laporan tutorial modul 1.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL MODUL 1 BLOK 16
ENDODONTIK
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
TUTOR:
Drg. Yona Ladyventini
Ketua : Miftahul Jannah 1210341001
Sekre. Meja : Ainul Mardiah 1210342039
Sekre Papan: Chindy Septia Nningsih 1210342004
Dishe Hidayani 120341008
Femy Witrihezly Azalea 1210342001
Micitra Nurfahli 1210342012
Ummu Hnifah Amri 1210342019
Fairuza Muaharammy 1210342028
Putri Ovieza Maizar 1210343002
Tanti Apriani 1210343012
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
MODUL 1
ENDODONTIK
SKENARIO 1
Giginya harus steril ya..
Qaira (25 tahun) datang ke prakter dokter gigi dengan keluhan gigi depan atas berlubang dan terasa
sakit bila ditekan, gigi berubah warna menjadi keabu-abuan sejak setahun yang lalu. Hasil
pemeriksaan diketahui gigi 21 karies profunda, perkusi +, tidak ada kelainan sistemik, tapi beberapa
gigi anterior berwarna kecoklatan. Pasien meminta dilakukan penambalan karena mengganggu
penampilan dan pengunyahannya.
Dokter gigi menjelaskan harus dilakukan perawatan saluran akar sebelum penambalan. Perawatan
membutuhkan sekitar3-4 kali kunjungan. Sebelum dilakukan perawatan dilakukan rontgen foto.
Saluran akar harus disterilkan dahulu dengan bahan medikamen gigi kemudian dilakukan obturasi
saluran akar. Kemudian dirontgen kembali untuk melihat keberhasilan pengisian saluran akar. Qaira
agak bingung mendengar penjelasan drg, tapi ia ingin sekali giginya sehat kembali.
Bagaimana saudara membantu Qaira menjelaskan mengenai perawatan endodontik?
A. TERMINOLOGI
- Bahan medikamen : bahan yang diletakkan pada saluran akar yang bersifat sementara
untuk memperoleh aktivitas antimikroba, desinfektan dan mencegah nyeri pasca rawat.
- Obturasi : pengisian saluran akar secara permanen dengan bahan pengisi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit pulpa dan periapikal?
2. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya perawatan saluran akar?
3. Bagaiamna prosedur perawatan saluran akar?
4. Bagaiaman syarat bahan medikamen dan obturasi dikatakan ideal?
5. Apasajakah yang termasuk bahan medikamen?
6. Apasajakah yang termasuk bahan obturasi?
7. Apasajakah alat-alat yang digunakan untuk perawatan saluran akar?
8. Apakah yang akan terjadi bila gigi Qaira pada kasus di skenario lansung dilakukan
penambalan tanpa didahului perawatan saluran akar?
9. Apakah yang menyebabkan gigi anterior Qaira berwarna abu-abu dan kecoklatan?
10. Apakah tujuan dilakukannya rontgen foto sebelum dan sesudah perawatan saluran
akar?
11. Apasajakah faktor-faktor yang menyebabkan perawatan saluran akar gagal?
C. ANALISA MASALAH
1. Diagnosa penyakit pulpa dan periapikal
Diagnosa dapat ditegakkan melalui beberapa tahap, yaitu: anamnesa, pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan radiograph.
Pada pemeriksaan klinis, dimulai dari vital sign, ekstra oral dan intraoral. Pada gigi yang
dikeluhkan pasien dilakukan beberapa perlakuan, seperti palpasi untuk memeriksa
kelainan periapikal, perkusi untuk memeriksa kelainan periodontal, tes termal untuk
memeriksa vitalitas.
2. Indikasi dan kontraindikasi dilakukannya perawatan saluran akar
Indikasi
- infeksi pada kamar pulpa - instrumen dapat dimasukkan
- email yang tidak didukukung dentin - pembuatan mahkota pasak
- keinginan pasien - eliminasi bakteri
-kemampuan sosial dan ekonomi pasien
Kontraindikasi
- foramen apikal terbuka lebar - resorpsi akar internal/eksternal
- perforasi permukaan akar - jarak interoklusal pendek
- OH mulut (-) - dukungan periodontal (-)
3. Prosedur perawatan saluran akar
- Preparasi akses kavitas
- Preparasi saluran akar
- Pembersihan kavitas
- Pensisian saluran akar
4. Syarat bahan medikamen dan obturasi dikatakan ideal
Bahan medikamen Bahan obturasi
- bersifat desinfektan - mudah dimasukkan
- menetralisir debris - menutup dengan baik
- biokompatibilitas - tidak shrinkage
- bersifat bakteriostatik
- mudah dibongkar jika diperlukan
- terlihat saat rontgen (radiopaq)
- dapat mengeras bila bersifat pasta / cair
5. Contoh bahan medikamen
Bahan medikamen berasal dari golongan formaldehid, fenol, kalida, khlorhexidin,
senyawa iodin dan antibiotik.
6. Contoh bahan obturasi
Semi padat : pasta (jarang digunakan)
Padat : metal : Ag, Au
Gutta percha
7. Alat-alat yang digunakan untuk perawatan saluran akar
- barbed broach
- file
- reamer
- round dan silindris bur
8. Yang akan terjadi bila gigi Qaira pada kasus di skenario lansung dilakukan penambalan
tanpa didahului perawatan saluran akar
- Terjadinya infeksi karena kuman/bakteri tidak dimusnahkan.
9. Yang menyebabkan gigi anterior Qaira berwarna abu-abu dan kecoklatan
- Pada gigi yang nekrosis akan menghasilkan ion sulfida yang berwarna kehitaman.
- Peredaran darah terhambat karena trauma
10. Tujuan dilakukannya rontgen foto sebelum dan sesudah perawatan saluran akar
Sebelum : mendukung diagnosa, membantu menentukan perawatan yang akan
dilakukan, mengukur panjang kerja, melihat ada tidaknya resorbsi tulang
Sesudah : memantau hasil perawatan
11. Faktor-faktor yang menyebabkan perawatan saluran akar gagal
- salah dalam melakukan perawatan
- keadaan patologis yang tidak diketahui dari periodontl/periapikal
D. SKEMA
Qaira (25 tahun)
Keluhan
Gigi depan atas berlubang, sakit bila ditekan, berubah warna menjadi keabu-abuan sejak setahun yang lalu
Pemeriksaan klinis
Gigi 21 karies profunda, perkusi +, tidak ada kelainan sistemik, gigi anterior atas kecoklatan
Perawatan Saluran Akar
Rontgen foto
Kelainan priodontal periapikal (kronis)
Bleaching
Nekrosis
Diskolorisasi
Bleaching
Prinsip dasar endodonti
Indikasi dan kontraindikasi
Prosedur
Alat dan bahan
Kegagalan dan penanggulangan
E. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip dasar endodontik
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi
perawatan saluran akar
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur perawatan saluran
akar
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan
dalam perawatan saluran akar
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kegagalan dan
penanggulangan dalam perawatan saluran akar
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang blaching
F. MENGUMPULKAN INFORMASI
G. UJI INFORMASI
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip dasar perawatan
endodontik
Pengertian perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
periapikal.
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar
dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat
dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak
menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi baik.
Indikasi umum perawatan endodontik :
- Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal
- Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
- Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
- Sebagai penyangga / abutment gigi tiruan
- Kesehatan umum pasien baik
- Oral hygiene pasien baik
- Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik
- Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan
- Operator mampu.
Kontraindikasi perawatan endodonsia :
- Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi
- Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup
- Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Misalnya gigi
yang lokasinya jauh di luar lengkung.
- Fraktur vertikal
- Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal
- Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok, saluran akar
banyak dan berbelit-belit.
- Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi.
- Kesehatan umum pasien buruk
- Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan
- Operator tidak mampu.
Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah/konvensional yaitu pulp
capping, pulpotomi, pulpektomi, perawatan saluran akar dan apeksifikasi dan perawatan
endodontik bedah yaitu kuretase apeks, reseksi apeks, intentional replant, hemiseksi,
implan endodontik. Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak
dilakukan dalam kasus perawatan endodontik.
Pulp Capping
Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan
pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp
capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentin
sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untuk
menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa
dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan direct pulp
capping.
Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau
memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang
cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa
dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk
dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan
simtom-simtom khususnya pada anak-anak
Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat
irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun
perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau
pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik.
Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik
akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi
perawatan saluran akar
Indikasi
-Gigi yang dipersiapkan untuk pembuatan restorasi atau protesa dan menghindari
cedera jaringan pulpa
Kontraindikasi
-gigi yang tidak di dukung jaringan periodontal yang sehat
-gigi yang tidak dapat direstorasi karena jaringan gigi tidak cukup
-gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi
-gigi dengan resorbsi yang luas
-gigi dengan fraktur vertikal
-posisi gigi yang tidak strategis
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur perawatan saluran
a. Preparasi Akses :
- Fase yang paling penting dari aspek teknik perawatan akar.
- Merupakan kunci untuk membuka pintu bagi keberhasilan tahap pembersihan,
pembentukan dan obturasi saluran akarnya.
- Tujuan:
o Membuat akses yang lurus.
o Menghemat preparasi jaringan gigi.
o Membuka atap ruang pulpa
b. Penentuan Panjang Kerja
Panjang Kerja : Panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam saluran akar pada
waktu melakukan preparasi saluran akar.
Menentukan panjang kerja dikurangi 1 mm panjang gigi sebenarnya, untuk
menghindari :
o Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apical).
o Perforasi ke apical.
Cara melakukan DWP (Diagnostic Wire Photo)
Masukkan jarum miller atau file nomor kecil yang diberi stopper dengan guttap perca
pada batas panjang gigi rata-rata dikurangi 1-2 mm lalu dilakukan foto Rö. Dari hasil foto
dilakukan pengukuran dengan menggunakan rumus :
PGS = PGF x PAS
PAF
Keterangan :
PGS = panjang gigi sebenarnya
PGF = panjang gigi foto
PAS = panjang alat sebenarnya
PAF = panjang alat foto
c. Pembersihan dan Pembentukan Saluran Akar
- Pembersihan debridement : pembuangan iritan dari sistem saluran akar.
- Tujuan : Membasmi habis iritan tersebut walaupun dalam kenyataan praktisnya
hanyalah sebatas pengurangan yang signifikan saja.
- Iritan: bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah dan
kontaminan lain.
Teknik Step Back
- Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok dan
sempit pada 1/3 apikal.
-Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi
saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan
berputar.
-Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
-Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil :
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 = Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e. Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file
no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin
yang terasah.
f. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar
cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
Preparasi saluran akar teknik step back
d. Pembentukan Saluran Akar
- Membentuk saluran akar melebar secar kontinyu dari apeks ke arah korona.
- Pelebaran
Saluran akar harus cukup besar untuk melakukan debridement yang baik dan dapat
memanipulasi serta mengendalikan instrumen dan meterial obturasi dengan baik tapi
tidak sampai melemahkan gigi serta meningkatkan peluang terjadinya kesalahan
prosedur.
- Ketirusan
Ketirusan hasil preparasi harus cukup sehingga instrumen penguak dan pemampat gutta
perca dapat berpenetrasi cukup dalam.
- Kriteria
Saluran akar siap menerima obturasi baik dengan kondensasi lateral maupun vertikal,
saluran akar harus berbentuk corong ke arah korona dan dalam ukuran cukup besar
sehingga instrument pemampat dan penguak dapar masuk cukup dalam.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang alat dan bahan yang
digunakan dalam perawatan saluran akar
Alat
- Sonde endodontik
- Eskavator endodontik
- Penggaris Endodontik
-Pinset Endodontik
- Jarum Ekstirpasi
- File
- Jarum Miller
- Reamer
Bahan
Bahan irigasi: Irigasi saluran akar dan antiseptic
Ada 3 macam irigasi saluran akar yang digunakan yaitu :
- Larutan H2O2 3 %.
- Larutan NaOCl 1 %,2% dan 5%.
- Providon iodine seperti septadine, isodine, ataupun betadine gargie.
- Spuit 2,5 cc dengan jarum yg dibengkokan dan ujungnya ditumpulkan
- Alat irigasi yang dipakai harus diberi tanda untuk membedakan isi cairan irigasi yang
dipakai
- Alat irigasi disimpan dalam botol tertutup berisi alkohol 70% agar tetap terjaga
sterilisasinya
Bahan dan Obat-obatan Sterilisasi
- Sebagai desinfektan antibakteri dengan spektrum luas : ChKM ( Chlorophenol Kamfer
Menthol ), Cresophene, Cresatin, Formokresol, TKF ( Tri Kresol Formalin ), Eugenol
(sebagai sedative, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang dikombinasikan pada
saat dilakukan devitalisasi.)
Preparat poliantibiotik :
Grossman :
- Penisilin ( efektif terhadap gram (+)
- Streptomysin ( efektif terhadap gram (–)
- Sodium kapsilat ( efektif terhadap jamur )
Kombinasi antibiotik kortikosteroid :
- Kortikosteroid ( mengurangi keradangan periapikal .)
- Antibiotik ( membunuh bakteri ex : septomixine dan ledermix .)
Bahan devitalisasi
- Arsen ( As2O3 ) ( digunakan pada gigi permanen.)
- Caustinerf Pedodontique / forte ( digunakan pada gigi sulung.)
- TKF ( Tri Kresol Formalin )
Medikamen Intrakanal yang biasa digunakan :
1 Golongan Fenol :
- Eugenol
- CMCP ( Camphorated Monoparachlorophenol )
- Parachlorophenol ( PCP )
- Camphorated parachlorophenol ( CPC )
- Metakresilasetat ( cresatin )
- Kresol
- Creosote ( beechwood )
- Timol
2. Aldehid :
- Formokresol
- Glutaraldehid
3. Halida :
- Natrium hipoklorit
- Iodine kalium iodida
4. Steroid
5. Hidroksida kalsium
• Bukan antiseptik konvensional
• Dapat menghambat pertumbuhan bakteri
• Bekerja lambat
• Harus berkontak langsung
• Dapat digunakan sebagai antiseptik antar kunjungan (terutama pada gigi nekrotik)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kegagalan dan
penanggulangan dalam perawatan saluran akar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar
adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan
kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton &
Torabinejab, 1996).
a. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran
akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad,
1996) :
-Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan
pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki
prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
-Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran
akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih
buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena
secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan
histologi kista periapikal sulit dilakukan.
-Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis
perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah
periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
-Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena
sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan
perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar
mendapatkan pengisian yang hermetis.
b. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
-Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).
-Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui
bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak
mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan
bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).
-Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh
karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau
hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli
endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).
c. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
-Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran
akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi
dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi
secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).
-Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan
secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk
pula (Walton & Torabinejad, 1996).
-Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar
radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah
biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh
bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian
saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan
kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).
d.Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
-Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal
lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang
dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad,
1996).
-Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai
hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada
hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran
radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi
posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu,
superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih
sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih
mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah
diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton &
Torabinejad, 1989).
-Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,
tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan
akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar
gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal
(Ingle, 1985).
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran
tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus
ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).
e.Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
-Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran
(Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu
besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar
yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar
yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).
-Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang
baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan
dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal
preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).
-Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).