laporan uv-vis ii
DESCRIPTION
Teknik KimiaTRANSCRIPT
UV – VIS II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS
2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS
3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat
4. Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air
1.2 DASAR TEORI
1.2.1 Spektrofotometri
Prinsip spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari
interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut menimbulkan suatu atau lebih
peristiwa seperti pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan
(absorpsi), fluoresensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi
merupakan dasar dari spektrofotometri karena proses absorpsi tersebut bersifat
spesifik untuk setiap zat kimia (aplikasi kulitatif). Disamping itu adalah
kenyataan bahwa banyaknya absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat
kimia (aspek kuantitatif). Jadi spektrofotometri adalah salah satu metode dalam
kimia analisa yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik
secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya (wanibesak.wordpress, 2011).
1.2.2 Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometer UV-Visible adalah alat yang digunakan untuk mengukur
transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi
(wideliaikaputri.lecture.ub, 2014).
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 1
UV – VIS II
1.2.3 Instrumentasi
Gambar 1. Instrumentasi Spektrometer UV-VIS
- Sumber Cahaya
Pada spektrofotometri UV-VIS syarat sumber cahayanya adalah mampu
menghasilkan cahaya yang intensitasnya cukup besar di semua panjang
gelombang pada daerah UV (190 – 380) dan Visible (380 – 780). Sumber
cahaya yang biasa digunakan untuk daerah UV adalah lampu H2/D2 dan untuk
daerah Visible biasa menggunakan lampu tungsten atau yang sering disebut
lampu wolfram. Namun dengan perkembangan zaman dibuat juga sumber
cahaya yang mampu menghasilkan cahaya pada panjang gelombang 185-900
nm yang sekaligus mencakup daerah UV dan Visible.
- Chopper
Chopper adalah sebuah piranti optis yang diletakkan setelah sumber
cahaya dan berguna menghalangi cahaya secara periodik sehingga cahaya
yang masuk sampel seperti terpotong-potong. Akibatnya signal listrik yang
dihasilkan detektor akan menjadi gelombang kotak dengan frekwensi tertentu.
- Monokromator
Monokromator adalah sebuah alat yang digunakan untuk memilih cahaya
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu dari cahaya polikromatik.
Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah grating dan
prisma.
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 2
UV – VIS II
- Tempat Sampel
Pada spektrofotometri tempat sampel disebut juga kuvet. Kuvet biasanya
berbentuk balok dengan sisi yang dapat ditembus cahaya. Kuvet terbuat dari
quartz atau fused silica.
- Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
Memiliki kepekaan yang tinggi dan noise yang rendah
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
Mempunyai waktu respon yang cepat
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
- Signal Processor
Signal processor terdiri dari berbagai rangkaian eletronika yang
berfungsi antara lain :
Amplifier berfungsi sebagai penguatan signal listrik
Filter Listrik berfungsi menyaring hanya signal yang frekwensinya sama
dengan chopper yang dapat lolos
Analog to Digital Converter
Averaging berfungsi untuk meningkatkan signal to noise ratio
1.2.4 Hukum Lambert-Beer dan Penerapan
Analisis dengan spektrofotometri UV-VIS selalu melibatkan pembacaan
absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik
yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan
transmitan dengan satuan persen (% T ). Apabila suatu radiasi elektromagnetik
dikenakan pada suatu larutan dengan intensitas radiasi semula (Io), maka
sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It), dipantulkan (Ir) dan diabsorpsi
(Ia) sehingga :
I0 = Ir + Ia + It
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 3
UV – VIS II
Harga Ir ( 4 % ) dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan dengan
metode spektrofotometri UV – Vis dipakai larutan pembanding sehingga :
I0= Ia+ It
Bouguer, Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan
antara transmitan atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi
zat yang akan dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :
A = ε b C
T = = 10 –εbC
A = log = ε b C
Dimana:
T = Persen transmitan C = Konsentrasi
I0 = Intensitas radiasi yang datang b = Tebal kuvet
It = Intensitas radiasi yang diteruskan A = Absorbansi
ε = Absorpsivitas molar ( L mol-1cm-1)
Dari persamaan gabungan Hukum Lambert-Beer dapat terlihat bahwa jika kita
melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang gelombang yang
sama dalam kuvet sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan linear
antara absorbansi (A) dan konsentrasi (C), selama absorpsivitas molar (ε) dan
tebal kuvet (b) konstan (Adam dkk, 2007).
Dalam analisa kuantitaif spektrofotometri UV-VIS, pengukuran absorbansi atau
transmitansi dibuat berdasarkan satu rangkaian larutan larutan pada panjang
gelombang yang telah ditetapkan. Panjang gelombang yang paling sesuai ditentukan
dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang gelombang yang paling sesuai itu
adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini
digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan menggunakan panjang gelombang
dari absorbansi maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang
gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang kecil dalam
pengukuran tersebut (Adam dkk, 2007).
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 4
UV – VIS II
BAB II
METODOLOGI
2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat yang digunakan :
1. Spektrofotometer UV-Visible cary 50 – Conc Varian
2. Pipet volume 5 ml, 10 ml, 25 ml
3. Gelas kimia 100 ml
4. Pipet tetes
5. Bulp
6. Labu ukur 50 ml, 100 ml
7. Botol semprot
2.1.2 Bahan yang digunakan :
1. Larutan induk Fe3+ 100 ppm
2. Larutan orto phenantroline
3. Larutan hidroksilamin klorida
4. Larutan buffer asetat
5. Aquadest
6. Sampel air
2.2 PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pembuatan larutan Fe3+ 10 ppm
1. Memipet 10 ml larutan Fe3+ 100 ppm lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml
2. Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
B. Pembuatan larutan standar Fe2+
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 5
UV – VIS II
1. Memipet masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml larutan Fe3+ 10
ppm lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
2. Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 ml larutan hidroksilamin
klorida, 5 ml larutan buffer asetat, dan 5 ml larutan orto phenantroline secara
berurutan
3. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya
C. Pembuatan blanko
1. Memipet 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan buffer asetat, dan 5
ml larutan orto phenantroline lalu dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml secara
berurutan
2. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya
D. Pembuatan Sampel
1. Memipet 25 ml sampel air lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
2. Menambahkan sampel dengan 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan
buffer asetat, dan 5 ml larutan orto phenantroline secara berurutan
3. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya
E. Pengoperasian Alat
Penentuan λ maks
1. Menghubungkan alat UV –Visible cary 50 – Conc Varian dan komputer ke
sumber listrik
2. Menghidupkan computer dan alat UV-Visible cary 50 – Conc Varian
3. Pada layar komputer ada tiga icon aplikasi :
Simple Read : Prosedur sama seperti UV-VIS 1
Scan : Penentuan λ maks
Concentration : Penentuan konsentrasi larutan dan membuat kurva standar
4. Mengklik icon scan pada layar komputer
5. Mengklik set up dan melakukan pengaturan parameter
Carry Instrument Mode
- X mode :
Start : 800 nm
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 6
UV – VIS II
Stop : 400 nm
- Y mode : tidak diubah
Scan control : pilih simple
Selain simple ada advance :
- Ave time
- Data interval
- Scan rate
Report : mengisi nama analis dan comment lalu mengklik OK
6. Muncul kotak prepare to zero lalu masukkan larutan blanko. Setelah itu
mengklik OK
7. Membuat baseline
8. Mengklik zero sampai absorbansi 0,0000 (jika tidak bisa, maksimum toleransi
abs : 0,0002)
9. Mengklik Start
10. Mengklik Save As dan mengisi nama file lalu save
11. Memasukkan larutan standar yang memiliki konsentrasi tertinggi pada UV-
VIS lalu mengisi nama sampel dan mengklik OK
12. Pada layar akan muncul kotak nama sampel lalu mengklik OK
13. Setelah Finish maka akan muncul hasil wavelength dan absorbansi tertinggi
14. Mencatat panjang gelombang pada absorbansi maksimum
Penentuan Konsentrasi Sampel
1. Mengklik icon consentration pada layar computer
2. Mengklik set up dan melakukan pengaturan parameter
3. Mengklik cary instrument mode, mengisi λ maks yang diperoleh
4. Mengklik standar lalu mengisi data larutan standar yang digunakan
Unit (satuan) : ppm (mg/L)
Standar : (jumlah larutan standar dan nilai konsentrasinya)
5. Mengklik sampel lalu mengisi jumlah sampel yang digunakan, dan nama dari
sampel
6. Mengklik report lalu mengisi nama analisis dan comment
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 7
UV – VIS II
7. Mengklik OK (Jangan lupa mengecek satuan konsentrasi yang ada di kurva.
Jika belum berubah mengklik set up lalu OK)
8. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, mengklik zero lalu menunggu
sampai absorbansi 0,0000
9. Mengklik Start, muncul kotak lalu lalu memindahkan ke standar dan sampel
dengan cara mengklik icon <<
10. Pada layar akan muncul dialog box present standar yang diminta, dan
memasukkan larutan yang diminta ke kuvet, kemudian dimasukkan ke alat
UV-VIS. Setelah itu mengklik Read (Ok). Selanjutnya muncul dialog box
untuk larutan berikutnya, hingga larutan standar yang terakhir dan dilanjutkan
larutan sampel
11. Setelah analisa selesai, akan muncul kurva standar dan konsentrasi sampel dari
pembacaan absorbansinya
12. Jika ada data larutan standar yang aneh sehingga kurva tidak muncul maka
bisa dihapus dengan cara mengklik recalculate lalu pilih standar yang mau
dihilangkan. Perhatikan : R2 minimal : 0,9500
13. Terakhir mengeprint data hasil analisa
2.3 SAFETY ALAT DAN BAHAN
2.3.1 Jas lab
Setiap melakukan percobaan di dalam laboratorium diwajibkan
menggunakan jas lab. Jas lab berfungsi untuk melindungi tubuh dan pakaian
yang kita kenakan dari cairan kimia yang berada di dalam lab.
2.3.2 Masker
Masker wajib digunakan untuk menghindari diri menghirup bahan-
bahan kimia berbahaya karena diantara bahan-bahan kimia tersebut ada yang
sangat mudah menguap di udara. Sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia
karena dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit atau iritasi dan
gangguan pada pernafasan.
2.3.3 Sarung tangan
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 8
UV – VIS II
Sama halnya masker, setiap melakukan percobaan diharap memakai
sarung tangan agar bahan / cairan kimia tidak langsung menyentuh tangan.
Karena ada sifat bahan kimia tergolong cairan keras yang dapabila langsung
menyentuh kulit /tangan akan menimbulkan efek panas bahkan sampai
melepuh.
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 9
UV – VIS II
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA PENGAMATAN
Tabel 3.1 Data Absorbansi Larutan
No Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1. Blanko 0,0 0,0000
2. Standar 1* 0,2 0,0521
3. Standar 2 0,4 0,0777
4. Standar 3 0,6 0,1236
5. Standar 4 0,8 0,1528
6. Standar 5 1,0 0,2036
7. Standar 6 1,2 0,2305
Tabel 3.2 Data Absorbansi Larutan Sampel
No. Larutan Sampel Absorbansi
1. Air Sungai 0,3008
2. Air Rawa 1 0,1536
3. Air Rawa 2 0,4542
3.2 HASIL PERHITUNGAN
Tabel 3.3 Persamaan Kurva Kalibrasi
Persamaan R2
y = 0,19056x – 0,00344 0,99287
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Sampel
No. Sampel Fp Konsentrasi Sampel (ppm)
1. Air Sungai 1,25 2
2. Air Rawa 1 1,25 1
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 10
UV – VIS II
3. Air Rawa 2 2 4,8
3.3 PEMBAHASAN
Pada percobaan UV-VIS II ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa
dengan menggunakan UV-VIS kemudian mampu mengoperasikan alat UV-VIS dan
mampu memppersiapkan sampel dengan cermat serta menganalisa kadar besi dalam
air. Prinsip Dasar UV-VIS adalah Spektrofotometri yaitu metode analisa berdasarkan
interaksi cahaya dan materi.
Pada analisa kadar besi pada sampel air spektrofotometri yang digunakan
tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak (visible) karena logam besi
mempunyai panjang gelombang > 400 nm. Analisa kuantitatif besi dalam sampel
pada percobaan ini menggunakan metode kurva kalibrasi.
Langkah pertama pada percobaan ini adalah membuat larutan baku Fe3+ 10 ppm
dari larutan Fe3+ 100 pp. Selanjutnya adalah membuat larutan standar dengan
konsentrasi 0,2 ppm ; 0,4 ppm ; 0,6 ppm ; 0,8 ppm ; 1,0 ppm ; dan 1,2 ppm. Dalam
pembuatan larutan standar pertama adalah memipet larutan baku sebanyak yg di
tentukan, selanjutnya menambahkan 5 ml Hidroksilamin Klorida yang digunakan
untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Kemudian menambahkan 5 ml buffer asetat untuk
menjaga pH larutan tetap stabil, dan terakhir menambahkan 5 ml Orthophenantroline
yang digunakan untuk reaksi pengomplekskan antara Fe2+ dengan Orthophenantroline
menjadi senyawa kompleks (berwarna orange muda). Senyawa kompleks yang
terbentuk adalah besi phenantroline dan reaksinya adalah sebagai berikut :
Fe2+ + [Fe(C18H8N2)]2+
Selain larutan standar, pada percobaan ini dibuat larutan blangko yaitu larutan
yang hanya terdiri dari pereaksi-pereaksi yang digunakan dan tidak terdapat analit
didalamnya. Larutan blanko digunakan untuk mengnolkan atau membuat agar alat
tidak membaca absorbansi dari pereaksi yang digunakan sehingga basorbansi yang
terukur hanyalah absorbansi Fe2+. Larutan blanko juga umumnya disebut sebagai
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 11
UV – VIS II
baseline atau penunjuk angka nol. Larutan blanko juga digunakan untuk
mengkalibrasi alat agar dapat meminimalizir kesalahan pada pemakaian instrument
sehingga diperoleh besar absorbansi dan panjang gelombang dengan teliti
Langkah selanjutnya adalah mengoperasikan alat instrument UV-VIS. Ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan alat UV-VIS.
Yang pertama adalah penempatan larutan pada kuvet. Sebelum kuvet digunakan kuvet
terlebih dahulu dibilas dengan larutan yang sama dengan larutan yang akan
dimasukkan. Pembilasan ini bertujuan agar tidak ada pengotor ( debu, sisa-sisa
pelarut, dll ) yang tersisa pada kuvet. Kuvet yang digunakan harus benar-benar bersih
dari pengotor agar pada proses pengukuran absorbansi tidak terganggu oleh partikel-
partikel pengotor yang mungkin juga menyerap radiasi sinar pada panjang gelombang
tertentu yang digunakan. Setelah itu pemasangan kuvet pada alat UV-VIS juga harus
benar. Kuvet memiliki dua sisi berbeda yaitu ada sisi bagian bening dan sisi lainnya
yaitu bagian buram. Pastikan sisi benang kuvet tegal lurus dengan lintasan sinar
datang dan pastikan memegang kuvet harus pada sisi yang buram karena sisi bening
kuvet tidak boleh terkena kotoran misalnya sidik jari dengan adanya pengotor pada
sisi bening dapat menggangu hasil analisa, karena pengotor juga akan mengabsorbsi
atau mungkin memantulkan radiasi sinar yang datang.
Sebelum pada pengukuran nilai absorbansi dan penentuan konsentrasi sampel,
terlebih dahulu dilakukan pencarian λ maks dari Fe2+. Pada analisa kuantitatif
sebaiknya dilakukan dengan panjang gelombang dengan absorbansi maksimum (λ
maks). Untuk menentukan λ maks digunakan larutan blanko dan larutan standar
dengan konsentrasi tertinggi (1,2 ppm) untuk mendapatkan nilai absorbansi tertinggi.
Dari hasil percobaan λ maks yang diperoleh sebesar 510 nm dan absorbansi tertinggi
sebesar 0,260.
Langkah terakhir pada percobaan adalah pengukuran nilai absorbansi larutan
standard dan larutan sampel serta penentuan konsentrasi pada sampel. Dari hasil
percobaan didapatkan absorbansi larutan standard an sampel seperti yang tertera pada
table hasil percobaan . Selanjutnya juga didapatkan persamaan regresi linier
( Konsentrasi vs Absorbansi) y = 0,01011 + 0,18563x dan R2 = 0,99287. Untuk
menentukan konsentrasi sampel, nilai absorbansi sampel di interapolasi ke persamaan
regresi linier yang didapatkan, setelah itu didapatkan konsentrasi sampel.
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 12
UV – VIS II
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan konsentrasi sampel air sungai,
air rawa 1, dan air rawa 2 seperti tertera pada table hasil percobaan. Namun, untuk
nilai absorbansi pada sampel air sungai dan air rawa 2 terjadi overrange. Lalu nilai
absorbansi pada kedua sampel tersebut di atas nilai absorbansi larutan standar
konsentrasi tertinggi ( 1,2 ppm), sehingga untuk analisa metode kurva kalibrasi hasil
penentuan konsentrasi kedua sampel ini kurang akurat karena seharusnya untuk
analisa metode kurva kalibrasi nilai absorbansi idealnya harus diantara nilai
absorbansi larutan standar konsentrasi terkecil sampai larutan standar konsentrasi
sebesar.
Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan RI tahun 2002
(907/MENKES/SK/VII/2002) kadar besi yang diperbolehkan terkandung dalam air
sehingga air dikatakan bersih adalah 0,3 mg/L (0,3 ppm). Maka dapat di simpulkan
ketiga sampel yang dianalisa yaitu air sungai, air rawa 1, air rawa 2 belum memenuhi
syarat air yang dapat dikatakan bersih/perlu pengolahan lebih lanjut untuk dapat
dimanfaatkan sebagai air bersih.
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 13
UV – VIS II
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
- λ maks yang didapatkan adalah 510 nm untuk penentuan kadar Fe
- Konsentrasi sampel air sungai adalah 2 ppm
- Konsentrasi sampel air rawa 1 adalah 1 ppm
- Konsentrasi sampel air sungai adalah 4,8 ppm
4.2 SARAN
- Pada proses pembuatan larutan sampel, pastikan warna dari larutan sampel harus
berada dikisaran warna terpucat dan warna terpekat larutan standar agar pada
penentuan konsentrasi tidak terjadi over range
- Pada saat peletakan kuvet didalam alat UV-VIS harus pastikan posisi sisi bening
kuvet tepat dengan lintasan cahaya
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 14
UV – VIS II
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengertian dasar spektrofotometer UV-VIS. http:// wanibesak.wordpress. com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/ . Diakses pada tanggal 15 Desember 2014. 11:21 WITA
Anonim. 2014. Materi Spektrofometri. http:// wideliaikaputri.lecture.ub.ac.id/ Materi-Spektrofotometri. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014. 10:16 WITA
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 907/MENKES/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Samarinda. Polnes
Wiryawan, A. 2007. Kimia Analitik. Malang. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 15
UV – VIS II
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 16
UV – VIS II
PERHITUNGAN
Pengenceran larutan Fe3+ 100 ppm menjadi Fe3+ 10 ppm
Pembuatan larutan standar
a. Larutan standar Fe3+ 10 ppm dari larutan induk 100 ppm
b. Larutan standar 0,2 ppm e. Larutan standar 0,8 ppm
c. Larutan standar 0,4 ppm f. Larutan standar 1 ppm
d. Larutan standar 0,6 ppm g. Larutan standar 1,2 ppm
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 17
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100 ppm = 100 ml x 10 ppm
V1 = 10 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100 ppm = 100 ml x 10 ppm
V1 = 10 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,2 ppm
V1 = 1 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,4 ppm
V1 = 2 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,8 ppm
V1 = 4 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,0 ppm
V1 = 5 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,6 ppm
V1 = 3 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,2 ppm
V1 = 6 ml
UV – VIS II
Berdasarkan kurva standar diperoleh persamaan y = 0,01011 + 0,18563x dengan
R2 = 0,99287
Penentuan konsentrasi sampel
Fp = = 1,25 ml
a. Air Sungai
Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp
= 1,6 x 1,25
= 2 ppm
b. Air Rawa 1
Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp
= 0,8 x 1,25
= 1 ppm
c. Air Rawa 2
Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp
= 2,4 x 2
= 0,5 ppm
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 18
UV – VIS II
GAMBAR ALAT
TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 19