makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

263
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA Makalah Oleh: Program Studi Pendidikan Matematika Tahun 2014 Indralaya Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2015

Upload: lusi-kurnia

Post on 13-Apr-2017

165 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Makalah Oleh:

Program Studi Pendidikan Matematika Tahun 2014 Indralaya

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2015

Page 2: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB 1 HAKIKAT BELAJAR, MENGAJAR DAN PEMBELAJARAN....... 1

1.1 Pengertian belajar, mengajar, dan pembelajaran...................................... 1

1.2 Tujuan belajar dan pembelajaran............................................................. 3

1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran............... 4

1.4 Hubungan antara belajar dan pembelajaran.............................................10

1.5 Rekayasa pembelajaran guru dan tindak belajar siswa............................18

BAB 2 JENIS-JENIS DAN PRINSIP BELAJAR.............................................20

2.1 Jenis Belajar Menurut Robert M.Gagne...................................................20

2.2 Jenis Belajar Menurut Benyamin S.Bloom..............................................22

2.3 Jenis Belajar Menurut UNESCO..............................................................24

2.4 Prinsip-prinsip Belajar..............................................................................25

BAB 3 TEORI BELAJAR BEHAVIORISTK..................................................29

3.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik ...................................................29

3.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik .......................................................30

3.3 Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik ..........................................................30

3.4 Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran .....................57

3.5 Peran Guru dalam Teori Belajar Behavioristik .......................................57

3.6 Peran Siswa dalam Teori Belajar Behavioristik ......................................58

BAB 4 TEORI BELAJAR KOGNITIF.............................................................59

4.1 Teori Belajar Piaget..................................................................................59

4.2 Teori Belajar Vygotsky............................................................................64

4.3 Teori Belajar Bruner.................................................................................68

4.4 Teori Belajar Ausebel...............................................................................69

ii

Page 3: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

BAB 5 TEORI BELAJAR HUMANISTIK.......................................................70

5.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik.......................................................70

5.2 Tokoh dalam Teori Belajar Humanistik...................................................70

BAB 6 TEORI BELAJAR SOSIAL...................................................................79

6.1 Pengertian Teori Belajar Sosial................................................................79

6.2 Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)......................................................79

BAB 7 MOTIVASI BELAJAR...........................................................................84

7.1 Pengertian Motivasi .................................................................................84

7.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar.........................................................84

7.3 Jenis Motivasi...........................................................................................86

7.4 Sifat Motivasi...........................................................................................86

7.5 Motivasi dalam Belajar ...........................................................................87

7.6 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar...............................89

7.7 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ...................................................91

BAB 8 KESULITAN BELAJAR........................................................................93

8.1 Pengertian Kesulitan Belajar....................................................................93

8.2 Faktor-Faktor Kesulitan Belajar...............................................................94

8.3 Jenis Kesulitan Belajar.............................................................................98

8.4 Karakteristik Kesulitan Belajar................................................................106

8.5 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar............................................................109

BAB 9 PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS SUMBER BELAJAR ...............111

9.1 Pengertian Sumber Belajar.......................................................................111

9.2 Fungsi Sumber Belajar ............................................................................112

9.3 Jenis-Jenis Sumber Belajar.......................................................................114

9.4 Kriteria Pemilihan Sumber Belajar..........................................................116

iii

Page 4: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

BAB 10 STRATEGI, PENDEKATAN, MODEL DAN METODE

PEMBELAJARAN.......................................................................................117

10.1 Model Pembelajaran...............................................................................117

10.2 Pendekatan Pembelajaran.......................................................................129

10.3 Metode Pembelajaran.............................................................................133

10.4 Strategi Pembelajaran.............................................................................149

BAB 11 ANALISIS KASUS-KASUS PEMBELAJARAN MATEMATIKA.152

11.1 Pengertian Analisis Kasus Pembelajaran Matematika...........................152

11.2 Kasus Pembelajaran Matematika...........................................................152

11.3 Faktor Munculnya Kasus Pembelajaran Matematika.............................154

11.4 Pemecahan Kasus Pembelajaran Matematika........................................158

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................160

LAMPIRAN ........................................................................................................163

iv

Page 5: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

1

BAB 1

HAKIKAT BELAJAR, MENGAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.1 Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar adalah

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha

memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku,

kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang

berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar adalah proses

untuk mengubah diri dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum bisa menjadi

bisa, dari belum terampil menjadi terampil dan mahir. Sedangkan mengajar

sendiri adalah upaya mentransformasi orang lain, yakni peserta didik, agar

menjadi tahu, bisa, terampil, dan mahir.

Menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, mengajar pada dasarnya

merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara

pendidik dan peserta didik. Bila belajar dan mengajar digabungkan dalam

satu aktivitas bersama maka hal ini disebut sebagai kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran itu sendiri secara konsep dasarnya adalah pertemuan atau

persenyawaan antara aktivitas murid belajar dan guru sedang mengajar.

Secara hakikat, pembelajaran adalah proses peningkatan kemampuan baik di

Pembelajaran = Belajar + Mengajar

Page 6: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

2

ranah kognitif, afektif, dan juga ranah keterampilan melalui aktivitas interaksi

antar-elemen pembelajaran. Elemen pembelajaran yang dimaksud ada tiga,

yakni guru, siswa, dan media atau sumber belajar. Apabila terjadi interaksi

yang sempurna antara ketiganya, maka itulah yang disebut dengan

pembelajaran aktif.

Interaksi belajar-mengajar atau interaksi pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan

pembelajaran. Tanpa adanya interaksi, maka tidak akan ada proses belajar.

Pembelajaran yang sempurna setidaknya memiliki delapan tipe interaksi yang

intensif, yakni:

Interaksi antara guru dan siswa;

Interaksi antara guru dan sumber belajar;

Interaksi antara setiap individu siswa langsung dengan media dan sumber

belajarnya;

Interaksi antara individu siswa dengan individu siswa yang lain;

Interaksi antara guru dan kelompok siswa;

Interaksi antara individu siswa dengan kelompoknya;

Interaksi kelompok dengan sumber dan media belajarnya;

Interaksi antara kelompok dengan kelompok lain.

Apabila pembelajaran aktif dapat berlangsung dengan baik, maka guru

harus memastikan bahwa kedelapan tipe interaksi tersebut harus benar-benar

terlaksana semua. Interaksi yang terbangun harus benar-benar berada dalam

lingkup kegiatan belajar yang bermakna, maka membangun ragam interaksi

ini harus dengan metode pembelajaran yang tepat.

Interaksi ini sangat erat kaitannya dengan metode pembelajaran, sebab

interaksi ini hanya bisa muncul bila guru memfasilitasinya dengan suatu

metode pembelajaran. Sehingga, semakin banyak guru menggunakan metode

pembelajaran, maka dalam sesi tersebut akan semakin banyak membangun

interaksi antar-elemen pembelajaran. Misalkan saja metode bermain peran

Page 7: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

3

secara berkelompok, maka metode ini akan dapat membangun interaksi

antara individu siswa dengan kelompok.

1.2 Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari 2 subjek,

yaitu siswa dan guru. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi

bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar

tentang suatu hal. (Mudjiono, 2002:17)

Dalam proses belajar diharapkan siswa mampu mengembangkan ranah-

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan adanya perubahan tingkah laku

ke arah yang lebih baik saat tercapainya proses belajar. Pada umumnya

semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru

tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar

baginya. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya evaluasi dan

keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan

dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri. 

Tujuan pembelajar pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil

belajar (kognitif, psikomotor, dan afektif) yang diharapkan untuk dimiliki

(dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam

jangka waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan

pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.

Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan

dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam

petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus

mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat

diukur.

Tujuan belajar penting bagi siswa dan guru. Dalam desain instrusional

guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa.

Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat

dilakukan siswa. Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran

Page 8: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

4

belajar. Bagi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tujuan belajar

“sementara”. Dengan belajar, maka kemempuan siswa meningkat.

Menigkatnya kemempuan mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar

yang baru. Bila semua siswa menerima sasaran belajar dari guru, maka makin

lama siswa membuat tujuan belajar sendiri (Mudjiono, 2002: 22-25).

1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar dan Pembelajaran

1.3.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar wajar dibedakan

atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor

tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar. 

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini

meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis dan psikologis

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar

akan memberikan pengaruh positif terha¬dap kegiatan belajar individu.

Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya

hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat

memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan

jasmani.  Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi

hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik

akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,

Page 9: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

5

pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. 

2) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama

memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,

dan bakat.

a) Kecerdasan/inteligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses

belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi

tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut

meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi

individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena

itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain

sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai

kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan

perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka

dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan

belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan

belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam

diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku

setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku

seseorang.

c) Minat

Page 10: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

6

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi

pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki

minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.

Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik

lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi

pelajaran yang akan dipelajarinya.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan

proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh

perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau

lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang

negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang

profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

e) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat.

Secara umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan

bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.

Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah

satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila

bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat

itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan

berhasil.

b. Faktor Eksternal

Page 11: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

7

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah

(2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan

faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial 

a) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi

belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan

anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak

siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam

alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b) Lingkungan sosial keluarga

 Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan

antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan

membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

c) Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi

proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya

dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka

para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat

yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan

mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih

jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2) Lingkungan Nonsosial

Page 12: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

8

Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

a) Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan

tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa¬kan faktor-faktor yang dapat

memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan

alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b) Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,

hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapang¬an olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum

sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain

sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang¬an siswa, begitu juga

dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan

siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif

terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus mengua¬sai materi

pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan

kondisi siswa.

1.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Faktor Kecerdasan

Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk

melakukan kegiatan berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Tingkat

kecerdasan dari masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang

dan ada pula yang rendah. Orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat

mengolah gagasan yang abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan cepat tanpa

banyak kesulitan-kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.

Orang yang cerdas itu dapat memikirkan dan mengerjakan lebih banyak, lebih

cepat dengan tenaga yang relatif sedikit. Kecerdasan adalah suatu kemapuan

Page 13: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

9

yang dibawa dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya,

tetapi hanya dapat mengembangkannya. Namun hal ini tingginya kecerdasan

seseorang bukanlah suatu jaminan bahwa ia akan berhasil menyelesaikan

pendidikan dengan baik, karena keberhasilan dalam belajar bukan hanya

ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya.

b. Faktor Belajar

Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar,

misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang

dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak dapat

membaca seluruh bahan yang seharusnya dibaca. Termasuk di sini kurang

menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.

c. Faktor Sikap

Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa

dalam belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar

dengan lancar atau tidak, tahan lama belajar atau tidak, senang pelajaran yang

di hadapinya atau tidak dan banyak lagi yang lain.  Diantara sikap yang

dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan.

Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.

d. Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran

jasmani dan keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan

yang tidak sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga

menganggu kegiatan belajar.

e. Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti

persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar.

Ada diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada

juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

Page 14: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

10

f. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat

seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar itu turut juga

menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk

dan nyamuk yang menganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba

kacau di tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

belajar. Hubungan yang kurang serasi dengan teman dapat menganggu

kosentrasi dalam belajar.

g. Faktor Guru

Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar

dan perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi

keberhasilan belajar. Guru yang kurang mampu dengan baik dalam mengajar

dan yang kurang menguasai bahan yang diajarkan dapat menimbulkan rasa

tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya dorongan untuk

menguasainya dipihak siswa. Sebaliknya guru yang pandai mengajar yang

dapat menimbulkan pada diri siswa rasa menggemari bahan yang

diajarkannya sehingga tanpa disuruh pun siswa banyak menambah

pengetahuannya dibidang itu dengan membaca buku-buku, majalah dan

bahan cetak lainnya. Guru dapat juga menimbulkan semangat belajar yang

tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-

sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan

memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian

gurunya.

1.4 Hubungan Antara Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan

manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk

memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Karena belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada individu khususnya siswa

menuju arah yang lebih baik. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek

Page 15: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

11

pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai

(afektif) serta keterampilan (psikomotor). Belajar juga merupakan sarana

untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Pengoptimalisasian

potensi ini dapat dilakukan dengan pembelajaran. Pembelajaran

mengkondisikan siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Pada hakekatnya belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi

yang ada di sekitar individu. Belajar itu sendiri ditandai dengan adanya

perubahan tingkah laku.Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan

tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti

kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai,

nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan

keterampilan motorik. Misalnya, sebelum belajar mereka kurang begitu

terampil, dan setelah belajar mereka menjadi sangat terampil, dan sebagainya.

Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya

perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar

ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu

motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar

adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber

pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya

kegiatan belajar.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarkanpeserta didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sisstematis agar peserta didik/pembelajar

dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Jika

pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran

terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media

pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,evaluasipembelajaran, dan

tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai

Page 16: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

12

suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan

guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Pembelajaran dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan dan saling mempengaruhi karena belajar merupakan salah satu

bagian dari kegiatan pembelajaran, sedangkan pembelajaran itu sendiri

merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman belajar pada siswa karena

pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan

lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan

tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku pada siswa dan menciptakan situasi yang mendukung

peningkatan kemampuan belajar siswa.

Jadi, belajar dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat dan

keduanya tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Balajar merupakan

proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan

(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Sedangkan

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfalitasi dan

mendukung guna meningkatkan intensitas dan kualitas belajar peserta didik.

Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan

potensi pada siswa. Dan belajar merupakan proses yang dilakukan untuk

mengoptimalkan potensi tersebut.

1. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi

berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan

yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,

tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar

yang tampak dari luar.

Tabel 1 : Ciri-ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan Perkembangan

Page 17: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

13

Adaptasi dari Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987;

Winkel, 1991.

Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar

ditentukan? Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang

berbeda tentang belajar.

a. Belajar Menurut Pandangan Skinner

Skinner berpandangan bahwa belajr adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responsnya menurun. Dalam hal belajar ditemukan adanya hal berikut:

(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar,

(ii) Respons si pebelajar, dan

(iii) Konsekuensi yang bersifat menguatka respons tersebut. Pemerkuat

terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai

ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadih. Sebaliknya,

perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan

Skinner. Pandangan Skinner ini terkenal dengan nama teori Skinner.

Page 18: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

14

Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal

yang penting, yaitu (i) pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (ii)

penggunaan penguatan. Sebagai ilustrasi, apakah guru akan meminta

respons ranh kognitif atau afektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar

“menyebut ibu kota Negara Republik Indonesia adalah Jakarta,” tentu

saja siswa hanya dilatih menghafal.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan

sebagai berikut:

(1) Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku

siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku

negatif diperlemah atau dikurangi.

(2) Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih

disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah

yang dapat dijadikan penguat.

(3) Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta

jenis penguatnya.

(4) Keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi

urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku,

dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat

perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan

tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya

(Davidoff, 1988: 199-211; Gredler, 1991: 154-166; Sumadi Suryabrata, 1991;

Hilgard dan Bower, 1966: 114-131; Woolfolk & McCune-Nicolish, 1984:

170-179).

b. Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar

berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterempilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)

stimulasi yang berasl dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan

oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,

Page 19: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

15

menjadi kapabilitas baru. Sebagai ilustrasi, siswa kelas tigaSMP mempelajari

nilai luhur Pancasila. Meraka membaca berita di surat kabar tentang bencana

alam gempa bumi di Flores dan banjir di beberapa provinsi di Jawa. Mereka

bersama-sama mengumpulkan bantuan bencan alam dari orang tua siswa

SMP. Mereka mampu mengumpulkan 4 kuintal beras, 100 potong pakaian,

dan uang sebesar Rp 5.000.000,00. Hasil bantuan tersebut kemudian mereka

serahkan ke Palang Merah Indonesia yang mengkoordinasi bantuan di kota

setempat. Perilaku siswa mengumpulkan sumbangan tersebut merupakan

hasil belajar nilai luhur Pancasila. Hal ini merupakan dampak pengiring.

Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi

eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut dilukiskan

dalam Bagan 2 berikut.

Bagan 2 : Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran

Bagan 2 melukiskan hal-hal berikut:

(1) Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif

siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.

Page 20: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

16

(2) Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar

tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan

motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa

tersebut berupa:

(1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal

memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

(2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan

lambing. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep

konkret dan terdefinisi, dan prinsip.

(3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi

Sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut: (i) persiapan untuk belajar, (ii)

pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), dan (iii) alih belajar. Pada

tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan

mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi

digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan kembali dan

respons, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk

membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum. Adanya tahap dan fase

belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran.

Dalam rangka pembelajaran maka guru dapat menyusun acara pembelajaran

yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar. Pola hubungan antara fase

belajar dengn acara-acara pembelajaran tersebut dapat dilukiskan dalam

Page 21: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

17

Tabel 2 berikut. Pola pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk pedoman

pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Sudah barang tentu guru masih harus

menyesuaikan dengan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya. Guru

dapat memodifikasi seperlunya.

Tabel 2 : Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran

Perian Fase Belajar Acara Pembelajaran

Persiapan

untuk

belajar

1. Mengarahkan

perhatian

Menarik perhatian siswa dengan

kejadian yang tidak seperti

biasanya, pertanyaan atau

merubah stimulus

2. Ekspektansi Memberitahu siswa mengenai

tujuan belajar

3. Retrival

(informasi dan

keterampilan yang

relevan untuk

memori kerja)

Merangsang siswa agar mengingat

kembali hasil belajar (apa yang

telah dipelajari) sebelumnya.

Pemeroleha

n dan

unjuk

perbuat

an

4. Persepsi selektif

atas sifat stimulus

Menyajikan Stimulus yang jelas

sifatnya

5. Sandi semantik Memberikan bimbingan belajar

6. Retrival dan

Respon

Memunculkan perbuatan Siswa

7. Penguatan Memberikan balikan informatif

Retrival dan

alih

belajar

8. Pengisyaratan Menilai perbuatan siswa

9. Pemberlakuan

secara umum

Meningkatkan retensi dan alih

belajar

c. Belajar Menurut Pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan

Page 22: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

18

tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkuna

maka fungsi intelek semakin berkembang.

Perkembangan intelektual melalui tahap – tahap berikut. (i) sensori motor

(0;0-2;0 tahun), (ii) pra-operasional (2;0-7;0 tahun), (iii) operasional konkret

(7;0-11;0 tahun), dan (iv) operasi formal (11;0-keatas).

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan

sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,

penciuman, pendengaran, perabaan, dan menggerak-gerakkannya. Pada tahap

pra-operasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia

telah mampu menggunakan symbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi,

membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasi konkret

anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis,

walau kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Pada

tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase

eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi,

siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep,

siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase

aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lebih

lanjut.

1.5 Rekayasa pembelajaran guru dan tindak belajar siswa

Page 23: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

19

Dari Bagan tersebut dapat diketahui :

(1) Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa

pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

(2) Siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan

tujuan. Ia mengalami perkembangan jiwa sesuai asaa emansipasi diri menuju

keutuhan dan kemandirian.

(3) Guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa.

(4) Guru menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

(5) Guru bertindak mengajar di kelas dengan maksud membelajarkan siswa.

Dalam tindakan tersebut, guru menggunakan asas pendidikan maupun teori

belajar.

(6) Siswa bertindak belajar, artinya mengalami proses dan meningkatkan

kemampuan mentalnya.

(7) Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil

belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi

(7A)Bdampak pengajaran, dan (7B) dampak pengiring. Dampak pengajaran

adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka

dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring

adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer

belajar.

Bagan tersebut juga melukiskan peran guru dalam pembelajaran, yaitu

membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang

berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu

mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil

belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Dengan belajar, maka

kemampuan mental semakin meningkat. Hal itu sesuai dengan perkembangan

siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi utuh dan mandiri

(Winkel,1991; Biggs & Telfer, 1987; Monks, Knoers & Siti Rahayu

Haditono, 1989).

Page 24: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

20

BAB 2

JENIS-JENIS DAN PRINSIP BELAJAR

2.1 Jenis Belajar Menurut Robert M.Gagne

Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar.

Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat

ada delapan tipe belajar :

1. Belajar isyarat (signal learning)

Ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya

tidak menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.

Contoh : Mempelajari simbol – simbol yang ada di mata pelajaran

matematika.

2. Belajar stimulus respon

Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang

diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan sehingga terbentuk perilaku

tertentu (shaping).

Contoh : Guru memberikan pertanyaan tentang perkalian, siswa memberikan

respon kepada guru dengan menjawab pertanyaan dari guru.

3. Belajar merantaikan (chaining)

Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik

sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. 

Contoh : Langkah-langkah atau prosedur untuk menggambarkan segitiga

siku-siku dengan menggunakan jangka.

4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)

Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek

yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata

dalam urutan yang tepat.

Contoh : Saat siswa ingin menggambarkan segitiga siku-siku, siswa membaca

langkah-langkah atau prosedur sambil mempraktekkannya secara langsung.

Page 25: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

21

5. Belajar membedakan (discrimination)

Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang

mempunyai kesamaan.

Contoh : Untuk menyelesaikan soal persamaan linier 2 variabel, setiap siswa

mengerjakan dengan cara yang berbeda-beda, tetapi tujuannya sama yaitu

untuk menyelesaikan persamaan linier 2 variabel. (banyak cara tapi tujuannya

sama)

6.Belajar konsep (concept learning)

Belajar mengklsifikasikan stimulus atau menempatkan objek - objek dalam

kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang

mewakili kesamaan ciri).

Contoh : Siswa menyelesaikan soal operasi himpunan (penjumlahan dan

selisih) dengan menggunakan konsep opersai himpunan.

7. Belajar dalil (rule learning)

Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang

terdiri dari penggabungan beberapa konsep.

Contoh: Siswa menyelesaikan soal tentang bilangan berpangkat dengan

berbagai cara sehingga mendapatkan rumus, sifat-sifat dari bilangan

berpangkat.

8. Belajar memecahkan masalah (problem solving)

Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk

memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher

order rule).

Contoh :Ketika siswa telah dapat menyelesaikan suatu soal, siswa harus

membuktikan kembali kebenarannya dari penyelesaian yang didapat dengan

mencobanya ke dalam soal kembali

Page 26: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

22

2.2 Jenis Belajar Menurut Benyamin S.Bloom

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,

danketerampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi kedalam 6

tingkatan. 

Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,

fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. 

Contoh : Simbol-simbol dalam matematika seperti, =, <, >, +, -

Pemahaman (comprehension)

Pada tahap ini seseorang sudah memahami sesuatu seperti sebuah gambaran,

diagram, grafik, laporan, peraturan dan lain- lain.

Contoh : Siswa dapat membaca sebuah diagram

Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,

prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. 

Contoh : Soal yang mengenai kehidupan sehari - hari

Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang

masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian

yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu

mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yg rumit.

Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu

menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak

terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yg dibutuhkan.

Page 27: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

23

Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,

gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau

standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. 

2.Affective Domain (RanahAfektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan

cara penyesuaian diri.

Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam

pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya,

dan mengarahkannya.

Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi

persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,

fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari

serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,

dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or

Value Complex).

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi

karakteristik gaya-hidupnya.

3.  Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Page 28: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

24

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain

berdasarkan domain yang dibuat Bloom.

Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di

dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan

meyakinkan dan cakap.

Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola

gerakan yang kompleks.

Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam

berbagai situasi.

Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau

permasalahan tertentu.

2.3 Jenis Belajar Menurut UNESCO

1.      Learning to know

Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, ada tiga

aspek. Apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.

2.      Learning to do

Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu

mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini

Page 29: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

25

menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan

dunia kerja.

3.      Learning to live together

Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama,

dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu

berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.

4.      Learning to be

Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.

Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.

Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami

kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan

membangun pribadi secara utuh.

2.4 Prinsip - Prinsip Belajar

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari

kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya

perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335).

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran

sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai

sesuatu yang di butuhkan, di perlukan untuk belajar lebih lanjut atau

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk

mempelajarinya.

Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam

kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan

aktivitas seseorang.

Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat

juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.

Page 30: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

26

1. Keaktifan

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah

makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,

mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidakbisa di paksakan

eloh orang lain dan juga tidak bisa di limpahkan kepada orang lain. Belajar

hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

John Dewey mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang

harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari

siswa sendiri, guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewey

1916, dalam Davies, 1937:31).

2. Pengalaman

Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya, mengemukakan

bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati

secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggung jawabt rehadap hasilnya.

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John

Dewey dengan“Learning by doing” –nya. Belajar sebaiknya dialami melalui

perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik,

individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah(problem

solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.

3. Pengulangan

Teori Psikologi Daya menerangkan bahwa belajar adalah melatih daya-

daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menangggap,

mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan

mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebutakan berkembang. Seperti

halnya pisau yang selalu di asahakan menjadi tajam, maka daya-daya yang

dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.

Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “Law of Exercise”,

mengemukakan bahwa belajarialah pembentukan hubungan antara stimulus

Page 31: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

27

dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu

memperbesar peluang timbulnya responbenar.

4. Tantangan

Teorimedan (Field Theori) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa

dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis

dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin di capai tetapi

selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah

motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar

tesebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar talah

tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian

seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi

hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.

Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah

untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung

masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk

mempelajarinya.

5. Penguatan

Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan

hasil yang baik. Apalagi, hasil yang baik akan menjadi balikan yang

menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun

dorongan belajaritu menurut B.F.Skinner tidak saja oleh penguatan yang

menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain

penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan

Berliner, 1984:272).

6. Perbedaan Inidividual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa

yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.

Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-

sifatnya.Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar

Page 32: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

28

siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatiakan oleh guru dalam

upaya pembelajaran. Sistem penidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita

kurang memperhatikan masalah perbedan individual, umumnya pelaksanaan

pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan

kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula

dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang

mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara.

Antara lain penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi

sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani.

Page 33: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

29

BAB 3

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

3.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah pembelajaran yang memandang

manusia dari sisi perilakunya (behavior). Menurut teori behavioristik, belajar

adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara

stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang

baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah 

belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya,

seorang guru mengajarkan siswanya berhitung operasi perkalian dan pembagian

pada matematika, dalam proses pembelajaran guru dan siswa benar-benar dalam

situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya siswa masih harus

menghitung menggunakan bantuan jari dan lambat dalam menghitungnya, namun

hal ini telah terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya sama sekali tidak bisa

berhitung operasi perkalian dan pembagian menjadi bisa berhitung operasi

perkalian dan pembagian meskipun masih harus menggunakan bantuan jari dan

lambat dalam berhitungnya, maka perubahan inilah yang dimaksud dengan

belajar. Contoh lain misalnya, guru mengajarkan siswa materi mengenai matriks,

setelah beberapa pertemuan siswa tersebut mengikuti pertemuan mengenai

matriks ini, siswa belum dapat memahami matriks dan juga belum dapat

menyelesaikan soal-soal mengenai matriks, walaupun si siswa sudah berusaha giat

dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut

belum dapat memahami matriks dan juga belum dapat menyelesaikan soal-soal

mengenai matriks, maka si siswa tersebut belum dianggap belajar, karena ia

belum dapat menunjukkan perilaku sebagai hasil belajar.

Maka, menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang

berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang

diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan

siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi

antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat

Page 34: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

30

diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,

oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima

oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.

3.2 Ciri – ciri Teori Belajar Behavioristik

Yang membedakan teori belajar behavioristik ini dengan teori belajar yang

lain adalah “pengukuran”, mengapa demikian ? Karena pada teori belajar

behavioristik ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu

hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku, karena

berdasarkan pengertian teori belajar behavioristik adalah pembelajaran yang

memandang manusia dari sisi perilakunya (behavior), oleh karena itulah teori

belajar ini mengutamakan pengukuran. Selain itu, teori belajar behavioristik ini

juga mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,

menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,

menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,

mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah

munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini

berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan

tingkah laku adalah hasil belajar.

3.3 Tokoh- Tokoh Aliran Behavioristik

Ada beberapa tokoh pelopor maupun pengembang dari aliran behavioristik

ini. Pada makalah kali ini, disajikan beberapa tokoh , diantaranya sebagai berikut,

1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog

berkebangsaan Amerika. Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika

Serikat di dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949), teori belajar

Thorndike di sebut “Connectionism”, teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh

Edward L. Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-

an karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara

stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangka

Page 35: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

31

menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan

teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang

antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Thorndike

pertama kali mengadakan eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan

hewan kucing melalui prosedur yang sistematis.

Eksperimen thorndike ini dikenal dengan Eksperimen Kotak Ajaib.

Gambar 3.1 Eksperimen Kotak Ajaib

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak

berjeruji yang dilengkapi dengan tombol pembuka, dan pintu akan terbuka bila

tombol itu terinjak oleh si kucing, selain itu sangkar juga dilengkapi peralatan,

seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit

dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga

Page 36: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

32

memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan

sangkar tadi.

Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (kotak teka-teki)

itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi

melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-mula

kucing tersebut mengeong, mencakar dan berlari-larian, namun gagal membuka

pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya. Kucing dalam

kerangkang bergerak kesana kemari mencari jalan keluar, tetapi gagal. Kucing itu

pun terus melakukan usaha dan gagal, keadaan ini berlangsung terus-menerus.

Akhirnya, setelah beberapa kali usaha kucing itu berhasil menekan tombol

dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Percobaan Thorndike tersebut diulang-

ulang dan pola gerakan kucing sama saja namun makin cepat kucing dapat

membuka pintunya. Gerakan usahanya makin sedikit dan efisien. Pada kucing tadi

terlihat ada kemajuan-kemajuan tingkah lakunya. Dan akhirnya kucing

dimasukkan dalam box terus dapat menyentuh tombol pembuka (sekali usaha,

sekali terbuka), hingga pintu terbuka. Thorndike menyatakan bahwa prilaku

belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga

menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah prilaku

terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari eksperimen ini Thorndike

telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika sebuah tindakan diikuti

oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan, maka kemungkinan

tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat. Sebaliknya jika

sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan itu

menurun atau tidak dilakukan sama sekali. Dengan kata lain, konsekuen-

konsekuen dari prilaku sesorang akan memainkan peran penting bagi terjadinya

prilaku-prilaku yang akan datang.

Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama instrumental

conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental

(penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar

adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori koneksionisme

juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori

Page 37: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

33

ini juga terkenal dengan “Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjuk pada

panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu

tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama dalam eksperimen Thorndike tadi

akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar.

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang,

sudah tentu tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan

tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu

tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubung dengan hal ini,

hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan hal yang

sangat vital dalam belajar.

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek

positif atau memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar

timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika sebuah respon

menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan

semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang

dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon tersebut.

Ciri-ciri belajar dengan trial and error :

1. Ada motif pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap situasi

3. Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah

4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu

Kemudian menurut Thorndike, praktek pendidikan harus dipelajari secara

ilmiah. Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya

mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi

apa yang akan diberikan, respon apa yang akan diharapkan dan kapan harus

memberi hadiah/ reward.

Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan

pengajaran, yaitu:

Perhatikan situasi murid

Perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut

Ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan

hubungan terjadi dengan sendirinya

Page 38: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

34

Situasi – situasi lain yang sama jaangan diabaikan sekiranya dapat

memutuskan hubungan tersebut

Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan –

hubungan lain yang sejenis

Buat hubungan tersebut sedemikian rupa hingga dapat perbuatan nyata

Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

dalam kehidupan sehari – hari

Setelah melakukan eksperimen, lahirlah hukum- hukum Edward Lee

Thorndike, adapun hukum-hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike adalah

sebagai berikut :

Hukum Latihan (Law Of Exercise)

Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :

1. The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan

atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat bila

sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara

stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena

adanya latihan.

2. The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa

hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi

lemah bila tidak ada latihan. Prinsip ini menunjukkan bahwa

ulangan merupakan hak yang pertama dalam belajar. Makin sering

suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah bahan pelajaran

tersebut dalam diri siswa. Pada prakteknya tentu diperlukan

berbagai variasi, bukan ulangan sembarang ulangan. Dan

pengaturan waktu distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan

hasil belajar.

Page 39: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

35

Hukum Akibat (Law Of Effect)

Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu : suatu tindakan/perbuatan

yang menghasilkan rasa puas (menyenangkan) akan cenderung diulang,

sebaliknya suatu tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas (tidak

menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini menunjukkan

bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi perbuatan itu sendiri. Dalam

pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman.

Hadiah menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi perbuatan

yang menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman cenderung

menyebabkan seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi

perbuatan.

Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan

sesuatu. Yang dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk

bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka

diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk

melakukan belajar tersebut. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya

hukum ini. Yaitu :

1. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau

berprilaku, dan bila organisme itu dapat melakukan kesiapan

tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.

2. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau

berperilaku, dan organisme tersebut tidak dapat melaksanakan

kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kekecewaan.

3. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan

organisme itu dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut akan

menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas,

konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang

dinamakan Transfer of Training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah

Page 40: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

36

dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang

akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training merupakan

hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang

akan dipelajarai tidak akan bermakna.

Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus berguna

dan dapat dipergunakan di luar sekolah. Misalnya, anak belajar membaca, maka

keterampilan membaca dapat digunakan untuk membaca apapun di luar sekolah,

walaupun di sekolah tidak diajarkan bagaimana membaca koran, tapi karena

huruf-huruf yang diajarkan di sekolah sama dengan huruf yang ada dalam koran,

maka keterampilan membaca di sekolah dapat ditransfer untuk membaca koran,

untuk membaca majalah, atau membaca apapun.

Selain ketiga hukum pokok di atas, Thorndike mengemukakan adanya 5

hukum tambahan, yaitu :

Law of Multiple response, yaitu individu mencoba berbagai respon

sebelum mendapat respon yang tepat.

Law of attitude, yaitu proses belajar dapat berlangsung bila ada kesiapan

mental yang positif pada siswa.

Law of partial activity, yaitu individu dapat bereaksi secara selektif

terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

Individu dapat memilih hal-hal yang pokok dan mendasarkan tingkah

lakunya kepada hal-hal yang pokok, dan meninggalkan hal-hal yang kecil.

Law of response by analogy, yaitu individu cenderung mempunyai reaksi

yang sama terhadap situasi baru, atau dengan kata lain individu bereaksi

terhadap situasi yang mirip dengan situasi yang dihadapinya waktu yang

lalu.

Law of assciative shifting, yaitu sikap respon yang telah dimiliki individu

dapat melekat stimulus baru.

Dan tak kalah penting lagi, menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan

dengan mencoba-coba. Mencoba-coba ini dapat dilakukan manakala seseorang

tidak tahu bagaimana harus memberikan respon. Karakteristik belajar secara

mencoba-coba adalah sebagai berikut :

Page 41: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

37

Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan

sesuatu.

Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka

memenuhi motif-motifnya.

Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan

dihilangkan.

Akhirnya, seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

Tak hanya itu, Thorndike juga mengemukakan prinsip-prinsip belajar,

prinsip-prinsip belajar sebagai berikut,

Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang bagi dia termasuk

baru, berbagai ragam respon maka akan ia lakukan. Respon tersebut ada

kalanya berbeda-beda sampai yang bersangkutan memperoleh respon yang

benar.

Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman,

kepercayaan, sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut

menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untu mengadakan seleksi

terhadap unsur-unsur penting dari yang kurang atau tidak penting hingga

akhirnya dapat menentukan respon yang tepat.

Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang

sama.

Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi

tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi

tersebut mempunyai hubungan.

Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih mudah untuk

dipelajari.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlo atau lebih dikenal dengan nama singkat Pavlov, adalah

seorang lulusan sekolah kependetaan dan melanjutkan belajar ilmu kedokteran di

Militery Medical Acadeny, St. Petersburg. Pada tahun 1879, ia mendapatkan gelar

Page 42: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

38

ahli ilmu pengetahuan alam. Akhir tahun 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia,

mempelopori munculnya proses kondisioning responden (respondent

conditioning) atau kondisioning klasik (clasical conditionig), karena itu disebut

kondisioning Ivan Pavlov. Dari penelitian bersama kolegnya, Ivan Pavlov

mendapat Nobel.

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang

psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah

membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang

harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan

ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda

dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran,

tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli

psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam

percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus

yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan

asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan

pancaindra) dengan makanan. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat

kita uraikan sebagai berikut:

Page 43: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

39

Gambar 3.2 Percobaan Pavlov

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

Gambar I : Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara

otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar II : Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau

mengeluarkan air liur.

Gambar III : Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan

(UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga

anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar IV : Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika

anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara

otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur

dari mulutnya (CR).

Keterangan :

UCS : Unconditioning Stimulus

UCR : Unconditioning Respon

CS : Conditioning Stimulus

CR : Conditioning Respon

Page 44: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

40

Penjelasan jelasnya seperti ini, Ivan Pavlov melakukan eksperimen

terhadap anjing, Pavlov melihat selama penelitian ada perubahan dalam waktu dan

rata-rata keluarnya air liur pada anjing (salivation). Pavlov mengamati, jika

daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar, anjing akan mengeluarkan air

liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan pada anjing,

sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Walau pun tanpa latihan atau

dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengeluarkan air liur jika dihadapkan

pada daging. Dalm percobaan ini, daging disebut dengan stimulus yang tidak

dikondisikan (unconditionied stimulus). Dan karena air liut itu keluar secara

otomatis pada saat daging diletakkan di dekat anjing tanpa latihan atau

pengkondisian, maka keluarnya air liur pada anjing tersebut dinamakan sebagai

respon yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning).

Kalau daging dapat menyebabkan air liur anjing keluar tanpa latihan atau

pengalaman sebelumnya, maka stimulus lain, seperti bel, tidak dapat

menghasilkan air liur. Karena stimulus tersebut tidak menghasilkan respon, maka

stimulus (bel) tersebut disebut dengan stimulus netral (neutral stimulus). Menurut

eksperimen Palvo, jika stimulus netral (bel) dipasangkan dengan daging dan

dilakukan secara berulang, maka stimulus netral akan berubah menjadi stimulus

yang dikondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama

untuk mengarahkan respon anjing seperti ketika ia melihat daging. Oleh karena

itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing akan mengeluarkan air liur.

Proses ini dinamakan classical conditioning.

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing

agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur

walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak

merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan

kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.

Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons

(air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.

Page 45: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

KONSEP LAIN PAVLOV

Generalisasi

Penghapusan

DiskriminasiPembelajaran

Semula

41

Beberapa konsep penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran

dihasilkan melalui prinsip pelaziman klasik yang dikemukakan oleh Pavlov.

Konsep tersebut ialah:

GENERALISASI

Generalisasi bermaksud rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas

yang sama. Contohnya, Ali menjadi risau setiap kali ujian kimia akan diadakan. Ali

juga menjadi risau setiap kali ujian biologi akan diadakan, kerana kedua mata

pelajaran tersebut mempunyai perkaitan antara satu sama lain. Jadi kerisauan dalam

satu mata pelajaran (kimia) telah digeneralisasikan kepada satu mata pelajaran

(biologi).

Page 46: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

42

DISKRIMINASI

Dikriminasi berlaku apabila individu bertindak balas terhadap sesuatu rangsangan

yang tertentu sahaja dan tidak pada rangsangan yang lain. Dalam kajian terhadap

anjing, didapati anjing tersebut hanya bertindak balas apabila mendengar bunyi

loceng sahaja, tetapi tidak pada bunyi selain daripada loceng. Dalam kes Ali, Ali

tidak akan menjadi risau jika mengambil ujian bahasa Inggeris atau ujian sejarah,

kerana kedua-dua mata pelajaran tersebut amat berbeza dari mata pelajaran

sains.

PENGHAPUSAN

Penghapusan berlaku apabila rangsangan terlazim yang tidak disertai dengan

rangsangan tidak terlazim. Dalam kajian Pavlov, bunyi loceng tidak

disertakan rangsangan tak terlazim (daging). Dalam hal ini, lama-kelamaan bunyi

loceng tadi tidak akan merangsang anjing tersebut untuk mengeluarkan air liur.

Tindak balas akhir akan terhapus dan prinsip ini dikenali sebagai penghapusan.

Page 47: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

43

PEMBELAJARAN SEMULA

Pavlov juga mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses

akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui

kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh:

makanan

2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral

dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel

adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi

berupa makanan.

3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara

otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur

4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari

penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat

penggabungan bunyi bel dengan makanan.

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku

sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks

Page 48: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

44

yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana

refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak

berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata

lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat

latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu

refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang

lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar

air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing

menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.

Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya

berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan

meningkat.

2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.

Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu

didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya

akan menurun

Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu

proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang

kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu

belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam

belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue

(terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi

secara otomatis.

Dari eksperimen Pavlov tersebut, adakah dalam peristiwa serupa dalam

kehidupan sehari-hari ? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang

sama seperti pada eksperimen anjing tersebut. Sebagai contoh, suara lagu dari

penjual es krim yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara

itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut

bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak

ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan

Page 49: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

45

dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau

tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu

membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng,

siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah

dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.Contoh lain lagi adalah untuk

menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang

“sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan

kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom

dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal

itu dilakukan secara berulang-ulang,  selanjutnya cukup dengan bertemu dengan

anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat

suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara

UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi

Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus

alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang

diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh

stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)

Burrhus Frederic Skinner atau lebih dikenal dengan Skinner dilahirkan

pada 20 Mei 1904 di Susquehanna Pennylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-

kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh dengan kehangatan namun, cukup

ketat dan disiplin.meraih sarjana muda di Hamilton Colladge, New York, dalam

bidang sastra Inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai memasuki kuliah psikologi

di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku

hewan dan meraih doktor pada tahun 1931.

Dari tahun 1931 hingga 1936, Skinner bekerja di Harvard. Penelitian yang

dilakukannya difokuskan pada penelitian menegenai sistem syaraf hewan. Pada

tahun 1936 sampai 1945, Skinner meneliti karirnya sebagai tenaga pengajar  pada

universitas Mingoesta. Dalam karirnya Skinner menunjukkan produktivitasnya

Page 50: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

46

yang tinggi sehingga ia dikukuhkan sebagai pemimpin Brhaviorisme yang

terkemuka di Amerika Serikat.

Skinner memberikan definisi belajar “Laerning is a process of progressive

behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu

merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti

bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya tendensi

kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada

waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Pada waktu itu

model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada

pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive

behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)

dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau

memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R

dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat

kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang

terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana

organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu,banyak tingkah laku

menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai

pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan

organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan

dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi

suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi.

Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari

kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan

kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang

mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi

yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

B.F Skinner melakukan eksperimennya yaitu sebagai berikut :

Page 51: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

47

Gambar 3.3 Skinner Box

   Dalam eksperimen Skinner, Skinner menggunakan seekor tikus yang

ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan “Skinner Box”.

Peti sangkar ini terdiri atas dua komponen yaitu: manipulandum dan alat pemberi

reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah

komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan

reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.

Dalam eksperimen ini, mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar

dengan berlari-lari atau mencakari dinding. Aksi ini disebut “emitted behavior”

(tingkah laku yang terpancar tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Sampai pada

suatu ketika secara kebetulan salah satu “emitted behavior” tersebut dapat

menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke

dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan.

Butir-butir makanan ini merupakan reinforce bagi penekanan pengungkit.

Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku operant yang akan terus

meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-

butir makanan yang muncul.

Dari eksperimen tersebut, Skinner membuahkan teori yang disebut teori

operant conditioning yaitu teori yang membahas tingkah laku bukanlah sekedar

Page 52: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

48

respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant.

Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi, operant

conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian konsekuensi.

Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi

tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua pengaruh yaitu pengaruh yang

mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Hal

ini dapat dilukiskan sebagai berikut:

Antecedent      tingkah laku     konsekuensi

atau                             A              B                   C

Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah

antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu

sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada

saat lain di waktu yang akan datang.

Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning

(kondisioning operan) secara sederhana adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi

tingkah laku yang akan dibentuk.

b. Menganalisis, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang

membentuk tingkah laku yang dimaksud. Aspek-aspek tersebut

lalu disususn dalam urutan yang tepat untuk menuju pada

terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.

c. Berdasarkan urutan aspek-aspek itu sebagai tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing daerah

itu.

d. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan

urutan aspek-aspek yang telah tersusun itu. Kalau aspek pertama

telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan

mengakibatkan aspek itu makin cenderung untuk sering dilakukan.

Kalau itu sudah terbentuk, dilakukannya aspek kedua yang diberi

hadiah (aspek pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian

berulang-ulang, sampai aspek kedua terbentuk. Setelah itu

Page 53: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

49

dilanjutkan dengan aspek ketiga, keempat dan selanjutnya, sampai

seluruh tingkah laku yang diharapkan terbentuk.

Tingkah laku adalah hubungan antara perangsang dan respon. Tingkah

laku terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang

terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling

penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan

hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan

hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan

antara tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera

diikuti oleh tingkah laku menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah

laku itu lagi sesering mungkin.

Konsekuen menyenangkan akan memperkuat tingkah laku, sementara

konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku. Jadi,

konsekuen yang menyenangkan akan bertambah frekuensinya, sementara

konsekuensi yang tidak menyenangkan akan berkutrang frekuensinya. Skinner

membedakan adanya dua macam respon, yaitu:

1. Respondent response (reflexive response), yaitu respom yang ditimbulkan

oleh suatu perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat

melihat makanan tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu

disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian mendahului

respon yang ditimbulkannya.

2. Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-peerangsang tertentu. Perangsang

yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.

Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya

memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika

seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah,

maka ia akan menjadi lebih giatbelajar (intensif/ kuat).

Pada kenyataannya, respon jenis pertama (respondent/reflexive

response/behavior) sangat terbatas adanya pada manusia. Sebaliknya operant

Page 54: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

50

response/behavior merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan

kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tak terbatas. Oleh karena itu, fokus

teori Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini.

Persoalannya adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan

memodifikasi tingkah laku-tingkah laku tersebut (dalam belajar atau dalam

pendidikan).

Apabila reinforcement didasarkan pada prinsip interval tetap, dapat diduga

pola respon yang bakal muncul. Tetapi dengan menggunakan prinsip interval

bervariasi, pola respon yang muncul akan berbeda.

Penggunaan reinforcement secara beragam dapat juga mempengaruhi

cepat lambatnya murid melakukan tugas-tugas belajar. Kalau reinforcement iu

didasarkan atas banyaknya respon yang diberikan seseorang, murid akan lebih

cermat mengendalikan waktu yang digunakan untuk reinforcement. Semakin

cepat murid mengumpulkan respon yang benar, semakin cepat pula reinforcement

diperolehnya.

Aspek lain yang dikenakannya reinforcement adalah kegigihan berusaha.

Kalau reinforcement sama sekali tidak diberikan, orang akan kendur semangat dan

akhirnya tidak merespon sama sekali atau tingkah laku itu akan menghilang.

Apabila reinforcement diberikan setiap kali, seseorang akan cepat berhenti

merespon manakala reinforcement itu berhenti, demikian pula kalau yang

diberikan pola reinforcement tetap. Agar murid terus tetap aktif, yang palingtepat

adalah menggunakan pola reinforcement bervariasi.

            Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan

dan atau pun tidak menyenangkan bagi yang bersangkutan. Ada dua hal yang

perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:

1. Reinforcement atau Penguatan

Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”.

Dalam dunia psikologi, reinforcement adalah konsekuensi yang memperkuat

tingkah laku. Setiap konsekuensi itu adalah pemberi reinforcement (reinforcer)

kalau dia memperkuat tingkah laku berikutnya. Tingkah laku-tingakah laku yang

diikuti dengan reinforcement akan diulang-ulang di waktu yang akan dating.

Adapun Jenis-jenis reinforcement adalah sebagai berikut.

Page 55: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

51

- Reinforcement positif : Disebut reinforcement positif apabila suatu

stimulus terentu (menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah

suatu perbuatan dilakukan. Misalnya, uang atau pujian diberikan

kepada seorang anak yang memperoleh nilai A pada mata pelajaran

tertentu.

- Reinforcement negative : Dinamakan reinforcement negative apabila

suatu stimulus tertentu (tidak menyenangkan) ditolak atau dihindari.

Reinforcement negative memperkuat tingkah laku dengan cara

menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu

perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang

tidak menyenangkan, ayng bersangkutan cenderung mengulangi

perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang

serupa. Misalnya, murid yang berungkali dipanggil menghadap

Kepsek, pelanggaran disiplin yang dilakukannya itu menjadi

bertambah kuat karena dia tetap saja melakukannya.

2. Hukuman

Reinforcement negative seringkali dikacaukan dengan hukuman. Proses

reinforcement selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman

mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.  Suatu perbuatan yang

diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang

serupa di saat lain. Hukuman dibedakan menjadi dua:

- Presentation punishment : Terjadi apabila stimulus yang tidak

menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru

memberikan tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalanan yang

dibuat murid.

- Removal punishment : Terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau

diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau

diinginkan. Misalnya anak-anak tidak diperkenankan nonton tv

selama seminggu sehingga lalu tidak mau belajar.

3. Penghapusan

Page 56: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

52

Maksud dari penghapusan ini adalah perlakuan yang tidak diberi respon atau

teguran akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, seorang siswa yang banyak

bicara dikelas, jika tidak diberikan teguran atau respon maka akan berhenti

dengan sendirinya karena sudah merasa capek. Keadaan ini dapat di atasi jika:

Teguran untuk sesuatu perlakuan itu dapat dikenal pasti.

Teguran itu tidak lagi digunakan.

Guru sanggup bersabar dalam menghadapi proses penghapusan tidak

datang dengan serta merta.

4. Robert Gagne (1916-2002)

Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus,bukan

hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatusituasi

stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikianrupa

sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengansetelah

mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari

luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam

proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai SR. S adalah situasi

yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya

adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang

yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana

terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini

merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang

juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.

Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek

tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki,kemampuan

memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif

terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan,

konsep, dan prinsip.

Selain itu juga, menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu:

1. Fase pengenalan (apprehending phase)

Page 57: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

53

Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian

menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian

ditafsirkan sendirin dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar

adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya

setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang

unik yang dia terima pada situasi belajar.

2. Fase perolehan (acqusition phase)

Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan

menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan

sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-

asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3. Fase penyimpanan (storage phase)

Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi

yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang,

melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat

dipindahkan ke memori jangka panjang.

4. Fase pemanggilan (retrieval phase).

Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja

informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan

denganmemori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu

informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur

dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori,

konsep sehingga lebih mudah dipanggil.

Gagne juga membedakan pola-pola belajar siswa ke delapan tipe belajar,

dengan tipe belajar yang rendah merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih

tinggi hierarkinya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar

perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya.

2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus-Respon Learning)

Page 58: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

54

Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah

faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus pertama dan

berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya,

semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-tiba,

akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur dan dikuasai.

Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon diperkuat dengan

adanya imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan

komponen penting dalam respon itu.

3. Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)

Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan

dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk

hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah

yang satu lagi, jadi berdasarkan ”contiguity”. Kondisi yang diperlukan

bagi berlangsungnya tipe balajar ini antara lain, secara internal anak didik

sudah harus terkuasai sejumlah satuan satuan pola S-R, baik psikomotorik

maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan

reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.

4. Asosiasi Verbal (Verbal Association)

Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan

hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang telah

dipelajari sebelumnya.

5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Discrimination learning atau belajar membedakan sejumlah rangkaian,

mengenal objek secara konseptual dan secara fisik.

6. Belajar konsep (Concept Learning)

Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau

kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam

suatu kelompok

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu konsep baru

kepada siswa:

Memberikan variasi hal-hal yang berbeda konsep untuk

menfasilitasi generalisasi.

Page 59: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

55

Memberikan contoh-contoh perbedaan dikaitkan dengan konsep

untuk membantu diskriminasi.

Memberikan yang bukan contoh dari konsep untuk meningkatkan

pemahaman diskriminasi dan generalisasi.

Menghindari pemberian konsep yang mempunyai karakteristik

umum.

7. Belajar Aturan (Rule Learning)

Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon

sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon). Robert

Gagne memberikan 5 tahap dalam mengajarkan aturan:

Tahap 1: menginformasikan pada siswa tentang bentuk perilaku

yang diharapkan ketika belajar

Tahap 2: bertanya ke siswa dengan cara yang memerlukan

pemanggilan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya

yang menyusun konsep

Tahap 3: menggunakan pernyataan verbal (petunjuk) yang akan

mengarahkan siswa menyatakan aturan sebagai rangkaian konsep

dalam urutan yang tepat.

Tahap 4: dengan bantuan pertanyaan, meminta siswa untuk

“mendemonstrasikan” satu contoh nyata dari aturan

Tahap 5 (bersifat pilihan, tetapi berguna untuk pengajaran

selanjutnya): dengan pertanyaan yang cocok, meminta siswa untuk

membuat pernyataan verbal dari aturan.

8. Pemecahan Masalah (Problem solving)

Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling

kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama

penggunaan aturan-aturan yang disertai proses analisis dan penarikan

kesimpulan.

Tak kalah penting dari itu, Gagne juga membentuk hasil belajar menjadi

lima kategori kapabilitas sebagai berikut :

1. Informasi verbal

Page 60: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

56

Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk

mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.

2. Keterampilan Intelektual

Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat

membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah.

3. Strategi Kognitif

Kapabilitas Strategi Kognitif adalah Kemampuan untuk

mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara

merekam, membuat analisis dan sintesis.

4. Sikap

Kapabilitas Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat

terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.

5. Keterampilan motorik

Untuk dapat mengetahui seseorang memiliki kapabilitas ketrampilan

motorik dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran

gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.

Gagne juga membuat sembilan kondisi instruksional dalam pembelajaran yaitu

sebagai berikut.

1. Gaining attention = Mendapatkan perhatian

2. Inform learner of objectives = Menginformasikan siswa mengenai tujuan

yang akan dicapai

3. Stimulate recall of prerequisite learning = Stimulasi kemampuan dasar

siswa untuk persiapan belajar

4. Present new material = Penyajian materi baru

5. Provide guidance = Menyediakan pembimbingan

6. Elicit performance = Memunculkan tindakan

7. Provide feedback about correctness = Siap memberikan umpan balik

langsung terhadap hasil yang baik

8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan

9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan dan

mengingat 

Page 61: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

57

3.4 Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik

adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu :

Mementingkan pengaruh lingkungan

Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik )

Mementingkan peranan reaksi.

Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui

prosedur stimulus respon.

Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk

sebelumnya,

Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan

pengulangan

Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang

diinginkan

3.5 Peran Guru dalam Teori Belajar Behavioristik

Peran guru dalam teori behavioristik adalah sebagai berikut,

Menyusun bahan pelajaran dlm bentuk yg sudah siap (modul,

instruksi dll)

Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat

diikuti contoh-contoh dilakukan sendiri / simulasi)

Bahan pelajaran disusun sederhana menuju kompleks 

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang

ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu 

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati

Kesalahan harus segera diperbaiki

Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang

diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari

penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu

perilaku yang diinginkan

Page 62: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

58

Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku

yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif

Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

3.6 Peran Siswa dalam Teori Belajar Behavioristik

Selain peran guru, di dalam teori belajar behavioristik ini juga ada peran

siswa. Adapun peran siswa dalam teori belajar behavioristik yaitu,

Berlaku (doing) sesuai instruksi

Meniru perilaku yang dicontohkan

Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif–diulangi,

negatif-dihilangkan)

Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan

Menguasai ketrampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan

ketrampilan selanjutnya

Page 63: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

59

BAB 4

TEORI BELAJAR KOGNITIF

4.1 Teori Belajar Piaget

4.1.1 Belajar menurut Piaget

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan

dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan

tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari

dan menemukan berbagai hal dari lingkungan

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus

menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif

Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak

sampai dewasa.Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari

analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen

(IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses

adaptasi.

4.1.2 Teori Belajar menurut Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak

adalah:

a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.

Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk anak kecil, mereka

mempunyai cara yang khas ntuk menyatakan kenyataan dan untuk

menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam

belajar.

b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu

urutan yang sama bagi semua anak.

Page 64: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

60

c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu

urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap

yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.

d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:

Kemasakan

Pengalaman

Interaksi Sosial

Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk

membangun dan memperbaiki struktur mental)

e. Ada 4 tahap perkembangan yaitu:

1. Tahap Sensori motor (0-2,0 tahun)

2. Tahap Pre operasional (2,0-7,0 tahun)

3. Tahap konkret (7,0-11,0 tahun)

4. Tahap operasi formal (11,0-dewasa)

4.1.3 Tahap Perkembangan Mental

1. Tahap Sensori motor (0 – 2,0 tahun)

Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak

menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk

mengenal obyek.

Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan

inderanya serta mempelajari permanensi obyek.

Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:

Berfikir melalui perbuatan (gerak)

Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai

ia dapat berjalan dan bicara.

Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.

Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

Contoh : Pengalaman awal bayi dengan payudara ibunya (Inisiasi) dan

bayi yang pertama kali memasukan jari-jarinya ke dalam mulut.

Page 65: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

61

Kemampuan yang dicapai anak pada masa ini:

a. Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya control dari

dalam pikirannya terhadap dunia nyata.

b. Perkembangan konsep kenyataan.

c. Perkembangan pengertian beberapa sebab akibat

2. Tahap Pre operasional (2,0 – 7,0 tahun)

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau

mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.

Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda

dan konsep intuitif.

Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:

Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya

dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak

rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.

Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang

membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka

masih bersifat irreversible.

Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus,

dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.

Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum

mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti

berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian

sebenarnya dengan imajinasi mereka.

Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan

isi).

Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang

mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok

yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep

yang konkrit.

Contoh : pandangan anak terhadap dua tanah liat sama besar yang dibulatkan,

Page 66: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

62

kemudian bulatan yang satu dipipihkan dan yang satu tetap dalam keadaan

bulat

3. Tahap konkret (7,0 – 11,0 tahun)

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran

anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan

masalah secara logis.

Ciri pokok perkembangannya : anak mulai berpikir secara logis tentang

kejadian-kejadian konkret

Contoh : Anak sudah dapat membedakan ukuran binatang, ataupun sudah

dapat mengelompokkannya.berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri yang

dimiliki.

4. Tahap formal (11,0 – dewasa)

Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur

kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah

hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan

dapat menerima pandangan orang lain.

Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis.

Contoh : Membuktikan benda-benda yang termasuk kubus dan yang termasuk

balok.

4.1.4 Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI

Teori kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat banyak mempengaruhi

bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif.Tahap-tahap pemikiran

Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun

kurikulum, memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama

di sekolah-sekolah.

Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut

hanya merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk

pengetahuan dan pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri.

Tentu yang terpenting adalah kesesuaian dengan pemilihan model,

pendekatan serta metode dalam pembelajaran terhadap materi ajar.

Page 67: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

63

Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap

perkembangan kognitif anak usia sekolah.

Pokok Bahasan : Bangun Ruang.

Sub Pokoh Bahasan : 1. Kubus.

1. Balok.

2. Tabung.

3. Prisma.

4. Limas.

5. Kerucut.

6. Bola

Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD).

1. Anak sudah mulai diperkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun

yang dia ketahui tersebut.

2. Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa

kubus, balok dan yang lainnya termasuk bangun ruang.

3. Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut

sehingga ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada

bangun itu. Seperti kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga

tinggi.

4. Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan.

5. Melanjutkan pembelajaran di kelas-kelas berikutnya sampai pada

operasi-operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.

Contoh: Gambar & Bentuk Berbagai Bangun Ruang

Menurut Piaget (Hudojo, 1979:82), struktur kognitif terbentuk karena

proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau

mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema.

 Misalnya seorang anak mempunyai konsap mengenai “lembu”.Dalam

pemikiran anak itu, ada skema “lembu”.Mungkin skema anak itu menyatakan

Page 68: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

64

bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat.Berwarna putih dan makan

rumput.

Dimana pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang dimana ia

secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya.

Misalnya Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat

lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan

rumput.Suatu saat, anak itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu

yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang

menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain tersebut, anak

memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu binatang

berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan

dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi

bertambah lengkap.Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga

dikembangakan dan dilengkapi.

Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali pengalaman –

pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema yang ada atau

bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru.

Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu

tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut

mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal,

bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur

kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa

sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah.

Asimilasi Skema Akomodasi

4.2 Teori Belajar Vygotsky

4.2.1. Teori perkembangan kognitif vygotsky

Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif

seorang seturut dengan teori sciogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat

primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan

Page 69: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

65

turunan dan bersifat skunder.Artinya, pengetahuan dan pengembangan

kognitif individu berasal dari sumber-sumber social di luar dirinya.Hal ini

tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya,

tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam

mengkonstruksi pengetahuannya.Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat

disebut dengan pendekatan konstruktivisme.Maksudnya, perkembangan

kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,

juga oleh lingkungan social yang aktif pula.

Teori psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada

kontruktivisme. Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran

sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang

disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh

lingkungan social secara aktif.

Oleh karena itu, hal:

1. hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)

Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua

aturan: tataran social lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada

dirinya.

2. zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)

Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat :

tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuannya

menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan

tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang

dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dibawah bimbingan

orang dewasa.

3. mediasi

Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambing adalah kunci utama

memahami proses-proses social dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih

mendalam teori perkembangan kognitif vygotsky akan ditemukan dua jenis

mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif.

Page 70: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

66

Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan

untuk melakukan self regalution (pengaturan diri) yang mencakum: self

planning, sekff monitoring, self chechikng dan self evaluation.Media ini

berkembang dalam komunikasi antar pribadi.

Media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan

masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga, media ini

bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang

lebih terjamin kebenarannya)

Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama:

1. bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru

dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui;

2. bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual;

3. peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator

pembelajaran siswa.

4.2.2. Tingkat pengetahuan (scaffolding) menurut Vygotsky

Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding oleh

vygotsky, menurutnya scaffolding ini yang berarti memberikan kepada

seorang individu sejumlah bantuan besar selama tahap-tahap awal

pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan

kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang

semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan

pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan

masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya

memecahkan permasalahan, yaitu

untuk membantu anak membangkan pengetahuan yang sungguh-

sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep

dan prosedur mulalui demonstrasi.

-Vygotsky-

Page 71: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

67

1. siswa mencapai keberhasilan dengan baik,

2. siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan,

3. siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk

membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru

sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi

menjadi optimum.

Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran

sosiakultural.Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek

internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan

social pembelajaran.Karena menurutnya, funsi kognitif manusia berasal dari

interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya.

Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut

masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam

zona of proximal development mereka.

Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan jika:

a. anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona

perkembangan proksimalnya atau patensinya melalui belajar dan

berkembang.

b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya

dari pada tingkat perkembangan aktualnya.

c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk

mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan

intramentalnya.

d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintregrasikan pengetahuan

deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang

dapata digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.

e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi

lebih merupakan kkonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan

Page 72: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

68

atau makna baru secara brsama-sama antar semua pihak yang terlibat di

dalamnya.

4.2.3 Model Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Matematika

Setelah guru memberikan kasus misalnya contoh-contoh, siswa mengamati,

membandingkan, mengenal karakteristik, dan berusaha menyerap berbagai

informasi yang terkandung dalam kasus tersebut untuk digunakan

memperoleh kesimpulan . Ini merupakan bagian kegiatan yang penting dalam

pembelajaran matematika beracuan kosntruktivisme .Melalui pengamatan

pada kasus-kasus tersebut, siswa memperoleh “pengalaman” yang diserap di

benak siswa. Dengan demikian terjadi aktivitas aktif siswa dalam

mengkonstruk matematika melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Contoh : LKS UNTUK TINGKAT SMP

Setelah mengamati beberapa bentuk beberapa Bangun yang antara lain :

KUBUS, BALOK, KERUCUT , LIMAS DAN PRISMA, Maka berikanlah

jawaban Pada titik – Titik yang tersedia berikut :

a. Berapa banyak Rusuk pada KUBUS ? (.....................)

b. Berapa banyak Rusuk pada BALOK ? (.....................)

c. Berapa banyak Rusuk pada PRISMA SEGI TIGA ? (.....................)

d. Berapa banyak Rusuk pada LIMAS SEGI EMPAT ? (.....................)

e. Berapa banyak Rusuk pada KERUCUT ? (.....................)

f. Berikutnya diskusikan dengan teman sebangkumu ” Apa arti RUSUK pada

bangun-bangun itu ”

g. Tuliskan Hasil diskusi

tersebut : .............................................................................................................

.....

4.3 Teori Belajar Bruner

Sebagaimana disampaikan di bagian depan, teori Bruner berkait dengan

tiga tahap pada proses pembelajaran, yaitu tahap enaktif yang menggunakan

benda konkret (nyata), tahap ikonik (ingat kata ikon pada komputer yang

berupa gambar atau lambang) yang mennggunakan benda semi konkret, dan

Page 73: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

69

tahap simbolik dimana pengalaman tersebut diwujudkan dalam bentuk

simbol‐simbol abstrak.

Enaktif Ikonik Simbolik

4.4 Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel, bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan

sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Di samping

itu, seorang guru dituntut untuk mengecek, mengingatkan kembali ataupun

memperbaiki pengetahuan prasyarat siswanya sebelum ia memulai membahas

topic baru, sehingga pengetahuan yang baru tersebut dapat berkait dengan

pengetahuan yang lama yang lebih dikenal sebagai belajar bermakna tersebut

Page 74: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

70

BAB 5

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

5.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik

Menurut teori belajar humanistik, dimulai dan ditujukan untuk

kepentingan memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dianggap

berhasil apabila peserta didik telah memahami dirinya sendiri dan lingkungan.

5.2 Tokoh dalam Teori Belajar Humanistik

Tokoh –tokoh dalam teori belajar humanistik adalah Kolb, Honey dan

Mumford, Habermas dan Carl Rogers.

1. Kolb

Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap, yaitu:

a. Pengalaman Konkret

Pada tahap ini seorang siswa hanya mampu sekedar ikut

mengalami suatu kejadian, ia belum mengerti bagaimana dan mengapa

suatu kejadian harus terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap

awal proses belajar.

Contoh:

Belajar teorema phytagoras, mencari sisi miring suatu segitiga. Siswa

menerima saja rumus phytagoras yang diberikan oleh guru.

b. Pengamatan Aktif

Siswa lambat laun mampu mengadakan pengamatan aktif terhadap

kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahainya.

Pengembangan dari pengalaman konkret disini siswa sudah mulai

mampu observasi , mengamati dan memahami suatu kejadian yang ia

lewati.

Contoh :

Siswa sudah memahami alasan mengapa belajar teorema phytagoras,

yaitu mencari sisi miring segitiga, yang mana dalam pengaplikasian di

kehidupan sehari-hari yaitu, jika siswa berjalan dijalan yang berbentuk

Page 75: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

71

“segitiga” maka siswa akan memilih jalan pada sisi miringnya karena

mereka bisa sampai pada tempat tujuan dengan cepat.

c. Konseptualisasi

Siswa mulai belajar membuat abstraksi atau “teori” tentang hal

yang pernah dialaminya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah

mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dari

berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda tetapi

memiliki landasan aturan yang sama. Siswa mulai membuat teori dan

aturan-aturan umum tentang hal yang sudah ia pelajari.

Contoh:

Rumus phytagoras adalah c2=a2+b2 (sisi miring segitiga), dari rums

ini siswa sudah bisa mengotak-atik rumus tersebut berdasarkan apa

ang ditanya.

d. Eksperimentasi

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan

umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika, misalnya siswa

tidak memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi ia juga mampu

memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang

belum pernah ia temui sebelumnya.

Contoh:

Diberikan soal : Jika ada trapesium yang hanya diketahui panjang sisi-

sisi sejajar dan tinggi trapesium. Untuk mengetahui keliling

trapesuium tersebut, maka siswa harus terlebih dahulu menentukan

sisi-sisi miring trapesium, dan untuk menemukannya siswa

menggunakan rumus phytagoras.

2. Honey dan Mumford

Honey dan Mumford mengolongkan siswa atas empat tipe,yaitu:

a. Siswa tipe aktifis

Page 76: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

ED

C

BA6 cm

L.16 4

C

BP 3

t 2

C

EO 28

72

Mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman

baru,cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog, namun

biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu atau identik dengan sikap

mudah percaya. Mereka menyukai metode yang mampu mendorong

menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming dan problem solving.

Soal matematika yang cocok diberikan pada siswa tipe aktifis yaitu

soal non rutin, seperti dibawah ini:

Tentukan besar luas daerah yang diarsir dibawah ini!

Penyelesaian:

L.∆ DCE=¿16 cm

a . t2

=¿16 cm

4 . t2

=¿16 cm

t 1=8cm

t 1 adalah tinggi ∆ DCE

Gunakan kesebagunan:

Page 77: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

73

COCP

=OEPB

8t 2

=23

t 2=12cm

∴luas ∆ ABC=a . t2

=3.122 = 36 cm2

∴luas daerah yang diarsir=l .∆ ABC−l .CED

¿36−16=20cm2

b. Siswa tipe reflektor

Cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.

Soal matematika yang cocok diberikan pada siswa tipe reflektor yaitu

soal non rutin sama seperti siswa tipe aktifis diatas, hanya saja untuk

pengaplkasian soal yang ditanyakan berbeda, yaitu seperti dibawah ini:

Apakah luas segitiga yang diarsir lebih besar dari pada luas segitiga

yang tidak diarsir, Ya atau Tidak? Jelaskan!

c. Siswa tipe teoris

Biasanya sangat kritis, senang menganalisis dan tidak menyukai

pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Bagi mereka, berpikir

rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka juga sangat

skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.

Soal matematika yang cocok diberikan pada siswa tipe teoris yaitu

menemukan sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung sama. Siswa tipe

teoris dalam penyelesaian soal akan menjelaskan secara detail langkah-

langkah pengerjaan,asal rumus-rumus yang digunakan dan

pengerjaanya bersifat rasional. Siswa tipe ini tidak mudah menerima

saja rumus cepat yang ada,. Dalam soal menemukan sisi-sisi sejajar

pada segitiga terpancung sama. Siswa akan mencarinya menggunkan

rumus kesebanguan segitiga.

Page 78: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

na

b

cm

na

b

cm

74

d. Siswa Tipe Pragmatis

Menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dalam segala

hal. Mereka tidak suka bertele-tele membahas aspek teoritis-filosofis

dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik

jika dipraktekkan.

Soal matematika yang cocok diberikan pada siswa tipe pragmatis

yaitu menemukan sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung sama

seperti dengan siswa yang tipe teoris hanya saja langkah-langkah dlam

penyelesaiannya tidak sama dengan siswa tipe teoris.

Siswa tipe ini suka pada aspek-aspek yang praktis dan tidak

bertele-tele dalam penyelesaian soal, jadi ia langsung menggunkan

rumus cepat yang telah ada yang pada akhirnya menghasilkan hasil

yang sama dengan penyelesaian soal siswa tipe teoris.

Yaitu dengan menggunakan rumus

c=a . m+b . nm+n

3. Habermas

Habermas membagi tiga macam tipe belajar

a. Technical Learning ( Belajar Teknis)

Siswa belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya, mereka

berusaha menguasai dan mengelola alam dengan mempelajari

keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

Page 79: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

75

b. Practical Learning ( Belajar Praktis )

Pada tahap ini siswa berinteraksi dengan orang-orang

disekelilingnya. Pemahaman siswa terrhadap alam tidak berhenti

sebagai sesuatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya

dengan manusia, pemahamannya justru relevan jika berkaitan dengan

kepentingan manusia.

c. Emancipatory Learning ( Belajar Emansipatoris )

Siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik

mungkin tentang perubahan ( transformasi ) kultural dari suatu

lingkungan. Pemahaman ini dianggap sebagai tahap belajar yangpaling

tinggi, karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.

Contoh :

Dalam materi pelajaran matematika yaitu Aritmatika sosial.

a. Technica Learning ( Belajar Teknis)

Pada tahapan ini siswa belajar berinteraksi dengan alam

sekelilingnya.

Misal diambil satu materi pokok ajar dalam materi pelajaran

matematika yaitu Aritmatika sosial.artinya siswa akan belajar

mengenai aritmatika sosial.

b. Practical Learning (Belajar Praktis )

Tahapan selanjutnya, yaitu siswa berinteraksi dengan orang

disekelilingnya.

Arimatika sosial digunakan dalam kehidupan sehari-hari,yaitu

misalnya dalam kegiatan perdagangan, ada harga jual, harga beli,

untung dan rugi. siswa akan mulai menyadari jika ia pernah

mengalami kegiatan aritmatika sosial bersama orang-orang yang ada

disekelilingnya.

c. Emancipatory Learning (Belajar Emansipatoris )

Page 80: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

76

Tahapan terakhir, siswa berusaha mencapai pemahaman dari

materi yang ia pelajari.

Jika mendapat soal atau permasalahan, siswa dapat dan mampu

memecahakan masalah itu sendiri. Contohnya jika siswa mendapatkan

soal seperti diberikut ini:

Ani telah menabung dibank maju jaya selama 6 bulan, ternyata

tabungan ani sekarang sudah sebesar Rp. 2.080.000,-. Berapakan

uang mula-mula yang ditabung ani, jika bunga bank maju jaya

sebesar 8% pertahun?

Rumus awal

Besar bunga=M . t12

. p %

2.080 .000 – M=M . 612

. 8%

2.080 .000 – M=M . 125

25(2.080 .000 – M )=M

52000.000 –25 M=M

52000.000=26 M

M=Rp . 2000.000 ,−¿

Dari permasalahan soal ani diatas, siswa akan mampu

memecahakan masalah. Karena soal yang diberikan sudah tidak

bersifat umum lagi, siswa mulai memikirkan cara untuk mengatasi dan

memecahkan permasalahan itu dengan memindahkan tanda yang ada

dalam rumus utama sesuai apa yang soal minta. Jadi soal diatas cocok

diberikan kepada siswa untuk melihat kemampuan merka pada tahapan

emancipatory learning di tipe belajar humanistik menurut Habermas.

Page 81: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

77

4. Carl Rogers

Carl Rogers mengemukakan bahwa siswa yang belajar hendaknya

tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat

mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggungjawab atas

keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri. Rogers memngemukakan

lima hal dalam proses belajar humanistik.

a. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat ingintahu manusia

yang terus menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses

mancari jawabnya seorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.

Contoh :

Pelajaran matematika aplikasinya dikehidupan sangat banyak sekali,

rata-rata kegiatan sehari-hari kita diiringi dengan pengaplikasian

pelajaran matematika, hal ini yang membuat siswa (manusia) memiliki

hasrat untuk belajar.

b. Belajar Bermakna

Seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-nimbang

apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya, jika tidak

tentu tidak akan dilakukannya.

Jadi dalam belajar bermakna siswa akan mempelajari pelajaran

yang memiliki manfaat untuk dirinya, jika pelajar itu tidak memiliki

manfaat maka tidak akan ia lakukan.

Contoh:

Pada pelajaran aritmatika sosial, siswa merasa pelajaran itu

bermanfaat untuk dirinya apalagi jika siswa itu bercita-cita menjadi

wirausaha yang hebat, pelajaran aritmatika sosial ini sangat bermanfaat

bagi dirinya.

c. Belajar Tanpa Hukuman

Page 82: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

78

Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman mengakibatkan anak

bebas melakukan apasaja, mengadakan eksperimentasi hingga

menemukan sesuatu sendiri sesuatu yang baru.

Maksudnya disini adalah siswa bebas mengeluarkan kreatifitas

yang ada didirinya saat belajar, tanpa dibayangi dengan adanya

hukuman. Karena hukuman adalah sebuah penguatan negatif yang

tidak boleh diberikan kepada siwa karena dapat mengganggu psikis

siswa, siswa hanya akan mendapatkan teguran atu nasihat yang positif

saat melalukan kesalahan. Misalnya pada pelajaran aritmatika sosial,

siswa bebas berkreatifitas alam menyelesaikan permasalahan soal yang

ada, jika ada kesalahan guru mengarahkannya kembali tanpa hukuman.

d. Belajar Dengan Inisiatif Sendiri

Menyiratkan tingginya motivasi internal yang dimiliki. Siswa yang

banyak berinisiatif, mampu mengarakan dirinya sendiri, menentukan

pilihannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang baik

bagi dirinya.

Contoh :

Ketika mendapatkan soal (misal materi aritmatika sosial) dalam

pengerjaannya siswa dapat mengejakannnya dalam berbagai cara

penyelesaian.

e. Belajar dan Perubahan

Dunia terus berubah, karena itu siswa harus belajar untuk dapat

menhadapi kondisi dan situasi yang terus berubah. Dengan demikian

belajar yang hanya sekedar mengingat fakta atau menghapal sesuatu

dipandang tak cukup.

Contoh:

Pada pelajran matematika, bukan hanya satu materi pelajaranyang

harus ia kuasai dan pelajari namun di materi-materi lainnya

juga ,karena materi dalam pelajaran matematika berhubungan satu

sama lain.

Page 83: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

79

BAB 6

TEORI BELAJAR SOSIAL

6.1 Pengertian Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial (juga dikenal sebagai belajar observasional atau belajar

vicarious atau belajar dari model) adalah proses belajar yang muncul sebagai

fungsi dari pengamatan, penguasaan dan dalam kasus proses belajar imitasi,

penilaian perilaku orang lain. Jenis belajar ini banyak diasosiasikan dengan

penelitian Albert Bandura, yang membuat teori belajar social. Di dalamnya ada

proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui

pengamatan terhadap orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya

hubungan belajar social dengan belajar melalui pengkondisian klasik dan operant.

Albert Bandura mengemukakan bahwa teori pembelajaran sosial membahas

tentang (1) Bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat

(reinforcement) dan observational learning, (2) Cara pandang dan cara pikir yang

kita miliki terhadap informasi, (3) Begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku

kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan

observational opportunity.

6.2 Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)

Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar dari pengamatan secara

selektif dan melihat serta meniru tingkah laku orang lain. Arends (1997)

mengutip pendapat Bandura yang menyatakan bahwa belajar akan sangat

menghabiskan waktu dan tenaga bahkan akan menjadi berbahaya jika manusia

harus tergantung sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri. Untungnya

sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui pengamatan perilaku

orang lain yang menjadi model atau orang yang di tiru. Seseorang membentuk

pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru dan pada kesempatan

berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi sebagai suatu

pemadu untuk bertindak. Melalui belajar dari contoh atau model sebelum

melakukan kegiatan atau tingkh laku tertentu, maka seseorang dapat terhindar

Page 84: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

80

dari melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Teori belajar social ini

banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan dan aplikasi model

pengajaran langsung (direct instruction).

Bandura dan Rosenthal menyatakan bahwa seseorang yang menjadi model

harus memiliki kelebihan dan daya tarik, paling tidak menurut yang meniru atau

menjadikannya model. Secara umum, model-model yang bermartabat tinggi,

berkeweangan dan mempunyai kekuasaan, lebih efektif dari model yang kurang

bermartabat dimata peserta didik atau si pemodel dalam membangkitkan tingkah

laku imitative (Gredler,1994).

Konsep-konsep teori belajar social menurut bandura adalah sebagai berikut :

1. Pemodelan (Modeling)

Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut Skinner hanya

memberi penekanan pada efek-efek konsekuensi pada prilaku, dan tidak

mengindahkan fenomena pemodelan yaitu meniru perilaku orang lain dan

pengalaman yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain.

Bandura merasa bahwa sebagian besar aktivitas belajar yang dialami oleh

manusia tidak dibentuk dari kosekuensi-kosekuensi melainkan manusia itu

belajar dari suatu model. Seorang guru Matematika mendemonstrasikan

cara menggambar segitiga, kemudian para siswa menirunya. Bandura

menyebut ini “no-trial learning” sebab para siswa tidak harus melalui

proses pembentukan tetapi dapat segera menghasilkan respon yang benar.

2. Fase Belajar

Menurut Bandura (1977) ada 4 fase belajar dari model yaitu :

a. Fase Perhatian

Fase pertama dalam belajar observasional ialah memberikan

perhatian pada suatu model. Pada umumnya, para siswa memberikan

perhatian pada model-model yag menarik, berhasil, menimbulkan

minat, dan popular. Inilah sebabnya mengapa banyak siswa meniru

pakaian, tata rambut, dan sikap-sikap para bintang film, misalnya.

Dalam kelas, guru akan memperoleh perhatian dari para siswa jika

guru menyajikan isyarat-isyarat yang jelas dan menarik. Perhatian

Page 85: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

81

siswa juga akan diperoleh dengan menggunakan hal-hal yang baru,

aneh, atau tak terduga dan dengan memotivasi para siswa agar

menarik perhatian.

b. Fase Retensi

Fase Retensi (Retention Phase). Fase ini bertanggungjawab atas

pengkodean tingkahlaku model dan menyimpan kode-kode itu di

dalam ingatan (memori jagka panjang). Pengkodean (encoding) adalah

proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori.

(Gretler, 1994). Arti penting dari fase in adalah bahwa si pengamat

tidak akan memperoleh manfaat dari tingkahlaku yang dikode dan di

simpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu yang lain.

Suatu proses retensi yang paling penting adalah pengulangan.

Pengulangan secara mental (pengulangan tertutup), apabia individu

membayangkan dirinya sendiri sedang melakukan tingkah laku model.

Pengulangan secara motorik (pengulangan terbuka) yaitu dengan cara

individu melakukan tindakan yang kasat mata proses pengulangan

sangat berguna sebagai alat bantu memori. Tentu saja proses retensi

ini dipengaruhi perkembangan kognitif si pengamat.

Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, gurur dapat

menyediakan waktu pelatihan yang memungkinkan siswa mengulang

keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara

mental. Sebagai contoh, siswa dapat memvisualisasikan sendiri tahap-

tahap yang telah di demonstrasikan dalam menggunakan neraca

lengan (ohauss), sebelum benar-benar melakukannya sendiri.

c. Fase Reproduksi

Dalam fase ini, bayangan atau kode-kode simbolik verbal dalam

memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari perilaku yang

baru diperoleh. Telah ditemukan bahwa derajat ketelitian yang

tertinggi dalam belajar observasional terjadi bila tindakan mengikuti

pengulangan secara mental.

Page 86: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

82

Fase reproduksi mengizinkan model atau instruktur untuk melihat

apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh

yang belajar. Adakalanya sebagian dari suatu urutan perilaku yang

diberi kode yang benar dan dimiliki. Misalnya, seorang guru mungkin

menemukan bahwa setelah memodelkan prosedur-prosedur untuk

memecahkan persamaan kuadrat, beberapa siswa hanya dapat

memecahkan sebagian dari persamaan itu. Mereka mungkin

membutuhkan pertolongan dalam menguasai seluruh urutan untuk

memecahkan persamaan kuadrat itu. Kekurangan penampilan hanya

dapat diketahui bila siswa-siswa diminta untuk menampilkan. Itulah

sebabnya fase reproduksi diperlukan.

d. Fase Motivasi

Fase terakhir dalam proses belajar observasional ialah fase

motivasi. Para siswa akan meniru suatu model sebab mereka merasa

bahwa dengan berbuat demikian, mereka akan meningkatkan

kemungkinan untuk memperoleh reinforcement.

Dalam kelas, fase motivasi belajar observasional kerap kali

terdiri atas pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model guru.

Para siswa memperhatikan model itu, melakukan latihan, dan

menampilkannya sebab mereka mengetahui bahwa inilah yang disukai

guru dan menyenangkan guru.

3. Belajar Vicariousui

Telah kita ketahui bahwa sebagian besar belajar observasional

termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan menuju

pada reinforcement. Akan tetapi, ada orang yang belajar dengan melihat

orang yang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam

perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicalious”.

Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious. Bila

seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak

yang bekerja dengan baik dan memuji mereka karena pekerjaan mereka

Page 87: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

83

yang baik itu. Anak yang nakal itu mlihat bahwa bekerja memperoleh

reinforcement sehingga iapun kembali bekerja.

4. Pengaturan Sendiri

Fase pengaturan sendiri konsep penting lainya dalam belajar

observasional ialah pengaturan sendiri. Bandura berhipotesis bahwa

manusia mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku itu

terhadap criteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberi

reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri. Kita semua mengetahui

bila kita berbuat kurang dari pada yang sebenarnya. Untuk dapat mmbuat

pertimbangan-pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang

penampilan kita sendiri. Seorang siswa mungkin sudah merasa senang

sekali memperoleh 90% betul dalam suatu tes, tetapi anak yang lain

mungkin masih kecewa.

Page 88: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

84

BAB 7

MOTIVASI BELAJAR

7.1. Pengertian Motivasi

Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terjadi pada diri

seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu

guna mencapai tujuan. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental berupa

keinginan, kemauan, atau cita-cita yang menjadi penggerak belajar dan

berasal dari berbagai sumber. Motivasi siswa yang rendah menjadi lebih

baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar dan motivasi

belajar siswa dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Maka

dari itu peran guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat

berarti. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar.

Ada 3 komponen utama dalam motivasi yaitu:

1. Kebutuhan, terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara

apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.

2. Dorongan, merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka memenuhi harapan.

3. Tujuan, adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.

7.2. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja.

Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain.

Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan

masyarakat dan kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh setiap siswa.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru.

Bagi siswa pentingnya belajar yaitu (1)Menyadarkan kedudukan

pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; contohnya setelah seseorang

siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya

Page 89: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

85

sekelas yang juga membaca bab tersebut ia kurang berhasil menangkap isi,

maka ia terdorong membaca lagi. (2) Menginformasikan tentang kekuatan

usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebayanya; sebagai

ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka

ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. (3)

Mengharapkan kegiatan belajar; sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa

dirinya blum belajar secara serius terbukti banyak bersenda gurau

misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya. (4) Membesarkan

semangat belajar; sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar

dan masih ada adik yang sibiayai orang tua maka ia berusaha cepat lulus.

(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa

sehingga dapat berhasil; sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan

belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan

teman sebaya. Apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan.

Kelima hal tersebut menunjukan betapa pentingnya motivasi tersebut

disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadarkan oleh pelaku

maka suatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan

dengan baik

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru.

Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa

bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagi berikut: (1) Membangkitkan,

meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai

berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila

semangat belajar nya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya

telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini hadiah, pujian,

dorongan, atau pemicu semangat dapat diguakan untuk mengorbankan

semangat belajar. (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di

kelas beragam macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan

perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar.

Di antara yang bersemangat belajar, ada yang berhasil dan ada yang tidak

berhasil. Dengan bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru

Page 90: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

86

dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar. (30

Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara

bermacam-macam peran sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman

diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis

tersebut sudah barang tentu sesuai dengan pelaku siswa. (4) Memberi

peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah

membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya

justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat

belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi

bersemangat belajar.

7.3. Jenis Motivasi

Ada 2 jenis motivasi, yaitu:

a) Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.

Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau

jasmani manusia.

b) Motivasi sekunder adalah , motivasi yang dipelajari dan dipengaruhi oleh

faktor biologis dan social.

7.4. Sifat Motivasi

Motivasi seseorang dapat bersumber dari:

1. Dalam diri sendiri / motivasi internal, yang dikarenakan orang

tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasinya, seorang siswa

membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang

tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong

terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut

menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami

tokoh lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan

kegiatan baru untuk membaca buku yang lain.

2. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang

yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu

karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari

Page 91: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

87

hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum

mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula, ia hanya ikut-ikutan

belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat

penjelasan wali kelas satu SMP, siswa memahami faedah belajar di

SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat.

Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP

dengan NEM yang baik. Ia meyadari petingnya belajar dan ia

melanjutkan ke jenjang pedidikan selanjutnya. Dan setelah lulus dari

SMA ia di terima di AKABRI. Dari contoh tersebut motivasi

ekstrinsik membuat siswa yang belajar ikut-ikutan menjadi belajar

dengan penuh semangat. Siswa belajar dengan tujuannya sendiri,

berkat informasi guru.

7.5. Motivasi Dalam Belajar

Bagan 3.1: Motivasi belajar dalam kerangka rekayasa pedagogis guru dan

emansipasinkemandirian siswa sepanjang hayat.

Page 92: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

88

Siswa yang lain baru memiliki keinginan memperoleh pengamalan

keterampilan, dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini

memiliki motivasi ekstrinsik. (3) Dalam proses belajar mengajar, guru

melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah , memuji, menegur,

menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut berarti

menguatkan motivasi instrinsik; Tindakan guru tersebut juga berarti

mendorong siswa belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Siswa

tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau menghindari

hukuman. Dalam hal ini siswa “menghayati” motivasi instrinsik atau

motivasi ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar. Sesuai

dengan tugas perkembangan, maka siswa dapat bangkit untuk

beremansipasi menjadi mandiri. Emansipaso kemandirian tersebut

berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam

memenuhi kebutuhan pribadi. (4) Dengan belajar yang bermotivasi, siswa

memperoleh hasil belajar. Hasil belajar dapat dikategorikan sebagai hasil

sementara, bagian, tak lengkap, atau yang lengkap. Dari segi rekayasa,

maka hasil belajar tersebut dibedakan menjadi (5) Dampak pengajaran dan

dampak pengiring. (5) Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang

segara dapat diukur, yang terwujud dalam nilai rapot, nilai EBTANAS,

nilai ijazah, atau transkip IP. Sebagaian besar rekayasa pedagogis guru

terwujud sampai pada dampak pengajaran. (6) Dampak pengiring adalah

unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil

belajar di sekolah. Munculnya dampak pengiring bila lulusan sekolah

menghadapi masalah. Dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa

sendiri. Dari segi tugas perkembangan jiwa, maka dampak pengiring

merupakan untuk kerja tugas perkembangan untuk mencapai aktualisasi

diri secara penuh. Dampak pengiring merupakan sarana untuk melakukan

emansipasi kemandirian bagi siswa. (7) Setelah siswa lulus sekolah,

sekurang-kurangnya selesai wajib belajar sembilan tahun, maka

diharapkan mengembangkan diri lebih lanjut. Lulusan sekolah dapat

membuat program belajar sepanjang hayat, lewat jalur sekolah atau luar

sekolah. (8) Dengan memprogram belajar sendiri secara bersinambungan,

Page 93: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

89

maka ia memperoleh hasil belajar atas tanggung jawab sendiri. Ditinjau

dari segi siswa sebagai siswa, maka emansipasi kemandirian berupa

rangkaian program belajar sepanjang hayat. Program belajar di luar

rekayasa pedagogis guru adalah suatu rangkaian dampak pengiring berupa

program dan hasil belaju ar sepanjang hayat. Dalam hal ini sang siswa

telah mampu memperkuat motivasi belajarnya sendiri karena kebutuhan

aktualisasi diri.

7.6. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada

dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan

persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar maka guru menguatkan

motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi

kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya

hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami

perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan

kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak muda

membaca majalah. Contohnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra

untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata dari simbol pada

huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca.

a. Cita-Cita atau Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti

keinginan belajar berjalan, makan-makanan yang lezat, berebut

permainan, dapat membaca, dapat bernyanyi, dan lain-lain.

Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan

bergiat, bahkan di kemudian hari, menimbulkan cita-cita dalam

kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembanga akal,

moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita

juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

Page 94: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

90

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan

kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf.

Kesukaran mengucapkan huruf r” yang benar. Latihan berulang kali

menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r”. Atau

kemampuan mengucapkan huruf-huruf lain. Maka keinginan anak

untuk membaca akan terpenuhi. Keberhasilan untuk membaca satu

buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Dan akan

menimbulkan kegemaran membaca pada anak yang semula sukar

mengucapkan huruf “r” yang benar. Maka dari itu kemampuan akan

memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas

perkembangan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi yang di maksud adalah kondisi jasmani dan kondisi rohani

mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit,

lapar, atau marah-marah akan menggangu perhatian belajar, enggan

belajar, dan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.

Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan

pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku

pelajaran agar ia dapat memperoleh nilai rapor baik. Seperti sebelum

sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa sangat

berpengaruh pada motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai

anggota siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena

itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban

pergaulan perlu di pertimbangkan mutunya. Dengan lingkungan yang

aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi belajar

mudah diperkuat.

Page 95: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

91

e. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran

yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman

dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku

belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan

tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan

budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan

film semakin menjangkau siswa.

f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Guru adalah seseorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari

dengan puluhan dan ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulannya

sekitar lima jam sehari.

7.7. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Demikian halnya

dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran.

Membaca dengan motivasi “mencari sesuatu” lebih berarti bila

dibandingkan dengan membaca “tanpa mencari sesuatu”. Guru di sekolah

menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar.

Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.

7.7.1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar

Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak

usia 6 tahun, siswa masuk sekolah selama lima-enam jam sehari.

Sekurang-kurangnya siswa mengalami belajar di sekolah selama 6

tahun. Dari segi perkembangannya, ada siswa yang hanya ikut-

ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan

tugas-tugas sekolahnya, kemudian mereka baru mulai mengenangi

belajar.

Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar.

Guru profesional tertarik perhatiannya pada membelajarkan siswa.

7.7.2. Optimalkan Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran

Page 96: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

92

Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya.

Perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi, dan kemauan yang

lain tertuju pada belajar. Ketidaksejajaran tersebut disebabkan oleh

kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energi

jiwa.

7.7.3. Optimalkan Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa

Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak

beljar setiap hari. Perilaku belajar setiap hari bertolak dari jadwal

pelajaran sekolah. Untuk menghadapi hari pertama masuk sekolah

guru telah membuat rancangan pengajaran. Sedangkan siswa telah

terbiasa dengan membuat buku pelajaran. Siswa telah mengalami

belajar yang berhasil atau belajar yang gagal sebelumnya. Maka

dari itu rancangan pembelajaran satu tahun ajaran selalu

diharapkan oleh seluruh siswa.

7.7.4. Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar

Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga

masyarakan di Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik

telah dimiliki oleh warga masyarakat. Belajar telah dijadikan alat

hidup. Wajib belajar selama 9 tahun merupakan kebutuhan hidup.

Oleh karna itu warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya

memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.

Page 97: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

93

BAB 8

KESULITAN BELAJAR

8.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk

mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan.

Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki

perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar

belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat

mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada

umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata,

sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang

itu terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-

rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang

memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan

intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan

atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses

persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian,

penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam

Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian

kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional

yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning

disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional

Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty)

yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga

dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar

juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal)

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja

akademik yang sesuai dengan harapan.

Page 98: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

94

8.2 Faktor-Faktor Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari

menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan

belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku

(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,

mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat

dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan

belajar terdiri atas dua macam :

A. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari

dalam siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau

ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi

dan sikap.

3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

Adapun faktor-faktor internnya adalah sebagai berikut:

1) Fisiologi

Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang

sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga

proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna.

Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi

penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang

dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang

pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh

yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

Page 99: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

95

2) Psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai

perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa

belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain

itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang

dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius

(lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat.

Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu

mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.

Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60

tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk

itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki

anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi

penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi,

kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

B. Faktor Ektern Siswa

Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari

luar diri siswa. Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Dari

lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara

ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group)

yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk

seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas

rendah.

Page 100: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

96

Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:

1) Sosial

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di

rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya

akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau

anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan

orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan

terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan

belajar anak.

2) Non-Sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah

kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang menaruh

perhatian terhadap masalah kesulitan belajar, ditemukan sejumlah faktor

penyebabnya, diantaranya:

a. Keturunan

Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan

menemukan rata-rata anggota tersebut mengalami kesulitan dalam

membaca, menulis dan mengija, setelah diteliti secara lebih mendalam,

ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.

b. Otak

Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar

mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi

perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa

terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami kelambanan

atau kesulitan belajar dengan anak yan ab-normal. Hanya saja anak yang

lamban atau kesulitan belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada

otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak

sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan ini.

Page 101: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

97

c. Pemikiran

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan

dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya

adalah mereka tidak dapat mengorganisasikan cara berpikir secara baik

dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih

berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.

d. Gizi

Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan

binatang, ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan belajar

dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi salah satu

penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.

e. Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang

dapat nengganggu perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam

keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Meskipun faktor ini

dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satu-satunya faktor

penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut

dapat mengganggu ingatan dan daya konsentrasi anak.

f. Biokimia

Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan

belajar masih menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh

Adelman dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan

bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi

hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam

Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang sebaliknya. Penemuan

kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa dan

pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan

menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet salisilat

Page 102: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

98

dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan

belajar.

8.3 Jenis Kesulitan Belajar

Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam,

yaitu sebagai berikut:

Dilihat dari jenis kesulitan belajar: ada yang berat ada yang sedang. Dilihat

dari bidang studi yang dipelajari: ada yang sebagian bidang studi yang

dipelajari, dan ada yang keseluruhan bidang studi. Dilihat dari sifat

kesulitannya: ada yang sifatnya permanen / menetap, dan ada yang sifatnya

hanya sementara. Dilihat dari segi factor penyebabnya: ada yang Karena factor

intelligensi, dan ada yang karena factor bukan intelligensi. Dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa

yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya

secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak

sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan

tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis,

maupun fisiologis. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,

diantaranya :

a) Learning Disorder

Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses

belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.

Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak

dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya

respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya

lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah

terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,

mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut

gerakan lemah-gemulai.

Page 103: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

99

JENIS-JENIS LEARNING DISORDER  

1.       Disleksia (Dyslexia): adalah gangguan belajar yang mempengaruhi

membaca dan / atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di

mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis.

Ciri - ciri penderita disleksia itu, dia sulit membedakan huruf

alpabet,terutama yang betuknya mirip-mirip (b,d,q,p), tidak bisa mengeja

kata dengan benar, sering salah membaca teks dan kadang tidak paham arti

teks itu, bingung membedakan kata yang bunyi dan tulisannya mirip seperti

'hati' dan 'pati'

2. Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi

kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami

kesulitan memecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep

dasar aritmatika.

Ciri-cirinya, bingung membedakan simbol + - x :, sering salah dalam

menghitung matematika sehari-hari, tidak bisa mengerti semua yang

berhubungan dengan perhitungan, dan juga sulit membedakan antara kg, liter,

jam, menit, detik, tahun abad, dan lain lain.

3. Disgrafia (Dysgraphia): adalah ketidakmampuan dalam menulis, terlepas

dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang

dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal

ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus.

Ciri-ciri penderita dysgraphia ini antaralain sulit menuliskan sebuah kata

dengan benar. kadang hurufnya kebalik atau ejaannya salah. Kalimat yang

ditulis penderita biasanya salah tempat, misalnya mau nulis "Isca cantik" jadi

"cantik isca" eh abaikan deh yang barusan

4. Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual

processing disorders): adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan

sensorik. Meskipun  anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau

mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang

Page 104: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

100

mereka lihat dan dengar. Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam

pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya). 

5. Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) :

adalah gangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan

keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam

memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan

masalah sosial.

6. Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) :

adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan

penggunaan.

7.        ADHD/ADD,  Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ Attention

Deficit Disorder. ini adalah jenis gangguan dimana penderitanya sulit untuk

fokus karena bersikap hiperaktif.  Ciri ciri penderita ADHD/ADD ini yaitu,

perhatiannya mudah teralih, gampang bosan ngerjain soal yang monoton,

sering gak ngedengerin orang ngomong, ngga betah berdiam diri atau duduk

lama-lama.

CIRI-CIRI LEARNING DISORDER

1)      Daya ingat (relatif) kurang baik;

2)     Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan

kemampuan daya ingat;

3)     Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan

tertentu dengan tuntas

4)      Impulsif (bertindak sebelum berpikir);

5)      Sulit konsentrasi atau pehatiannya mudah teralih;

6)      Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah ;

7)     Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah

tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya ;

8)      Menolak bersekolah;

9)      Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu ;

Page 105: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

101

10)  Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen ;

11)  Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu

GEJALA LEARNING DISORDER

Gejala pada balita:

o Lambat bicara dan perkembangan kosakata yang sedikit dibandingkan

dengan anak seumurannya.

o Masalah dengan pengucapan

o Kesulitan belajar alfabet, angka, bentuk, dan warna

o Kesulitan mengikuti petunjuk

o Kesulitan kemampuan motorik

o Mudah terganggu

o Masalah dengan interaksi social

Gejala pada anak yang lebih dewasa :

o Lambat untuk mempelajari suara-suara asosiasi

o Konstan membaca, menulis, atau kesalahan ejaan

o Kesulitan dalam tanda aritmatika matematika dan bingung (Seperti tanda

X dan +)

o Lambat untuk belajar keterampilan baru

o Tidak menyadari akan bahaya (resiko)

o Miskin konsentrasi

o Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman sebaya nya

untuk pelajaran sekolah atau pekerjaan rumah

o Terbalik atau susah untuk memahami huruf seperti p dengan q dan b

dengan d

o Menghindari membaca dengan suara keras

o Tulisan tangan yang jelek

o Kesulitan untuk berteman

o Nilai akademik jelek

Page 106: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

102

Gejala yang ditampilkan pada remaja dan dewasa :

o Menghindari membaca dan menulis tugas

o Salah membaca sesuatu

o Salah mengeja

o Bekerja secara perlahan

o Bermasalah dengan konsep-konsep abstrak

o Masalah pada ingatan

FAKTOR PENYEBAB LEARNING DISORDER

1. Genetik : Gangguan belajar cenderung ada pada keluarga

2. Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa gangguan belajar mungkin disebabkan oleh gangguan

pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran. Lahir berat badan

rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi obat atau alkohol, ibu

merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, kekurangan gizi, serta

minimnya perawatan pra kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera

kepala cenderung untuk mempunyai gangguan belajar.

3. Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan

penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan anak-anak

sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa racun yang sering kita

dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan tertentu, pengawet, asap rokok,

merkuri, dan timah. Gizi buruk pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk

penyebab gangguan belajar di kemudian hari.

PENANGANAN LEARNING DISORDER

            Setiap anak adalah unik, jadi penanganan sering bervariasi tergantung

pada jenis gangguan dan keparahan gejala. Diskusikan dengan Okupasi

Terapis  dan guru untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Kebanyakan

penanganan gangguan belajar melibatkan intervensi pendidikan dan pelatihan

keterampilan perilaku. Sebuah program pengajaran dapat dirancang untuk

membantu anak mempelajari strategi baru dalam mata pelajaran.

Seperti yang telah disebutkan diatas, jika anda menduga anak anda

mengalami gangguan belajar, semakin cepat tertangani, maka semakin cepat

Page 107: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

103

baik pula kondisi anak anda untuk menjalani aktivitas akademik yang normal

dan sukses.

            Anak-anak dan orang dewasa mungkin mempunyai kesulitan belajar.

Okupasi Terapis biasanya bekerja dengan anak-anak dan orang dewasa yang

mempunyai masalah pada motorik mendasar yang memberikan kontribusi

untuk menyebabkan kesulitan akademis mereka. Mereka juga dapat  bekerja

dengan anak-anak yang mempunyai masalah learning disorder yang juga

mengalami kesulitan untuk mengatur diri mereka sendiri atau menyelesaikan

tugas sehari-hari. Jika Anda menduga bahwa anak Anda memiliki kesulitan

koordinasi atau organisasi, bawalah mereka ke seorang Okupasi

Terapis. Okupasi Terapis berperan unik dalam pekerjaannya dengan orang

yang mempunyai gangguan/kesulitan belajar. Mereka berkemampuan untuk

bekerja secara holistik, praktis, dan kreatif.

b) Learning Disfunction

Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan

siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak

menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau

gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur

tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun

karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat

menguasai dengan baik.

    Ciri-ciriCiri-ciri tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari

Learning disfunction, antara lain:

1.      Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan.

2.      Lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan

perkembangan (development).

3.      Menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala

emosional yang kurang wajar dalam proses belajar.

Page 108: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

104

4.      Tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan

(kepandaian) dengan hasil perfect yang mestinya dicapai.

c) Underachiever

Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat

potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya

tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan

menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140),

namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau rendah.

Ciri-ciri :

1. Banyak mengalami kekecewaan dan mampu mengontrol diri terhadap

kecemasannya.

2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang percaya pada diri sendiri.

3. Kurang mampu mengikuti otoritas.

4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial.

5. Kegiatannya kurang berorientasi pada akademik dan sosial.

6. Kebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan.

7. Sikap negatif terhadap sekolah

8. Kurang berminat dalam membaca dan berhitung.

9. Kurang mampu menggunakan waktu luang.

10. Menunjukkan gejala-gejala psikotik dan neorotik

Faktor Penyebab :

1. Rendahnya dukungan orangtua

2. Kebiasaan belajar yang jelek

3. Lingkungan Belajar yang tidak kondusif

d) Slow Learner

Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses

belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan

sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Cirri-ciri :

Page 109: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

105

1. Perhatian dan konsentrasi singkat.

2. Reaksinya lambat.

3. Kemampuannya terbatas untuk megerjakan hal-hal yang abstrak dan

menyimpulkan.

4. Kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang relevan.

5. Kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-

kata.

6. Gagal mengenal unsur dalam situasi baru.

7. Belajar lambat dan mudah lupa.

8. Berpandangan sempit.

9. Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan berfikir kritis

Penyebab :

a. Masa sebelum dilahirkan (masa pranatal)

1. Penyakit kelamin, cacar, campak, dan sejenisnya.

2. Obat-obatan yang dimakan ibu waktu hamil muda.

3. Kelainan pada kelenjar gondok, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang

wajar.

4. Sinar rongen dan radiasi yang berlebihan.

5. Letak bayi dalam perut sang ibu yang tidak normal.

5. Sang ibu menderita keracunan pada waktu hamil

6. Kecelakaan yang menimpa kandungan sang ibu .

7. Kehidupan batin ibu yang tidak stabil selama mengandung.

b. Masa kelahiran (masa natal)

1. Mengalami proses kelahiran yang terlalu lama

2. Pendarahan pada otak karena sulitnya proses kelahiran sehingga dibantu

dengan alat.

3. Kelahiran bayi sebelum cukup umur

4. Tidak segera menangis setelah lahir yang mengakibatkan terlambatnya

bayi untuk memulai bernafas secara efektif.

c. Masa setelah dilahirkan(masapostnatal)

1. Akibat dari kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak,

Page 110: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

106

2. Penyakit yang akut, sehingga mengakibatkan pendarahan di otak

(encipalitis) atau peradangan pada selaput otak (meningitis)

3. Menderita penyakit avitaminosis yaitu kekurangan vitamin-vitamin yang

sangat diperlukan dan berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

e) Learning Diasbilities

Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala

dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil

belajar di bawah potensi intelektualnya.

Faktor-faktor Penyebab : 

1. Faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otaklah

pemicunya, tapi hal itu tidaklah terlalu penting karena pada dasarnya

disleksia tidak disebabkan pola asuh yang salah.

2. Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca, ketidak mampuan dalam

belajar disebabkan karena terdapat gangguan di area otaknya. Pesan yang

terkirim masuk ke otak tampaknya berubah menjadi tidak beraturan dan

kacau.

8.4 Karakteristik Kesulitan Belajar

Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang

ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan

sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.

a) Sejarah kegagalan akademik berulang kali

Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.

Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.

b) Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar

Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau

pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh

di luar jangkauan kesulitan fisik awal.

c) Kelainan motivasional

Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya

reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan

Page 111: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

107

mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan

motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.

d) Kecemasan yang samar-samar/kecemasan yang mengambang

Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal

dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.

Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti

dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam

keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau

tidak memperhatikan.

e) Perilaku berubah-ubah/tidak konsisten dan tidak terduga

Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan.

Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain.

Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap

pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih

merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri

f) Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap

Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak

berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap

seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku

akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan

mental.

g) Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai

Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman

belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak

terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara

kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang

didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .

8.5 Ciri-Ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya

a) Gangguan Persepsi Visual

Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga

seringkali terbalik dalam menuliskannya kembali.

Page 112: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

108

Sering tertinggal huruf dalam menulis.

Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya: ibu ditulis ubi.

Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.

Bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang.

Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan,

kaki dan lain-lain).

b) Gangguan Persepsi Auditori

Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa yang

didengarnya.

Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.

Bingung/kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru (sulit

menyaring) sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara mencoba

memahami apa yang sedang didengar, sudah datang suara (masalah) lain.

c) Gangguan Belajar Bahasa

Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya.

Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan.

d) Gangguan Perseptual-Motorik

Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dsb).

Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan

canggung dan kaku dalam gerakannya.

e) Hiperaktivitas

Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu bergerak (tak bisa diam).

Berpindah-pindah dan satu tugas ke tugas lain tanpa menyelesaikannya.

f) Kacau (distractability)

Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting.

Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan- urutan dalam proses

pemikiran.

Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan

Meski begitu ada hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak

mengatasi kesulitan belajarnya seperti :

Page 113: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

109

a) Memarahi, menghukum atau mempermalukannya.

b) Memberi cap atau sebutan negatif.

c) Memperbanyak latihan dan les.

d) Mengiming-imingi hadiah.

Tapi orang tua tidak perlu khawatir karena kesulitan belajar bisa ditangani, berikut

yang harus orang tua lakukan :

a) Menerima keadaan yang ada, dalam hal ini bukan berdiam diri, bukan

menyangkali, berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan serta

berhenti menangisi diri sendiri.

b) Melakukan pemeriksaan baik secara psikologis, motorik, neurologis, mata,

THT, dan alergi.

c) Berkomitmen 100% untuk menjalani program terapi serta mengubah pola

piker dan pola asuh.

d) Menyeimbangkan antara kasih sayang dan disiplin.

e) Memberikan pujian.

f) Menghindari label negatif.

Sementara itu guru juga bisa berperan dengan memberikan suasana belajar yang

menyenangkan seperti menggunakan visual, auditori atau praktek, menggunakan

minat anak dalam memberikan contoh, memberikan target yang jelas,

memberikan pernyataan positif serta menjadi inspirasi.

8.6 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Berdasarkan gejala yang teramati dan faktor penyebab kesulitan belajar,

maka upaya dilakukan guru antara lain :

a) Tempat Duduk Siswa

Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya

mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat

tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua

informasi belajar yang diucapkan oleh guru.

b) Gangguan Kesehatan

Page 114: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

110

Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah

dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan

keluarga lainnya.

c) Program Remidial

Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal,

perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program

remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah

mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-

tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.

d) Bantuan Media dan Alat Peraga

Pengguanaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup

membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Boleh

jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak

sehingga sulit dipahami siswa.

e) Suasana Belajar Menyenangkan

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana belajar

kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan

membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima matri pelajaran.

f) Motivasi Orang Tua di Rumah

Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian orang tua

dan anggota keluarganya. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan

motivasi ekstrinsik dan intrinsic agar anak mampu memperoleh hasil belajar

yang memuaskan. Selain itu juga orang tua perlu memperhatikan kesehatan

tubuh anak dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi disertai

dengan suplemen pembangun tubuh yang cukup.

Page 115: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

111

BAB 9

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS SUMBER BELAJAR

9.1 Pengertian sumber belajar

Berdasarkan Permendikbud No.58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum

2013 SMP/MTS Lampiran III, Sumber belajar (learning resourches) adalah

segala sumber sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan

peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, dalam

proses belajar mengajar. Penggunaan sumber belajar dalam proses belajar

mengajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian

komptensi yang diharapkan

Pengertian sumber belajar menurut para ahli :

AECT (Association of Education and Communication Technology) (1977)

Mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik

yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh siswa dalam

belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah

siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Menurut Yusufhadi Miarso

Segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan,

alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan

dapat memungkinkan terjadinya belajar.

Edgar Dale 

Mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.

Sudjana (Suratno, 2008)

Menuliskan bahwa pengertian sumber belajar bisa diartikan secara

sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-

bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa

dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik  secara

langsung maupun tidak langsung.

Page 116: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

112

Ahmad Sudrajat 

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,

orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai

kompetensi tertentu.

9.2 Fungsi sumber belajar

Fungsi sumber belajar adalah sebagai berikut

1. Memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung

Sumber belajar dapat memberikan pengalaman yang lebih baik karena

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengobservasi dan

berinteraksi secara langsung. Sebagai contoh saat membelajarkan

statistika, maka peserta didik diberikan tugas untuk menayakan tinggi

badan peserta didik.

2. Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan panca indera

Ada kalanya guru perlu menjelaskan sesuatu yang tidak mungkin

dihadirkan secara langsung kepada peserta didik. Diambil contoh dalam

aritmetika, maka secara konkret peserta didik dapat mengamatinya di

pasar. Pada kenyataannya, tidak semua sekolah memungkinkan guru

mengajak peserta didiknya ke pasar untuk mengamati proses terjadinya

jual beli di pasar. Saat guru tidak mungkin mengajak peserta didik

langsung mengamati proses terjadinya jual beli di pasar, maka guru dapat

membawa berbagai benda untuk membawa suasana jual beli seperti yang

terjadi di pasar ke dalam kelas. Guru dapat mengarahkan peserta didiknya

untuk bermain peran di dalam kelas sehingga pada akhirnya peserta didik

dapat menemukan berbagai konsep yang berkaitan dengan jual beli

tersebut.

Page 117: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

113

3. Menyediakan informasi yang akurat dan terbaru

Banyak sumber belajar yang dapat menyediakan informasi terbaru dan

dapat dipercaya seperti surat kabar, majalah atau jurnal ilmiah. Dewasa ini

telah banyak situs internet yang menyediakan sumber-sumber informasi

yang akuntabel. Informasi ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai problem

solving yang menarik yang disesuaikan dengan materi terkait. Misalnya

berkaitan dengan wabah penyakit demam berdarah di Indonesia tahun

2012, maka guru dapat meminta peserta didik untuk menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan diagram penyajian data, ukuran pemusatan

data (mean, median, modus) dan estimasi.

4. Memotivasi belajar peserta didik

Sumber belajar yang menarik dapat meningkatkan minat dan motivasi

belajar pada peserta didik. Beragam sumber belajar yang digunakan oleh

guru dapat mengatasi kejenuhan belajar pada peserta didik.

5. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik

Beragam kemampuan yang digunakan oleh peserta didik pada saat

berinteraksi dengan sumber belajar seperti mengobservasi, bertanya,

mengklarifikasi informasi, membuat hubungan, menyimpulkan, dan lain-

lain dapat melatih kemampuan berpikir peserta didik. Sumber belajar

memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih banyak dari pada hanya

sekedar mendengarkan. Diambil contoh dalam pembelajaran aljabar,

peserta didik mengobservasi ruang kelas untuk mengitung berapa luasnya,

dan memperkirakan berapa besar biaya untuk membeli cat. Peserta didik

perlu mengobservasi ke toko bangunan berapa harga cat perkaleng dan

satu kaleng bisa untuk mengecat berapa luas.

Page 118: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

114

9.3 Jenis-jenis Sumber Belajar

Jenis sumber belajar menurut segi perancangannya ada dua yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design),

yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan

pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan

pembelajaran. Contohnya adalah: buku pelajaran, modul, program audio

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization),

yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan

pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli,

pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film,

sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi

Jenis-jenis sumber belajar menurut AECT:

Menurut AECT sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis , yaitu:

1. Pesan (massage), yaitu informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh

komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.

Contoh: isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan

formal,dan non formal maupun dalam pendidikan informal.

2. Orang (person), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,

pengelolah dan penyaji pesan.

Contoh: guru, dosen, tutor,siswa, pemain, pembicara, instruktur dan penatar.

3. Bahan (material), yaitu sesuatu ujud tertentu yang mengandung pesan atau

ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri

tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau

software atau perangkat lunak.

Contoh: buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram, transparansi,

film, video tape, pita audio (kaset audio), filmstrip, microfiche dan

sebagainya.

Page 119: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

115

4. Alat (Device), yaitu suatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan

pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat ini disebut hardware atau

perangkat keras.

Contoh: proyektor slide, proyektor film, proyektor filmstrip, proyektor

overhead (OHP), monitor televisi, monitor komputer, kaset, dan lain-lain.

5. Teknik (Technique), dalam hal ini tehnik diartikan sebagai prosedur yang

runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan peralatan,

orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk

menyampaikan ajaran atau materi pelajaran.

Contoh: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kelompok,

simulasi, diskusi, ceramah, problem solving, tanya jawab dan sebagainya.

6. Lingkungan (setting), yaitu situasi di sekitar proses belajar-mengajar

terjadi. Latar atau lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam yaitu

lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung, sekolah,

perpustakaan, laboratorium, rumah, studio, ruang rapat, musium, taman dan

sebagainya. Sedangkan lingkungan non fisik.

Contoh : tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan

lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya.

Sumber belajar matematika menurut Permendikbud UU No.58 Tahun

2014 Tentang Kurikulum 2013 SMP/MTS Lampiran III

1. benda yang dipakai sebagai alat peraga baik yang sudah ada di sekitar

maupun yang dirancang khusus

2. orang (narasumber) yang mengandung informasi yamg dapat digunakan

sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan

tingkah laku

3. buku-buku yaitu buku teks pelajaran (buku pokok peserta didik), buku

panduan pendidik (teacher’s manual), buku pengayaan, dan buku referensi

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran

Page 120: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

116

4. berbagai aplikasi penggunaan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi

dan kemampuan sekolah misalnya program wingeom, cabri, maple,

geogebra, spps, cd tutorial, dll.

5. tempat atau lingkungan, misalnya ruang kelas, halaman sekolah,

perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan

sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.

6. bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman

elektronik, dll yang dapat digunakan untuk belajar.

7. peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan,

peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya.

8. Internet.

9.4 Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Lima kriteria dalam pemilihan sumber belajar, yaitu

1. Ekonomis, sumber belajar yang digunakan tidak harus terpatok pada harga

yang mahal

2. Praktis, sumber belajar yang dipilih tidak memerlukan pengelolaan yang

rumit, sulit dan langka

3. Mudah, sumber belajar harus dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita

4. Fleksibel, artinya sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai

tujuan instruksional

5. Sesuai dengan tujuan, sumber belajar harus dapat mendukung proses dan

pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat

belajar siswa.

Page 121: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

117

BAB 10

MODEL, PENDEKATAN, METODE dan STRATEGI PEMBELAJARAN

10.1 Model Pembelajaran

1. Pengertian Model

Menurut Sudrajat (2008) ― Model pembelajaran merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru‖.

Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

pembelajaran.

Dengan demikian, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Model juga dapat dikatakan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

A. Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang

mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan

situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan dari TK,

SD, SMP, SMA dan PT.

Landasan Filosofis model Pembelajaran Kontekstual

Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme artinya filosofi belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa

harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan

tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh. Konstruktivisme berakar pada

Page 122: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

118

filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20

yaitu filosofi belajar yang menekankan kepada pengembangan minat dan

pengalaman siswa.

1) CTL mencerminkan konsep ketergantungan

2) CTL mencerminkan prinsip deferensiasi

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri

Komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) Konstruktivisme, (2)

Inkuiri, (3) Bertanya, (4) Masyarakat belajar, (5) Pemodelan, (6) Refleksi,

(7) Penilaian

Contoh penggunaan CTL dikelas :

Di kelas yang sudah tinggi para guru mendorong siswa untuk

membaca, menulis dan berpikir dengan cara kritis dengan meminta mereka

untuk fokus pada persoalan-persoalan kontroversial di lingkungan atau

masyarakat (misalnya melakukan penelitian di perpustakaan, melakukan

survey lapangan dan mewawancarai pejabat)

Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual

1) Memilih tema

2) Menentukan konsep-konsep yang dipelajari

3) Menentukan kegiatan-kegiatan investasi

4) Menentukan mata pelajaran terkait

5) Merevisi kegiatan dan mata pelajaran yang terkait

6) Menetukan urutan kegiatan

7) Menyiapkan tindak lanjut

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ina (2008): Model cooperative learning beranjak dari dasar

pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada

siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai,

serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi

kehidupannya di masyarakat. Jadi , model pembelajaran kooperatif

Page 123: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

119

merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran yang menerapkan

interaksi kelompok teman sebaya. Pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran yang di dalamnya siswa bekerja bersama-sama untuk

mencapai tujuan khusus atau menyelesaikan sebuah tugas.

Melalui model cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan

menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar,

melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai

kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran

dengan model cooperative learning ini mampu merangsang dan

menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa.

Sebagai dampak isntruksional dalam model cooperative learning

adalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan

pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan

pengetahuan secara bermakna, proses pembelajaran yang efektif.

Sedangkan dampak pengiringnya adalah menciptakan lingkungan kelas

yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa, otonomi

dan kebebasan siswa, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial,

interpersonal, dan intrapersonal.

Langkah-langkah Model Cooperative Learning

Noor (2008) menyatakan bahwa ada beberapa langkah yang harus

dilakukan berdasarkan komponen model cooperative learning dapat

dilihat pada tabel 2 berikut:

Page 124: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

120

Tabel 2 Langkah-langkah model cooperative learning

N

O

LANGKAH-LANGKAH TINGKAH LAKU GURU

1.

2.

3.

4.

5.

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan informasi

Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Evaluasi

Pengajar menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin

dicapai dan memotivasi siswa

belajar.

Pengajar menyajikan informasi

pada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

Pengajar menjelaskan pada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok

Pengajar membimbing kelompok

belajar pada saat siswa

mengerjakan tugas

Pengajar mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya

Pengajar mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan

Page 125: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

121

6. Memberikan penghargaan kelompok

Pengelompokan Siswa dalam Model Cooperative Learning

Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol

dalam model cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk

dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang

sosiolekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis (Noor,2008).

Namun dalam penelitian ini, hanya dikelompokkan berdasarkan

kemampuan akdemis. Menurut Noor (2008) dalam hal kemampuan

akademis, kelompok cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang,

dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.

Kelompok dapat divariasikan dengan beranggotakan dua, tiga empat,

dan lima orang. Masing-masing variasi mempunyai kelebihan dan

keleman tersendiri yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan variasi kelompok model cooperative

learning (Noor,2008)

Page 126: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

122

C. Model Inquiry Training

Model Inquiry Trainig adalah model pembelajaran yang berkaitan

dengann aktivitas dan keterampilan aktif yang focus pada pencarian

pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. Atau

model inquiry training merupakan model pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam

proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri ,

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-

benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Untuk model ini, terdapat

tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki

sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality

Page 127: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

123

secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara

berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa

melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada

pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.

Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran (Joyce &

Weil, 1980), yaitu:

(1) menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan

situasi yang saling bertentangan),

(2) menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang

dihadapi, memeriksa tampilnya masalah),

(3) mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai,

merumuskan hipotesis),

(4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan

(5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih

efektif.

Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan

intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa

harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat

terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa

dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam

mengakomodasikan segala ide yang berkembang.

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi

konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, strategi

penelitian, dan masalah yang menantang siswa untuk melakukan

penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi

penelitian dan semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah

hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi siswa,

toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.

Page 128: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

124

D. Model Reasoning and Problem Solving

Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level

memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking,

dancreative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan

memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah

menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus

pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi

dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi

yang dipelajari sebelumnya,

menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid,

dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative

thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks,

inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.

Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang

mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban

dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk

menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan

yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi

yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem

solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban

telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan

masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.

Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima

langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu:

(1) membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,

memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan,

(2) mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi,

melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar),

(3) menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau

eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan),

Page 129: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

125

(4) menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan

komputasi, aljabar, dan geometri),

(5) refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif

pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan

pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).

E. Model Problem-Based Instruction

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang

berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan

siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001).

Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang

topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,

mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan

menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi

mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi

dalam pemecahan masalah.

Model problem-based instruction memiliki lima langkah pembelajaran

(Arend etal., 2001), yaitu:

(1) guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan

(masalah bias untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan

satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari

eksplorasi siswa),

(2) guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan

bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-

sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan surve dan

pengukuran),

(3) guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan

masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah

dan apa rasionalnya),

(4) pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program

komputer, dan lain-lain)

Page 130: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

126

(5) presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu

melibatkan administator dan anggota masyarakat).

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja

siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel,

jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model

analogi, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang

sudah ditata untuk itu.

Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan pengetahuan

dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam

pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya adalah mempercepat

pengembangan self-regulated learning, menciptakan lingkungan kelas

yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa.

F. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal

dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan

lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi

di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing

berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga

pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi

sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan (3) merubah

pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan

pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan

pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual,

belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi

yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini

berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi

memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju

pada proses perubahan konseptual (Hynd, etal,. 1994). Jadi, model

pembelajaran perubahan konseptual adalah suatu model pengajaran yang

disusun berdasarkan konsepsi siswa dan dapat diterapkan oleh pengajar

Page 131: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

127

untuk meluruskan konsepsi siswa yang kurang jelas atau berbeda sekali

dengan konsep ilmiah dan sekaligus membangun konsepsi baru.

Langkah – langah dalam pembelajaran perubahan konseptual:

1. Orientasi, yaitu pengajar membuka pelajaran dengan memberikan

uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran.

2. Pemunculan ide, yaitu siswa dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok kecil. Pengajar berusaha memunculkan ide siswa dengan

siswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit idenya kepada

teman dalam kelompok dan pengajar (guru)

3. Penyusun ulang ide, yaitu siswa menyusun kembali ide yang telah

diperoleh pada langkah 2, yaitu meliputi:

a. Perukaran ide, yaitu siswa mendiskusikan jawaban pada

langkah pemnculan ide dalam kelompoknya.

b. Pembukaan situasi konflik.

Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru

sebagai teman belajar siswa, minimnya peran guru sebagai transmiter

pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani learning to

be. Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru sebagai

fasilitator, negosiator, konfrontator.

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja

siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru,

peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja

dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata

untuk itu.

Dampak pembelajaran dari model ini adalah: sikap positif terhadap

belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan

pengetahuan yang variatif. Dampak pengiringnya adalah: pengenalan jati

diri, kebiasaan belajar dengan bekerja, perubahan paradigma, kebebasan,

penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal.

Page 132: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

128

G. Model Pembelajaran Group Investigation

Model pembelajaran group investigation adalah model belajar

kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan

investigasi terhadap suatu topic. Ide model pembelajaran geroup

investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.

Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada

tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education

(Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,

bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi

sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran

Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996), adalah: (1)

siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari

motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat

tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat

siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip

saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur

demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan

dengan dunia nyata.

Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran

(Slavin, 1995), yaitu:

(1) grouping(menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber,

memilih topik, merumuskan permasalahan),

(2) planning(menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,

siapa melakukan apa, apa tujuannya),

(3) investigation(saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,

mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),

(4) organizing(anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi

laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),

(5) presenting(salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,

mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan),

dan

Page 133: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

129

(6) evaluating(masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan

masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru

berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan

penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja

siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru,

peralatan penelitian yang sesuai, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi

atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik

tentang pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran

yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring

pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen dalam

bernegara, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial,

interpersonal, dan intrapersonal.

10.2 Pendekatan Pembelajaran

1. Pengertian Pendekatan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

pada guru (teacher centered approach).

2. Jenis-Jenis Pendekatan

A. Pendekatan Expository

Pendekatan expository adalah cara pemrosesan subjek atas objek

dimana guru memberikan penjelasan tentang materi yang bersangkutan

Page 134: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

130

sekaligus bimbingan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian

informasi yang disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui

pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas.

Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar

yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar

yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat

digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif

banyak. Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat

pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya

dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari

konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, 3) materi

lebih cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya sarana pembelajaran.

Langkah-langkah penggunaan pendekatan Expository

a. Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-

prinsip dasar serta contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber

belajar dapat menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat untuk

menyampaikan informasi

b. Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan

oleh sumber belajar atau warga belajar atau bersama antara sumber belajar

dengan warga belajar

Kelebihan dan Kelemahan

Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah :

a. sumber belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai

dengan rencana yang sudah ditentukan,

b. bahan belajar yang diperoleh siswa sifatnya seragam yaitu diperoleh dari

satu sumber,

c. melatih warga belajar untuk menangkap, manafsirkan materi yang

disampaikan oleh sumber belajar,

d. target materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai,

e. dapat diikuti oleh warga belajar dalam jumlah relative banyak.

Page 135: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

131

Disamping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu :

a. pembelajaran terlalu berpusat kepada guru sehingga terjadi pendominasian

kegiatan oleh guru yang mengakibatkan kreatifitas siswa terhambat

b. sulit mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang

sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik.

B. Pendekatan Inquiry

Pendekatan inquiry adalah pendekatan pembelajaran pembelajaran

dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan

pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Istilah Inquiry mempunyai

kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery, Problem solving

dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu

berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat

belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara

sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan

warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas,

tetapi memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan

menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan

masalah.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan

pendekatan Inquiry

yaitu sebagaimana dikemukan oleh A.Trabani :

a. Kegiatan pemberian dorongan : Kegiatan ini ditujukan untuk menarik

perhatian siswa dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan

dipelajari dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam

keseluruhan bahan belajar secara utuh

b. Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini

ditujukan untuk mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk

prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa

c. Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut :

Page 136: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

132

1) Pengajuan permasalahan

2) Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis

3) Pengumpulan data

4) Penarikan kesimpulan

5) Penarikan generalisasi

d. Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon warga belajar

terhadap keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari

e. Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara

lisan maupun tertulis dan atau penampilan.

Kelebihan dan Kelemahan pendekatan inquiry

Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran

maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :

a. Menumbuhkan situasi keakraban diantara warga belajar, karena diberi

kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu

permasalahan

b. Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis

dan pemecahan masalah

c. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas

pengalaman atau data yang diperoleh

d. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran

e. Dapat menambah wawasan bagi warga belajar dan sumber belajar karena

terjadi saling tukar pengalaman

Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari

kelemahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila

tidak ada kesiapan dan kemampuan dari warga belajar untuk memecahkan

permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga

kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang warga

belajar yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.

Page 137: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

133

10.3 Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis

untuk menyampaikan informasi (Gerlach dan Elly, 80:14).

Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karenanya, suatu

metode bersifat prosedural, teknis, dan implementatif. Beberapa metode yang

dapat digunakan selama proses pembelajaran di antaranya adalah metode :

ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, laboratorium,

penemuan (discovery atau inquiry), investigasi, eksplorasi, pemecahan

masalah, permainan, matematika di luar kelas, pemberian tugas (drill atau

latihan), bermain peran, dan pembelajaran kooperatif

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

Terdapat beberapa jenis metode yang sering digunakan guru dalam proses

pembelajaran, yaitu:

A. Metode Ceramah

Page 138: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

134

Metode ceramah adalah metode penerangan dan penuturan secara

lisan oleh guru terhadap kelasnya. Metode ceramah merupakan cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

Ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif,

yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik dari peserta.

Media pendukung yang digunakan, seperti bahan presentasi yang

ditayangkan dengan lcd, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano,

dll.

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering

digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh

beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari

guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam

proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian

juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang

memberikan materi pelajaran melalui ceramah.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering

digunakan, yaitu :

1. Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan.

Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan

yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau

peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan

suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang

rumit.

2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi

pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya

oleh guru dalam waktu yang singkat.

3. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena

sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan

ceramah.

Page 139: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

135

4. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih

sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau

tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat

menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah

dapat dilakukan.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa

kelemahan, di antaranya:

1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas

pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang

paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang

dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada

apa yang dikuasai guru.

2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan

terjadinya verbalisme.

3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah

sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walau

pun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa

sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya

melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur

guru tidak menarik.

4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa

sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa

diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang

bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.

Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah

Ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni persiapan,

pelaksanaan dan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut diantaranya

adalah:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:

Page 140: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

136

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.

3) Mempersiapkan alat bantu.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:

1) Langkah Pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang

menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh

langkah ini.

2) Langkah Penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan

cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran,

maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi

pembelajaran yang sedang disampaikan.

3) Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah

Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok materi agar materi

pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali.

Perlu diperhatikan, bahwa ceramah akan berhasil baik, bila didukung oleh

metode-metode lainnya, misalnya tanya jawab, tugas, latihan dan lain-lain.

B. Metode Demonstrasi

Page 141: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

137

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab

membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan

fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode

penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada

siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya

atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak

terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses

demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi

demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam

strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa

kelebihan, di antaranya:

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,

sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang

dijelaskan.

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan

untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa

akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki

beberapa kelemahan, di antarannya:

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab

tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat

menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk

menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali

mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang

banyak.

Page 142: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

138

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang

memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan

yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang

khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di

samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru

yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses

demonstrasi berakhir.

2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan.

3) Lakukan uji coba demonstrasi.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Langkah pembukaan.

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

di antaranya:

a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,

misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap

penting dari pelaksanaan demonstrasi.

2) Langkah pelaksanaan demonstrasi.

a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang

merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-

pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa

untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

Page 143: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

139

b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari

suasana yang menegangkan.

C. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan

siswa pada suatu permasalahan secara bersama-sama. Tujuan utama

metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk

membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah

debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar

pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan

metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul

dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya

oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil

dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu

yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat

terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan

sesuatu secara tuntas.

Page 144: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

140

Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar.

1. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya

dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi

setiap permasalahan.

3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan

secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk

menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di

antaranya:

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang

siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan

menjadi kabur.

3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai

dengan yang direncanakan.

4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional

yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa

tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

Jenis-jenis Diskusi

Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran, antara lain:

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai

peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah:

(1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang

akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah

Page 145: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

141

(guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus

dipecahkan selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk

menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber

masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil

diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara

umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang

harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam

kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.

Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada

siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah

yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan

hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh

beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan

audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam

diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya

sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh

sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode

lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk

merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

Page 146: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

142

Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi

Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum

maupun tujuan khusus.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai..

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,

petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,

manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi

kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai

dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan.Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana

atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling

menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk

mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

Page 147: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

143

D. Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau

berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan

cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan

untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak

semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek

yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni

memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan

untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.

Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan

terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.

Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu

baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2)

memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih

memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5)

memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk

mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya

kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap

toleransi.

Page 148: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

144

Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai

metode mengajar, di antaranya adalah:

1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi

siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik

yang disimulasikan.

3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.

Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di

antaranya:

1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai

dengan kenyataan di lapangan.

2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat

hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa

dalam melakukan simulasi.

Jenis-jenis Simulasi

Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:

a.Sosiodrama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,

permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah

kenakalanremaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain

sebagainya. Sosiodramadigunakan untuk memberikan pemahaman dan

Page 149: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

145

penghayatan akanmasalah-masalah sosial serta mengembangkan

kemampuan siswa untuk memecahkannya.

b.Psikodrama

Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran

yangbertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama

biasanyadigunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman

yanglebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan

reaksi terhadaptekanan-tekanan yang dialaminya.

c.Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran

sebagaibagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa

sejarah,mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang

mungkinmuncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk

role playingmisalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu

partai atau gambarankeadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi

informasi.

d.Peer Teaching

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh

siswakepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan

kegiatanpembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya

dan salahsatu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.

e.Simulasi Game

Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa

berkompetisiuntuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan

mematuhi peraturanyang ditentukan.

Langkah-langkah Simulasi

1) Persiapan Simulasi

a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh

simulasi.

Page 150: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

146

b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan

disimulasikan.

c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,

perananyang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang

disediakan.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

khususnyapada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

2) Pelaksanaan Simulasi

a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat

kesulitan.

d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan

untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalahyang

sedang disimulasikan.

3) Penutup

a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita

yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan

kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

b) Merumuskan kesimpulan.

E. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan

terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada

saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa

menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini

terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.

Page 151: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

147

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini

antara lain:

1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.

1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah

dikuasai oleh siswa.

2) Untuk merangsang siswa berfikir.

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang

belum dipahami.

2. Jenis pertanyaan.

Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan

ingatan dan pertanyaan pikiran:

1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh

mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan

berpangkal kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.

2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh

mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya

pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.

F. Metode Problem Solving

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan

pelajaran dengan mendorong pesrta didik untuk mencari dan memecahkan

suatu masalah dalam rangka pencapaian tugas pengajaran. Metode

problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar

metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab

dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya

dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Langkah-langkah metode problem solving.

1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh

dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

Page 152: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

148

2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,

bertanya dan lain-lain.

3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban

ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah

kedua di atas.

4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini

siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan

jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji

kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya

seperti demonstrasi,tugas, diskusi, dan lain-lain.

G. Metode Karyawisata (Field-Trip)

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti

tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di

sini berarti kunjunganke luar kelas dalam rangka belajar.

Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem

peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi,

karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan

tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama

dan tempat yang jauh disebut study tour.

Langkah- langkah Pokok dalam Pelaksanaan Metode Karyawisata

1. Perencanaan Karyawisata

a) Merumuskan tujuan karyawisata.

b) Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai.

c) Menetapkan lamanya karyawisata.

d) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.

e) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.

Page 153: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

149

2. Pelaksanaan Karyawisata

Fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan

bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang

telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.

3. Tindak Lanjut

Pada akhir karyawisata siswa diminta laporannya baik lisan maupun

tertulis, mengenai inti masalah yang telah dipelajari pada waktu

karyawisata.

10.4. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian

Dalam konteks umum:

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam Konteks KBK:

Dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang seperangkat

kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi

sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2. Jenis-Jenis Strategi

Page 154: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

150

a. Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung sangat diarahkan oleh guru dan

tergolong sering dipergunakan.

b. Pembelajaran Tak Langsung

Sering disebut: Inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan dan penemuan. Strategi ini berpusat pada siswa. Dimana siswa

membangun sendiri pengetahuannya.

c. Pembelajaran Interaktif

Yaitu pembelajaran yang menekankan diskusi dan proses saling

sharing diantara semua siswa.

Page 155: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

151

d. Pembelajaran Empirik (Experiential)

Strategi yang berorientasi pada kegiataninduktif,kegiatan yang

berpusat pada siswa danberbasis aktivitas.Refleksi pribadi tentang

pengalaman dan formulasiperencanaan menujupenerapan pada konteks

yanglain merupakan faktor kritisdalam pembelajaran empiricyang efektif.

e. Belajar Mandiri

• Merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun

inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.

• Bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.

• Memberikan kesempatan siswa untuk bertanggung jawab dalam

merencanakan dan memacu belajarnya sendiri.

• Dapat dilaksanakan sebagai rangkaian dari metode lain atau sebagai

strategi Pembelajaran tunggal untuk keseluruhan unit.

Page 156: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

152

BAB 11

ANALISIS KASUS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

11.1 Pengertian Analisis Kasus Pembelajaran Matematika

Analisis adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan

tindakan yang tepat. (morrison, 2001: 27)

Analisis pembelajaran adalah satu dari beberapa langkah yang harus

direncanakan dan dipersiapkan secara matang sebelum kita mentransfer sebuah

ilmu kepada seseorang.

Kasus disebut juga dengan masalah atau permasalahan yaitu keadaan yang

sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang

berhubungan dengan seseorang atau suatu hal.

Jadi, menurut bebrapa pengertian di atas analisis kasus pembelajaran

matematika adalah langkah-langkah mengidentifikasi masalah-masalah yang ada

dalam pembelajaran matematika.

11.2 Kasus Pembelajaran Matematika

Kasus pembelajaran matematika dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis,

yaitu:

1. Kasus permasalahan untuk mencari (Problem to find), yaitu mencari,

menentukan atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui

dalam soal dan memberi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek

yang ditanyakan atau dicari , syarat- syarat yang memenuhi soal, data atau

informasi yang diberikan merupakan bagian terpenting atau pokok dari

sebuah soal mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat

awal memecahkan masalah. Contohnya;

a) Seorang siswa diminta guru menentukan nilai dari 10 – 2 + 4, maka yang

terjadi kebanyakan siswa mengerjakan soal tersebut seperti berikut.

10 – (2 + 4) = 8 + 4 = 12, tentu saja hasil tersebut adalah salah, yang

benar adalah 10 – (2 + 4) = 10 – 6 = 4.

Page 157: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

153

b) Seorang siswa diminta guru menentukan nilai dari 16 : 2 x 4, maka yang

terjadi kebanyakan siswa mengerjakan soal tersebut seperti berikut

16 : 2 x 4 = 8 x 4 = 32, tentu saja hasil tersebut adalah salah, yang benar

adalah 16 : 2 x 4 = 16 : 8 = 2.

2. Kasus permasalahan untuk membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur

untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal

membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian

dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari

hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu

pernyataan tidak  benar cukup diberikan contoh penyangkalnya sehingga

pernyataan tersebut menjadi tidak benar (Departemen Agama RI, 2004:260).

Contohnya; seorang guru meminta siswanya menjelaskan mengapa bilangan

ganjil apabila dikalikan dengan bilangan genap akan menghasilkan bilangan

genap? Pembahasannya yaitu :

Bilangan genap : 2n

Bilangan ganjil : 2n + 1

a→2n

b→ 2n + 1

a . b = 2n (2n + 1)

= 4n2 + 2n

= 2 (2n2 + n)

= 2k → genap

Page 158: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

154

11.3 Faktor Munculnya Kasus Pembelajaran Matematika

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menjelaskan faktor

munculnya kasus pembelajaran matematika yaitu;

1. Faktor Anak Didik

Anak didik adalah subjek dalam belajar.Dialah yang merasakan langsung

penderitaan akibat kesulitan belajar.Kesulitan belajar yang dialami oleh anak

didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan

usaha- usaha tertentu (Djamarah, 2002:203). Faktor penyebab kesulitan

belajar anak didik ini adalah: a) inteligensi (IQ) yang kurang baik, b) bakat

yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh

guru, c) aktifitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada

melakukan aktifitas belajar, d) kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar

dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan

pengertian, dan e) tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran

sukar diterima dan diserap oleh anak didik.

2. Faktor Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan

rumah rehabilitasi anak didik.Sebagai lembaga pendidikan yang besar

tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak

didik.Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat

ditentukan oleh kondisi dan system sosial dalam menyeiakan lingkungan

yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan

belajar bagi anak didik. Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah

seperti :  a) pribadi guru yang tidak baik, b) guru yang tidak berkualitas dalam

pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar, c) suasana sekolah

yang kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan

dengan jalan raya, d) waktu sekolah dan disiplin yang kurang, dan e)

perpustakaan belum lengkap dengan buku- buku pelajarannya untuk anak

didik (Djamarah, 2002:207).

Page 159: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

155

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya

menjelaskan bahwa faktor munculnya kasus pembelajaran matematika meliputi:

1. Fakttor Intern

Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri

dalam hal ini yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi:

a. Faktor Fisiologis

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf

sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui

indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih- lebih sakitnya lama, sarafnya

akan bertambah lemah. Anak yang kurang sehat juga dapat mengalami

kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya

konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal- hal

tersebut maka dalam penerimaan pelajaran pun kurang karena saraf otak tidak

mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan

mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. Oleh karena itu, seorang

guru atau petugas diagnistik harus meneliti kadar gizi makanan dari anak. Di

samping itu, cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti

kurang pendengaran, kurang penglihatan dan gangguan psikomotor.  b) Cacat

tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan

kakinya.

b. Faktor Psikologis

Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Dalam

hubungannya dengan anak didik, hal ini sering dikaitkan dengan berhasil

tidaknya anak dalam belajar di sekolah.Anak yang IQ-nya tinggi dapat

menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semakin tinggi IQ seseorang

akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90

tergolong lemah mental (mentally defective).Anak inilah yang mengalami

Page 160: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

156

kesulitan belajar. Bakat adalah kemampua potensial yang dimiliki oleh

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap

individu mempunyai bakat yang berbeda- beda. Bakat dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya prestasi belajar anak didik. Seseorang akan mudah

mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus

mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus

asa, tidak senang. Hal- hal tersebut akan tampak pada anak yang suka

mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya

rendah. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan

timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak

sesuai dengan bakat nya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai

dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak

menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah

terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan belajar (Ahmadi dan

Widodo Supriyono, 2004:83). Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi

menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat

menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar

motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak menyerah, giat membaca

buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya

lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju

pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran

akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

2. Fakttor Ekstern

Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari kuar diri manusia itu sendiri

dalam hal ini yang berasal dari luar diri siswa sendiri yang meliputi:

a. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.Keluarga

juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk dalam

faktor keluarga ini adalah :

Page 161: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

157

1. Kewajiban dari orang tua adalah mendidik anaknya.Orang tua yang

kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin acuh tak acuh,

tidak memperhatikan kemajuan belajar anak- anaknya akan menjadi

penyebab kesulitan belajarnya. Hubungan antara orang tua dengan anak

juga harus harmonis. Karena hal ini juga membantu keberhasilan dalam

belajar mereka.

2. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin membuat anak akan

dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga

sukar untuk belajar. Oleh karena itu suasana rumah harus dibuat

menyenangkan, tentram, damai dan harmonis.

3. Biaya merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan

pendidikan anak.Misalnya untuk membeli peralatan sekolah seperti buku,

pensil dan lain sebagainya. Karena kurangnya biaya maka pendidikan

mereka juga akan terhambat, 4) Sekolah merupakan salah satu tempat

anak- anak dalam menuntut ilmu. Unsur- unsur yang ada didalamnya pun

juga berpengaruh dalam  keberhasilan belajar siswa. Diantaranya guru,

sarana/ prasarana, kondisi gedung sekolah, kurikulum yang digunakan,

waktu yang kurang disiplin (Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:91).

b. Media massa dan lingkungan sosial

Media massa seperti TV, bioskop, tabloid, komik sangat mempengaruhi

proses belajar anak. Semakin seringnya anak menonton TV/ bioskop,

membaca komik dan lain sebagainya membuat anak akan semakin malas untk

belajar. Di samping itu, lingkungan social seperti teman bergaul, keadaan

masyarakat, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa

anak. Hal ini juga merupakan penyebab anak mengalami kesulitan belajar

serta akan menghambat proses hasil belajar anak.

Page 162: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

158

11.4 Pemecahan Kasus Pembelajaran Matematika

Berbagai ketrampilan diperlukan untuk memecahkan kasus pembelajaran

matematika yaitu dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan

kasus tersebut antara lain:

1. Memahami soal : memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi

yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.

2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan. Misalnya menggambarkan

masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan

aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau

kalimat matematika

3. Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam

menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dan masalah.

4. Menafsirkan solusi yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban,

masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap

masalah semula (Departemen Agama RI, 2004:264).

Selain menigkatkan kemampuan siswa sebaiknya guru juga dapat

mengkombinasikan berbagai strategi belajar mengajar di dalam kelas, seperti:

1. Ekspositori dan ceramah, yaitu suatu metode mengajar dalam penyajian

pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan

secara langsung terhadap siswa. Metode ini tidak efektif sehingga perlu

diimbangi dengan bentuk kegiatan lainnya.

2. Penyelidikan atau penemuan sendiri (inquiry), melatih peserta didik untuk

menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep dan

pemecahan masalah matematika, misalnya menyelidiki pola, meyesuaikan

soal dengan berbagai cara memecahkan soal- soal yang dibuat sendiri.

Page 163: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

159

3. Pengelolaan peserta didik, kerja perseorangan mendorong peserta didik untuk

belajar sendiri, kelompok kecil dapat dilakukan dengan bekerja secara

bersama- sama.

4. Penugasan, misalnya memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari

sumber informasi keperpustakaan, memproduksi sumber belajar sendiri,

menerapkan sistem kelompok kerja peserta didik dan menata bentuk kelas

yang sesuai.

5. Permainan, yaitu mengenalkan atau menggunakan konsep matematika

melalui berbagai bentuk permainan (Departemen Agama RI, 2004:265).

6. Metode ini digunakan agar siswa dalam belajar tidak mengalami

kejenuhan.Setiap madrasah mempunyai ciri khas lingkungan belajar,

kelompok peserta didik, dan orang tua (sebagai anggota masyarakat) yang

berbeda-beda.Untuk itu para guru diharapkan mengenali hal ini untuk bisa

menetapkan strategi pembelajaran, organisasi kelas, dan pemanfaatan sumber

belajar yang efektif.

Page 164: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

160

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Teori Belajar.

https://penembushayalan.wordpress.com/kuliah/tokoh-dan-teori-belajar/

teori-pembelajaran-vygotsky/. diakses pada 10 September 2015.

Ardi. 2012. Teori Belajar Behaviorisme,

http://www.academia.edu/8234921/TEORI_BELAJAR_BEHAVIORISM

E, diakses tanggal 17 Agustus 2015.

ASIK BELAJAR. 2012. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik,

http://www.asikbelajar.com/2012/10/pengertian-belajar-menurut-

teori.html , diakses tanggal 19 Agustus 2015.

Asrori, Mohammad, M. Pd. Psikologi Pembelajaran. Bandung. CV Wacana

Prima. Cet. II, 2008.

Atjiah. 2014. Teori Belajar Behavioristik, http://www.slideshare.net/atjiah/teori-

belajar-behavioristik-26533371, diakses tanggal 17 Agustus 2015.

Atmadiharja. 2012. Teori Belajar Behavioristik, http://nasya-

atmadiharja.blogspot.co.id/2012/04/teori-belajar-behavioristik-dan.html ,

diakses tanggal 21 Agustus 2015.

Azzizah. 2015. Teori Belajar Behavioristik,

http://azizahdreams.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-behavioristik-

dan.html, diakses tanggal 20 Agustus 2015.

Bied, Masbied. Teori Belajar Vygotksy.

https://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-

belajar-vygotsky.pdf. diakses pada 15 September 2015.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 165: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

161

Dedi. 2013. Tipe Belajar Menurut Gagne. http://dedi26.blogspot.co.id//03/8-tipe-

belajar-menurut-gagne.html. diakses tanggal 1 Desember 2015.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Dimyati, Dr, Mudjiono, Drs. (2009). Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. Mengatasi Gangguan Belajar Pada

Anak. Prestasi Putra. Jakarta:. 2002.

Fuaidah. 2010. Teori Belajar Behavioristik, https://8tunas8.wordpress.com/teori-

teori-belajar-behavioristik-serta-penerapannya-dalam-pai/, diakses

tanggal 18 Agustus 2015.

Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

Hamzah, R. 2013. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam

Pembelajaran, http://www.slideshare.net/rohaizahamzah/teori-

belajarbehavioristikpenerapannyadalampembelajaran?from_action=save,

diakses tanggal 17 Agustus 2015.

Hanny, Poeh. Teori Belajar Piaget.

https://hannypoeh.wordpress.com/2011/12/18/teori-piaget-dan-

penerapannya. diakses pada 15 Sepetember 2015.

Iskandar. (2009). Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jambi: Gaung

Persada.

Kencana Prenada Media Group. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan

Teknik Pembelajaran. http://smacepiring.wordpress.com/ . diakses pada

tanggal 24 Oktober 2015.

Page 166: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

162

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Marlianara. 2013. Teori Behaviorime dan Aplikasiny,

http://marlinara.blogspot.com/2013/12/teori-behaviorisme-dan-

aplikasinya.html, diakses tanggal 16 Agustus 2015.

Nuraini. 2014. Tipe Belajar, Jenis Belajar, dan Prinsip.

http://nurainihasibuan.blogspot.co.id/2014/04/tipe-belajar-jenis-belajar-

dan-prinsip.html. diakses tanggal 4 November 2015.

Pranata, Juandi. Teori Belajar.

http://juandipranata12.blogspot.co.id/. diakses pada 10 September 2015.

Purwanto, Ngalim, MP. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

2010

Sholihin, Muchlis. M. Ag. Buku Ajar Psikologi Belajar PAI. STAIN Pamekasan

Press. 2006.

Soddis.2015. Teori Belajar Behavioristik,

http://soddis.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-behavioristik-dan.html ,

diakses tanggal 19 Agustus 2015.

Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung. Alfa Beta

Sururi, F. 2014. Teori Belajar Behavioristi,

http://www.slideshare.net/FebrianSururi/teori-belajar-behavioristik-

18582411, diakses tanggal 20 Agustus 2015.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Syah, Muhibbin. M. Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT.

Remaja Rosdakarya.Bandung. 2005.

Page 167: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

163

WIKIPEDIA, Teori Belajar Behavioristi,

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik, diakses tanggal

21 Agustus 2015.

Page 168: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

164

LAMPIRAN

BAB 1

Disusun Oleh: Kelompok 1

Nama Anggota Kelompok 1

1. Mery Hardila NIM. 06081181419073

2. Meris Januarti NIM. 06081181419068

3. Putri Handayani NIM. 06081181419018

4. Vina Dwi Purnamasari NIM. 06081181419013

BAB 2

Disusun Oleh: Kelompok 2

Nama Anggota Kelompok 2

1. EndahRizkiani NIM. 06081181419026

2. One agustin NIM. 06081181419016

3. Prasasti anggun NIM. 06081181419071

4. Sutri octaviana sitorus NIM. 06081181419074

BAB 3 TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Disusun Oleh: Kelompok 3

Nama Anggota Kelompok 3

1. Yovika Sukma NIM. 06081181419008

2. Duano Sapta Nusantara NIM. 06081181419067

3. Novri Heriyani Pratami NIM. 06081181419007

4. Cahaya Wania NIM. 06081181419010

Page 169: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

165

BAB 4

Disusun Oleh: Kelompok 4

Nama Anggota Kelompok 4

1. Lia Destiani NIM. 06081181419076

2. Santi Puspita Dewi NIM. 06081181419004

3. Sherly Anggraini NIM. 06081181419005

4. Siti Sholekah NIM. 06081181419011

BAB 5

Disusun Oleh: Kelompok 5

Nama Anggota Kelompok 5

1. Linda Rosalina NIM. 06081181419014

2. Silvia Kuswanti NIM. 06081181419017

3. Putri Yani NIM. 06081181419072

4. Suwanto NIM. 06081181419075

BAB 6

Disusun Oleh: Kelompok 6

Nama Anggota Kelompok 6

1. Dania Yuliani NIM. 06081181419001

2. Anita Juliani NIM. 06081181419006

3. Sahala Martua Ambarita NIM. 06081181419009

4. Iksan Erianto NIM. 06081281419062

BAB 7

Disusun Oleh: Kelompok 7

Nama Anggota Kelompok 7

1. Dwi Oktalidiasari NIM. 06081181419019

2. Mecy Margravina NIM. 06081181419021

3. Restie Amelia NIM. 06081181419020

Page 170: Makalah belajar dan_pembelajaran_-pendidikan_matematika_2014

166

BAB 8

Disusun Oleh: Kelompok 8

Nama Anggota Kelompok 8

1. Diah Octavianty NIM. 06081181419002

2. Mei Ayu Tiara NIM. 06081181419015

3. Ria Defti Nurhanida NIM. 06081181419066

BAB 9 PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS SUMBER BELAJAR

Disusun Oleh: Kelompok 9

Nama Anggota Kelompok 9

1. Amalia Agustina NIM. 06081181419003

2. Anisa Padila NIM. 06081181419070

3. Nurul Ain Safura NIM. 06081181419025

BAB 10

Disusun Oleh: Kelompok 10

Nama Anggota Kelompok 10

1. Denti oktaviani NIM. 06081181419065

2. Dwi ranti dhea karima NIM. 06081281419064

3. Rya agustini NIM. 06081181419012

BAB 11

Disusun Oleh: Kelompok 11

Nama Anggota Kelompok 11

1. Luthfiah Asri NIM. 06081181419022

2. Lusi Kurnia NIM. 06081181419023

3. Vidya Fertika Sari NIM. 06081181419062