makalah pbl 18.docx
TRANSCRIPT
Batuk pada Anak Selama 2 Minggu
Chintia Septiani Thintarso
E7
102011083
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan batuk
yang tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai demam ringan
terutama pada malam hari dan nafsu makan serta berat badan menurun. Pada PF didapati
kesadaran compos mentis dan tampak sakit ringan. BB 15kg, TD 90/60 mmHg, frekuensi
nafas 24x/menit, suhu 37.7⁰C. Lain-lainnya dalam batas normal.
Batuk dan serak sangat berhubungan dengan pernafasan, karena dari udara dapat
menciptakan reflek batuk dan suara pada pita suara. Maka dari itu, pada saat berbicara
ataupun bernyanyi kita membutuhkan udara lebih lagi. Udara merupakan suatu komponen
krusial untuk setiap makhluk hidup, terutama oksigen. Oksigen sendiri merupakan gas yang
bebas berada di udara dan bercampur dengan gas-gas lainnya. Cara kita mendapatkan oksigen
tersebut adalah dengan bernafas melalui hidung.
Hidung adalah suatu alat indera manusia yang digunakan untuk bernafas atau
menghirup udara. Pada bagian dalamnya memiliki banyak bangunan bangunan kecil dengan
fungsi yang beragam. Selain hidung, organ pernafasan lainnya adalah paru-paru yang ada
sepasang pada kiri dan kanan. Adapun kelainan dan gejala klinik yang dapat disebabkan oleh
karena adanya defek pada saluran nafas.
1
Anamnesis
Penyakit yang mengenai sistem pernafasan bisa menimbulkan gejala sesak, batuk,
hemoptisis, atau nyeri dada.
Sesak
Tanyakan kepada pasien apakah ada sesak saat beristirahat, atau berbaring mendatar
(ortopnea)? Pada saat beraktivitas ringan, berat, sedang? Keadaan tersebut sudah berlangsung
kronis atau muncul secara tiba-tiba? Di sertai mengi atau stridor?
Batuk
Batuk bisa disebabkan oleh penyakit ringan yang sembuh sendiri seperti pilek, atau bisa
juga akibat penyakit pernapasan yang serius seperti karsinoma bronkus. Menentukan durasi
batuk, apakah produktif menghasilkan sputum, dan apakah disertai gejala yang menunjukkan
penyakit serius seperti hemoptisis, sesak napas, nyeri dada, atau penurunan berat badan adalah
hal yang esensial.
Apa warna dan berapa banyak sputum?
Adakah darah (hemoptisis)?
Adakah demam, takikardia. takipnea, nyeri dada, atau sesak napas?
Adakah riwayat penyakit pernapasan kronis?
Adakah tanda-tanda sinusitis (misalnya nyeri gigi maksilaris, sekret hidung purulen,
atau nyeri wajah)?
Adakah tanda sistemik yang menunjukkan penyakit serius yang mendasari (penurunan
berat badan, demam,anoreksia)? Apakah pasien merokok (sekarang atau dulu)?
Pernahkah pasien terpajan penyebab infeksi khusus (misalnya pertusis, alergen, atau
obat baru [khususnya inhibitor ACE)?
Anamnesis penyakit sebelumnya dapat mengarahkan pada diagnosis saat ini. Gejala terkait
seperti sakit telinga, hidung tersumbat, sakit tenggorok, nyeri ulu hati atau sakit perut
membantu melokalisir tempat iritasi tersebut.1,2
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien sebelumnya memiliki kelainan pernafasan? Seperti misalnya asma,
penyakit paru obstruksi kronis, tuberculosis atau pernah terpajan tuberculosis?
Bagaimana kepatuhan pasien dalam terapi?
2
Apakah pasien dulu pernah masuk rumah sakit karena sesak napas, apakah pasien
memerlukan ventilasi?
Adakah kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan foto rontgen toraks?1
Alergi
Apakah pasien memiliki alergi terhadap obat/allergen lingkungan?1
Merokok
Apakah pasien saat ini merokok atau dulu pernah merokok?
Jika saat ini: berapa banyak, sudah sejak umur berapa?
Jika pernah: sudah berhenti berapa lama?1
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Bentuk dinding dada dan tulang belakang
b. Jaringan parut (radioterapi atau pembedahan)
c. Vena menonjol (obstruksi svc)
d. Laju dan irama pernafasan
e. Pergerakan dinding dada (simetris/tidak, hiperekspansi0
f. Retraksi interkostalis/sela iga
Palpasi
Periksa danya nyeri tekan, posisi denyut apeks dan ekspansi dinding dada.
Perkusi
Periksa apakah ada bunyi tumpul atau hiperresonansi.
Konsolidasi : tumpul
Efusi pleura: lebih tumpul
Pneumotoraks : hiperresonansi
Fibrosis: normal
Edema paru: normal
Auskultasi
a. Dengarkan suara nafas, pernafasan bronkial dan suara tambahan (ronki, gesekan,
mengi)
b. Suara nafas yang menurun/tidak terdengar terjadi pada efusi, kolaps, konsolidasi
dengan hambatan jalan napas, fibrosis, pneumotoraks, dan naiknya diafragma.
c. Pernafasan bronkial bisa ditemukan pada konsolidasi, kolaps, dan fibrosis padat di
atas efusi pleura.
3
d. Periksa resonansi vocal dan fremitus vokal.1
Pemeriksaan fisik terkait:
1. Telinga. Periksalah adanya benda asing pada saluran telinga luar. Periksa juga adanya
radang membran timpani;
2. Nasofaring. Sinus harus dipalpasi untuk mencari nyeri dan ostia diperiksa untuk
mencari adanya ingus yang menyumbat. Edema mukosa hidung dan rinorea dapat
disebabkan infeksi, alergi atau rinitis vasomotor yang kemudian dapat menyebabkan
batuk karena drainase posterior di hipofaring. Faring dan hipofaring harus diperiksa
untuk mencari peradangan atau masa;
3. Leher. Menggelembungnya vena-vena leher (neck vein engorgement) dapat terlihat
pada pasien dengan masa mediastinal yang batuk karena tekanan pada saraf laringeal
rekuren atau saraf frenikus. Distensi vena jugular juga dapat menandakan adanya
edema paru yang dapat menyebabkan batuk;
4. Dada.
a. Pasien dengan obstruksi saluran napas dapat memperlihatkan rongga dada
yang hiperekspansi atau kontraksi otot-otot bantu napas. Auskultasi pada
keadaan ini akan terdengar suatu ekspirasi napas yang memanjang; ronki
kasar atau mengi (wheezing),
b. Penyakit parenkim seperti pneumonia, fibrosis interstisial dan edema paru
biasanya menimbulkan suara ronki. Pneumonia juga dapat menyebabkan
melemahnya suara napas, pekak (dullness) pada perkusi dan fremitus yang
mengeras. Edema paru dan fibrosis interstisial biasanya menyebar meluas di
kedua parenkim paru dan menimbulkan bunyi ronki;
5. Abdomen, adanya masa atau peradangan subdiafragma dapat menyebabkan iritasi
pada diafragma. Batuk pada keadaan ini biasanya subakut atau kronis. Pemeriksaan
abdomen harus dilakukan dengan teliti agar tak terlewatkan kelainan ini.2
PEMERIKSAAN DAHAK.
1. Pewarnaan gram dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) adalah suatu tindakan
rutin.
2. Kultur mikobakteri dan jamur. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang
didapatkan adanya kelainan foto toraks berupa infiltrat di apeks atau kavitas atau pada
pasien imunokompromis.
4
3. Pemeriksaan sitologi dilakukan pada pasien batuk yang dicurigai juga menderita
kanker paru
4. Pewarnaan silver pada dahak untuk mencari Pneumocystis carinii pada pasien
imunokompromis.2
PENCITRAAN.
1. Foto toraks dilakukan pada setiap kasus dimana dicurigai adanya kelainan di pleura,
parenkim atau mediastinum.
2. Foto sinus dianjurkan dibuat pada pasien yang merasa nyeri pada palpasi sinus atau
adanya ingus purulen dari ostium. Sinusitis kronik pada pasien dengan bronkospasme
karena sinusitis kronik sering memicu bronkospasme yang menetap karena
mekanisme yang belum diketahui.2
Anatomi Saluran Pernapasan
Saluran penghantar udara yang membawa udara
ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari
hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia. Permukaan epitel diliputi oleh
lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring
oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang
hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat
dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong
lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung,
dan ke superior di dalam sistem pernapasan bagian
bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus
akan tertelan atau dibatukkan keluar.
Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan
mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (yaitu glotis) bermuara
ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernapasan atas dan bawah. Glotis
merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Struktur trakea dan
bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon
trakeobronkial. Permukaan posterior trakea agak pipih dibandingkan sekelilingnya karena
Tabel 1. Sebab sebab batuk2
5
cincin tulang rawan di daerah itu tidak sempurna, dan letaknya tepat di depan esophagus.
Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina.
Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika
dirangsang.
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih
lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari trakea yang
arahnya hampir vertikal. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit
dibandingkan dengan bronkus utama kanan dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan
sudut yang lebih tajam. Benda asing yang terhirup lebih sering tersangkut pada percabangan
bronkus kanan karena arahnya vertikal.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).3
Pertahanan Saluran Pernapasan
Permukaan paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem
sirkulasi, secara teoretis mengakibatkan seseorang rentan terhadap invasi benda asing (debu)
dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi; tetapi, saluran respirasi bagian bawah dalam
keadaan normal adalah steril. beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan
sterilitas ini adalah refleks menelan atau refleks muntah yang mencegah masuknya makanan
atau cairan ke dalam trakea, juga kerja "eskalator mukosiliaris" yang menjebak debu dan
bakteri kemudian memindahkannya ke kerongkongan. Refleks batuk merupakan mekanisme
lain yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan.
Makrofag alveolar merupakan pertahanan terakhir dan terpenting untuk melawan invasi
bakteri ke dalam paru. Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan sifat dapat
bermigrasi dan aktivitas enzimatik yang unik. Sel ini bergerak bebas pada permukaan
alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Partikel debu atau mikroorganisme
ini kemudian diangkut oleh makrofag ke pembuluh limfe atau ke bronkiolus tempat mereka
akan dibuang oleh eskalator mukosiliaris. Makrofag alveolar dapat membersihkan paru dari
bakteri yang masuk sewaktu inspirasi dengan kecepatan menakjubkan. Menelan etil alkohol,
merokok, dan pemakaian obat-obat kortikosteroid akan mengganggu mekanisme pertahanan
ini.3
6
Batuk
Batuk merupakan refleks pertahanan
yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk
merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran napas bagian bawah,
dan banyak orang dewasa normal yang
batuk beberapa kali setelah bangun pagi hari
untuk membersihkan trakea dan faring dari
sekret yang terkumpul selama tidur. Batuk
juga merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan. Segala jenis batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu harus diselidiki
untuk memastikan penyebabnya.
Rangsangan yang biasanya menimbulkan batu adalah rangsangan mekanik, kimia, dan
peradanga Inhalasi asap, debu, dan benda-benda asing kecil merupakan penyebab batuk yang
paling sering. Perokok seringkah menderita batuk kronik karena terus menerus mengisap
benda asing (asap), dan saluran napasnya sering mengalami peradangan kronik. Rangsangan
mekanik dari tumor (ekstrinsik maupun intrinsik) terhadap saluran napas merupakan
penyebab lain yang dapat menimbulkan batuk (tumor yang paling sering menimbulkan batuk
adalah karsinoma bronkogenik). Setiap proses peradangan saluran napas dengan atau tanpa
eksudat dapat mengakibatkan batuk. Batuk dapat bersifat produktif, pendek dan tidak
produktif, keras dan parau (seperti ada tekanan pada trakea), sering, jarang, atau paroksismal
(serangan batuk yang intermiten).3
Refleks Batuk
7
Gambar 2. Refleks Batuk4
Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing
dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan reflex batuk.
Laring dan karina (tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling
sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitive terhadap rangsangan
bahan kimia yang korosif seperti gas sulfur dioksida dan klorin. Impuls aferen yang berasal
dari saluran npas terutama berhajaln melalui nervus vagus ke medulla, disana, suatu
rangkaian peristiwa otomatis digerakan oleh lintasan neuronal medulla, menyebabkan efek
sebagai berikut:
Pertama, kira-kira 2.5 liter udara diisinspirasi. Kedua epiglotis menutup; dan pita suara
menutuo erat-erat untuk menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot-otot perut berkntraksi
dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan oot otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis
internus, juga berkntraksi dengan kuat. Akibatnya tekanan dalam paru meningkat sampai
100mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dengan epiglottis sekonyong jonyong terbuka
lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar. Tentu saja, udara ini
kadang kadang dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 mil per jam. Selanjutnya dan penting,
adalah penekanan kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps
sehingga bagian yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam akibatnya udara yang
meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah celah bronkus dan trakea. Udara yang
mengalir dengan cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat
dalam bronkus atau trakea.4
Sputum
Sputum orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran napas
setiap hari. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersih normal silia yang
melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan, proses normal
pembersihan mungkin tak efektif lagi, sehngga akhirnya mukus tertimbun. Bila hal ini terjadi,
membran mukosa akan terangsang, dan mukus dibatukkan keluar sebagai sputum.
8
Pembentukan mukus yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh gangguan fisik, kimiawi,
atau infeksi pada menbran mukosa.
Sputum perlu dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya. Sputum yang
dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau
saluran hidung, dan bukan dari saluan napas bagian bawah. Sputum yang banyak sekali dan
purulen menyatakan adanya proses supiratif, seperti abses paru, sedangkan pembentukan
sputum yang terus meningkat perlahan dalam waku bertahun-tahun merupakan tanda
bronkitis kronis, atau bronkiektasis. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan menunjukkan
infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah. Warna
hijau timbul karena adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit polimorfonuklear
(PMN) dalam sputum. Sputum yang berwarna hijau sering ditemukan pada bronkiektasis
karena penimbunan sputum dalam bronkiolus yang melebar dan terinfeksi. Banyak penderita
infeksi pada saluran napas bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi
hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Fenomena ini mungkin disebabkan karena
penimbunan sputum yang purulen di malam hari, disertai pengeluaran verdoperoksidase.
Sifat dan konsistensi sputum juga dapat memberikan informasi yang berguna. Sputum
yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputum yang
berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.
Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis.3
Kelaianan kongenital dada
Pektus ekskavatum
Dada cekung atau pektus ekskavatum terjadi karena
sternum dan kartilago kosta bagian bawah tertekan atau
tertarik ke arah posterior. Iga pertama dan kedua
biasanya normal. Cekungan paling dalam biasanya
dijumpai di daerah prosesus xifoideus dan korpus
sternum. Sisi kanan hemitoraks biasanya lebih cekung
disbanding sisi kiri. Penyebabnya tidak jelas [lihat
Gambar 3). Deformitas akan semakin memburuk pada
saat remaja.
Pada masa perkembangan, kelainan ini awalnya tidak begitu tampak tetapi akan
bertambah jelas seiring dengan bertambahnya usia sampai pertumbuhan selesai. Biasanya,
akan timbul masalah pada bentuk tubuh berupa bahu turun, perut gendut, dan lordosis
Gambar 3. Pectus Excavatum5
9
pinggang. Jarang ada keluhan atau tanda akibat penekanan atau dorongan pada jantung atau
paru. Kadang ada perubahan EKG karena terjadi perubahan letak dan rotasi jantung.
Perubahan hemodinamik dapat dijumpai sewaktu melakukan aktivitas fisik. Biasanya, alasan
kosmetik menjadi dorongan untuk memperbaiki bentuk dada. Umumnya, faktor gangguan
fisiologi, peredaran darah, atau ventilasi paru pada kerja fisik tidak terlalu dominan.5
Pektus karinatum
Pada pektus karinatum, sternum tampak menonjol
ke depan akibat gangguan pertumbuhan (lihat
Gambar 4). Kelainan ini lebih jarang dijumpai
daripada pektus ekskavatum. Etiologinya tidak jelas.
Kelainan ini biasanya muncul pada masa kanak-
kanak; pada hampir setengah dari seluruh pasien,
kelainan ini tidak terdeteksi hingga usia penderitanya
melebihi 11 tahun.
Deformitas dapat timbul dalam bentuk ringan semenjak bayi dan makin lama makin berat
seiring dengan pertumbuhan.5
Kelainan sternum
Kelainan sternum lebih jarang ditemukan daripada pektus ekskavatum dan karinatum.
Kelainan akibat kegagalan fusi ventral dari sternum dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
1. Celah sternum.
2. Ektopia kordis torakal.
3. Ektopia kordis torakoabdominal.
Secara embriologis, sternum berasal dari belahan mesoderm yang menyatu setelah minggu
ke-8. Pada waktu ini, mungkin terjadi gangguan penyatuan sternum sehingga terjadi celah
sternum. Jarang terjadi ektopia kordis, yaitu keadaan bergesernya jantung ke luar rongga
dada, biasanya disertai kelainan bawaan jantung. Kelainan berupa sternum yang tidak
menyatu sama sekali jarang terjadi. Kelainan sternum yang paling sering dijumpai adalah
berupa celah di kranial sehingga jantung seolah berada di leher. Denyutnya tampak di sebelah
atas karena di sana pembuluh darah dan jantung hanya dibatasi oleh jaringan lunak dan kulit.
Kelainan dapat diperbaiki dengan menjahit celah tanpa melakukan osteotomi tulang iga pada
anak usia di bawah dua tahun. Bila regangan berat sekali, dapat dilakukan osteotomi iga atau
penutupan celah dengan tulang.
Gambar 4. Pektus karinatum5
10
Kelainan iga
Kelainan bawaan pada iga dapat berupa tidak adanya iga, kelebihan iga, atau adanya
penyatuan iga.
Iga servikalis adalah kelebihan iga yang melekat pada vertebra servikal VII. Iga ini sering
dikacaukan dengan iga I yang rudimenter. Kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan;
sebagian kecil kasus memberi gejala yang disebut sindrom thoracic outlet yaitu gejala
penekanan arteri dan vena subklavia atau gejala penekanan pleksus saraf brakialis secara
sendiri sendiri atau bersamaan. Bila ada keluhan, dapat dilakukan pengangkatan iga servikal
dan iga I.
Penyatuan iga biasanya tidak disadari, tidak menimbulkan keluhan, serta tidak
memerlukan tindakan. Bila yang menyatu adalah kartilago iga, dapat terjadi tonjolan yang
tidak menimbulkan nyeri. Kelainan demikian tidak memerlukan terapi bila tidak ada keluhan.
Keadaan tidak adanya iga disebut aplasia iga.5
Kelainan kongenital paru
Agenesis paru
Agenesis paru adalah keadaan tidak terbentuknya satu sisi atau kedua paru.
Kelainan ini terjadi karena perkembangan yang terhenti sehingga sama sekali tidak
ditemukan bekas brankial atau vaskular dan jaringan parenkim. Biasanya pengidapnya
tidak dapat bertahan hidup.
Hipoplasia paru
Pada hipoplasia paru, bronkus terbentuk sempurna, tetapi ukurannya sangat kecil.
Biasanya disertai kelainan bawaan organ tubuh lain sehingga umumnya sukar
bertahan hidup.
Kista bronkus
Istilah kista bronkus meliputi kista bronkus dan kista paru. Kelainan ini dapat
ditemukan di hilus atau di mediastinum. Lebih dari 50% terletak di paru prok-simal, di
hilus, dan di mediastinum. Kista ini umumnya tidak berhubungan dengan bronkus
sehingga jarang terinfeksi. Lain halnya bila kista terletak di perifer paru, kista akan
sering terinfeksi karena ada hubungan dengan bronkus sehingga menimbulkan keluhan,
misalnya batuk darah.
11
Tumor atau massa yang tidak ada hubungan dengan bronkus disebut sekuester paru
yang umumnya terletak intralobus (85%). Diagnosis ditegakkan dengan foto toraks dan
angiografi.5
Benda asing
Gejala-gejala, temuan fisik, dan komplikasi yang ditimbulkan oleh benda asing tergantung
pada sifat, lokasi, dan tingkat obstruksinya. Misalnya, benda yang tajam dan mengiritasi yang
tersangkut dalam laring menimbulkan edema lokal berat dan, kemudian peri-kondi itis
supuratif. Objek yang mengobstruksi di dalam bronkus menghasilkan atelektasis distal dan
kemudian menimbulkan bronkiektasia, abses paru, atau empiema. Sebagian besar benda
asing yang teraspirasi ke dalam saluran pernapasan dilontarkan keluar dengan segera melalui
refleks batuk dan tidak pernah memerlukan tindakan medis. Jika suatu objek terlalu besar
untuk dilenyapkan dengan pembersihan miikosiliare, maka akan teraspirasi dan tidak
terlempar keluar dengan batuk, menimbulkan gejala-gejala pernapasan yang tidak
terhindarkan.6
a) Benda asing laring
Benda asing laring menyebabkan batuk yang segera menjadi seperti croup, serak,
dan pada obstruksi berat, afoni. Hemoptisis, dispnea dengan bersin dan sianosis dapat
terjadi. Obstruksi akibat benda asing saja, atau reaksi radangnya, terbukti dapat
mematikan jika tanda-tanda obstruksi tinggi pada saluran pernapasan tidak segera
dikenali dan pengobatan yang tepat tidak diberikan.
Diagnosis: Pemeriksaan roentgenografi dan laringoskopi langsung biasanya
menunjukkan atau mengesankan adanya benda asing di dalam laring. Benda asing
radio-opak pada leher dengan jelas diperagakan pada roentgenogram lateral. Bila
benda itu terletak di sebelah anterior, maka jelas ada di dalam laring; bila di belakang
bayangan jaringan lunak laring, maka benda itu berada di dalam hipofaring atau
esophagus pars servikalis. Foto harus selalu diambil dari proyeksi lateral dan
anteroposterior. Pada beberapa kasus, pemberian sejumlah kecil bahan kontras opak
dapat membantu. Bila ada dyspnea berat, trakeotomi dapat dianjurkan sebelum
pemeriksaan laringoskopi.6
b) Benda asing trakea
12
Walaupun benda asing trakea dapat menimbulkan batuk, serak, dyspnea, dan
sianosis, namun tanda-tanda khasnya adalah mengi dan suara benda jatuh yang dapat
didengar dan suara berdebug yang dapat diraba yang dihasilkan oleh tubrukan
ekspirasi sesaat pada tempat setinggi subglotis.6
c) Benda asing Bronkus
Gejala-gejala awal benda asing bronkus biasanya sama dengan benda asing dalam
laring atau trakea. Batuk, mengi, lidah bercak-darah, dan rasa logam dengan benda
asing logam juga dapat dihasilkan oleh benda asing bronkus. Tingkat obstruksi dan
dalam stadium mana penderuta ditemukan akan menentukan gejala-gejala yang
diamati dan perubahan-perubahan patologis. Jika hanya ada sedikit obstruksi
(misalnya, katup pintas bypass valves), aliran udara pada kedua arah yang hanya
mengalami sedikit gangguan dapat menimbulkan mengi. Jika obstruksi lebih besar,
satu dari dua keadaan patologis dapat terjadi. Jika obstruksi memungkinkan udara
masuk tetapi tidak untuk keluar (misalnya, obstruksi katup pengecekan atau katub
bola), terjadi pengembangan obstruktif yang berlebihan. Pada kasus obstruksi total,
yang tidak memungkinkan udara masuk atau keluar, terjadi atelektasis obstruktif
karena uda di sebelah distal obstruksi diabsorbsi.
Periode laten yang lamanya antara beberapa menit sampai beberapa bulan dapat
lewat hanya dengan kadang kadang ada batuk atau sedikit mengi; pada penderita dapat
berkembang pneumonia lobaris atau asma yang tidak sembuh-sembuh, seringkali
dengan mengi bilateral dan banyak episode status asmatikus. Kadang-kadang mengi
kronis mulai segera sesudah aspirasi, jarang, penderita dengan benda asing datang
dengan hemoptysis, kadang-kadang beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah
aspirasi.
Anamnesis dapat mengungkapkan hal yang sudah terlupakan oleh penderita, yaitu
episode tercekik saat makan atau saat bermain dengan benda-benda kecil. Saudara-
saudara kandung yang lebih tua (3-6 tahun) mungkin telah memberikan objek yang
diaspirasi, pemeriksaan fisik dapat menunjukkan pergeseran trakea. Suara pernapasan
berkurang pada sisi obstruksi, tetapi tanda ini mungkin tidak jelas jika ada mengi difus.
Mungkin ada kerterlambatan pemasukan atau pengeluaran udara pada sisi yang
terobsturksi, yang dapat dideteksi melalu stetoskop dengan dua corong yang berbeda.
Obstruksi kedua bronkus utama dapat menimbulkan dyspnea berat dan bahkan
asfiksia. Jika beda asing tersebut berupa sayur-sayuran (vegetable) (misalnya: kacang),
13
akibat keadaan berat ini deikenal sebagai bronchitis vegetal atau bronchitis arakidik,
ditandai dengan batuk, demam tipe sepsis dan dyspnea. Supurasi kronis dapat terjadi
bila benda asing bronkus telah lama ada.6
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran perna-
pasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah
secara simultan atau berurutan. Gambaran palofisiologinya meliputi infillrat peradangan dan
edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan struktur dan
fungsi siliare.
Berbagai mikroorganisme (terutama virus) terutama mampu menyebabkan penyakit
saluran pernapasan atas. Organisme yang sama dapat menyebabkan infeksi yang tidak
tampak atau gejala-gejala klinis dengan berbagai keparahan dan meluas sesuai dengan faktor
hospes seperti umur, jenis kelamin, sebelumnya telah ada kontak dengan agen, alergi, dan
status nutrisi.
Beberapa virus (misalnya, campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi
gejala saluran pernapasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang
melibatkan sistem organ lainnya.
Virus sinsisial pernapasan (VSP) merupakan satu penyebab utama bronkiolitis,
kira-kira meliputi sepertiga dari semua kasus. Virus ini merupakan penyebab yang
lazim penyakit pneumonia, croup, dan bronkiolitis, juga penyakit demam saluran
pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi.
Virus parainfluenza menyebabkan sebagian besar kasus sindrom croup tetapi
dapat juga menimbulkan bronkitis, bronkiolitis. dan penyakit demam saluran
pernapasan atas. Virus influenza tidak memainkan peran besar dalam berbagai
sindrom pernapasan kecuali selama epidemi. Pada bayi dan anak, virus influenza
lebih menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas daripada penyakit saluran
pernapasan bawah.
Adenovirus menyebabkan kurang dari 10% penyakit pernapasan, sebagian besar
darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. Demam laringitis dan demam
faringokonjungtivitis adalah manifestasi klinis yang paling sering pada anak. Na-
mun, adenovirus kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah
yang berat.
14
Khinovirus dan koronavirus biasanya menimbulkan gejala yang terbatas pada
saluran pernapasan atas, paling sering hidung dan merupakan bagian yang berarti
dari sindrom "common cold".
Koksakivirus A dan B terutama menimbulkan penyakit nasofaring. Mikoplasma
dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dan bawah, termasuk bron-
kiolitis, pneumonia, bronkitis, faringotonsilitis, miringitis, dan otitis media.6
Infeksi Saluran pernafasan bawah
a) Abses Paru
Abses paru terjadi akibat pneumonia yang disertai nekrosis parenkim paru. Biasanya
keadaan umum pasien buruk. Pneumonia disebabkan oleh berbagai keadaan seperti obstruksi
bronkus karena tersedak benda asing, radang bronkus, atau tumor; kelainan parenkim seperti
kista, penyusupan abses hati, keadaan pascaemboli, pascacedera, atau aspirasi isi lambung.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pneumonia disertai abses ialah keadaan umum
yang kurang baik, gizi buruk, karsinomatosis, atau penyakit kronik lain.
Penderita mengeluh demam, menggigil, nyeri pleura, kadang batuk disertai sputum yang
bernanah dan berbau busuk atau berbau fekal. Pemeriksaan fisik tidaklah khas karena
disamarkan oleh kelainan paru penyebab abses. Kuman penyebabnya dapat bermacam-
macam, baik kuman nonspesifik maupun spesifik, kuman aerobik maupun anaerobic.
Pemerikaan Roentgen dada yang menampakkan rongga berisi cairan dan udara. Kadang
hanya ada rongga saja seperti kavitas. Karsinoma paru, abses amuba, tuberkulosis, infeksi
jamur, dan benda asing selalu harus dipertimbangkan sebagai penyebab.5
b) Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan dilatasi bronkus paru yang biasanya disertai dengan bronkitis
kronik. Kira-kira 50% terjadi bilateral, dan kebanyakan mengenai lobus inferior. Kurang
lebih separuh penderita bronkiektasis sudah dihinggapi kelainan ini sebelum usia 3 tahun.
Bronkiektasis sering dimulai dari bronkitis, pneumonia, atau penyakit pada anak seperti batuk
rejan. Bron-kiektasisjugaseringterlihatsebagai akibat atau menyertai penyakit TBC paru,
distal dari tumor, stenosis bronkus atau infeksi bronkus yang akut atau kronik.
Penderita menderita batuk produktif, kadang batuk darah, dan biasanya sesak napas
selama bertahun-tahun. Diagnosis dipastikan dengan bronkografi. Pada foto Roentgen
bronkogram, tampak pelebaran bronkus yang berbentuk silinder atau kantung dengan
penimbunan sekret (honey comb oppearence). Secara mikroskopis, terlihat perubahan bentuk
15
mukosa bronkus; kelainan yang menonjol ialah tidak terlihat silia. Jelas terlihat adanya
pelebaran cabang pembuluh darah arteri bronkialis akibat radang.5
c) Infeksi jamur
Mikosis paru erat hubungannya dengan penggunaan banyak antibiotik spektrum luas,
kortikosteroid, imunosupresif, dan penyakit imunodepresi seperti AIDS. Aspergilosis paru
dapat berupa bronkitis dengaan atau tanpa reaksi alergik, aspergiloma atau rongga dengan
misetoma, dan pneumonia atau aspergilosis diseminata yang tersebar. Aspergiloma
merupakan massa nekrotik berbentuk bulat yang terdiri dari hifa, fibrin, dan sel inflamasi.
Aspergilosis sering ditemukan di lobus atas dan aspergilosis sering kali juga dijumpai
bersama dengan tuberkulosis. Hemoptisis sering terjadi. Pemeriksaan Rontgen dada
menunjukkan gambaran "fungi ball'.5
d) Neoplasma primer
Polusi udara, khususnya akibat merokok, merupakan faktor penyebab. Orang yang berisiko
tinggi ialah wanita maupun pria yang merokok lebih dari 20 tahun dan berusia di atas 50
tahun. Jika sudah timbul gejala atau tanda, 75% kasus tidak dapat sembuh. Untuk
kepentingan klinis, dibedakan antara kanker paru jenis small-cell dan jenis -nonsmall-cell.
Penanganan kanker paru small-cell berbeda dengan kanker paru nonsmall-cell karena kanker
paru small-cell sangar ganas sehingga sewaktu ditemukan dianggap sudah terjadi metastasis
di tempat lain.
Klasifikasi WHO (1982) membedakan empat jenis utama kanker paru:
1. Karsinoma sel skuamosa (sekitar 30%)
2. Karsinoma small-cell (sekitar 25%)
3. Adenokarsinoma (sekitar 30%)
4. Karsinoma nonsmall-cell (kurang dari 10%)
Skrining dan deteksi dini kanker paru menurut rekomendasi beberapa pusat penelitian
kanker di dunia dilakukan dengan foto polos dada dan pemeriksaan sitologi sputum
penderita.5
Diagnosis kanker paru dibuat atas dasar keluhan dan gejala klinis, foto toraks, pemeriksaan
bronko-skopi, dan dipastikan dengan pemeriksaan histologik dan/atau sitologik sputum
penderita dan pemeriksaan bagian kelenjar di mediastinum menggunakan Mediastinoskop
rapid/fiberoptik.
Keluhan dan gejala kanker paru berasal dari gangguan jalan napas, penekanan pada atau
penyusupan ke dalam alat sekitarnya, dan metastasis. Gangguan pada saluran napas
menimbulkan gejala baruk dan hemoptisis. Gangguan faal bronkus dan retensi lendir
16
umumnya menimbulkan pneumonitis berulang. Pada keadaan yang lebih berat, dapar terjadi
abses paru. Pada sradium yang lebih lanjut, dapat terjadi obstruksi bronkus dengan segala
akibatnya, seperti atelektasis.
Penekanan dan infiltrasi terhadap alat sekitarnya dapat mengakibatkan sindrom vena kava
superior, disfagia (esofagus), dan dispnea dan stridor (trakea). Gangguan nervus rekurens
menyebabkan disfonia karena terjadi paralisis pita suara, sedangkan gangguan nervus
frenikus menyebabkan kelumpuhan diafragma yang sering tidak disadari. Sebaliknya,
infiltrasi pleksus brakialis mengakibatkan sindrom pleksus brakialis yang sangat nyeri.5
e) Neoplasma sekunder
Metastasis di paru disebut pula kelainan atau lesi mata uang. Lesi ini timbul pada 30%
penderita kanker. Bergantung kanker primernya, pada sebagian penderita terdapat metastasis
terbatas di parunya sehingga tumor metastatatik ini dapat dikeluarkan untuk tujuan kuratif.
Dari seluruh lesi mata uang, terdapat kurang lebih 5% malignitas tunggal, 90% di antaranya
merupakan malignitas primer yang sudah didiagnosis sebelumnya pada pasien.
Neoplasma yang dapar dikeluarkan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tumor primer
telah ditangani dan tidak ada tanda kambuh, tidak terdapat metastasis di tempat lain, dan
tidak ada terapi lain yang efektif.5
Demam
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan mekanisme
pertahanan hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh agen mikrobiologi yang
dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek. Demam pada anak dapat
digolongkan sebagai (1) demam yang singkat dengan tanda-tanda yang mengumpul pada satu
tempat sehingga diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat klinis dan pemeriksaan fisik,
dengan atau tanpa uji laboratorium; (2) demam tanpa tanda-tanda yang mengumpul pada satu
tempat, sehingga riwayat dan pemeriksaan fisik tidak memberi kesan diagnosis tetapi uji
laboratorium dapat menegakkan etiologi; dan (3) demam yang tidak diketahui sebabnya
(fever of unknown origin = FUO).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik-ambang regulasi
panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh
dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas.
Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus.
17
Pola demam dapat remiten (setiap lari. suhu yang naik kembali ke garis dasar tetapi di atas
normal), intermiten (demam kembali normal setiap hari), hektik intermiten atau remiten
dengan variasi suhu >1,4°C [2,5°F]), menetap atau terus-menerus (fluktuasi kenaikan suhu
0,3 C (0,5°F).6
Penutup
Batuk adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang akan masuk
ke dalam saluran pernafasan. Batuk terjadi karena adanya refleks batuk yang dirangsang oleh
benda asing baik berupa infeksi, tumor, massa, bakteri, alergen ataupun makanan yang
masuk. Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang merupakan sebuah interaksi pertahanan
tubuh hospes terhadap infeksi/non-infeksi. Sehingga pada skenario 2 diagnosisnya dapat
bermacam-macam dimulai dari tuberculosis paru, faringitis, bronkitis akut, bronkiolitis,
pneumonia, alergi, pertussis, difteri, karsinoma paru, dan kelainan kongenital.
18
Daftar Pustaka:
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga. 2006.
h.26-7; 87.
2. Sudoyo AW, Seyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Interna publishing.2009:5(3).h.2191-2.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.2012: 6(2).h.736-9;773-5.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006: (11).h.495-526.
5. Sjamsuhidajat R, Karna dihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu
bedah sjamsuhidajat-de jong, ed.3. Jakarta: EGC. 2012. h.498-500 ; 519-28.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC:2012; 15(2).
h. 854-6 ;1455-6; 1477-80.
19