lp peb
DESCRIPTION
Laporan PendahuluanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMPSI BERAT (PEB)
A. Pengertian
Pre eklampsi adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih (Rustam Mochtar, 1998).
Pre eklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Sarwono Prawirohardjo, 2009).
Pre eklampsi berat ialah pre eklampsi dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih
dari 5 g/ 24 jam (Sarwono Prawirohardjo, 2009).
B. Klasifikasi
Pre eklampsi berat dibagi menjadi dua, yaitu (Sarwono Prawirohardjo, 2009):
1. Pre eklampsi berat tanpa impending eclampsia
2. Pre eklampsi berat dengan impending eclampsia, yaitu bila pre eklampsi
berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan
penglihatan, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.
C. Etiologi
Penyebab pre eklampsi hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya pre eklampsi, tetapi tidak
satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah (Sarwono Prawirohardjo, 2009):
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada pre eklampsi tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya, sehingga menjadi tetap kaku
dan keras. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plaasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan mengalami oksidan
(radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta
iskemia dalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak
membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak,
maka terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel
endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada kehamilan normal, respons imun tidak menolak adanya hasil konsepsi
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen
protein G (HLA-G), yang berperan dalam modulasi respons imun, sehingga
si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Pada pre eklampsi terjadi
penurunan ekspresi HLA-G, sehingga kemungkinan terjadi Immune-
Maladaptation.
4. Teori adaptasi kardiovasular genetik
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya pre eklampsi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami pre eklampsi 26% anak perempuannya
akan mengalami pre eklampsi pula.
5. Teori defisiensi gizi
Beberapa peneliti menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet
perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya pre eklampsi/ eklampsi.
Kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh
darah.
6. Teori inflamasi
Disfungsi endotel pada pre eklampsi akibat produksi debris trofoblas
plasenta yang berlebihan mengakibatkan aktivitas leukosit yang sangat
tinggi pada sirkulasi ibu yang menimbulkan gejala-gejala pre eklampsi.
D. Patofisiologi
Pada pre eklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ, termasuk ke uteroplasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsi. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressor. Pre eklampsi
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation
(IUGR).
E. Tanda dan Gejala
Pre eklampsi digolongkan pre eklampsi berat bila ditemukan satu atau
lebih gejala sebagai berikut (Sarwono Prawirohardjo, 2009):
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg
2. Proteinuria lebih dari 5 g/ 24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif
3. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam
4. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala. Skotoma
dan pandangan kabur.
5. Nyeri epigastrium/ nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
6. Edema pada wajah dan tangan
7. Edema paru-paru dan sianosis
8. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler)
9. Kenaikan kadar kreatinin plasma
10. Trombositipenia berat: < 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat.
11. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
12. Hemolisis mikroangiopatik
13. Sindrom HELLP
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria pre eklampsi berat sebagaimana
tercantum dalam tanda dan gejala (Sarwono Prawirohardjo, 2009).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hematologi:
a. Hb, AT
b. PTT, APTT, fibrinogen, FDP
c. LDH, asam urat
2. Hepatik: SGOT, SGPT, LDH
3. Glukosa
4. Ginjal
a. Proteinuria
b. Kreatinin, urea, asam urat
c. USG: untuk mengetahui keadaan janin
H. Penatalaksanaan
Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2009):
1. Perawatan aktif, berarti kehamilan diakhiri/ diterminasi bersamaan dengan
pengobatan medikamentosa:
a. Rawat inap
b. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
c. Monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan
(melalui urin). Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan
tindakan koreksi.
d. Cairan yang diberikan dapat berupa:
1) 5% Ringer-dektrose atau cairan garam faali jumlah tetesan < 125
cc/ jam.
2) Infus Dektrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus
Ringer Laktat (60-125 cc/ jam) 500 cc.
e. Pasang foley cateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi
bila produksi urin < 30 cc/ jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/ 24 jam.
f. Berikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila
mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung.
g. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
h. Pemberian obat anti kejang/ Magnesium Sulfat (MgSO4):
1) Loading dose (Dosis awal)
4 gram MgSO4 intravena, (40% dalam 10 cc) selam 15 menit.
Atau diberikan secara drip dengan cara: 10 ml MgSO4 40% atau 20
ml MgSO4 20% dilarutkan dalam D5% 100 ml dengan kecepatan
20-24 tpm (Protap RSUD Ulin Banjarmasin).
2) Maintenance dose
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/ 6jam; atau diberikan
4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam.
Atau diberikan secara drip dengan cara: 15 ml MgSO4 40% atau 30
ml MgSO4 20% dilarutkan dalam D5% 500 ml dengan kecepatan
20-24 tpm (Protap RSUD Ulin Banjarmasin).
Syarat pemberian MgSO4:
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1g (10% dalam 10 cc) diberikan IV
selama 3 menit.
2) Refleks patella (+) kuat
3) Frekuensi pernapasan > 16x/ menit
MgSO4 dihentikan bila:
1) Ada tanda-tanda intoksikasi (frekuensi napas menurun sampai
henti napas, refleks patella menurun atau hilang, kesadaran
menurun).
2) Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang
berakhir.
i. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru,
payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dapat dipakai
adalah furosemid.
j. Pemberian anti hipertensi
Nifedipine dengan dosis 10-20 mg per oral, diulangi 30 menit bila
perlu. Dosis maksimum 120 mg dalam 24 jam.
k. Glukokortikoid untuk pematangan paru. Diberikan pada kehamilan 32-
34 minggu 2x24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.
Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/ lebih keadaan di bawah ini:
a. UK ≥ 37 minggu
b. Adanya tanda/ gejala impending eclampsia
c. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif
d. Diduga terjadi solusio plasenta
e. Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan
f. Adanay tanda-tanda fetal distress
g. Adanya tanda-tanda IUGR
h. NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
i. Terjadi oligohidramnion
j. Adanya tanda-tanda sindroma HELLP (hemolisis, peningkatan enzim
hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia).
Cara persalinan:
a. Periksa serviks
b. Jika serviks matang, lakukan pemecahan ketuban, lalu induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin.
c. Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 24 jam, lakukan
SC.
d. Jika DJJ < 100x/ menit atau > 180x/ menit, lakukan SC.
e. Jika serviks belum matang, janin hidup, lakukan SC.
f. Jika anestesi untuk SC (anestesi umum) tidak tersedia, atau jika janin mati
atau terlalu kecil:
1) Usahakan lahir pervaginam
2) Matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin, atau kateter
foley.
2. Perawatan konservatif, berarti kehamilan dipertahankan bersamaan dengan
pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu
tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik:
a. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
perawatan aktif. Tetapi pada perawatan konservatif, loading dose
MgSO4 tidak diberikaan secara IV, cukup IM saja.
b. Observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak
diakhiri.
c. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda PER, selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam.
d. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi dengan
cara induksi partus atau tindakan lain.
I. Komplikasi
1. Kematian ibu dan janin
2. Solusio plasenta
3. Hipofibrinogenemia
4. Hemolisis
5. Perdarahan otak
6. Kelainan mata
7. Edema paru-paru
8. Nekrosis hati
9. Sindroma HELLP
10. Kelainan ginjal
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin
12. Komplikasi lain: lidah tergigit, trauma dan fraktur
J. Prognosis
Pre eklampsi/ eklampsi masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi. Kematian ibu biasanya disebabkan
oleh perdarahan otak, dekompensio kordis dengan edema paru-paru, kegagalan
ginjal, masuknya isi lambung ke dalam jalan napas sewaktu terjadi kejang,
infeksi. Sedang sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia dan prematuritas.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta
Saifuddin, A. B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBP-SP: Jakarta
Harnawati. 2008. Askep Pre eklampsi.
Http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-preeklampsi/. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2011
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI BERAT
DI RUANG MUTIARA
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Pengkajian
Hari/ tanggal : Kamis, 22 Desember 2011
Jam : 22.30 WITA
No. RMK : 14.76.18
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny. R
Umur : 29 tahun
Suku/ Bangsa : Banjar/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Belda Gg. Mutiara RT. 10, Banjarmasin
Nama Suami : Tn. H. S
Umur : 26 tahun
Suku/ Bangsa : Banjar/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jln. Belda Gg. Mutiara RT. 10, Banjarmasin
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya terasa kencang-kencang sejak jam 04.00 WITA
dan ada keluar air-air sekitar jam 19.00 WITA disertai muntah dan
kakinya bengkak.
3. Status Perkawinan
a. Kawin : Ya
b. Usia kawin : 25 tahun
c. Lamanya : 4 tahun
d. Berapa kali menikah : 1 kali
e. Dengan suami sekarang : 4 tahun
f. Istri keberapa dari suami sekarang : Pertama
4. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Obstetri
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : Normal (2-3 kali ganti pembalut dalam
sehari)
Dismenorhea : Tidak ada
HPHT : 29- 03- 2010
TP : 06- 01- 2012
b. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan alat kandungan seperti kista, mioma, kanker rahim dan ibu
tidak pernah mengalami operasi pada alat kandungannya.
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
G2 P0 A1
NoKeadaan
Kehamilan
Tahu
n
Umur
Kehamilan
Tempat
Partus
Jenis
PartusPenolong Penyulit
Nifa
s
Anak
Sex BB keadaan
1 Abortus 2008 12 minggu
2 Ini 2011 Aterm
6. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi pil KB selama ± 2 tahun.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. G2 P0 A1
b. Trimester I
1) ANC : 2x di BPS
2) Keluhan : mual, muntah
3) Nasehat : - makan dengan porsi kecil namun sering
- hindari makanan pedas, berlemak/ yang
merangsang muntah
4) Pengobatan : Antasid 1x1 tab, B6 1x1 tab
c. Trimester II
1) ANC : 2x di BPS
2) Keluhan : pusing
3) Nasehat : - istirahat cukup sesuai kebutuhan
- bangun perlahan dari posisi istirahat
- hindari berdiri terlalu lama
4) Pengobatan : SF 1x1 tab, PCT 3x1 tab, B12 2x1 tab, TT I
d. Trimester III
1) ANC : 3x di BPS, 1x di klinik dokter
2) Keluhan : sering pusing dan kaki bengkak
3) Nasehat : - perbanyak istirahat, kaki ditinggikan saat tidur
- diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak &
garam.
- minum obat teratur dan kunjungan ulang 1
minggu lagi/ bila ada keluhan
4) Pengobatan : SF 1x1 tab, Bc 2x1 tab, TT II
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, asma,
hipertensi, TBC, DM, hepatitis dan tidak ada keturunan kembar.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit jantung, asma, hipertensi, TBC, DM, hepatitis dan
tidak ada keturunan kembar.
9. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan : ± 3-4x sehari dengan porsi sedang
Jenis makanan : nasi, sayuran, buah, lauk-pauk (ikan,
daging, telur, tahu/ tempe, udang), dsb.
Selera makan : baik
Masalah : tidak ada
b. Pola Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : ± 1-2x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek
2) BAK
Frekuensi : ± 5-6x sehari
Warna : kuning jernih
Bau : amoniak (pesing)
Masalah : tidak ada
c. Pola Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
Kebersihan vulva : Ibu membersihkan vulva setiap kali mandi
dan setelah BAB/ BAK dengan
menggunakan air bersih.
d. Pola Aktivitas
Selama hamil ibu masih dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
sehari-hari seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan
sebagainya. Saat ini klien merasa lemah, hanya terbaring di tempat
tidur apalagi bila his timbul.
e. Pola Tidur/ Istirahat
Siang hari : ± 1 jam
Malam hari : ± 7-8 jam
Masalah : sejak merasa perutnya kencang-kencang,
ibu tidak dapat tidur dengan nyenyak.
f. Pola Seksual
Frekuensi sebelum hamil : ±3-4x dalam seminggu
Frekuensi saat hamil : ±1-2x dalam seminggu
Alasan : Suami mengerti dengan keadaan istrinya
yang sedang hamil
Masalah : tidak ada
10. Data Psikologis
Selama proses persalinan ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya, ibu
berharap bayinya bisa lahir dengan selamat.
11. Data Psikososial
Selam proses persalinan ibu ditemani oleh suami dan keluarganya yang
selalu memberikan dukungan pada ibu.
12. Data Spiritual
Selama proses persalinan ibu selalu berdzikir kepada Allah SWT agar bisa
melahirkan dengan cepat dan selamat.
13. Data Sosial Budaya
Selama proses persalinan tidak terdapat praktek-prakter budaya/ adat
istiadat yang dilakukan oleh suami maupun keluarga.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi badan : 150 cm
d. Berat badan sebelum hamil : 48 kg
Berat badan saat hamil : 59 kg
e. Lila : 24,5 cm
f. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu : 36,7° C
Respirasi : 20x/ menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala : rambut tampak bersih dan tidak rontok
Muka : tidak tampak ada cloasma gravidarum dan tidak
odem.
Mata : konjungtiva tidak tampak pucat dan sklera tidak
ikterus.
Hidung : tampak bersih dan tidak ada polip
Telinga : tidak tampak ada benjolan abnormal dan tidak ada
infeksi.
Mulut/ gigi : bibir tidak tampak pucat, tidak ada stomatitis, lidah
tampak bersih dan gigi tidak ada caries.
2) Leher : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jugularis.
3) Dada : bentuk tampak simetris, payudara membesar dan
puting susu menonjol.
4) Abdomen : pembesaran perut tampak sesuai dengan umur
kehamilan dan tidak tampak ada bekas luka
operasi.
5) Genetalia : tampak pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah dan cairan ketuban.
6) Ekstremitas : kaki tampak odem
b. Palpasi
1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis.
2) Dada/ payudara : tidak teraba benjolan abnormal,
kolostrum sudah keluar.
3) Abdomen
Leopold I : TFU 2 jari di bawah Prx (28 cm), pada
fundus teraba bagian lunak, bundar dan tidak
melenting.
Leopold II : teraba bagian keras, rata dan memanjang
disebelah kanan perut ibu dan teraba bagian-bagian
terkecil janin disebelah kiri perut ibu
(Punggung kanan).
Leopold III : teraba bagian besar, bulat dan melenting
pada bagian bawah uterus (Presentasi kepala).
Leopold IV : bagian terbawah janin (kepala) sudah
masuk PAP (2/5).
4) His
Interval : 3x10´
Konsistensi : sedang
Lama : 40´´
5) Tungkai : teraba odem
c. Auskultasi
1) Kejelasan : jelas
2) Keteraturan : teratur
3) Frekuensi DJJ : 136x/ menit
d. Perkusi
Refleks patella : positif kanan dan kiri (+/ +)
e. Pemeriksaan Dalam
1) Vulva-Uretra : tidak ada kelainan
2) Vagina : tidak ada kelainan
3) Portio
Konsistensi : tidak teraba
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
4) Ketuban : (-) pecah sendiri, berwarna jernih
5) Presentasi : Belakang kepala
Bidang Hodge : Hodge III
6) Kesan panggul : luas, promontorium tidak terba
7) Pengeluaran Pervaginam : lendir bercampur darah
f. Pemeriksaan Penunjang
Tes lipstik (Albumin) : (+)
C. Assessment
G2 P0 A1, hamil aterm (38 minggu), Janin Tunggal Hidup Intra Uteri,
Punggung kanan, Presentasi kepala sudah masuk PAP (2/5), Inpartu kala II
dengan PEB.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, yaitu:
a. Tekanan darah : 160/ 110 mmHg
b. Nadi : 82x/ menit
c. Suhu : 36,7 °C
d. Respirasi : 20x/ menit
e. DJJ : 136x/ menit
f. Periksa dalam : pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa dari hasil pemeriksaan
tekanan darah ibu tinggi sehingga dapat mempengaruhi kelancaran proses
persalinan.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang dalam menghadapi persalinan agar
tekanan darah ibu tidak semakin tinggi.
4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu:
a. Memberi dukungan moril pada ibu dan keluarga dengan menganjurkan
ibu berdoa agar proses persalinan berjalan lancar dan mempersilahkan
suami/ keluarga menemani ibu.
b. Mengajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu dengan
menarik napas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat
mulut.
c. Memberi kebebasan kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman
dan menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri agar aliran
oksigen dari plasenta ke janin lancar dan mempercepat turunnya kepala
bayi.
d. Menganjurkan ibu untuk makan/ minum disela-sela kontraksi untuk
menambah tenaga dan mencegah dehidrasi.
e. Menjaga privasi ibu.
5. Memantau KU ibu dan janin setiap 30 menit
Tabel Hasil Pemantauan
Jam TD N S R His DJJ
23.00 160/ 110 80 36,7 22 3x10´ lama 40´´ 132x/ m
23.30 82 22 4x10´ lama 40´´ 136x/ m
00.00 170/ 110 86 37,3 20 4x10´ lama 45´´ 128x/ m
00.30 80 22 4x10´ lama 45´´ 128x/ m
6. Menyiapkan partus set dan heacting set
a. Partus set
1) Klem ½ soher
2) 2 klem tali pusat
3) Gunting episiotomi
4) Gunting tali pusat
5) Pengikat tali pusat
6) Handscoon 2 pasang
7) Kassa steril
8) Kateter
9) Penghisap lendir
10) Spuit 3 ml + oksitosin 10 ui
b. Heacting set
1) Nalpuder/ Neddle holder
2) Benang dan jarum
3) Pinset cyrurgis
4) Gunting benang
5) Handscoon 1 pasang
6) Tampon vagina
7) Kassa steril, kassa betadin
8) Spuit 5 cc + lidocain 1%
c. Alat-alat non steril: bengkok, tempat plasenta, 2 ember (DTT dan
klorin), waslap, alat perlindungan diri, celemek plastik, handuk/ kain
yang bersih dan kering.
7. Menyiapkan perlengkapan vakum ekstraksi:
a. Mangkok/ cup
b. Rantai penghubung
c. Pipa penghubung
d. Botol vakum dengan manometer
e. Pompa penghisap
8. Berkolaborasi dengan dokter SPOG:
a. Berikan oksigen 6 liter/ menit
b. Pemberian MgSO4 sesuai protap:
1) Dosis awal : 10 ml MgSO4 40% dilarutkan dalam D5%
100 ml dengan kecepatan 20 tpm.
2) Maintenance dose : 15 ml MgSO4 40% dilarutkan dalam D5%
500 ml dengan kecepatan 20 tpm.
c. Nipedifin 10 mg per oral
d. Infus RL + drip oksitosin 1 ampul dengan kecepatan 20 tpm
CATATAN PERKEMBANGAN
KALA II
S:
Ibu mengatakan perutnya semakin sakit.
O:
Tekanan darah: 170/ 110 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu : 37, 3° C
Respirasi : 20x/ menit
His : 4x10´ lama >40´´
DJJ : 98x/ menit
A:
Inpartu kala II dengan PEB.
P:
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa dari hasil pemeriksaan keadaan
janin mengalami gawat janin (DJJ: 98x/ menit, kurang dari batas normal
120x/ menit).
2. Meminta persetujuan ibu dan keluarga (informed consent) bahwa akan
dilakukan tindakan vakum ekstraksi agar janin dapat segera lahir
pervaginam.
3. Memastikan kelengkapan alat, bahan, dan obat-obatan esensial yang
digunakan untuk menolong persalinan dan penanganan BBL.
4. Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan persalinan:
a. Memakai APD lengkap
b. Melepaskan semua perhiasan
c. Cuci tangan 7 langkah dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
tangan dengan handuk bersih dan kering.
d. Memakai sarung tangan DTT
e. Memasukkan oksitosin 10 ui ke dalam spuit dan meletakkan kembali
ke dalam wadah partus set.
5. Melakukan vulva hygiene
6. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
VT ϕ 10 cm, portio tidak teraba, ketuban (-), kepala HIII.
7. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian
melepasnya dalam keadaan terbalik dan rendam selama 10 menit. Cuci
tangan 7 langkah.
8. Mendengarkan DJJ: 98x/ menit
9. Memberitahu ibu akan dilakukan tindakan vakum ekstraksi
10. Membantu dokter SPOG dalam melakukan tindakan vakum ekstraksi:
a. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genetalia.
Sekitar vulva ditutup dengan kain steril.
b. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan
mangkuk dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk
kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan diameter
terbesar yang dapat dipasang.
c. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/ cm2
kemudian dinaikkan -0,2 kg/ cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7
kg/ cm2. Maksud dari pembuatan tekanan negative yang bertahap ini
supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik .
d. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian
jalan lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan
kepala janin.
e. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun
blok pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan
ekstraksi dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuai dengan
sumbu panggul. Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tanan kiri operator
menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama
ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun
kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun
sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur
dinaikan (ke atas) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan
negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk
kemudian dilepas.
11. Memeriksa adanya lilitan tali pusat.
12. Memegang kepala bayi dengan kedua tangan secara biparetal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Arahkan secara hati-hati
ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian arahkan ke atas sampai bahu
belakang lahir.
13. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu
belakang. Sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu bayi bagian
depan saat badan dan lengan lahir.
14. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyelusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah bayi untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut bayi).
Pada jam 01.10 WITA bayi lahir dengan VE, jenis kelamin laki-laki.
Apgar score 5-6-7.
15. Melakukan penilaian apakah bayi segera menangis atau tidak.
16. Mengeringkan tubuh bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali
pusat.
17. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dan
umbilicus bayi. Memasang klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
18. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
19. Mengganti handuk/ kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.
Selimuti ibu dan bayi.
KALA III
S:
Ibu mengatakan perutnya mules.
O:
Tekanan darah : 140/ 100 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36, 9° C
Respirasi : 22x/ menit
TFU : setinggi pusat
Kontraksi : baik
A:
Inpartu kala III
P:
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi janin dalam
uterus.
2. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III:
a. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik
b. Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum penyuntikan).
c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan dorongan dorso
kranial hingga plasenta terlepas.
d. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada tempat yang telah disediakan.
e. Melakukan masase fundus uteri
Pada jam 01.15 WITA plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap.
3. Injeksi Asam tranexamat 1 ampul IV
KALA IV
S:
Ibu mengatakan lelah setelah melahirkan dan perutnya masih mules.
O:
Tekanan darah : 140/ 100 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu : 36,9 °C
Respirasi : 20x/ menit
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
A:
Pengawasan Kala IV
P:
1. Memastikan kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
2. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan laserasi dengan heacting jelujur.
3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
4. Mencelupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %
dan melepaskannya dalam keadaan terbalik. Mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air mengalir.
5. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam:
Tabel Pemantauan Kala IV
Jam ke Waktu TD N S R TFU Kontraksi
1 01.30 140/100 82 36,9 20 2 jari di bawah
pusat
Baik
01.45 130/100 82 22 2 jari di bawah
pusat
Baik
02.00 130/100 80 22 2 jari di bawah
pusat
Baik
02.15 130/100 84 21 2 jari di bawah
pusat
Baik
2 02.45 140/90 80 36,9 20 2 jari di bawah
pusat
Baik
03.15 130/80 82 22 2 jari di bawah
pusat
Baik
6. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
7. Melakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
8. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
10. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
11. Memastikan ibu merasa nyaman, menganjurkan suami atau keluarga untuk
memberi minuman dan makanan yang diinginkan ibu.
12. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %.
13. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan
melepaskannya dalam keadaan terbalik kemudian rendam selama 10
menit.
14. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
15. Melengkapi partograf
IDENTITAS BAYI BARU LAHIR
Nama : By. Ny. R
Hari/ Tanggal lahir : Jum’at, 23 Desember 2011
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Apgar skore : 5-6-7
Anus/ cacat : (+) / (-)