makalah chikungunya

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan yang pada akhirnya bermuara pada perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), artinya keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik mayarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Keadaan lingkungan baik fisik, biologis, maupun sosial mempunyai peran penting terhadap kejadian gangguan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan dalam hal ini menitiberatkan pada interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki atau mengandung potensi bahaya yang menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyakit yang menimbulkan gangguan 1

Upload: ady-hidayatullah

Post on 07-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah Chikungunya

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDerajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan yang pada akhirnya bermuara pada perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), artinya keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik mayarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Keadaan lingkungan baik fisik, biologis, maupun sosial mempunyai peran penting terhadap kejadian gangguan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan dalam hal ini menitiberatkan pada interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki atau mengandung potensi bahaya yang menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyakit yang menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor. Mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh vektor diakibatkan kondisi lingkungan yang buruk.Kondisi faktor lingkuangan fisik seperti adanya perubahan iklim, pencahayaan yang kurang, kelembaban yang tinggi, kondisi lingkungan di sekitar rumah yang buruk menyebabkan perkembangbiakan vektor semakin meningkat, salah satunya adalah penyakit demam chikungunya. Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia dan penderitanya semakin banyak, masyarakat diresahkan dengan munculnya kembali kasus demam chikungunya. Demam chikungunya banyak ditemukan di daerah-daerah beriklim tropis dan subtropis. Penyaki ini tidak menimbulkan kerugian karena akan menurunkan produktivitas individu (Anies, 2006).Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Ades aegypti dan Aedes albopictus. Lingkungan fisik berupa iklim akan mempengaruhi populasi vektor, selain itu faktor biologi seperti keberadaan tanaman di sekitar rumah dapat menjadi tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak.Kejadian luar biasa (KLB) chikungunya pernah terjadi di Batavia dan Kairo pada tahun 1779. Pada tahun 1928, masyarakat Cuba pertama kali menyebut chikungunya dengan istilah dengue. Alasannya karena infeksi chikungunya sangat mirip dengan dengue. Barulah pada tahun 1953, istilah chikungunya mulai digunakan untuk menamai virus yang pertamakali diisolasi dari serum darah penderita.Sejak tahun 1952 sampai sekarang virus chikungunya telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Sejak Tahun 1054 virus chikungunya menjadi endemis di Asia Tenggara termasuk Indonesia. KLB chikungunya dilaporkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Dari Tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi KLB chikungunya pada hampir di semua Provinsi dengan 18.169 kasus tanpa kematian. Pada tahun 2009 diketahui jumlah kejadian chikungunya di Jawa Barat sekitar 2.759 kasus, dan Jawa Tengah 5.095 kasus (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan chikungunya ?2. Bagaimana etiologi dari penyakit chikungunya ?3. Bagaimana siklus hidup virus pembawa chikungunya ?4. Bagaimana cara penuluran virus tersebut ?5. Apa saja manifestasi klinis terkait dengan chikungunya ?6. Apa saja pemeriksaan laboratorium yang mungkin dapat dilakukan ?7. Bagaimana upaya preventif yang dapat dilakukan guna menanggulangi chikungunya ?8. Bagaimana terapi pengobatan yang dapat dilakukan terhadap penyakit chikungunya?

C. Tujuan1. Tujuan UmumMampu memberikan pengetahuan dan informasi kesehatan terhadap mahasiswa kesehatan, mahasiswa non kesehatan, masyarakat umum ataupun pembaca makalah ini, mengenai penyakit chikungunya yang lebih spesifik, guna meningkatkan derajat kesehatan individu umum.2. Tujuan Khususa. Mengetahui definisi dari chikungunya itu sendiri.b. Memahami chikungunya, lewat penjelasan etiologi chikungunya.c. Mengetahui siklus hidup virus pembawa chikungunya.d. Mengetahui cara penularan virus penyebab chikungunya.e. Mengetahui manifestasi klinis chikungunya.f. Mengetahui pemeriksaan laboratorium chikungunya.g. Memahami upaya pencegahan chikungunya.h. Mengetahui dan memahami pengobatan terhadap chikungunya.

D. Manfaat1. Dapat dijadikan sarana informasi pendidikan kesehatan terhadap mayarakat umum yang belum mengetahui chikungunya.2. Mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pembaca makalah terkait chikunganya, baik itu etiologi, cara penularan virus chikungunya, pencegahan, pengobatan dan sebagainya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiIstilah chikungunya berasal dari bahasa suku Swahili yaitu suku yang bermukim di daratan tinggi Makonde Provinsi Newala Tanzania. Chikungunya berarti orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya (Widyanto F C & Cecep T, 2013).Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Chin, 2006). Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor potensial (Soedarto, 2007).

B. EtiologiVirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes ini, akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari (Judarwanto W, 2007).Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA uang mempunyai selubung dan merupakan anggota goup A athropode bone viruses (flavivirus) dalam genus alphavirus dan family Togaviridae. Virus chikungunya dengan mikrskop elektron menunjukkan gambaran virion simteris kasar atau polygonal dengan diameter 40-45 nm dengan inti berdiamater 25-30 nm (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

C. Siklus HidupSiklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus termasuk metamorphosis sempurna yang dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu telur, larva (jentik), kepompong (pupa), dan nyamuk. Telur Aedes awalnya berwarna putih kemudian berubah warna hitam dan berbentuk bulat pancung. Telur Aedes dapat bertahan beberapa bulan pada kondisi kering pada waktu dan intensitas yang bervariasi. Telur Aedes mem membutuhkan media air bersih yang tidak mengalir (stagnan) tanpa dihuni spesies lain untuk dapat berkembang menjadi larva. Telur akan menetas menjadi larva dalam 1-2 hari setelah telur terendam air.Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya memiiki sepasang sisir subvental yang jaraknya tidak lebih dari bagian pangkal sifon. Umur larva adalah sekitar 7-9 hari untuk kemudian berubah menjadi pupa yang merupakan fase akhir siklus hidup nyamuk dalam media air. Pupa biasanya mengapung pada permukaan air di sudut atau tepi tempat perindukan untuk keperluan bernafasnya. Umur pupa adalah 2-4 hari untuk kemudian berubah menjadi nyamuk.Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri khas berwarna putih keperakan berbentuk lira (lengkung) pada kedua sisi skumtum (punggung). Sedangkan pada kedua sisi skutum Aedes albopictus hanya membentuk sebuah garis. Susunan vena sayap sempit dan hampir seluruhnya hitam kecuali pada bagian pangkal sayap. Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih membentuk titik yang meruncing. Umur nyamuk betina 2-3 bulan. Nyamuk dapat bertahan hidup lebih lama sampai 2 bulan jika berada ditempat dengan suhu 28oC dengan kelembaban udara sebesar 80% (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

D. Cara PenularanVirus ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi. Nyamuk tersebut dapat terinveksi virus chikungunya melalui dua cara yaitu sebelumnya pernah menggigit manusia yang sedang mengalami viremia yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Virus chikungunya ditemukan dalam kelenjar tubuh nyamuk seperti saluran pencernaan, ovari, jaringan saraf, kemudian berpundah kerongga tubuh lainnya dan masuk ke kelenjar ludah nyamuk. Virus yang berada dalam kelenjar ludah memerlukan waktu selama 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali melalui gigitan selanjutnya ke tubuh manusia.Virus akan masuk ke tubuh manusia saat nyamuk menghisap darah manusia. Virus chikungunya dalam tubuh manusia dapat berkembang biak di jaringan kulit, kemudian menyebar ke hari, persendian, darah, dan sistem saraf pusat (SSP). Virus yang telah masuk ke dalam tubuh manusia memerlukan masa inkubasi selama 4-7 hari sebelum menimbulkan gejala (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

E. Manifestasi KlinisPenyakit chikungunya memunyai manifestasi klinis yang menyerupai infeksi virus dengue, dengan symptom dan gejala : panas mendadak, mengeluh nyeri sendi yang sangat dan pada kulit tubuhnya dapat ditemukan bercak merah (makulo papular) dan pemeriksaan darah tepi menunjukan leukosit yang menurun (Chin, 2006).Chikungunya merupakan infeksi viral akut dengan onset mendadak. Masa inkubasinya berkisar antara 2-12 hari, namun pada umumnya sesuai penjelasan sebelumnya yaitu sekitar 4-7 hari. Manifestasi klinis berlangsung selama 3-10 hari yang ditandai dengan demam, nyeri sendi (artalgia), nyeri otot (myalgia), bercak kemerahan pada kulit, sakit kepala, kejang dan penurunan kesadaran serta infeksi saluran pernafasan.Nyeri sendi merupakan keluhan pertama yang muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid yang dapat bertahan selama beberapa minggu. Nyeri yang sering dikeluhkan penderita terutama terjadi di sendi pergelangan kaki, tangan, siku, jari, lutut, serta pinggul. Setelah nyeri sendi, dapat pula terjadi nyeri otot. Nyeri otot terutama terjadi pada otot penyangga berat badan seperti bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak. Demam terjadi pada fase akut selama 2-3 hari, setelah itu akan terjadi penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari. Kemudian terjadi peningkatan suhu tubuh kembali dan membentuk kurva sadle back fever (bifasik) yang dapat disertai dengan menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Beberapa penderita dapat mengeluh nyeri di belakang bola mata disertai kemerahan (konjungtival invection). Pada hari pertama atau lebih sering terjadi pada hari ke 4-5 demam, bercak kemerahan pada kulit dapat muncul. Bercak kemerahan dapat berbentuk makulo-papular (viral rash) atau sentrifungal yang mengarah ke anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki. Bercak kemerahan dapat terjadi di daerah muka, badan, tangan dan kaki. Selain gejala tersebut, gejala lain yang terkadang dapat muncul adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan pembesaran kelenjar getah bening. Selain itu penderita juga dapat mengeluh sakit kepala, mual, muntah dan sakit perut (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

F. Pemeriksaan Laboratorium1. Isolasi VirusIsolasi virus chikungunya didasarkan pada inokulasi spesimen biologis dari nyamuk atau dari manusia (serum) secara invitro dengan menggunakan kultur jaringan sel vero, BHK-21, HeLa sel dan sel C6/36. Isolasi virus juga dapat dilakukan secara in vivo dengan menggunakan anak mencit yang masih menyusui ( suckling mice). Jenis untuk isolasi virus chikungunya adalah serum pada masa akut 0-6 hari, tetapi ada beberapa literatur menyebutkan bisa sampai 8 hari. Spesimen yang berasal dari nyamuk juga dapat digunakan untuk bahan isolasi virus. Semua spesimen biologis untuk isolasi virus harus diproses secepatnya. Apabila memang perlu ditunda maksimal penundaan adalah 48 jam dengan disimpan pada suhu 2-8o C.2. Deteksi Viral RNADeteksi viral RNA virus chikungunya dapat dilakukan pada saat penderita (>8 hari). Deteksi viral RNA juga dapat menggunakan spesimen biologis dan nyamuk (vektor). Deteksi viral RNA didasarkan pada gen NSP1 atau E16 saat ini telah dikembangkan bebagai macam teknik deteksi viral RNA virus chikungunya yaitu secara RT-PCR (Reverse Transciptase-Polymerase Chain Reactuon) dan Real Time PCR.3. Serologi (Deteksi IgM dan atau IgG)Infeksi chikungunya juga dapat dideteksi secara serologi dengan mendeteksi anti-chick berupa IgM atau IgG. Sampai saat ini telah banyak dikembangkan teknik diagnostik untuk mendeteksi chikungunya secara serologi diantaranya Haemaglutination, Complement Fixation Test (CFT), Immuno flourescent assay (IFA), dan plaque Reduction Neutralization Testing (PRNT). Antibodi IgM dapat di deteksi dari hari ke-4 infeksi sampai beberapa minggu waktu lamanya. Antibodi IgG dapat dideteksi mulai hari ke-15 sampai beberapa tahun lamanya (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

G. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus si pembawa virus, untuk memutuskan rantai penularan. Karena vektor chikungunya sama dengan demam berdarah dengue, maka upaya pencegahan ini berlaku juga untuk mencegah penularan demam berdarah.Pencegahan yang murah dan efektif untuk membrantas nyamuk ini adalah dengan cara 3M yaitu menguras, menyikat dan menutup tempat-tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, karena nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut (Laras K, et al.,2005).Upaya pencegahan difokuskan pada pemberantasan sarang nyamuk (PSN) penular dengan membasmi jentik nyamuk penular di tempat perindukannya. Tujuannya untuk mencegah dan membatasi penularan chikungunya dengan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopicus. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara:1. Promosi KesehatanKegiatan promosi kesehatan diharapkan menajdi strategi yang komprehensif untuk menciptakan perubahan perilaku. Kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan meliputi:a. Advokasi KesehatanKegiatan advokasi kesehatan merupakan upaya sistematis untuk mempengaruhi pimpinan, pembuat atau penentu kebijakan, dan peran penting lainnya. Hasil yang diharapkan melalui advokasi kesehatan antara lain adanya dukungan politis dalam bentuk kebijakan atau keputusan serta terbentuknya forum komunikasi lembaga lintas sektoral atau lintas program.b. Bina SuasanaKegiatan bina suasana bertujuan untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan penanggulangan chikungunya. Metode yang dilakukan meliputi orientasi, pelatihan, kunjungan lapangan, dialog, loka karya atau seminar sampai khotbah di tempat peribadatan.c. Pemberdayaan MasyarakatKegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan sebagai upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuannya sebagai aspek perubahan perilaku. Hasil yang diharapkan adalah tumbuhnya kepedulian masyarakat dan meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengendalian chikungunya.d. KemitraanKegiatan kemitraan merupakan upaya percepatan, efektifitas, dan efisiensi melalui hubungan berbagai pihak dalam pengendalian chikungunya. Komponen yang dapat terlibatkan dalam kemitraan adalah komponen masyarakat, unsur pemeritahan, lembaga perwakilan rakyat, perguruan tinggi, media massa, lembaga penyandang dana, dan juga pihak swasta.2. KimiawiCara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik atau larvasida. Proses pemberantasan dilakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau dikenal dengan larvasidasi. Cara ini dilakukan pada wadah yang tidak dapat dibersihkan atau dikuras. Selain itu, larvasidasi juga dapat dilakukan pada daerah yang sulit air. Wadah yang telah berisi larvasidasi tidak boleh dikuras selama 2-3 bulan.Kegiatan larvasidasi dapat dilakukan secara selektif maupun massal. Larvasidasi selektif dilakukan di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di desa atau kelurahan endemis denan penaburan bubuk larvasidasi pada tempat penampungan air (TPA) yang ditemukan jentik nyamuk. Tujuannya adalah sebagai upaya sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam PSN. Kegiatan ini dilakukan 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun. Pelaksana kegiatan adalah kader yang telah dilatih oleh petugas puskesmas. Sedangkan larvasidasi massal merupakan penaburan bubuk larvasidasi serentak di semua TPA pada wilayah yang terdapat jentik nyamuk maupun tidak. Kegiatan ini hanya dilakukan di lokasi terjadinya KLB chikungunya.Terdapat 2 jenis larvasidasi yang biasa digunakan, yaitu temephos 1 % dan insect growth regulators (IGRs). Formulasi yang digunakan pada temephos 1% adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram atau 1 sendok makan untuk 100 liter air. Dosis ini efektif digunakan selama 8 -12 minggu atau 2-3 bulan. Sedangkan penggunaan IGRs mampu menghalangi proses chitin synTesis selama masa jentik berganti kulit sehingaa mengacaukan perubahan pupa menjadi nyamuk dewasa. 3. BiologiPencegahan dengan cara biologis ditunjukan langsung pada jentik nyamuk namun umumnya hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pencgahan dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri. Ikan yang biasa dipelihara adalah ikan larvavorus (Gambusia affinis, Poecilia reticulate dan ikan adu). Sedangkan bakteri yang dinilai efektif adalah Bacillus thuringeinsis serotype H-14 (Bt. H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs) yang memproduksi endotoksin.

4. FisikPencegahan fisik yang dilakukan dikenal dengan kegiatan 3 M plus yaitu:a. Menguras dan menyikat TPA seminggu sejali (M1)b. Menutup rapat TPA (M2)c. Mengubur atau menyingkirakn barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3)Selain itu ditambah dengan cara lain seperti:a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat sejenis seminggu sekali.b. Mmemperbaiki saluran air tidak lancar atau rusak.c. Menutup lubang atau potongan bambu atau pohond. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau TPAe. Memasang kawat kasaf. Menghindari kebiasaan menggantung di dalam kamarg. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadaih. Menggunakan kelambu.i. Menggunakan obat anti nyamukj. Memasang ovitrap5. Perlindungan DiriPelindung diri dapat digunakan meliputi pakaian, obat nyamuk semprot maupun oles (Widyanto F C & Cecep T, 2013).

H. PengobatanKarena vaksin untuk pencegahan ataupun obat khusus untuk chikungunya belum ada, maka penanganannya cukup dengan minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit. Selain itu yang penting adalah cukup istirahat, minum dan makan makanan bergizi. Rasa ngilu persendian dapat dihilangkan dengan obat penghilang rasa sakit dan vitamin untuk penguat daya tahan tubuh (Laras K, et al.,2005).Chikungunya termasuk self limiting desase dan penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tidak ada vaksin meliputi obat yang khusus untuk mengobati chikungunya. Pengobatan yang diberikan hanya terapi simptomatis dengan menghilangkan gejala penyakitnya. Obat yang digunakan seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti paracetamol atau asetamonofen. Perbaikan keadaan umum penderita dapat dilakukan dengan asupan gizi yang cukup seperti karbohidrat, protein, konsumsi buah dan jus segar serta vitamin. Selain itu juga dianjurkan untuk memperbanyak minum untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam (Widoyono, 2008).

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanChikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor potensial. Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA uang mempunyai selubung dan merupakan anggota goup A athropode bone viruses (flavivirus) dalam genus alphavirus dan family Togaviridae. Virus chikungunya dengan mikrskop elektron menunjukkan gambaran virion simteris kasar atau polygonal dengan diameter 40-45 nm dengan inti berdiamater 25-30 nm. Virus akan masuk ke tubuh manusia saat nyamuk menghisap darah manusia. Virus chikungunya dalam tubuh manusia dapat berkembang biak di jaringan kulit, kemudian menyebar ke hari, persendian, darah, dan sistem saraf pusat (SSP). Virus yang telah masuk ke dalam tubuh manusia memerlukan masa inkubasi selama 4-7 hari sebelum menimbulkan gejala. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus si pembawa virus, untuk memutuskan rantai penularan. Penanganan cukup dengan minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit. Selain itu yang penting adalah cukup istirahat, minum dan makan makanan bergizi. Rasa ngilu persendian dapat dihilangkan dengan obat penghilang rasa sakit dan vitamin untuk penguat daya tahan tubuh.

B. SaranSemoga informasi yang telah disampaikan tidak hanya dijadikan bahan bacaan saja, melainkan ada langkah konkrit dalam pembrantasan chikungunya dan peningkatan kesehatan yang lebih aktual serta tidak sekedar diucapkan tetapi harus diimplementasikan.2