makalah kesehatan hiu dan biosecurity

Upload: farras-shanda

Post on 22-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Satwa aquatik ada yang hidup di air tawar maupun hidup di air laut. Hiu adalah salah satu satwa aquatik yang hidup di laut. Hiu merupakan hewan predator yang memiliki banyak jenis ( 350 jenis) dengan berbagai ukuran dan bentuk tubuh. Hiu terbesar (Hiu Paus) bisa mencapai panjang 12m, sebaliknya Hiu Kerdil hanya memiliki panjang tubuh 15cm. Hiu memiliki tulang rawan yang kokoh dan elastis serta bentuk tubuh yang seperti torpedo yang dapat membatu berenang dengan cepat. Hiu tidak memiliki gelembung renang tapi memiliki hati yang berukuran besar dan mengandung minyak untuk membantu daya apung. Walaupun demikian, hiu harus tetap bergerak berenang agar tidak tenggelam. Hiu hanya menghasilkan sedikit keturunan dengan pertumbuhan yang lambat. Telur hiu dibuahi di dalam tubuh betina, beberapa jenis hiu kemudian melahirkan anaknya setelah menetas terlebih dahulu didalam tubuh induknya. Sedangkan jenis lainya ( 40 jenis) meletakkan telur yang telah dibuahi di dasar perairan tanpa dijaga. Sedikitnya populasi, lambatnya pertumbuhan dan sedikitnya keturunan, ditambah banyaknya perburuan hiu mengancam kelestarian hewan ini, jika perburuan tidak dihentikan maka ikan hiu akan cepat punah. Oleh karena itu usaha konservasi dan manajemen pemeliharaan hiu sangat diperlukan pada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah itu Hiu? 2. Bagaimana Biosecurity ikan Hiu? 3. Bagaimana cara pemberian pakan dan pengobatan terhadap ikan Hiu?

1.3 Tujuan Manfaat 1. 2. Diharapkan pembaca dapat mengerti apa itu hewan hiu. Diharapkan pembaca dapat mengetahui menejemen pemeliharaan ikan hiu dan

biosecuritynya. 3. hiu. Diharapkan pembaca dapat mengerti pemberian pakan dan pengobatan ikan

1

BAB II ISI 2.1 Hiu Hiu merupakan predator yang penting didalam ekosistem laut yang termasuk dalam subordo Selachimorpha. Hiu adalah ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadangkadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, bagian kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan. Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter yang biasanya disebut seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng, Hiu akan memangsa hewan lain di laut yang lemah sehingga terbentuk keseimbangan didalam ekosistem laut.

Gambar 1. Hiu Samudra berujung putih, Carcharinus longimanus

Penangkapan hiu secara besar-besaran dengan tujuan untuk diambil bagian tubuh tertentu untuk pembuatan obat atau konsumsi manusia dapat menurunkan jumlah hiu di alam dan menggangu keseimbangan ekosistem laut. Oleh karena itu usaha konservasi dan manajemen pemeliharaan hiu sangat diperlukan, ciri-ciri biologis dari ikan hiu yaitu :

2

Tulang punggung hiu sebagian besar terdiri atas tulang rawan yang mengalami kalsifikasi oleh kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Tulang rawan hiu ini mengandung bahan tertentu yang dapat dikembangkan sebagai senyawa anti tumor karena hiu jarang mengalami penyakit kanker. Tubuh hiu terdiri atas dua jenis otot, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah bersifat aerobik sehingga membutuhkan oksigen dalam bekerja. Otot ini digunakan untuk pergerakan normal. Otot putih bersifat anaerobik dan digunakan dalam melakukan pergerakan yang cepat dan tiba-tiba. Esofagus hiu berukuran pendek dan luas. Organ pencernaan yang terdapat dalam tubuh hiu adalah lambung yang berbentuk seperti huruf U, katup spiral yang berfungsi untuk meningkatkan penyerapan nutrisi didalam tubuh, rektum dan kloaka sebagai muara dari tiga sistem yaitu pencernaan, urinaria, dan reproduksi. Jantung hiu memiliki dua ruangan berbentuk seperti huruf S dan berukuran kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Hiu yang berenang dengan cepat seperti hiu putih memiliki suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya (lebih tinggi 8 C). Hal ini dilakukan untuk memodifikasi sistem sirkulatori yang dihubungkan dengan aktivitas otot merah. Hiu memiliki tekanan darah yang rendah. Hiu memiliki organ hati yang berukuran besar yaitu mencapai 5-25% dari bobot tubuhnya dan menghabiskan 90% tempat dari ruangan tubuhnya. 2.2 Biosecurity Hiu Biosecurity adalah usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam daerah tersebut. Biosecurity mempunyai peranan penting dalam pencegahan penyebaran penyakit. Ada pun dalam pemeliharaan ikan Hiu contoh di Seaword Indonesia terdapat tangki pemeliharaan atau SharkQuarium. Bangunan SharkQuarium berbentuk silinder yang terbuat dari akrilik yang berukuran tinggi 7 meter dengan diameter 13 meter. SharkQuarium memiliki kapasitas volume air 763 830 liter. Pemeliharaan kebersihan pada SharkQuarium dilakukan setiap hari melalui penyedotan (vakum) sisa makanan dan feses pada pasir laut di dasar tanki.

3

Selain pembersihan, setiap hari juga dilakukan pemeriksaan kualitas air meliputi temperatur, nilai oksigen terlarut (DO), salinitas, ammonia, nitrit, nitrat, dan iodine. Parameter tersebut berkaitan dengan fungsi system fisiologi tubuh seperti respirasi, urinasi dan reproduksi. Kondisi umum tanki SharkQuarium yaitu, suhu 28.9 C, DO 5.2, salinitas 30, ammonia 0.07, nitrit 0.02, nitrat 14.5, dan iodine 0.3. Temperatur berdampak pada kesehatan terutama proses metabolisme pada hiu itu sendiri. Semua proses yang melibatkan fungsi fisiologis dari tubuh ikan, termasuk pencernaan, pernafasan, fungsi hati dan ginjal, dirancang untuk berfungsi dengan baik pada jangkauan temperatur yang sesuai pada habitat alaminya. Temperatur juga berdampak pada imunitas. Sel darah putih berfungsi paling baik pada temperatur optimum. Peningkatan atau penurunan temperatur dapat berdampak pada penurunan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Nilai DO untuk hiu yang adalah ikan air laut yaitu minimal 5.5 ppm, namun DO di SharkQuarium hanya 5.2. Walaupun begitu hiu di dalam SharkQuarium bisa mentoleransi keadaan tersebut. Menurunya kadar DO bisa disebabkan oleh peningkatan kadar garam, peningkatan suhu, populasi biota yang terlalu padat, kelebihan pakan, dan tingginya kandungan bahan organik di dalam air. Apabila kandungan oksigen terlarut turun menjadi 3-4 ppm, ikan akan stress dan dapat menimbulkan kematian. Ikan yang stress ditandai dengan ikan yang sekarat tampak di permukaan mencoba mencari oksigen di udara. Ikan mati menunjukkan kiposis dan mulut terbuka. Peningkatan nilai DO dilakukan dengan menggerakkan pemukaan air melalui gelembung udara (aerasi). Salinitas adalah jumlah berat semua garam (gr) yang terlarut dalam satu liter air. Pada air laut, garam yang utama adalah natrium klorida, dan yang lain adalah magnesium, kalium, dan kalsium. Ikan termasuk hiu sangat beresiko ketika terjadi fluktuasi salinitas, karena akan menyebabkan insang dan ginjal tidak mampu mengendalikan osmolaritas tubuh. Salinitas air di SharkQuarium harus dipertahankan normal sekitar 30 ppm. Amonia adalah produk akhir katabolisme protein, yang dikeluarkan melalui insang dan kulit ikan. Ammonia yang tidak terionisasi akan berbahaya bagi ikan karena akan mempengaruhi otak dan system saraf pusat. Keracunan ammonia kronik menyebabkan hiperplasi dan hipertrofi insang, mempengaruhi osmoregulator, perdarahan organ internal, oksihemoglobin tidak bisa mengikat oksigen, kerusakan sirip dan kulit, serta penurunan4

imunitas. Di SharkQuarium, nilai ammonia jauh melebihi batas normal (0.02ppm) yaitu 0.07 ppm. Untuk menurunkan kadar ammonia tersebut dilakukan pergantian air untuk melemahkan kadar ammonia. Kadar nitrit dalam air dipengaruhi jumlah pakan, dan jumlah biota dalam tangki. Kadar nitrit yang aman untuk Hiu adalah maksimal 0,2 ppm. Jika nitrit meningkat, nitrit itu akan masuk ke tubuh ikan melalui insang dan menuju peredaran darah. Di darah, nitrit mengikat Fe2+ dalam darah, sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan hemoglobin dalam mengikat oksigen. Keadaan tinggi nitrit biasanya terjadi karena kegagalan filtrasi biologis, dan dapat diatasi dengan menghindari pembersihan media filter menggunakan zat antimikroba (tapi menggunakan air biasa saja) sehingga koloni bakteri menguntungkan tetap hidup. Kadar nitrit di SharkQuarium rendah yaitu 0.02, kadar nitrit masih dalam kisaran aman (0.0 20.0 ppm) yaitu 14.5 ppm, dan kandungan iodine cukup baik yaitu diatas 0,02 ppm. 2.3 Pakan dan pengobatan ikan Hiu 1. Pakan

Ikan hiu diberikan pakan setiap hari dengan berat rata-rata 7-8 kg setiap hari. Pakan ikan hiu berupa potongan ikan tongkol, ikan kembung beku, ataupun ikan mas yang masih hidup. Pencairan ikan kembung beku butuh waktu 30 menit. sebelum diberikan kepada hiu, ikan-ikan tersebut diperiksa kualitasnya meliputi pemeriksaan turgor kulit, keadaan sisik, konsistensi daging, dan keberadaan parasit isopod pada celah insang. 2. Pengobatan

Salah satu cara untuk memelihara kesehatan ikan adalah dengan pemberian obat dan vitamin melalui pakan. Cara ini dilakukan dengan memasukkan obat kedalam insang ikan kembung, potongan daging ikan tongkol, ataupun disuntikkan kedalam potongan daging ikan tongkol. Pengobatan meliputi pemberian obat cacing satu kali seminggu, dan vitamin secara rutin 2x seminggu. Pengobatan ditujukan untuk menjaga kesehatan hiu. Obat yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh, menjaga kesehatan tubuh, menjaga ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menambah nafsu makan, mencegah defisiensi nutrisi, mencegah anemia, dan menormalkan sistem syaraf. Kasus penyakit yang sering terjadi pada ikan hiu5

yaitu trauma akibat berkelahi sehingga pada tubuh hiu terdapat luka. Luka ini biasanya tidak diobati, karena dengan kondisi air tanki yang bagus, luka ini akan cepat sembuh dengan sendirinya. Jika kondisi air buruk, lika ini akan busuk dengan cepat. Biasanya hiu diberikan obat seperti Tocoperine, Kalium Iodida, Permasol, Scott Emultion, Tocopherine, Provital, Minyak ikan, Vitamin B1, Vitamin C, Neurobion, Minyak cumi, Neurochol, Linatone dan Livron B-lex, pengobatan ini ditujukan untuk menjaga kesehatan hiu. Obat yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh, menjaga ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menambah nafsu makan, mencegah defisiensi nutrisi, mencegah anemia, merangsang produksi telur, menormalkan sistem syaraf, dan mencegah goiter. Selain itu juga diberikan obat cacing dalam 3 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kasus kecacingan pada satwa aquatic dalam hal ini yaitu hiu.

6

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Hiu merupakan satwa akuatik yang terdapat didalam laut dan termasuk predator yang penting dalam ekosistem laut. Penangkapan hiu secara besar-besaran dengan tujuan untuk diambil bagian tubuh tertentu untuk pembuatan obat atau konsumsi manusia dapat menurunkan jumlah hiu di alam dan menggangu keseimbangan ekosistem laut. Oleh karena itu usaha konservasi dan manajemen pemeliharaan hiu sangat diperlukan. Dalam hal ini Hiu dipelihara dalam menejemen Pt. Seaword Indonesia Tbk dan terdapat dalam tangki pemeliharaan atau SharQuarium. Biosecurity merupakan usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam daerah tersebut. Biosecurity mempunyai peranan penting dalam pencegahan penyebaran penyakit khususnya hiu. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan kualitas air meliputi temperatur, nilai oksigen terlarut (DO), salinitas, ammonia, nitrit, nitrat, dan iodine. Pakan dalam ikan hiu harus tetap terjaga dan teratur. Pengobatan ditujukan untuk menjaga kesehatan hiu, Obat yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh, menjaga ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menambah nafsu makan, mencegah defisiensi nutrisi, mencegah anemia, merangsang produksi telur, menormalkan sistem syaraf, dan mencegah goiter, Selain itu juga diberikan obat cacing terhadap hiu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Thomas B., 1999. The Shark Almanac . New york: The Lyons Press. Sukma, Winata E., Rahmi, Annisa, dkk. 2010. Pengelolan Kesehatan Hiu dan Lingkungannya di Pt. Seaword Indonesia Tbk. IPB: Fakultas Kedokteran Hewan. Hamlet, W. C., 1999. Sharks, Skates and Rays: The Biology of Elasmobranch fishes. Johns Hopkins University press.7