lp fraktur os nasal

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR OS NASAL PRE REPOSISI A. PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh raqsa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya sdisebabkan oleh ruda paksa. Kesimpulan : Fraktur os nasal adalah truma tulang rawan pada nasal yang disebabkan oleh ruda paksa, missal : kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-lain. B. ETIOLOGI Trauma o Langsung (kecelakaan lalulintas) o Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang) Patologis : Metastase dari tulang Degenerasi Spontan Terjadi tarikan otot yang sangat kuat

Upload: wibiatika-ayu-sapphire-blue

Post on 26-Dec-2015

687 views

Category:

Documents


95 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: LP Fraktur Os Nasal

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR OS NASAL PRE

REPOSISI

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh raqsa nyeri,

pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi.

Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya sdisebabkan

oleh ruda paksa.

Kesimpulan :

Fraktur os nasal adalah truma tulang rawan pada nasal yang disebabkan oleh ruda

paksa, missal : kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,

deformitas, dan lain-lain.

B. ETIOLOGI

Trauma

o Langsung (kecelakaan lalulintas)

o Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi

berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang)

Patologis : Metastase dari tulang

Degenerasi

Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat

C. MANIFESTASI KLINIK

Nyeri

Deformitas

Krepitasi

Bengkak

Peningkatan temperatur lokal

Pergerakan abnormal

Ecchimosis

Page 2: LP Fraktur Os Nasal

Kehilangan fungsi

Kemungkinan lain

D. PENATALAKSANAAN MEDIK

1. Penatalaksanaan Awal

Pertolongan pertama ( emergency )

Resusitasi

Penilaian klinis

2. Enam prinsip umum pengobatan fraktur

a) Jangan membuat keadaan lebih jelek komplikasi pengobatan

latrogenik mal praktek

b) Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat

c) Seleksi pengobatan

Menghilangkan nyeri

Memperoleh posisi fragmen yang baik

Mengusahakan penyambungan tulang

Pengembalian fumgsi yang obtimal

d) Mengingat proses penyembuhan secara alami

e) Bersifat realistic dan praktek dalam memilih jenis pengobatan

f) Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individu

3. AR sebelum melakukan pengobatan definitive.

a) Recognition ; diagnosis dan penilaian fraktur

Lokasi fraktur

Bentuk fraktur

Tahnik sesuai fraktur

Komplikasi yang mungkin terjadi

b) Reduction ; perlu bila restorasi frakturuntuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima.

c) Retention ; mobilisasi fraktur.

d) Rehabilitasi

PATHWAY

Page 3: LP Fraktur Os Nasal

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal

Nyeri akut b/d trauma jaringan os nasal

Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri

kondisi patologis, osteoporosis, neoplasma

Absorbsi calcium

Rentan fraktur

Trauma FacialLangsung/tidak langsung

Fraktur nasal

Deprasi saraf nyeri

Port de entre kuman

reposisi

Deficit pengetahuan

cemas

fiksasi

Pemasangan tampon pada

hidung

nyeri

Nafsu makan

Gangguan pemenuhan

nutrisi : kurang dari kebutuhan

Pola nafas tidak efektif Perubahan persepsi sensori ;

penciuman

perdarahan

Bersihan jalan nafas inefektif

Resti infeksi

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

Page 4: LP Fraktur Os Nasal

F. INTERVENSI

Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal

Tujuan :

Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 2 X 24 jam, potensi jalan nafas dapat

dipertahankan, dengan kriteria hasil :

Pola pernapasan normal

Bunyi napas jelas dan tidak bising

Aspirasi dapat dicegah

Intervensi :

Observasi frekwensi/irama pernapasan ; pernapasan cuping hidung, pernapasan

mengorok/stridor, dan serak.

Rasional : Dapat mengindikasikan terjadinya gagal pernapasan

Awasi tanda vital dan perubahan mental

Rasional : Takikardia/peningkatan gelisah dapat mengindikasikan terjadinya

hipoksia/pengaruh terhadap pernapasan.

Auskultasi bunyi napas

Rasional : Adanya mengi / ronchi menunjukkan secret tertahan.

Perubaha posisi secara periodik dan dorong pernapasan dalam

Rasional : Meningkatkan ventilasi ke semua segman paru dan mobilisasi sekret, menurunkan

resiko atelektasis dan peneumonia.

Dorong pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari, hindari minuman karbonat.

Rasional : Pengenceran sekret mulut/pernapasan untuk meningkatkan pengeluaran.

Minuman karbonat ”busa” pada area orofaringdan mungkin untuk klien

menahannya, sehingga mempengaruhi jalan napas.

Nyeri akut b/d trauma jaringan os nasal

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam klien mampu mengontrol nyeri,

dengan kriteria hasil :

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Mengikuti program pengobatan yang diberikan

Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi

Intervansi :

Page 5: LP Fraktur Os Nasal

Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan respon

terhadap obat.

Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan evaluasi

keevektivan intervensi.

Dorong penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalan dan visualisasi.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.

Kolaborasi pemberian obat analgesik

Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.

Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki rentang respon

adaptif, dengan kriteria hasil :

Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani.

Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.

Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.

Intervensi :

Dorong ekspresi ketakutan/marah

Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi.

Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah

Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui penilaian awal

juga selama pemulihan

Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan.

Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan membantu

klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.

Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan imajinasi,

visualisasi.

Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan

meningkatkan penigkatan kemampuan koping.

Page 6: LP Fraktur Os Nasal

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :

Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa,

Edisi III. EGC Jakarta.

Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta

Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.

fraktur nasal BAB I

PENDAHULUAN

Page 7: LP Fraktur Os Nasal

1.1    Latar Belakang

          Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu-lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas

merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut

data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399

kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694

mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas

yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan

juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun

2002 sebanyak 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang, tahun 2004 jumlah ini meningkat

menjadi 3.977 orang, tahun 2005 dari Januari sampai September jumlah korban mencapai 3.620

orang dengan korban meninggal 903 orang.

          Trauma yang terjadi kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari organ

apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut sebagai trauma benda tumpul. Ada

tiga trauma yang paling sering terjadi dalam peristiwa ini, yaitu trauma kepala, fraktur (patah

tulang), dan trauma dada.

          Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh tekanan dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang

dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya. Fraktur nasal adalah jenis trauma

wajah yang paling sering terjadi. Posisinya yang berada di tengah dan proyeksi anterior pada

wajah menjadi faktor predisposisi terjadinya trauma. Fraktur nasal disebabkan oleh trauma

dengan kecepatan rendah. Fraktur nasal yang disebabkan oleh kecepatan yang tinggi bisa

menyebabkan fraktur wajah.

1.2    Tujuan Penulisan

1.2.1   Tujuan Umum

1.2.2   Tujuan khusus

1.2.2.1        

1.2.2.2        

1.2.2.3        

1.3    Metode Penulisan

Page 8: LP Fraktur Os Nasal

     Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan

penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang

ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

1.4  Sistematika Penulisan

       BAB I      : Pendahuluan

Berisikan latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II    : Tinjauan Teoritis

BAB III   : Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran

 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontunuitas  tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,

fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk dan bahkan kontraksi otot

eksterm. (Keperawatan Medikal Bedah vol. 3, Brunner dan suddarth ,2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda

paksa (Mansjoer et al, 2000).

Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah. Sedangkan jika disebabkan

oleh trauma kecepatan tinggi biasanya berhubungan dengan fraktur wajah biasanya Le Fort tipe

1 dan 2. Selain itu, injury nasal juga berhubungan dengan cedera leher atau kepala.

Fraktur nasal adalah fraktur pada os nasal akibat adanya ruda paksa.

2.2 Anatomi  Fisiologi Hidung

     Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian ekstrnal menonjol dari wajah dan

disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium

sebelah luar dari rngga hidung.

     Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung

kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga

hidung dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasi (juga disebut konka) dari dinding

lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung

Page 9: LP Fraktur Os Nasal

vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet

yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan

silia.

     Udara yang melewati kavitas nasalis dihangatkan dan dilembapkan, sehingga udara yang

mencapai paru akan hangat dan lembap. Bakteri dan partikel dari polusi udara terperangkap oleh

mukus; silia secara berkesinambungan mendorong mukus menuju faring. Kebanyakan mukus ini

akan ditelan, dan bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam HCl dalam getah lambung.

     Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Hidung

bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa

hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.

Sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat dalam os maksilaris, frontalis,

sfenoidalis, dan etmoidalis. Sinus ini dilapisi oleh epitel bersilia, dan mukus yang diproduksi

akan dialirkan menuju kavitas nasalis. Funsi sinus paranasalis adalah meringankan tengkorak

dan menciptakan resonansi untuk suara.

2.3  Jenis – jenis Fraktur Hidung

2.3.1 Fraktur hidung sederhana

Jika fraktur dari tulang hidung, dapat dilakukan perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi

local.

2.3.2 Fraktur Tulang Hidung Terbuka

Fraktur tulang hidung terbuka menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung dan disertai

laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.

2.3.3 Fraktur Tulang Nasoetmoid

Fraktur ini merupakan fraktur hebat pada tulang hidung, prosesus frontal pars maksila dan

prosesus nasal pars frontal. Fraktur tulang nasoetmoid dapat menyebabkan komplikasi

2.4 Etiologi

Penyebab trauma nasal ada 4 yaitu:

2.4.1        Mendapat serangan misal dipukul,atau terjatuh

2.4.2        Injury karena olah raga

2.4.3        Kecelakaan (personal accident)

2.4.4        Kecelakaan lalu lintas

2.5  Patofisiologi

Page 10: LP Fraktur Os Nasal

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan.

Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka

terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut

dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke

bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon

inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya 

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1.      Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan

arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2.      Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur

seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan

tulang.

2.6 Manifestasi Klinis

 2.6.1    Depresi atau pergeseran tulang-tulang hidung

2.6.2        Pada perabaan dirasakan nyeri

2.6.3        Pembengkakan jaringan lunak yang berdekatan dengan hidung

2.6.4        Epistaksis

2.6.5        Krepitasi

2.7      Komplikasi

2.7.1 Deviasi hidung

Deviasi dapat terjadi pada septum nasal, tulang nasal atau keduanya.

2.7.2 Bleeding

2.7.3 Saddling

2.7.4 Kebocoran cairan serebrospinal

2.7.5 Komplikasi orbital

2.8       Pemeriksaan Penunjang

Page 11: LP Fraktur Os Nasal

2.8.1        Oedem, hematoma, laserasi, robek atau perdarahan ( epistaksis )

2.8.2        Deformitas : cekungan atau hidung bengkok

2.8.3        Fraktur tulang (+) krepitasi ( baru )

2.8.4        Setelah 2 – 3 hari terjadi edema

2.8.5        Pemeriksaan tambahan

a.       Dari pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan deformitas pada hidung, deviasi septum nasi

dan nyeri tekan hidung.

b.      Dari pemeriksaan water positions, pada foto cranium anteroposterior, foto nasale lateral,

didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak

pembesaran chonca nasalis bilateral.

2.9  Penatalaksanaan

2.9.1 Tujuan Penanganan Fraktur Hidung

a.    Mengembalikan penampilan secara memuaskan

b.    Mengembalikan patensi jalan nafas hidung

c.    Menempatkan kembali septum pada garis tengah

d.   Menjaga keutuhan rongga hidung

e.    Mencegah sumbatan setelah operasi, perforasi septum, retraksi kolumela, perubahan bentuk

punggung hidung

f.     Mencegah gangguan pertumbuhan hidung

2.9.2 Penatalaksanaan Medis

a.    Deviasi

Tindakan yang dilakukan pada deviasi septum biasanya dengan septoplasty. Selain itu seiring

dengan perkembangan bedah plastic untuk komestika, maka dapat dilakukan rhinoplasty.

Rhinoplasty adalah operasi plastic pada hidung. Ada 2 macam :

  Augmentasi rhinoplasty

Penambahan pada hidung. Yang harus diperhatikan tidak boleh menambahkan injeksi silicon.

Yang boleh digunakan adalah bahan dari luar, misalnya silicon padat maupun bahan dari dalam

tubuh sendiri misal tulang rawan, flap kulit/dermatograft.

  Reduksi rhinoplasty : pengurangan pada hidung.

b.    Bleeding

Terjadi bleeding karena lacerasi mucosal sebaiknya dihentikan 24 jam dengan nasal packing

atau jika persisten dan banyak dilakukan dengan membuka arteri sphenopalatine atau arteri

Page 12: LP Fraktur Os Nasal

ethmoidal anterior. Tempat terjadinya bleeding seharusnya diidentifikasi dan jika dari

sphenopalatine maka eksplorasi septal dikeluarkan dan ketika arteri dibebaskan dari segmen

fraktur biasanya dihentikan dengan packing (balutan). Jika arteri ethmoidal masih terjadi

bleeding setelah fraktur ethmoidal maka dilakukan ‘clip’ dengan ethmoid eksternal yang sesuai.

c.    Saddling

Biasanya terjadi pada fraktur kelas 3 dan hasilnya adalah kegagalan untuk mengekstrak tulang

nasal dari bawah tulang frontal atau terjadi malunion tulang nasal yang disebabkan fraktur

laybirith ethmoidal.

d.   Kebocoran cairan serebrospinal

Ini jarang terjadi. Ini hanya akan terjadi jika fragmen tulang menginsersi ke dalam area dural

tear (air mata) maka akan terjadi kebocoran. Tindakan yang dilakukan dengan craniotomy

frontal. Perlu diperhatikan juga bahwa kebocoran bisa terjadi karena komplikasi dari meningitis

sehingga perlu diobservasi kondisi pasien post trauma dan periode discharge. Penanganan

dengan antibiotic prophylactic perlu dilakukan.

e.    Komplikasi orbital

Tindakan dacryocystorrhinostomy dilakukan untuk mengatasi masalah.

Anamnesis + pemeriksaan fisik     Pasca trauma    Deformitas    Epitaksis    Tensi normal/turun                                    TRAUMA TERTUTUP    Tidak ada edema              reposisi segera    Edema     reposisi setelah edema hilang                                                 TINDAKAN SEGERA

Bebaskan jalan napasTRAUMA HIDUNG                         Hentikan perdarahan  

Infuse bila perlu

TRAUMA TERBUKA Pemeriksaan penunjang                                                           eksplorasi dan reposisi

    Foto rontgen tulang hidung    CT scan bila perlu 

2.9.3  Reposisi fraktur nasal

Reposisi fraktur nasal adalah tindakan melakukan pengembalian dari fragmen tulang nasal yang

mengalami patah tulang kembali ke kedudukan semula.

Indikasi operasi                         : deformitas

Page 13: LP Fraktur Os Nasal

Kontra indikasi operasi  : Tidak ada kontra indikasi operasi fraktur nasal

Diagnosis banding         : Fraktur naso etmoidalis kompleks

  Fraktur maksila

Pemeriksaan penunjang : foto nasal, untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan

   foto waters

Menjelang operasi :

a.    Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani

serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita

untuk dilakukan operasi (Informed consent).

b.    Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi. Instrumen yang digunakan

untuk reduksi tertutup adalah elevator Boies atau Ballenger, forcep Asch dan Walsham.

c.    Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi .

d.   Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau kombinasi Clindamycin dan Garamycin, dosis

menyesuaikan untuk profilaksis.

2.9.3.1 Tekhnik operasi

a.    Reduksi tertutup

Pembiusan dengan anestesi umum. Posisi pasien terlentang, dikerjakan di kamar operasi dengan

anestesi general atau lokal. Disinfeksi lapangan operasi dengan larutan hibitan-alkohol 70%

1:1000. Lapangan operasi dipersempit dengan linen steril.

b.      Reduksi Terbuka

Penderita dalam anestesi umum dengan pipa orotrakheal, posisi telentang dengan kepala sedikit

ekstensi. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan Hibitane dalam alkohol 70% 1: 1000,

seluruh wajah terlihat. Persempit lapangan operasi dengan menggunakan kain steril

2.9.3.2 Komplikasi operasi

            Komplikasi awal :

a.         Hematoma

Hematom cukup serius dan membutuhkan drainase. Harus dicari adanya hematom septal pada

setiap kasus trauma septal karena kondisi ini menyebabkan timbulnya infeksi sehingga kartilago

septal hilang dan akhirnya terbentuk deformitas pelana. Hematom septal harus dicurigai jika

Page 14: LP Fraktur Os Nasal

didapati nyeri dan pembengkakan yang menetap; komplikasi ini perlu diperhatikan pada anak-

anak. Splint silastic dapat digunakan untuk mencegah reakumulasi darah pada tempat hematom.

b.      Epitaksis

Epistaksis biasanya sembuh spontan tapi jika kambuh kembali perlu dikauter, tampon nasal atau

ligasi pembuluh darah. Perdarahan anterior karena laserasi arteri etmoid anterior, cabang dari

arteri optalmikus (sistem karotis interna). Perdarahan dari posterior dari arteri etmoid posterior

atau dari arteri sfenopalatina cabang nasal lateral, dan mungkin perlu ligasi arteri maksila interna

untuk menghentikannya. Jika menggunakan tampon nasal, tidak perlu terlalu banyak, karena

dapat mempengaruhi suplai darah pada septum yang mengalami trauma sehingga menyebabkan

nekrosis.

c.       Infeksi

Infeksi tidak umum terjadi, tapi antibiotik profilaksis penting untuk pasien yang mempunyai

penyakit kelemahan kronis, immuno-compromised dan dengan hematom septal.

d.      Kebocoran liquor

Kebocoran liquor jarang dan disebabkan fraktur ‘cribriform plate’ atau dinding posterior sinus

frontal. Kebocoran kulit cukup diobservasi selama 4 sampai 6 minggu dan biasanya terjadi

penutupan spontan. Konsultasi bedah saraf.

Komplikasi lanjut :

Komplikasi ini berupa obstruksi jalan nafas, fibrosis/kontraktur, deformitas sekunder, synechiae,

hidung pelana dan perforasi septal. Penatalaksanaan terbaik dari komplikasi ini adalah dengan

mencegah terjadinya komplikasi itu sendiri.

2.9.3.3 Perawatan Paska bedah

a.    Infus Ringer Laktat / Dekstrose 5 % 1 : 4 dilanjutkan selama 1 hari

b.    Antibitika profilaksis diteruskan setiap 8 jam , sampai 3 kali pemberian .

c.    Analgetika diberikan kalau perlu

d.   Penderita sadar betul boleh minum sedikit , sedikit

e.    Bila 8 jam kemudian tidak apa apa boleh makan bubur ( lanjutkan 1 minggu )

f.     Perhatikan posisi tidur , jangan sampai daerah operasi tertekan.

g.    Rawat luka pada hari ke 2 – 3 , angkat jahitan hari ke-7.

2.10 Asuhan Keperawatan

Page 15: LP Fraktur Os Nasal

 2.10.1 Pengkajian

Hidung diperiksa ke dalam untuk menyingkirkan kemungkinan dimana cedera dapat

diperburuk oleh fraktur septum nasal dan adanya hematoma submukosa septal. Jika terjadi

hematoma dan tidak dialirkan, hematoma ini pada akhirnya akan menjadi abses yang

menghancurkan kartilago septum. Deformitas pelana hidung akan terjadi.

     Segera setelah cedera biasanya terjadi perdarahan banyak dari hidung eksternal dan internal

ke dalam faring. Terdapat pembengkakan yang jelas pada jaringan lunak yang berdekatan

dengan hidung dan seringkali deformitas tertentu. Oleh karena pembengkakan dan perdarahan,

diagnosis yang akurat dapat ditegakkan hanya setelah pembengkakan menghilang.

     Cairan jernih yang mengalir dari salah satu nostril menandakan fraktur lempeng kribrifomis

dengan kebocoran cairan serebrospinal. Karena cairan serebrospinal mengandung glukosa,

cairan ini dapat dengan mudah dibedakan dari mukus hidung dengan menggunakan dipstick.

Biasanya, inspeksi dan palpasi yang cermat akan menemukan setiap deviasi tulang atau

gangguan pada kartilago hidung dan membantu menyingkirkan perluasan fraktur ke dalam

tulang tengkorak.

2.10.2 Diagnosa Keperawatan

Pre operasi :

1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik

2.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang

Post operasi :

1.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah

2.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3.      Gangguan gambaran diri berhubungan dengan injury/trauma dan pembedahan.

2.10.3  Intervensi Keperawatan

Perawat menginstruksikan klien untuk memasang kantung es pada hidung selama 20 menit

sebanyak 4 kali sehari sampai pembengkakan menghilang. Pasien yang mengalami perdarahan

dari hidung (epitaksis) karena cedera untuk alasan yang tidak jelas biasanya ketakutan dan

gelisah. Penggunaan sumbatan untuk menghentikan perdarahan biasnya tidak nyaman; obstruksi

jalan napas nasal oleh penyumbat mendorong pasien untuk bernapas melalui mulut. Hal ini

menyebabkan membran mukosa mulut menjadi kering. Bilas mulut kan membantu

Page 16: LP Fraktur Os Nasal

melembabkan membran mukosa dan untuk mengurangi bau serta rasa dari darah yang

mengering dalam orofaring dan nasofaring.

http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/fraktur-nasal.html