latar belakang masalah - smart accounting | … · web viewnon-arm’s length transactions mudah...

47
PENGARUH FAKTOR KULTUR ORGANISASI, MANAJEMEN, STRATEGIK, KEUANGAN, DAN AUDITOR TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI: STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA Rangga Soselisa Mukhlasin UNIKA ATMA JAYA - JAKARTA ABSTRACT Accounting fraud, where the financial reports are reported not in compliance with the generally accepted accounting principles can undermines the credibility of the financial reporting system. Indeed the effects of accounting fraud can be devastating for investors. The objectives of the research is to explain the effect of organization culture, managerial, strategic, financial ratios , and auditor factors to the tendency of accounting fraud. The research population was 343 companies listed in the Indonesian Stock Exchange (IDX). The research samples were 110 public companies consisting 29 fraud firms and 81 non-fraud firms. Binary logistic regression was used to test the hypothesis. The results showed that number of related party transactions, CEO’s age, current asset composition in total asset, capital turnover, firm size, and auditor’s non-unqualified opinion affected the tendency of accounting fraud significantly. These results advance the understanding of accounting fraud. 1

Upload: dinhhanh

Post on 29-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH FAKTOR KULTUR ORGANISASI, MANAJEMEN, STRATEGIK,

KEUANGAN, DAN AUDITOR TERHADAP KECENDERUNGAN

KECURANGAN AKUNTANSI: STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI

INDONESIA

Rangga Soselisa

Mukhlasin

UNIKA ATMA JAYA - JAKARTA

ABSTRACT

Accounting fraud, where the financial reports are reported not in compliance with the

generally accepted accounting principles can undermines the credibility of the financial

reporting system. Indeed the effects of accounting fraud can be devastating for investors.

The objectives of the research is to explain the effect of organization culture, managerial,

strategic, financial ratios , and auditor factors to the tendency of accounting fraud. The

research population was 343 companies listed in the Indonesian Stock Exchange (IDX).

The research samples were 110 public companies consisting 29 fraud firms and 81 non-

fraud firms. Binary logistic regression was used to test the hypothesis. The results

showed that number of related party transactions, CEO’s age, current asset composition

in total asset, capital turnover, firm size, and auditor’s non-unqualified opinion affected

the tendency of accounting fraud significantly. These results advance the understanding

of accounting fraud.

Keywords: Accounting Fraud, Organizational Culture, Managerial Factors, Strategic

Factors, Financial Ratios, Auditor Factors.

1

1. PENDAHULUAN

Di Amerika Serikat, kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Dampak dari

kecurangan tersebut sangat besar dan telah merugikan banyak pihak. Pada tahun 2001

terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$50

miliar, plus kerugian investor sebesar US$32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus

kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$1 miliar. Kecurangan akuntansi juga terjadi

di Indonesia sebagai Negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy

International, 2005). Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya

likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan,

kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu,

dan DPRD.

Meski kasus kecurangan akuntansi sudah sering terjadi, namun di Indonesia masih

sedikit sekali penelitian yang membahas topik ini. Salah satunya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Wilopo (2006) yang menunjukkan bahwa pengendalian internal yang

efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi. Namun keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan bukan

merupakan suatu data yang dapat diperoleh dengan mudah oleh publik. Sangat sulit bagi

investor untuk dapat menggunakan model tersebut dalam menganalisa kemungkinan

terjadinya kecurangan akuntansi pada suatu perusahaan publik. Sebaiknya dilakukan

penelitian untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan

kecurangan akuntansi pada perusahaan publik dengan menggunakan informasi yang lebih

mudah didapatkan oleh publik yaitu informasi yang dapat diperoleh melalui laporan

2

keuangan tahunan (annual report). Dengan begitu maka investor dapat mempergunakan

model tersebut dalam menganalisa kecenderungan kecurangan akuntansi.

Persons (1995) menyimpulkan bahwa financial leverage, capital turnover, komposisi

aset, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Namun Pada tahun 1999, COSO menyatakan bahwa 72% dari kasus

kecurangan yang terjadi melibatkan CEO, dan dewan direktur didominasi oleh orang

dalam dan pihak-pihak yang memiliki ikatan yang signifikan terhadap perusahaan.

Pernyataan dari COSO tersebut didukung oleh Troy (2003) yang menyimpulkan bahwa

faktor manajerial yang terdiri dari latar belakang pendidikan CEO dan usia CEO

berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Geriesh (2003)

juga mendukung pernyataan COSO yang menyimpulkan bahwa besarnya persentase

pendiri perusahaan (founder) dalam dewan direksi dan sedikitnya persentase akuntan

dalam dewan direksi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini

menandakan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi tidak terlepas dari faktor

manajemen dan kultur organisasi.

Berlatar belakang dari hal tersebut, melalui penelitian ini penulis bertujuan untuk

mengembangkan dan menguji model kecurangan akuntansi yang lebih komprehensif

yang meliputi faktor manajerial, strategik, kultur organisasi, keuangan, dan auditor. Besar

harapan penulis untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kecurangan

akuntansi melalui model yang komprehensif dan teruji secara empiris sesuai dengan

situasi dan kondisi yang berlaku di Indonesia.

2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Definisi kecurangan (fraud)

3

Yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) sangat luas, Arens and Loebbecke (1997)

menyatakan, “ fraud occurs when a misstatement is made and there is both the

knowledge of its falsity and the intent to deceive”. Levy (1985) menyatakan, “ fraud is an

intentional deception, misappropriation of a company’s assets or the manipulation of its

financial data to the advavantage of the preparatory, the organization, or a third party.”

Kecurangan akuntansi

Taylor dan Glezen (1997) memberikan definisi dari kecurangan pelaporan keuangan,

yaitu: “intentional or reckless conduct, whether act or omission, that results in materially

misleading financial statements looks better than they really are.” Pelaporan keuangan

yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi

keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan,

auditor, dan bahkan kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh

perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang

salah arah (misguided opportunism).

Schilit (1993:191) mengidentifikasi tujuh kategori besar shenanigans (istilah lain

kecurangan pelaporan keuangan) antara lain : “(1) recording revenue before it is earned,

(2) creating fictitious income, (3) boosting profits with nonrecurring transactions, (4)

shifting current expenses to a latter period, (5) failing to record or disclosure liabilities,

(6) shifting current income to a later period, and (7) shifting future expenses to an earlier

period.”

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1)

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau

penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk

4

mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak

semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)

berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Penyusunan Hipotesa

A. Faktor Kultur Organisasi

1. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa

Direksi dan manajemen mempunyai akses ke informasi pemilik, maka ada kemungkinan

adanya konflik kepetingan (conlict of interest) saat dewan direksi dan manajemen

menggunakan hak istimewa mereka dalam melakukan transaksi dengan perusahaan.

Auditor melihat adanya konflik kepentingan antara perusahaan dan pegawainya sebagai

potensi kecurangan akuntansi (Loebbecke et al. 1989). Non-arm’s length transactions

mudah disalahgunakan karena ada kemungkinan transaksi tersebut tidak dilakukan pada

fair value, Skinner (1987). Grove dan Sorensen (1980), Geriesh (2003) menemukan

bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi sering melakukan transaksi

dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Maka melalui penelitian ini dapat

diambil kesimpulan:

Hipotesis pertama (H1): Perusahaan yang banyak melakukan transaksi dengan pihak

yang memiliki hubungan istimewa memiliki kecenderungan untuk melakukan

kecurangan akuntansi.

2. Pendiri perusahaan (founders)

“ The attitude, culture, and tone of an organization starts at the top,” (Bernard 1938).

Tujuan perusahaan yang ditentukan oleh CEO menetapkan filosofi perusahaan. Sikap dan

5

perilaku dari pendiri perusahaan membentuk kultur organisasi. Pendiri perusahaan

(founders) mempunyai komitmen yang lebih kuat terhadap perusahaan dibandingkan

dengan yang lainnya. Komitmen yang kuat ini memungkinkan pendiri perusahaan

(founders) bersedia melakukan apa saja untuk keberlangsungan perusahaan termasuk

melakukan tindakan illegal/ menyimpang. Maka melalui penelitian ini dapat diambil

kesimpulan:

Hipotesis kedua (H2): Perusahaan dengan persentase pendiri perusahaan yang besar

dalam dewan direksi memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

3. Akuntan professional

Adanya akuntan professional dalam suatu perusahaan dapat mendorong perusahaan

tersebut untuk menyesuaikan kultur organisasi dengan standar perilaku akuntansi yang

dapat diterima dalam kode etik akuntan, (Geriesh, 2003). Geriesh (2003) juga

menemukan bahwa keberadaan akuntan profesional dalam dewan direksi maupun

manajemen senior berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Hipotesis ketiga (H3): Perusahaan yang memiliki sedikit akuntan professional dalam

manajemen senior dan dewan direksinya memiliki kecenderungan untuk melakukan

kecurangan akuntansi.

B. Faktor manajerial

1. Usia CEO

Hambrick and Mason (1984) menyatakan bahwa eksekutif yang lebih muda memiliki

kecenderungan untuk menggunakan strategi yang lebih berisiko, “follies of youth”.

Mereka juga menyatakan bahwa eksekutif yang lebih tua cenderung lebih konservatif.

6

Markoczy (1997) menjelaskan bahwa manajer yang tergolong muda lebih suka

mengambil keputusan yang berisiko . Manipulasi laba yang merupakan salah satu bentuk

dari kecurangan akuntansi sangat berisiko bagi semua pihak yang terlibat. Manajer muda

lebih mempunyai kecenderungan untuk mengambil risiko tersebut, (Troy, 2003). Troy

(2003), menemukan bahwa usia CEO berpengaruh terhadap tindakan kecurangan

akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Hipotesis keempat (H4): Perusahaan yang memilki CEO berusia muda memiliki

kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

2. Pendidikan CEO (CEOMBA)

Chandy (1991), melaporkan bahwa sebagian besar CEO memiliki gelar MBA. Namun

ada bukti-bukti yang mengatakan bahwa seseorang dengan latar belakang pendidikan

MBA mengalami penurunan dalam pengembangan moral, (Daboub et al. 1995). Daboub

et al. (1995) juga menyatakan bahwa pendidikan MBA meningkatkan perilaku

mementingkan diri sendiri (self-interested behaviour) yang dapat menimbulkan kerugian

bagi pihak lain. Troy (2003) menyimpulkan bahwa CEO dengan latar belakang

pendidikan MBA mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan illegal/

menyimpang. Maka, melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Hipotesis kelima (H5): Perusahaan yang memiliki CEO bergelar MBA memiliki

kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

C. Faktor strategi akuisisi

Strategi akuisisi dapat didefinisikan sebagai pengembangkan bisnis melalui proses

akuisisi, Mascarenhas et al. (2002). Pertumbuhan perusahaan melalui proses akuisisi

membuat perusahaan menjadi lebih komlpleks dengan beragamnya jenis bisnis yang

7

dijalaninya. Hal ini akan mempersulit proses manajemen dan pengawasan di perusahaan

sehingga pengendalian internal akan menjadi tidak efektif. Dengan begitu akan timbul

kesempatan untuk melakukan tindakan illegal atau menyimpang, Daboub et al. (1995).

Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan :

Hipotesis Keenam (H6): Perusahaan yang sering melakukan strategi akuisisi memiliki

kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

D. Faktor keuangan

1. Financial Leverage

Christie (1990) mengatakan bahwa leverage memiliki korelasi positif dengan

kecenderungan perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Pernyataan dari Christie

(1990) tersebut didukung oleh Jones (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi tidak lagi menggunakan pinjaman sebagai sumber dananya

dan akan beralih ke equity financing. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus memiliki

kinerja yang baik dan laba yang tinggi untuk menarik calon investor. Hal ini akan

menciptakan motivasi untuk melakukan manipulasi laba. Persons (1995) menyatakan

bahwa Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Hipotesis ketujuh (H7): Perusahaan dengan financial leverage yang tinggi memiliki

kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

2. Komposisi aset (Asset Composition)

Komposisi aset meliputi Current Assets/ Total Assets (CATA), Receivables/ Total Assets

(RVTA), dan Inventory/ Total Assets (IVTA). Hasil Penyelidikan pada laporan keuangan

perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi menunjukkan bahwa

8

aktiva perusahaan tersebut didominasi oleh aktiva lancarnya yang sebagian besar terdiri

dari piutang dan persediaan (Persons, 1995). Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa 75%

perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi melakukan overstatements dari

Piutang usahanya (Receivables) dan persediaannya (Inventory). Persons (1995)

menyatakan bahwa besarnya komposisi aktiva lancar khusunya piutang dan persediaan

dalam aktiva perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Hipotesis kedelapan (H8): Perusahaan yang memiliki nilai CATA, RVTA, dan IVTA

yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

3. Skala perusahaan (Size):

Skala perusahaan dinyatakan dalam logaritma natural dari nilai buku dari total aset pada

akhir tahun fiskal. Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan yang

menjadi subjek dari AAER yang dikeluarkan oleh SEC adalah perusahaan yang berskala

relative kecil. Persons (1995) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara

negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat

diambil kesimpulan:

Hipotesis kesembilan (H9): Perusahaan yang berskala kecil memiliki kecenderungan

untuk melakukan kecurangan akuntansi.

4. Capital Turnover:

Persons (1995) menyatakan bahwa Capital turnover mengukur kemampuan manajemen

dalam menghadapi persaingan usaha. Persons (1995) juga menyatakan bahwa manajer

dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan

dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset

9

perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi manajer

tersebut untuk melakukan kecurangan akuntansi. Beneish, (1997) berargumen bahwa

kinerja perusahaan yang buruk mendorong perusahaan untuk melakukan kecurangan

akuntansi. Persons (1995) menemukan bahwa semakin rendah capital turnover suat

perusahaan, maka akan semakin besar kecenderungan perusahaan tersebut untuk

melakukan kecurangan laporan keuangan/ akuntansi. Maka melalui skripsi ini dapat

diambil kesimpulan:

Hipotesis kesepuluh (H10): Perusahaan dengan capital turnover yang rendah memiliki

kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

E. Faktor Auditor

1. Opini Auditor

“The auditor has a responsibility to plan and perform the audit to obtain reasonable

assurance about whether the financial statements are free of material misstatement,

whether caused by error or fraud,” (SAS 82). Kecurangan akuntansi yang material dapat

mempengaruhi opini yang diberikan oleh auditor. Investor harus waspada saat

perusahaan diberikan opini audit selain unqualified (qualified, disclaimer, dan adverse).

Opini audit selain unqualified merupakan suatu indikator terjadinya kecurangan

akuntansi, Matt Krantz (USA Today, Mei 2007). Maka melalui penelitian ini dapat

diambil kesimpulan:

Hipotesis kesebelas (H11) : Perusahaan yang diberikan opini audit non-unqualified

memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.

2. Jenis KAP

10

Nichols dan Smith (1983) menemukan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar

memberikan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.

Kualitas audit yang lebih tinggi dari KAP besar memperbesar risiko terungkapnya

kecurangan akuntansi. Hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang

melakukan kecurangan akuntansi akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP

besar dengan pertimbangan risiko terungkapnya kecurangan tersebut. Palmrose (1988)

menemukan bahwa kasus kecurangan lebih jarang terjadi pada perusahaan yang

menggunakan jasa KAP yang masuk dalam kelompok The Big Six. Maka melalui skripsi

ini dapat diambil kesimpulan :

Hipotesis keduabelas (H12) : Perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang tidak termasuk dalam kelompok The Big Four memiliki kecenderungan

untuk melakukan kecurangan akuntansi.

3. METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Penulis menggunakan laporan keuangan

tahunan (annual report) yang diungkapkan oleh perusahaan yang listed di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2003 – 2007 dalam memperoleh data variabel independen yang

akan dianalisa.

Pemilihan Sampel

Jumlah sampel yang digunakan adalah 110 perusahaan dari berbagai jenis industri

yang telah go public di BEI selama periode 2003 – 2007. Penelitian ini menggunakan

daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam untuk mengidentifikasi 29 perusahaan yang

11

melakukan kecurangan akuntansi (fraud firm) selama periode 2003 – 2007 dan

mengambil secara acak 81 perusahaan sebagai perusahaan yang tidak melakukan

kecurangan akuntansi (non-fraud firm). Klasifikasi fraud firm dan non-fraud firm dapat

dilihat pada tabel 2.

Pengukuran variabel

Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi. Kecurangan

akuntansi merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk perusahaan

yang melakukan kecurangan akuntansi, dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak

melakukan kecurangan akuntansi.

Variabel independen

1. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (THI)

Variabel THI adalah jumlah (number) dari transaksi dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa.

2. Pendiri perusahaan (% PENDIRI)

Variabel %PENDIRI diukur dengan membagi jumlah pendiri perusahaan dalam dewan

direksi dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan.

3. Akuntan Profesional (AKT)

Variabel AKT adalah jumlah individu dalam dewan direksi dan manajemen senior yang

mempunyai gelar akuntan (Akt).

4. Usia CEO (uCEO)

Variabel uCEO dinyatakan dengan rata-rata (average) usia dari CEO.

5. Pendidikan CEO (CEOMBA)

12

Variabel CEOMBA merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk

CEO yang bergelar MBA, dan nilai 0 untuk CEO yang tidak bergelar MBA.

6. Strategi Akuisisi (AKS)

Variabel AKS merupakan jumlah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan (number of

acquisitions).

7. Financial Leverage (FL)

Formula untuk menghitung variabel FL adalah : Total liabilities/ Total Assets

8. Komposisi asset (CATA, RVTA, IVTA)

Komposisi asset diproksikan dalam Current Assets/ Total Assets (CATA), Receivables/

Total Assets (RVTA), Inventory/ Total Assets (IVTA)

9. Ukuran perusahaan (LOGTA)

Besar kecilnya perusahaan dinyatakan dalam LOGTA yang merupakan logaritma natural

dari nilai buku dari total aset perusahaan pada akhir tahun fiskal.

10. Capital Turnover (CATO)

Formula yang digunakan untuk mengukur variabel CATO adalah: Sales/ Total Assets.

11. Opini Auditor (OPINI)

Variabel opini auditor merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk

perusahaan yang mendapatkan opini non-unqualified (qualified, disclaimer, adverse)

yang, dan nilai 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini qualified.

12. Jenis KAP

Variabel jenis KAP merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 0 untuk

perusahaan yang menggunakan KAP yang termasuk dalam kelpompok The Big Four, dan

13

nilai 1 iuntuk perusahaan yang menggunakan KAP yang tidak termasuk dalam kelompok

The Big Four.

Semua data mengenai variabel independen dapat diperoleh melalui laporan auditor

independent, neraca, laporan laba-rugi, profil perusahaan, dan catatan atas laporan

keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan (annual report).

Operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel 1 yang terdapat di lampiran.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi. Regresi yang digunakan

adalah regresi logistik. Regresi logistik (logit) dipilih karena data dalam skripsi ini berupa

data nominal dan data rasio baik variabel dependen maupun variabel independen. Model

logit yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kecurangan akuntansi = α + β1THI + β2%PENDIRI + β3AKT + β4uCEO

+ β5CEOMBA + β6AKS + β7FL + β8CATA

+ β9IVTA + β10RVTA + β11LOGTA

+ β12CATO + β13OPINI+β14BIG4+ε

Analisis pengujian hipotesis dengan logit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 10%.

2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value

(prob value). Jika p value (signifikansi) > α, maka hipotesis ditolak. Sebaliknya

jika p value < α, maka hipotesis diterima.

Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logit langkah pertama adalah menilai

kecocokan model terhadap data dengan fungsi Hosmer Lemeshow-goodness of fit. Model

14

dinyatakan cocok dengan data apabila nilai uji Hosmer Lemeshow yang diekspresikan

dalam Chi-square tidak signifikan.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hosmer and Lemeshow Test

Nilai goodness of fit test yang diukur pada Chi-Square pada Hosmer and Lemeshaw

test menghasilkan taraf signifikansi 0,718, dimana tarif signifikansi ini lebih besar dari

0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan hipotesa awal (Ho) tidak dapat ditolak, yang

berarti bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati. Dengan diterimanya hipotesa awal tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini sesuai dengan ekspektasi. Hasil dapat di lihat

pada tabel 25.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik. Dari hasil

pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.00 ternyata hanya enam variabel yang

berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi yaitu transaksi dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa (THI), usia CEO (uCEO), capital turnover (CATO), logaritma natutal

dari total aset (LOGTA), current assets/ total assets (CATA), dan opini audit (OPINI).

(tabel 26)

Pembahasan

1. Hubungan Transaksi Dengan Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa (THI) dengan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H1).

15

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,05 (< 10%) dan nilai B

(koefisien) sebesar (-0,73). Hal ini menunjukkan bahwa transaksi dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa secara signifikan berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini kontradiksi dengan penelitian yang

dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil penelitiannya menunjukkan hubungan yang

positif.

2. Hubungan Antara Persentase Pendiri Dalam Dewan Direksi (%PENDIRI) dengan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H2).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,904 (> 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar 0,389. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pendiri dalam dewan

direksi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini

kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil

penelitiannya menunjukkan hubungan yang positif antara persentase pendiri dalam

dewan direksi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

3. Hubungan Antara Jumlah Akuntan (AKT) Dalam Dewan Direksi (AKT) dengan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H3).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,401 (> 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar 0,473. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah akuntan dalam dewan

direksi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini

kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil

penelitiannya menunjukkan hubungan yang negatif antara jumlah akuntan dalam dewan

direksi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

16

4. Hubungan Antara Usia CEO (uCEO) dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,

(H4).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,024 (< 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar (-0,98). Hal ini menujukkan bahwa usia CEO secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Tabel 8 dan tabel 9

menunjukkan bahwa rata-rata usia CEO pada fraud firm lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata usia CEO pada non-fraud firm. Hasil pengujian hipotesis ini konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) yang menemukan bahwa usia CEO

memiliki hubungan yang negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

5. Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan CEO (CEOMBA) Dengan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H5).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,706 (> 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar 0,321. Hasil ini menunjukkan bahwa CEO yang bergelar MBA

tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi

dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa CEO yang bergelar MBA berpengaruh secara signifikan dengan

kecenderungan kecurangan akuntansi.

6. Hubungan antara Strategi Akuisisi (AKS) Dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi, (H6).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,845 (> 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar (-0,003). Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah strategi akuisisi

tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi

dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) dimana hasil penelitiannya

17

menunjukkan bahwa strategi akuisisi berpengaruh secara signifikan dengan

kecenderungan kecurangan akuntansi.

7. Hubungan antara Financial Leverage (FL) Dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi, (H7)

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,839 (> 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar (-0,224). Hasil ini menunjukkan bahwa financial leverage tidak

berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995) dimana hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan dengan kecenderungan

kecurangan akuntansi.

8. Hubungan antara Komposisi Aset (CATA, RVTA, dan IVTA) terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi, (H8).

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,026 untuk CATA, 0,844

untuk RVTA, dan 0,355 untuk IVTA. Hasil ini menunjukkan bahwa komposisi aktiva

lancar dalam aktiva perusahaan (CATA) berpengaruh secara signifikan terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan nilai

B (koefisien) dari CATA sebesar 3,957. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi aktiva

lancar dalam aktiva perusahaan berpengaruh secara positif dengan kecenderungan

kecurangan akuntansi. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Persons

(1995) yang juga menunjukkan hubungan yang positif.

9. Hubungan Ukuran Perusahaan (LOGTA) Dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi.

18

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukan tingkat signifikansi 0,039 (< 10%) dan nilai B

(koefisien) sebesar (1,005). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Rata – rata

LOGTA pada fraud firm lebih besar jika dibandingkan dengan non-fraud firm. Hal ini

bisa dilihat pada tabel 18 dan 19.

10. Hubungan Antara Capital Turnover (CATO) Dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi, (H10).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,035 (< 10%) dan nilai

B (koefisien) sebesar (-1,459). Hal ini menunjukkan bahwa capital turnover secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995) yang juga menemukan

hubungan yang negatif.

11. Hubungan Antara Opini Auditor (OPINI) Dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi, (H11).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,029 (< 10%) nilai B

(koefisien) sebesar (2,425). Hal ini menunjukkan bahwa opini auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya perusahaan yang

diberikan opini non-unqualified oleh auditor independen, memiliki kecenderungan untuk

melakukan kecurangan akuntansi.

12. Hubungan Antara Jenis KAP (BIG4) Dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,

(H12).

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,348 (> 10%) dan nilai

(koefisien) sebesar (0,666) . Hal ini menunjukkan bahwa jenis KAP tidak berpengaruh

19

secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi

dengan penelitian Palmrose (1988) yang menemukan bahwa kasus kecurangan lebih

jarang terjadi pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang masuk dalam

kelompok The Big Six.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kecurangan

akuntansi akan semakin besar apabila jumlah transaksi dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa yang dilakukan perusahaan semakin sedikit, semakin muda usia CEO

yang dimiliki perusahaan, semakin besar komposisi aktiva lancar dalam total aktiva,

semakin besar ukuran perusahaan, semakin kecil nilai capital turnover, dan perusahaan

diberikan opini non-unqualified oleh auditor.

Saran

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya sampel untuk perusahaan yang melakukan

kecurangan akuntansi diperbanyak, periode penelitian lebih panjang, ukuran sampel lebih

besar, sampel untuk perusahaan yang tidak melakukan kecurangan akuntansi disesuaikan/

dicocokkan (matched) dengan perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi

berdasarkan jenis industrinya, variabel independen ditambahkan untuk memperoleh

model yang lebih komprehensif seperti misalnya governance factors sehingga dapat

memperoleh hasil penelitian yang lebih baik.

20

DAFTAR PUSTAKA

Auditing Standards Board. “Statement on Auditing Standards No. 82: Consideration of

Fraud in a Financial Statement Audit.” New York: AICPA, 1997.

Bapepam. Daftar Sanksi yang Dikeluarkan Bapepam Pada Perusahaan Publik dan Emiten

tahun 2003-2007.

Baucus, Melissa. “Pressures, Opportunity, and Predisposition: A Multivariate Models of

Corporate Illegality.” Journal of Management, 1994, p.699-721.

Beasley, Mark. “An Examination of The Relation Between The Board Director

Composition and Financial Statement Fraud.” The Accounting Review, 1996.

Beneish, Messod. “Detecting GAAP Violation: Implications for Assesing Earnings

Management Among Firms With Extreme Financial Performance”. Journal of

Accounting and Public Policy, 1997, p.271-309.

Bursa Efek Indonesia. “Indonesian Capital Market Directory.” Institute for Economic and

Financial Research, 2007.

Chandy, P. Chief Executive Officers: Their Backgrounds and Predictions for The 90’s.

Business Forum, January 1991, p.18-19.

Christie, A. "Aggregation of Test Statistics: An Evaluation of the Evidence on

Contracting and Size Hypotheses," Journal of Accounting and Economics, January 1990,

p.-15-36.

21

Daboub, A.J., Rasheed. A. M. A., R. L. Priem, and D. A. Gray. 1995. “Top Management

Team Characterictics and Corporate Illegal Activity.” Academy of Management Review,

January 1995.

Dechow, Patricia, Richard Sloan, and Amy Sweeney. “ Causes and Consequences of

Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The

SEC.” Contemporary Accounting Research, 1996, p.1-36.

Feroz, E. H., Park, K., and Pastena, V. S. " The Financial and Market Effects of the SEC's

Accounting and Auditing Enforcement Releases." Journal of Accounting Research, 1991,

p.107-142.

Finney, Henry and Henry Lesieur. “A Contigency Theory of Organizational Crime”.

Research in The Sociology of Organizations, 1982, p.255-299.

Geriesh, Loftie. “ The Association Between Organization Culture and Fraudulent

Financial Reporting”. Nova South Eastern University, 2003.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.” Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2001.

Grove and Thomas Sorensen. ”Detecting Management Fraud: The Role of The

Independent Auditor.” White Collar Crime: Theory and Research, 1980, p.221-251.

22

Loebbecke. J. K., Eining, M. M., and Willingham, J. J. "Auditors' Experience with

Material Irregularities: Frequency, Nature. and Detectability." Auditing: A Journal of

Practice & Theory, 1989, p.1-28.

Markoczy, L. Measuring Beliefs: Accept No Subsitutes. Academy of Management

Journal, Mei 1997, p.1228-1242.

Messier, Glover, and Prawitt. “Auditing and Assurance Services: A Systematic

Approach. McGraw-hill International Edition, 4th edition, 2005.

Persons, Obeua. “Using Financial Statement Data to Identify Factors Associated With

Fraudulent Financial Reporting.” Journal of Applied Business Research, 1995. p.38-47.

Palmrose, Z. “Litigation and Independent Auditors: The role of Business Failures and

Management Fraud.” Auditing: A Journal of Practice & Theory, 1987, p.90-103.

Troy, Janene. “ Managerial and Strategic Factors Leading to Accounting Fraud.”

University of Maryland, 2003.

Wilopo. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi”. STIE Perbanas, 2006.

23

LAMPIRAN

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel yang diukur Indikator Skala Sumber DataVariabel dependen:      Kecurangan akuntansi Melakukan atau tidak Nominal Sekunder  melakukan kecurangan      Akuntansi           Variabel independen:      THI Jumlah THI Nominal Sekunder%PENDIRI Persentase pendiri Nominal SekunderBAP Jumlah BAP Nominal SekunderUceo Rata-rata usia CEO Nominal SekunderCEOMBA CEO bergelar MBA atau Nominal Sekunder  tidak bergelar MBA    AKS Jumlah akuisisi Nominal SekunderFL Nilai Financial Leverage Rasio SekunderCATA, IVTA, RVTA Nilai CATA, IVTA, RVTA Rasio SekunderLOGTA logaritma natural dari Rasio Sekunder  nilai buku total aset    CATO Nilai CATO Rasio SekunderOPINI Non-unqualified atau Nominal Sekunder  Qualified    BIG 4 Non-big4 atau big 4 Nominal Sekunder

Gambar 1. Kerangka Konseptual Variabel.

24

KecuranganAkuntansi

THI

%PENDIRI

AKT

uCEO

CEOMBA

AKS

FL

CATA,IVTA, RVTALOGTA CATO

OPINI BIG4

Keterangan:1. THI: Jumlah Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.2. %PENDIRI: Persentase pendiri perusahaan dalam dewan direksi.3. AKT: Jumlah individu yang bergelar akuntan (Akt) dalam dewan direksi dan

manajemen senior.4. uCEO: Rata-rata usia CEO.5. CEOMBA: CEO yang bergelar Master of Business Administration (MBA).

Variabel ini merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk CEO yang bergelar MBA, dan nilai 0 untuk CEO yang tidak bergelar MBA.

6. AKS: Jumlah akuisisi yang dilakukan perusahaan.7. FL: Financial leverage.8. CATA: Current Assets/ Total Assets.9. IVTA: Inventory/ Total Assets.10. RVTA: Receivables/ Total Assets.11. LOGTA: Logaritma natural dari nilai buku total aset.12. CATO: Capital Turnover.13. OPINI: Opini auditor. Merupakan variabel dummy (1: non unqualified, 0: qualified).14. BIG4: Jenis KAP. Merupakan variabel dummy (1: non-big 4, 0: big 4).

25

Tabel 2. Klasifikasi fraud firm dan non fraud firm

No Keterangan Jumlah Sampel %1 Fraud Firm 29 26,362 Non-Fraud Firm 81 73,64

  Total 110 100

Tabel 3. Klasifikasi Industri

NO JENIS INDUSTRI JUMLAH PERSENTASE1 Animal Feed and Husbandry 2 1.82%2 Mining and Mining Services 5 4.55%3 Constructions 1 0.91%4 Food and Beverages 9 8.18%5 Tobacco Manufactures 3 2.73%6 Apparel and Other Textille Products 1 0.91%7 Paper and Allied Products 1 0.91%8 Chemical and Allied Products 1 0.91%9 Adhesive 2 1.82%

10 Plastics and Glass Products 2 1.82%11 Cement 2 1.82%12 Metal and Allied Products 2 1.82%13 Stone, Clay, Glass, and Concrete 2 1.82%14 Cables 1 0.91%15 Electronic and Office Equipment 2 1.82%16 Automotive and Allied Products 5 4.55%17 Photographic Equipment 2 1.82%18 Pharmaceuticals 2 1.82%19 Transportation Services 6 5.45%20 Telecommunication 8 7.27%21 Whole Sale and Retail Trade 6 5.45%22 Banking 4 3.64%23 Credit Agencies Other than Bank 3 2.73%24 Securities 2 1.82%25 Real Estate and Property 15 13.64%26 Hotel and Travel 6 5.45%27 Holding and Other Investment Companies 3 2.73%28 Others 12 10.91%

  Total 110 100.00%

Tabel 4. Distribusi Rentang Nilai Transaksi Dengan Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa (THI)

26

RENTANG NILAI

FRAUD FIRM NON FRAUD FIRMJUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE

0 – 10 25 86,21% 47 58,03%11-21 3 10,34% 20 24,70%22-32 1 3,45% 3 3,71%33-43 0 0% 7 8,64%> 43 0 0% 4 4,92%

TOTAL 29 100% 81 100%

Tabel 5. Distribusi Rentang Nilai % PendiriRENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0% 27 93,12% 72 88,88%

1% - 25% 1 3,44% 6 7,40%26% - 50% 1 3,44% 3 3,72%

TOTAL 29 100% 81 100%

Tabel 6. Distribusi Rentang Nilai Jumlah Akuntan Dalam Dewan Direksi (AKT)

JUMLAH AKTFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 19 65,53% 48 59,25%1 6 20,68% 27 33,33%2 3 10,34% 1 1,23%3 1 3,45% 4 4,96%4 0 0% 1 1,23%

TOTAL 29 100% 81 100%

Tabel 7. Distribusi Rentang Nilai Usia CEO (uCEO)RENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE30 - 40 5 17,24% 7 8,64%41 - 51 16 55,17% 30 37,05%52 - 62 7 24,24% 39 48,14%

> 62 1 3,35% 5 6,17%TOTAL 29 100% 81 100%

Tabel 8. Rata – Rata Usia CEO Pada Fraud Firm

27

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

UCEO 29 34 70 47.76Valid N (listwise) 29

Tabel 9. Rata – rata Usia CEO Pada Non-Fraud FirmDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

UCEO 81 30 74 51.88Valid N (listwise) 81

Tabel 10. Distribusi Frekuensi CEO yang bergelar MBA (CEOMBA) pada perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi (fraud firm)

CEOMBA

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 25 86.2 86.2 86.2

1 4 13.8 13.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

Tabel 11. Distribusi Frekuensi CEO yang bergelar MBA (CEOMBA) pada perusahaan yang tidak melakukan kecurangan akuntansi (non-fraud firm)

CEOMBA

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 68 84.0 84.0 84.0

1 13 16.0 16.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

Tabel 12. Distribusi Rentang Nilai Strategi Akuisisi (AKS)RENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 10 23 79,31% 64 79,04%11-21 3 10,34% 8 9,87%22-32 2 6,90% 4 4,93%33-43 0 0% 2 2,46%> 43 1 3,45% 3 3,7%

TOTAL 29 100% 81 100%

Tabel 13. Distribusi Rentang Nilai Financial LeverageRENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE

28

0.0049 - 0.2031 7 24.14% 8 9.88%0.2032 - 0.4013 5 17.24% 15 18.52%0.4014 - 0.5995 5 17.24% 24 29.63%0.5996 - 0.7977 4 13.79% 26 32.10%0.7978 - 0.9959 7 24.14% 5 6.17%0.9960 - 1.1941 0 0% 1 1.23%1.1942 - 1.3923 0 0% 0 0%1.3924 - 1.5905 1 3.45% 1 1.23%1.5906 - 1.7887 0 0% 0 0%

> 1.7887 0 0% 1 1.23%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 14. Distribusi Rentang Nilai Current Assets/ Total Assets (CATA)RENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE< 0.0317 1 3.45% 0 0%

0.0317 - 0.1268 3 10.34% 7 8.64%0.1269 - 0.2219 2 6.90% 11 13.58%0.2220 - 0.317 3 10.34% 7 8.64%0.318 - 0.4121 2 6.90% 12 14.81%0.4122 - 0.5072 3 10.34% 8 9.88%0.5073 - 0.6023 3 10.34% 13 16.05%0.6024 - 0.6974 1 3.45% 9 11.11%0.6975 - 0.7925 6 20.69% 7 8.64%0.7926 - 0.8876 1 3.45% 5 6.17%

> 0.8876 4 13.79% 2 2.47%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 15. Distribusi Rentang Nilai Receivables/ Total Assets (RVTA)RENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0.0001 - 0.0802 12 41.38% 41 50.62%0.0803 - 0.1603 3 10.34% 23 28.40%0.1604 - 0.2404 5 17.24% 7 8.64%0.2405 - 0.3205 3 10.34% 3 3.70%0.3206 - 0.4006 2 6.90% 2 2.47%0.4007 - 0.4807 1 3.45% 3 3.70%0.4808 - 0.5608 0 0% 0 0%0.5609 - 0.6409 1 3.45% 0 0%0.6410 - 0.721 1 3.45% 0 0%

> 0.721 1 3.45% 2 2.47%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 16. Distribusi Rentang Nilai Inventory/ Total Assets (IVTA)RENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 0.0003 11 37.93% 11 13.58%

0.0004 - 0.058 7 24.14% 24 29.63%

29

0.059 - 0.1157 2 6.90% 10 12.35%0.1158 - 0.1734 3 10.34% 7 8.64%0.1735 - 0.2311 3 10.34% 7 8.64%0.2312 - 0.2888 1 3.45% 5 6.17%0.2889 - 0.3465 0 0% 5 6.17%0.3466 - 0.4042 2 6.90% 4 4.94%0.4043 - 0.4619 0 0% 2 2.47%0.4620 - 0.5196 0 0% 2 2.47%

> 0.5196 0 0% 4 4.94%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 17. Distribusi Rentang Nilai Ukuran Perusahaan (LOGTA)

RENTANG NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE9.8417 - 10.6087 2 6.90% 7 8.64%10.6088 - 11.3757 8 27.59% 18 22.22%11.3758 - 12.427 12 41.38% 37 45.68%12.1428 - 12.9097 2 6.90% 8 9.88%

> 12.9097 5 17.24% 11 13.58%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 18. Rata - Rata Ukuran Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan AkuntansiDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

LOGTA 29 9.9782 13.6280 1.185387E1Valid N (listwise) 29

Tabel 19. Rata - Rata Ukuran Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

LOGTA 81 9.8417 13.6768 1.183994E1Valid N (listwise) 81

Tabel 20. Distribusi Rentang Nilai CATORENTANG

NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM

JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 0.2912 17 58.62% 17 20.99%

0.2913 - 0.5824 5 17.24% 21 25.93%0.5825 - 0.8736 3 10.34% 10 12.35%0.8737 - 1.1648 1 3.45% 12 14.81%

30

> 1.1648 3 10.34% 21 25.93%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Opini Audit Pada Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan Akuntansi (Fraud Firm)

OPINI

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 22 75.9 75.9 75.9

1 7 24.1 24.1 100.0

Total 29 100.0 100.0

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Opini Audit Pada Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi (Non-Fraud Firm)

OPINI

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 79 97.5 97.5 97.5

1 2 2.5 2.5 100.0

Total 81 100.0 100.0

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Jenis KAP (BIG4) Pada Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan Akuntansi (Fraud Firm).

BIG4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 7 24.1 24.1 24.1

1 22 75.9 75.9 100.0

Total 29 100.0 100.0

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Jenis KAP (BIG4) Pada Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi (Non-Fraud Firm).

31

BIG4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 0 41 50.6 50.6 50.6

1 40 49.4 49.4 100.0

Total 81 100.0 100.0

Tabel 25. Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow TestStep Chi-square Df Sig.

1 5.367 8 .718

Tabel 26. Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a THI -.073 .037 3.857 1 .050 .929

%PENDIRI .389 3.219 .015 1 .904 1.475

AKS -.003 .013 .038 1 .845 .997

AKT -.397 .473 .704 1 .401 .673

UCEO -.098 .043 5.119 1 .024 .907

CEOMBA .321 .852 .142 1 .706 1.379

FL -.224 1.106 .041 1 .839 .799

CATO -1.459 .690 4.465 1 .035 .233

LOGTA 1.005 .486 4.276 1 .039 2.732

CATA 3.957 1.783 4.927 1 .026 52.294

RVTA -.464 2.350 .039 1 .844 .629

IVTA -2.227 2.409 .855 1 .355 .108

OPINI 2.425 1.113 4.749 1 .029 11.304

BIG4 .666 .710 .880 1 .348 1.947

Constant -8.434 6.076 1.927 1 .165 .000

a. Variable(s) entered on step 1: THI, PENDIRI, AKS, AKT, UCEO, CEOMBA, FL, CATO, LOGTA, CATA, RVTA, IVTA, OPINI, BIG4.

Tabel 27. Statistika Dekskriptif

32

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

THI 110 0 66 10.86 12.561

%PENDIRI 110 .0000 .5000 .026324 .0863622

AKS 110 0 203 9.25 24.126

AKT 110 0 4 .55 .842

UCEO 110 30 74 50.79 7.807

CEOMBA 110 0 1 .15 .363

FL 110 .0050 1.9872 .542897 .3157645

CATO 110 .0000 4.8662 .747640 .7618979

LOGTA 110 9.8417 13.6768 1.184361E1 .8767630

CATA 110 .0000 .9831 .464147 .2588169

RVTA 110 .0000 .9171 .146486 .1764427

IVTA 110 .0000 .5780 .127105 .1535575

OPINI 110 0 1 .08 .275

BIG4 110 0 1 .56 .498

Valid N (listwise) 110

33