lingkungan pengendapan
DESCRIPTION
stratigrafiTRANSCRIPT
1. Produk sedimentasi/stratigrafi dari lingkungan darat, transisi, dan laut
A. Lingkungan Darat
a. Fluvial
Litologi : konglomerat, batupasir hingga batulempung; konglomerat
intraformasional yang tipis umum; batupasir yang banyak dijumpai bersifat
litik-an (lithic) atau arkos-an (arkosic).
Tekstur : konglomerat yang diendapkan oleh aliran sungai berfabrik pebble-
supported dengan imbrikasi sedangkan yang diendapkan oleh debris flow
berfabrik matrix-supported. Batupasir berwarna merah dan tersusun oleh butiran
meruncing sampai membundar dengan sortasi sedang.
Stuktur : batupasir menunjukkan perlapisan silang siur tipe palung dan tabular,
perlapisan datar + lineasi, channels and scoured surfaces; batupasir yang lebih
halus menunjukkan ripple dan laminasi silang siur; konglomerat membentuk
lensa dalam perlapisan silang siur; batulempung seringkali masif dengan rootlet
dan nodul – nodul karbonatan (calcrete)
Fosil : kaya akan fosil tumbuhan (fragmen atau in situ), tulang ikan, dan
moluska air tawar.
Facies sequences: tergantung pada tipe subenvironment-nya: sikuen kipas
aluvial bisa menunjukkan pengkasaran atau penghalusan ke atas tergantung
iklim dan tektonik; meandering streams menunjukkan satuan batupasir silang
siur yang menghalus ke atas berketebalan sampai beberapa meter dengan
permukaan akresi lateral, berselang – seling dengan batulempung, sering
mengandung calcrete; sandy braided stream menghasilkan lensa batupasir
silang siur dengan beberapa perselingan batulempung
b. Eolian
Litologi : tergantung sumber material klastiknya, misal pasir karbonatan, pasir
oolitik, loess – pasir gipsum, tapi umumnya protokuarsit – pasir kuarsa (>85%
butiran kuarsa). Pada litologi tersebut terkandung mineral berat, namun untuk
mineral – mineral besi cenderung teralterasi secara kimia. Lempung sangat
sedikit, terdapat hanya pada endapan wadi, interdune atau pesisir sabkha, inland
sabkha, dan danau playa tapi bisa juga berupa mineral autigenik pasca
pengendapan. Semen pasir dapat berupa kalsit atau dolomit, tergantung pada
muka air tanah (phreatic level). Nodul – nodul gipsum atau anhidrit bisa hadir
secara melidah pada endapan wadi atau sabkha.
Tekstur : pasir eolian umumnya mengandung butiran berukuran pasir halus
hingga sedang ( 0,2 – 0,5 mm), sangat membundar, dan sortasi baik.
Struktur : umumnya membentuk struktur silang siur berukuran sedang – besar
dengan besar sudut yang bervariasi, baik tergolong dalam tipe planar maupun
tipe palung.
Sikuen : sikuen menghalus ke atas dan struktur sedimennya juga menunjukkan
satuan menghalus ke atas. Sikuen ini bisa diselingi dengan sistem saluran wadi
atau sistem fluvial.
c. Lakustrin
Litologi : bervariasi mulai dari konglomerat hingga batulempung, batugamping,
napal, endapan evaporit, rijang, serpih minyak (oil shales), dan batubara
Struktur : wave-formed ripples, retakan hasil desikasi dan stromatolit,
perulangan laminasi biasanya berselang – seling dengan batupasir bergradasi
hasil arus turbid
Fosil : non – marine invertebrate (khususnya bivalvia dan gastropoda);
vertebrata (footprints dan tulang); tumbuhan (khususnya ganggang)
Facies sequences : seringkali mencerminkan perubahan muka air yang
dipengaruhi oleh iklim dan tektonik
d. Glasial
Litologi : tilit, batupasir, sedimen – sedimen halus dengan sisipan klastika
(dropstones)
Tekstur : sortasi buruk, matrix-supported, butiran ya butiran meruncing bisa
menunjukkan striasi sedangkan ng membundar dapat menunjukkan orientasi
yang lebih baik
Struktur : tilit umumnya masif tapi kadang – kadang menunjukkan perlapisan;
sedimen berukuran halus menunjukkan laminasi (varved); batupasir
fluvioglasial menunjukkan perlapisan atau laminasi silang siur, scour and
channels
Fosil : umumnya tidak ada (atau hasil rombakan), kecuali dalam sedimen
glaciomarine
Facies sequences : tidak ada sikuen yang khas.
B. Lingkungan Transisi
a. Delta
- Delta Plain
Sublingkungan ini mengalami kontak secara langsung dengan udara. Ia
terbagi menjadi :
- Delta plain bagian atas (upper delta plain), yaitu bagian dari delta
plain yang berada di atas pengaruh pasang surut dan sedikit dipengaruhi oleh
proses laut. Endapan – endapan yang terdapat pada daerah ini terbagi atas dua
kelompok besar, yaitu : endapan saluran berpindah (migratory channel deposit),
endapan saluran teranyam (braided channel deposit), dan endapan saluran
meander (meandering channel deposit); endapan lacustrine delta fill dan
endapan dataran banjir. Secara umum, sedimen – sedimen yang diendapkan di
daerah ini didominasi oleh pasir – pasir sungai, gravel, dan lumpur yang
mungkin berasosiasi dengan endapan danau, paya – paya (swamp), dan rawa
(marsh).
- Delta plain bagian bawah (lower delta plain), yaitu bagian dari
delta plain yang berada di antara garis pantai pasang surut rendah ke arah darat
(low-tide shoreline landward) dan batas bagian yang lebih atas dari pengaruh
pasang surut. Endapan –endapan di daerah ini terbagi atas dua kelompok, yaitu :
endapan bay – fill (interdistributary bay, crevasse splays, dan tanggul alam) dan
endapan abandoned distributary – fill. Di daerah ini bisa terdapat tubuh pasir,
endapan berukuran halus, lumpur, dan material organik. Pada iklim yang sangat
kering dapat dijumpai sedimen evaporit.
- Delta Front
Subenvironment berenergi tinggi, dimana sedimen mengalami pengerjaan
kembali oleh arus pasang surut, marine longshore current, dan aktivitas
gelombang (10 m atau kurang). Sikuen delta front relatif mengkasar ke atas
dimana bagian bawahnya berupa fasies sedimen berukuran halus prodelta
berubah menuju fasies batupasir pantai. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi
delta front dan mungkin mengalami truncation oleh sikuen fluvial atau sikuen
tidal – distribuatry channel ketika progradasi terus berlanjut.
- Prodelta
Subenvironment transisi antara delta front dengan dangkalan laut (normal
marine – shelf). Ia merupakan bagian delta yang berada di bawah kedalaman
efektif dari gelombang erosi, di luar delta front dan berlereng sangat landai
menuju dasar cekungan. Sedimen yang diendapkan di daerah ini tersusun atas
endapan sedimen yang sangat halus hasil suspensi.
Sedimen yang berada di daerah delta memiliki variasi yang besar mulai
dari yang berukuran sangat halus – kasar, material organik, hingga sedimen
evaporit. Struktur sedimen yang ada pun juga bervariasi, antara lain struktur
silang siur, laminasi paralel dan perlapisan. Di daerah ini juga seringkali
dijumpai fosil hasil aktivitas organisme seperti burrow.
Sikuen delta memiliki variasi karakteristik yang besar karena faktor
pengontrol pembentukannya sangat kompleks, antara lain seting geografi,
dinamika dan interaksi proses fluvial dan marine, dan suplai sedimen. Namun,
secara umum delta menunjukka sikuen pengendapan yang mengkasar ke atas
(coarsening upward)
b. Pantai
Pada lingkungan pengendapan pantai dapat dirangkum ciri – cirinya, yaitu
tersusun atas endapan sedimen berukuran halus hingga sedang, sortasi baik,
menunjukkan laminasi paralel sub-horizontal dengan sudut yang kecil,
perlapisan silang siur dapat ke arah laut ataupun ke arah darat, serta dapat pula
berupa alongshore-dipping crossbed. Struktur bioturbasi juga dapat dijumpai.
c. Estuari/Lagoon
Litologi : pada mikrotidal estuari tersusun atas lumpur dengan sejumlah kecil
pasir, carbon flake, sisa – sisa biogenik seperi cangkang moluska, fragmen
kayu, lumpur pelet; pada mesotidal dan makrotidal estuari tersusun atas endapan
– endapan pasir, pada lagoon didominasi oleh litologi berupa lanau dan lumpur,
dapat juga hadir endapan evaporit seperti gipsum (utama), halit, dan dolomit
(dalam jumlah kecil)
Struktur : bioturbasi, perlapisan paralel, perlapisan silang siur, flaser bedding,
laminasi planar.
Fosil : pelecypode dan gastropode.
Sikuen : untuk mesotidal estuari pada bagian bawah biasanya berupa lag deposit
yang tesusun atas pasir, cangkang, gravel, fragmen lumpur, dan fragmen kayu,
kemudian di atasnya terdapat pasir dengan struktur silang siur, yang kemudian
ditumpangi oleh pasir intertidal – flat dengan sturktur bioturbasi atau sama
sekali tidak berstruktur, akhirnya di bagian paling atas diendapkan sedimen
berukuran halus seperti pasir halus, lanau, dan lempung yang seringkali
berasosiasi dengan rhizome structure.
d. Dataran Tidal
Litologi : pada dataran tidal silisiklastik sedimen terdistribusi pada zona – zona
tertentu, lumpur berada di daerah supratidal dan zona intertidal bagian atas,
pada rawa – rawa supratidal dicirikan dengan melimpahnya sisa – sisa tanaman ;
campuran lumpur dan pasir berada di bagian tengah zona intertidal; pasir
merupakan litologi utama pada zona intertidal bagian bawah. Pada dataran tidal
karbonat, litologi utama daerah berenergi rendah berupa muddy deposit
sedangkan di area yang berenergi lebih tinggi tersusun oleh pasir karbonat yang
mengandung fragmen skeletal, intraklas, atau oolit. Mineral – mineral evaporit
seperti gipsum, anhidrit, dan halit bisa hadir pada dataran tidal beriklim kering
(arid), umumnya berasosiasi dengan dolomit dan mineral karbonat yang lain.
Struktur sedimen : megaripples, perlapisan silang siur berskala kecil, flaser
bedding, wavy bedding, lenticular bedding, herringbone cross bedding,
mudcrack algal stromatolite, raindrop imprint.
Fosil : fosil jejak berupa burrow, feeding and resting traces, serta jejak burung –
hewan darat, maupun serangga.
Sikuen vertikal : dapat berupa sikuen transgresif (menghalus ke atas) dan sikuen
regresif (mengkasar ke atas) tergantung pada dinamika sedimentasi dan
tektonisme
C. Lingkungan Laut
a. Laut dangkal
Pada lingkungan pengendapan ini, sedimen yang diendapkan dapat
berupa material silisiklastik maupun material karbonat
- Fasies laut dangkal silisiklastik
Litologi : umumnya batupasir (seringkali quartz arenite), dapat juga berupa
muddy sandstone, sandy mudrocks, dan mudrocks; konglomerat tipis dapat hadir
Struktur : pada batupasir : perlapisan silang siur, struktur herringbone,
perlapisan paralel, current ripples, laminasi silang siur, lenticular and flaser
bedding, dessication cracks, batupasir bergradasi; pada batulempung dapat
terkandung nodul pirit dan struktur bioturbasi
Fosil : fauna laut dengan variasi yang tergantung oleh salinitas, tingkat
turbulensi, substrat, dan lain – lain.
Sikuen : sangat bervariasi tergantung pada sejarah perubahan muka air laut;
dapat menghalus ke atas, dapat juga mengkasar ke atas.
- Fasies laut dangkal karbonat
Litologi : berbagai macam jenis batugamping (utama), dolomit, dan evaporit
(khususnya sulfat). Batugamping tersebut dapat mengalami proses silisifikasi
Tekstur : beragam tergantung pada mekanisme sedimentasi
Struktur : bervariasi, misalnya perlapisan silang siur, perlapisan paralel,
scouring, ripples, dessication cracks, stromatolites, fenestrae, stromatactis dan
stylolites; untuk batugamping terumbu dapat bmasif dan tidak berlapis, banyak
organisme dalam posisi tumbuh
Fosil : bervariasi dan melimpah pada normal marine, namun terbatas dan jarang
pada hypersaline dan hyposaline marine.
Sikuen : banyak jenisnya namun sikuen pendangkalan ke atas sangat umum
b. Fasies laut dalam (deeper marine facies)
Lingkungan laut dalam juga dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
lingkungan laut dalam yang material sedimennya berupa silisiklastik (deeper
marine silisiclastic facies) dan material karbonat (deeper marine carbonate
facies)
- Fasies laut dalam silisiklastik (deeper marine silisiclastic facies)
Litologi : batupasir (sering berupa graywacke), batulempung, juga konglomerat
Tekstur : batupasir umumnya kaya akan matriks, demikian juga konglomerat
dan biasanya merupakan hasil dari mekanisme debris flow.
Struktur : perlapisan bergradasi, sole marks, slump structure, dewatering
structure, masif. Batulempung bisa menunjukkan laminasi halus
Fosil : batulempung seringkali mengandung fosil pelagis, pada interbedded
sandstone dapat mengandung fosil laut dangkal yang terbawa ke arah bawah.
Sikuen : suksesi turbidit dapat menunjukkan pengkasaran dan penebalan ke
arah atas pada lapisan batupasir, atau penghalusan dan penipisan ke arah atas
- Fasies laut dalam karbonat dan pelagis (deeper marine carbonate and
pelagic facies)
Litologi : batugamping pelagis berukuran halus dengan kandungan fosil pelagis
yang melimpah, batugamping turbidit berukuran kasar dan mengandung fosil
laut dangkal, rijang, fosforit, nodul besi – mangan, batulempung hemipelagis.
Struktur : batugamping pelagis seringkali menunjukkan struktur nodul,
hardgrounds yang berasosiasi dengan sheet cracks dan neptunian dykes, serta
stylolites; batugamping turbidit dapat menunjukkan struktur gradasi dan struktur
laninya (sole structures); rijang dapat menunjukkan struktur laminasi dan
gradasi. Pada sedimen pelagis mungkin terdapat slump folded structure dan
breksiasi.
2. Faktor yang mempengaruhi pengendapan di lingkungan darat, transisi, dan
laut
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengendapan di lingkungan darat, transisi,
dan laut serta hubungannya dengan unsur fasies sedimenter yang dihasilkan
dapat dirangkum sebagai berikut :
Lingkungan Pengendapan Fasies PengendapanUnsur – unsur dinamis Proses fisika : aktivitas gelombang dan arus, gravitasi, perubahan muka air laut, tektonisme dan volkanisme Proses kimiawi: pelarutan, presipitasi, autigenesis Proses biologi: presipitasi biokimia; pengerjaan kembali sedimen oleh organisme (reworking process), fotosintesisUnsur – unsur statis Geomorfologi lingkungan pengendapan Kedalaman air Sifat kimia air Material yang diendapkan (suplai sedimen) Iklim
Geometri endapan : Berbentuk selimut, prisma, tali sepatu, dan sebagainyaKarakter utama sedimen Fisik : hubungan perlapisan dan kontak, tekstur dan struktur sedimen, warna, komposisi partikel Kimia : komposisi unsur – unsur utama dan unsur jejak Biologi : kandungan fosil (jenis dan kelimpahannya)Karakter sedimen turunan Porositas dan permeabilitas Karakter akustik (sound transmissibility) Resitivitas Keradioaktifan
-
- Unsur – unsur dinamis
a. Proses fisika
Pada lingkungan pengendapan darat, jenis arus memainkan peranan yang
sangat penting. Arus yang berbeda akan menghasilkan tubuh sedimen
yang berbeda. Berbeda halnya dengan lingkungan transisi yang mendapat
pengaruh baik dari darat (berupa aktivitas arus), maupun dari laut (berupa
aktivitas gelombang). Demikian pula dengan lingkungan laut, pada
kedalaman yang berbeda akan terjadi variasi arus, sehingga sedimen yang
dihasilkan pun akan memiliki karakter – karakter yang berbeda.
Pengaruh gaya gravitasi lebih signifikan pada lingkungan pengendapan
darat, seperti sungai. Tidak seperti laut, aliran sungai selain dikontrol oleh
struktur (tubuh sungai) juga dipengaruhi oleh beda tinggi, sehingga pada
daerah yang berlereng curam (hulu) sedimen yang dihasilkan pun akan
berbeda dengan sedimen yang diendapkan di daerah yang lebih landai
(hilir).
Perubahan muka air laut sangat mempengaruhi produk sedimen yang
dihasilkan di ketiga lingkungan pengendapan tersebut, demikian pula
tektonisme dan volkanisme. Perubahan muka air laut serta tektonisme
akan mempengaruhi karakter cekungan sehingga meskipun suatu material
sedimen memiliki ciri yang sama, namun jika diendapkan pada kondisi
muka air laut dan tektonik (ruang akomodasi) yang berbeda maka karakter
sedimen tersebut juga akan berbeda.
b. Proses kimiawi
Proses pelarutan secara signifikan terjadi di lingkungan kontinen (darat),
dibandingkan laut. Namun, sifat – sifat kimia dari tubuh air di daerah laut
akan lebih bervariasi dibandingkan di daerah darat. Di lingkungan laut
dapat terjadi perubahan besar pH dan EH, demikian pula daerah transisi,
namun di lingkungan darat pH dan EH relatif sama (kecuali di daerah rawa
yang memiliki pH asam serta bersifat reduktif)
c. Proses biologi
Aktivitas organisme dapat terjadi di semua lingkungan pengendapan.
Namun, masing – masing lingkungan pengendapan memiliki organisme
yang khas sehingga dari fosil yang ditemukan dapat sangat membantu
dalam penginterpretasian lingkungan pengendapan.
- Unsur – unsur statis
a. Geomorfologi lingkungan pengendapan
Geomorfologi lingkungan pengendapan pada daerah darat dan laut lebih
bervariasi dibandingkan dengan daerah transisi. Geomorfologi yang
berbeda akan berimplikasi pada geometri atau dimensi dari sedimen yang
dihasilkan.
b. Kedalaman air
Pada kedalaman air yang berbeda juga akan dihasilkan sedimen yang
berbeda. Namun, variasi kedalaman di darat dan zona transisi relatif sama
sehingga tidak terlalu mempengaruhi produk sedimen yang dihasilkan,
sementra untuk lingkungan laut variasi kedalaman sangat mempengaruhi
jenis sediemn yang dihasilkan. Misal, pada laut dangkal maka akan lebih
banyak dihasilkan batuan karbonat sementara di laut dalam akan
dihasilkan batuan yang kaya akan silika.
c. Iklim
Iklim sangat mempengaruhi besarnya sedimen yang terlapukan dan
terangkut ke cekungan. Perubahan iklim yang signifikan akan
menghasilkan kontak sedimen yang memiliki karakter yang berbeda.
3. Mekanisme pengendapan yang terjadi di lingkungan darat, transisi, dan
laut
A. Lingkungan Darat
Pada lingkungan fluvial streamflow, debris flow, mudflow, dan landsliding
merupakan proses transportasi yang penting. Proses pengangkutan yang
berbeda akan menghasilkan karakter sedimen yang berbeda pula, misal jika
sedimen diendapkan melalui mekanisme debris flow, maka sortasi
sedimennya akan buruk dan sedikit sekali struktur sedimen yang dijumpai.
Pada lingkungan eolian pengangkutan sedimen sangat dikontrol oleh variasi
kecepatan angin. Biasanya sedimen yang dihasilkan oleh mekanisme ini
akan memiliki sortasi yang lebih baik.
Pada lingkungan lakustrin yang relatif berenergi rendah, arus yang ada
biasanya hanya akan mengendapkan sedimen – sedimen berukuran halus
dengan struktur laminas. Sementara pada lingkungan glasial, density current
serta aliran massa memegang peranan penting.
B. Lingkungan Transisi
Pada lingkungan transisi seperti delta, pengaruh arus dan gelombang sangat
memegang peranan penting. Variasi pengaruh arus dan gelombang yang
berbeda akan mempengaruhi geometri dan karakter delta, sehingga ada
istilah wave – dominated delta, tide – dominated delta, dan river –
dominated delta.
C. Lingkungan Laut
Sama seperti halnya lingkungan pengendapan yang lain, pada lingkungan
laut pun terjadi mekanisme pengendapan yang berbeda – beda. Pada daerah
yang relatif dangkal dimana pengaruh arus dan gelombang masih dominan,
maka akan diendapkan sedimen – sediemn yang berukuran kasar. Sedangkan
di daerah yang lebih dalam, dimaan arus atau energi pengendapannya rendah
maka yang dihasilkan adalah sedimen yang berukuran halus dengan struktur
yang tidak begitu bervariasi. Pada lereng – lereng bawah permukaan dapat
terjadi turbidity current yang akan menghasilkan tipe sedimen yang khas,
yang disebut endapan turbidit