makalah penyakit malari1
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di seluruh dunia terutama pada negara-
negara berkembang. Menurut data Departemen Kesehatan RI, jumlah penderita penyakit
malaria di Indonesia 50 orang per 1000 penduduk. Upaya pencegahan penularan penyakit
sebenarnya telah banyak dilakukan seperti dicanangkannya Gebrak Malaria sebagai gerakan
nasional memberantas malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat terjadi melalui
penularan secara alamiah (natural infection), penularan yang tidak alamiah. Upaya yang
dilakukan dengan dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
malaria, meningkatkan perilaku PHBS. Penanggulangan malaria sangat memerlukan
kepedulian dan dukungan semua pihak, baik ia pemerintah dan masyarakat. Dari berbagai
pengalaman, dalam penanggulangan malaria pada masa lalu telah terbukti tanpa keterlibatan
masyarakat, baik ia dukungan dari eksekutif, legislatif, organisasi sosial, keagamaan dan pihak
swasta, hasilnya tidak akan optimal.
1
A. PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yakni antara garis
bujur 600 di Utara dan 400 di Selatan yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim tropis
dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 %
dari penduduk dunia. Penduduk yang berisiko terkena malaria ber jumlah 300-500 juta dan
mengakibatkan 1,5 – 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang
kini sudah bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah,
sebagian besar Karabia, sebagian besar Amerika Selatan, Australia dan Cina (Harijanto, 2000).
Peningkatan jumlah kasus malaria disebabkan oleh perpindahan penduduk (migrasi) ke daerah
yang baru ditempati, terutama di daerah tropis dan perubahan cuaca. Penyebaran malaria
berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan
wilayah lain. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 1990, sebanyak 80%
kasus dijumpai di Afrika dan merupakan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria
indegenous (Harijanto, 2000).
Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan
dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini
dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang
digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan
menyebarkan malaria. Selain itu, malaria umumnya merupakan penyakit di daerah terpencil, sulit
dijangkau dan banyak ditemukan di daerah miskin atau sedang berkembang. Oleh karena itu,
malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global
dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota
PBB pada tahun 2000.
World Health Assembly (WHA) pada tahun 2005 menargetkan penurunan angka
kesakitan dan kematian malaria sebanyak lebih dari 50 persen pada tahun 2010 dan lebih dari 75
persen pada tahun 2015 dari angka tahun 2000. Berbagai upaya penanggulangan telah
dilaksanakan dengan menggalang berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non
pemerintah antara lain World Health Organisation (WHO) dan Global Fund (GF). Pada
pertemuan WHA ke 60 tahun 2007, telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria
bagi setiap negara. Di Indonesia, eliminasi malaria dimulai sejak tahun 2004 dan untuk
2
percepatan penanggulangan malaria dilakukan berbagai intervensi antara lain: kelambu
berinsektisida untuk penduduk berisiko, pengobatan yang tepat untuk subjek terinfeksi malaria
dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT), penyemprotan rumah dengan
insektisida, dan pengobatan pencegahan pada ibu hamil. Di Indonesia, ditemukan semua jenis
human plasmodia terutama Plasmodium falciparum dan P. vivax. Kasus malaria yang dilaporkan
umumnya masih merupakan malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala klinis karena
keterbatasan akses dan fasilitas pemeriksaan laboratorium. Laporan tahunan menunjukkan kasus
terbanyak dilaporkan dari Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur. Sejak tahun 2004, eliminasi
malaria di Indonesia secara bertahap menggunakan ACT sesuai dengan rekomendasi WHO.
Kelebihan derivatif artemisinin ini adalah dapat mencegah penularan. ACT yang digunakan oleh
program malaria nasional adalah kombinasi artesunat-amodiakuin dan dihidroartemisinin-
piperakuin.
B. DESKRIPSI MASALAH
Malaria merupakan penyakit global yang paling sering terjadi di daerah tropis, tetapi
penularannya juga dapat terjadi didaerah beriklim sedang. Pada abad ke-19 dan ke-20 awal,
spesies Plasmodium secara luas terdistribusi di Amerika. Distribusi ini termasuk Amerika Serikat
Selatan, Mississippi River Valley, dan Minnesota dan Michigan. Sekarang, parasit Plasmodium
menyebabkan lebih dari 100 juta kasus malaria per tahun terutama didaerah tropis. Hasil yang
diperkirakan dari 1-2.000.000 kematian per tahun, banyak dari mereka adalah anak-anak.
Bahkan, lebih besar dari 90% kejadian malaria mengancam jiwa anak-anak. Distribusi dari
vektor nyamuk dan prevalensi penyakit dalam suatu populasi merupakan factor utama yang
menentukan distribusi parasit Plasmodium. Daerah yang penuh dengan nyamuk, seperti rawa-
rawa, telah lama memiliki hubungan dengan tingginya angka serangan malaria. Lingkungan
yang mendukung seperti genangan air menyebabkan munculnya sarang nyamuk. Saat ini, yang
merupakan daerah endemik antara lain Karibia, Amerika Selatan bagian utara, Amerika Tengah,
Afrika, India, Australia, Asia Tenggara, dan Asia kepulauan Pasifik. Malaria juga terjadi secara
sporadik di daerah non endemik, dalam banyak kasus berupa penyakit laten. Penyakit malaria
3
yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi fase laten hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson,
2001).
Infeksi malaria terbesar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika
(bagian Selatan) dan daerah Oceania dan Karibia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh
malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun.
Beberapa daerah yang bebas malaria adalah Amerika Serikat, Canada, Negara di Eropa (kecuali
Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara
tersebut terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik, walaupun di Negara tersebut
makin banyak dijumpai kasus malaria yang import karena pendatang dari Negara malaria atau
penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
Faktor-faktor yang menyebabkan terkenanya suatu daerah :
umumnya lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan kondisi
lingkungan yang tidak baik,
sarana transportasi dan komunikasi yang sulit,
akses pelayanan kesehatan yang kurang,
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah
serta prilaku hidup sehat yang kurang baik.
Kemampuan bertambahnya penyakit malaria disuatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain oleh faktor parasit plasmodium (agent), host (manusia), faktor lingkungan.
Faktor Host
Umur : Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria, terutama pada anak dengan gizi
buruk(Rampengan T.H., 2000). Infeksi akan berlangsung lebih hebat pada usia muda atau sangat
muda karena belum matangnya system imun pada usia muda sedangkan pada usia tua
disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh misalnya oleh karena penyakit penyerta seperti
Diabetes Melitus (Weir D.M., 1987). Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan
4
umur selain dipengaruhi oleh faktor kekebalan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pekerjaan , pendidikan dan migrasi penduduk (Departemen Kesehatan RI,2000).
Jenis kelamin : Perbedaan angka kesakitan malaria pada anak laki-laki dan perempuan
dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, migrasi penduduk dan lain-lain (Departemen Kesehatan., RI
1991).
Riwayat malaria sebelumnya : Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya
akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya
penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan dibandingkan dengan transmigran yang dating
dari daerah non endemis (Dachlan Y.P., 1986 : Smith, 1995 : Maitland, 1997)
Ras : Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap
malaria, misalnya “siekle cell anemia” merupakan kelainan yang timbul karena penggantian
asam amino glutamat pada posisi 57 rantai hemoglobin. Bentuk heterozigot dapat mencegah
timbulnya malaria berat, tetapi tidak melindungi dari infeksi. Mekanisme perlindungannya belum
jelas, diduga karena eritrosit Hb S (sickle cell train0 yang terinfeksi parasit lebih mudah rusak di
system retikuloendothelial, dan/atau karena penghambatan pertumbuhan parasit akibat tekanan
O2 intraeritrosit rendah serta perubahan kadar kalium intra sel yang akan mengganggu
pertumbuhan parasit atau karena adanya akulasi bentuk heme tertentu yang toksik bagi parasit
(Nugroho A., 2000). Selain itu penderita ovalositosis (kelainan morfologi eritrosit berbentuk
oval) di Indonesia banyak terdapat di Indonesia bagian timur dan sedikit di Indonesia bagian
barat. Prevalensi ovalosis mulai dari 0,25 % (suku Jawa) sampai 23,7 % suku Roti
(Setyaningrum, 1999).
Kebiasaan : Kebiasaan sangat berpengaruh terhadap penyebaran malaria. Misalnya kebiasaan
tidak menggunakan kelambu saaat tidur dan senang berada diluar rumah pada malam hari.
Seperti pada penelitian di Mimiki Timur, Irian Jaya ditemukan bahwa kebiasaan penduduk
menggunakan kelambu masih rendah (Suhardja, 1997)
Status gizi : Status gizi ternyata berinteraksi secara sinergis dengan daya tahan tubuh. Makin
baik status gizi seseorang, makin tidak mudah orang tersebut terkena penyakit . Dan sebaliknya
5
makin rendah status gizi seseorang makin mudah orang tersebut terkena penyakit (Nursanyoto,
1992).
Pada banyak penyakit menular terutama yang dibarengi dengan dengan demam, terjadi banyak
kehilangan nitrogen tubuh. Nitorgen tubuh diperoleh dari perombakan protein tubuh. Agar
seseorang pulih pada keadaan kesehatan yang normal, diperlukan peningkatan dalam protein
makanan. Penting diperhatikan pula bahwa fungsi dari dari semua pertahanan tubuh
membutuhkan kapasitas sel-sel tubuh untuk membentuk protein baru. Inilah sebabnya maka
setiap defesiensi atau ketidak seimbangan zat makanan yang mempengaruhi setiap system
protein dapat pula menyebabkan gangguan fungsi beberapa mekanisme pertahanan tubuih
sehingga pada umumnya melemahkan resistensi host. Malnutrisi selalu menyebabkan
peningkatan insiden penyakit-penyakit infeksi dan terhadap penyakit yang sudah ada dapat
meningkatkan keparahannya (Maria, 1992).
Faktor Parasit malaria (Agent)
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa daun yang
termasuk genus plasmodium) yang dibawa oleh nyamuk anopheles. Agar dapat hidup, parasit
plasmodium harus ada di dalam tubuh manusia, untuk menghasilkan gametosit jantan dan betina
untuk penularannya.Parasit plasmodium juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies
nyamuk anopheles yang antropofili, agar sporogoni di mungkinkan dan menghasilkan sporozoit
yang infektif, sehingga jika parasit ini masuk ke dalam sel darah merah, maka akan merusak sel
darah merah, sehingga menimbulkan manifestasi klinis.Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda
untuk setiap spesies Plasmodium dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan
penularan.
P.falciparum mempunyai masa infeksi yang paling pendek, akan tetapi menghasilkan
parasitemia (parasit dalam darah) yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum baru berkembang
setelah 8- 15 hari sesudah masuknya parasit kedalam darah.P.vivax dan P.ovale pada umumnya
menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi
yang lebih lama dari pada P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan P.ovale di
dalam hati dapat berkembang menjadi skizon jaringan primer dan hipnozoit. Hipnozoit ini
menjadi sumber terjadinya relaps.
6
Faktor lingkungan
Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian malaria
Faktor geografik dan meterologi di indonesia sangat menguntungkan trasmisi malaria di
indonesia :
Suhu : Pengaruh suhu dapat berperan pada kejadian malaria, pada suhu 26 derajat celcius,
masa inkubasi ekstrinsik
10-12 hari untuk plasmodium falcipafarum
8-12 hari untuk p.vivax
14-15 hari untuk p.malariae dan p.ovale
Suhu yang optimum untuk perkembangan plasmodium sekitara 20-30 derajat celcius, makin
tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni), sehingga perkembangan
plasmodium tidak optimum sebaliknya makin rendah suhu, maka makin baik perkembangan
plasmodium.
Kelembapan : Kelembapan yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasitnya. Tingkat kelembapan 60% merupakan batas paling rendah
untuk kehidupan nyamuk. Pada kelembapan lebih tinggi, nyamuk menjadi aktif dan
sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Hujan : Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan jadi endemi
malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan
jenis tempat perindukan Hujan yang di selingi panas, akan memperbesar kemungkinan
berkembang biaknya nyamuk anopeles.
Ketinggian : Ketinggaian yang maih memungkinkan penyebaran malaria adalah sampai
2500 diatas permukaan laut.
Angin : Kecepatan dan arah angin, dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
Sinar matahari : Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-
beda.
Pada A.sundaikus lebih suka di tempat yang teduh, sedangkan pada A.hyrcanus dan
A.pinculatus, lebih suka di tempat terbuka, sedangkan A.barbirosis dapat hidup baik di tempat
yang teduh maupun terangarus air
7
Pada A.barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau lambat
A.minimus menyukai aliran air yang deras
A.letifer lebih menyukai air yang tergenang.
Kadar garam
pada anopeles sundaikus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan tidak
berkembang pada kadar garam 40% keatas
Namun di sumatera utara di temukan pula perindukan A.sundaicus di air tawar.
Lingkungan biologi yang berperan pada kejadian malaria
Tumbuhan bakau, lumut, gangang dan lainnya dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk,
karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi larva dari serangan makluk hidup yang
lain
Ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair dll, dapat
mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah
Lingkungan sosial Budaya yang berperan pada kejadian malaria
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, di tempat yang vektornya bersifat
eksofili dan eksofagi akan memudahkan seseorang terkena gigitan nyamuk.
8
C. PILIHAN – PILIHAN KEBIJAKAN
Pengendalian Penyakit Malaria
Ada dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita malaria, yaitu
untuk wilayah Jawa-Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa
dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis malaria, sedangkan untuk wilayah diluar
Jawa-Bali, dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat kepelayanan
kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan
profilaksis.
Pada tahun 2005 ada peningkatan hampir 2 kali lipat dari tahun 2004 yaitu dari 3,82
menjadi 6,1 per 1000 penduduk, namun angka ini kembali menurun pada tahun 2006 dan 2007.
Pada tahun 2008 terdapat sebesar 91.609 penderita malaria klinis dan 74,66% diantaranya yang
mendapatkan pengobatan. Adapun pola penanganan malaria yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara antara lain :
Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can) ,
penerapan metode pengobatan malaria baru, peningkatan frekwensi penyuluhan kesehatan
masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang perlunya
pencatatan / pengiriman pelaporan kasus ke Dinkes setempat dalam upaya pencegahan &
penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta masyarakat serta perbaikan sistem
pencatatan dan pelaporan.
Terkait dengan pemberantasan malaria, Pemkab Madina melalui Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria Madina telah melakukan berbagai hal, yaitu mulai dari penemuan aktif
penderita, penegakan diagnosa malaria melalui pemeriksaan mikroskopis, penatalaksanaan kasus
dan pengobatan, pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT),
pengobatan malaria pada ibu hamil, penyemprotan rumah, pembentukan Pos Malaria di desa
(Posmaldes), penyediaan sarana (mikroskop, RDT) bahan laboratorium dan obat-obatan,
pembagian kelambu anti nyamuk (LLINs), peningkatan kualitas SDM dan pemberantasan tempat
perindukan nyamuk.
9
Selain itu, dalam sektor pendidikan, pengetahuan tentang upaya pengendalian malaria
sebagai materi pelajaran muatan lokal (Mulok), sektor agama, penyebar luasan materi
penanggulangan malaria melalui khutbah Jum’at, kebaktian Minggu dan materi pelajaran
muatan lokal. Sektor PKK, pergerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan nyamuk dan
upaya pencarian pengobatan, sektor pertanian, dengan penanaman padi secara serentak.
Kemudian, pemberantasan malaria perlu kepedulian semua sektor, misalnya sektor
Kimpraswil perlu untuk penyediaan air bersih dan MCK, program sungai bersih, mengalirkan
genangan air. Sektor Peternakan, misalnya dengan penyuluhan kandang sebagai cattle barier.
Sektor Pertamanan, dengan pengembangan tanaman/pohon anti gigitan nyamuk (bunga
Lavender).
Sektor Pariwisata untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk. DPRD sebagai
legislasi dan penyusunan anggaran, sektor perikanan dan kelautan dan kehutanan,
membudidayakan ikan (ikan pemakan jentik) di badan air, penanaman kembali pohon bakau.
Kemudian Bapeda sebagai perencana program dan penganggaran serta Bapedalda untuk
pengawasan dan pengendalian lingkungan terhadap daerah endemis malaria secara berkala.
Untuk menjaga diri dari gigitan nyamuk , tidurlah dalam ruangan yang terpasang
kelambu pada jendela dan pintunya sehingga nyamuk tidak bisa masuk. Gunakan atau pasang
juga kelambu pada tempat tidur anda. Jika memungkinkan, semprot kelambu dengan permethrin.
Permethrin adalah obat semprot yang berfungsi mengusir atau menolak nyamuk. Sepanjang
malam, pakailah celana berwarna terang dan kemeja baju lengan panjang. Hindari keluar rumah
malam hari tanpa menggunakan pelindung, dimana pada malam hari nyamuk-nyamuk biasanya
bersifat lebih aktif dan berpotensi tinggi terjadinya gigitan. Sediakanlah obat anti malaria , jika
merencanakan perjalanan ke daerah dimana kasus malaria sering terjadi . Obat malaria ini
disebut dengan obat prophylactic. Yang perlu anda ingat, meskipun ada obat yang dapat
membantu anda mencegah penularan atau terserang malaria, akan tetapi tidak ada obat yang
dapat memberikan perlindungan 100% dan anda sebaiknya tetap melakukan tindakan-tindakan
pencegahan terhadap penyakit ini.
A. Pencegahan primer : 1. Tindakan terhadap manusia yakni
10
a). Penyuluhan adalah faktor terpenting pencegahan malaria. Materi utama penyuluhan adalah
mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting
pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya
menghilangkan tempat perindukan.
b). Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
c). Perlindungan pribadi, untuk menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian
lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk
mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
d).Merubah perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh di saat
nyamuk anopheles umumnya mengigit.
2). Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp) obat digunakan sebagai
kemoprofilaksis adalah klorokuin, doksisiklin, primakuin dan sebagainya.
Dosis kumulatif maksimal untuk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa
adalah 100 gram basa. Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang
berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu; mulai minum obat 1-2
minggu sebelum mengadakan perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu
selama dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan selama 4 minggu setelah
kembali dari daerah tersebut. Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-
20 minggu dengan obat yang sama.
3). Tindakan terhadap vector :
a). Pengendalian secara mekanis. Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga
dimusnahkan,misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk.
b). Pengendalian secara biologis. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan
makhluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau
pemangsa serangga.
c). Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang memiliki ternak lembu,
kerbau, babi. Karena nyamuk An. aconitus adalah nyamuk yang menyukai darah binatang
(ternak), untuk itu ternak dapat digunakan sebagai tameng untuk melindungi orang dari serangan
An. aconitus yaitu dengan menempatkan kandang ternak diluar rumah (bukan dibawah kolong
dekat dengan rumah).
11
d). Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian serangga mengunakan insektisida.
B. Pencegahan sekunder :
1. Pencarian penderita malaria secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini
penderita malaria dengan melakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis
mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test) dan secara pasif dengan cara melakukan
pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
2. Diagnosa dini
a). Gejala Klinis Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita
tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu
yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit
malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa:- Demam (pengukuran dengan
thermometer ≥37.5°C),-Anemia - Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali) b).
Pemeriksaan Laboratorium- Pemeriksaan mikroskopis - Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid
Diagnostic Test)c).
Pemeriksaan Penunjang bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi
pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG (Electrokardiograff), dan
pemeriksaan lainnya.
3. Pengobatan yang tepat Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat
disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh
manusia seumur hidup. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine, Doxycyline,
dan Melfoquine. Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat mengakibatkan kematian penderita.
Pengobatan harus dilakukan 24 jam sesudah terlihat adanya gejala.
Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:
a). Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah dengan menggunakan chloroquine
terhadap P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih sensitif terhadap obat
tersebut.
12
b). Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi malaria dengan komplikasi
berat atau untuk orang yang tidak memungkinkan diberikan obat peroral dapat diberikan obat
Quinine dihydrochloride.
c). Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah dimana ditemukan strain yang
resisten terhadap chloroquine, pengobatan dilakukan dengan memberikan quinine.
d). Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk yang mengandung malaria P.
vivax dan P. ovale berikan pengobatan dengan primaquine.
Primaquine tidak dianjurkan pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria bukan oleh
gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah) oleh karena dengan cara penularan
infeksi malaria seperti ini tidak ada fase hati.
C.Pencegahan tertier :
1. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria . Kematian pada malaria pada umumnya
disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P. falciparum.
Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ
tertentu dan gangguan metabolisme.
Prinsip penanganan malaria berat:
a). Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
b). Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal,
pemasangan ventilator bila gagal napas.
c). Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk mencegah
memburuknya fungsi organ vital.
2. Rehabilitasi mental atau psikologis Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan
dukungan moril kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria,
melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.
Malaria berkaitan erat dengan masalah lingkungan dan perilaku , tentu hal ini akan berkaitan
dengan banyak pihak . Pendekatan kemasyarakatan yang memobilisir peran serta aktif sangat
diperlukan , hal ini perlu digaungkan terus menerus juga penting untuk diketahui bahwasanya
mencegah malaria harus dengan gerakan serentak terpadu , berkelanjutan dan segera untuk
dilakukan oleh semua. ( Dr.Candra Syafei, Sp.OG : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara )
13
D. KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di seluruh dunia terutama pada
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Umumnya, kemampuan bertambahnya penyakit
malaria disuatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain oleh faktor parasit
plasmodium (agent), host (manusia), faktor lingkungan. Dari kebijakan-kebijakan yang
dilakukan pemerintah alternatif yang terbaik adalah melakukan pencegahan terhadap diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Dengan meningkatkan pengetahuan terhadap pencegahan penyakit
malaria perseorangan maupun kelompok. Dan dalam melaksanakannya dibutuhkan peran semua
sektor pemerintah maupun sektor swasta.
Disarankan untuk masyarakat sendiri dalam penanggulangan dan pencegahan yang baik
yaitu dengan melakukan perilaku hidup sehat, meningkatkan pengetahuan ( melalui penyuluhan
dan kampanye) melakukan pencegahan terhadap diri sendiri (Gunakan kelambu pada tempat
tidur anda, semprot kelambu dengan permethrin, pakailah celana berwarna terang dan kemeja
baju lengan panjang. Dan dalam melaksanakannya bukan hanya masyarakat tetapi dibutuhkan
peran semua sektor pemerintah maupun sektor swasta.
14
DAFTAR PUSTAKA
Cross, C. 2004. The Life Cycle of Anopheles Mosquitoes.
Penyebaran dan Penyebab Malaria http://sikkahoder.blogspot.com
Syafei, Candra, Dr. Sp.OG. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumater Utara
Tabloid Rakyat Madani ”Menuju Madian Bebas Malaria”
http://tabloidrakyatmadani.wordpress.com
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infection Disease The McGraw – Hill
Companies, Incunited states of America
2010, Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS
15