laptut sken 5
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan
rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.
Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi
ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem
tersebut. Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia
adalah terkait UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban dokter ialah
merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51). Ketentuan pidana kurungan paling lama
satu tahun atau denda paling banyak 50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang
sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut.
1.2 Skenario
Seorang pasien datang ke puskesmas ingin mendapatkan pengobatan. Pasien diperiksa
oleh dokter Puskesmas kemudian pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit (RSGM). Setelah
membaca surat rujukan dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kemudian
dokter jaga di bagian oral diagnosis RSGM merujuk ke bagian bedah mulut RSGM. Hal
ini dilakukan karena pertimbangan kasus, ketersediaan peralatan medis yang ada di
bagian oral diagnosis dan sistem rujukan yang ada di RSGM.
1.3 Rumusan masalah
1. Apa saja tujuan & manfaat dari rujukan?
2. Apa saja jenis-jenis dari rujukan?
3. Apa pertimbangan untuk melakukan rujukan?
4. Bagaimana alur rujukan?
5. Apa saja hambatan & masalah dalam melakukan rujukan?
1.4 Tujuan pembelajaran
1. Mengetahui dan menjelaskan format form surat rujukan
2. Mengetahui dan menjelaskan kebutuhan dari pasien
3. Mengetahui dan menjelaskan arus rujukan
4. Mengetahui dan menjelaskan rujukan promotif dan preventif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu
pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan
sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap kasus yang akan dirujuk tetap memerlukan panduan mengenai bagaimana tata
caranya melakukan rujukan kasus gimul yang ada di wilayah kerja puskesmas.
Rujukan kasus ini menyesuaikan dengan kondisi darimana kasus gigi dan mulut tersebut
didapatkan. Apakah berasal dari pelayanan jejaring puskesmas (luar gedung) ataukah dari
pelayanan luar gedung puskesmas (poli umum atau poli KIA-KB).
Untuk efektifitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, perlu diperhatikan indikasi
rujukannya, antara lain:
1. Rujukan Kasus Dengan Atau Tanpa Pasien :
Dari posyandu/sekolah/pustu ke puskesmas, indikasinya : semua
kelainan/kasus/keluhan yang ditemukan pada jaringan keras dan jaringa lunak
didalam rongga mulut
Dari poli gigi puskesmas ke rumah sakit yang lebih mampu, indikasinya : semua
kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi, perawat gigi) di
puskesmas yang memerlukan tindakan diluar kemampuannya.
2. Rujukan Model (Prothetic Atau Orthodonsi) :
Indikasinya : pelayanan kesehatan gigi yang memerlukan pembuatan prothesa
termasuk mahkota dan jembatan, plat orthodonsi, obturator, feeding plate, inlay,
onlay, uplay.
3. Rujukan Spesimen :
Indikasinya : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter
gigi, perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan pemeriksaan penunjang
diagnostik/laboratorium sehubungan dengan kelainan dalam rongga mulutnya.
4. Rujukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi :
Indikasinya : keadaan dimana dibutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan dan atau
ketrampilan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, agar dapat memberikan pelayanan
yang lebih optimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi terselenggaranya rujukan upaya kesehatan gigi
dan mulut, antara lain faktor lingkungan, geografi, transportasi, sosial ekonomi dan sosial
budaya.
TUJUAN UMUMNYA adalah terwujudnya suatu tatanan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang merata, terjangkau ,bermutu, berdaya guna dan berhasil guna.
TUJUAN KHUSUSNYA adalah agar mantapnya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di setiap jenjang pelayanan kesehatan yang berlaku. Terwujudnya (arus) rujukan medik
gigi dan rujukan kesehatan gigi. Sasaran sistem upaya rujukan gigi dan mulut ialah setiap
institusi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
A. Rujukan Medik Gigi :
1. Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan pemulihan (model rahang)
2. Rujukan spesimen, untuk pemeriksaan penunjang /tambahan.
3. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); mendatangkan atau mengirim
tenaga/ahli yang kompeten untuk memberikan dan mendapatkan bimbingan
pengetahuan dan ketrampilan kesehatan gigi dan mulut.
B. Rujukan Kesehatan Gigi :
1. Bantuan teknologi berupa teknologi tepat guna, cukup sederhana, dapat dikuasai dan
dilksanakan, serta terjangkau masyarakat. Contoh: cara menyikat gigi yang baik dan
benar, bentuk-bentuk sikat gigi yang benar.
2. Bantuan sarana berupa alat-alat, buku-buku, brosur, poster-poster, leaflet-leaflet.
3. Bantuan operasional berupa dana operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan
gigi dan mulut, terutama pada unit pelayanan kesehatan terdepan di poli gigi
puskesmas.
RUJUKAN KESEHATAN
Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang
(moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut
bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan
pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya
dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat
yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena
jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan
yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services)
atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan
balkesmas.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks
dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan
B.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian
seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain ini disebut rujukan.
Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja
tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan
sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke
fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan
yang setingkat.
SECARA GARIS BESAR RUJUKAN DIBEDAKAN MENJADI 2, YAKNI :
a. Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.
b. Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan operasional.
TUJUAN RUJUKAN
1. Tujuan Utama Rujukan
Mampu menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, melalui program rujukan terencana dalam
satu wilayah kabupaten, kotamadya, atau provinsi.
1. Tujuan Spesifik Rujukan
1. Mampu menjembatani pelayanan kesehatan dasar diwilayah kesehatan dengan
akses rujukan.
2. Mampu menyamakan strategi/ langkah antar petugas kesehatan.
3. Mampu mengenal secara dini golongan resiko tinggi dan kegawat daruratan
obstetric didaerah pedesaan, melakukan komunikasi dan edukasi (KIE) dan
rujukan terencana secara relevan, efektif, efisien, dan rasional.
4. Mampu mencegah rujukan terlambat.
5. Mampu melakukan advokasi kepada Pimpian Wilayah serta melakukan
sosialisasi dan mobilisasi masyarakat dalam koordinasi Gerakan Sayang ibu.
MANFAAT RUJUKAN
Beberapa manfaat juga akan diperoleh jika ditinjau dari unsure pembentuk pelayanan
kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :
1. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan.
2. Memperjelas system pelayanan kesehatan, akrena terdapat hubungan kerja
antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3. Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.
4. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :
1. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang- ulang.
2. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan
(Health Provider) :
1. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai
akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi.
2. Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni
melalui kerjasama yang terjalin.
3. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
JENIS RUJUKAN
Rujukan kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti
ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional.
Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini
dibedakan dengan tiga macam yaitu :
Rujukan penderita
Konsultai penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain
yang disebut transfer of patien.
Pengetahuan
Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan
mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/ personel.
Bahan- bahan pemeriksaan
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut
transfer of spesimen.
KARAKTERISTIK KONSULTASI DAN RUJUKAN:
1. Ruang lingkup kegiatan. Konsultasi memintakan bantuan profesional dari
pihak
ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter. Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan
atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab. Konsultasi wewenang dan tanggung jawab
tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.
Manfaat Konsultasi dan Rujukan
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan
sesuai dengan yang seharusnya).
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk
team work).
Masalah Konsultasi dan Rujukan
1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi
inisiatif dokter).
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas
permintaan pasien).
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi.
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan.
5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi).
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun
dirujuk.
Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan
Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,
dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus, catatan di
rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Tata cara rujukan
• Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
• Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
• Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
• Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan.
• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak.
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab penderitasepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus
saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk
selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan,
dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter
pemberi rujukan tidak ikut campur.
SISTEM RUJUKAN
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang
cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada
pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar
belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi
ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika
bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan
bayi.
1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna.
Tujuan sistem rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu.
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani
rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal
dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
3. Jenis Rujukan
Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu
menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut
masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
5. Persiapan rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat
“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia
dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
7. Keuntungan sistem rujukan
Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga
Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan
petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di
daerahnya masing – masing
Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
8. Mekanisme rujukan
Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi
tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan
umum ini perlu dipertahankan. Selama dalam perjalanan, surat rujukan harus
dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi
penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah.
PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam membina perlu ditentukan dengan beberapa hal yaitu :
Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan system rujukan. Pembagian wilaayh ini
didasarkan atas pembagian wilayah secara administrative. Tetapi didasarkan atas lokasi atau
mudahnya system rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat system rujukan
mendapat arus penderita secara merata.
Penyaringan (screEning) oleh tiap tingkat unit kesehatan
Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan
disalurkan dalam system rujukan penderita yang dapat dilayani oleh unit kesehatan tersebut.
Tidak perlu dikirim oleh unit kesehatan yang lebih mampu.
Kemampuan unit kesehatan dan petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam tugas dan peralatannya. Walaupun
demikian, diharapkan mereka dapat melakukan ketrampilan tertentu.
Untuk melaksanakan rujukan perlu dilakukan langkah- langkah sebagi berikut :
1. Bila ditemukan kasus yang tidak dapat ditangani sesuai dengan kewenangan bidan,
maka pasien tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan yang memiliki
kemampuan mengatasi masalah tersebut.
2. Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas pertimbangan jarak (mudah dijangkau),
tersedianya fasilitas dan tenaga yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani
masalah pasien. Tempat rujukan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi dan
kesediaan penderita.
3. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang masalah yang dihadapi, alasan, dan
manfaat perlunya dilakukan rujukan.
4. Pasien perlu dipersiapkan sebelum dirujuk. Keadaan umum pasien diperbaiki, cegah
agar tidak terjadi segala sesuatu yang memperberat penderitaan dan masalahnya.
Pasien diberi infus, obat- obatan atau tindakan pencegahan bila diperlukan. Ingat
prinsip BAKSOKUDA.
5. Dokumen pasien dipersiapkan dan berisikan informasi lengkap tentang masalah
kesehatan penderita.
6. Dalam keadaan darurat pasien sebaiknya didampingi bidan dalam menuju tempat
rujukan.
7. Pasien yang telah dapat diatasi ditempat rujukan sebaiknya dikirim kembali kebidan
pengiriman untuk tindak lanjut. Bidan melakukan tindakan sesuai dengan saran yang
diberikan oleh rumah sakit, bila diperlukan.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
PELAKSANAAN RUJUKAN
1. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga
rumah sakit tempat rujukan.
2. Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dengan tempat rujukan.
3. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil, dan siaga selama 24 jam.
4. Tersedianya obat-obatan dan alat kesehatan sesuai kebutuhan ditempat yang merujuk
dan tempat rujukan.
5. Tersedianya sarana angkutan selama 24 jam.
6. Bagi keluarga yang tidak mampu tersedia dukungan dana atau transportasi, perawatan
dan pengobatan di rumah sakit.
7. Tersedianya dana intensif bagi petugas kesehatan yang siaga selama 24 jam.
TANGGUNG JAWAB PETUGAS DALAM PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
1. Persiapan rujukan yang memadai
2. Penanganan/ penjelasan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang
ditemukan atau diduga.
3. Ijin rujukan atau tindakan lain yang dilakukan
4. Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada yang
sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan. Hasil laboratorium, foto rontegen,
contoh darah ibu.
5. Stabilisasi keadaan vital janin/ bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat tujuan.
6. Bagi petugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan.
7. Pembinaan dan ketrampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis kebidanan
dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal sekali setiap 3
bulan.
8. Penerapan prosedur tetap, pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit.
KENDALA ATAU MASALAH DALAM RUJUKAN
Yang paling banyak menimbulkan masalah rujukan adalah transportai terutama fasilitas yang
harus ada sewaktu pasien dibawa, disamping alat transportasi. Disamping itu adalah masalah
geografi jalan- jalan yang harus ditempuh sering merupakan penghambat, sehingga tak jarang
walaupun telah diberikan penerangan tentang rujukan tersebut kepada orang tua atau keluarga
tetapi akhirnya mereka keberatan membawa pasien tersebut ke rumah sakit yang lebih
mampu, ditambah lagi ditempat rujukan terbayang kepada mereka berapa lagi biaya yang
harus dikeluarkan untuk perawatan nanti.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang
dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang
dokter kepada dokter lain yang sesuai.
2. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan
terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.
3. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi
dua, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan masyarakat.
4. Tujuan umumnya adalah terwujudnya suatu
tatanan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merata, terjangkau, bermutu, berdaya
guna dan berhasil guna.
5. Tujuan khususnya adalah agar mantapnya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di setiap jenjang pelayanan kesehatan yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA