makalah asuhan hiv aids
TRANSCRIPT
“ H I V/ A I D S “
KELOMPOK : VII
ASDAR
SAMSIA HAJAR
WD. SRI RIZKY IRA HASTATI
SRI AYU TRISNAWATI
WAODE SUFIANI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEM.KAB MUNA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Penderita
AIDS” dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu
keperawatan dasar III serta sebagai syarat menempuh ujian semester.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa
syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.
Raha, April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan penulisan
3. Rumusan masalah
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
a). Defenisi
b). Etiologi
c). Patofisiologi
d). Tanda dan gejala
e). Komplikasi
f). Pemeriksaan Diagnostik
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
2) Riwayat kesehatan
3) Pola aktivitas sehari-hari
4) Pemeriksaan Fisik
5) Analisa data
6) Diagnosa Keperawatan
BAB III : PENUTUP
a).Kesimpulan
b). Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu
ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina
dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab AIDS
3. Untuk mengetahui cara penularan AIDS
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
5. Untuk mengetahui patofisiologi AIDS
6. Untuk mengetahui pathway AIDS
7. Untuk mengetahui komplikasi klien dengan AIDS
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada klien AIDS
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet pada klien AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005).
B. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau
virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili
lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah
lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus
hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa
protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein
Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan
duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2,
yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)
Cara Penularan
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1 % tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
· Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
· Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
· Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
· Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu(ASI)14%.
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV
akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh
tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam
waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut
limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam
sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan
partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang
berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang
memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T
penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya
limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.
PENYIMPANGAN KDM HIV/AIDS
Hubungan seks, transfusi darah, palsenta ibu
HIV masuk dalam tubuh
Peredaran darah
Menginfeksi sel sasaran; sel T
Perlekatan pada reseptor sel T
oleh gp 120 HIV
Fusi HIV pd membran sel oleh gp41
Masuk pada bagiian
tengah sitoplasma limfosit
Transkripsi RNA virus menjadi cDNA
Terintegrasi ke dlm kromosom pejamu
Membentuk 2 untai DNA;provirus
Meninggalkan inti sel
Sitoplasma
Pemotongan protein virus
oleh HIV protease menyebar ke seluruh sel tubuh
Segmen2 kecil mengelilingi sarkoma kaposi multi organ
RNA virus jaringan kulit invasi ke saluran gastrointestinal
Membentuk partikel vesikel pd kulit, herpes melekat dan merusak sel-sel
virus menular lesi-lesi kutaneus mukosa saluran GI
Menyerang sel-sel rentan lain turgor kulit jelek iritasi mukosa
di seluruh tubuh GANGGUAN INTEGRITAS merangsang gerakan peristaltik
menyerang jaringan limfoid KULIT diare
Destruksi sistem imun pengeluaran cairan dan elektrolit
AIDS gatal, bersisik KEKURANGAN VOLUME
Penurunan sistem imun stimulasi serabut saraf nyeri CAIRAN
RESIKO INFEKSI transmisi impuls saraf kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia
Perubahan status kesehatan Ke medula spinalis ketidaknyamanan intake makanan
hospitalisasi menarik diri dari sosial Saraf pusat anorexia
takut/khawatir tantang panyakit perasaan malu Respon nyeri nutrisi inadekuat
stress psikologi ISOLASI SOSIAL NYERI kelemahan PERUBAHAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH
ANSIETAS INTOLERANSI AKTIVITAS
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS :
Panas lebih dari 1 bulan, Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan, Badan menjadi
kurus sekali, Diare ,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening, Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip
tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri
sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif,
tapi bukan merupakan diagnosa
Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
c. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d. Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
1). Nama :
2). Umur :
3). Jenis kelamin
4). Status perkawinan
5). Agama
6). suku/bangsa
7). Pendidikan
8). Pekerjaan
9). Pendapatan
10). Alamat
11). Tanggal masuk RS
12). Tanggal pengkajian
13). Diagnosa medis
14). No. Register
15). Ruangan
16). RS
b. Identitas penanggung
1). Nama
2). Umur
3). Jenis kelamin
4). Status
5). Agama
6). Suku/bangsa
7). Pendidikan
8). Pendapatan
9). Hubungan dengan klien
10). Alamat
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Perasaan lemah, diare, rasa muntah, nyeri abdomen.
Riwayat keluhan utama : Klien dibawah di rumah sakit setelah beberapa kali BAB
yang disertai muntah serta merasakan nyeri, kualitas nyeri yaitu hilang timbul
dengan skala 6 (0-10) yaitu skala sedang, nyeri tersebut dirasakan pada bagian
abdomen, waktu nyeri tidak menentu.
Riwayat kesehatan dahulu : Klien belum pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama ataupun berbeda, klientidak memiliki penyakit keturunan
ataupun penyakit menular.
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
yang sama ataupun penyakit keturunan.
3. Pola aktivitas sehari-hari :
a). Makan dan minum :
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3kali sehari dengan porsi cukup, yaitu
nasi, ikan dan sayur. Sedangkan untuk kebutuhan minum klien yaitu dengan
frekuensi 6-7 gelas/hari, yakni air putih.
Selama sakit : Klien mengatakan jarang makan sebab tidak ada nafsu makan,
sedangkan untuk kebutuhan minum klien biasanya 3-4 gelas/hari.
b). Istrahat dan tidur :
Sebelum sakit : Klien mengatakan, waktu tidur malam yaitu jam 22.00-05.00,
sedangkan untuk tidur siang yaitu jam 13.00-15.00.
Selama sakit : Klien mengatakan waktu tidur tidak menentu.
c). Aktivitas :
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat melakukan berbagai jenis aktivitas
dengan baik dan aktif.
Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya.
d). Eliminasi :
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB dalam konsistensi padat, berwarna
kecoklatan, serta berbau khas amoniak dengan frekuensi 1-2kali/hari, sedangkan
untuk BAK klien biasanya berwarna kuning dengan bau khas dan
denganfrekuensi 3-4 kali/hari.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB dalam konsistensi feses encer/cair,
dengan frekuensi 5-6kali/hari. Sedangkan untuk BAK klien yaitu berwarna
kuning, bau khas amoniak dengan frekuensi tetap yaitu 3-4kali/hari.
4. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
a). Keadaaan umum : Lemah
b). Kesadaran : Composmentis
c). Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 39 0 C
d). Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan lurus, tidak terdapat
ketombe, tidak ada alopesia, tidak ada trauma dan pembengkakan pada kepala.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
e). Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan,tidak ada radang pada kelopak mata, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan intra okuler baik.
f). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat secret, tidak ada radang atau infeksi,
terpasang oksigen 3liter/menit.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
g). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, auricula bersih, tidak ada tumpukan serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa.
h). Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Tidak tampak cianosis pada bibir, bibir Nampak bersih, tidak ada
caries, tidak ada peradangan, lidah Nampak bersih serta mukosa berwarna merah.
i). Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak tampak ada
kekakuan.
Palpasi : Tidak terdapat massa, dan tidak ada nyeri tekan.
j). Sistem Respirasi
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, frekuensi pernapasan
24kali/menit.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
k). Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut datar,warna kulit sawo matang, tidak tampak adanya
luka, tidak tampak adanya asites.
Palpasi : Bunyi peristaltic usus terdengar 6kali/menit
Perkusi : Bunyi thympani
Auskultasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
l). Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Inspeksi : Tampak terpasang infuse, Tidak ada atrofi, tidak ada cianosis pada
kuku.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan, klien dapat merasakan
sentuhan.
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Klien dapat menggerakan kedua kakinya tetapi kekuatan ototnya
berkurang, tidak tampak ada kekakuan sendi, tidak terdapat atrofi.
Palpasi : Tidak terdapat massa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan.
5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS :
-
DO :
Penurunan sistem imunitas
tubuh
Hubungan seks, transfusi darah,
plasenta
HIV masuk ke dalam tubuh
Peredaran darah
Menginfeksi sel sasaran; sel T
Perlekatan pada reseptor sel
sasaran
Fusi HIV pada membran sel
Masuk pada sitoplasma
Transkripsi RNA virus
Integrasi ke dalam kromosom sel
pejamu
Membentuk 2 untai DNA;
provirus
Meninggalkan inti sel
Pemotongan protein virus oleh
HIV protease
membentuk segmen kecil partikel
virus menular
Menyerang sel-sel rentan lain ke
seluruh tubuh
Menyerang jaringan limfoid
Resiko infeksi
Destruksi sistem imun
Acquired imunodefisiensi
syndrome (HIV)
Penurunan sistem imun
2 DS :
- Pernyataan mudah
lelah
DO :
- Diare
- Turgor kulit jelek
- Peristaltik usus
meningkat
- Mata cekung
- Membran mukosa
kering
- Fese encer
Virus menular
Menyebar keseluruh tubuh
Sarkoma kaposi multi organ
invasi ke saluran gastrointestinal
Iritasi sel mukosa gastrointestinal
Merangsang gerakan peristaltik
Diare
Kekurangan volume
cairan
3 DS :
- Pernyataan mual
- Anorexia/penurunan
nafsu makan
DO :
- Berat badan
menurun
- Muntah
- Kandidiasi pada
lidah
Penyebaran HIV ke seluruh tubuh
Sarkoma kaposi multi organ
Kandidiasis oral, oral hairy
leukoplakia
Ketidaknyamanan intake makanan
Anorexia
Nutrisi tidak adekuat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
4 DS :
- Mengeluh adanya
rasa nyeri
DO :
- Nampak meringis
kesakitan
- Skala nyeri dalam
rentan 0-10
- Penurunan rentan
gerak
- Nampak gelisah
Lesi-lesi kutaneus
Gatal, bersisik
Stimulasi serabut saraf nyeri
Transmisi impuls saraf ke medula
spinalis
Saraf pusat
Respon nyeri
Nyeri
6. Diagnosa Keperawatan
a). Resiko infeksi berhubungan dengan imunodefisiensi.
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan sekresi
gastrointestinal ditandai dengan diare berat, berkeringat,muntah ditandai dengan
membran mukosa kering.
c). Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nutrisi inadekuat ditandai dengan penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan,
mual muntah.
d). Nyeri berhubungan dengan infalamsi/kerusakan jaringan, lesi kutaneus ditandi
dengan rasa gatal pada kulit, ketidaknyamanan, keluhan nyeri.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Resiko tinggi
terhadap
infeksi yang
berhubungan
dengan
imunodefisie
nsi
Tidak
adanya
infeksi
Bebas
dari
tanda-
tanda
infeksi
Mandiri :
Lakukan
pemeriksaan pada
cairan tubuh untuk
mengetahui
adanya darah pada
urine, feses,dan
cairan muntah
Amati/laporkan
epistaksis,hemator
ia, perdarahan
vaginal non –
menstruasi atau
pengeluran darah
melalui
lesi/orisium
tubuh/daerah
penusukan terapi
intravena
Pantau perubahan
tanda-tanda vital
dan warna kulit,
Mempercepat deteksi adanya
perdarahan /penantauan awal dari
terapi mungkin dapat perdarahan
kritis
Perdarahan spontan
mengindikasikan
trombositopenia imun
Timbulnya perdarahan/hemoragi
dapat menunujukan adanya
kegagalan sirkulasi atau syok
mis: tekanan
darah, denyut
nadi,pernapasan,
pucat
kulit/perubahan
warna
Pantau perubahan
tingkat kesadaran,
dan gangguan
penglihatan
Hindari injeksi
IM, pengukuran
rektal,
suposituria,selang
rektal
Mempertahankan
lingkungan yang
aman mis:
menjaga agar
seluruh benda
yang diperlukan
dan bel pemanggil
berada dalam
Perubahan dapat menunjukan
adanya peradarahan otak
Melindungi pasien dari prosedur
berkenaan dengan penyebab
perdarahan mis: se3lang rektal
dapat merobek mukosa rectal
Mengurangi cedera yang tidak
disengaja, yang dapat
menyebabkan perdarahan.
jangkauan pasien
dan menjaga
tempat tidur
pasien tetap
rendah
Pertahankan
istirahat ditempat
tidur, kursi apabila
trombosis di
bawah 10.000 atau
sesuai kebutuhan
perseorangan kaji
aturan obat-obatan
Kolaborasi :
Tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium mis:
PT, PTT, waktu
pembekuan,
trombosit, HB/HT
Berikan produk
darah sesuai
indikasi
Mengurangi kemungkinan
cedera, meskipun aktivitas harus
tetap dipertahankan.
Mendeteksi gangguan
kemampuan pembekuan,
mengidentivikasi kebutuhan
terapi.
Transfusi diperlukan pada waktu
terjadi perdarahan terus
menurus/perdarahan spontan
massif
Hindarkan
penggunaan
produk asipirin
Mengurangi agregasi
trombosit,ketidakseimbangan/per
panjangan proses koagulasi
2. Kekurangan
volume
cairan yang
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi
gastrointestin
al ditandai
dengan diare
berat,
berkeringat,m
untah
ditandai
dengan
membran
mukosa
kering.
Memper
tahanka
n hidrasi
Tanda-
tanda
vital
stabil
Turgor
kulit
balik
Mandiri :
Pantau TTV
termasuk CVP bila
terpasang . catat
hipertensi,
termasuk
perubahan
postural.
Cara peningkatan
suhu dan durasi
demam .berikan
kompres hangat
sesuai
indikasi.petahanka
n tetap kering.
Pertahankan
kenyamanan suhu
lingkungan.
Kajio turgor
kulit5,membran
mukosa,dan rasa
haus.
Indikator dari volume cairan
sirkulasi.
Meningkatkan kebutuhan
metaabolisme dan diaforesis
yang berlebihan yang di
hubungkan denga demam dlam
meningkatkan kehilangan cairan
takkasatmata.
Indi kator tidak langsung dari
status cairan.
Ukur haluaran
urine dan berat
jenis urin. Ukur
/kaji jumlah
kehilangan diare.
catat kehilangan
takkasatmata.
Timbang berat
badan sesuai
indikasi.
Pantau pemasukan
oral dan
memasukan cairan
sedikitnya 2500
ml/hari.
Buat cairan mudah
diberikan pada
pasien, gunakan
cairan yang mudah
di toleransi oleh
pasien dan yang
menggantikaN
elektrolit yang di
Peningkatan berat jenis
urine/penurunan haluaran urine
menunjukkan perubahan perfusi
ginjal/volume sirkulasi.
Meskipun kehilangan berat badan
dan dapat menunjukkan
penggunaan otot,fluktuasi tiba-
tiba menunjukkan sstatus hidrasi.
Mempertahankan keseimbangan
cairan ,mengurangi rasa haus,
dan melembabkan membran
mukosa.
Meningkatkan pemasuklan.cairan
tertentu mungkin telalu
menimbulkan nyeri untuk
dikonsumsi mis: jeruk
asamkarena lesi pada mulut
butuhkan mis:
gaturade, air
daging.
3. Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh yang
berhubungan
dengan
nutrisi
inadekuat
ditandai
dengan
penurunan
berat badan,
hialngnya
nafsu
makan,mual
muntah.
Memperta
hankan
berat
badan.
Masukan
oral
adekuat.
Nafsu
makan
kembali
normal.
Mandiri :
Kaji kemampuan
untuk mengunyah,
merasakan, dan
menelan
Auskultasi bising
usus
Timbang bera
serangkaian
badan sesuai
kebutuhan .
Lesi mulut,tenggorok dan
esofagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengelola makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.
hipermotilita, saluran intestinal
umum terjadi dan di hubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet/
cara makan. CATATAN: tidak
mampu mentoleransi laktosa dan
malabsorpsi berhubungan dengan
terjadinya diare dan mungkin
membutuhkan perubahan pada
diet/ formula tambahan MIS:
sumber makanan.
Indikator kebutuhan nutrisi /
pemasukan yang
adekuat.CATATAN: karena
adanya penekanan sistem imun ,
evaluasi berat
badan dalam
adanya berat
badan yang tidak
sesuai.gunakan
serangkaian berat
badan dan
atropometrik.
Hilangkan
rangsang
lingkungan yang
berbahaya/kondisi
yang
memperburuk
refleks gag.
Berikan perawatan
mulut yang terus
menurun,awasi
tindaklan
pencegahan
sekresi.hindari
obat kumur yang
mengandung
alkohol.
maka beberapa tes darah yang
umumnya di gunakan untuk
menguji status nutrisi menjadi
tidak berguna.
Mengurangurangi stimulus pusat
muntah di medulla.
Mengurangi ketidaknyamanan
yang berhubungan dengan mual
muntah,lesi oral, mengeringkan
mukosa,dan halitosis. Mulut yang
bersih akan meningkatkan nafsu
makan .
Raencanakan diet
dengan
pasien/oraang
terdekat,jika
memungkinkan
,sarankan”makana
n dari
rumah”.sedikan
makanan/ kudapan
yang sedikit tapi
sering berupa
makanan padat
nutrisi, tidak
bersifat asam dan
juga minuman
dengan pilihan
yang di sukaAI
PASIEN.
Mendorong
konsumsi
makanan berkalori
tinggi , yang dapat
merangsang nafsu
makan.catat
waktu,kapaan
Melibatkan pasien dalam rencana
memberikasn perasaan kontrol
lingkungan dan mungkin
meningkatkan pemasukan.
Memenuhi kebutuhan akan
makanan non-institusional
mungkin juga meningkatkan
pemasukan.
nafsu makan
menjadi baik dan
pada waktu itu
usahakan untuk
menyajikan porsi
makan yang lebih
besar.
4. Nyeri yang
berhubungan
dengan
infalamsi/ker
usakan
jaringan, lesi
kutaneus
ditandi
dengan rasa
gatal pada
kulit,
ketidaknyam
anan, keluhan
nyeri.
Nyeri
hilang/ter
kontrol
Menunju
kan
ekspresi
kenyama
nan.
Dapat
melakuka
n istrahat
dengan
baik.
Mandiri :
Kaji keluhan
nyeri, perhatikan
lokasi,intensitas,
(skala1-10),
ferkuensi, dan
waktu.menandai
gejala nonverbal
mis:
gelisah,takikardia,
meringis.
Dorong
pengungkapan
perasaan.
Berikan aktivitas
hiburan,mis:
Mengindikasikan kebutuhan
untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan /refelusi
komplikasi
Dapat mengurangi ansietas dan
rasa takut, sehingga mengurangi
presepsi akan ansietas rasa sakit.
Memfokuskan kembali perhatian;
mungkin dapat meningkatkan
membaca,
berkujung, dn
menonton telivisi
Lakukan tindakan
paliatif, mis:
pengubahan
posisi, masase,
rentang gerak pada
sendi yang sakit.
Berikan kompres
hangat/lembab
pada sisi injeksi
pentamidin/IV
selama 20 menit
setelah pemberian
Instrusikan
pasien/dorong
untuk
menggunakan
visualisasi/bimbin
gan imajinasi,
relaksasi progesif,
tehnik napas
dalam
kemampuan untuk
menanggulangi.
Meningkatkan
relaksasi/menurunkan
ketegangan otot
Injeksi ini diketahui sebagai
penyebab rasa sakit dan akses
steril
Meningkatkan relaksasi dan
perasaan sehat. Dapat
menurunkan kebutuhan narkotik
analgesik ( depresan SSP)
dimana telah terjadi proses
degeneratif neuro motorik.
Berikan perawatan
oral
Kolaborasi :
Berikan
analgetik/antipiure
tik, analgesik
narkotik. Gunakan
ADP ( analgesic
yang dikontrol
pasien) untuk
memberikan
analgesia 24 jam
dngan dosis prn
Ulserasi/lesi oral mungkin
menyebabkan ketidak nyamanan,
Memberikan penurunan
nyeri/tidak nyaman ; mengurangi
demam. Obat yang dikontrol
pasien berdasarkan waktu 24 jam
mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah
kekurangan ataupun kelebihan
obat-obatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan,bahwa penyakit HIV/AIDS adalah
adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a).AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV.
b).AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV.
B. Saran
o Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
o Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Heri.”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.
com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)
Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,(Online)
(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html,
diakses 20 Oktober 2012)
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit . Jakarta : EGC
UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.
blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)