lapsus radio mei 2015

50
BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN ILEUS OBSTRUKTIF Di susun oleh: Latifah Husna binti Zulkafli C 111 11 871 Nurul Faten Izzati binti Norharizam C 111 11 842 Andi Darfianto Pradana Darwis C 111 11 302 Pembimbing Residen : dr. Sumiati Dosen Pembimbing : dr. Dario A.Nelwan, Sp.Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 1

Upload: latifah-husna-zulkafli

Post on 14-Dec-2015

272 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ileus obstruktif

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Radio Mei 2015

BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN

ILEUS OBSTRUKTIF

1

Page 2: Lapsus Radio Mei 2015

Di susun oleh:

Latifah Husna binti Zulkafli C 111 11 871

Nurul Faten Izzati binti Norharizam C 111 11 842

Andi Darfianto Pradana Darwis C 111 11 302

Pembimbing Residen :

dr. Sumiati

Dosen Pembimbing :

dr. Dario A.Nelwan, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI FAKULAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Nama dan Nim : Latifah Husna binti Zulkafli C 111 11 871

Nurul Faten Izzati binti Norharizam C 111 11 842

Andi Darfianto Pradana Darwis C 111 11 302

Judul Laporan Kasus : Ileus Obstruktif

2

Page 3: Lapsus Radio Mei 2015

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Kesehatan Radiologi Fakultas Kedokteran Hasanuddin.

Makassar, Juni 2015

Mengetahui,

Penguji Dosen Pembimbing Pembimbing Residen

dr. Dario A.Nelwan, Sp.Rad dr. Sumiati

DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Lembar Pengesahan 2

Daftar Isi 3

Bab I. Laporan Kasus 5

Bab II. Tinjaun Pustaka

3

Page 4: Lapsus Radio Mei 2015

A. Definisi 14

B. Anatomi dan Histologi 15

C. Etiologi 17

D. Patomekanisme 18

E. Manifestasi Klinis 19

F. Pemeriksaan Laboratorium 19

G. Radiologi 20

H. Penatalaksanaan 24

I. Diagnosis Banding 25

J. Komplikasi 28

Bab III.

Diskusi 29

Daftar Pustaka 31

Lampiran Referensi 32

4

Page 5: Lapsus Radio Mei 2015

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama Pasien/Umur : An. M / 6 tahun

Tanggal masuk rumah sakit : 24 Mei 2015

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No. Rekam Medis : 00-71-31-60

Perawatan Bagian : Lontara 4

5

Page 6: Lapsus Radio Mei 2015

B. Anamnesis

Keluhan utama: Nyeri perut

Riwayat penyakit sekarang: Pasien masuk rumah sakit tanggal 24 Mei 2015

karena nyeri perut. Penderita datang sadar merupakan rujukan dari RSUD

Polewali, mengeluh nyeri perut dan kembung, sejak 6 hari yang lalu,

sebelumnya penderita mengalami mual dan muntah sejak 2 hari yang

lalu .Tidak ditemukan adanya demam dan kejang. Pasien juga tidak buang air

besar sejak 4 hari sebelum masuk RS,

C. Pemeriksaan fisis

Keadaan umum : Sakit sedang, gizi cukup

Kesadaran : Compos mentis.

Tanda vital :

Tekanan darah: 100/60 mmHg

Nadi : 96x/menit

Suhu : 37,30C

Pernapasan : 20x/menit

Nyeri : NRS 3

Status Generalis :

Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), DVS R-

Mulut : Hiperemis (-), Stomatitis (-), Lidah:Hiperemis (-).

Thoraks : Rh -/-, Wh -/-.

Bunyi Jantung : I/II murni regular, bising (-).

6

Page 7: Lapsus Radio Mei 2015

Abdomen : Peristaltik (+) Menurun.

Ekstremitas : Edema Pretibial (-/-).

Primary survey

Airway : Tidak ada gangguan jalan nafas.

Breathing : Pernafasan 20 x/menit.

Circulation : Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 96 x/menit.

Disability : GCS15 (E4M6V5).

Exposure : Suhu 37,3oC.

Status Lokalis : Regio Abdomen

- Inspeksi : abdomen cembung (+) kontur usus (+), massa (-)

- Auskultasi : Peristaltik usus meningkat

- Palpasi : Distensi (+), defans muskular (-), massa (-), hepar dan lien

tidak teraba

- Perkusi : timpani

D. Laboratorium (tanggal 24 Mei 2015)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

Darah Rutin WBC 16.67 4 - 10 x 103/uL

RBC 4,42 4 - 6 x 106/uL

HGB 12,3 12 - 16 g/dL

HCT 34,8 37 - 48%

MCV 78,7 80 – 97 fL

7

Page 8: Lapsus Radio Mei 2015

MCH 27,8 26,5-33,5 pg

MCHC 35,3 31,5 - 35 g/dl

PLT 318 150 - 400x103/uL

RDW-CV 11,9 10-15

MPV 9,9 6,5-11 fL

NEUT 13,01 52.0 - 75.0 x103/uL

Lymph 1,69 20.0 - 40.0%

Mono 1,89 2.00 - 8.00 x103/uL

EO 0,01 1.00 - 3.00 x 103/uL

Baso 0,07 0.00 - 0.10 x 103/uL

Albumin Albumin 2,8 3,5-5 gr/dl

Elektrolit

Natrium 150 136-145 mmol/l

Kalium 2.5 3.5-5.1 mmol/l

Klorida 97 97-111 mmol/l

Hasil/kesan : Leukositosis

E. Radiologi

8

Page 9: Lapsus Radio Mei 2015

Foto polos abdomen 3 posisi. Tanggal 24.05.2015

Udara usus tidak terdistribusi sampai ke distal colon

Tampak dilatasi loop-loop usus, gambaran herring bone dan airfluid level

bertingkat (step ladder)

Tidak tampak udara bebas subdiafragma

Kedua psoas line tidak tervisualisasi

Preperitoneal fat line baik

Tulang-tulang intak

Kesan: Gambaran ileus obstruktif

9

Page 10: Lapsus Radio Mei 2015

FOTO USG

10

Page 11: Lapsus Radio Mei 2015

Foto USG Abdomen Atas + Bawah (Whole Abdomen) Tanggal 24.05.2015

Tampak dilatasi loop- loop usus, peristaltik sulit dinilai (pasien tidak

tenang)

11

Page 12: Lapsus Radio Mei 2015

Hepar : Bentuk, ukuran, dan echo parenkim dalam batas normal. Tidak

tampak dilatasi vaskuler maupun bile duct intra etrahepatik. Tidak

tampak echo mass

Gb : Dinding menebal , tidak tampak echo batu didalamnya.

Pancreas : Bentuk, ukuran, dan echo parenkim dalam batas normal.

Tidak tampak dilatasi duktus pankreatikus. Tidak tampak echo

mass/cyct

Lien : Bentuk, ukuran, dan echo parenkim dalam batas normal. Tidak

tampak echo mass/cyst

Kedua ginjal : Bentuk, ukuran, dan echo cortex dalam batas normal.

Tidak tampak dilatasi PCS. Tidak tampak echo mass/cyst

VU : Dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu mass. Tampak

balon kateter didalamnya

Tampak echo cairan bebas minimal cavum peritoneum

Kesan : Gambaran ileus

Ascites minimal

F. Assesment

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan radiologi, pasien ini didiagnosis

- Ileus obstruksi

12

Page 13: Lapsus Radio Mei 2015

G. Terapi

1. Nasogastric tube (dekompresi)

2. IVFD ringer lactat (hidrasi)

3. Ceftriaxone (antibiotik)

4. Ranitidine (penekan produksi asam lambung)

5. Metronidazole 250 mg/ 8 jam/ intra vena

6. Puasa

7. Laparotomy

H. Resume Klinis

Seorang pasien anak masuk rumah sakit dengan karena nyeri perut. Penderita

datang sadar merupakan rujukan dari RSUD Polewali, mengeluh nyeri perut dan

kembung, sejak 6 hari yang lalu, sebelumnya penderita mengalami mual dan

muntah sejak 2 hari yang lalu

Dari pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang, gizi

cukup, kesadaran compos mentis dengan GCS15.Tanda vital pasien: normal,

Nyeri NRS 3. Status generalis pasien pada abdomen didapatkan peristaltik (+),

dengan status lokalis pada region abdomen: abdomen cembung, kontur usus/darm

contour (+); Peristaltik usus meningkat pada auskultasi; Distensi (+) serta

terdengar bunyi timpani pada perkusi.

Pada tanggal 24 Mei 2015 lalu, dilakukan foto polos abdomen 3 posisi

terhadap pasien dan didapatkan tanda-tanda ileus obstruksi . Pada tanggal 24 Mei

13

Page 14: Lapsus Radio Mei 2015

2015 juga dilakukan foto USG Abdomen Atas + Bawah (Whole Abdomen) .

Kemudian perawatan dilanjutkan oleh bagian bedah anak . Pasien kemudian

diterapi dengan dekompresi menggunakan nasogastric tube, IVFD ringer lactat

untuk hidrasi, antibiotik berupa ceftriaxone, penekan produksi asam lambung

berupa ranitidine.

14

Page 15: Lapsus Radio Mei 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Ileus adalah dikenal juga sebagai obstruksi usus, yaitu suatu kondisi yang

dapat mengancam jiwa dimana terjadi gangguan pasase usus yang disebabkan

oleh penyebab mekanik (hambatan) maupun paralisis (persarafan) dari usus

halus(1). Ileus terbagi atas 2 jenis, yaitu ileus paralitik (ileus non-mekanis atau

ileus adinamik) dan ileus obstruksi (ileus mekanis atau ileus dinamik).(2) Ileus

obstruksi adalah obstruksi pada usus halus dan colon baik secara komplit maupun

parsial yang disebabkan oleh adanya penyebab mekanik atau organic (dalam hal

ini adalah hambatan aliran).(3) Sedangkan ileus paralitik adalah gangguan

peristaltic usus yang disebabkan adanya pengaruh toksin atau trauma yang

mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus.(2)

Penyakit Hirschsprung juga disebut dengan aganglionik megakolon

congenital adalah salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal

(bayi berumur 0-28 hari). Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit dari usus

besar (kolon) berupa gangguan perkembangan dari sistem saraf enterik.

Pergerakan dalam usus besar didorong oleh otot. Otot ini dikendalikan oleh sel-sel

saraf khusus yang disebut sel ganglion. Pada bayi yang lahir dengan penyakit

Hirschsprung tidak ditemui adanya sel ganglion yang berfungsi mengontrol

kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam usus distal. Tanpa adanya sel-sel

15

Page 16: Lapsus Radio Mei 2015

ganglion (aganglionosis) otot-otot di bagian usus besar tidak dapat melakukan

gerak peristaltik (gerak mendorong keluar feses).

B. ANATOMI DAN HISTOLOGI

Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat dan

membentang dari pylorus sampai katup ileusekal. Panjang usus halus pada orang

hidup adalah sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hamper 22 kaki (6,6 m) pada cadaver

(akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen.

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Pemisahan duodenum

dan jejunum ditandai oleh adanya Ligamentum Treitz, yaitu suatu pita

muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus

esophagus dan berinsersio pada perbatasan antara duodenum dan jejunum.

Ligamentum ini berperan sebagai lgamentum suspensarium (penggantung).

Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejunum. Sekitar

duaperlima dari sisa usus halus adalah jejunum, dan tga perlima bagian akhirnya

adalah ileum. Jejunum terletak di region midabdominalis sinistra sedangkan ileum

cenderung terletak di region abdominalis dekstra sebelah bawah.(2)

Usus besar atau colon berbentuk tabung muscular berongga dengan

panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari caecum hingga canalis ani.

Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5

cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar

dibagi menjadi caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens,

16

Page 17: Lapsus Radio Mei 2015

colon sigmoid, dan rectum. Pada colon, terdapat struktur khas yang tidak dimiliki

oleh usus halus yaitu taenia coli. Panjang taenia lebih pendek darpada usus,

sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang

disebut haustra.(2)

Gambar : usus halus dan usus besar tampak anterior(4)

Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan

a. Tunika mukosa, adalah lapisan terdalam lumen dan terdiri atas membrane

mukosa yang melekat pada lapisan tipis otot visceral. Terdapat 3 lapisan yang

membentuk selaput lendir antara lain lapisan epitel, lamina propria dan

mukosa muskularis.

b. Tunika submukosa , terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat tunika

mukosa dengan lapisan berikutnya yaitu tunika muskularis.

c. Tunika muskularis, terdiri dari dua selubung otot polos tak bergaris. Daerah

paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal.

Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum

17

Page 18: Lapsus Radio Mei 2015

circulare. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak

diantara kedua lapisan otot.

d. Tunika serosa merupakan lapisan terluar, terdiri dari jaringan ikat dan jaringan

epitel. Lapisan ini juga dikenal sebagai peritoneum visceral. Lapisan ini

mencakup organ dan memiliki lipatan besar, sehingga mengikat organ satu

sama lain dan pada dinding rongga abdomen. Lapisan ini juga mengandung

pembuluh darah, kelenjar limfe, dan saraf. Salah satu perpanjangan

peritoneum visceral membentuk mesenterium.

Gambar : Lumen usus halus(4)

C. ETIOLOGI

Penyebab ileus osbstruksi berkaitan dengan kelompok usia yang terserang

dan letak obstruksi. Seikta 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan

dan tua, dan terjadi akibat perlengketan yang disebabkan oleh pembedahan

18

Page 19: Lapsus Radio Mei 2015

sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi

usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker colon merupakan

penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Inkarserasi lengkung usus pada hernia

inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus

halus. Intusisepsi atau invaginasi merupakan penyebab obstruksi yang hamper

selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intusosepsi sering terjadi pada ileum

terminalis yang masuk ke dalam caecum. Benda asing dan kelainan congenital

merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.(2)

D. PATOMEKANISME

Berdasarkan lokasi terjadinya, ileus obstruktif terbagi menjadi ileus

obstruktif letak tinggi (small bowel obstruction) dan ileus letak rendah (large

bowel obstruction). Ileus obstruktif merupakan salah satu penyakit dengan

berbagai macam penyebab dasar, di mana penyebab dasar tersebut bersifat

mekanik (baik intraluminal maupun ekstraluminal) yang pada akhirnya akan

menyebabkan gangguan pasase isi usus dari proximal menuju distal.(5)

Sumbatan mekanik yang mengganggu pasase usus, menyebabkan

menyebabkan makanan yang berada di usus tidak dapat digerakkan menuju

segmen distal usus. Sehingga, terjadi distensi dan dilatasi usus proksimal dari

sumbatan, akibat dari akumulasi makanan serta udara yang juga tidak dapat

bergerak menuju distal. Adanya dilatasi usus ini, menyebabkan sekresi cairan

dinding usus meningkat pula, yang menyebabkan semakin banyaknya pula cairan

yang terakmulasi, yang di mana hal ini menjadi pemicu untuk ditingkatkannya

19

Page 20: Lapsus Radio Mei 2015

peristaltik usus. Hal inilah yang menyebabkan pada akhirnya tekanan intraluminar

usus terus meningkat, dan jika obstruksinya terjadi pada segmen yang lebih

proksimal dari usus, dapat menyebabkan muntah pada pasien.(7-8)

Tingginya tekanan di usus, menyebabkan penekanan pada saluran limfe

yang ada di dinding usus menyebabkan terjadinya limfedema pada dinding usus.

Selain itu, tekanan yang tinggi ini dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan

hidrostatik intrakapiler usus, yang menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan,

beserta elektrolit-elektorit penting bagi tubuh (kalium, kalsium, natrium dan

magnesium), yang dapat menyebabkan dehidrasi dan mengancam kehidupan. Jika

penangannya terlambat, maka ileus obstruktif ini dapat pula menyebabkan infeksi

sekunder, hipotensi, perforasi, dan peritonitis generalisata.(6-7)

E. MANIFESTASI KLINIS

Adapun gejala klinik dari ileus obstruktif adalah adanya distensi abdomen,

akibat dari akumulasi makanan, cairan, serta udara yang tidak dapat diteruskan

melewati segmen usus yang mengalami obstruksi mekanik. Nyeri abdomen, dan

muntah juga gejala yang sering didapatkan. Selain itu, terdapat pula obstipasi, dan

tidak dapat flatus. Untuk gejala spesifiknya, bergantung pada penyebab dari ileus

obstruktif ini.(5)

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.(9)

a) Urinalisis

20

Page 21: Lapsus Radio Mei 2015

b) Kimia serum. Hasilnya biasanya normal atau sedikit meningkat.

c) Hitung darah lengkap. Sel darah putih kemungkinan meningkat dengan left

shift pada obstruksi simple atau strangulasi; peningkatan hematokrit

menunjukkan penurunan volume (dehidrasi).

d) Test laktat dehidrogenase.

e) Level kreatinin kinase

f) Level fosfat

g) Level creatinin. Level kreatinin meningkat menunjukkan adanya dehidrasi.

h) Blood urea nitrogen (BUN). Jika terjadi peningkatan mengindikasikan

adanya penurunan volume (dehidrasi).

G. RADIOLOGI

a. Foto Polos Abdomen 3 Posisi

Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang selalu dilakukan pada

pasien yang dicurigai mengalami obstruksi usus. Pada pemeriksaan ini yang

dinilai adalah distribusi udara dalam usus, ada tidaknya dilatasi loop usus,

keadaan valvula koniventes, serta ada tidaknya akumulasi air dan gas dalam

lumen usus(10).

Foto polos abdomen ini dilakukan pada 3 posisi, yaitu posisi supine, erect,

dan lateral dekubitus. Pada foto polos abdomen ini akan didapatkan gambaran

sebagai berikut(11):

Dilatasi usus bagian proksimal dengan air fluid level dan kolaps usus bagian

distal.

21

Page 22: Lapsus Radio Mei 2015

Pada posisi supine: distensi usus halus (>3cm) dengan sejumlah valvula

koniventes yang memberikan gambaran stack of coin atau herring bone

appearance.

Pada posisi tegak atau lateral dekubitus: multiple air fluid level dengan

ketinggian berbeda pada loop usus yang sama memberikan gambaran step

ladder; jejeran gelembung udara kecil yang terperangkap di bawah valvula

koniventes memberikan gambaran string of pearl.

A (supine) B (erect)

Gambar : Foto polos abdomen. A (posisi supine) Tampak valvula koniventes yang

memberikan gambaran herring bone appearance atau stack of coin. B

(erect) Tampak dilatasi usus dengan air fluid level.(12)

22

Page 23: Lapsus Radio Mei 2015

Gambar : Erect film tampak gambaran string of pearl

Gambar : LLD (left lateral dekubitus) film tampak gambaran step ladder.

Sedangkan pada penyakit Hirsphrung (megacolon congenital), dapat diperoleh

gambaran radiologi sebagai berikut :

Foto polos abdomen memperlihatkan dilatasi usus, gambaran udara-air

intraluminar serta udara usus tidak sampai ke distal colon.

23

Page 24: Lapsus Radio Mei 2015

Foto polos abdomen penyakit Hirschprung

Pemeriksaan Colon In Loop memperlihatkan penyempitan segmen kolon

yang aganglionik, biasanya di daerah rektosigmoid, dan proksimal daerah

patologis terdapat pelebaran usus. Tampak daerah transisi antara colon

proksimal yang melebar dan colon distal yang menyempit. Daerah transisi

ini dapat berupa pelebaran caliber yang mendadak, bentuk corong, atau

bentuk terowongan.

Colon in loop penyakit Hirschprung

24

Page 25: Lapsus Radio Mei 2015

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi(13).

1. Cairan Intravena, diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi setelah

pasien mengalami muntah.

2. Obat-obatan, antara lain analgesic, obat antisekretori, antiemetic mampu

mengatasi nyeri, mual, dan muntah pada pasien ileus obstruktif yang tidak

dioperasi.

3. Nasogastric tube harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah

aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Dilakukan pada

pasien ileus obstruktif letak tinggi apabila pemberian obat-obatan tidak

memberikan hasil yang memuaskan.

4. Operasi. Operasi dilakukan jika penyebab pasti ileus obstruktif telah

diketahui dan apabila belum ada perbaikan setelah pengobatan konservatif

(dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter) dalam 48-72 jam.

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ – organ

vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan

adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :

Strangulasi

Obstruksi lengkap

Hernia inkarserata

I. DIAGNOSIS BANDING

25

Page 26: Lapsus Radio Mei 2015

1. Ileus paralitik

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak

mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik

ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit

primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan

obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

Kausa Ileus Paralitik :

1. Neurologik

- Pasca operasi

- Kerusakan medula spinalis

- Keracunan timbal kolik ureter

- Iritasi persarafan splanknikus

- Pankreatitis

2. Metabolik

- Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)

- Uremia

- Komplikasi DM

- Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel

3. Obat-obatan

- Narkotik

- Antikolinergik

- Katekolamin

- Fenotiasin

26

Page 27: Lapsus Radio Mei 2015

- Antihistamin

4. Infeksi

- Pneumonia

- Empiema

- Urosepsis

- Urosepsis

- Peritonitis

- Infeksi sistemik berat lainnya

5. Iskemia usus

Manifestasi klinis

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung

(abdominaldistention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada

mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu

dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus

paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen

yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien bervariasi dari

ringan sampai berat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan

adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan

jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya

menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi

peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya

peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.

27

Page 28: Lapsus Radio Mei 2015

Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik(15) :

Gambar Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance

Gambar . Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

J. KOMPLIKASI

1. Ileus paralitik

28

Page 29: Lapsus Radio Mei 2015

Ileus paralitik merupakan gangguan pasase usus akibat absennya gerakan

peristaltik usus. Hal ini bisa disebabkan karena gangguan pada innervasi usus

akibat gerakan hiperperistaltik yang lama saat terjadinya ileus obstruktif. Pada

foto polos abdomen ileus paralitik ini tampak dilatasi loop usus dan air-fluid level

panjang-panjang dan relatif sejajar(16).

2. Pneuoperitoneum

Distensi usus yang terjadi pada ileus obstruksi/paralitik menyebabkan

peningkatan intraluminal, akibatnya aliran darah yang menuju ke dinding usus

terhambat. Dalam jangka waktu tertentu, hal ini bisa menyebabkan iskemia,

kemudian nekrosis dan perforasi pada dinding usus. Hal ini memberikan

gambaran pneumoperitoneum.

Pneumoperitoneum merupakan kondisi terdapatnya udara bebas di dalam

rongga peritoneum. Pada pencitraan dengan foto polos abdomen posisi erect, bisa

ditemukan udara bebas subdiafragma kanan yang memberi gambaran crescent

sign. Selain itu, gambaran Rigler's sign juga bisa ditemukan, berupa gambaran

double wall yang terbentuk oleh dinding usus yang pada kedu sisinya terdapat

udara. Pada foto polos posisi supine, bisa ditemukan football sign khususnya pada

pneumoperitoneum dengan akumulasi udara yang sudah masif.

BAB III

DISKUSI

29

Page 30: Lapsus Radio Mei 2015

Pasien ini masuk ke rumah sakit pada tanggal 24 Mei 2015 dengan

keluhan nyeri perut yang dirasakan kira-kira sejak 6 hari yang lalu secara tiba-

tiba. Riwayat muntah sekitar 2 hari yang lalu. Riwayat asma tidak ada, riwayat

alergi tidak ada. Riwayat dioperasi sebelumnya tidak ada. Riwayat makan terakhir

6 hari yang lalu, riwayat minum terakhir 6 jam yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan distensi abdomen, kontur

usus/darm contour (+) dan didapatkan bunyi peristaltik yang menurun. Foto polos

abdomen 3 posisi pasien ini yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2015 didapatkan

gambaran udara usus yang tidak terdistribusi sampai ke distal colon. Pada posisi

supine didapatkan gambaran dilatasi loop usus disertai valvula koniventes yang

memberikan gambaran herring bone. Pada posisi erect didapatkan air fluid level

bertingkat yang memberikan gambaran step ladder. Pasien ini didiagnosis dengan

ileus.

Adapun gejala klinik dari ileus obstruktif adalah adanya distensi abdomen,

akibat dari akumulasi makanan, cairan, serta udara yang tidak dapat diteruskan

melewati segmen usus yang mengalami obstruksi mekanik. Nyeri abdomen, dan

muntah juga gejala yang sering didapatkan. Selain itu, terdapat pula obstipasi, dan

tidak dapat flatus. Untuk gejala spesifiknya, bergantung pada penyebab dari ileus

obstruktif ini.(6)

Berdasarkan hasil foto polos abdomen 3 posisi ( 24 Mei 2015) didapatkan

tanda-tanda ileus obstruksi, berupa dilatasi usus bagian proksimal dan distribusi

udara yang tidak sampai ke distal colon akibat obstruksi pada usus. Distensi usus

30

Page 31: Lapsus Radio Mei 2015

halus (>3cm) dengan sejumlah valvula koniventes yang rapat karena proses

pergerakan usus yang berlebih (hiperperistaltik) memberikan gambaran herring

bone appearance. Gambaran radiologi lain yang khas pada ileus obstruksi dan

tidak didapatkan pada ileus paralitik yaitu adanya multiple air fluid level dengan

ketinggian berbeda pada loop usus yang sama memberikan gambaran step ladder

yang terbentuk karena adanya akumulasi air dan udara dalam lumen usus,

sehingga memberikan gambaran cairan berbatasan dengan udara. Dapat pula

ditemukan pada beberapa kasus berupa jejeran gelembung udara kecil yang

terperangkap di bawah valvula koniventes memberikan gambaran string of pearl.

Setelah dilakukan perawatan, tidak ditemukan lagi adanya keluhan ileus

obstruktif berupa perut kembung, namun foto polos abdomen masih tetap

memberikan gambaran ileus obstruksi seperti distribusi udara yang minimal di

distal colon, gambaran herring bone dan air fluid level yang bertingkat.

Pada pasien ini kemudian dilakukan perawatan lanjutan dengan

dekompresi menggunakan nasogastric tube, IVFD ringer lactat untuk hidrasi,

antibiotik berupa cefotaxime, dan metronidazole, penekan produksi asam lambung

berupa ranitidine, pereda nyeri berupa ketorolac, dan dipuasakan untuk

mengurangi volume usus.

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: Lapsus Radio Mei 2015

1. Margaretha Novi Indrayani.Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit. 2014 p. 557-558

2. Ristaniah D.Soetikno. Radiologi Emergensi II ed. Bandung : PT Refika Aditama ; 2011.p.10

3. Harman RJ. Handbook of Pharmacy Health Care 2ed. London: The Pharmaceutical Press; 2002.p.12

4. Evelyn C. Pearce. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramdis. Jakarta ; PT Gramedia.p. 188-89

5. Soetikno R. Radiologi Emergensi. Bandung: Refika Aditama; 2011.6. Silva A, Pimenta M, Guimaraes L. Small Bowel Obstruction : What to

Look for? Radiological Society of North America. 2009:423-38.7. Patel P. Lecture Notes Radilogi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.8. Cagir B. Obstructive Ileus. USA: Medscape; 2013; Available from:

http://emedicine.medscape.com/articel/178948-clinical#showall. .9. Sutton D. Small Bowel Obstruction. Textbook of Radiology and Imaging.

United Kingdom: Elsevier Science; 2003. p. 615-78.10. Murtala B. Radilogy Trauma and Emergency. Bogor: IPB Press; 2013.p

159-6611. AA R. Small Bowel Obstruction. 2013; Available from:

http://radiopaedia.org/cases/small-bowel-obstruction-8.12. D S. Text Book of Radiology and Imaging. USA: United Kingdom:

Elsevier Science; 2003.p 152-15313. Indonesia P. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 5th ed. Jakarta: Internal

Publishing; 2005.p.461-6614. Indrayanti MN. Diagnosa dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. Bagian Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.15. Sudarno P, Irdam AI. Pemeriksaan Radiologi Polos Abdomen pada Kasus

Gawat Darurat. Ikatan Dokter Indonesia. 2008;58:538-41. UPF Radiologi RSUD Cengkareng Jakarta.p.537-541

32

Page 33: Lapsus Radio Mei 2015

33

Page 34: Lapsus Radio Mei 2015

34

Page 35: Lapsus Radio Mei 2015

35

Page 36: Lapsus Radio Mei 2015

36