hipovolemik
Abstract
The role of blood in the body is very important. A slightest is change in volume,
pressure, or blood flow may provide a considerable impact on our body's physiological
performance. Our bodies respond differently for example for feed forward reflex before
exercise. On its way to the whole body, blood is sent through the blood vessels that have
different functions depending on the structure that supports the role of the blood. In
1
circumstances where the blood volume dropped due to lack of fluid from plasma can lead
to hypovolemic shock
.
Keywords: blood, blood vessels, hypovolemic shock
Pendahuluan
Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda vital penting selain denyut nadi,
frekuensi nafas dan suhu, bahkan digunakan pula untuk mengukur kemampuan seseorang
untuk bertahan hidup. Pada orang dewasa, tekanan sistolik adalah 120 mmHg, dan tekanan
diastolik adalah 80 mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan disebut tekanan nadi yaitu 40
mmHg. Tekanan darah dipertahankan dalam batas-batas yang adekuat dengan cara interaksi
kompleks antara mekanisme neuronal dan hormonal dimana adekuasi tekanan darah sangat
diperlukan untuk perfusi jaringan dan mendorong berlangsungnya sirkulasi darah.1
Jantung sebagai suatu generator memompa darah ke seluruh tubuh agar perfusi pada
semua jaringan/organ terpelihara dengan baik. Untuk itu jantung harus bekerja keras agar
tekanan rata-rata di seluruh sistem arteri pada satu siklus jantung (mean arterial
bloodpressure) selalu sama pada semua organ, baik yang dekat maupun yang jauh dari
jantung. Tekanan arteri rata-rata adalah jumlah rata-rata dari seluruh tekanan yang dihitung
dari milidetik sampai milidetik berikutnya selama periode tertentu. Nilai ini tidak sama
dengan tekanan sistolik dan diastolik. Akan tetapi tekanan rata-rata tersebut lebih,
mendekati tekanan diastolik dari pada tekanan sistolik. Oleh karena itu tekanan nadi rata-
rata diturunkan oleh sekitar 60% dari tekanan diastolik, dan 40% dari tekanan sistolik.
Bahkan pada usia lanjut tekanan nadi rata-rata mendekati tekanan diastolik. 1
Setiap organ mengontrol aliran darah setempat dengan menaikkan atau menurunkan
resistensi arteriolnya. Dengan demikian gangguan aliran darah lokal pada suatu tempat
tidak akan mempengaruhi aliran darah di tempat lain selagi jantung dapat mempertahankan
mean arterial blood pressure yang memadai. 1,2
2
Mikroskopis Pembuluh Darah
1. Arteri
Tiga kategori utama arteri adalah arteri elastis, arteri muskular, dan arteriol kecil.
Arteri elastis adalah pembuluh paling besar di dalam tubuh. Dinding pembuluh ini terutama
terdiri atas serat elastis yang memberi kelenturan dan daya pegas selama aliran darah.
Arteri elastis bercabang menjadi arteri berukuran sedang, yaitu arteri muskular yang
merupakan pembuluh darah terbanyak di tubuh. Arteri muskular mengandung lebih banyak
serat otot polos pada dindingnya. Arteriol adalah cabang terkecil sistem arteri, dindingnya
terdiri atas satu sampai lima lapisan serat otot polos. Dinding arteri terdiri atas tiga lapisan,
lapisan terdalam adalah tunika intima, terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel
dibawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media, terutama terdiri atas serat otot polos yang
mengitari lumen pembuluh. Lapisan terluar adalah tunika adventitia, terutama terdiri atas
serat-serat jaringan ikat. Arteri muscular berukuran sedang juga memiliki sebuah pita
berombak tipis dari serat elastis yang disebut lamina elastika interna yang bersebelahan
dengan tunika intima. Pita lain terdiri atas serat-serat elastis berombak terdapat pada perifer
tunika media, disebut sebagai tunika elastika eksterna.3
2. Vena
Fungsinya untuk membawa darah dengan tekanan rendah kembali ke jantung. vena
memiliki tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia, dinding vena lebih tipis
daripada dinding arteri, beberapa vena mempunyai katup untuk mencegah aliran darah
kembali / balik, dinding vena lebih tipis, lebih lunak dan kurang elastis daripada arteri
sehingga , pada potongan melintang, vena mirip ban kempis, batas antara tunika intima,
media dan adventisia tidak sejelas pada arteri, unsur jaringan ikatnya lebih mencolok, unsur
otot polos dan elastinnya tidak ada, katup vena merupakan lipatan intima dan ditengahnya
diperkuat oleh jaringan ikat.4
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah terkecil. Terdapat tiga jenis kapiler : kapiler kontinu,
kapiler bertingkap, dan sinusoid. Kapiler kontinu paling umum dan ditemukan pada
kebanyak organ dan jaringan. Pada kapiler ini, sel-sel endotel saling menyambung
3
membentuk lapisan yang utuh. Sebaliknya, kapiler bertingkap memiliki lubang-lubang
bulat atau fenestra (pori) pada sitoplasma sel endotel. Kapiler bertingkap ditemukan dalam
organ endokrin, usus halus, dan glomeruli ginjal. Sinusoid adalah pembuluh darah yang
berjalan berkelok-kelok, tidak teratur dengan diameter yang jauh lebih besar dari kapiler
lain. Sinusoid ditemukan di hati, limpa, dan sum-sum tulang belakang.4
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah
yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah tiap tahap siklus jantung. Selama sistole
ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai
puncak disebut sebagai tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun. Nilai terendah
disebut tekanan diastolik.5
Tekanan darah berubah, bila keluaran jantung dan tahanan tepi berubah. Tahanan
tepi terutama dipengaruhi oleh jari-jari ranting pembuluh nadi dan sedikit dipengaruhi oleh
jari-jari kapiler. Tahanan juga dipengaruhi oleh viskositas darah. Viskositas yang sangat
meningkat pada polisitemia bertanggung jawab terhadap timbulnya hipertensi. Tonus
ranting pembuluh nadi menentukan besarnya tahanan, dan diatur olehpusat vasomotor
(centrum vasomotoris). Vasomotor secara sinambung mengirimkan impuls ke ranting
pembuluh nadi untuk mempertahankan derajat ketonusan yang normal.5-7
Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah
jantung, resistensi perifer total dan volume darah. Tekanan darah arteri rata-rata adalah
gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata
dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume total.
Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan, yaitu tekanan tersebut harus cukup
tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup karena tanpa tekanan ini, otak dan
jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat; alasan yang kedua adalah tekanan
tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan
meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-
pembuluh halus. Penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan
resistensi perifer total, yang dapat dirumuskan dengan :
Tekanan Darah Arteri Rata-Rata = Curah Jantung x Resistensi Perifer Total
4
Di lain sisi ada faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total,
sehingga pengaturan tekanan darah menjadi sangat kompleks. Perubahan setiap faktor
tersebut akan merubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada
variable lain sehingga tekanan darah konstan.Faktor yang mempengaruhi curah jantung,
yaitu kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Kecepatan denyut jantung
ditentukan oleh pengaruh saraf otonom, sedangkan volume sekuncup ditentukan oleh aliran
balik vena dan aktivitas simpatis. Aliran balik vena ditentukan oleh katup vena, efek
penghisapan jantung, tekanan yang terjadi pada darah oleh kontraksi jantung, peningkatan
aktivitas simpatis, pompa otot rangka, pompa respirasi, peningkatan volume darah. 5-7
Faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total, yaitu jari-jari arteriol dan
viskositas darah. Jari-jari arteriol ditentukan oleh kontrol intrinsik dan kontrol ekstrinsik.
Kontrol intrinsik digunakan untuk menyesuaikan aliran darah melalui suatu jaringan
dengan kebutuhan metabolik jaringan tersebut dan diperantarai oleh faktor-faktor jaringan
yang bekerja pada otot polos arteriol. Kontrol intrinsik meliputi perubahan metabolik lokal
menyangkut oksigen, karbodioksida dan metabolit lain, pengeluaran histamin, respon
miogenik terhadap peregangan. Kontrol ektrinsik digunakan untuk mengatur tekanan darah
dan terutama diperantarai oleh pengaruh simpatis dan otot-otot polos arteriol.Kontrol
ekstrinsik meliputi aktivitas simpatis, epinefrin dan norepinefrin, angiotensin II, dan
vasopresin. Sedangkan viskositas darah dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah dan
konsentrasi protein plasma. 5-7
Aliran darah ke suatu jaringan tergantung pada gaya pendorong berupa tekanan
darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena
tekanan arteri tergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol
di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk
mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke
jaringan yang mengalami vasodilatasi, tetapi juga ke otak, yang harus mendapat pasokan
darah konstan. Oleh karena itu, variable kardiovaskuler harus terus-menerus diubah untuk
mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah
berubah-ubah. 5-7
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor di dalam
sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai
5
serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya.
Penyesuaiannya terdiri dari penyesuaian jangka pendek dan penyesuaian jangka penjang.
Penyesuaian jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah
jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom
pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang (dalam beberapa menit atau
hari) melibatkan penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam
dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urin dan rasa haus. 5-7
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke
jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut
harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak
dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal
mengenai resistensi arteriol ke organorgan tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh
terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan
resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya ( putus atau pecah) pembuluh-
pembuluh halus. 5-7
Mekanisme-mekanisme yang melibatkan intergrasi berbagai komponen serta
sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan
resistensi periferal, namun curah jantung dan resostensi periferal pun ditentukan oleh
sejumlah faktor lain. Dengan demikian, kita dapat memahami kompleksitas pengaturan
darah ini. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila
terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. 5-7
Mekanisme pengaturan tekanan darah terbagi dua yakni:
1. Mekanisme pengaturan jangka pendek
Mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek berlangsung dari beberapa
detik hingga beberapa menit. Faktor fisik yang menentukan tekanan darah adalah curah
jantung, elastisitas arteri, dan tahanan perifer. Curah jantung dan tahanan perifer
merupakan sasaran pada pengaturan cepat lewat refleks. Pengukuran ini terjadi melalui
refleks neuronal dengan target organ efektor jantung, pembuluh darah dan medula
adrenal. Sistem refleks neuronal yang mengatur mean arterial bloodpressure bekerja
6
dalam suatu rangkaian umpan balik negatif terdiri yang terdiri dari sistem saraf
otonom; serta efektor, yang terdiri dari alat pemacu dan sel-sel otot jantung, sel-sel otot
polos di arteri, vena dan medula adrenal. Sistem reflex neuronal yang mengatur mean
arterial blood preasure bekerja dalam suatu rangkaian umpan balik negative terdiri
dari: detector berupa baroreseptor yaitu suatu reseptor regang yang mampu mendeteksi
peregangan dinding pembuluh darah oleh peningkatan tekanan darah, dan
kemoreseptor yaitu sensor yang mendeteksi perubahan PO2, PCO2 dan pH darah, jaras
neuronal aferen, pusat kendali di medulla oblongata; jaras neuron eferen yang terdiri
dari system saraf otonom, serta efektor yaitu terdiri dari alat pemacu dan sel otot
jantung, sel otot polos arteri, vena dan medulla adrenal.
2. Mekanisme pengaturan jangka menengah dan panjang
Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang bereaksi cepat dalam
mengendalikan resistensi perifer dan curah jantung, kendali jangka menengah dan
jangka panjang melalui sistem humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis
sirkulasi. Pada keadaan tertentu, sistem kendali ini beroperasi dalam skala waktu
berjam-jam hingga berhari-hari, jauh lebih lambat dibandingkan dengan refleks
neurotransmiter oleh susunan saraf pusat. Sebagai contoh, saat kehilangan darah
disebabkan perdarahan, kecelakaan, atau mendonorkan sekantung darah, akan
menurunkan tekanan darah dan memicu proses untuk mengembalikan volume darah
kembali normal. Pada keadaan tersebut pengaturan tekanan darah dicapai terutama
dengan meningkatkan volume darah, memelihara keseimbangan cairan tubuh melalui
mekanisme di ginjal dan menstimulasi pemasukan air untuk normalisasi volume darah
dan tekanan darah. Kadang-kadang mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfungsi
secara benar dan tidak mampu secra total mengkompensasi perubahan-perubahan yang
terjadi. Tekanan darah dapat meningkat diatas rentang normal (hipertensi apabila diatas
140/90 mmHg) atau di bawah normal (hipotensi apabila kuranga dari 100/60 mmHg).
Pada hipertensi, baroreseptor tidak berespon untuk mengembalikan tekanan darah ke
tingkat normal karena mereka telah beradaptasi atau mengalami "reset" (pengaturan
ulang) untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi. Pada tekanan darah yang meninggi
secara kronik, baroreseptor masih berfungsi mengatur tekanan darah, tetapi mereka
mempertahankannya pada tekanan rata-rata yang lebih tinggi.
7
Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan
penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya
mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh
katekolamin sehingga perfusi makin memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi
kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat
atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Bila volume
intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu berusaha mempertahankan perfusi organ-organ
vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati
dan kulit akan terjadi perubahan-perubahan hormonal melalui system rennin-angiotensin-
aldosteron, system ADH, dan system saraf simpatis.8
Kompensasi Syok
Tindakan kompensasi segera berupaya untuk mempertahankan aliran darah yang
memadai ke otak respom refleks baroreseptor terhadap penurunan tekanan darah
menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan parasimpatis ke jantung.
Meningkatnya aktivitas simpatis ke vena menyebabkan vasokontriksi vena generalisata,
meningkatkan aliran balik vena melalui mekanisme Frank Starling. Secara bersamaan
stimulasi simpatis ke jantung meningkatkan kontraktilitas jantung, sehingga jantung
berdenyut lebih kuat dan menyemprotkan lebih banyak darah, meningkatkan isi sekuncup.
Meningkatnya kecepatan jantung dan isi sekuncup secara kolektif meningkatkan curah
jantung.8
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan
osmosis. Kedua wadah yang dipisahkan oleh membran semipermeabel, yang
memungkinkan molekul pelarut melewatinya tetapi menghalangi lewatnya molekul zat
terlarut. Tekanan osmotik larutan dinyatakan sebagai π = MRT dimana M adalah molaritas
larutan, R adalah konstanta gas (0,0821 L.atm/K.mol), dan T adalah suhu tetap, kita
8
menyatakan konsentrasi di sini dengan satuan yang lebih mudah yaitu molaritas dan bukan
molalitas. Tekanan osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Jika kedua larutan
mempunyai konsentrasi yang sama, dan dengan demikian memiliki tekanan osmotik yang
sama, maka keduanya disebut dalam keadaan isotonik. jika kedua larutan memiliki tekanan
osmotik yang tidak sama, larutan yang lebih pekat disebut larutan hipertonik dan yang lebih
cair disebut sebagai larutan hipotonik.9
Kesimpulan
.Pasien menderita syok hipovolemik dikarenakan berkurangnya volume
intravaskular akibat banyaknya cairan tubuh yang terbuang saat diare, kondisi ini disertai
menuruknya tekanan darah (hipotensi), karena adanya peningkatan tekanan diastolic yang
disebabkan oleh vasokonstriksi atas rangsangan simpatis.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore. Edisi 9. Jakarta: EGC; 2003.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2007
5. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta : EGC; 2001
6. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2009
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2003
8. Tamboyang J. Buku ajar patofisologi. Jakarta: EGC; 2000
9. Chang R. Kimia dasar: konsep-konsep inti. Diterjemahkan oleh: Achmadi. Edisi
ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.16-17
9