laporan tutorial ske b blok 16 tutor 7
DESCRIPTION
vTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Sensoris dan Integumentum adalah blok ke enam belas pada semester V
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi
kasus skenario B yang memaparkan Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang
kayu, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang
lalu.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Laporan Tutorial Blok XVI 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Mitayani, M.Si M.Ked
Moderator : Egi Anugrah Ramadhan
Notulen : Tri Rahmania Pertiwi
Sekretaris : Siti Istiqomah
Waktu : Selasa, 29 Desember 2015 (Tutorial Ke-1)
Kamis, 31 Desember 2015 (Tutorial Ke-2)
Rule Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.
3. Berbicara yang sopan dan penuh tata karma.
2.2 Skenario Kasus
Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata
dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu. Sekitar 15 hari yang
lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan serpihan kayu. Tn. Edi
merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air, merah, namun penglihatan
tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto di warung dan meneteskannya
sendiri. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit
serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi
berobat ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa
nama obatnya, namun tidak ada perbaikan. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih
semakin melebar, mata berair-air, sakit dan semakin kabur. Tn. Edi lalu berobat ke
poli mata. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan
sejak usia 15 tahun.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: sadar dan kooperatif
Vital Sign: TD: 120/80 mmHg, Nadi: 92 x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 36,7◦c
Mata:
Laporan Tutorial Blok XVI 2
OS: VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm, terletak
di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi satelit (+),
secret kuning kehijauan, blefarospasme
OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6
2.3 Klarifikasi Istilah
1. Mata Kabur : Pandangan yang kurang terang
2. Kacamata minus : Alat optik yang digunakan pada rabun jauh
untuk memfokuskan cahaya
3. Mixed Injeksi : Pelebaran aliran darah di konjungtiva dan
badan siliaris
4. Defek : Cacat atau kelainan
5. Lesi Satelit : Suatu lesi sentral yang besar yang dikelilingi
oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih
kecil
6.
7.
Blefarospasme
Spheris
:
:
:
Penutupan kedua kelopak mata di luar kontrol
karena kontraksi otot kelopak mata
Lensa dimana semua meridiannya mempunyai
kekuatan yang sama
2.4 Identifikasi Masalah
1. Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata dengan
keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu.
2. Sekitar 15 hari yang lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan
serpihan kayu. Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,
merah, namun penglihatan tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto
di warung dan meneteskannya sendiri.
3. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit serta
pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi berobat
ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa nama
obatnya, namun tidak ada perbaikan.
4. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit dan
semakin kabur. Tn. Edi lalu berobat ke poli mata.
Laporan Tutorial Blok XVI 3
5. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan sejak
usia 15 tahun.
6. Pemeriksaan Fisik:
Mata:
OS : VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm,
terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi
satelit (+), secret kuning kehijauan, blefarospasme
OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6
2.5 Analisis Masalah
1. Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata
dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu.
a. Apa organ yang terlibat pada kasus?
Jawab:
Organ yang terlibat pada kasus ini adalah organ mata.
b. Bagaimana anatomi pada kasus ini?
Jawab:
1. Palpebra, superior dan inferior, ada bulu mata, gland. Siliaris, gland.
Tarsalis, terdapat konjungtiva yang melapisi bagian dalam palpebra,
m. Orbicularis oculi dan levator palpebra superior.
2. Apparatus lacrimalis, glandula lacrimalis, ductuslacrimalis
3. Orbita
Margo orbita dibentuk oleh os frontale, maxilla, os zygomaticum,
Nervus pada orbita, n.optocus, n.lacrimalis, n.frontalis, n.trochlearis,
n.oculomotorius, n.nasociliaris, n.abducens
4. Mata
Otot pergerakan: rectus superior, rectus inferior, rectus lateralis,
obliquus superior, obliquus inferior.
Otot intrinsisk mata: spincter pupillae, dilator pupillae, ciliaris
Struktur mata:
a. Tunica fibrosa: sclera di bagian posterior dan cornea dibagian
inferior. Cornea avaskular, persarafan nervis ciliares
b. Tunica vasculosa pigmentosa
Laporan Tutorial Blok XVI 4
Choridea: lapisan luar berpigamen dan dalam sangat
vascular.
Corpus ciliaris: corpus ciliares, corona, prc.ciliaris, m.ciliaris
Persarafan: serabut parasimpatik dari n.oculomotorius
Iris dan pupil, iris, berpigmen dan kontraktil, pupil, membagi
ruang antar cornea dan lensa, camera anterior dan posterior
Persarafan: serabut parasimpatik n.oculomotorius
c. Tunica nervosa : retina
Terdiri dari pars pigmentosa dan pars nervosa, macula lutea, area
retina dengan daya liat yang paling jelas.
Nervus opticus meninggalkan retina melalui discus nervi optici
yang merupakan bintik buta.
d. Isi bola mata
Humor aquous di camera anterior dan posterior
Corpus vitreum mengisi bola mata dibelakang lensa
Lensa : bikonveks transparan
5. Arteria ophthalmica
Merupakan cabang dari arteri carotis interna
Cabang:
Arteria centralis retinae, arteria ciliaris postetior dan anterios, arteria
lacrimalis. (Snell, 2012)
Anatomi Mata
Gambar 2.1. Anatomi Mata
Laporan Tutorial Blok XVI 5
a. Kornea
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter
horizontal rata¬-rata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter
vertikal sedangkan permukaan posterior berbentuk sirkuler dengan
diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi
dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian
tengah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara
permukaan anterior dan posterior kornea. Radius kurvatur anterior
kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur permukaan
posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada
bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal
dan superior lebih datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas
permukaan luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau 1/14 dari total area
bola mata. (Snell, 2012)
b. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrana mucosa tipis yang melapisi
palpebra. Berikut bagian-bagian konjungtiva:
1. Tunica conjungtiva bulbi adalah tunica mucosa yang melekat
longgar pada sclera. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel
goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air
mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi
kornea.
2. Tunica conjungtiva palpebrum merupakan bagian yang diselubungi
oleh pembuluh darah dan merupakan bagian permukaan dalam
palpebra.
3. Plica semilunaris conjungtivae merupakan tempat pertemuan
palpebra superior dan inferior pada sisi medial, sisa membrana
nictitans yang terletak pada angulus oculi medialis. Plica
semilunaris membatasi lucas lacrimalis, yang memiliki tonjolan
dibagian tengahnya yaitu caruncula lacrimalis yang berfungsi
mendorong sekret lakrimalis ke tepi lacus sehinggan dapat
disalurkan oleh canaliculi lacrimales.
Laporan Tutorial Blok XVI 6
4. Fornix conjungtivae superior dan inferior merupaka garis lipatan
antara tunica conjungtiva bulbi dan tunica conjungtiva palpebrum.
Conjungtiva membatasi sebuah kantong, saccus conjungtivalis
yang memiliki celah yaitu rima pelpebrarum, yaitu ruang di antara
palpebra superior dan inferior. Saccus ini merupakan tempat
dipasangkan lensa kontak dan dimasuknya obat tetes mata. Selain
itu, ke dalam fornix superior milik saccus inilah sekret lacrimalis
dialirkan melelui ductus excretorii.
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan
arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama
dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola
arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak
sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial
dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe
kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik)
pertama nervus V (Nervus trigeminus, divisi Opthalmicus - sensoris).
(Snell, 2012)
c. Bagaimana histologi pada kasus ini?
Jawab:
Lapisan Bola Mata
Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae. Bola mata terdiri atas 3
lapisan yaitu:
1. Tunika Fibrosa
a) Cornea
Kornea (ciornum= zat tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupaka lapisan jaringan
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal
dan sel gepeng. Sel basal menghasilkan memnran basal yang
Laporan Tutorial Blok XVI 7
melekat erat kapadanya. Bila terjadi gangguan akan terjadi erosi
rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dnegan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang.
4. Membran descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan
membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 µm. (Eroschenko, 2012)
b) Sclera
Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan daro sklera disebut dengan kornea yang bersifat
Laporan Tutorial Blok XVI 8
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Merupakan bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan
kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata.
Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera anterior
ditutupi oleh tiga lapisjaringan ikat vaskular. Sklera mampunyai
kekuatan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan
bola mata. (Eroschenko, 2012)
2. Tunika Vasculosa (UVEA)
Merupakan jaringan vaskular. Jarigan sklera dan uvea dibatasi oleh
ruang yang potensial dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
perdarahan subaraknoid. Jaringan uvea ini terdiri atas :
a) Choroidea
Segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Khoroid
tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid (besar, sedang,
kecil). Darah dari pembuluh darah khoroid dialiri melalui empat
vena vorteks. Khoroid melekat erat ke posterior di tepi-tepi nervus
optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan corpus siliare.
b) Corpus Ciliare / Processus Ciliare
Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa
untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang
iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor) yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris.di
batas kornea dan sklera.
c) Iris
Iris didapatkan pupil yang disusun oleh otot yang dapat mengatur
jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata. Otot dilator ini
dipersyarafi oleh parasimpatis. Perdarahan tunica vaskulosa
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah
arterisiliar psterior longus yang masuk menembus sklera di
temporal dan nasal dekat tempat masuk safar optik dan 7 buah
arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior,
medial inferor, satu pada otot lateral. Arteri siliar anterior dan
Laporan Tutorial Blok XVI 9
posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis
mayor pada badan siliar. (Eroschenko, 2012)
3. Tunika Nervosa
a) Nervus Optikus
b) Retina
Retina merupakan lapis ketiga bola mata. Retina yang terletak
paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang
merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar
menjadi rnagsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina
atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas
dengan koroid dengan sel pigmen retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Epitel berpigmen, lapisan sel poligonal yang kaya akan butir
melanin, berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan,
memberi nutrisi sel fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun
vitamin A, dan tempat pembentukan rhodopsin.
2. Lapis fotoreseptor
Merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
4. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel
kerucut dan batang. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat
metabolisme dari kapiler koroid.
5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan
merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar
dan sel horozontal.
6. Lapis nukleus dalam, merupakan tebuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel muller.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular meruapakn
tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua.
Laporan Tutorial Blok XVI 10
9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju
ke arah saraf optik.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca.
(Eroschenko, 2012)
d. Bagaimana fisiologi pada kasus ini?
Jawab:
Fisiologi
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa”
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.
Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel.
Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan
air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air
mata tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air
dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-
lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui
stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan
larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya
mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma
yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh
berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.
(Guyton, 2007)
Laporan Tutorial Blok XVI 11
e. Apa kemungkinan penyebab mata kabur?
Jawab:
Kemungkinan penyebab mata kabur:
1. Ketajaman penglihatan mata dipengaruhi oleh media refraksi mata dan
axial length(panjang bola mata)
2. Adanya kelainan organik media refraksi mata yang dapat
menyebabkan gangguan fungsional mata(peradangan pada kornea,
infiltrasi sel radang pada kornea, ulkus pada kornea, neovaskularisasi
pada kornea, peradangan pada iris) bisa di uji dengan pinhole
3. Adanya kelainan panjang/distance bola mata yang menyebabkan
cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat pada retina(akibat axial
length yang terlalu panjang atau terlalu pendek) bisa di uji dengan
pinhole
4. Adanya kelainan pada reseptor cahaya (atrofi diskus optikus,
neovaskularisasi pada retina) bisa di periksa dengan funduskopi
(Eva, 2012)
f. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan dengan keluhan mata
kabur?
Jawab:
Usia
Bisa terjadi pada semua usia, namun meningkat pada usia produktif
yang lebih banyak berhubungan pada lingkungan luar sehingga mudah
terjadi infeksi dan trauma.
Jenis Kelamin
Dari distribusinya berdasarkan jenis kelamin, kasus ulkus kornea juga
bervariasi. Pada penelitian yang dilakukan di RS Sardjito Yogyakarta
didapatkan 66,7% kasus pada laki-laki dan 33,3% kasus pada wanita.
Kemudian di India Utara 61% adalah laki-laki. Predisposisi faktor
populasi laki-laki lebih banyak daripada wanita, tidak diketahui.
Mungkin berhubungan dengan banyaknya kegiatan pada kaum laki-laki
sehari-hari meningkatkan risiko terjadinya trauma, termasuk trauma
pada kornea.
Pekerjaan
Laporan Tutorial Blok XVI 12
Orang yang bekerja sebagai petani atau di lingkungan pertanian atau
perkebunan memiliki risiko lebih tinggi terkena keratitis jamur. Hal ini
disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-
tumbuhan. Tidak menutup kemungkinan pada Tn. Edi yang bekerja
sebagai tukang kayu. (Ilyas, 2014)
g. Apa makna keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu?
Jawab:
Keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu menandakan terjadi gangguan
yang bersifat akut atau penurunan visus secara mendadak yang mungkin
diakibatkan oleh kelainan pada media refraksi mata. (Ilyas, 2014)
2. Sekitar 15 hari yang lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan
serpihan kayu. Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,
merah, namun penglihatan tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto
di warung dan meneteskannya sendiri.
a. Bagaimana hubungan mata kiri penderita terkena lentingan serpihan kayu
sejak 15 hari yang lalu dengan keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu?
Jawab:
Lentingan kayu pada mata merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
terjadinya kondisi yang dialami pasien, dimana ada 2 kemungkianan yaitu:
Lentingan kayu tersebut menyebabkan kerusakan dari struktur kornea
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Lentingan kayu tersebut merusak struktur kornea dan juga lentingan
kayu tersebut telah terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Dari segi waktu tersebut sangat mendukung keluhan yang dialami oleh
pasien diakibatkan oleh masuknya lentingan kayu. Dimana gejala
biasanya timbul antara 5 hari sampai 3 minggu setelah kejadian.
(Ilyas, 2014)
b. Apa makna Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,
merah, namun penglihatan tidak kabur?
Jawab:
Laporan Tutorial Blok XVI 13
Maknanya keluhan tersebut merupakan tanda gejala dari iritasi mata
akibat trauma serpihan kayu pada mata Tn Edi. Keluhan tersebut tidak
menyebabkan penglihan tidak kabur karena tidak mengganggu organ-organ
mata yang bertugas dalam mengatur ketajaman penglihatan mata.
(Ilyas, 2014)
c. Bagaimana mekanisme mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,
merah?
Jawab:
Sakit
Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di
serpihan kayu ke mata) masuk ke kornea menginfeksi kornea
respon inflamasi pengeluaran makrofag, lekosit PMN akibat
pengeluaran tersebut merangsang sel mast mengeluarkan histamin
peningkatan permeabilitas kapiler lokal akumulasi cairan lokal
peregangan lokal dijaringan merangsang ujung-ujung saraf
(reseptor nyeri) nyeri (sakit)
Berair-air
Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di
serpihan kayu ke mata) → invasi agen infeksius pada kornea
aktivasi mekanisme perlindungan permukaan bulbus oculi
peningkatan aktivasi glandula lakrimalis peningkatan sekresi air
mata yang mengandung substansi antimikroba (akueosa, musinosa,
lisozim, IgA, IgG) menghambat pertumbuhan agent infectious
dengan pembilasan mekanik mata berair
Merah
Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di
serpihan kayu ke mata) injury kornea peradangan pada kornea
pengeluaran sel-sel radang pelepasan mediator inflamasi
vasodilatasi pembuluh darah a. Ciliaris anterior peningkatan aliran
darah pada a. Ciliaris anterior mata merah
(Eva, 2012)
Laporan Tutorial Blok XVI 14
d. Bagaimana hubungan menggunakan obat tetes mata insto dengan keluhan
utama?
Jawab:
Kemungkinan pemberian obat tetes mata insto hanya bersifat
simptomatik yaitu mengatasi mata merah.
Kandungan obat tetes mata insto adalah Tetrahydrozoline HCl 0.05%
b/v dan Benzalkonium Cl 0.01% b/v. Tetrahydrozoline HCl adalah
vasokonstriktor agonis reseptor α pembuluh darah. Aktivasi reseptor α oleh
Tetrahydrozoline HCl kemudian menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah dan mengurangi injeksi pembuluh darah mata, sehingga keluhan
mata merah berkurang. Sedangkan Benzalkonium Cl 0.01% b/v
mengandung bahan pengawet apabila digunakan dalam jangka waktu lama
akan dapat mengiritasi mata dan menyebabkan penglihatan mata kabur.
(Katzung, 2014)
e. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan obat tetes mata insto?
Jawab:
Indikasi:
Mengatasi kemerahan dan rasa perih di mata yang di sebabkan oleh iritasi
ringan karena debu, asap, angin, dan setelah berenang.
Kontra Indikasi:
Jika iritasi tidak mereda dalam 3 hari segera minta nasehat dokter.tidak
boleh di gunakan pada penderita glaukoma. Obat ini menggandung
benzalkonium chloride, tidak sesuai untuk penggunaan lensa kontak.
(Katzung, 2014)
f. Apa jenis-jenis tetes mata?
Jawab:
1. Golongan Obat Tetes Mata Antiseptik dan Antiinfeksi
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada
gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda
asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kebanyakan
infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan
konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis
Laporan Tutorial Blok XVI 15
dan endoftamitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau
jamur. Blefaritis bakterial dapat diobati dengan pemberian salep mata
antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata.
Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan
sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila
diperlukan tindakan pengobatan. Respons yang kurang baik terhadap
pemberian obat menunjukan konjungtivitis kemungkinan disebabkan
oleh virus atau alergi.
Konjungtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan
topikal. Sementara itu, ulkus kornea dan keratitis perlu penanganan
oleh dokter spesialis dan mungkin membutuhkan penggunaan
antimikroba subkonjungtival atau sistemik. Endoftalmitis adalah
kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh
dokter spesialis dan sering membutuhkan pengobatan menggunakan
antibiotik parenteral, sub-konjungtival atau sistemik.
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa
yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau
tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep,
juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan
berbagai golongan.
Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian
yakni antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing
golongan tersebut ada spesialisasi tersendiri khusus untuk obat-
obatnya.
Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur
yakni: asam fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol,
levofloksasin, neomisin sulfat, polimiksin B sulfat, ciprofloxacin,
tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid, dan tetrasiklin.
Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni:
asiklovir dan idoksuridin untuk infeksi herpes simpleks seperti ulcer
kornea.
2. Golongan Obat Tetes Mata Kortikosteroid
Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep
mata, atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik
Laporan Tutorial Blok XVI 16
memiliki peranan penting dalam pengobatan inflamasi segmen anterior,
termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Tiga risiko yang
berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid yakni: mata merah,
glaukoma steroid dan katarak steroid. Peradangan pada mata sering
juga disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan alergi. Gejala
yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak
kemerahan, adanya secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak mata
bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa
antibiotika, anti inflamasi, anti alergi, anti jamur dan antivirus.
Sediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi
dan konjungtivitis alergi meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium
kromoglikat. Sediaan topikal antihistamin seperti tetes mata yang
mengandung antazolin sulfat, ketotifen, levokasbatin, dan olopatadin
dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata natrium
kromoglikat mungkin berguna untuk keratokonjungtivitis vernal dan
konjungtivitis alergi lainnya. Tetes mata lodoksamid digunakan untuk
konjungtivitis alergi termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak
juga digunakan untuk konjungtivitis alergi musiman
3. Golongan Obat Tetes Mata Midriatik
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila
akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata.
Tetes mata midriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot
iris pada mata.
Midriatik biasa digunakan untuk alasan berikut ini:
1. Relaksasi otot lensa mata dalam melakukan fokus mata.
2. Dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan
memperlebar pupil mata (misal: operasi katarak).
3. Untuk menghindari operasi katarak pada penderita katarak kecil
yang masih kecil.
4. Post operatif Glaukoma.
5. Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik
digunakan sebagai terapi untuk memburamkan pandangan mata
agar otak anak terstimulasi.
Laporan Tutorial Blok XVI 17
Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris;
keduanya berbeda dalam potensi dan lama kerja. Midriatik yang relatif
lebih lemah, kerja singkat, seperti tropikamid 0.5%, digunakan untuk
funduskopi. Penggunaan Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata
sehingga lebih sensitif terhadap cahaya. Oleh sebab itu selain obat
penggunaan kacamata UV juga dapat membantu.
Berikut beberapa golongan senyawa obat yang termasuk obat mata
midriatik dan sikloplegik: antimuskarinik (atropin sulfat, siklopentolat
HCL, homatropin HBr, Tropikamid), simpatomimetik (fenilefrin HCL)
4. Golongan Obat Tetes Mata Miotik dan Anti Glaukoma
Glaukoma adalah kelainan yang ditandai dengan kehilangan
pandangan penglihatan yang berhubungan dengan kerusakan pada optic
disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma dikaitkan dengan
peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular
normal.
Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka
primer (glaukoma simplek kronik; glaukoma sudut lebar) dimana
sumbatannya terjadi pada trabecular meshwork. Kondisi ini sering
tanpa gejala dan pederita kehilangan penglihatan secara bermakna.
Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut;
glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour
ke bilik anterior dan secara medis merupakan keadaan gawat darurat.
Hanya obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular yang dapat
digunakan dalam pengobatan glaukoma; obat tersebut bekerja melalui
mekanisme berbeda. Beta-blocker topikal atau analog prostaglandin
umumnya merupakan obat pilihan pertama. Obat ini perlu
dikombinasikan dengan obat lain seperti miotik, simpatomimetik, dan
inhibitor anhidrase karbonik untuk mengontrol tekanan intraokular.
Miotik digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata.
Obat jenis ini bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata
midriatik. Sedangkan antiglaukoma digunakan untuk mencegah
peningkatan Tekanan Intra Okular yang berakibat pada perubahan
patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
(Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 2002)
Laporan Tutorial Blok XVI 18
g. Bagaimana cara pemakaian obat tetes mata?
Jawab:
Metode pemberian obat mata topikal yang benar adalah sebagai berikut:
1. Posisikan pasien mendongak ke atas
2. Pegang palpebra inferior di bawah bulu mata dan tarik palpebra
menjauhi mata dengan hati-hati
3. Berikan 1 tetes obat ke dalam cul-de-sac inferior yang paling dekat
dengan daerah yang “sakit”. Usahakan jangan sampai ujung botol
penetes menyentuh bulu mata atau palpebra untuk mencegah
kontaminasi.
4. Agar cul-de-sac inferior menjadi lebih dalam, tarik palpebra inferior
dengan hati-hati di tarik ke atas sampai menyentuh palpebra superior
sambil mata melihat ke bawah.
5. Palpebra harus tetap di tutup selama 3 menit agar tidak berkedip, yang
akan memompa obat ke dalam hidung dan meningkatkan absorpsi
sistemik. Ke pada pasien di peragakan cara menutup sistem drainase
lakrimal dengan menekan kuat sudut dalam palpebra yang sedang
tertutup.
6. Kelebihan obat di kantus medialis harus di hapus sebelum penekanan di
hentikan atau palpebra di buka. Pasien yang mendapat beberapa macam
obat topikal harus menunggu 10 menit antar dosis, sehingga obat
pertama tidak terbilas keluar mata oleh obat yang ke dua.
(Eva, 2012)
3. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit serta
pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi berobat
ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa nama
obatnya, namun tidak ada perbaikan.
a. Apa makna sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan
semakin sakit serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna
keputihan?
Jawab:
Laporan Tutorial Blok XVI 19
Kemungkinan sejak 1 minggu yang lalu, mata Tn.Edi mulai mengalami
kelainan organik media refraksi yang ditandai dengan munculnya bintik
berwarna putih dan merupakan salah satu penyebab penglihatan menjadi
kabur. Kelainan organik media refraksi tersebut bisa diakibatkan oleh
adanya invasi mikroorganisme tertentu yang menyebabkan proses
peradangan terjadi terus menerus pada kornea. (Ilyas, 2014)
b. Apa kemungkinan penyebab dan mekanisme mata kiri terasa mulai kabur
dan semakin sakit serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna
keputihan?
Jawab:
Bintik keputihan pada bagian hitam mata (kornea) kiri merupakan infiltrat.
- Infiltrat merupakan hasil dari reaksi inflamasi yang dicetuskan adanya
peradangan. Peradangan bisa dikarenakan adanya kerusakan yang
mencetuskan infeksi maupun infeksi langsung.
- Infiltrat putih pada mata (kornea) dapat dibedakan berdasarkan
kemungkinan causa. Jika infiltrat putih/abu-abu dikelilingi infiltrat
disekitarnya, maka kemungkinan causa adalah jamur. Jika infiltrat
putih abu-abu pada anak tukak/ulkus yg supuratif, kemungkinan causa
adalah kokus gram positif, streptococcus atau pseudomoni.
(McCance, 2014)
Mekanisme:
Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu
(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea (keratitis /
keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea) mata
aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.) reaksi inflamasi
pada kornea hasil fagositosis berupa edema / infiltrat / hipopion
(leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi dan edema pada kornea tampak
bintik keputihan pada kornea kornea semakin tertutup oleh bintik putih
sel-sel radang penglihatan semakin kabur.
c. Apa klasifikasi penglihatan mata kabur?
Jawab:
Laporan Tutorial Blok XVI 20
Klasifikasi penglihatan mata kabur:
1. Penglihatan Turun Mendadak dengan Mata Merah
Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Keratomikosis
Glaukoma Akut
Uveitis
Endoftalmitis
Panoftalmitis
2. Penglihatan Turun Mendadak tanpa Mata Merah
- Neuritis Optik
- Ablasi Retina
- Obstruksi Vena Retina Sentral
- Oklusi Arteri Retina Sentral
- Ambliopia Toksik
- Okulopati Iskemik
- Histeria dan Malingering
3. Penglihatan Turun Perlahann tanpa Mata Merah
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
Pada kasus ini yang terjadi kemungkinan penglihatan turun mendadak
dengan mata merah yaitu ulkus kornea. (Ilyas, 2014)
d. Mengapa setelah diberi obat tidak ada perbaikan?
Jawab:
Karena obat tetes mata dan obat makan yang diberikan oleh mantri hanya
bersifat simptomatik bukan mengobati kausatif sehingga tidak ada
perbaikan.
Laporan Tutorial Blok XVI 21
4. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit dan
semakin kabur.
a. Apa makna sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata
berair-air, sakit dan semakin kabur?
Jawab:
Maknanya telah terjadi ulkus pada kornea yang semakin melebar dan
mendalam.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus
ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang
timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah
infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang
akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
Sebagian besar lesi kornea, baik superfisial maupun dalam dapat
menyebabkan nyeri dan fotofobia karena kornea memiliki banyak serat
nyeri. Selain itu, lesi kornea biasanya menyebabkan penglihatan yang blur,
terutama bila lokasinya di sentral. (Hollwich, 2003)
b. Bagaimana mekanisme bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit
dan semakin kabur?
Jawab:
Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu
(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea (keratitis /
keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea) mata
aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.) reaksi
inflamasi pada kornea hasil fagositosis berupa edema / infiltrat /
hipopion (leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi dan edema pada kornea
tampak bintik keputihan pada kornea tatalaksana inadekuat
progesitivitas inflamasi menekan nociceptor di sekiar kornea serta
mempengaruhi N.III ( trigeminus ) di kornea nyeri , mata berair dan
bintik putih melebar Kornea semakin buram dan edema gangguan
refraksi mata penglihatan semakin kabur.
(McCance, 2014)
Laporan Tutorial Blok XVI 22
5. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan sejak
usia 15 tahun.
a. Apa makna Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri
dan kanan sejak usia 15 tahun?
Jawab:
Makna Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri
dan kanan sejak usia 15 tahun menandakan Tn. Edi memiliki riwayat
gangguan refraksi single focus berupa myopia dengan koreksi kacamata
lensa spheris.
Myopia adalah kelainan refraksi berupa berkas sinar yang masuk ke
mata sejajar terhadap sumbu optik, difokuskan di depan retina. Kacamata
minus atau lensa sferis konkaf biasanya digunakan untuk mengkoreksi
bayangan pada myopia. Lensa ini memundurkan bayangan ke retina.
Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,
seperti pada myopia. Kelebihan daya bias ini dapat dinetralkan dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata, yang akan menyebarkan
berkas cahaya.
Jadi, kacamata minus bersifat divergen yang menyebabkan
bayangan diperkecil dan dijauhkan sehingga titik fokus tepat jatuh di
macula lutea bagi penderita myopia. (Guyton, 2007)
b. Apa jenis-jenis gangguan refraksi?
Jawab:
Jenis kelainan refraksi mata yaitu:
1. Mata Myopia (spherical)
Jatuhnya bayangan di depan retina (sesuatu di dalam bola mata), karena
titik fokus mata ada di belakang, perlu dikoreksi pake lensa negatif
(divergen). Benda yang dekat keliatan jelas, benda yang jauh keliatan
kabur.
Sering juga dikatakan rabun jauh, yaitu penurunan ketajaman
penglihatan jauh jika dibanding dengan orang normal. Penyebab
myopia adalah sumbu bola mata yang terlalu panjang atau daya bias
lensa mata yang terlalu kuat. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh
Laporan Tutorial Blok XVI 23
penderita myopia adalah buram dalam melihat benda jauh, mata cepat
lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan
pemberian kaca minus atau cekung.
2. Hyperopia
Yaitu rabun dekat atau rabun melihat benda dalam jarak dekat dan
rabun dalam melihat tulisan dalam jarak dekat. di sebabkan titik fokus
mata terlalu pendek, bayangan jatuhnya dibelakang titik fokus, bisa
dikoreksi dengan lensa positif.
3. Presbyopia
Mata yang sudah tua, lensa mata tidak elastis lagi buat berakomodasi
(sesuatu yang bisa dilakukan lensa mata), untuk melihat dengan jarak
dekat, harus dibantu engan lensa positif.
4. Mata Hipermetrop
Yaitu penderita dengan kelainan ini mengeluh ketajaman
penglihatannya kabur baik jauh maupun dekat. Penyebab Hipermetrop
adalah sumbu bola mata yang terlalu pendek atau daya bias lensa mata
yang terlalu lemah. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh penderita
hipermetrop adalah buram dalam melihat benda jauh maupun dekat,
mata cepat lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi
dengan lensa plus / cembung. Keadaan ini banyak timbul pada anak-
anak, terutama anak yang lahir prematur, dengan bertambahnya usia
maka terjadi pertumbuhan bola mata sehingga ukuran koreksi lensanya
menurun.
5. Mata Asigmatisme
Mata asigmatisme atau sering disebut juga mata cylindris yaitu
kelainan ketajaman penglihatan disebabkan karena penderita tidak
dapat melihat sama jelas pada gambar disatu bidang datar sehingga
penderita biasanya merasa berbayang dalam melihat benda jauh. Hal ini
disebabkan karena tidak sama kelengkungan kornea dan permukaan
kornea yang tidak rata. Mata asigmatisme dapat dikoreksi dengan lensa
cylindris. (Eva, 2012)
6. Pemeriksaan Fisik:
Mata:
Laporan Tutorial Blok XVI 24
OS: VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm,
terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi
satelit (+), sekret kuning kehijauan, blefarospasme
OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik mata?
Jawab:
OS:
- VOS 1/300: Abnormal (menandakan kelainan refraksi yaitu
penderita melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter)
- Mixed Injeksi: Abnormal (menandakan adanya respon peradangan
di bagian kornea mata)
- Defek pada kornea ukuran 3mm terletak di sentral: Abnormal
(menandakan adanya ulkus pada kornea) dengan kedalaman 1/3
ketebalan kornea, bertepi tidak rata.
- Lesi satelit(+): Abnormal (menandakan adanya lesi pada kornea
akibat mikroorganisme, biasanya jamur, perlu pemeriksaan KOH)
- Sekret Kuning kehijauan: Abnormal (menandakan adanya pigmen
pada mikroorganisme)
- Blefarospasme: Abnormal (menandakan adanya photopobia)
OD:
- VOS 6/60 dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6: Abnormal
(menandakan kelainan refraksi yaitu penderita hanya dapat
menghitung jari pada jarak 6 meter sedangkan pada orang normal
bisa menghitung dalam jarak 60 meter, yang telah di koreksi oleh
lensa spheris)
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik mata?
Jawab:
OS :
- Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu
(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea
(keratitis / keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea)
mata aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.)
Laporan Tutorial Blok XVI 25
reaksi inflamasi pada kornea hipertrofi pembuluh darah silliaris dan
konjungtiva mixed injeksi dan hasil fagositosis berupa edema /
infiltrat / hipopion (leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi serta
edema pada kornea tampak bintik keputihan pada kornea
tatalaksana inadekuat progesitivitas inflamasi timbul defek pada
kornea menekan nociceptor di sekiar kornea serta mempengaruhi
N.III ( trigeminus ) di kornea nyeri, mata berair ( pengaruh stimulasi
N.III ), blefarospasme (pengaruh stimulasi N.III) dan bintik putih
melebar Kornea semakin buram dan edema disetai sekret kuning
kehijauan gangguan refraksi mata penglihatan semakin kabur
VOS 1/300
- Pathogen yang menginfeksi kornea kemungkinan besar jamur yang
berhifa Lesi yang dihasilkan berbentuk satelit (lesi satelit).
- Sekret kuning kehijauan yang dihasilkan kemungkinan pengaruh dari
pigmen jamur yang menginfeksi.
(McCance, 2014)
c. Bagaimana cara pemeriksaan ketajaman penglihatan mata?
Jawab:
Dengan menggunakan kartu Snellen standar dapat ditentukan tajam
penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti:
1. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada
jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 6 meter
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan
angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30
3. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan
angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50
4. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada
jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 60 meter
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen
maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang
normal pada jarak 60 meter
Laporan Tutorial Blok XVI 26
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang
berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan
pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat
gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya
dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatannya adalah 1/300
8. Kadan-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak
dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam
penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total
(Ilyas, 2014)
d. Apa jenis-jenis lensa koreksi mata?
Jawab:
Jenis-jenis lensa adalah sebagai berikut:
1. Lensa sferis: lensa dengan diameter kurvatura yang sama di semua
meridian.
Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →
memperkecil dan menjauhkan bayangan.
Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)
→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.
2. Lensa silinder: jenis lensa yang mempunyai 2 meridian yang saling
tegak lurus satu sama lain.
Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →
memperkecil dan menjauhkan bayangan.
Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)
→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.
3. Lensa sferosilinder: kombinasi antara lensa sferis dan lensa silinder.
Laporan Tutorial Blok XVI 27
Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →
memperkecil dan menjauhkan bayangan.
Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)
→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.
(Ilyas, 2014)
e. Apa macam-macam sekret pada saat terjadi kelainan mata?
Jawab:
Jenis-jenis sekret berdasarkan penyebabnya antara lain:
- Air : disebabkan oleh infeksi virus atau alergi.
- Purulen : disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
- Hiperpurulen : disebabkan oleh gonokok atau meningokok.
- Mukoid : disebabkan oleh alergi atau vernal.
- Serous : disebabkan oleh adenovirus.
(Ilyas, 2014)
7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
Jawab:
1. Anamnesis
- Pasien mengeluh mata kabur, mengganjal dan sakit, berair, merah,
dan terdapat bintik putih pada bagian hitam mata
- Ditemukan riwayat trauma mata karena lentingan serpihan kayu
- Riwayat konsumsi obat tetes dan obat makan namun tidak ada
perbaikan
2. Pemeriksaan Fisik Mata
- OS: terdapat penurunan visus 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea
ukuran diameter 3mm, terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan
kornea, dengan tepi tidak rata, lesi satelit (+), sekret kuning kehijauan,
blefarospasme
- OD: terdapat penuruan visus 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00
menjadi 6/6
8. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Laporan Tutorial Blok XVI 28
Jawab:
1. Ulkus Kornea et causa Keratitis Jamur
2. Ulkus Kornea et causa Keratitis Bakteri
3. Ulkus Kornea et causa Keratitis Virus
9. Apa pemeriksaan tambahan yang diperlukan pada kasus ini?
Jawab:
Dilakukan kerokan kornea dengan menggunakan larutan KOH 10% untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab pada kasus.
(Ilyas, 2014)
10. Apa diagnosis pasti pada kasus ini?
Jawab:
Ulkus Kornea et causa Keratitis Jamur
11. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
Jawab:
Tujuan pengobatan adalah untuk membunuh mikroorganisme dan menekan
reaksi inflamasi, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi
komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan.
Secara umum pengobatan ulkus kornea adalah dengan siklopegik, antibiotik
topikal yang sesuai dan pasien dirawat apabila terjadi perforasi, pasien tidak
dapat menggunakan obat sendiri, dan terkadang perlu obat sistemik.
Laporan Tutorial Blok XVI 29
(Katzung, 2014)
12. Apa komplikasi yang terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1. Kebutaan parsial atau komplit karena endfotalmitis
2. Prolaps iris
3. Sikatrik Kornea
4. Katarak
5. Glaukoma Sekunder
(Farida, 2015)
13. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab:
Quo at vitam : Dubia ad malam
Quo at fungsionam : Dubia ad malam
Laporan Tutorial Blok XVI 30
14. Apa kompetensi dokter umum pada kasus ini?
Jawab:
3A (Bukan Gawat Darurat)
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi
terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)
15. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?
Jawab:
Firman Allah dalam Q.S. Al-Mu’minun (23):78
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran,
penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”
2.6 Kesimpulan
Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu mengeluh mata terasa
mengganjal, sakit, berair-air, merah, dan penglihatan sangat kabur serta tampak
bintik keputihan pada kornea karena mengalami ulkus kornea et causa keratitis
jamur OS disertai miopi ODS.
Laporan Tutorial Blok XVI 31
2.7 Kerangka Konsep
Laporan Tutorial Blok XVI 32
Kornea terkena lentingan serpihan kayu yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme jamur
Tatalaksana Inadekuat
Gangguan RefraksiDefek Kornea Kedalaman 1/3
Ketebalan
Lesi Satelit Sekret Kuning Kehijauan
Riwayat Miopi
Infeksi Jamur di Kornea Mata
Keratitis Jamur
Ulkus Kornea OS
Penglihatan Kabur
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi deFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta:
EGC
Eva, P., R., dan Whitcher, J., P. 2012. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Ed. 18.
Jakarta: EGC
Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2002. Farmakologi dan Terapi, Ed. 4. Jakarta: Gaya
Baru
Guyton &. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC
Hollwich, F., 2003. Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta: Binarupa Aksara
Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : FK UI
Katzung, Betram dkk. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Tiga Jilid Satu. Jakarta: Media
Aesculaplus FKUI
McCance, Kathryn & Sue. 2014. Patophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults
and Children. 7th Ed. Canada: Elsevier.
Snell, R., S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Farida, Y. 2015. Corneal Ulcers Treatment.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/511/512.
(Diakses pada 30 Desember 2015)
Laporan Tutorial Blok XVI 33