laporan tutorial minggu 3
TRANSCRIPT
Laporan Tutorial
Skenario 3
Persalinan dan Nifas Patologis
Kelompok 20C
Tutor : Prof. Dr. Rismawati Yaswir, SpPK (K)
Ketua : Raudhatul Husnia Agus (1010313061)
Sekretaris 1 : Arzia Rahmi (1010311021)
Sekretaris 2 : Rezki Meizikri (1010311010)
Anggota :
Mulfa Satria Asnel (1010313109)
Ivan Maulana Fakh (1010313019)
Muhammad Nadirsyah (1010313007)
Nelvita Sari Ramadhan (1010312077)
Dhania Pratiwi (1010312066)
Nidya Khaireza (1010313037)
Ari Rahmawati (1010313045)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
SKENARIO 3
KENAPA ANAK KU TIDAK BISA LAHIR ?
Ny. Pamelia (37 tahun) hamil anak ke-5 cukup bulan, diantar oleh Bidan ke
Puskesmas seberang padang dengan rujukan : Partus tidak maju setelah dipimpin 2 jam. Dari
pemeriksaan dokter didapatkan: TD: 130/70 mmHg, FUT 3 jari Bpx, TFU ; 35 cm , pada
pemeriksaan Leopold : janin Letak kepala, His; 2-3x/35”/S, DJJ; 13-12-13, VT; Pembukaan
Lengkap, ketuban(-), sisa kehijauan, Ubunubun besar teraba didepan Hodge III-IV. Dokter
memberikan antibiotika, memasang infus cairan D5% dan selanjutnya dokter merujuk Ny.
Pamelia karena dikhawatirkan terjadinya ruptur uteri sebab saat dikateter urin kemerahan.
Ny. Pamelia dirujuk ke Rumah Sakit M Djamil dengan diagnosis Kala II memanjang, untuk
penanganan selanjutnya.
Di rumah sakit, ibu merasakan kelelahan dan tidak kuat lagi untuk mengedan,
dokter SpOG melakukan pemeriksaan ulang dokter memutuskan persalinan di terminasi
dengan Forsep Ekstrasi, lahir bayi ; BBL 3500 gram, PB 50 cm, A/S 7/8. Dokter melakukan
manual plasenta dan eksplorasi jalan lahir. Diberikan Oksitosin perinfus, setelah dilakukan
penjahitan luka episiotomi ditemukan atonia uteri dengan tinggi fundus uteri 1 jari diatas
pusat, dan perdarahan 600cc. Selanjutnya dokter melakukan massage uterus dan memberikan
uterotonika yang sesuai.
Pada hari ke dua post partum, pasien sering menangis yang tidak jelas sebabnya
dan pasien tidak mau menyusukan bayinya. Akhirnya setelah ditenangkan oleh dokter, bidan
dan keluarga pasien baru mau merawat bayinya dengan baik. Pasien dipulangkan pada hari
ketiga pasca persalinan setelah dokter memastikan luka episiotominya baik dan pasien dapat
buang air kecil dengan lancar. Bagaimana analisis anda mengenai persalinan Ny.Pamelia?
TERMINOLOGI
1. D5% : dextrose 5%
2. Hodge : bidang khayal untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin turun
ke rongga panggul ibu.
3. Ruptur uteri : robekan uterus yang merupakan salah satu bentuk perdarahan pada
kehamilan lanjut.
4. Forsep ekstrasi : merupakan persalnan buatan dimana janin dilahirkan menggunakan
alat yang dipasang dikepala janin dan ditarik keluar.
5. Manual plasenta : merupakan prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
dan mengeluarkan dari cavum uteri secara manual.
6. Eksplorasi jalan lahir : pemeriksaan jalan lahir untuk kelancaran partus.
7. Episiotomi : insisi dari perineum untuk memudahkan jalan lahir.
8. Atonia uteri : kegagalan uterus dalam berkontraksi uterus secara sempurna setelah
melahirkan.
9. Massage uterus : pemijatan secara lembut yang dilakukan pada uterus agar terangsang
untuk berkontraksi.
10. Uterotonika : obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi uterus.
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana hubungan usia ibu yang 37 tahun, jumlah anaknya dengan partus macet
yang dialaminya?
2. Apa yang menyebabkan partus macet?
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan dokter dan pemeriksaan leopold?
4. Mengapa terjadi sisa kehijauan pada cairan ketuban ibu?
5. Bagaimana cara menentukan Hodge? Dan apakah normal ubun-ubun besar teraba di
Hodge 3 – 4?
6. Mengapa dokter memberikan antibiotika, D5% dan kemudian merujuknya?
7. Bagaimana hubungan urin kemerahan dengan dugaan ruptur uteri?
8. Apa yang menyebabkan ruptur uteri?
9. Mengapa Ny.Pamelia di diagnosis dengan kala 2 yang memanjang?
10. Bagaimana penanganan yang tepat untuk partus dengan kala 2 memanjang?
11. Mengapa Ny.Pamelia merasa kelelahan dan tidak sanggup mengedan lagi?
12. Apa indikasi dilakukannya terminasi persalinan?
13. Apa komplikasi dari forsep ekstrasi?
14. Mengapa dilakukan manual plasenta dan eksplorasi jalan lahir?
15. Apa tujuan dokter memberikan oksitosin perinfus setelah dilakukan penjahitan luka
episiotomi?
16. Mengapa bisa ditemukan atonia uteri dengan TFU 1 jari diatas umbilikus dan
perdarahan 600cc?
17. Mengapa dokter melakukan massage uterus dan memberikan uterotonika? Dan apa
saja macam-macam uterotonika?
18. Apa yang menyababkan pasien menangis tanpa alasan yang jelas dan tidak mau
menyusui anaknya?
19. Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi psikologis Ny.Pamelia tersebut?
BRAINSTORMING
1. Umur >35 tahun berisiko tinggi mengalami permasalahan dalah kehamilan dan
persalinan.
Anak yang >5 orang kekurangan kontraksi uterus, karena sudah terlalu sering
teragang sehingga elastisitasnya berkurang.
Jadi, dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan keadaan yang seperti
itu Ny.Pamelia berisiko tinggi mengalami partus macet.
2. - kurangnya kontraksi uterus
- letak janin dan ukuran janin yang terlalu besar untuk panggul ibu
- kondisi jalan lahir yang kurang memadai
- ketuban pecah dini
- mioma
3. Tekanan darah normal
FUT normal
TFU normal
Leopold normal
His normal
DJJ normal
Hodge teraba ubun-ubun besar
Ketuban sudah pecah dan bersisa kehijauan yang merupakan mekonium karena
janin berada dalam keadaan hipoksia.
4. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, mekonium yang kehijauan merupakan
mekonium yang terkontaminasi oleh mekonium. Karena janin mengalami hipoksia
saat terjadinya persalinan yang macet.
5. Hodge itu merupakan garis khayal yang dalam artian menentukannya dengan
memperkirakan hodge tersebut. Dalam keadaan normal yang berada di hodge 3 – 4
adalah ubun-ubun kecil. Dalam skenario yang teraba adalah ubun-ubun besar, dalam
artian keadaan ini tidak normal.
6. Pemberian antibiotik sudah jelas untuk menghindari infeksi. Karena dalam keadaan
partus macet dan ketuban sudah pecah, rentan terjadinya infeksi. Dengan cara bakteri
tersebut menembus plasenta yang nanti dapat mempengaruhi janin.
D5% diberikan untuk menggantikan cairan ibu yang telah banyak hilang saat
proses partus. Untuk menghindari terjadinya dehidrasi makanya diberikan D5%.
7. Saat partus dan mengalami kemacetan VU tertekan oleh uterus yang nanti bisa
menyebabkan lecet pada VU karena tekanan dan gesekan yang terjadi. Karena adanya
lecet tersebut bisa menimbulkan urin yang kemerahan pada ibu tersebut.
8. Partus lama / macet
His yang terlalu kuat dan berlebihan
Multipara
SC
Miomektomi
Ekstrasi forseps
9. Karena dari keadaan yang terjadi, proses persalinan yang dijalani oleh ibu tersebut
tidak mengalami kemajuan selama kala 2.
10. Kalau penanganan kala 2 yang tepat adalah dengann secepat mungkin mengakhiri
persalinan dengan menggunakan alat bantu khusus. Misalnya forseps, vakum, SC.
Untuk penanganan yang paling aman adalah dengan SC.
11. Karena parus macet yang dijalaninya, untuk melakukan proses persalinan butuh
energi ekstra. Sementara Ny. Tersebut mengalami kala 2 memanjang, berarti butuh
lebih banyak energi lagi. Dari keadaan tersebut ibu menjadi kelelahan dan tidak
sanggup lagi untuk mengedan.
12. Partus macet
Karena sudah mengancam nyawa ibu dan janin
Kelelahan ibu
Kelainan letak janin
13. Forseps itu kan menarik kepala janin menggunakan cunam yang berbentuk sendok.
Karena penarikan janin tersebut bisa terjadi fraktur intrakranial, serta luka ataupun
lecet pada bagian kepala janin dan wajahnya.
14. Kalau persalinan dibantu dengan forsep berarti memang ada masalah denga his si ibu.
Setiap melakukan forseps biasanya selalu dilakukan manual plasenta, karena ibu
sudah tidak sanggup untuk mengedan. Kemudian, dilakukan manual plasenta untuk
memastikan semua plasenta telah keluar semua dan tidak meninggalkan sisa.
15. Intinya untuk mengurangi perdarahan denga merangsang his sehingga uterus cepat
kembali kebentuk semula.
16. Perdarahan normal pasca partus adalah <500cc, sementara perdarahan ibu ini sampai
600cc. Ini disebabkan oleh atonia uteri, dimana uterus gagal berkontraksi setelah
partus. Karena atonia uteri pengecilan uterus lama sehingga ditemukan di 1 jari atas
simfisis pubis.
17. Massage uterus dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus dan juga mengeluarkan
gumpalan-gumpalan darah yang mungkin tersisa saat partus macet. Uterotonika
diberikan untuk merangsang kontraksi uterus. Contohnya : oksitosin, ergometrin,
prostaglandin.
18. Berarti si ibu mengalami baby blues / post partum / maternity blues, yang berarti
selalu merasa sedih. Biasanya dialami oleh sekitar 50% wanita setelah melahirkan.
Salah satu gejalanya adalah labilitas afek yang membuat ibu mudah menangis
kemudian diam dan kemudian menangis lagi. Karena perasaan itu, si ibu tidak
memperdulikan anaknya.
19. Karena gangguan jiwa yang dialami ibu tersebut tergolong gangguan yang ringan, jadi
ibu tersebut tidak membutuhkan penanganan khusus. Ibu tersebut hanya
membutuhkan terapi suportif dari tenaga kesehatan yang merawatnya, keluarga serta
orang-orang terdekatnya.
SISTEMATIKA
Manual placenta
Vakum
Forceps
Sc
bedah obstetric
anestesia
Tatalaksana
Tatalaksana
Persalinan tidak maju
Patologi Kehamilan (Distosia)
Ruptur Uteri Atonia uteri Fetal distress
Perdarahan
Patologi nifas dan laktasi
Kelainan psikologi masa nifas
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fetal distress dalam persalinan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perdarahan post partum
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patologi nifas dan laktasi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gangguan psikologi postpartum
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tatalaksana kelainan pasca persalinan
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Distosia
a. POWER
Kelainan His
Hypotonic uterine contraction.
fundus dominan, kontraksi lebih lemah, singkat, dan jarang dari normal. rasa
nyeri hanya sedikit, keadaan umum penderita baik.
Faktor resiko: Multipara, herediter, emosi, peregangan rahim yang berlebihan
pada kehamilan ganda dan hidramnion, gangguan anatomis pada uterus.
Incoordinated Hypertonic Uterine Action
Tidak ada koordinasi antara segmen atas, tengah, dan bawah uterus, tonus
otot meningkat, menimbulkan rasa nyeri dan hipoksia janin.
Spasme sirkuler setempat→penyempitan cavum uteri di tempat tersebut
(lingkaran konstriksi) biasanya ditemukan pada batas antara segmen atas dan
segmen bawah uterus.
Serviks tidak dapat relaksasi karena IUA sehingga tidak bisa membuka
(distosia servikalis)
b. PASSAGE
Disproporsi Fetopelvik
Timbul karena berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin terlalu besar, atau
keduanya.
Penyempitan Pintu Atas Panggul
Diameter sempit anteroposterior: <10 cm transversal: <12 cm konjugata diagonal:
< 11,5 cm.
Kepala janin tidak turun sampai awitan persalinan dan mengapung dengan bebas
sehingga pengaruh yang kecil sekalipun sudah cukup untuk mengubah presentasi.
Penyempitan Pintu Tengah panggul
Diameter rata-rata anteroposterior: 11,5 cm transversal (interspinarum): 10,5
cm sagitalis posterior: 5 cm. Belum ada standar sempit. Kira-kira bila diameter
anteroposterior+sagitalis posterior ≤13,5 cm.
Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Penyempitan diameter intertuberosum hingga < 8 cm. Menyempitnya
diameter intertuberosum menyebabkan menyempitnya segitiga anterior dan
mendorong kepala janin ke arah posterior. Bila diameter sagitalis posterior lebar,
maka masih memungkinkan untuk melahirkan per vaginam.
c. PASSENGER
Ukuran Janin terlalu besar
Selama panggul tidak sempit, kecil kemungkinannya bagi janin yang tumbuh
normal dengan berat kurang dari 4500 g untuk menimbulkan distosia semata-mata
karena ukurannya.
Untuk janin yang sangat besar (>4,5 kg) misalnya pada ibu yang diabetes,
akan meninggikan resiko distosia bahu dan dianjurkan untuk seksio cesarea
Malpresentasi dan Malposisi
Malpresentasi: bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim
bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak berada
di anterior.
Presentasi muka
Kepala dalam keadaan hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung dan dahi menjadi bagian terbawah. Faktor resiko; pembesaran leher,
lilitan tali pusat, anensefalus, panggul sempit, atau janin yang terlalu besar.
Presentasi muka jarang ditemukan di atas PAP. Biasanya ditemukan presentasi
dahi yang berubah menjadi presentasi muka setelah terjadi ekstensi kepala lebih
lanjut selama penurunan janin. Pelahiran per vaginan dapat dilakukan bila dagu
berada di anterior.
Presentasi dahi
Kepala janin berada di posisi antara flexi penuh dan ekstensi penuh. Presentasi
dahi tidak stabil dan dapat berubah menjadi presentasi muka atau presentasi
oksiput. Kecuali bayi sangat kecil atau rongga panggul sangat besar, pelahiran
tidak dapat terjadi selama presentasi dahi menetap (persisten)
Presentasi Majemuk
Terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada presentasi kepala atau
bokong. Faktor resiko: prematuritas, multiparitas, panggul sempit, kehamilan
ganda, atau pecahnya selaput ketuban dengan bagian terbwah janin yang masih
tinggi. Yang paling sering terjadi adalah kombinasi kepala dengan tangan/lengan.
Kelahiran spontan hanya terjadi bila janin sangat kecil, atau sudah mati dan
mengalami maserasi. – atau terjadi reposisi.
Presentasi bokong
Janin letak memanjang dengan bagian terbwahnya bokong, kaki, atau
keduanya. Faktor2: abnormalitas struktur uterus, polihidramnion, plasenta previa,
multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin, dan riwayat
presentasi bokong sebelumnya.
Panggul janin masuk PAP secara oblig dengan panggul anterior turun lebih
dulu. Saat putaran paksi dalam membawa sakrum ke arah transversal sehingga
posisi panggul janin menjadi anteroposterior di pintu bawah panggul dan saat
pengeluaran.
Letak lintang
Sumbu panjang janin kira kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu.
Letak lintang oblik tidak stabil dan akan berubah saat persalinan.
2. Fetal distress dalam persalinan
Pengertian- Biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin yang
kemudian berakhir dengan SC atau persalinan buatan lainnya.
- Dikatakan gawat janin, bila:
a. DJJ >160/menit atau <100/menit.
b. DJJ tidak teratur.
c. Keluar mekonium kental pada awal persalinan.
Pengelolaan
- Cara pemantauan:
Kasus Resiko Rendah (menggunakan auskultasi teratur DJJ)
Setiap 15 menit : pada Kala I
Setiap setelah His : pada Kala II
Kasus Resiko Tinggi (menggunakan pemantauan DJJ elektronik +
pemeriksaan pH darah janin).
- Interpretasi dan Pengelolaan:
a. Untuk memperbaiki aliran darah uterus.
miringkan ibu ke sebelah kiri (untuk memperbaiki sirkulasi plasenta).
hentikan infus oksitosin (bila sedang diberikan).
berikan infus 1L Kristaloid (untuk menghentikan hipotensi ibu)
tingkatkan kecepatan infus cairan intravaskular.
b. Beri ibu oksigen (dengan kecepatan 6-8 L/menit)
c. Perlu kehadiran seorang dokter spesialis anak.
- Biasanya resusitasi intrauterin di atas dilakukan selama 20 menit.
- Melahirkan janin dapat pervaginam atau perabdominam.
3. Perdarahan post partum
Perdarahan pascapersalinan
Perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantansi plasenta, robekan
pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab
kematian ibu.
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi
lahir.
Pada wanita hamil dengan eklampsia akan sangat peka terhadap PPP, karena
sebelumnya telah terjadi defisit cairan intravaskular dan ada penumpukan cairan
cairan ekstravaskular, sehingga perdarahn yang sedikit saja akan mempengaruhi
hemodinamika ibu dan perlu penanganan segera sebelum terjadi tanda-tanda syok.
PPP yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama
setelah bayi lahir, 68 – 73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82 – 88%
dalam dua minggu setelah bayi lahir.
Penyebabnya dibedakan atas:
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
- Hipotoni sampai atonia uteri
Akibat anestesi
Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
Partus lama
Partus presipitatus/ partus terlalu cepat
Persalinan karena induksi oksitosin
Multiparitas
Korioamnionitis
Pernah atoni sebelumnya
- Sisa plasenta
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Perdarahan karena robekan
- Episiotomi yang melebar
- Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
- Ruptura uteri
Gangguan koagulasi
- Jarang terjadi, tapi dapat memperburuh keadaan (trombofilia, sindroma
HELLP, preeklampsia, kematian janin dalam kandungan, dan emboli air
ketuban)
PPP primer 24 jam pertama atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian
plasenta (inversio uteri : jarang)
PPP sekunder setelah 24 jam sisa plasenta
1. Atonia uteri
: keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim uterus tidak mampu menutup
perdarahan
Pencegahan:
Melakukan manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
PPP
Pemberian misoprostol per-oral 2 – 3 tablet 400 – 600 µg) segera setelah bayi
lahir
Faktor predisposisi:
Regangan rahim yang berlebihan (anak terlalu besar, polihidramnion,
kehamilan gemeli)
Kelelahan karena persalinan lama
Kehamilan grande-multipara
Ibu dengan keadaan umumnya yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun
Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
Infeksi intrauterin (korioamnionitis)
Ada riwayat pernah atoni uteri sebelumnya
2. Robekan jalan lahir
Persalinan dengan trauma
Penyebab:
Episiotomi
Robekan spontan perineum
Trauma forseps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi
Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan
periuneum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis (sfingter ani
terputus), robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar
klitoris dan uretra dan bahkan, yang terberat ruptura uteri. Setiap persalinan
hendaknya dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari kemungkinan adanya
robekan ini.
3. Retensio plasenta
: Plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
Disebabkan oleh: adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus
Plasenta akreta: implantasi menembus desidua basalis dan Nitabuch layer.
Plasenta inkreta: plasenta sampai menembus miometrium
Plasenta perkreta: bila vili korialis sampai menembus perimetrium
Faktor predisposisi plasenta akreta: bila ada plasenta previa, bekas seksio sesarea,
pernah kuret berulang, dan multiparitas.
4. Inversi uterus
: keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. Faktor
yang memungkinkan hal ini terjadi: adanya atonia uteri, serviks yang masih
terluka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah.
Tanda-tanda:
Syok karena kesakitan
Perdarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih
melekat
Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup
lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami
iskemia, nekrosis, dan infeksi.
5. Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
Dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat
pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.
Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan
perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan,
perdarahan dari gusi, rongga hidung dan lain-lain.
Pencegahan:
Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis, anemia, dll.
Mengenali faktor predisposisi (multiparitas, anak besar, hamil kembar,
hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya)
Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit rujukan
Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalianan dukun
Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
4. Patologi nifas dan laktasi
Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan setiap
infeksi bakteri di traktus genitalia setelah persalinan. Infeksi panggul merupakan
penyulit paling serius pada masa nifas. Infeksi panggul, preeklamsia, dan perdarahan
obstetri merupakan trias letal penyebab kematian ibu selama beberapa dekade pada
abad ini.
Demam Nifas
Adanya demam setelah melahirkan merupakan indeks yang cukup dapat
diandalkan untuk menunjukkan insiden infeksi panggul.
Diagnosis Banding Demam
Apabila setelah melahirkan suhu tubuh menetap pada 38°C atau lebih, wanita
yang bersangkutan harus dievaluasi terhadap kemungkinan infeksi nifas serta kausa
demam di luar panggul. Sebagian besar demam yang menetap setelah melahirkan
disebabkan oleh infeksi traktus genitalia. Perlu ditekankan bahwa demam tinggi 39°C
atau lebih yang timbul pada 24 jam pertama setelah melahirkan mungkin disebabkan
oleh infeksi panggul yang sangat virulen oleh Streptococcus grup A atau grup B.
Pembengkakan Payudara
Keadaan ini sering menyebabkan peningkatan suhu sesaat. Sekitar 15%
wanita postpartum mengalami demam akibat pembengkakan payudara, yang jarang
melebihi 39°C dalam beberapa hari pertama postpartum. Demam biasanya
berlangsung tidak lebih dari 24jam. Sebaliknya demam pada mastitis bakterialis
timbul belakangan dan biasanya menetap. Penyakit ini disertai oleh gejala dan tanda
lain infeksi payudara yang menjadi jelas dalam 24 jam.
Pielonefritis
Infeksi ginjal akut mungkin sulit dibedakan dari infeksi panggul. Pada kasus
tipikal, bakteriuria, piuria, nyeri ketok sudut kostovertebra, dan suhu yang tinggi jelas
menunjukkan infeksi ginjal, namun gambaran klinis dapat bervariasi.
Gejala-gejala yang terjadi pada penderita demam nifas :
Mula-mula badan terasa dingin.
Denyut nadi agak keras.
Suhu badan naik dan demam berlangsung terus sesudah sepekan bersalin.
Perut disebelah bawah terasa sakit kalau tertekan.
Kepala terasa pening dan sakit.
Cara terjadinya infeksi:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alt – alt yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.
2. Droplet infection
Sarung tangan atau alat – alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari
hidung atau tenggorokan penolong.
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa aliran
udara kemana-mana.
4. Coitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama,
apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan
dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis
dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasa
menjadi keruh dan bau.
Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas ialah :
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan
banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung, dan
sebagainya.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
PATOLOGI MENYUSUI
Masalah menyusu pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa
nifas(Krisnadi, 2005). Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang
bulansehingga pada waktunya pada memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat
melancarkan pengeluaran ASI dilakukan persiapan sejak awal hamil dengan
melakukan masase, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak
tersumbat. Puting susu saat mandi perlu ditarik-tarik sehingga menonjol untuk
memudahkan mengisap ASI (Manuaba, 1998). Berbagai variasi puting susu dapat
terjadi diantaranya terlalu kecil, puting susu mendatar dan puting susu masuk ke
dalam. Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti tidak keluar sama sekali
(agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia), terlalu banyak (poligolaksia), dan pengeluaran
berkepanjangan (galaktorea) (Manuaba, 1998).
1. Payudara bengkak (Engorgement) Bendungan payudara adalah peningkatan
aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk
laktasi (Prawirohardjo, 2006). Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri.
Terjadi pada hari ketiga atau keempat pasca persalinan. Disebabkan oleh
bendungan vena dan pembuluh getah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa
ASI mulai banyak disekresi, namun pengeluaran belum lancar. Bila karena
nyeri ibu tidak mau menyusui, keadaan ini akan berlanjut. ASI yang disekresi
akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang, gelanggang susu
menonjol, dan puting menjadi lebih datar. Bayi menjadi lebih sulit menyusu
(Krisnadi 2005). Pencegahan dan penanganannya dalam Krisnadi (2005)
dijelaskan sebagai berikut:
Pencegahan:
a. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan
b. Susui bayi tanpa dijadwal
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
d. Perawatan payudara pasca persalinan
Penanganan :
a. Kompres hangat agar payudara menjadi lebih lembek
b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui sehingga puting lebih mudah
ditangkapdan diisap oleh bayi
c. Sesudah bayi kenyang, keluarkan sisa ASI
d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.
Untuk mengurangi stasis di vena dan pembuluh getah bening, lakukan
pengurutan(masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah korpus.
2. Kelainan putting
Kelainan puting ditemukan lebih dini pada saat pemeriksaan kehamilan agar
segera dapat dikoreksi sebelum menyusui. Kelainan puting yang dapat
mengganggu proses menyusui adalah puting susu datar dan puting susu
tenggelam (inverted). Penanggulangan puting datar dan tenggelam dapat
diperbaiki dengan perasan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari
telunjuk atau ibu jari di daerahgelanggang susu, kemudian dilakukan urutan
menuju ke arah berlawanan. Pada trueinverted nipple perasat Hoffman tidak
dapat memperbaiki keadaan, harus dilakukan tindakan operatif. Pada keadaan
ini, ASI harus dikeluarkan secara manual atau dengan pompa susu dan
diberikan pada bayi dengan sendok, gelas atau pipet(Krisnadi, 2005).
3. Puting nyeri (sore nipple) dan Puting lecet (cracked nipple)
Puting susu nyeri terjadi karena posis bayi saat menyusui salah, karena
puting tidak masuk ke dalam mulut bayi sampai gelanggang susu sehingga
bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Tekanan terus-menerus hanya
pada tempat tertentu akan menimbulkan puting nyeri waktu diisap, meskipun
kulitnya masih utuh (Krisnadi,2005). Penyebab lain yang dapat menimbulkan
puting nyeri adalah penggunaan sabun,cairan, krim, alcohol untuk
membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi. Iritasipada puting susu
juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan lidahnya
menggeser ke puting. Puting akan nyeri bila terus disusukan lama-lama dan
akan menjjadi lecet atau luka (Krisnadi, 2005). Penanggulangannya adalah
dengan memberikan teknik menyusui yang benar,khususnya letak puting
dalam mulut bayi, yaitu:
a.Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampak
b.Puting diatas lidah bayi
c.Areola di antara gusi atas dan bawah
4. Saluran susu tersumbat (Obstructive Duct) Sumbatan pada saluran susu
disebabkan oleh tekanan yang terus-menerus. Tekanan dapat berasal dari
pemakaian bra yang terlalu ketat, tekanan jari pada tempat yang sama setiap
menyusui, atau kelanjutan dari payudara bengkak. Pencegahan dapat
dilakukan dengan memakai bra dengan ukuran memadai dan menopang
payudara dengan baik, pengurutan payudara yang teratur dan dengan teknik
menyusui yang baik (Krisnadi, 2005). Pengobatan dapat dilakukan dengan
memberikan kompres hangat sebelum menyusui, pengurutan payudara,
mengeluarkan sisa ASI setelah menyusui dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa sakit. Saluran susu yang tersumbat bila tidak
ditangani sebagaimana mestinya dapat menjadi mastitis (radang payudara)
(Krisnadi, 2005).
5. Radang payudara (Mastitis)
Proses infeksi pada payudara menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruh
payudara, merah dan nyeri. Peradangan mengenai stroma payudara yang
terdiri dari jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, dan getah bening. Biasanya
terjadi pada minggu kedua, ibu merasa demam umum seperti influenza
(Krisnadi, 2005). Biasanya didahului oleh puting lecet, payudara bengkak atau
sumbatan saluran susu. Ibu dengan anemi, gizi buruk, kelelahan dan stress
juga merupakan factor predisposisi. Penanggulangannya adalah sebagai
berikut:
a. Ibu harus terus menyusui agar payudara penuh
b. Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak
c. Memperbaiki posisi menyusui, terutama bila terdapat putting lecet
d. Istirahat cukup, makanan yang bergizi
e. Minum sekitar 2 liter per hari
f. Antibiotic
g. Analgesic. Dalam Prawirohardjo (2006), penanganan untuk ibu yang
menyusui bayinya dan tidak menyusui dibedakan.
Bila ibu menyusui bayinya:
a. Susukan sesering mungkin
b. Kedua payudara disusukan
c. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
e. Sangga payudara
f. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
g. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
h. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasil
Bila ibu tidak menyusui bayinya:
a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit
c. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral selama 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
6. Abses payudara
Berbeda dengan mastitis, pada abses payudara :
a. Infeksi mengenai jaringan parenkim dan besar nanah
b. Payudara yang sakit tidak boleh disusukan, sedangkan payudara yang sehat
tetapdisusukan
c. Terjadi sebagai komplikasi dari mastitis
d. Pemberian antibiotic dan analgesic
e. Bila perlu lakukan insisi abses Payudara yang sakit sementara tidak
disusukan, namun ASI tetap dikeluarkan manual atau dengan pompa agar
produksi ASI tetap baik. Dalam beberapa hari dapat disusukan kembali
(Krisnadi, 2005).
5. Gangguan psikologi postpartum
Depresi Pasca Kelahiran (Post Partum Blues)
Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak
ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita
yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi
keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai
dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan
perkembangan anknya.
Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi: reaksi depresi/sedih/disforia, menagis, mudah
tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri
sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakan psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik,
maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting
dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. olah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
Depresi Post Partum
Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan
dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun
kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi
yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3
bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional
meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari
pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan
atau bahkan sampai satu tahun.
Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami
60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin,
steroid, progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Post Partum Psikosa
Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan.
Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik
lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko
tinggi untuk terkena post partum psikosa.
Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara
drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu
singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering
menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri
dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya
harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan
psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6.sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
6. Tatalaksana kelainan pasca persalinan
1. EKSTRAKSI FORSEPS
Jenis-jenis forceps :
- Forceps Simpson : daun berlubang dan tungkai lebar serta memiliki lengkung panggul yang luas.
- Forceps Tucker McLane : daunnya solid (tidak berlubang) dan tangkai nyalurus.
- Forceps Kielland : memiliki kunci luncur, lengkung panggul minimal dan beratnya ringan.
Klasifikasi pelahiran dengan forceps berdasarkan station dan rotasinya:
a. Forsepstinggi: ekstraksi persalinan dengan forceps ini sekarang sudah tidak dilakukan lagi.
b. Forceps tengah : ekstraksi persalinan dengan forceps ini sekarang sudah tidak dilakukan lagi.
c. Forceps rendah : dilakukan saat kepala janin sudah mencapai Hodge 3-4d. Forceps outlet
2. EKSTRAKSI VACUM
Keunggulan ekstraksi vacuum dibandingkan dengan forceps :
- Mengurangi resiko laserasi pada jalan lahir
- Mengurangi resiko terjadinya trauma pada jaringan lunak ibu
- Penekanan intracranial janin terja dilebih kecil pada persalinan dengan vacuum.
Pemasangan vacuum : vacuum dipasang di atas sutura sagitalis dan sekitar 3 cm di depan ubun-ubun kecil.