leaflet uhi

2
Kajian Kerentanan Dampak Urban Heat Islands: Studi Kasus Bandar Lampung & Jakarta 1 2 Tumiar Katarina Manik & Syarifah Syaukat ABSTRAK Urbanisasi yang terjadi di wilayah perkotaan telah mengubah lanskap kota, hal ini diantaranya berimplikasi pada kenaikan suhu permukaan. Urban Heat Islands(UHI) adalah suatu fenomena saat terjadi perbeda an suhu udara antara wilayah di pusat kota dengan daerah di sekitarnya. Universitas Indonesia, melal ui Pusat Penelitian Ge ografi Terapan (PPGT) FMIPA UI pada tahun 2013 melakukan penelitian mengenai fenomena UHI di Jakarta. Sebagai kota kota metropolitan dengan fungsi utama di bidang jasa dan industri, perkembangan fisik Jakarta cukup pesat. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi UHI di Jakarta dan kerentanan masyarakat terhadap dampak UHI. Melalui mixed method  didapatkan hasil bahwa, UHI terjadi sangat jelas di Jakarta pada sore hari, dengan suhu tertinggi berada di daerah permukiman padat. Sementara itu, berdasarkan identifikasi indikator kerentanan, maka Jakarta tergolong pada kerentanan sedang, hal ini ditunjukkan dengan profile indikator UHI sebagai berikut, yaitu tingginya ketersediaan fasilitas umum, seperti ketersediaan listrik, air, kesehatan, tingkat pendidikan dan pendapatan yang cukup tinggi; hubungan sosial yang baik antar masyarakat; dan variabilitas iklim yang relatif tidak terlalu ekstrem. Namun, kondisi sanitasi lingkungan perumahan masih terbilang buruk, dengan tingkat partisipas i masyarakat masih tergolong rendah dalam program berbasis masyarakat. Keywords: urban heat island , kerentanan, adaptasi Apa itu UHI? UHI adalah besarnya perbedaan suhu udara ambien yang diamati antara pusat kota dengan daerah 3 di sekitarnya. (Landsberg, 1981 dalam Weng et al., 2004) . Besarnya perbedaan suhu dapat semakin membesar tergantung pada kondisi cuaca, karakteristik termofisik & geometris perkotaan, sumber kelembaban & antropogenik yang terdapat di daerah tersebut. Fenomena UHI di skala regional umumnya disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan & tutupan lahan. Dalam hal ini, umumnya urbanisasi yang memicu terjadinya perubahaan fisik permukaan tanah yang semula bervegetasi dengan fungsi sebagai tempat berteduh, mengurangi penguapan & menyimpan air hujan, yang kemudian berubah menjadi wilayah terbangun dengan 4 impervioussurface (Whitford et al., 2001 dalam Emanuel , 2005) . 1. Perhimpi Lampung, Universitas Lampung 2.  Pusat Penelitian Geografi Terapan, Universitas Indonesia 3. Weng, Qihau & Yang, Shihong (2004). Managing the adverse thermal effects of urban development in a densely populated Chinese city. Elsevier: Journal of Environmental Management. 4. Emmanuel, M. Rohinton (2005). An Urban Approach to Climate-Sensitive Design S trategies for the Tropics. New York : Spon Press International Institute for Environment and Development PERHIMPI 2. Identifikasi Indeks Kerentanan Jakarta terhadap Dampak UHI Menurut perhitungan indeks kerentanan yang diperoleh dari keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif menunjukkan bahwa, Jakarta memiliki nilai indeks keterpaparan mencapai 0.210, hal ini diantaranya karena kejadian dan potensi bencana alam dan variabilitas iklim yang cukup rendah. Sementara itu, indeks sensitivitas Jakarta mencapai 0.285, hal ini diantaranya karena ketersediaan sarana kesehatan, listrik dan air yang cukup baik. Sedangkan kapasitas adaptasi Jakarta hanya mencapai 0.269, hal ini diantaranya karena kondisi sanitasi lingkungan perumahan yang buruk, meskipun pendidikan, pendapatan dan hubungan sosial antar warga relatif baik. Kesimpulan 1. Fenomena UHI terjadi di wilayah permukiman padat yang te rjadi pada sore hari, yang seca ra fisik didominasi oleh impervious surface dan tidak diimbangi dengan keberadaan ruang terbuka hijau. Sementara pada pusat kota, pesatnya keberadaan gedung tinggi masih diimbangi dengan ketersediaa ruang terbuka hijau. 2. Jakarta memiliki tingkat kerentanan yang moderat atau sedang, yang artinya tingkat indeks sensitivitas 0,285, keterpaparan 0,21 dan kapasitas adaptasi 0,269. Dalam hal ini keunggulan yang dimiliki Jakarta adalah ketersediaan sarana listrik, air, kesehatan; tingkat pendidikan dan pendapatan yang cukup tinggi; hubungan sosial yang baik antar masyarakat; dan variabilitas iklim yang relatif tidak terlalu ekstrem. Sementara kelemahan yang harus diantisipasi adalah sanitasi lingkungan perumahan yang masih buruk. Rekomendasi 1. Perlunya upaya atau penyusunan program partisipati f pada upaya mengatasi kelemahan, dan meningkatkan berbagai keunggulan yang dimiliki saat ini terkait kerentanan UHI, 2. Indeks kerentanan ini harus menjadi peringatan, karena tanpa adanya usaha perbaikan, maka UHI akan terus terjadi, hal ini harus diperhatikan karena perubahan suhu menjadi lebih panas ini bersifat antropogenik, bukan perubahan yang bersifat alamiah, 3. Pemerintah & masyarakat harus menyusun program adaptasi menuju kota berketahanan, baik adaptasi dari kearifan lokal masyarakat, maupun adaptasi teknis yang dapat dilakukan Pemerintah untuk menyelamatkan lingkungan kota. 4 1 Faktor Kontribusi Jakarta Komponen Utama Nilai Komponen Banyaknya Komponen Nilai Faktor Kontribusi HasilLVI- IPCC untuk Jakarta Kapasitas Adaptasi Lingkungan Perumahan 0.179 11 0.269 -0.017 Pendidikan 0.265 1 Hubungan Sosial 0.440 4 Pendapatan 0.370 3 Sensitivitas Kesehatan 0.319 6 0.285 Listrik 0.270 4 Air 0.265 7 Keterpaparan BencanaAlam &Variabilitas Iklim 0.210 6 0.210 Gambar 4. Profil Suhu Udara Pada Siang Hari (Pk. 13.00) di DKI Jakarta Berdasarka n Pengamatan Termo meter Ket: SM = Semanan KU = Kedoya Utara DKk = Duri Kosambi Komersil DKi = Duri Kosambi Industri KS = Kembangan Selatan GB = Gambir JB = Johar Baru CPT = Cempaka Putih Timur KP = K ayu Put ih CT = Cakung Timur Tabel 1. Perhitungan Kontribusi LVI-IPCC untuk Jakarta

Upload: qiqi-rizqihandari

Post on 15-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Leaflet UHI

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Leaflet UHI

    1/2

    Kajian Kerentanan Dampak Urban Heat Islands:Studi Kasus Bandar Lampung & Jakarta

    1 2Tumiar Katarina Manik & Syarifah Syaukat

    ABSTRAK

    Urbanisasi yang terjadi di wilayah perkotaan telah mengubah lanskap kota, hal ini diantaranyaberimplikasi pada kenaikan suhu permukaan. Urban Heat Islands (UHI) adalah suatu fenomena saatterjadi perbedaan suhu udara antara wilayah di pusat kota dengan daerah di sekitarnya. UniversitasIndonesia, melalui Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT) FMIPA UI pada tahun 2013 melakukanpenelitian mengenai fenomena UHI di Jakarta. Sebagai kota kota metropolitan dengan fungsiutama di bidang jasa dan industri, perkembangan fisik Jakarta cukup pesat. Penelitian ini dilakukanuntuk mengidentifikasi UHI di Jakarta dan kerentanan masyarakat terhadap dampak UHI. Melaluimixed methoddidapatkan hasil bahwa, UHI terjadi sangat jelas di Jakarta pada sore hari, dengansuhu tertinggi berada di daerah permukiman padat. Sementara itu, berdasarkan identifikasi

    indikator kerentanan, maka Jakarta tergolong pada kerentanan sedang, hal ini ditunjukkan denganprofile indikator UHI sebagai berikut, yaitu tingginya ketersediaan fasilitas umum, sepertiketersediaan listrik, air, kesehatan, tingkat pendidikan dan pendapatan yang cukup tinggi;hubungan sosial yang baik antar masyarakat; dan variabilitas iklim yang relatif tidak terlaluekstrem. Namun, kondisi sanitasi lingkungan perumahan masih terbilang buruk, dengan tingkatpartisipasi masyarakat masih tergolong rendah dalam program berbasis masyarakat.

    Keywords: urban heat island, kerentanan, adaptasi

    Apa itu UHI?

    UHI adalah besarnya perbedaan suhu udara ambien yang diamati antara pusat kota dengan daerah3

    di sekitarnya. (Landsberg, 1981 dalam Weng et al., 2004) . Besarnya perbedaan suhu dapatsemakin membesar tergantung pada kondisi cuaca, karakteristik termofisik & geometris

    perkotaan, sumber kelembaban & antropogenik yang terdapat di daerah tersebut.

    Fenomena UHI di skala regional umumnya disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan &tutupan lahan. Dalam hal ini, umumnya urbanisasi yang memicu terjadinya perubahaan fisikpermukaan tanah yang semula bervegetasi dengan fungsi sebagai tempat berteduh, mengurangipenguapan & menyimpan air hujan, yang kemudian berubah menjadi wilayah terbangun dengan

    4impervious surface(Whitford et al., 2001 dalam Emanuel , 2005) .

    1.Perhimpi Lampung, Universitas Lampung

    2.Pusat Penelitian Geografi Terapan, Universitas Indonesia

    3.Weng, Qihau & Yang, Shihong (2004). Managing the adverse thermal effects of urban development in a densely populated Chinese city. Elsevier:Journal of

    Environmental Management.4.

    Emmanuel, M. Rohinton (2005).An Urban Approach to Climate-Sensitive Design S trategies for the Tropics. New York : Spon Press

    International Institutefor Environmentand Development

    PERHIMPI

    2. Identifikasi Indeks Kerentanan Jakarta terhadap Dampak UHI

    Menurut perhitungan indeks kerentanan yang diperoleh dari keterpaparan, sensitivitas dan

    kapasitas adaptif menunjukkan bahwa, Jakarta memiliki nilai indeks keterpaparan mencapai 0.210,hal ini diantaranya karena kejadian dan potensi bencana alam dan variabilitas iklim yang cukuprendah. Sementara itu, indeks sensitivitas Jakarta mencapai 0.285, hal ini diantaranya karenaketersediaan sarana kesehatan, listrik dan air yang cukup baik. Sedangkan kapasitas adaptasiJakarta hanya mencapai 0.269, hal ini diantaranya karena kondisi sanitasi lingkungan perumahanyang buruk, meskipun pendidikan, pendapatan dan hubungan sosial antar warga relatif baik.

    Kesimpulan

    1.Fenomena UHI terjadi di wilayah permukiman padat yang terjadi pada sore hari, yang secara fisikdidominasi oleh impervious surfacedan tidak diimbangi dengan keberadaan ruang terbuka hijau.Sementara pada pusat kota, pesatnya keberadaan gedung tinggi masih diimbangi denganketersediaa ruang terbuka hijau.

    2. Jakarta memiliki tingkat kerentanan yang moderat atau sedang, yang artinya tingkat indekssensitivitas 0,285, keterpaparan 0,21 dan kapasitas adaptasi 0,269. Dalam hal ini keunggulan yangdimiliki Jakarta adalah ketersediaan sarana listrik, air, kesehatan; tingkat pendidikan dan

    pendapatan yang cukup tinggi; hubungan sosial yang baik antar masyarakat; dan variabilitas iklimyang relatif tidak terlalu ekstrem. Sementara kelemahan yang harus diantisipasi adalah sanitasilingkungan perumahan yang masih buruk.

    Rekomendasi

    1. Perlunya upaya atau penyusunan program partisipati f pada upaya mengatasi kelemahan, danmeningkatkan berbagai keunggulan yang dimiliki saat ini terkait kerentanan UHI,

    2. Indeks kerentanan ini harus menjadi peringatan, karena tanpa adanya usaha perbaikan, makaUHI akan terus terjadi, hal ini harus diperhatikan karena perubahan suhu menjadi lebih panas inibersifat antropogenik, bukan perubahan yang bersifat alamiah,

    3.Pemerintah & masyarakat harus menyusun program adaptasi menuju kota berketahanan, baikadaptasi dari kearifan lokal masyarakat, maupun adaptasi teknis yang dapat dilakukan Pemerintahuntuk menyelamatkan lingkungan kota.

    4 1

    Faktor

    Kontribusi

    Jakarta

    Komponen

    Utama

    Nilai

    Komponen

    Banyaknya

    Komponen

    Nilai Faktor

    Kontribusi

    HasilLVI-

    IPCC untuk

    Jakarta

    Kapasitas

    Adaptasi

    Lingkungan

    Perumahan0.179 11

    0.269

    -0.017

    Pendidikan 0.265 1

    Hubungan

    Sosial0.440 4

    Pendapatan 0.370 3

    Sensitivitas

    Kesehatan 0.319 6

    0.285Listrik 0.270 4

    Air 0.265 7

    Keterpaparan

    BencanaAlam

    & Variabilitas

    Iklim

    0.210 6 0.210

    Gambar 4. Profil Suhu Udara Pada Siang Hari (Pk. 13.00) di DKI Jakarta Berdasarkan Pengamatan Termometer

    Ket:

    SM = Semanan

    KU = Kedoya Utara

    DKk = Duri Kosambi Komersil

    DKi = Duri Kosambi Industri

    KS = Kembangan Selatan

    GB = Gambir

    JB = Johar Baru

    CPT = Cempaka Putih Timur

    KP = Kayu Putih

    CT = Cakung Timur

    Tabel 1. Perhitungan Kontribusi LVI-IPCC untuk Jakarta

  • 5/26/2018 Leaflet UHI

    2/2

    4 1

    Mengapa UHI penting?

    UHI telah menjadi salah satu masalah besar yang terjadi di tengah proses urbanisasi &industrialisasi. Dampak dari UHI sangat beragam, mulai dari ancaman kesehatan yang ditimbulkan

    oleh tekanan termal, kekurangan cadangan air, konsumsi listrik yang bertambah, perubahan pola

    hidup masyarakat, dsb.

    5Elsayed (2012) telah meneliti mengenai dampak dan mitigasi UHI di Kuala Lumpur, Malaysia.Hasilnya diperoleh bahwa, UHI pada negara berkembang menyebabkan beberapa dampakdiantaranya: (1) Ketidaknyamanan suhu udara akibat suhu udara meningkat; (2) Gangguankesehatan; (3) Gangguan stabilitas ekonomi terutama sektor energi yang membutuhkan biayalebih untuk penyediaan instalasi listrik , dll sehingga menimbulkan dampak polusi setiap harinya; (4)UHI memainkan peran dalam mengubah fenomena meteorologi di daerah perkotaan peningkatan

    awan & kabut , frekuensi petir, peningkatan badai & perubahan tingkat curah hujan.

    Antisipasi awal terhadap dampak dari UHI, diantaranya dapat dilakukan dengan memantau6 7

    temperatur setiap hari (Taha, 1997) . Sejalan dengan hal tersebut, Hien (2004) melakukanpengamatan laboratorium & simulasi model suhu untuk mengidentifikasi dampak UHI di pusatKota Singapura, hasil pengamatan tersebut menunjukan bahwa warna bahan bangunan sangatmempengaruhi suhu udara, bahan berwarna gelap dapat meningkatkan suhu hingga mencapai 7Clebih tinggi dari suhu udara ambien, sedangkan bahan yang berwarna terang hanya meningkatkansekitar 2 -3 C lebih tinggi dari suhu udara.

    Sementara itu, Elsayed (2012) di dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penanganan terhadapdampak UHI dapat dilakukan beberapa langkah, diantaranya: (1) Pengelolaan tanah dan vegetasipenutup; (2) Pemilihan bahan penutup atap; (3) Pembangunan gedung yang ramah lingkungan(green building); (4) Regulasi tentang transportasi, pembatasan kendaraan, kendaraan yang ramah

    lingkungan, dll; (5) Kesadaran para pengambil kebijakan, planolog, arsitek dalam membuatperencanaan lingkungan yang berkelanjutan.

    Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi UHI dankerentanan wilayah terhadap dampak UHI.

    Metode

    Melalui mixed method, yang menggabungkan metode pengumpulan data secara kuantitatif dankualitatif, didukung dengan pengolahan data spasial, maka berikut ini detil tahapan yang dilakukandalam penelitian ini, yaitu :

    Profil Wilayah Studi2

    Jakarta, ibukota Indonesia merupakan daerah metropolitan besar dengan luas 662 Km (256 mil2

    persegi) wilayah daratan & 6.977 Km (2.694 mil persegi) wilayah laut dan populasi penduduk yangmenetap sejumlah 10.187.595 jiwa dengan komposisi tingkatkesejahteraan yang meliputi persentase penduduk miskin 3,86%(2010); 3,75% (2011); 3,69%(2012); 3,55%(2013). Sisanya beradapada tingkat menengah ke atas.

    Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta (2013), urbanisasi yangterjadi di Jakarta saat ini mencapai peningkatan sebesar 1,01% tiaptahunnya, dan hal tersebut jelas berimplikasi pada pembangunanfisik atau perluasan wilayah terbangun, yang menurut data dalamRTRW 2010 adalah sebagai berikut. Kegiatan utama yang ber-operasi di Jakarta adalah bisnis & industri (1699 industri besar &menengah dengan luasan area pada kegiatan tersebut mencapai 16.955 ha, sementara itu

    perumahan terdapat seluas 33.182 ha,dan 7,169 ha untuk ruang terbuka hijau.

    Sejalan dengan hal di atas, Saefuloh8

    (2011) mengungkapkan bahwa, dam-pak urbanisasi di Jakarta diantaranyaadalah sebagai berikut:

    1. Pengangguran meningkat karenadaya serap terbatas & industri me-ngalami peningkatan pesat sehinggaberalih pada sektor informal.

    2. Kemiskinan & Kepadatan Pendudukyang secara tidak langsung me-nimbulkan lingkungan kumuh karena

    tingkat pendidikan yang rendah3. Pertumbuhan sektor informal yangmemerlukan lahan untuk pembukaanlapangan pekerjaan.

    Hasil Penelitian

    Berdasarkan proses pengumpulan dan pengolahan data, serta studi literatur terkait UHI, makadidapatkan hasil sebagai berikut :

    1. Identifikasi UHI (Profil Suhu Udara)

    Berdasarkan hasil pengamatan suhu udara di wilayah studi didapatkan bahwa, di pagi hari suhuudara cenderung meningkat ke arah pusat kota dan permukiman padat, perbedaan maksimum

    o osuhu mencapai 5 C pada sore hari, yaitu 35,4 C pada angka suhu tertinggi. Hal ini jelas terjadikarena permukaan pada wilayah tersebut tergolong impervious surface.

    Gambar 2. Wilayah Studi

    Gambaran umum daerah penelitian diperoleh dari pengumpulan & pengolahan peta & data:1. Pengumpulan data terdiri dari; Peta (Administrasi, Topografi & penggunaan lahan), dan data

    (demografis, pendidikan, ekonomi, fasilitas kesehatan, data iklim2. Pengolahan data grafis & spasial

    Pengumpulan & Pengolahan Data

    Identifikasi pola spasial dan statistik suhu dengan mengumpulkan data suhu lebih dari 2 bulan

    oleh masyarakat di wilayah studi & dilaporkan 3 kali sehari

    Identifikasi Keberadaan Unsur Pendorong UHI

    1. Pengolahan kuosioner untuk mengeksplorasi kerentanan komunitas masyarakat perkotaan di wilayah studi.

    Identifikasi Dampak UHI & Analisis

    2. Penggunaan indikator utama dan sub-indikator keterpaparan, sensitivitas & kapasitas adaptasiadalah untuk menghitung indeks kerentanan.

    Gambar 3. Profil Wilayah & Aktivitas Survey

    2 3

    5.Elsayed, Ilham S.M. (2012) Mitigation of the Urban Heat Island of the City of Kuala Lumpur, Malaysia. Saudi Arabia: Middle-East Journal of Scientific Research

    6.Taha, H. (1997) Urban climates and heat islands: Albedo, evapotranspiration, and anthropogenic heat. Energy & Buildings 25: 99103.

    7.

    Hien Wong Nyuk (2004) A Study of Urban Heat Island (UHI) in Singa pore National University of Singapore: Department of Buildin g

    8.Saefuloh, Asep Ahmad (2011). Urbani sasi, Kesempatan Kerja dan Kebijakan Ekonomi Terpadu. DPR RI : Buku Kajian Lintas Tim Kesejahteraan Sosial

    Gambar 1. Profil Urban Heat Islanddi Skala Regional(sumber: http://at.depe.titech.ac.jp/)