makalah gangguan empedu print
TRANSCRIPT
Tugas Makalah Swamedikasi
GANGGUAN EMPEDU
Oleh :
KELOMPOK 5
KELAS A
AGNES KAN N21113004AMELIA N21113009MUTMAINNAH N21113019MARDIA N21113014TRIDESY SANTI N21113718ABDUL MUTADIR N21113723NURHASNI H. N21113708SERLYANTI TAPPI N21113703MUH.ASRHAH H.U. N21113713
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati
terletak persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya,
mengemban tugas yang sangat berat untuk mempertahankan homeostatis
metabolik tubuh. Cedera hati dan manifestasinya cenderung mengikuti pola
khas, yang akan diuraikan terlebih dahulu sebelum penyakit spesifiknya
dijelaskan. Hati rentan terhadap berbagai gangguan metabolik, toksik,
mikroba dan sirkulasi. Pada sebagian kasus, proses penyakit terutama
berlangsung di hati (1).
Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati.
Hati mensekresi sekitar 1 liter empedu setiap hari. Secara anatomis dan
fungsinya, hati, saluran empedu, dan kandung empedu saling terkait karena
penyakit yang mengenai organ ini memperlihatkan gambaran yang saling
tumpang tindih. Saluran empedu berfungsi untuk mengangkut empedu
sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke
usus halus sesuai kebutuhan (1).
Di Negara Barat, gangguan empedu sudah merupakan masalah
kesehatan yang penting sedangkan di Indonesia baru mendapatkan
perhatian klinis. Salah satu masalah gangguan empedu adalah kolelitiasis
(1).
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
duanya (1).
Di Amerika Serikat, sekitar 10 – 15% penduduknya menderita batu
empedu, dengan angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih banyak
dari pada pria. Setiap tahun, sekitar 1 juta pasien batu empedu ditemukan
dan 500.000 – 600.000 pasien menjalani kolesistektomi, dengan total biaya
sekitar U$4 trilyun. Secara klinis, kejadian batu empedu telah meningkat
pada dekade terakhir ini bertepatan dengan meningkatnya konsumsi kalori
dan lemak, penurunan asupan serat, dan peningkatan prevalensi dari gaya
hidup pada populasi asia (1).
Melihat kenyataan di atas, maka berikut akan dibahas uraian lengkap
tentang gangguan empedu dengan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Kandungan Empedu
1. Anatomi
Saluran empedu terdiri dari duktus biliaris dan kandungan
empedu. Empedu yang dihasilkan di hati di salurkan ke kandung
empedu untuk pemekatan dan penyimpanan sebelum dilepaskan ke
duodenum (2).
Duktus hepatika kanan dan kiri bersatu untuk membentuk
duktus koledokus tepat di luar porta fisura hati. Duktus hepatika
memanjang ke bawah sekitar 3 cm, tempat duktus hepatika bersatu
pada sudut lancip dengan duktus kistik pada dari saluran empedu.
Duktus kistik dan duktus hepatika bersatu membentuk duktus
koledokus, yang memanjang ke bawah untuk bersatu dengan duktus
pankreas utama pada ampula hepatopankreatik. Lubang pada duktus
yang menyatu ke duodenum dikendalikan oleh sfingter
hepatopankreatik. Empedu melalui duktus kristik dua kali, satu kali
saat menuju ke kandung empedu dan satu lagi saat empedu
dikeluarkan dari kandung empedu ke duktus koledokus dan kemudian
ke duodenum (2).
2. Fisiologi
Kandung empedu adalah kantong berbentuk seperti buah pir
yang melekat ada permukaan posterior hati. Kandung empedu
memiliki sebuah fundus atas ujung yang meluas, sebuah badan atau
bagian utama dan sebuah leher, yang berlanjut ke duktus kistik.
Fungsi kandung empedu adalah :
1. Penampung empedu.
2. Pemekat empedu.
3. Pelepasan endapan empedu (2).
Kandung empedu mampu menyimpan 40 – 60 ml empedu.
Diluar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung
empedu. Empedu hati tidak dapat segera masuk ke duodenum, akan
tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus
sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh
limfa dan pembuluh darah mengabsorpsi air dari garam-garam
anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira lima
kali lebih pekat dibandingkan empedu hati (3).
Empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode
interdigestif dan diantarkan ke duodenum setelah rangsangan
makanan. Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor, yaitu sekresi
empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter
koledokus. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan
dialirkan ke dalam kandung empedu. Setelah makan, kandung
empedu berkontraksi, sfingter relaksasi, dan empedu mengalir ke
duodenum (3).
Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormon
duodenum, yaitu kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus
utama bagi pengosongan kandung empedu, lemak merupakan
stimulus yang lebih kuat. Reseptor CCK telah dikenal terletak dalam
otot polos dari dinding kandung empedu. Pengosongan maksimum
terjadi dalam waktu 90 – 120 menit setelah konsumsi makanan.
Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organik, dan elektrolit,
yang normalnya disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut organik adalah
garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid (3).
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam
kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.
Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal
dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai
akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur
dengan makanan (3).
Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan
penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari
tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu meningkatkan
kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk
membantu proses penyerapan, garam empedu merangsang
pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya,
bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu
sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan
limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari
tubuh (3).
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling
oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal
sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam
tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10 – 12 kali/hari. Dalam setiap
sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar
(kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi
berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali
dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari asam
empedu yang disekresikan dalam feses (3).
B. Koleretik, Hidrokoleretik, Empedu, dan Garam Empedu
Obat yang merangsang hepar untuk produksi empedu dinamakan
koleretik. Diantara obat-obat ini yang paling penting adalah garam dan
asam empedu. Hidrokoleretik adalah obat yang merangsang produksi
empedu dengan gravitas spesifik yang rendah, yang diperlukan pada
penyakit saluran empedu yang tidak disertai dengan gangguan hepar (4).
Empedu disekresi oleh hepar ke dalam saluran empedu dan
diteruskan ke dalam duodenum. Empedu bukan merupakan suatu enzim.
Komposisinya terdiri atas air, garam empedu, pigmen empedu, kolesterol,
lesitin, dan garam inorganik. Dari semua komposisi tersebut, yang paling
penting dalam pencernaan lemak adalah efek hidrotrofiknya. Tegangan
permukaan yang rendah dari lemak, dan sebagian bertanggungjawab
untuk emulsifikasi lemak sebelum dicerna dan diabsorbsi dalam usus
halus. Selain penting untuk absorbs lemak, empedu juga penting untuk
proses absorbs vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E,
dan K). garam empedu (diperlukan dalam jumlah yang besar) juga
berfungsi untuk menetralkan asam lambung yang masuk ke duodenum.
Asam empedu merangsang poduksi garam-garam empedu (4).
Dalam keadaan normal, hepar dapat mensekresi garam empedu
sebanyak kurang lebih 24 gram empedu per hari atau 700 – 1000 ml
cairan empedu perhari. Sekitar 85% garam empedu dan asam empedu ini
diabsorbsi kembali dari usus, melalui aliran darah vena portal masuk
kembali ke hepar, lalu diekskresi lagi oleh hepar melalui saluran empedu
ke usus (siklus enterohepatik) sehingga setiap harinya hanya sekitar 800
mg garam empedu yang perlu disintesis setiap harinya. Garam empedu
kurang memperlihatkan aktivitas koleretik (4).
Diantara empedu ini yang penting dalam pengobatan adalah garam
empedu dan asam empedu. Empedu dan garam-garam empedu
diindikasikan untuk pasien dengan gangguan hepar yang memengaruhi
proses pencernaan (4).
Asam dehidroolat adalah suatu kolat semisintetik, terutama aktif
untuk merangsang sekresi empedu (dan bukan meningkatkan produksi
empedu) dengan BM rendah sehingga dinamakan juga sebagai zat
hidrokoleretik (4).
Asam kenodeoksikolat berfungsi menurunkan kadar kolesterol
dalam empedu. Obat ini bermanfaat untuk menghilangkan batu kolesterol
dalam kandungan empedu. Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi
kolesterol dalam usus (mungkin karena sekresi garam empedu kurang)
dan menurunkan sintesis kolesterol dengan cara menghambat enzim
hidroksi-metil glutanil Ko-A reduktase. Bila kadar asam kenodeoksikolat
mencapai 70% dari kadar total empedu, larutan empedu yang jenuh
kolesterol menjadi lebih encer. Obat ini tidak mempengaruhi batu kalsium
atau batu pigmen empedu yang radiolusen (4).
Efek samping. Penggunaan sediaan empedu ini dalam jangka lama
dapat menimbulkan atrofi mikrofili saluran empedu, dan meningkatkan
liposit sinusoidal. Hepatotoksisitas yang dikaitkan dengan metabolitnya
(yaitu asam litokolat) juga dapat terjadi. Selain itu, juga dapat terjadi diare.
Garam empedu juga menurunkan ketahanan mukosa saluran cerna
terhadap HCl lambung sehingga merupakan faktor penyebab terjadinya
gastritis, ulkus peptikum, dan refluks esofagitis (4).
C. Gangguan Saluran dan Kandungan Empedu
1. Atresia Biliaris
Atresia biliaris disebabkan oleh kelainan kongenital berupa
penyempitan atau ketiadaan saluran empedu atau struktur biliaris lain.
Atresia biliaris menyebabkan ikterus dan kerusakan hati. Terapinya
adalah pembedahan dan termasuk transplantasi hati (2).
2. Kolangitis
Kolangitis adalah inflamasi duktus biliaris yang biasanya
disebabkan impaksi batu empedu, atau terjadi setelah pembedahan
(2).
3. Batu Empedu (Kolelitiasis)
a) Defenisi
Batu empedu merupakan bahan kristalin yang dibentuk oleh
tubuh yang mengalami penimbunan. Batu empedu dapat terjadi
disepanjang sistem empedu, meliputi kantung empedu dan juga
saluran empedu.
b) Karakteristik
Batu empedu dapat bervariasi ukurannya, dari sebesar pasir
hingga sebesar bola golf. Jumlah yang terbentuk juga bisa mencapai
beberapa ribu. Bentuknya juga berbeda-beda tergantung dari jenis
kandungannya. Secara garis besar, batu empedu dapat dibedakan
menjadi 2 jenis :
Batu kolesterol
Jenis kolesterol ini merupakan 80% dari keseluruhan batu
empedu. Penampakannya biasanya berwarna hijau, namun dapat
juga putih atau kuning. Batu kolesterol dapat terbentuk jika empedu
mengandung terlalu banyak kolesterol dibadingkan dengan garam
empedu. Selain itu 2 faktor yang berperan dalam pembentukan
batu kolesterol adalah seberapa baik kantung empedu kita
berkontraksi untuk mengeluarkan empedu dan adanya protein
dalam hati yang berperan untuk menghambat masuknya kolesterol
kedalam batu empedu.
Kenaikan hormon estrogen (kehamilan, mendapat terapi
hormon, dan KB) dapat meningkatkan kandungan kolesterol dalam
empedu dan mengurangi kontraksinya, sehingga mempermudah
pembentukan batu empedu.
Skema terbentuknya batu kolesterol
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati
↓
Penurunan fungsi hati
↓
Penyakit gastrointestinal / gangguan metabolisme
↓ ↓
Mal absorpsi garam empedu ¬ Penurunan sintesis (pembentukan)
asam empedu
↓
Peningkatan sintesis kolesterol
↓
Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu ¬ Supersaturasi
(kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol
↓ ↓
Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol
kandung empedu
↓ ↓
Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu
↓
Penyakit kandung empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol
↓
Batu empedu
Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari
keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam
empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil
tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang
atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini
disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air
tapi larut dalam lemak sehingga lama kelamaan terjadi
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan
batu empedu tapi ini jarang terjadi.
Berjumlah sekitar 20% dari keseluruhan batu empedu.
Biasanya batu jenis ini dijumpai pada pasien-pasien dengan
keadaan/penyakit sirosis, infeksi saluran empedu, kelainan darah
yang bersifat menurun, dan anemia sickle cell.
Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh
dan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa
menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian
tubuh lainnya.
c) Penyebab
Biasanya batu empedu banyak dijumpai pada wanita yang :
a. Berusia lebih dari 40 tahun.
b. Kegemukan.
c. Tidak mempunyai anak (fertil).
d. Mempunyai faktor keturunan
Tidak terbukti bahwa ada hubungan antar pola makan dengan
pembentukan batu empedu. Namun masih dipercaya bahwa makanan
rendah serat, tinggi kolesterol, dan tinggi karbohidrat dapat berperan
dalam pembentukan batu empedu. Faktor lain yang mungkin
mempunyai peranan dalam pembentukan batu empedu adalah
kehilangan berat badan yang drastis, kesulitan buang air besar, sedikit
makan ikan, dan konsumsi rendah folat, kalsium, dan vitamin. Namun,
anggur dan roti gandum dapat menurunkan risiko terjadinya batu
empedu.
d) Gejala
Biasanya batu empedu pada awalnya tidak memberikan
keluhan apa-apa. Namun, jika sudah berukuran lebih dari 8 mm
(kemungkinan terjadi penyumbatan saluran empedu lebih besar)
barulah akan menimbulkan gejala. Karena pada dasarnya kantung
empedu itu berkontraksi, maka batu yang ada di kantung empedu
akan berusaha didorong keluar, hingga pada suatu keadaan (batu
yang berukuran besar), batu yang terdorong keluar akan menyangkut
di saluran empedu. Keluhan utamanya berupa nyeri (biasanya hilang
timbul) yang sangat hebat di perut kanan atas yang menjadi semakin
hebat seiring dengan waktu (dalam beberapa jam). Dapat juga
dirasakan nyeri pada punggung (diantara kedua tulang belikat) atau
pada pundak kanan.
Serangan nyeri ini biasanya timbul setelah makan makanan
berlemak dan sering terjadi pada malam hari. Gejala nyeri ini mirip
dengan nyeri yang dirasakan jika seseorang menderita batu ginjal.
Salah satu cara untuk mengurangi nyeri ini adalah dengan minum
banyak air pada awal serangan. Cara lain adalah dengan
mengonsumsi magnesium diikuti dengan minum cairan yang pahit
seperti kopi satu jam kemudian. Cairan yang pahit menstimulasi laju
aliran empedu. Penelitian menunjukkan rendahnya angka kejadian
batu empedu pada peminum kopi.
Selain nyeri, terdapat beberapa gejala lainnya. Seperti mual
dan muntah, kentut, dan diare. Jika gejala yang telah disebutkan
terdahulu disertai dengan demam (tidak terlalu tinggi), mata atau kulit
menjadi kuning, dan tinja berwarna seperti dempul, maka sebaiknya
kita langsung berkonsultasi ke dokter.
e) Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan terbaik untuk dapat melihat adanya betu empedu
adalah dengan pemeriksaan USG dan kolesistografi (foto roentgen
dimana kita sebelumnya diminta untuk menelan suatu cairan zat
kontras yang dapat terlihat pada foto). Pada pemeriksaan laboratorium
darah, akan terlihat pola fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin direk,
bilirubin indirek, dll) yang abnormal.
Adapun nilai hasil pemeriksaan laboratorium untuk penderita
gangguan empedu :
Uji eksresi empedu
Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan
mengekresikan pigmen. Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan
bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati dan larut dalam air.
Makna klinisnya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan
mengekresi pigmen empedu. Bilirubin ini akan meningkat bila terjadi
gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi.
Nilai normal : 0,1-0,3 mg/dl
Bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) merupakan bilirubin yang
larut dalam lemak dan akan meningkat pada keadaan hemolitik (lisis
darah). Nilai normal : 0,2-0,7 mg/dl.
Bilirubin serum total merupakan bilirubin serum direk dan total
meningkat pada penyakit hepatoselular. Nilai normal : 0,3-1,0 mg/dl.
Bilirubin urin / bilirubinia merupakan bilirubin terkonjugasi
dieksresi dalam urin bila kadarnya meningkat dalam serum,
mengesankan adanya obstruksi pada sel hati atau saluran empedu.
Urin berwarna coklat bila dikocok timbul busa berwarna kuning.
Uji enzim serum
Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan alanin
aminotransferase (ALT / SGPT) merupakan enzim intrasel yang
terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet yang dilepaskan
dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan
permeabilitas sel dan akan meningkat pada kerusakan hati. Nilai
normal AST / SGOT dan ALT / SGPT : 5-35 unit/ml.
Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam
empedu, kadarnya akan meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai
normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4 unit/dl.
f) Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Batu empedu kolesterol terkadang dapat dilarutkan dengan
obat ursodeoxycholic acid. Batu di saluran empedu dapat diatasi
dengan suatu tehnik yang dinamakan Edoscopic Retrograde
Sphinceterotomy (ERS) diikuti dengan Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP). Pada ERCP, suatu endoskop
dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam
usus halus. Lalu otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu
empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus.
Hal yang sering menjadi salah persepsi adalah penggunaan
gelombang ultrasound (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
untuk memecah batu empedu. Memang ERCP berguna untuk
memecah batu ginjal, namun tidak untuk batu empedu.
b. Operasi
Pengangkatan kantung empedu merupakan tindakan yang
sangat baik dalam mengatasi batu empedu. Namun hanya pasien
yang mengalami gejala yang boleh dilakukan tindakan ini. Jika
pasien tidak merasakan apa-apa, maka tidak dilakukan tindakan
apa-apa. Pada beberapa orang (5-40%), setelah diangkat kantung
empedunya, maka akan timbul gejala berupa perasaan tidak
nyaman pada perut dan nyeri yang menetap pada perut kanan
atas. Ada 2 pilihan operasi, operasi terbuka dan operasi
laparoskopi (semi tertutup).
g) Alternatif
Ada suatu terapi alternatif yang dinamakan “gallbladder flush”
atau “liver flush”. Jadi dalam terapi ini, kita minum 4 gelas “apple cider”
dan makan 5 buah apel per hari selama 5 hari, lalu segera setelah itu
mengonsumsi magnesium dan kemudian minum jus lemon atau
anggur yang dicampur minyak olive sebelum tidur. Paginya, kita akan
mengeluarkan kotoran berwarna hijau dan sesuatu yang berwarna
coklat (yang diyakini merupakan batunya) tanpa rasa sakit.
h) Pencegahan
Batu empedu sebagian besar berasal dari kolesterol, maka dari
itu sebaiknya kita mengurangi makanan yang mengandung kolesterol
tinggi seperti makanan berlemak, terutama yang mengandung lemak
hewani.
D. Obat yang digunakan untuk melarutkan Batu Empedu
Kolesterol dilarutkan dalam larutan empedu encer oleh kombinasi
efek asam empedu dan lesitin yang bersama dengan kolesterol
membentuk suatu campuran. Bila kolesterol dieskresikan ke dalam
empedu dalam jumlah relatif lebih besar dari jumlah lesitin dan asam
empedu, kristal kolesterol diendapkan dan dapat bergabung membentuk
batu empedu kolesterol. Pasien dengan batu empedu dapat mengalami
gangguan sekresi garam empedu, sekresi kolesterol yang berlebihan,
atau beberapa kombinasi dari keduanya (4).
1. Terapi Oral
Kenodiol merupakan asam empedu utama pada manusia, dan
ursodiol, 7-α epimer dari kolesterol. Keduanya efektif melarutkan batu
kolesterol pada beberapa pasien. Kedua senyawa ini memperluas
genangan, tetapi efek utamanya tampak lebih kompleks. Kenodiol
menghambat pembatasan kecepatan enzim dari garam-garam
empedu menjadi kolesterol. Ursodiol menyebabkan transport
kolesterol dalam bentuk cair (4).
Penggunaan kenodiol dibatasi oleh efek sampingnya. Diare
yang berhubungan dengan dosis terlihat sampai 30% pasien, dan
persentase yang sama akan meningkatkan kadar transaminse atu
kolesterol. Ursodiol tampaknya memiliki efek samping yang lebih
sedikit, tetapi harganya lebih mahal (4).
Obat-obat ini umumnya efektif untuk melarutkan sejumlah kecil
(<5mm) batu yang tergenang dalam kantung empedu. Obat-obat ini
tidak dapat melarutkan batu yang lebih besar dari 4% berat kalsium,
namun batu dengan konsentrasi kalsium rendah jarang yang
radioopak dan tidak akan ditemukan. Oleh karena itu, banyak pasien
yang akan sulit diobati atau tidak akan memberikan respons pelarutan
batu yang sempurna, walaupun terapi dilanjutkan sampai dengan dua
tahun. Selain itu, angka kekambuhan ckup tinggi setelah terapi
dihentikan, dan untuk pasien yang memberikan respon yang baik
terhadap terapi awal mungkin memerlukan terapi seumur hidup (4).
Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa ursodiol efektif
untuk sirosis empedu primer dan kolangitis sklerosis. Meanismenya
yang tepat belum diketahui, tetapi ada postulat yang menyatakan
bahwa dengan memodifikasi genangan asam empedu endogen,
ursodiol dapat mengembalikan akumulasi asam empedu yang toksik
intraseluler. Uji coba terapeutik memperlihatkan adanya suatu
perbaikan kadar enzim dan perbaikan histopatologi (4).
2. Obat Lain
Metal terbutil eter dapat melarutkan batu kolesterol dalam
kandungan empedu dan saluran empedu bila diberikan secara infuse
melalui kateter yang langsung ke dalam kandung empedu. Atau ke
dalam lumen saluran empedu. Eter mempunyai titik didih 52,20C dan
tetap berbentuk cairan pada suhu tubuh. Eter adalah pelarut utama
untuk lemak, dan biasanya seluruh batu dapat dilarutkan secara
sempurna dalam beberapa jam. Monoklatonin adalah zat lain yang
diinfuskan ke dalam saluran empedu melalui sebuah kateter atau
tabung T untuk melarutkan batu empedu yang tertahan dalam saluran
empedu. Batu mungkin dapat dilarutkan secara sempurna atau cukup
mengurangi ukuran batu untuk memungkinkan pergerakan batu
selanjutnya (4).
E. Terapi Lain
1. Diet yang harus diperhatikan oleh penderita batu empedu antara
lain yaitu :
a. Mengurangi makanan berlemak untuk mencegah serangan.
b. Hindari makanan yang digoreng, daging kambing, bumbu-bumbu
yang merangsang serta makanan yang kadar gulanya tinggi.
c. Hindari makanan yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, lobak,
ketimun, ubi, nangka, durian serta minuman yang mengandung
soda dan alkohol.
d. Minum jus apel dan lemon secara teratur (5).
2. Herbal/tumbuhan obat untuk terapi pengobatan batu empedu
Jenis herbal/tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk terapi
pengobatan batu empedu diantaranya mempunyai khasiat membantu
menghancurkan batu kandung empedu, antiradang (anti-inflamasi),
membantu meredakan rasa sakit (analgetik), menurunkan panas
(antipiretik). Bebeberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan
untuk terapi pengobatan batu empedu antara lain :
a. Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.).
Keji beling merupakan tumbuhan semak yang sering ditanam di
pekarangan atau taman. Daun keji beling berkhasiat sebagai peluruh
air seni (diuretik) dan pencahar. (6)
Daun keji beling mengandung saponin, flavonoid, glikosida,
sterol, golongan terpen, lemak, dan minral (kalium dalam kadar yang
tinggi, asam silikat, natrium, kalsium). Kalium bersifat diuretik serta
dapat melarutkan batu yang berbentuk dari garam kalsium oksalat dan
kalsium karbonat pada kandung empedu, kandung kemih, dan ginjal.
(7)
Cara pemakaian untuk mengobati batu empedu yaitu rebus
daun keji beling dan daun wungu, masing-masing bahan segar (7
lembar), dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Minum seperti teh.
Lakukan setiap hari sampai sembuh (6).
b. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Miq.).
30 gram daun kumis kucing kering atau 60 gram segar + 7
tongkol jagung muda yang belum ada bijinya + 30 gram kunyit
(dipotong-potong), dicuci dan direbus dengan 800 cc air hingga tersisa
400 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari (5).
c. Akar Jombang
Akar jombang rasanya sedikit pahit, mengandung taraxol,
taraxicin, taraxasterol, beta-amyrin, stigmasterol, beta sitosterol, kolin,
levulin, pektin, inulin, kalsium, kalium, glukosa, dan fruktosa. Akar
jombang berkhasiat melancarkan pengeluaran empedu ke usus
(kolagoga). Akar lebih berkhasiat jika digunakan setelah tumbuhan
berumur 2 tahun. Khasiat antitoksik akar jombang membantu
mekanisme kerja hati dan kandung empedu untuk mengeluarkan sisa
metabolisme melalui tinja, serta merangsang ginjal mengeluarkan
racun melalui urin. Khasiat kolagoga dapat mencegah timbulnya batu
empedu (6).
d. Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Tempuyung (Sonchus arvensis) merupakan salah satu tanaman
obat yang berkhasiat sebagai pemecah batu ginjal, batu empedu,
antiurolitiasis, pelancar air seni. Tanaman yang tergolong mudah
tumbuh ini dapat tumbuh liar di antara puing-puing bangunan, di
tembok atau pinggir jalan. Klasifikasi tanaman tempuyung (8).
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Monokotil
Kelas : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Jenis : Sonchus arvensis
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung berupa
ion-ion mineral, seperti silika; kalium; magnesium; natrium; dan
senyawa organik seperti flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida,
dan apigenin-7-O-glikosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol,
inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat).
Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar 0,1044%.
Sementara itu kandungan senyawa flavonoid total dalam akar 0,5%.
Flavonoid terbesar yang terkandung dalam akar adalah apigenin-7-O-
glukosida (8).
Selain berguna sebagai antiradang, senyawa flavonoid dalam
daunnya juga berguna untuk menjaga kesehatan. Selain flavonoid,
tempuyung juga mengandung alkaloida, saponin, glikosida jantung,
glikosida sianogen, antrakinon, tanin, dan polifenol (8).
Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi. Kalium
inilah yang membuat batu ginjal/batu empedu berupa kalsium karbonat
tercerai berai. Kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung
dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan
pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal ini akhirnya larut dan
keluat bersama urin (8).
Resep yang dapat digunakan 30 gram daun tempuyung segar +
30 gram daun sendok segar + 15 gram daun sambiloto segar, direbus
dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum 2
kali sehari, setiap kali minum 200 cc (5).
e. Jagung
Bagian yang berkhasiat menghambat pembentukan batu
empedu adalah rambut jagung. Rambut jagung mengandung kalium
nitrat, vitamin K, alfa-tokoferilkuinon, beta-sitosterol, stigmasterol,
yushushu acid, dan alkoloid. Rambut jagung berkhasiat diuretik,
pereda demam, dan melancarkan pengeluaran empedu (6).
f. Rimpang kunyit
Rimpang kunyit terasa agak pahit, sedikit pedas, sifatnya
hangat, tidak beracun, astringen, berbau khas aromatik. Memiliki
kandungan minyak menguap 3-5% (terdiri dari turmerone,
zingiberene, arturmerone, dan sedikit mengandung phellandrene,
sesquiterpen alkohol, dan borneol), curcumin 0,3-4,8% (pigmen
kuning), desmethoxycurcumin, bidesmethoxykurkumin, pati, tanin, dan
damar. Kunyit digunakan untuk pengobatan rematik, memar, batu
empedu (kolelitiasis), dan radang kandung empedu (kolekistitis) (6).
g. Temulawak
Tumbuhan ini kaya kandungan kimia, seperti minyak atsiri,
xanthorizol, germaken, isoferanogermakren, trisiklin, allo
aromadendren, fellandren, ar-tumeron, dan turmerol, kurkumin,
desmetoksokurkumin, zat tepung, kamfer. Glikosida, toluyl metil
karbonil, dan l-sikloisoprenmyrsen. Temulawak bersifat
antihepatotoksik, mengobati kandung empedu, menurunkan kadar
kolesterol hati, antiinflamasi, diuretik, menambah ASI, tonikum (9).
Pemakaian rimpang temulawak sebagai obat, ternyata secara
farmakologis memberikan dampak positif terhadap kandung empedu,
hati, dan pankreas. Pengaruhnya terhadap kandung empedu, antara
lain dapat mencegah pembentukan batu empedu dan kolesistisis (10).
3. Obat herbal Jus kulit Manggis XAMthone plus sebagai obat
penghancur batu empedu tanpa operasi
Jus kulit manggis XAMthone plus terbuat dari
keseluruhan buah manggis, apel, bunga resella. Jus kulit
manggis XAMthone plus kaya akan antioksidan
(xanthone) , karbohidrat, dan serat. Selain itu juga, kaya
akan vitamin dan mineral (11).
Kandungan ini dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah,
sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh untuk memerangi
penyakit secara alami. Fungsi Xanthone adalah menjelajah keseluruh
bagian tubuh, menetralkan radikal bebas, sehingga tubuh kita menjadi
lebih bersih dan lebih sehat daripada sebelumnya (11).
Xanthones yang terdapat dalam kulit manggis mempunyai sifat
sebagai anti kanker, anti inflamasi, anti mikroba, menurunkan
kolesterol penyebab batu empedu (11).
DAFTAR PUSTAKA
1. Indriani, Harfina.. Kolelitiasis. www.mitrasehat.web.id/Pengobatan-Batu-
Empedu. 2010. Diakses tanggal 13 Oktober 2013.
2. Holland, Karen.. Ensiklopedis Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). 2009. Hal 578 – 579.
3. Yahya, Aang Saptadri. Anatomi Fisiologi Saluran Empedu.
www.mitrasehat.web.id/AnatomiFisiologi-SaluranEmpedu. 2010. Diakses
tanggal 13 Oktober 2013
4. Rahardjo, Rio.. Kumpulan kuliah farmakologi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). 2009. Hal 123 – 126.
5. Wijayakusuma, Hembing.. Batu Empedu. www.itokindo.org/Batu-
Empedu. 2010. Diakses tanggal 13 Oktober 2013
6. Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta.
Puspa Swara. 2006.
7. Dalimartha, Setiawan. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat edisi
revisi. Jakarta. Penebar Swadaya. 2008.
8. P, Winarto & Tim Karyasari. Tempuyung : Tanaman Penghancur Batu
Ginjal. Jakarta. Agromedia Pustaka. 2007
9. Permadi, Adi. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta. Pustaka Bunda.
2008.
10. Rukmana, Rahmat. Temulawak : Tanaman Rempah dan Obat.
Yogyakarta. Kanisius. 1995.
11. Alfiana. 2012. Mengatasi Batu Empedu dengan Jus XAMthone.
www.mitrasehat.web.id/XAMthonePlus. Diakses tanggal 13 Oktober
2013.
PERTANYAAN
1. Yang bukan merupakan gangguan saluran empedu adalah :
a. Atresia biliaris
b. Kolangitis
c. Batu empedu
d. Kolelitiasis
e. Atherosklerosis
2. (1) Berusia lebih dari 40 tahun
(2) Obesitas
(3) Genetik
(4) Diet
Penyebab batu empedu adalah :
a. (1), (2), (3)
b. (1) dan (2)
c. (1) dan (3)
d. Benar semua
e. Salah semua
3. Pasien dengan batu empedu mengalami gangguan pada :
a. Sekresi garam empedu
b. Sekresi kolesterol
c. Kombinasi gangguan sekresi garam empedu dan kolesterol
d. Benar semua
e. Salah semua
4. Terapi oral untuk penatalaksanaan kolelitiasis adalah :
a. Alupurinol
b. Asam mefenamat
c. Kenodiol
d. Simvastatin
e. Salah semua
5. Batu pigmen pada terdiri dari :
a. Kalsium dan garam empedu
b. Kalsium dan magnesium
c. Kalsium dan bilirubin
d. Garam empedu dan bilirubin
e. Magnesium dan bilirubin
6. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien
kolelitiasis adalah : kecuali
a. SGPT
b. SGOT
c. Bilirubin indirek
d. Bilirubin total
e. White blood cell (WBC)
7. (1) Keji beling
(2) Tempuyung
(3) Akar jati
(4) Mahkota dewa
Yang merupakan tanaman herbal untuk mengobati gangguan empedu
adalah :
a. (1),(2), (3)
b. (1), (2)
c. (1) , (3)
d. (2), (3)
e. (3), (4)
8. Khasiat dari akar jombang dalam pengobatan gangguan empedu
adalah :
a. Mempercepat sekresi kolesterol
b. Menurunkan sekresi garam empedu
c. Membantu kandung empedu untuk mengeluarkan sisa
metabolisme melalui feses.
d. Benar semua
e. Salah semua
9. Kandungan kimia dari tanaman yang berkhasiat untuk melarutkan batu
empedu adalah :
a. Saponin
b. Alkaloid
c. Flavonoid
d. Kalium
e. Glikosida
10.Bagian dari jagung yang memiliki khasiat untuk mengobati batu
empedu yaitu :
a. Biji
b. Rambut jagung
c. Batang
d. Seluruh bagian jagung
e. Biji dan rambut jagung
11.Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien penderita kolelitiasis
adalah :
a. Diet rendah lemak
b. Menghindari makanan yang mengandung gas
c. Menghindari minum jus apel dan lemon secara teratur
d. Menghindari alkohol
e. Benar semua
12.Obat yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam empedu
adalah :
a. Asam dehidrolat
b. Asam kenodeoksiolat
c. Asam mefenamat
d. Asam valproat
e. Salah semua
13.Kelainan kongenital berupa penyempitan / tidak adanya saluran
empedu sering disebut :
a. Kolangitis
b. Atresia biliaris
c. Atherosklerosis
d. Asidosis
e. Kolelitiasis
14.Penyebab terjadinya batu kolesterol adalah
a. Empedu mengandung terlalu banyak kolesterol
b. Kontraktilitas kantung empedu menurun
c. Adanya protein dalam hati
d. Benar semua
e. Salah semua
15.Kenaikan hormon estrogen merupakan salah satu pemicu
pembentukan batu empedu , karena :
a. Peningkatan kandungan kolesterol sehingga kontraktilitas kantung
empedu meningkat
b. Peningkatan kandungan kolesterol sehingga kontraktilitas
kantung empedu menurun
c. Peningkatan pigmen bilirubin
d. Penurunan pigmen bilirubin
e. Kolesterol dan pigmen bilirubin menurun.
16.Keluhan utama pada pasien penderita gangguan empedu adalah :
a. Nyeri hebat diperut kanan atas
b. Mata merah
c. Pusing
d. Flu dan batuk
e. Benar semua
17.Tanaman obat yang digunakan untuk mengobati batu empedu adalah :
a. Keji beling dan akar jombang
b. Tempuyung dan rimpang kunyit
c. Keji beling dan tempuyung
d. Temulawak dan keji beling
e. Benar semua
18.Mekanisme pengobatan batu empedu pada tanaman jagung yaitu
dengan :
a. Melarutkan kolesterol dalam darah
b. Meningkatkan kolesterol dalam hati
c. Melancarkan pengeluaran empedu
d. Mengurangi jumlah protein dalam hati
e. Menurunkan kolesterol dalam hati
19.Khasiat kolagaga terdapat pada tanaman :
a. Keji beling
b. Akar jombang
c. Kumis kucing
d. Akar jati
e. Bougenvil
20.Keji beling dan tempuyung memiliki efek yang sama yaitu :
a. Pencahar
b. Diuretik
c. Antiinflamasi
d. Benar semua
e. Salah semua
21.Penggunaan ursodiol lebih baik daripada kenodiol karena :
a. Harganya lebih mahal
b. Efek samping lebih sedikit
c. Dosis lebih tinggi
d. Benar semua
e. Salah semua
22.Penyakit batu empedu lebih sering ditemukan terjadi pada :
a. Wanita
b. Pria
c. Pediatri
d. Salah semua
e. Benar semua
23.Mekanisme tanaman herbal dalam pengobatan batu empedu yaitu :
kecuali
a. Melarutkan endapan batu empedu
b. Menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat
c. Melancarkan pengeluaran empedu
d. Meningkatkan kolesterol
e. Mempercepat kandung empedu untuk mengeluarkan sisa
metabolisme.
24.Organ yang menghasil empedu adalah :
a. Ginjal
b. Hati
c. Paru
d. Jantung
e. Salah semua
25.Kandungan kimia dalam daun tempuyung yang berkhasiat untuk
menghancurkan batu empedu adalah :
a. Kalsium
b. Kalium
c. Natrium
d. Kumarin
e. Asam fenolat
Pantulan
Perbedaan batu ginjal dan empedu:
Batu empedu dapat dibedakan dengan batu ginjal berdasarkan gejala
yg timbul serta hasil pemeriksaan laboratorium. Jika batu empedu sudah
berukuran lebih dari 8mm (kemungkinan terjadi penyumbatan saluran
empedu lebih besar) barulah akan menimbulkan gejala. Karena pada
dasarnya kantung empedu itu berkontraksi, maka batu yang ada di kantung
empedu akan berusaha didorong keluar, hingga pada suatu keadaan (batu
yang berukuran besar), batu yang terdorong keluar akan menyangkut di
saluran empedu. Keluhan utamanya berupa nyeri (biasanya hilang timbul)
yang sangat hebat di perut kanan atas yang menjadi semakin hebat seiring
dengan waktu (dalam beberapa jam). Dapat juga dirasakan nyeri pada
punggung (diantara kedua tulang belikat) atau pada pundak kanan. Selain
nyeri, terdapat beberapa gejala lainnya. Seperti mual dan muntah, kentut,
dan diare. Jika gejala yang telah disebutkan terdahulu disertai dengan
demam (tidak terlalu tinggi), mata atau kulit menjadi kuning, dan tinja
berwarna seperti dempul.
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan terbaik untuk dapat melihat adanya betu empedu adalah
dengan pemeriksaan USG dan kolesistografi (foto roentgen dimana kita
sebelumnya diminta untuk menelan suatu cairan zat kontras yang dapat
terlihat pada foto). Pada pemeriksaan laboratorium darah, akan terlihat pola
fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin direk, bilirubin indirek, dll) yang abnormal.
Gallbladder Flush
Ada suatu terapi alternatif yang dinamakan “gallbladder flush” atau
“liver flush”. Jadi dalam terapi ini, kita minum 4 gelas “apple cider” dan makan
5 buah apel per hari selama 5 hari, lalu segera setelah itu mengonsumsi
magnesium dan kemudian minum jus lemon atau anggur yang dicampur
minyak olive sebelum tidur. Paginya, kita akan mengeluarkan kotoran
berwarna hijau dan sesuatu yang berwarna coklat (yang diyakini merupakan
batunya) tanpa rasa sakit.
Kandungan Kimia dan Penelitian Tanaman Obat
Keji beling
Daun keji beling mengandung saponin, flavonoid, glikosida, sterol,
golongan terpen, lemak, dan mineral (kalium dalam kadar yang tinggi, asam
silikat, natrium, kalsium). Kalium bersifat diuretik serta dapat melarutkan batu
yang berbentuk dari garam kalsium oksalat dan kalsium karbonat pada
kandung empedu, kandung kemih, dan ginjal.
Tempuyung
Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi. Kalium inilah
yang membuat batu ginjal/batu empedu berupa kalsium karbonat tercerai
berai. Kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa
karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal.
Endapan batu ginjal ini akhirnya larut dan keluar bersama urin.
2K+ + CaC2O4 → K2C2O4 + Ca2+
Endapan batu oksalat larut larut
Daya melarutkan kalium terhadap endapan kalsium oksalat
disebabkan oleh letak kalium di dalam deret Volta sebelum letak kalsium,
sehingga kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan
senyawa karbonat, oksalat, atau urat dan senyawa kalsium menjadi larut.
Dari uji klinik / praklinis yang pernah dilakukan yaitu :
1) Uji laboratorium terhadap tempuyung. Dua senyawa flavonoid
tempuyung mampu bereaksi dengan batu ginjal berkalsium setelah
dilakukan perendaman pada 37oC selama 4 jam. Kedua senyawa aktif
tersebut mengarah pada apigenin-7-glukosida dan luteolin 7-glukosida
2) Uji pra klinis efek diuretik tempuyung, pada percobaan in vivo, infus
tempuyung menunjukkan efek penghambatan batu kandung kemih
buatan pada tikus, infus tempuyung juga menunjukkan efek
melarutkan kalsium oksalat, kolesterol, asam urat, dan batu ginjal
secara in vitro. Diduga mekanisme pelarutan batu ginjal disebabkan
oleh pembentukan kompleks antara flavomoid dengan kalsium yang
menyusun batu ginjal.
3) Penelitian mengenai efektivitas sediaan daun tempuyung terhadap
batu ginjal telah dilakukan secara in vitro menggunakan alat
dissolution test dan tabung alir yang sedapat mungkin meniru
mekanisme ginjal. Contoh yang digunakan adalah batu ginjal dan
tablet asam urat yang dibuat untuk menggantikan batu ginjal. Hasil
yang diperoleh menunjukkan sediaan yang memerlukan pengolahan
lebih dahulu memberikan hasil yang baik (daya melarutkan batu ginjal
cukup tinggi). Sediaan yang masih belum diolah memberikan hasil
yang kurang baik
Sambiloto
Pada penelitian yang lain menunjukkan bahwa Andrographolida dari
Sambiloto dapat menghasilkan pertambahan yang nyata dalam aliran cairan
empedu. Cairan empedu dihasilkan di liver kemudian disimpan pada kandung
empedu dan membantu pencernaan. Ketika bahan kimia seperti
parasetamol diberikan kepada hewan uji yang sebelumnya telah diberi
Andrographolida, berkurangnya produksi cairan empedu yang biasa terjadi
karena adanya bahan kimia tersebut dapat dicegah.
Andrographolida yang terdapat pada Sambiloto berpotensi sebagai
stimulator dari fungsi kandung empedu. Pada percobaan dengan hewan uji
yang diberi Andrographolida selama 7 hari berturut-turut menunjukkan
pertambahan cairan empedu, garam empedu dan asam-asam empedu.
Pertambahan ini adalah manfaat dan hasil dari peningkatan fungsi kandung
empedu. Dengan menggunakan Sambiloto, kemungkinan untuk
pembentukan batu empedu berkurang. Andrographolida juga mencegah
berkurangnya jumlah cairan empedu yang dapat disebabkan karena
keracunan acetaminophen.
Temulawak
Temulawak terdiri dari fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak astiri (3-
12%). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara
48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat
tumbuh, maka kadar patinya semakin rendah dan minyak asirinya semakin
tinggi. Pati temulawak terdiri dari abu, protein, lemak, karbohidrat, serat
kasar, kurkuminoid, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan, dan
kadmium (Sidik, 1985).
Aktivitas kolagoga rimpang temulawak ditandai dengan meningkatnya
produksi dan sekresi empedu yang bekerja kolekinetik dan kerja koleretik.
Kerja kolekinetik dilakukan oleh fraksi kurkuminoid, sedangkan kerja koleretik
dilakukan oleh komponen dari fraksi minyak asiri. Dengan meningkatnya
pengeluaran cairan empedu, maka partikel padat dalam kantong empedu
berkurang. Keadaan ini akan mengurangi kolik empedu, perut kembung
akibat gangguan metabolisme lemak, dan menurunkan kadar kolesterol
darah yang tinggi.
Sediaan teh dapat dibuat dengan cara :
1. Air mendidih dituangkan ke dalam cangkir yang berisi 5 gram serbuk
temulawak. Diamkan 5-10 menit kemudian disaring. Diminum
beberapa kali sehari 1 cangkir.
2. Air perasan temulawak. Cuci bersih lebih kurang 25 g rimpang
temulawak segar, dibakar di atas bara api, kemudian diparut, peras
airnya dengan bantuan 1 gelas air minum masak. Air perasan ini
diminum dua kali, pagi dan sore.
3. Sediaan di pasaran pada umumnya terdapat dalam bentuk tunggal
maupun campuran dengan kadar kurkumin 30-40 mg dan minyak atsiri
60-80 mg. Untuk bentuk sediaan lain, perlu diperhitungkan setara
dengan dosis ini.
Jagung
Penelitian mengenai rambut jagung masih sangat terbatas. Dari
percobaan ekstraksi simplisia rambut jagung ditemukan adanya kandungan
flavonoid yang bermanfaat sebagai peluruh batu empedu. Penelitian yang
hampir sama juga dilakukan dengan cara memberikan infus berupa ekstrak
rambut jagung pada tikus percobaan. Hasilnya kristal urat sebagai salah satu
penyebab batu ginjal pada tikus ternyata berkurang. Hasil ini memberikan
gambaran positif mengenai potensi rambut jagung sebagai peluruh batu
empedu.
Ramuan:
Jagung muda 5 tongkol, herba kumis kucing segar 5 gram, dan air 110 ml
Cara pembuatan : dibuat infus.
Cara pemakaian : Diminum 1 kali sehari 100 ml.
Lama pengobatan: diulang selama 14 hari.
Peran apoteker dalam swamedikasi batu empedu
Swamedikasi yang dapat diberikan oleh apoteker yaitu pengetahuan
mengenai tanaman obat yang memiliki khasiat untuk mengobati batu
empedu. Hal-hal yang dapat dijelaskan meliputi jenis tanaman, tempat
tumbuh, dan cara pemakaian. Namun sebelum melakukan swamedikasi,
tetap harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegaskan
penyakit yang diderita sebelum diobati.