makalah kelompok 3 etika profesional

Upload: imam-syafei

Post on 07-Jul-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    1/43

     

    MAKALAH AUDITING

    TENTANG

    ETIKA PROFESIONAL

    KELOMPOK 3

    1. Imam Syafei

    2. Muhammad Sholich

    3. Reza Yandripano

    2015 

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    2/43

    DAFTAR ISI

    COVER

    DAFTAR ISI

    I. 

    PENDAHULUAN

    II.  ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU MODERN AUDITING

     A. Etika dan Moralitas 2Etika Umum 3Etika Profesional 4

    B. Kode Perilaku Profesional AICPA 5Tim Etika Profesional AICPA 5Komposisi Kode Etik AICPA 6Definisi Kode Etik 6

    Prinsip-Prinsip 7C. Peraturan Perilaku 11D. Penegakan Peraturan 19

    Prosedur Penegakan Etika Bersama 19Prosedur Badan Pengadilan Bersama 20Ketentuan Disiplin Otomatis 20

    III.  ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU ARENS

    Kode Etik Profesi 21

    IV.  KODE ETIK PROFESI AUDITOR PEMERINTAH

     A.  Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan 26B.  Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah 26

    V.  ETIKA PROFESIONAL MENURUT ISLAM

     A.  Etika Profesi 27

    B.  Etika Profesi Auditor dan Akuntan Syariah 28

    Prinsip Etika Auditor dan Akuntan 28

    Kode Etik Auditor dan Akuntan Syariah 29

    C.  Kisah Pemeriksa Zakat di Zaman Rasulullah 32

    VI. 

    PENUTUP 33DAFTAR PUSTAKA 34

    LAMPIRAN 35

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    3/43

    1

    ETIKA PROFESIONAL

    I.  PENDAHULUAN

    Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan masyarakat pada

    umumnya adalah adanya kode etik perilaku profesional atau etika bagi para anggotanya. Perilaku

    yang beretik memerlukan lebih dari sekedar beberapa peraturan perilaku dan kegiatan

     pengaturan. Tidak ada satupun kode etik profesional maupun kerangka kerja pengaturan yang

    mampu mengantisipasi segala situasi yang memerlukan adanya pertimbangan pribadi dalam

     perilaku beretika. Sesuai dengan itu, maka makalah ini akan dimulai dengan suatu pembahasan

    singkat tentang etika umum sebelum bergerak pada topik etika profesional. Kemudia baru akan

    melangkah pada Cade of Professional AICPA (Kode Prilaku Profesional) yang cukup rinci.

    ProfesiProfesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bidang pekerjaan yang

    dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

    Sedangkan profesional menurut KBBI adalah:

    1.  Bersangkutan dengan profesi;

    2.  Pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya;

    3.  Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan dari amatir).

    Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persyaratan utama dari suatu profesi adalah

    tuntutan kepemilikan keahlian tertentu yang unik. Dengan demikian setiap orang yang mau

     bergabung dalam suatu profesi tertentu dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki

    oleh orang awam atau orang kebanyakan. Selain itu, para anggota profesi dituntut untuk

    memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan karena ada kompensasi berupa pembayaran untuk

    melakukannya. Hal ini mewajibkan adanya komitmen terhadap kualitas hasil pekerjaan.

    Suatu pekerjaan keahlian dapat digolongkan sebagai suatu profesi jika memenuhi persyaratan

    tertentu. Prof. Welenski di dalam buku Sawyers Internal Auditing menyebutkan 7 (tujuh) syarat,

    yaitu:

    1.  Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani kepentingan orang banyak (umum);

    2.  Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud, harus melalui pelatihan yang cukup lama

    dan berkelanjutan;

    3.  Adanya kode etik dan standar yang ditaati di dalam organisasi tersebut;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    4/43

    2

    4.  Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang

    diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut;

    5.  Mempunyai media massa/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan

    keterampilan anggotanya;

    6.  Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yangingin menjadi anggota;

    dan

    7.  Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengeluarkan

    sertifikat.

    Dikaitkan dengan tugas auditor, timbul pertanyaan apakah pekerjaan audit yang dilakukan

    oleh auditor dapat digolongkan sebagai pekerjaan profesi. Jika dilihat dari rumusan atau

     pengertian profesi menurut KBBI dan pendapat Prof. Welenski tersebut di atas, maka pekerjaan

    audit yang dilakukan auditor dapat digolongkan pada pekerjaan profesi/professional.

    Bekerja secara profesional berarti bekerja dengan menggunakan keahlian khusus menurut

    aturan dan persyaratan profesi. Karena itu setiap pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan

    suatu sarana berupa standar dan kode etik sebagai pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota

     profesi tersebut. Kode etik dan standar tersebut bersifat mengikat dan harus ditaati oleh setiap

    anggota agar setiap hasil kerja para anggota dapat dipercaya dan memenuhi kualitas yang

    ditetapkan oleh organisasi.

    Pada makalah ini akan dibahas Etika Profesional dalam berbagai sudut pandang literatur,

    organisasi pemerintahan, dan keilmuan Islam. Oleh karena itu diharapkan malakah ini dapat

    memberikan gambaran secara lebih rinci apa itu etika professional dan bagaimana etika

     professional diterapkan pada auditor baik auditor eksternal maupun auditor internal di Indonesia.

    II.  ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU MODERN AUDITING 

    A.  Etika Dan Moralitas

    Etika (ethics)  berasal dari Bahasa Yunani  Ethos yang berarti “karakter”. Kata lain

    untuk etika ialah moralitas (morality), yang berasal dari Bahasa Latin mores  yang berarti

    “kebiasaan”. Moralitas berpusat pada “benar” dan ”salah” dalam perilaku manusia. Oleh

    karena itu, etika berkaitan dengan pernyataan tentang bagaimana orang akan berperilaku

    terhadap sesamanya. Ahli filsafat dan etika telah mengembangkan sejumlah teori tentang

     perilaku beretika.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    5/43

    3

    1.  Etika Umum

    Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat keputusan yang

    memiliki konsekuensi bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Sering kali dilema 

    etika (etichal dilemma)  yang berasal dari pilihan yang membawa kebaikan pada suatu

     pihak, ternyata tidak membawa kebaikan bagi pihak lain. Dalam situasi seperti itu, orang

    harus mengajukan dua pertanyaan penting yaitu: “Kebaikan apa yang saya cari?” dan

    “Apa kewajiban saya dalam kondisi seperti ini?”. 

    Etika umum (general ethics)  berusaha mengani pertanyaan-pertanyaan semacam

    ini dengan mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan baik bagi seseorang atau

    masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban atau tugas yang harus

    dilakukan oleh seseorang atau masyrakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban

    dan tugas yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri atau sesamanya.

     Namun, ketidakmampuan untuk menyapakati apa yang dsebut “baik” dan “kewajiban”

    telah membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran. Kelompok aliran

     pertama disebut kelompok aliran etika absolut (ethical absolutist)  yang mengatakan

     bahwa terdapat suatu standar universal yang tidak berubah selama-lamanya dan berlaku

     bagi semua orang. Kelompok aliran yang lain disebut kelompok aliran Ethical Relavists 

    atau kelompok aliran relatif, yang mengatakan bahwa pertimbangan etika manusia

    ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi dalam masyarakat dimana dia hidup.

    Beberapa orang berpendapat bahwa kedua kelompok tersebut sama benarnya

     bahwa sejumlah orang akan membuat sejumlah keputusan hidup yang harus dituntung

    oleh standar universal yang tidak berubah serta banyak pilihan lain yang bersumber pada

    kebiasaan masyarakat yang berubah. Karena tidak ada standar universal ataupun kode

    etik relative yang dapat secara gamblang mentukan bagaimana pilihan perilaku yang

     paling tepat, maka beberapa ahli etika telah mengembangkan suata kerangka kerja etika

    umum untuk pengambilan keputusan, yang disebut kerangka kerja enam langkah sebagai

     berikut:

    a.  Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan;

     b.  Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta yang relevan tersebut;

    c.  Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oelh keputusan tersebut dan

     bagaimana masing-masing dipengaruhi;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    6/43

    4

    d.  Mengidentifikasi alterative mengambil keputusan;

    e.  Mengidentifikasi konsekuensi setiaf alternative;

    f.  Membuat pilihan yang beretika;

    2.  Etika Profesional

    Etika profesional (profrssional ethics) harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip

    moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang untuk

    tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat dirancang sebagian

    untuk mendorong perilaku yang ideal, sehinggga bersifat realistis dan dapat ditegakkan.

    Agar dapat memiliki arti, keduanya harus pada posisi diatas hukum, namun sedikit

    dibawah posisi ideal.

     Negara bagian seringkali memberikan hak monopli eksklusif untuk melakukan

     praktik profesi bagi para profesional. Pada sebagian besar negara bagian, CPA

    merupakan satu-satunya profesi yang diberikan wewenang dan menandatangani laporan

    audit. Sebagai timbal balik atas hak monopoli ini, para profesional harus bertindak

    untuk kepentingan publik. Etika profesional lebih diberlakukan lebih ketat dibandingkan

    dengan menerima standar perilaku professional. Sebuah kode etik secara signifikan akan

    mempengaruhi reputasi profesi serta kepercayaan yang diyakininya.

    Proyek Visi CPA yang berorentasi pada masa depan, menyatakan bahwa

     pengakuan terhadap profesi yang harus bertumpuh pada nilai-nilai layanan yang

    diberikan. Proyek Visi CPA telah mengidentifikasi lima nilai inti berkaitan dengan

     profesi CPA, yaitu:

    a.  Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup;

     b.  Kompetensi;

    c.  Integritas;

    d.  Selaras dengan isu-isu bisnis yang luas; dan

    e. 

    Objektifitas.

    Secara keseluruhan nilai-nilai diatas merupakan hal yang penting guna

    mendapatkan kepercayaan pada keyakinan diri mereka yang mmengandalkan jasa-jasa

    CPA.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    7/43

    5

    Profesi CPA juga menetapkan sikap sukarela dan pengaturan sendiri Kode Perilku

    Profesional ini. Mukadimah pada Kode Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh

    AICPA menekankan pentingnya standar etika bagi CPA, seperti berikut ini:

    B.  Kode Perilaku Profesional AICPA

    Sekarang kita mengalihkan perhatian kepada Kode Perilaku AICPA, yang mengatur

    anggota AICPA dan dikelola oleh Tim Etika Profesional AICPA. Perlu diketahui bahwa

    setiap negara bagian memiliki kode etik sendiri yang serupa dengan Kode Perilaku

    Profesional AICPA. Kode AICPA akan dibahas dalam makalah ini, mengingat besarnya

     jumlah anggota yang mencapai angka di atas 350.000 orang disetiap negara bagian dan

    yurisdiksi Amerika Serikat.

    1. 

    Tim Etika Profesional AICPA

    Pengaturan senidiri dan etika professional demikian penting bagi profesi akuntan,

    sehingga pengaturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau Tim Etika

    Profesional. Misi dari tim ini adalah untuk:

    a.  Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan standar-

    standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan amsyarkat terlindungi;

     b.  Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA; dan

    c.  Menyediakan pedoman mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota mampu

    menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.

    Tim ini terdiri dari beberapa staf penuh waktu, anggota sukarela aktif, dan

    investigator sementara yang bersifat sukarela sesuai kebutuhan. Tim tersebut

    melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan misinya sebagai berikut:

    a.  Menetapkan Standar: Komite Ekskutif Etika Profesional melakukan interprestasi atas

    Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan pada kode perilaku;

     b.  Penegakan Etika: Tim Etika Profesional melakun investigasi atas potensi masalah-

    masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta masyarakat CPA negara

     bagian dan Program Penegakkan Etika Bersama; dan

    c.  Jasa Permintaan Bantuan Teknis (ethics hotline): Tim Etika Profesional melakukan

     pendidikan bagi anggota serta mempromosikan pemahaman atas standar etika yang

    ada didalam Kode Perilaku Profesional AICPA, dengan cara menanggapi permintaan

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    8/43

    6

     bantuan anggota dalam rangka penerpan Kode Perilaku Profesional AICPA pada

     bidang praktik yang spesifik.

    2.  Komposisi Kode Etik AICPA

    Kode Perilaku Profesional (code of professional conduct)  AICPA yang telah

    direvisi dan diterima oleh keanggotaan tahun 1988 terdiri dari dua direksi sebagai

     berikut:

    a.  Prinsip-prinsip (Principle)  yang mengatakan ajaran dasar perilaku etika dan

    memberikan kerangka kerja bagi peraturan-peraturan.

     b.  Pedoman perilaku (Rules of Conduct) yang menetapkan standa minimum perilaku

    yang dapat diterima dalam pelaksanaan layanan professional.

    Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku professional, maka prinsip-prinsip ini

    tidak dapat digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya Peraturn

    Perilaku menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima serta dapat

    ditegakan atau dengan perkata lain sebagai suatu keharusan untuk dicapai.

    Sebagai tambahan atas kedua seksi dan Kode tersebut, maka Komite Eksukitif

    Divisi Etika Profesional mengeluarkan pengumuman-pengumuman sebagi berikut:

    a.  Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of the rules of conduct)  yang

    menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan yang

    spesifik

     b.  Ketetapan Etika (ethics rullings) yang menunjukkan penerapan Peturan Perilaku dan

    Interpretasi pada kondisi nyata tertentu

    Para anggota yang menyimpan dari Interpretasi atau Ketetapan Etika harus

    memberikan alasan dan penjelasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar pendapat

    tentang disiplin.

    3.  Definisi Kode Etik

    Kata etik ditulis dalam Bahasa teknis. Oleh karena itu penting sekali untuk

    mengetahui definisi kode etik (code difinitions) berikut ini guna memahami penerapan

    Prinsip-prinsip Kode dan Peraturan:

    Klien (klien).  Setiap orang atau entitas, selain pegawai anggota CPA yang

    menugaskan anggota atau kantor CPA untuk melaksanakan jasa profesional bagi

     perorangan atau entitas yang akan menerima jasa profesional tersebut.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    9/43

    7

    Dewan (council) . Dewan yang berada dalam lembaga AICPA.

    Perusahaan (enterprise). Sinonim dengan istilah “Klien”. 

    Kantor Akuntan Publik (firm) .  Bentuk orgnisasi yang diizinkan oleh undang-

    undang negara bagian atau aturan yang memiliki karekteristik sesuai dengan

    keputusan Dewan, untuk melaksanakan praktek akuntan publik, termasuk untuk

     perorangan sebagai pemilik.

    Status keanggotaaan (holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang

    anggota yang menginformasikan statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA

    yang terakreditasi.

    Institut (institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan.

    Anggota (member) . Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional

    dari AICPA.

    Praktik akuntan publik (prantice of public accounting).  Pemberian jasa

     professional berupa jasa akuntansi, perencanaan keuangan, perpajakan,

     perencanaan keuangan pribadi, jasa dukungan litigasi, serta jasa profesional

    lainnya oleh anggota atau kantor akuntan publik yang terdaftar sebagai pemegang

    CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi, sesuai dengan standar yang

    diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh dewan. Akan tetapi, tidak

    diperkenankan untuk melakukan praktik akuntan publik, apabila seorang anggota

    atau kantor akuntan publik pemegang CPA tersebut memang tidak memberikan

     jasa profesional seperti di atas kepada klien.

    Jasa profesional (professional services) .  Semua jasa yang dilaksanakan oleh

    seorang CPA yang masih berstatus sebagai pemegang saham CPA.

    4.  Prinsip-Prinsip

    Enam prinsip yang terdapat dalam kode etik, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    a.  Tanggung jawab

    CPA memberika jasa yang penting dan perlu dalam sistem persaingan bebas

    yang dianut di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada

    mereka yang menggunakan jasa CPA. Selain itu, para CPA memiliki tanggung

     jawab yang berkesinambungan untuk bekerja sama dengan anggota lainnya guna:

    a)  Meningkatkan seni akuntansi

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    10/43

    8

     b)  Menjaga kepercayaan publik pada profesi

    c)  Melaksanakan kegiatan pengaturan sendiri (self-regulatory) 

    Tujuan keseluruhan dalam memenuhi prinsip ini adalah untuk menjaga dan

    meningkatkan sosok profesi akuntan publik.

     b.  Kepentingan publik

    Kepentingan publik didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dan komunitas

    manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA. Kepentingan publik yang harus

    dilindungi oleh CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah,

     pegawai, pemegang saham dan masyarakat umum. Suatu ciri yang mulia dari

    sebuah profesi adalah kesediaannya untuk menerima tanggung jawab profesional

    kepada publik.

    CPA diharapkan untuk memenuhi standar mutu dan standar professional dalam

    semua perikatan. Dalam melayani kepentingan publik anggota harus menunjukkan

    dengan jelas tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip-prinsip dalam

    Kode.

    c.  Integritas

    Integritas merupakan karekteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalam

    diri seorang CPA. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota

     pada akhirnya harus mempertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam

     penugasan. Integritas juga menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar

    kepercayaan public.

    Dalam memenuhi prinsip-prinsip ini, para anggota harus bersikap jujur dan tulus.

    Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya kesalahan akibat kelalaian dan

     perbedaan pendapat, namun integritas tidak dapat mentolerir terjadinya distorsi

    fakta yang dilakukan sengaja atau upaya mengecilkan pertimbangan.

    d. 

    Objektifitas atau independensiObjektifitas adalah suatu sikap mental. Meskipun prinsip ini tidak dapat dikur

    secara tepat, namun wajib untuk dipegang oelh semua anggota. Objektifitas berarti

    tidak memihak dan berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan

     penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat bila anggota menjauhkan

    diri dari ekadaan yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Sebagai

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    11/43

    9

    contoh, seorang CPA yang mempunyai hak kemilikan perusahaan klien akan dapat

    melemahkan objektifitas anggota dalam pelaksanaan audit terhadap klien.

    Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana

    kempetennya sebagai CPA dalam melaksanakan audit dan jasa asistensi lainnya,

     pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan

    laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen. Dalam memberika jasa-

     jasa tersebut, para anggota harus independen dalam segala hal. Artinya para

    anggota harus bertindak dengan integritas dan objektifitas. Para anggota harus

     bersikap independen dalam penampilan. Untuk mengujinya, para anggota dilarang

    mempunyai kepentingan keungan atau hubungan usaha dengan klien. Sebagai

    contoh, seorang CPA tidak boleh menjadi bagian dari manajemen atau melayani

    dewan direksi. Para anggota yang berpraktik sebagai akuntan public, harus

    senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan

    indpedensinya.

    e.  Kecermatan dan keseksamaan

    Prinsip kecermatan atau kesesksamaan adalah pusat dari pencarian terus

    menerus dari kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan

    mengharuskan setiap CPA untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya

    dengan kompetensi dan ketekunan.

    Kompetensi adalah hasil dari pendidikan dan pengalaman. Pendidikan diawali

    dengan persiapan diri untuk memasuki profesi tersebut. Dilanjutkan dengan

     pendidikan profesi berkelanjutan melalui jenjang karir anggota. Pengalaman

    meliputi kerja magang dan penerimaan tanggung jawab yang meningkat selama

    usia profesional anggota.

    Keseksamaan meliputi keteguhan, kesungguhan, serta bersikap energik dalam

    menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal itu juga

     berarti, seorang CPA harus:

    a)  Cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan;

     b)  Memperhatikan standar teknis dan etika yang diterapkan; dan

    c)  Menyelesaikan jasa yang dilaksanakan dengan segera.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    12/43

    10

    Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervisi

     perikatan yang menjadi tanggung jawab CPA. Sebagai contoh, setiap CPA

    diharapkan memberika supervisi secara tepat dan benar kepada para asisten yang

    mengambil bagian dalam perikatan tersebut.

    f.  Lingkup dan sikap jasa

    Prinsip ini hanya dapat diterapkan kepada anggota yang memberikan jasa

    kepada masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan jasa yang

    spesifik dalam situasi tertentu, maka CPA tersebut harus mempetimbangkan

    semua prinsip-prinsip yang telah ada sebelumnya. Apabila ternyata tidak ada

     prinsip yang tidak dapat dipenuhi, maka penugasan tersebut harus ditolak.

    Selanjutnya seorang CPA harus:

    a. 

    Hanya berpraktik pada sebuah kantor yang telah mengimplementasikan

     prosedur pengendalia mutu;

     b.  Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak

    akan menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi

    klien; dan

    c.  Menilai apakah jasa yang diminta konsiten dengan peran seorang professional.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    13/43

    11

    C.  Peraturan Perilaku

    Seksi kedua dari Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri dari sebelas peraturan

    sebagaimana digambarkan pada table berikut:

     No.Peraturan

    Diterapkan OlehSemua

    CPA

    CPA yang

    Berpraktik

    Publik

    Seksi 100 Independensi, Integritas dan Objektifitas

    101 Independensi v

    102 Integritas dan Objektifitas v

    Seksi 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

    201 Standar Umum v

    202 Kepatuhan Terhadap standar v203 Prinsip Prinsip Akuntansi v

    Seksi 300 Tanggung Jawab terhadap Klien

    301 Informasi Rahasia Klien v

    302 Honor Kontinjen v

    Seksi 400 Tanggung Jawab kepada Kolega (Saat ini

    tidak ada peraturan mengenai hal ini)

    Seksi 500 Tanggungjawab dan Praktik Lainnya

    501 Tindakan yang Mendiskreditkan v

    502 Periklanan dan Bentuk Sosialisasi Lainnya v

    503 Komisi dan Honor Referal v

    505 Bentuk Organisassi dan Nama v

    Dalam memformulasikan peraturan peraturan ini,AICPA telah berusaha untuk

    memberikan layanan layanan terbaik bagi para anggotanya, profesi dan masyarakat.

    Peraturan organisasi AICPA mengharuskan para CPA mematuhi peraturan perilaku.

    Peraturan tersebut dapat diterapkan kepada semua CPA dan kepada semua jasa professional

    yang dilaksanakan, kecuali apabila:

    1)  Susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain; dan

    2)  CPA yang berpraktik di luar Amerika Serikat, sehingga menyesuaikan peraruran di

     Negara Tuan Rumah.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    14/43

    12

    Seorang CPA dalam praktik public mungkin harus bertanggung Jawab memenuhi

    semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalam supervise anggota atau angghota

     partner atau pemegang saham dalam praktik. Selain itu, seorang CPA tidak dapat

    mengijinkan orang lain untuk bertindak atas namanya. Apabila ini dilakukan, berarti

    melanggar peraturan. Pernyataan setiap peraturan dan penjelasan yang penting diberikan

    dalam bagian berikut:

    1.  Peraturan 101: Independensi

    Independensi akuntan, terlebih akuntan public, penting dalam melakukan

     pekerjaannya. Seorang akuntan yang berpraktik public harus bersikap independen dalam

    melaksanakan jasa professional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang

    diumumkan oleh badan badan yang ditunjuk dewan.

    Terdapat beberapa tema dalam interpretasi independensi yang meliputi pengaruh

    dari:

    a.  Kepentingan keuangan

    Ada dua jenis larangan bagi CPA dalam melakukan parktik professional

    dengan klien, yaitu:

    a)  Kepentingan keuangan langsung

     b)  Kepentingan keuangan tidak langsung

    Yang dimaksud kepentingan keuangan langsung adalah akuntan dilarang

    membpunyai kepentingan yang berkaitan dengan aspek keuangan secara langsung

    dengan perusahaan klien. Contoh: Akuntan Publik dilarang melakukan audit

    keuangan terhadap perusahaan yang sahamnya dimiliki auditor.

    Sedang yang dimaksud kepentingan tidak langsung adalah akuntan dilarang

    mempunyai kepentingan yang berkaitan dengan aspek keuangan secara tidak

    langsung terkait perusahaan klien yang nantinya akan melemahkan

    independensinya sebagai auditor. Ada dua bentuk kepentingan keuangan tidak

    langsung

    i.  Mempunyai kepemilikan saham secara tidak langsung, misal: mempunyai

    saham induk perusahaan klien.

    ii.  Ada anggota keluarga yang mempunyai kepemilikan saham klien.

     b.  Hubungan Bisnis

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    15/43

    13

    Seorang CPA tidak diperbolehkan memberikan layanan professional dalam

    kapasitas sebagai mempunyai relasi atau berperan dalam internal perusahaan

    klien. Contoh: Sebagai anggota manajemen dan pegawai klien. Hubungan bisnis

    ini bisa dari anggota CPA ataupun keluarga atau pasangan anggota CPA.

    Anggota CPA yang dilarang mempunyaihubungan bisnis dengan klien

    meliputi:

    a)  Semua orang yang berpartisipasi dalam perikatan kecuali yang

    melaksanakan fungsi klerk.

     b)  Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor

    yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan

    c)  Semua pemilik, partner atau pemegang saham dari kantor akuntan public

    d) 

    Sebuah entitas, yang kebijakan usaha, keuangan atau akuntansinya dapat

    dikendalikan oleh seorang atau lebih dari orang orang yang telah

    disebutkan diatas atau oleh dua orang atau lebih yang dipilih dan ditunjuk

    untuk bertindak bersama-sama.

    Anggota keluarga seorang CPA yang bekerja pada perusahaan klien selama

     periode waktu yang berkaitan dengan hubungan bisnis hanya akan melemahkan

    independensi dalam keadaan berikut:

    a)  Posisi Peka Audit, yaitu anggota keluarga CPA mempunyai hubungan

    signifikan terhadap pengendalian internal perusahaan klien, contoh:

    sebagai kasir, kepala akuntansi atau kepala gudang.

     b)  Pengaruh signifikan: yaitu anggota keluarga CPA mempunyai pengaruh

    signifikan dalam kebijakan operasional maupun strategis: contoh sebagai

    manajer keuangan atau operasional.

    c.  Jasa lain bagi klien

    CPA dapat menyediakan jasa lain bagi klien atas tambahan jasa aestasi yang

    diberikan. Sebagai contoh, CPA dapat melakukan kegiatan pembukuan dan jasa

    akuntansi kepada klien. Namun, CPA harus memenuhi persyaratan berikut:

    a)  CPA tidak diperkenankan memiliki hubungan lain, seperti kepentingan

    keuangan yang dapat melemahkan objektivitasnya.

     b)  Klien harus bertanggungjawab penuh atas laporan keuangan

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    16/43

    14

    c)  CPA tidak diperkenankan melakukan peran lain yang terkait manajemen

    atau pegawai Klien.

    d)  CPA harus bekerja sesuai standar profesional, dalam melaksanakan

     perikatan Aestasi.

    Jika CPA diminta menjalankan peran sebagai auditor internal perusahaan

    klien maka ada beberapa kondisi yang dipenuhi:

    a)  Dewan direksi, Komite Audit, Manajemen Klien serta anggota CPA,

    semuaya harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab

    masing masing dalam fungsi audit internal

     b)  Pemahaman tersebut didokumentasikan dalam surat perikatan

    c)  CPA harus merasa puas bahwa klien memahami tanggung jawabnya untuk

    menetapkan dan menjaga pengendalian internal serta mengarahkan fungsi

    audit internal, sebagai bahagian dari pemantauan pengendalian internal

    d)  Klien harus bertanggungjawab untuk:

    (a) Menunjuk seorang yang kompeten untuk bertanggungjawab dalam

    fungsi audit internal

    (b) Menentukan lingkup, resiko dan frekuensi audit internal

    (c) Mengevaluasi prosedur audit yang dilakukan, temuan serta hasil

    kegiatan audit internal sebagaimana yang disajikan dalam laporan audit

    yang disususn sesuai dengan pedoman CPA perihal pelaksanaan

    layanan public tersebut.

    CPA diminta menarik diri dari jasa konsultasi manajemen jika auditor sebagai

     pengambil keputusan, contoh:

    a)  Bantuan dalam merger dan akuisisi untuk mendapatkan finder’s fee 

     b)  Perekrutan eksekutif

    c)  Jasa aktuaria bagi perusahaan asurasi

    d) 

    Jajak pendapat umum

    e)  Pengujian psikologi

    d.  Imbalan yang belum dibayar

    Imbalan yang belum dibayar untuk jasa profesional akan dianggap sebagai

     pinjaman yang diberikan anggota kepada klien. Dalam hal ini, independensi KAP

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    17/43

    15

    dianggap melemah apabila ada imbalan yang belum dibayar klien terhadap jasa

    yang diberikan CPA terhadap klien, baik yang sudah ditagih maupun yang belum.

    2.  Peraturan 102: Integritas dan Objektivitas

    Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang CPA harus menjaga

    objektifitas dan integritas, harus bebas dari pertentangan kepentingan, dan tidak

    diperbolehkan salah menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangannya kepada

     pihak lain.

    3.  Peraturan 201: Standar Umum

    Setiap anggota harus memenuhi standar standar berikut ini dan setiap interpretasi

    dari badan badan yang ditunjuk dewan

    1)  Kompetensi Profesional: Hanya melaksanakan jasa profesional yang diyakini dapat

    diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan public dengan kompetensi

     professional;

    2)  Penggunaan Kemahiran Profesional: mempergunakan kemahiran rofesional dengan

    cermat dan seksama dalam meaksanakan setiap jasa professional;

    3)  Perencanaan dan Supervisi: Merencanakan dengan cermat dan mengawasi jalannya

     pelaksanaan jasa professional; dan

    4)  Data relevan yang mencukupi: memperoleh data relevan yang mencukupi agar

    mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi

    rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan.

    4.  Peraturan 202: Kepatuhan Terhadap Standar

    Seorang CPA yang melaksanakan Auditing, review, Kompilasi, konsultasi

    Manajemen, Perpajakan, atau Jasa Profesional lainnya harus mematuhi standar standard

    an setiap interpretasi yang diterbitkan oleh badan badan yang ditunjuk oleh dewan.

    5.  Peraturan 203: Prinsip Prinsip Akuntansi

    Seorang CPA tidak dibenarkan untuk:

    1) 

    Menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap

    entitas yang diauditnya telah disajikan sesuai prinsip prinsip akuntansi yang

     berlaku umum, atau

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    18/43

    16

    2)  Menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah

    dilakukan pada laporan keuangan dan menyatakan laporan keuangan telah sesuai

     prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    Apabila laporan keuangan mengandung salah saji material atau mengandung

     penyimpangan dari prinsip yang berlaku umum.

    6.  Peraturan 301: Informasi Rahasia Klien

    Setiap anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk

    mengungkap semua informasi rahasia klien tanpa izin khusus dari klien. Peraturan ini

    tidak boleh diartikan:

    1)  Membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202

    dan 203;

    2) 

    Untuk mempengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi

     permitaan atau panggilan pengadilan yang sah dan berlaku, atau untuk melarang

    anggota mematuhi ketentuan dan peraturan pemerintah yang berlaku;

    3)  Menghalangi review atas praktik profesional anggotamenurut wewenang AICPA

    atau masyarakat CPA Negara Bagian, atau Dewan Akuntansi atau; dan

    4)  Menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk

    menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika profesional atau

    Pengadialn institute atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat CPA

     Negara Bagian atau Dewan Akuntansi.

    Setiap anggoat dari badan badan yang disebutkan dalam nomor (4) diatas serta

     para anggota yang terlibat dalam praktik review profesional yang disebutkan dalam

    nomor (3) diatas tidak diperkenankan mempergunakan untuk kepentingan sendiri atau

    mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya dalam

    melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak boleh

    membatasi pertukaran informasi dalam kaitannya dengan kegiatan investigasi dan

    disiplin yang dilakukan oleh badan badan tersebut, dan kegiatan praktik review

     profesional.

    7.  Peraturan 302: Honor Kontinjen

    Setiap Anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk:

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    19/43

    17

    1)  Melaksanakan jasa Profesional dengan menerima honor kontinjen atau imbalan

    semacam itu dari klien yang CPA atau kantor akuntan publiknya juga

    melaksanakan:

    a.  Suatu audit atau review atas laporan keuangannya;

     b.  Suatu kompilasi laporan keuangan, dimana anggota mengharapkan atau

    mungkin mengharapkannya adanya pihak ketiga yang akan menggunakan

    laporan keuangan dan laporan kompilasi yang tidak mengungkapkan

    kurangnya independensi; atau

    c.  Pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif.

    2)  Membuat SPT PPh perdana atau yang telah diperbaiki atau klain atas

     pengembalian pajak untuk honor kontinjen.

    Larangan kontinjen pada angka (1) diatas berlaku selama periode dimana CPA

    atau kantor akuntan publik ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan periode

    yang dicakup dalam laporan keuangan historis tercakup juga dalam jasa jasa tersebut

    diatas.

    Kecuali seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen adalah

    imbalan yang ditetapkan berdasar kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan tidak

    akan diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau dimana jumlah

    imbalan akan tergantung pada temuan atau hasil jasa tersebut. Hanya untuk maksud

     peraturan ini saja, imbalan tidak dianggap kontinjen apabila imbalan tersebut ditetapkan

    oleh pengadilan atau lembaga lembaga yang berwenang lainnya, atau dalam masalah

     pajak, apabila penetapan tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan atau temuan

    dari pejabat pajak.

    8.  Peraturan 501: Tindakan yang Mendikreditkan Profesi

    Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan tercela yang

    mendiskreditkan profesi. Yaitu tindakan yang apabila dilakukan akan merusak reputasi

    dari profesi akuntan publik. Dalam interpretasi tindakan berikut termasuk tindakan

    tercela yang mendiskreditkan profesi, yaitu:

    1)  Menahan catatan klien serta kertas kerja auditor: contoh menahan ayat ayat jurnal

     penyesuaian untuk melengkapi catatan klien;

    2)  Diskriminasi dalam pekerjaan;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    20/43

    18

    3)  Kegagalan memenuhi standar atau prosedur lain atau persyaratan lain;

    4)  Kelalaian dalam penyusunan laporan keuangan;

    5)  Kegagalan memenuhi persyaratan badan pemerintahan, komisi, atau lembaga

     pengatur dalam melaksanakan jasa atestasi; dan

    6)  Permohonan atau pengungkapan pertanyaan CPA berikut jawabannya.

    9.  Peraturan 502:Periklanan dan bentuk solisitasi lainnya

    Setiap Anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk

    mendapatkan klien dengan cara memasang iklan atau bentuk sosialisasi lainnya dalam

    segala hal yang salah, menyesatkan dan menipu. Solisitasi dengan cara memaksa, yang

    melampaui batas, atau melecehkan dilarang.

    10.  Praturan 503: Honor referral

    1) 

    Larangan Komisi

    Seorang CPA yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan memberikan

    rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada klien demi

    mendapatkan komisi, atau memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa

    yang disediakan oleh klien untuk mendapatkan komisi, atau menerima komisi ketika

    CPA atau kantor akuntan publik juga sedang melaksanakan jasa berikut bagi klien:

    a.  Suatu audit atau review laporan keuangan;

     b.  Kompilasi laporan keuangan; dan

    c.  Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.

    Larangan ini berlaku selama periode penugasan utuk melaksanakan jasa jasa

    tersebut diatas dan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis

    yang terkait jasa jasa diatas.

    2)  Pengungkapan Komisi yang tidak diperkenankan

    Seorang CPA tidak dilarang dalam peraturan ini untuk melaksanakan jasa dengan

    imbalan komisi atau menerima komisi atau yang dibayar atau mengharapkan untuk

    dibayar dengan komisi harus mengungkapkan fakta ini kepada setiap orang atau

    entitas kepada siapa CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan jasa yang

     berkaitan dengan komisi tersebut.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    21/43

    19

    3)  Honor Referal

    Seorang CPA yang menerima Honor Referal karena merekomendasikan atau

    merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang membayar

    honor referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal tersebut kepada

    klien.

    11.  Peraturan 505: Bentuk Organisasi dan Nama

    Seorang CPA dapat membuka prktik akuntan publik hanya dalam bentuk

    organisasi yang diizinkan oleh hokum dan peraturan Negara bagian yang ciri cirinya

    sesuai dengan ketentuan dari resolusi Dewan

    Seorang CPA tidak diperkenankan membuka praktik akuntan publik dengan nama

    yang dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lama dapat

    dicantumkan dalam nama kantor organisasi penerus.

    Sebuah kantor tidak dapat menyebut dirinya sendiri sebagai “Anggota American

    Institute of Certified Public Accountants”, kecuali semua partner atau pemiliknya adalah

    anggota dari lembaga tersebut.

    D.  Penegakan Peraturan

    Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan peraturan dari kode

     perilaku profesional. Akan tetapi, dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas peraturan,

    seorang CPA harus memberikan tanggapan atas setiap penyimpangan dari interpretasi

     peraturan perilaku dan peraturan etika yag berlaku. Tindakan penegakan dapat dilakukan

    sebagai tanggapan atas:

    1.  Adanya keluhan terhadap anggota;

    2.  Ulasan dari surat kabar atau publikasi; dan

    3.  Penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA.

    1. 

    Prosedur Penegakan Etika Bersama

    Menurut ketentuan dalam program penegakan etika bersama, keluhan terhadap

    seorang CPA dapat disampaikan melalui AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian.

    Pada umumnya AICPA memiliki Yurisdiksi untuk menangani kasus:

    1.  Pada lebih dari satu Negara bagian;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    22/43

    20

    2.  Litigasi; dan

    3.  Masalah masalah yang menarik perhatian berskala nasional.

    2.  Prosedur Badan Pengadilan Bersama

    Hanya terdapat satu badan pengadilan bersaa yang terdiri dari setidaknya 36

    anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau mantan anggota

    majelis. Badan Pengadilan Bersama baru melibatkan diri apabila prosedur penegakan

    etikan bersama sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan tentang anggota

    ternyata cukup serius. Dengar pendapat yang dilakukan oleh Badan Pengadilan Bersama

    umumnya dilakukan oleh kelompok kerja yang terdiri dari setidaknya lima anggota

     badan yang ditunjuk untuk mewakili bidang umum dimana anggota tersebut berada.

    Seorang CPA diperbolehkan untuk meminta agar badan secara pleno melakukan review

    atas putusan kelompok kerja tersebut.

    Badan Pengadilan Bersama dapat melakukan tindakan disiplin sebagai berikut:

    1.  Menegur CPA;

    2.  Memberhentikan sementara CPA dengan batas tidak lebih dari dua tahun; dan

    3.  Mencabut keanggotaan CPA.

    3.  Ketentuan Disiplin Otomatis

    Peraturan tambahan bylaw AICPA meliputi juga ketentuan disiplin otomatis

     berupa pemberhentian sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu melakukan

    dengar pendapat dalam situasi tertentu. Hal ini bisa terjadi apabila:

    1.  Menjalani hukuman pidana kurungan lebih dari satu tahun;

    2.  Dengan sengaja lalai mengarsipkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan, dimana

    CPA sebagai Wajib Pajak yang menurut undang undang wajib mengarsipkan Surat

    Pemberitahuan Pajak Penghasilan; dan

    3.  Pemalsuan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atas nama CPA bersangkutan.

    Pemalsuan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atas nama klien CPA

     bersangkutan.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    23/43

    21

    III.  ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU ARENS

    Etika secara garis besar didefinisikan sebagai perangkat prinsip atau nilai moral. Kebutuhan

    akan etika dalam masyarakat cukup penting karena pada dasarnya berhubungan dengan hukum.

    Dilema etikaadalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku

    yang layak harus dibuat. Rasionalisasi perilaku tindakan tidak etis:

    a.  Setiap orang melakukannya;

     b.  Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etka; dan

    c.  Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.

    Menyelesaikan dilemma etika:

    a.  Mendapatkan fakta-fakta yang relevan;

     b.  Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta;

    c. 

    Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh

    dilemma;

    d.  Menentukan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan dilemma;

    e.  Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative; dan

    f.  Menetapkan tindakan yang tepat.

    Kebutuhan akan kepercayaan publik akan kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari

    yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan publik, penting untuk meyakinkan klien dan

     pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa lainnya karena pemakai tidak memiliki

    kompetensi dan waktu untuk mengevaluasi pekerjaan akuntan publik. Akuntan publik

    mempunyai hubungan profesional yang berbeda dengan profesional lain. Profesional lain hanya

     bertanggung jawab kepada klien yang ditanganinya sedangkan akuntan publik ditugaskan dan

    dibayar oleh yang mengeluarkan laporan keuangan ( klien ) sedangkan yang mendapat manfaat

    dari audit adalah pemakai laporan keuangan yang umumnya tidak pernah berhubungan dengan

    auditor.

    Kode Etik Profesi

    Merupakan ketentuan umum mengenai perilaku yang ideal atau peraturan khusus yang

    menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan . Menurut AICPA kode etik profesi

    terdiri dari :

       prinsip-prinsip : standar etika ideal yang dinyatakan dalam istilah filosofi.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    24/43

    22

      terdiri dari dua bagian utama yaitu enam prinsip yang harus dipatuhi oleh semua anggota

    AICPA dan diskusi tentang enam prinsip tersebut. Adapun keenam prinsip tersebut

    adalah tanggung jawab, kepentingan masyarakat, integritas, objektivitas dan

    indepedensi, penampilan, lingkup dan sifat jasa .

       peraturan perilaku: standar etika minimum yang dinyatakan sebagai peraturan spesifik.

      Interpretasi: bersifat teoritis, tetapi praktisi harus menyesuaikan penyimpangannya.

      kaidah etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab pertanyaan-

     pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh praktisi dan lainnya.tidak merupakan

    keharusan tapi praktisi harus memahaminya.

    1.  Peraturan 101- Independensi.

    Anggota dalam praktek publik harus bersikap independen dalam melaksanakan

     jasa profesionalnya seperti disyaratkan menurut standar yang disusun oleh lembaga-

    lembaga yang dibentuk oleh dewan .

    Beberapa konflik independensi yang biasa timbul :

    a.  Kepentingan keuangan .

      Peraturan ini berlaku bagi partner atau pemegang saham tetapi untuk non

     partner berlaku jika mereka terlibat dalam penugasan;

      Berlaku bagi Pemilikan langsung dan untuk pemilikan tidak langsung jika

     jumlahnya material; dan

      Materialitas harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kekayaan

     pribadi anggota dan penghasilannya.

     b.  Interpretasi dari independensi adalah sebagai berikut :

      Pinjaman antara KAP dengan klien dilarang kecuali jumlahnya kecil, hipotek

    rumah, atau pinjaman tanpa agunan;

      Kepentingan keuangan pada hubungan saudara dilarang kecuali kontak jarang

    terjadi atau letaknya yang terpisah secara geografis;

     

    Hubungan investor atau investee bersama dengan klien dilarang kecuali

     jumlahnya maksimal 5 % dari total aktiva;

      Mantan partner atau pemegang saham boleh mengadakan hubungan dengan

    klien;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    25/43

    23

      Tidak diperkenankan seorang anggota menjadi direktur atau pengurus

     perusahaan klien kecuali untuk organisasi nirlaba atau sepanjang profesinya

     bersifat kehormatan;

      Tuntutan antara sebuah KAP dengan kliennya dilarang;

      Jasa pembukuan dan audit untuk klien yang sama oleh sebuah KAP diijinkan

    dengan syarat :

    1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan;

    2. Akuntan publik tidak berperan sebagai pegawai atau manajemen

     perusahaan; dan

    3. Dalam pemeriksaan harus sesuai dengan standar auditing yang berlaku

    umum.

     

    Honor audit tidak boleh dibayar oleh manajemen kecuali auditor pemerintah

    atau komite audit.

    2.  Peraturan 102- Integritas dan Obyektifitas

    Auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dan bebas dari

     perbedaan kepentingan dan tidak dengan sengaja salah mengemukakan fakta-fakta atau

    mendelegasikan pertimbangan-pertimbangannya pada orang lain .

    3.  Peraturan 201 - standar umum

    Anggota harus mentaati standar -standar berikut dan interpretasinya yaitu :

    kompetensi profesional, kepedulian profesional, perencanaan dan pengwasan, dan data

    relevan yang mencukupi.

    4.  Peraturan 202- Ketaatan pada standar

    Anggota yang melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, bantuan manajemen,

     perpajakan , atau jasa profesional lainnya harus taat pada standar yang diumumkan oleh

    lembaga yang ditetapkan dewan .

    5.  Peraturan 203- Prinsip Akuntansi

    Anggota tidak dibenarkan menyatakan laporan keuangan tidak menyimpang dari

    GAAP atau menyatakan tidak mengetahui setiap modifikasi yang material jika laporan

    keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi ditetapkan oleh badan perumus yang

    ditunjuk dewan. Dan kalau ada penyimpangan atau yang dapat menyebabkan

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    26/43

    24

     penyimpangan maka dia harus menjelaskan mengenai penyimpangan tersebut, akibatnya

    , alasan mengapa menyatakan penyimpangan.

    6.  Peraturan 301-Kerahasiaan

    Anggota dalam praktek publik tidak dibenarkan mengungkapkan semua informasi

    rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien. Terdapat empat pengecualian yang berkaitan

    dengan tanggung jawab yang lebih penting dari sekedar mempertahankan hubungan

    rahasia dengan klien yaitu :

    1.  Kewajiban sehubungan dengan standar teknis;

    2.  Dakwaan pengadilan;

    3.  Penelaahan sejawat; dan

    4.  Tanggapan kepada divisi etik.

    7. 

    Peraturan 302- Honor bersyarat

    Anggota dalam praktek publik tidak boleh membuat honor bersyarat untuk setiap

     jasa profesional atau menerima ongkos dari klien yang anggota perusahaannya juga

    melakukan; audit atau penelaahan, kompilasi, Pemeriksaan prospektif.

    8.  Peraturan 501- tindakan tercela

    Anggota tidak akan melakukan tindakan yang mendatangkan aib bagi profesinya.

    Interpretasi dari tindakan yang mendatangkan aib diatas adalah sebagai berikut :

    1.  Menahan catatan klien setelah mereka meminta;

    2.  Melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin dan

    lainnya; dan

    3.  Jika melakukan audit atas badan pemerintah yang prosedurnya lain dari GAAS ,

    auditor tidak mengikuti keduanya kecuali dinyatakan dan beserta alasannya pada

    laporan.

    9.  Peraturan 502- Periklanan dan Penawaran

    Anggota tidak dibenarkan melakukan periklanan dan penawaran yang bersifat

    mendustai, menyesatkan dan menipu. Dan penawaran yang menggunakan pemaksaan,

    desakan yang berlebihan, dan hasutan dilarang.

    10.  Peraturan 503 -A. Komisi yang dilarang

    Anggota tidak diperkenankan merekomendasi atau mereferensi produk atau jasa

    yang pihak lain bagi klien atau yang disediakan oleh klien demi untuk memperoleh

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    27/43

    25

    komisi atau menerima komisi , apakah anggota atau perusahaan anggota juga

    memberikan jasa kepada klien untuk audit atau penelaahan, kompilasi, pemeriksaan

     prospektif .

    11.  Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan

    Anggota diijinkan untuk memberikan jasa dengan menerima komisi dan harus

    mengungkapkan kepada siapa merekomendasikannya.

    12.  Peraturan 505- Bentuk dan Nama praktek

    Anggota dapat membuka praktek dalam bentuk perusahaan perorangan,

     persekutuan, atau perseroan profesional sesuai dengan ketentuan dewan dan tidak

    diperkenankan membuka praktek dengan nama yang menyesatkan dan tidak boleh

    menyebut dirinya sebagai “AICPA” kecuali semua partner dan pemegang sahamnya 

    anggota dari lembaga tersebut.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    28/43

    26

    IV.  KODE ETIK PROFESI AUDITOR PEMERINTAH

    A.  Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)

    Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang

     Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemerika Keuangan, maka BPK-RI memandang perlu

    untuk menetapkan Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan yaitu Peraturan BPK-RI Nomor 2

    Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

    (LAMPIRAN I). 

    Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan kode etik adalah norma-norma yang harus

    dipatuhi setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya. Secara terperinci

    dapat dilihat pada lampiran 1 makalah ini.

    B. 

    Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    Berdasarkan kerangka berpikir bahwa untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik,

     berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawaan

    oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berkualitas dan auditor yang

     professional dan untuk mewujudkan adanya pengawsan oleh APIP yang berkualitas dan

    auditor yang professional diperlukan suatu budaya etis dalam profesi APIP.

    Oleh karena itu, pada tanggal 31 Maret 2008 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

     Negara menetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    Per/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    (LAMPIRAN II). 

    Maksud ditetapkannya kode etik APIP ini adalah tersedianya pedoman perilaku bagi

    auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalam mengevaluasi

     perilaku auditor APIP dimana terdapat 4 (empat) Prinsip Perilaku APIP, yaitu:

    1.  Integritas;

    2.  Objektivitas;

    3. 

    Kerahasiaan; dan

    4.  Kompetensi.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    29/43

    27

    V.  Etika Profesional Menurut Islam

    A.  Etika Profesi

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),

    mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (2)

    nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. sedang etika

    adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral

    (akhlak).

    Etika menurut Dictionary of Acconting  karangan Ibrahim Abdullah Assegaf, adalah

    sebagi disiplin pribadi dalam hubungannya dengan lingkungan yang lebih daripada apa yang

    sekedar ditentukan oleh Undang-undang.

    Arens dan Loebbecke (1996) memberikan pengertian etika dengan suatu perangkat

     prinsip moral atau nilai. Sedangkan menurut Satyanugraha (2003) dalam Reni (2006) etika

    adalah nilai-nilai dan norma-norma moral dalam suatu masyarakat. dalam pengertian ini

    maka etika adalah sama artinya dengan moral.

    Dalam Islam dikenal istilah Akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat penting

    dalam Islam. Akhlak merupakan salah satu dari tiga cakupan agama Islam bersama Aqidah

    dan Ibadah. Dalam beberapa ayat al Quran, Allah banyak menyinggung masalah akhlak atau

    etika. Salah satu kode etik auditing dan akuntansi yang banyak disinggung adalah konsep

    Fairness atau keadilan. Disebutkan dalam al Quran surat An Nahl, ayat 90:

    “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi

    kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

     permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. 

    Surat An Nissa ayat 58:

    “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

    menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

    kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

     baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” 

    Dalam pandangan Islam, profesi akuntan dan auditor adalah profesi yang diperlukan

    sebagai fardu kifayah[1].Seorang akuntan dan auditor muslim dituntut untuk menjalani

     profesinya dengan akhlak yang baik utnuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

    http://d/GORESANQ/Etika%20Profesi%20Auditor%20dan%20Akuntan%20Syariah.docx%23_ftn1http://d/GORESANQ/Etika%20Profesi%20Auditor%20dan%20Akuntan%20Syariah.docx%23_ftn1

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    30/43

    28

    a.  Untuk membantu mengembangkan kesadaran etika profesi dengan membawa perhatian

    mereka pada isu-isu etika yang terdapat dalam praktek profesi dan apakah setiap

    tindakan dapat dipertimbangkan sebagai perilaku yang beretika sesuai dengan sudut

     pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar komitmen etika profesi yang normal.

     b.  Untuk meyakinkan keakuratan dan keandalan laporan keuangan, sehingga dapat

    meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan kepada jasa yang diberikan akuntan. Selain

    itu dapat meningkatkan perlindungan kepentingan baik inttitusi maupun pihak-pihak

    yang terkait dengan institusi tersebut.

    B.  Etika Profesi Auditor dan Akuntan Syariah 

    a.  Prinsip Etika Auditor dan Akuntan 

    Berdasarkan code of ethics for professional Accountants  yang ditetapkan oleh

    International Ethics Standards Board For Accountants (IESBA), setiap praktisi wajib

    mematuhi prinsip dasar etika profesi berikut ini (IAPI,2008) :

    (1) Prinsip Integritas;

    (2) Prinsip Objektivitas,;

    (3) Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional;,

    (4) Prinsip Kerahasiaan; dan

    (5) Prinsip perilaku profesional.

    Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), prinsip etika profesi akuntan

    sebagai berikut:

    (1) Tanggung Jawab Profesi;

    (2) Kepentingan Publik;

    (3) Integritas;

    (4) Objektivitas;

    (5) kompetensi dan kehati-hatian professional;

    (6) kerahasiaan;

    (7) perilaku profesi, dan

    (8) standar teknis.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    31/43

    29

    b.  Kode Etik Auditor dan Akuntan Syariah 

    1)  Struktur Kode Etik  

    AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor syariah untuk

    lembaga keuangan syariah kedalam tiga bagian. Bagian satu merupakan pondasi

    syariat dari kode etik akuntan dan auditor syariah, yang berupa dasar-dasar hukum

    dari kode etik itu sendiri. Bagian kedua merupakan prinsip etika akuntan dan

    auditor syariah yang yang berisi prinsip etika yang berlaku umum diambil dari

    dasar syariat dan kode etik profesional yang berlaku. Bagian tiga berupa aturan

    kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi apa yang seharusnya menjadi

     perilaku akuntan dan auditor syariah. Sumber: Harahap, 2008

    2)  Kode Etik

    Etika yang dalam konsep syariat Islam dikenal dengan Akhlak merupakan

     bagian yang terintegrasi dengan syariat islam itu sendiri, akhlak tidak dapat

    terpisah dari bagian Islam. Islam menempatkan akhlak atau etika pada posisi

    tertinggi dan merupakan tujuan dari Islam. Oleh karena itu, Islam mengatur

     berbagai aspek dalam kehidupan manusia dengan etika, termasuk profesi akuntan

    dan Auditor pun tidak terlepas dari pengaturan Islam. AAOIFI membuat beberapa

    landasan Kode Etika akuntan dan auditor Syariah sebagai berikut :

    a) 

    PrinsipIntegritas  

    Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap

     jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun

    kepercayaan agar dapat memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan

    keputusan. Bersikap dan bertindak jujur merupakan tuntutan untuk dapat

    dipercaya. Hasil pengawasan yang dilakukan auditor dapat dipercaya oleh

     pengguna apabila auditor dapat menjunjung tinggi kejujuran. Sikap jujur ini

    didukung oleh sikap berani untuk menegakkan kebenaran (bpkp,2008).

    Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu

    seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi

    dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    32/43

    30

    Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 26  disebutkan

     bahwa: “sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

     bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. 

    Dan juga dalam hadits Rasulullah SAW: “Setiap kamu adalah pemimpin

    dan setiap pemimpin akan bertanggung jawab terhadap yang

    dipimpinnya.” Dan juga: “Berikanlah kembali kepercayaan kepada mereka

    yang kamu percayai terhadapnya”. Yang paling penting dari sikap integritas

    adalah kepercayaan dan Islam selalu mensyaratkan perlunya jujur kepada

    Allah SWT, kepada masyarakat dan diri sendiri (harahap,2008)

    b)  Prinsip Khalifah  

    Allah menciptakan manusia di bumi mengemban tugas yang cukup berat,

    yaitu sebagai khalifah atau pemimpin untuk memakmurkan bumi dan segala

    isinya.

    Sebagaimana firman Allah: “sesungguhnya aku hendak menjadikan

    seorang khalifah di muka bumi” (Q.S Al Baqarah 30).

    “dialah yang menjadikan kamu penguasa- penguasa di bumi” (Q.S Al

    An’am 165). 

    “Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu

     pemakmurnya” (Q.S Hud 61). 

    Kekhalifahan ini didasarkan pada prinsip yang menyatakan bahwa

     pemegang kekuasaan tertinggi di bumi ini adalah Allah SWT dan kepemilikan

    manusia terhadap kekayaan yang di bumi ini bukanlah tujuan akhir tetapi

    sebagai sarana untuk menjalani kehidupan dirinya, keluarganya dan

    masyarakat. Manusia harus memperhatikan perintah dan larangan Allah

    selaku pemilik semua yang ada di bumi ini dalam penggunaannya sebab

    manusia akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menggunakan

    kekayaan itu.

    c)  Prinsip I khlas (sinceri ty)  

    Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah dalam

    melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama. Pura-pura, hipokrit dan

     berbagai bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    33/43

    31

    tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen

    agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi professinya. Tugas professi harus

     bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa diwujudkan maka

    tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah SWT disamping tugas

     professi yang berdimensi material dan dunia.

    d)  Prinsip Taqwa (Piety)  

    Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan

    tersembunyi maupun terang-terangan sebagai slaah satu cara untuk

    melindungi dari akibat negative dan perilaku yang bertentangan dari syariah

    khususnya dalam hal yang berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan

    kekayaan atau transaksi yang cenderung pada kezaliman dan hal lain yang

    tidak sesuai dengan syariah. ketakwaan akan dapat diwujudkan bila kita

    mematuhi semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.

    Allah berfirman dalam Al-Quran: “Hai-hai orang yang beriman

    bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepadanya. (QS.

    Ali-Imran: 102). Dalam salah satu hadist, Rasulullah bersabda: “takutlah

    kepada Allah dimanapun kamu berada dan sertailah kejahatan dengan amal

    yang baik untuk menghapuskanya dan berhubunganlah dengan manusia

    dengan tingkah laku yang baik” 

    e)  Kebenaran dan bekerja secara sempurana 

    Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-

     pekerjaan professi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari

    dan menegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas professinya dengan

    melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik

    dan sesempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa direalisir terkecuali melalui

    kualifikasi akademik, pengalaman praktek, dan pemahaman serta pengalaman

    keagamaan yang diramu dalam pelaksanaan tugas professinya.

    Sebagaimana Allah berfirman: “ Allah memerintahkan kamu berbuat adil

    dan berbuat baik” (Al An’am: 90). 

    “dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang

     berbuat baik” (Q.S Al Baqarah 195). Dalam hadist Rasulullah bersabda:

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    34/43

    32

    “Allah menyukai jika seseorang dari kamu bekerja dan melaksanakan

     pekerjaannya dengan sebaik- baiknya”. 

    f)  Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang 

    Seorang Akuntan atau Auditor meyakini bahwa Allah selalu melihat dan

    menyaksikan semua tingkah laku hambany-Nya dan selalu menyadari dan

    mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai Allah. Ini berarti

     bahwa seorang akuntan/auditor harus berperilaku”takut”kepada Allah tanpa

    harus menunggu dan mempertimbangkan apakah orang lain atau atasannya

    setuju atau menyukainya. Sikap ini merupakan sensor diri sehingga ia mampu

     bertahan terus-menerus dair godaan yang berasal dari pekerjaan professinya.

    Allah berfirman: “sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

    kamu” (An-Nisa 1). Dan “Maka apakah Tuhan menjaga setiap diri terhadap

    apa yang diperbuatnya?” (Q.S Ar Raad 33)

    g)  Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah 

    Akuntan muslim harus meyakini bahwa allah selalu mengamati semua

     perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya

    kepada Allah nanti dihari akhirat baik tingkah laku yang baik maupun yang

     besar. Karenanya akuntan harus berupaya untuk selalu menghindari pekerjaan

    yang tidak disukai oleh Allah SWT karena dia takut akan mendapat hukuman

    nantinya dihari akhirat.

    Sebagaimana firman Allah dalam QS Annisa ayat 6 dan QS Ali Imran

    ayat 199. Oleh karenanya akuntan/auditor eksternal atau internal harus selalu

    ingat bahwa dia akan mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya

    dihadapan Allah dan juga kepada public, professi, atasan dan dirinya sendiri.

    C.  Kisah Pemeriksa Zakat di Zaman Rasulullah

    Gratifikasi pernah ada di zaman Nabi Muhammad SAW seperti yang dikerjakan oleh

    Ibnu Al-Lutaibah yang di beri pekerjaan juga sebagai pengelola zakat, lalu ia

    menyalahgunakan tugasnya (jabatan) untuk memperkaya diri. Satu hari, Ibnu Al-Lutaibah

    seseorang petugas zakat datang menghadap Rasulullah SAW untuk melaporkan serta

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    35/43

    33

    menyerahkan hasil penarikan zakat dengan menyampaikan : “Ini untukmu, serta yang ini

    sudah dihadiahkan kepadaku! ”

    Rasulullah SAW saat itu juga tersentak mendengar laporan akunting zakat dari amil

     beliau yang datang dari suku Uzdi. Dengan berang serta heran Rasulullah SAW berdiri diatas

    mimbar seraya menyampaikan : “Ada apa kiranya seseorang petugas yang kami utus untuk

    menggerakkan satu pekerjaan lantas menyampaikan : “Ini untukmu (Wahai Rasulullah), serta

    yang ini sudah dihadiahkan untukku! ” 

    Mengapa ia tak duduk saja dirumah ayah serta ibunya, lantas ia menyaksikan apakah ia

    di beri hadiah atau tak? ” Lanjutnya, “Demi Tuhan yang jiwa kalian ada di tangan-Nya,

     bahwa tidak ada yang membawa sesuatupun dari hadiah-hadiah itu terkecuali ia dapat

    membawanya juga sebagai beban tengkuknya pada hari kiamat. ” (HR Imam Ahmad).

    Lewat cerita diatas Rasulullah SAW menyatakan perihal larangan (haramnya) untuk

     petinggi atau pegawai di lingkungan manapun menyalahgunakan jabatannya untuk

    memperkaya diri dengan terima gratifikasi diluar hak yang sudah ditetapkan untuk dia.

    VI.  PENUTUP

    Pada makalah ini telah dibahas apa itu profesi. Dalam menjalankan suatu profesi

    dibutuhkan suatu etika professional. Standar perilaku bagi seorang profesional dirancang

    dengan tujuan praktis dan idealistik. Lalu dari standar professional tersebut dirancanglanh

    suatu kode etik profesional yang dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang

    ideal, sehinggga antara standar prilaku professional dan kode etik tersebut dapat bersifat

    realistis dan ditegakkan.

    Disamping itu pula, pada makalah ini juga membahas bagaimana kode etik yang ada di

    auditor pemerintahan Indonesia. Kode etik yang kami lampirkan adalah Kode Etik anggota

    dan pemeriksa BPK-RI dan Kode Etik Aparan Pengawasan Intern Pemerintah. Sehingga

    sebagai seorang auditor dapat menjalankan profesinya sesuai dengan pedoman perilaku dan

     bagi atasan auditor juga dapat mengevaluasi perilaku auditor tersebut.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    36/43

    34

    DAFTAR PUSTAKA

     Arens,Alvin A, Elder,Randal J, Mark S. Beasley (2010).Auditing and Assurance Service, AnIntegrated Approach,19tn Edition,Prentice Hall,Englewood Clifts,New Jersey.

    Boynton, Johnson, and Kell. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga, 2003.

    Tentang Kode Etik BPK-RI (2015). Diambil dari situs:

    http://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-

    2012_hal_02_____30_.pdf  

    Tentang Organisasi Asosiasi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Diambil dari situs:

    http://aaipi.or.id/struktur-organisasi/  

    Tentang Kajian Amanah Profesi dalam Al Qur-an. Diambil dari situs:

    http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/10/konsep-amanah-dalam-al-quran.html  

    Peraturan BPK-RI Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan

    Republik Indonesia

    Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/04/M.PAN/03/2008

    tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah 

    http://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-2012_hal_02_____30_.pdfhttp://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-2012_hal_02_____30_.pdfhttp://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-2012_hal_02_____30_.pdfhttp://aaipi.or.id/struktur-organisasi/http://aaipi.or.id/struktur-organisasi/http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/10/konsep-amanah-dalam-al-quran.htmlhttp://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/10/konsep-amanah-dalam-al-quran.htmlhttp://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/10/konsep-amanah-dalam-al-quran.htmlhttp://aaipi.or.id/struktur-organisasi/http://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-2012_hal_02_____30_.pdfhttp://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-2012_hal_02_____30_.pdf

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    37/43

     

    MENTERI NEGARAPENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREPUBLIK INDONESIA

    PERATURANMENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

    NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008

    TENTANG

    KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

    MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

    Menimbang : a. bahwa pengawasan intern pemerintah merupakan salah satuunsur manajemen Pemerintah yang penting dalam rangkamewujudkan kepemerintahan yang baik;

    b. bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yangbaik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung

     jawab diperlukan adanya pengawasan oleh AparatPengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berkualitas danauditor yang profesional;

    c. bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh APIP yang berkualitas dan auditor yang profesionaldiperlukan suatu budaya etis dalam profesi APIP;

    d. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a, b, dan c perluditetapkan Kode Etik APIP dengan Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi dan Nepotisme;

    2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara;

    3. Undang-........

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    38/43

      3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara;

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004

    tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungjawabKeuangan Negara;

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, danTata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

    Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang PercepatanPemberantasan Korupsi;

    Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor: PER/03.1/M.PAN/3/2007 tanggal 30 Maret 2007tentang Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat PengawasanIntern Pemerintah Tahun 2007-2009.

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG KODE ETIK APARATPENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

    PERTAMA : Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimanatercantum dalam Lampiran Peraturan ini merupakan bagian yangtidak terpisahkan dari Peraturan ini;

    KEDUA : Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimanadimaksud pada diktum PERTAMA wajib dipergunakan sebagaiacuan untuk mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etissehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yangoptimal dalam pelaksanaan audit;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    39/43

     

    KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuanapabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan

    perbaikan seperlunya.

    Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 31 Maret 2008

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    40/43

     

    LAMPIRAN PERATURANMENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARANomor : PER/04/M.PAN/03/2008Tanggal : 31 Maret 2008

    KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

     A. LATAR BELAKANG

    Hasil kerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) diharapkan bermanfaatbagi pimpinan dan unit-unit kerja serta pengguna lainnya untuk meningkatkan kinerja

    organisasi secara keseluruhan. Hasil kerja ini akan dapat digunakan dengan penuhkeyakinan jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalismeauditor yang bersangkutan.

    Untuk itu disyaratkan diberlakukan dan dipatuhinya aturan perilaku yang menuntutdisiplin dari auditor APIP yang melebihi tuntutan peraturan perundang-undanganberupa Kode Etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku, yang dalampelaksanaannya memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masingauditor.

    Pelanggaran terhadap Kode Etik dapat mengakibatkan auditor diberi peringatan,

    diberhentikan dari tugas audit dan atau organisasi.

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud ditetapkannya Kode Etik APIP adalah tersedianya pedoman perilaku bagiauditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalammengevaluasi perilaku auditor APIP.

    Tujuan Kode Etik adalah:

    1. mendorong sebuah budaya etis dalam profesi APIP;

    2. memastikan bahwa seorang profesional akan bertingkah laku pada tingkat yanglebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya;

    3. mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsipkerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapatterwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaanaudit.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    41/43

    Kode Etik APIP ini diberlakukan bagi:

    1. Auditor;

    2. PNS/petugas yang diberi tugas oleh APIP untuk melaksanakan pengawasan dan

    pemantauan tindak lanjutnya.

    C. KOMPONEN

    Kode Etik APIP ini terdiri dari 2 (dua) komponen:

    1. Prinsip-prinsip perilaku auditor.

    2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.

    D. PRINSIP-PRINSIP PERILAKU

     Auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip peri laku berikut ini :

    1. Integritas

     Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani,bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan gunamemberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.

    2. Obyektivitas

     Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalammengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. Auditor

     APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidakdipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambilkeputusan.

    3. Kerahasiaan

     Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dantidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecualidiharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

    4. Kompetensi

     Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilanyang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    42/43

     

    E. ATURAN PERILAKU

     Auditor wajib mematuhi aturan peri laku berikut ini :

    1. Integritas

    a. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab danbersungguh-sungguh;

    b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi danorganisasi dalam melaksanakan tugas;

    c. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan danmengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku;

    d. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;

    e. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;

    f. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalampelaksanaan audit;

    g. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor.

    2. Obyektivitas

    a. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidakdiungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yangdiaudit;

    b. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkinmengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atauyang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan;

    c. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupunpertimbangan profesionalnya.

    3. Kerahasiaan

    a. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperolehdalam audit;

    b. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan

    pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yangbertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

    4. Kompetensi

    a. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit;

    b. terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasilpekerjaan;

  • 8/18/2019 Makalah Kelompok 3 Etika Profesional

    43/43

    c. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai denganpengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

    F. PELANGGARAN 

    Tindakan yang tidak sesuai dengan Kode Etik tidak dapat diberi toleransi meskipundengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi, ataudiperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.

     Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lainmelakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.

    Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran Kode Etik oleh auditor kepada

    pimpinan organisasi.

    Pemeriksaan, investigasi dan pelaporan pelanggaran Kode Etik ditangani olehBadan Kehormatan Profesi, yang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yangberjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan KehormatanProfesi diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan APIP.

    G. PENGECUALIAN 

    Dalam hal-hal tertentu yang menurut pertimbangan profesionalnya, seorang auditor

    dimungkinkan untuk tidak menerapkan aturan perilaku tertentu. Permohonanpengecualian atas penerapan Kode Etik tersebut harus dilakukan secara tertulissebelum auditor terlibat dalam kegiatan atau tindakan yang dimaksud.

    Persetujuan untuk tidak menerapkan Kode Etik hanya boleh diberikan oleh pimpinan APIP.

    H. SANKSI ATAS PELANGGARAN

     Auditor APIP yang terbukti melanggar Kode Etik akan dikenakan sanksi oleh

    pimpinan APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk-bentuksanksi yang direkomendasikan oleh Badan Kehormatan Profesi antara lain berupa :

    a. teguran tertulis;

    b. usulan pemberhentian dari tim audit;

    c. tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu.