makalah pengantin aceh besar

23
MAKALAH PENGANTIN ACEH BESAR Di Susun Oleh : PutriArini S NIM 135870010 UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PKK – TATA RIAS Tahun 2015 i TUGAS : PENGANTIN INDONESIA 2

Upload: putriarinis

Post on 11-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah pengntin indonesia

TRANSCRIPT

TUGAS : PENGANTIN INDONESIA 2

MAKALAH PENGANTIN ACEH BESAR

Di Susun Oleh :

PutriArini S NIM 135870010

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PKK TATA RIAS

Tahun 2015

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapanTuhan Yang MahaEsa,karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Pengantin Aceh Besar.Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Pengantin Indonesia 2, selain itu untuk mengetahui dan memahami perbedaan dari suku budaya di indonesia salah satunya adalah adat pengantin.Penulis mengucapkan terimakasih padapihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi selain penulis pada umumnya.PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1Rumusan Masalah 1Tujuan 2

Manfaat 2

BAB II ISI

Sejarah Adat Kebudayaan Aceh 4Upacara Perkawinan Adat Aceh .5Tata Rias Pengantin Aceh Besar 10BAB III PENUTUP

Kesimpulan 15Gambar 16DAFTAR PUSTAKA

BAB I I

SEJARAH ADAT KEBUDAYAAN ACEH

Aceh adalah salah satu suku bangsa asal di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Di sana mereka tersebar di Kabupaten: Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, sebagian Aceh Timur, sebagian Aceh Barat, sebagian Aceh Selatan, Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang. Mereka menyebut dirinya Ureueng Aceh yang berarti Orang Aceh.

Pada masa lampau , Aceh adalah sebuah kerajaan Islam yang besar di Nusantara ini. Kerajaan ini pernah berkuasa sampai ke Pariaman (DaerahMinangkabau), bahkan sampai ke Malaka, sehingga terlihat adanya persamaan kebudayaan dan tata rias pengantin Aceh daerah pesisir dengan kebudayaan dan tata rias pengantin Melayu , Minangkabau dan juga adanya pengaruh dari Arab,China,Eropa serta Hindu/Hindia. Hal ini terjadi karena pengaruh latar belakang keturunan serta hubungan dagang dengan suku-bangsa tersebut.

UPACARA ADAT PERKAWINAN ACEH

A. Persiapan dan Pembukaan

1. Jak Keumalen / Cah Roet

Jak Keumalen/Cak Roet ini ada dua cara , yaitu :

Langsung dilakukan oleh orang tua atau keluarga

Theulangka dilakukan dengan menggunakan utusan khusus

Maksud jak cah roet adalah sebagai tahap pertama dalam menjajaki atau merintis jalan. Biasanya beberapa orang dari pihak keluarga calon mempelai pria , datang bersilaturahmi sambil memperhatikan calon mempelai putri , suasana rumah dan tingkah laku keluarga tersebut.

Pada kesempatan ini , calon pihak mempelai pria juga tidak lupa membawakan bungong jaroe atau bingkisan yang berupa makanan. Setelah adanya pendekatan, keluargac alon mempelai pria/lintobaro akan menanyakan apakah putrinya sudah ada yang punya atau belum. Apabila mendapatkan jawaban dan sambutan baik dari pihak darabaro, maka dilanjutkan dengan jak lake(jakbaranub). Upacara itu terjadi disebabkan pada masa lampau hubungan atau komunikasi antara wanita dan pria khususnya antara remaja berlainan jenis dianggap tabu, hubungan mereka sangat terbatas (tidak sebebas hubungan remaja masa kini).

Selain itu peranan orang tua terhadap anaknya sangat dominan , sehingga dalam memilih jodoh pun menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing remaja, baik pria maupun wanita.

2. Jak Lake Jok Theulangke / Jakba Ranub (Meminang)

Dalam acara ini orang tua pihak linto memberi theulangke (utusan) dengan membawa sirih , kue-kue dan lain-lain. Pada theulangke , pihak linto sudah mulai mengemukakan hasratnya kepada putri yangdimaksud. Apabila pihak putri menerima, akan dijawab "InsyaAllah "dan pihak keluarga serta putri yang bersangkutan akan melakukan musyawarah. Jika hasil musyawarah tersebut "tidak diterima "oleh pihak keluarga atau pihak putri, maka mereka akan menjawab, dengan alasan-alasan yang baik atau dengan mengatakan "hanagetlumpo / mimpi yang kurang baik" . Sebaliknya jika "diterima" oleh pihak keluarga putri ,akan dilanjutkan dengan "Jak batanda" .

Dikalangan orangtua masa lampau masih banyak yang percaya pada hal-hal yang berbau mistik, seperti adanya makna dari mimpi dan percaya pada kekuatan-kekuatan alam. Kepercayaan dipengaruhi ajaran agama Islam yang kadang kala masih membaur dengan ajaran animisme atau kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang kita pada zaman prasejarah, sehingga dalam menentukan pinangan diterima atau tidak , juga masih dipengaruhi oleh kepercayaan tersebut.

3. Jak batanda / Bawatanda

Maksud dari jak batanda adalah memperkuat (tanda jadi) . Biasanya pada upacara ini pihak calon linto membawa sirih lengkap dengan macam-macam bahan makanan kaleng , seperangkat pakaian yang di namakan lapek tanda dan perhiasan dari emas sesuai dengan kemampuan calon lintobaro. Batanda ini di tempatkan di dalam "talam/dalong " yang dihias sedemikian rupa kemudian tempat-tempat itu dikosongkan dan diisi dengan kue-kue sebagai "balahidang" (balasan) dari pihak calon darabaro. Acara balahidang ini dilaksanakannya bisa langsung atau setelah beberapa hari kemudian. Dalam upacara ini sekaligus di bicarakan hari , tanggal per-nikahan, jeulame(maskawin), pengangoh(uanghangus) , jumlah rombongan pihak linto serta jumlah undangan.

B. Pernikahan

Pernikahan ada 2 macam:

Nikah gantung, yaitu pernikahan gadis yang masih kecil belum cukup umur atau masih dalam pendidikan, mereka di nikahkan terlebih dulu dan akan diresmikan beberapa tahun kemudian. Biasanya, hal ini terjadi pada gadis yang dijodohkan, sebab pada zaman dahulu, agamngondara (bujang dan gadis) tabu mencari jodoh sendiri. Penentuan teman hidup menjadi wewenang orangtua terutama bagi seorang gadis.

Nikahlangsung,yaitu pernikahan dilakukan seperti biasa, langsung diresmikan (wolinto) .

Pada gadis dewasa yang tidak ada halangan , nikah langsung dilaksanakan di kantor KUA atau dirumah mempelai wanita. Pada masa lampau kaum bangsawan selalu membuat upacara pernikahan dirumah calon mempelai wanita (darabaro).

Pernikahan (peugatip)dilakukan beberapa hari sebelum upacara wolinto/meukeurija (pesta). Sebelum upacara meukeurija diadakan meuduek pakat (bermufakat) dengan para orang tua adat, dan anggota keluarga serta pemuka masyarakat yang terdiri dari tuhapeet (penasehat), kechik gampong(kepaladesa), 'imu mmeunasah'(imamlanggar). Biasanya musyawarah dipimpin oleh orang tua calon mempelai wanita (darabaro), atau yang mewakilinya untuk membicarakan pesta yang akan diselenggarakan. Dalam kesempatan ini ,keluarga atau saudara dari orangtua calon mempelai kedua belah pihak, menyampaikan niatnya untuk memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Dalam upacara perkawinan Aceh, makanan kecil atau kue-kue yang tidak boleh ditinggalkan adalah bulu ekat dengan tumpo(ketan), manok panggang (ayampanggang), buleukat dengan pisang teupeu ngatat hokaya(ketan dengan srikaya), dodoi (dodol) , wajek, halua, meuseukat, thimpan serta kue-kue kering yang disebut reumoktho, kekarah, kembang goyang (kembang loyang bhoi/bolu), bungong kaye (bungakayu). Sedangkan lauk pauk yang biasa dihidangkan pada pesta perkawinan adat Aceh antara lain adalah:

Gule boh panah (gulenangkakhasAceh)

Masak keuruema / masak puteh (masak semacam opor)

Masak keureuma / masak puteh (masak semacam opor)

Masak keureuma / masak puteh (masak semacam opor)

Shie masak mirah (daging masak merah)

Seumur Aceh

Engkot tumeh (ikan tumis khas Aceh)

Engkot masam keueng (ikan masak asam pedas)

Udeung tumeh (tumis udang khas Aceh)

Shie cuka (daging masak cuka)

Sambai gureng ate(sambal goreng hati)

Bohitek jruek (telor bebek asin)

Bohreu teuk crah (tumis kacang panjang)

Dan lain-lain .

Meukerija (pesta menyambut linto pulang ke tempat darabaro)

Peudap Jambo

Peudap jambo atau pasang tarub pada adat perkawinan di Jawa, dibuat kurang lebih tujuh hari sebelum pesta diadakan.

Dikerjakan oleh pemuda kampung(kaumpria). Bila sudah selesai, dipeusiejuek (ditepungtawar) bersama cawan pingan (alat makan). Jambo ini didirikan di halaman rumah tempat menerima tamu , biasanya untuk tamu pria. Sedangkan tamu wanita biasanya di terima di dalam rumah. Untuk besan terdekat di sediakan tempat khusus dan hidangannya telah tersedia di tikar atau permadani.

Peulaminan (pelaminan)

Saat itu di dalam rumah juga dihias dengan tabing atau tabir pada dinding tempat menerima tamu. Untuk tempat duduk pengantin dibuatkan pelaminan yang terdiri dari :

-Tabeng (tirai )

-Ayue ayue ditempatkan diatas / depan pelaminan

-Boh keulembu , hiasan ini berupa binatang-binatang

-Kas hoduk tilam persegi untuk duduk

-Bantai sadeu (bantal persegi) untuk sandaran / bantai meutum - pok

-Dan lain-lain sulaman khas Aceh untuk keindahan yang tidak terikat .

Pada zaman dahulu , pelaminan dibuat dari kayu berbentuk tempat tidur dan berukuran single bed serta dihias dengan kain tile (seperti kelambu) atau kain lain yang diberi hiasan,boleh juga kain brukat. Warna dasarnya kuning, merah dan hijau atau violet. Kain hiasan berkasap dibuat secara tradisional daerah Aceh. Masing-masing kain yang terdiri dari berbagai warna itu , berukuran 2,25m yang terdiri dari 7 macam warna. Pada bagian kiri dan kanan pelaminan memiliki warna yang sama / simetris. Kain-kain tersebut disematkan di bagian atas depan pelaminan. Pinggir-pinggir kain tersebut ,bagian depannya ditarik kesamping kiri dan kanan dengan menggunakan kait kelambu yang terbuat dari emas/perak. Sehingga terlihat seperti pintu berlapis 7 (pinto tujoh) . Pada bagian atas pelaminan (kiri ,kanan dan depan) dilapisi dengan ayu-ayu (kain berbentuk riak-riak yang bersulam emas). Kain-kain yang ada di samping kiri-kanan jugad ibentuk seperti bagian depan (berbentuk fitrasye jendela). Setelah itu , diseluruh pelaminan disematkan hiasan-hiasan berupa kipas, ayam, kepiting atau hiasan lainnya sesuai dengan seni masing-masing perias.

TATA RIAS PENGANTIN ACEH BESAR1. Tata Rias Wajah dan Busana Dara Baro

a. Rias Wajah Dara Baro

Setelah calon pengantin melakukan koh andam, selanjutnya wajah pengantin dirias agar tampil cantik dan segar. Rias wajah pada pengantin putri Aceh sebaiknya memberi kesan serasi dengan warna busana yang dikenakannya. Warna alas bedak dan bedak disesuaikan dengan warna kulit pengantin putri dan memberi kesan putih kemerahan. Adapun tahapan-tahapan merias wajah adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan

Tuangkan susu pembersih/cream dicawan kecil yang telah tersedia, mulai pembersihan keseluruh wajah dan leher.

Setelah diangkat dengan tissue diberikan penyegar face tonic atau astringent sesuai dengan jenis kulit, dituangkan pada kapas lalu ditepuk-tepuk keseluruh wajah.

2. Merias wajah

Setelah dilakukan pembersihan, wajah diberikan pelembab atau moisturizer.

Setelah itu aplikasikan alas bedak atau foundation merata keseluruh wajah dan leher. Setelah itu berikan bedak tabur atau face powder dengan cara menepuk-nepuk atau ditekan-tekan pada wajah dan leher secara perlahan dan merata, untuk meratakan bedak gunakan sikat wajah atau face brush dengan arah kebawah dan kesamping.

Membentuk alis. Warna alis disesuaikan dengan warna rambut dan dibentuk sesuai dengan bentuk wajah (melengkung indah).

Merias mata. Tidak ada ketentuan warna hanya disesuaikan dengan warna busana dan kombinasi harus serasi dan membaur. Pada kelopak mata diberi warna terang, pada sudut mata bagian luar diberi warna gelap, highlight diberi warna putih atau krem. Memakai garis mata (eye liner) untuk memberi kesan mata lebih indah. Mengenakan maskara agar bulu mata terlihat lentik dan tebal.

Memakai bayangan hidung.

Memberikan pemerah pipi atau blush on.

Mengenakan lipstick dan lipgloss, hendaknya dipilih warna cerah dan serasi dengan warna pemerah pipi atau diserasikan dengan warna busana misalnya merah cerah, oranye, pink dan lain-lain.

b. Rias Rambut atau Sanggul

Menata rambut dikerjakan setelah merias wajah selesai. Sanggul dinamakan sanggul cak-ceng. Sanggul ini disebut sanggul cak-ceng yang berarti sanggul tarik (ketat). Bahan dan alat yang dibutuhkan : 1 bh cemara tanpa tulang, sisir sasak, jepit, harnet, hairspray, pelepah pisang.

Tahapan membentuk sanggul cak-ceng :

Rambut disisir rapi ke arah puncak kepala tanpa sasakan dan diikat dengan karet.

Tambahkan cemara pada ikatan rambut.

Sanggul ini dibuat dengan meletakkan pelepah pisang dibagian atas, lalu cemara dan rambut pengantin dililitkan membentuk angka delapan. Ujung cemara harus berakhir disebelah kanan bagian atas. Kanan melambangkan bahwa tujuan hidup adalah menuju kebaikan dan kebenaran, sedangkan atas bermakna bahwa kebaikan itu harus berada di atas segalanya, juga memberi makna keberhasilan dan peningkatan.

Setelah sanggul terbentuk dirapikan, diberi harnet dan hairspray.

Selanjutnya diberikan bunga segar dan perhiasan.

Bunga segar terdiri dari :

Bunga jeumpa meususon (cempaka bersusun dua lapis) yang diletakkan dibagian depan sanggul.

Bungong tajok menutupi pelepah pisang yang menonjol dikanan-kiri sanggul.

Rampoe teusok dililitkan pada sekeliling sanggul membentuk angka delapan.

Satu untai melati juga dipasang mengikuti bentuk sanggul mengelilingi bungong tajok.

Untaian rampoe yang panjangnya 60 cm dipasang di depan sanggul yang ujung-ujungnya dibiarkan menjuntai sampai dikanan-kiri telinga.

Preuk-preuk yang panjangnya kurang lebih 25 cm dipasang dibelakang bagian bawah sanggul untuk menutupi pertumbuhan anak rambut dan tengkuk sebanyak lima atau enam untai.

Tiga untai preuk-preuk dipasangkan di atas sanggul berjuntai kebelakang.

Jeumpa meususon mengelilingi sanggul sampai bertemu dengan jeumpa meususon yang dipasang diatas sanggul.c. Perhiasan :

Patam dhoe diikat kebelakang kepala dengan tali hitam yang dialasi melati. Ini dipasang sebelum memasang bunga-bunga/ preuk-preuk.

Bungong OK sebanyak 1-3 tangkai yang bentuknya menyerupai bungong jeumpa (bunga cempaka), bungong kepula (bunga tanjung) dapat dipakai 1-3 tangkai bunga tanjung atau 5-7 bunga pada bagian belakangnya. Bunga cempaka lebih ditonjolkan karena dapat memberi kesan khas Aceh.

Ayeum gumbak dipasang dikanan-kiri sanggul pada ujung pelepah pisang dalam jumlah satu, dua atau tiga untai.

Bungong tajok meuh dipasang sebagai penutup tangkai ayeum gumbak jumlah 1-3 dikanan-kiri.

Bungong got-got atau kembang goyang dipasang dibelakang bungong OK sebanyak 7 tangkai pada barisan pertama, yang 5 tangkai menghadap lurus ke depan sedangkan yang 1 dikanan-kiri menghadap kesamping. Barisan kedua 5 tangkai, 3 tangkai menghadap lurus kebelakang sedangkai 1 tangkai dikanan-kiri menghadap kesamping. Barisan ketiga 3 tangkai, 1 tangkai menghadap lurus kebelakang, 1 tangkai dikanan-kiri menghadap kesamping.

Semua ini melambangkan dalam menuju cita-cita luhur tidak pernah melupakan apa yang ada disekeliling kita dan asal-usul kita.

Ciri-ciri sanggul cak-ceng :

Rambut tidak disasak.

Sanggul melintang dipuncak kepala.

Sanggul membentuk angka delapan membentuk kesamping dan pelepah pisangnya kelihatan dibagian kiri dan kanan.

Besar sanggul disesuaikan dengan bentuk kepala dan tubuh.

d. Busana Dara BaroDalam kebudayaan Aceh sesuatu upacara selalu berkaitan dengan ajaran agama Islam, misalnya untuk memulai sesuatu pekerjaan diawali dengan membaca Basmallah. Demikian pula hanya ketika memakai busana dan perhiasan, diawali dengan membaca Basmallah dan pemakaiannya dimulai dari kanan.Busana dara baro terdiri dari celana, baju, kain sarung dan selop/sandal. Pemakaian busana dimulai dengan memakai celana, kemudian selop/ sandal, baju dan kain sarung. Pemakaian kain sarung dipakai berakhir di kanan dan berjarak kurang lebih 3 jari dari sebelah kanan pusar dan tepinya dapat dibuat lipit-lipit selebar kurang lebih 4jari; tinggi kain kurang lebih 5 jari atau kurang lebih 10 cm di bawah lutut. Memakai celana dan kain harus diikat dengan tali agar kuat, lalu pakai tali pinggang diatas kain, kemudian pakaikan klah taku/ ceukok, ganceng pun cak tudong/ bak dokma, talo sususon lhee, jeureumo, talo gule, simplah meuh, ikai, ajimat meuraket, sawek, gleung puta gadong, gleung pucok reubong (semua gelang tersebut dapat dipakai salah satu atau lebih).

2. Tata Rias Wajah dan Busana Linto Baro

a) Rias Wajah Linto BaroMembersihkan wajah dengan susu pembersih sesuai dengan jenis kulit, kemudian diberi penyegar. Setelah bersih oleskan pelembab atau moisturizer secara tipis-tipis hingga rata, kemudian oleskan foundation atau alas bedak sewarna dengan kulit. Dilanjutkan dengan pemberian bedak lalu diratakan dengan sikat atau face brush. Alis dibentuk mengikuti pertumbuhan rambut kemudian disikat. Bibir diberi pelindung dan pemerah bibir warna muda (alami) sehingga memberi kesan wajah alami. Rambut disisir seperti biasa.b) Busana dan PerhiasanCara memakainya terlebih dahulu memakai baju putih lengan panjang, kemudian celana panjang (stelan jas Aceh). Setelah itu memakai kain sarung yang dilipat dua dan tingginya setengah paha, bagian kiri dan kanan sarung dipertemukan di tengah lalu diikat dengan tali, kemudian memakai tali pinggang (sabuk/ gesper). Terakhir barulah linto baro memakai baje kot meututop (baju jas Aceh/ jas meurah) dan memakai keupiah meukeutop (topi khas Aceh). Topi dilapisi dengan tangkulok dan tampok kupiah meukeutop (hiasan topi dari emas), diberi preuk-preuk pada samping kanan bagian depan topi. Setelah itu rantai baluem (rantai kantong) dipasangkan pada kantong bajunya. Setelah memakai sepatu, linto baro dipakaikan rincong Aceh pada pinggang sebelah kiri bagian depan dan gagangnya menghadap ke kanan.

c) Kopiah MeukeutopDijahit dari kain :

Warna kuning melambangkan kerajaan, kebangsawanan dan keagungan

Warna hijau melambangkan ke Islaman yang membawa kedamaian

Warna merah melambangkan keberanian dan kepahlawanan

Warna hitam melambangkan kerakyatanBentuk tangga pada topi warnanya hitam sebanyak empat trap member arti dalam kehidupan yang harus dipelihara, yaitu : tingkat pertama hukum agama, hukum adat, tingkat ketiga kanon (peraturan) dan tingkat keempat reusam (kebiasaan)

BAB IIIKESIMPULANSebagaimana masyarakat suku bangsa lainnya di Indonesia, mereka juga mempunyai adat pengantin sendiri salah satunya adalah penganti Aceh Besar. Pengantin Aceh Besar ini mempunyai nilai keindahan yang tercermin dari bentuk-bentuk busana, dan perhiasan yang dikenakan oleh pengantin laki-laki dan perempuan yang motifnya diambil dari bentuk tumbuh-tumbuhan, bulan, awan, binatang dan ayat-ayat suci Al Quran. Nilai kesakralan tercermin dalam upacara perkawinan itu sendiri yang dianggap sakral karena mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan menjadi suami isteri. Untuk itu segala sesuatu yang menyangkut tentang upacara, baik tata cara maupun perlengkapannya (termasuk busana dan perhiasannya) harus dipersiapkan sebaik-baiknya.

GAMBAR

Busana Pengantin Aceh Besar ModifikasiPerpaduan warna hitam dan emas menghadirkan kesan mewah yang begitu elegan pada busana pengantin Aceh ini. Meski tetap mengenakan baju kurung khas Aceh, namun kain Tapis Lampung bernuansa keemasan yang hadir sebagai selendang dan kain samping, membuat tampilan sang baro begitu berbeda.

Busana Pengatin Aceh Besar Modifikasi

Warna silver selalu member kesan modern dan kekinian, begitupun pada busana ini. Kebaya abu-abu yang dipadu dengan kain hitam silver, serta aksesori yang juga bernuansa silver, memberikan tampilan yang sangat jauh berbeda. Begitupun dengan jas dan rompi pengantin pria dalam nuansa warna senada. Aura pengantin Aceh dengan nuansa modern pun melekat pada busana in

i