laporan praktikum mikologi (yeast)
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI
“Pengaruh Berbagai Macam Nutrisi Terhadap Respirasi Pada Yeast”
Oleh :
Nadhira Adelina Safitri (130210103005)
Khusnul Khotimah (130210103053)
Dewi Citrawati M. (130210103079)
Dian Ineke Damayanti (130210103085)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Rasa syukur allhamdulillah kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena
berkat petunjuk-Nya lah makalah yang berjudul “Sistem Ekskresi dan
Osmoregulasi” ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini
bertujuan utama untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi
Tumbuhan.
Selesainya tugas ini tidaklah terlepas dari adanya bimbingan, bantuan, dan
petunjuk serta saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan
masyarakat serta bermanfaat untuk calon pendidik dalam mengembangkan
evaluasi yang baik khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Jember.
Jember, 28 Oktober 2015
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Respirasi pada yeast (fermentasi) adalah respirasi yang terjadi dalam
keadaan ketersediaan oksigen bebas. Asam piruvat yang merupakan produk
glikolisis jika dalam keadaan ketiadaan oksigen bebas akan diubah menjadi
alkohol atau asam laktat. Pada manusia, kekurangan oksigen sering terjadi pada
atlet-atlet yang berlari jarah jauh dengan kencang. Atlet tersebut membutuhkan
kadar oksigen yang lebih banyak daripada yang diambil dari pernafasan. Dengan
kurangnya oksigen dalam tubuh, maka proses pembongkaran zat dilakukan
dengan cara anaerob, yang disebut dengan fermentasi. Fermentasi tidak harus
selalu dalam keadaan anaerob.
Fermentasi sudah dilakukan manusia sejak ditemukannya jamur dan
bakteri yang mampu memfermentasi. Contoh produk hasil fermentasi yaitu,
alcohol, bir, tape, dll. Tapi pada kenyataannya di lapangan, sering ditemui
produsen tape, misalnya, menggunakan ragi secara tidak wajar atau tidak sesuai
aturan. Padahal, jika terlalu berlebihan akan mngakibatkan terciptanya produk
yang tidak sesuai harapan.
Dalam hal ini kami melakukan praktikum yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jumlah ragi/fermipan/saccharomyces yang diberikan serta
apa saja yang terjadi pada saat proses fermentasi berlangsung.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a) Pengertian yeast ?
b) Fungsi dari tepung terigu?
c) Fungsi dari siklamat ?
d) Fungsi air untuk pertumbuhn jamur ?
e) Apa itu pertumbuhan jamur ?
f) Proses fermentasi dan respirasi jamur ?
g) Membandingkan hasil dari ketiga nutrisi
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Berbagai Macam Nutrisi Terhadap Respirasi Pada Yeast.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki.Mikrobia yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan
dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata
decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam
fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang
contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus
purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan
menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun
kultur campuran.
Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses
fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di
lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi
alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk
fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah
dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape
yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni.
Etanol yang merupakan salah satu produk penting dalam bidang kesehatan
dan energi jua dapat dibuat menggunakan metode fermentasi. Proses fermentasi
merupakan salah satu cara yang banyak dilakukan untuk mendapatkan etanol
dalam dunia industri dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan untuk memproduksi etanol dalam penelitian ini
adalah khamir Saccaromices cerevisiae. Efisiensi proses fermentasi dapat
ditingkatkan dengan mengamobilisasi sel mikroorganisme yang digunakan.
Amobilisasi sel bertujuan untuk membuat sel menjadi berkurang ruang geraknya,
namun dengan tetap mempertahankan aktivitas katalitiknya (Indryanti, 2013).
Proses fermentasi yang umum dijalankan adalah proses fermentasi
konvesional menggunakan sistem batch. Fermentasi ini mempunyai kendala
bahwa konsentrasi etanol yang dihasilkan sangat rendah karena produksi etanol
yang terakumulasi akan meracuni mikroorganisme pada proses fermentasi.
Akumulasi dari produk terlarut yang bersifat racun akan menurunkan secara
perlahan-lahan dan bahkan dapat menghentikan pertumbuhan serta produksi dari
mikroorganisme Proses fermentasi yang umum dijalankan adalah proses
fermentasi konvesional menggunakan sistem batch. Fermentasi ini mempunyai
kendala bahwa konsentrasi etanol yang dihasilkan sangat rendah karena produksi
etanol yang terakumulasi akan meracuni mikroorganisme pada proses fermentasi.
Akumulasi dari produk terlarut yang bersifat racun akan menurunkan secara
perlahan-lahan dan bahkan dapat menghentikan pertumbuhan serta produksi dari
mikroorganisme fermentasi, terjadi penurunan produksi etanol sebesar 20,05.
(Winarno, 1998).
Produksi asam sitrat melalui fermentasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
di antaranya kadar air, konsentrasi ion logam, dan konsentrasi vitamin dan
mineral dalam medium fermentasi Air memiliki fungsi yang sangat penting dalam
proses metabolisme organisme, diantaranya berfungsi sebagai sumber unsur
hidrogen dan oksigen yang diperlukan untuk biosintesis komponen-komponen sel,
berperan penting pada proses hidrolisis enzimatik, dan sangat berperan penting
pada proses transpor nutrien dan produk-produk metabolit melalui membran sel
(Syamsuri, 2006).
Tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur (Calsium
carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter (Dinas Pertanian, 2002).
Menurut Taherzadeh dan Karimi (2007) silulosa termasuk zat yang
menghambat aktivitas sel ragi dalam proses fermentasi. Silulosa dapat terbentuk
dari hasil hidrolisis hemiselulosa. fermentasi alkohol menggunakan molase dan
mikroba pemrosesnya adalah ragi roti (Saccharomyces cereviceae), dan
menemukan terjadi penurunan produksi etanol sebesar 20,05 % setelah lima kali
penggunaan ulang. Proses fermentasi berlangsung selama 36 jam. Temuan
tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan temuan dalam penelitian ini, sebab
dalam penelitian ini hanya bisa digunakan tiga kali pengulangan.
Yeast secara normal hidup di alam, juga berada pada permukaan dan di
dalam tubuh manusia. Seperti pada mikroorganisme yang lain bakteri dan yeast
dapat hidup pada rongga mulut yang sehat, usus dan kulit baik manusia maupun
hewan. Akan tetapi banyak juga yang berhubungan dengan penyakit pada manusia
terutama yeast yang termasuk yeast yang patogen misalnya: Candida albicans, C.
glabrata dan Cryptococcus neoformans. Sedangkan yeast yang muncul sebagai
patogen baru adalah Rhodotorula rubra, Trichosporon beigelii, dan Candida spp.
Disamping itu tentunya banyak yeast yang tidak berbahaya seperti:
Klyuveromyces marxianus, Candida catenulata, Pichia anomala, Saccharomyces
cerevisiae, Zygosaccharomyces dan Kloeckera apiculata Kehadiran yeast dalam
suatu produk makanan fermentasi misalnya: keju, mentega, yogurt, susu
fermentasi, mayonaise, sosis kering, salami dan lain-lain kebanyakan merupakan
mikroflora kontaminan yang telah banyak diteliti sebagai pemberi citarasa dan
mempercepat kematangan produk (Wyder, 1996) .
BAB 3. METODELOGI PEMBELAJARAN
I. Metodologi
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
1. Sendok
2. Baskom
3. Botol bekas
4. Balon Karet
5. Karet
6. Benang
4.1.2 Bahan
1. Air
2. Tepung
3. Vernipan
4. Gula pasir
5. Gula jawa
6. Jus anggur
I.2 Cara kerja
Mempersiapkan alat dan bahan
Mencampurkan masing-masing bahan yaitu 2 sendok vernipan, 1 sendok tepung dan jus anggur
Menambahkan air 20 ml untuk mengencerkan campuran bahan tersebut
Mengaduk hingga homogen dan menjadi suatu larutan
Memasukkan kedalam botol plastik
Menutup botol dengan balon
Mengikat balon tersebut dengan karet supaya lebih kuat
Mengukur diameter balon hingga mengembang setiap 3 jam sekali selama 24 jam
BAB 4. HASIL PENGAMATAN
a. Hasil pengamatan jus anggur
No Waktu Ukuran
1. 15.00 0 cm
2. 18.00 6,3 cm
3. 21.00 6,6 cm
4. 24.00 5,5 cm
5. 03.00 6 cm
6. 06.00 6,3 cm
7. 09.00 7,5 cm
8. 12.00 7,5 cm
9. 15.00 7,5 cm
b. Hasil pengamatan siklamat
No Waktu Ukuran
1. 15.00 0 cm
2. 18.00 5,3 cm
3. 21.00 6,0 cm
4. 24.00 4,5 cm
5. 03.00 4,5 cm
6. 06.00 5,2 cm
7. 09.00 4,5 cm
8. 12.00 4,3 cm
9. 15.00 4,2 cm
c. Hasil Pengamatan gula jagung
No Waktu Ukuran
1. 13.30 0 cm
2. 16.30 5 cm
3. 19.30 7,5 cm
4. 22.30 9 cm
5. 01.30 9 cm
6. 04.30 9 cm
7. 07.30 10 cm
8. 10.30 10 cm
9. 13.30 10 cm
BAB 5. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini penggunaan air merupakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan yeast yang kami gunakan dalam pengamatan ini. Menurut Syamsuri
(2006), air memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme
organisme, diantaranya berfungsi sebagai sumber unsur hidrogen dan oksigen
yang diperlukan untuk biosintesis komponen-komponen sel, berperan penting
pada proses hidrolisis enzimatik, dan sangat berperan penting pada proses
transpor nutrien dan produk-produk metabolit melalui membran sel.Sedangkan
tepung yang digunakan dalam pengaatan ini adalah sebagai sumber karbohidrat,
lemak dan protein (Dinas Pertanian, 2002).
Tepung terigu mengandung dua macam protein yaitu protein gluten dan
protein glutenin. Kandungan gizi dalam tepung terigu mempunyai komposisi
kadar air 13%, kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak
1,5%. Dari kandungan yang terdapat pada tepung tersbut dapat mendukung
pertumbuhan yeast yang terdapat dalam botol. Pada saat bercampur dengan air
yang berfungsi untuk menahan gas CO2 hasil fermentasi yang dihasilkan oleh
pertumbuhan yeast dalam air. Gas CO2 yang tertahan dalam kerangka jaringan
gluten dapat lolos kembali apabila kerangka gluten yang terbentuk tidak kuat.
Pemanis merupakan komponen bahan pangan yang umum, oleh karena itu
agak aneh kalau dimasukkan ke dalam daftar bahan tambahan makanan. Pemanis
yang termasuk BTM adalah pemanis pengganti gula (sukrosa). Pemanis, baik
yang alami maupun yang sintetis, merupakan senyawa yang memberikan persepsi
rasa manis tetapi tidak (atau hanya sedikit) mempunyai nilai gizi (non-nutritive
sweeteners).
Rumus kimia siklamat :
Siklamat adalah pemanis buatan yang cukup murah. Memiliki rasa manis
30-50 kali gula pasir, dan jarang meninggalkan aftertaste pahit seperti halnya
sakarin dan K-acesulfame (akan dibahas di bagian kelima). Siklamat sering
digunakan dalam kombinasi dengan pemanis buatan lainnya, terutama sakarin
(dalam campuran siklamat – sakarin dalam perbandingan 10:1). Dari segi
strukturnya, siklamat merupakan garam kalsium atau natrium dari asam
sikloheksansulfamat. Siklamat dapat disintesis dengan reaksi sulfonasi terhadap
sikloheksilamin, baik oleh asam sulfamat maupun sulfurtrioksida. Siklamat tidak
rusak jika mengalami pemanasan. Dibandingkan dengan pemanis buatan Pemanis
alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan
nabati maupun hewani. Contoh pemanis alami dapat dilihat pada gambar di
samping. Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu
jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu
merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis,
gula tebu juga bersifat mengawetkan.
Berkaitan dengan kenaikan atau tidak bertambahnya diameter balon, hal
ini disebabkan oleh efek dari Etanol sebagi hasil sampingan dari fermentasi.
Etanol dapat bersifat toksik bila kadarnya yang terlalu tinggi. Jadi di sini laju
respirasi dapat dipengaruhi oleh kadar etanol atau jumlah sel yang mati. Hal ini
juga disebabkan karena fase pertumbuhan dari mikroorganisme antara lain fase
lag organisme melakukan penyesuaian dengan lingkungannya. Fase ini akan
berlangsung cepat karena ketersediaan nutrisi masih melimpah. Selanjutnya pada
fase exponensial, pertumbuhan berjalan dua kali lebih cepat. Pada fase ini nutrisi
sangat banyak dan dapat diasimilasi. Lalu memasuki fase stasioner, disini
pertumbuhan mikroorganisme konstan. Hal ini disebabkan karena adanya
kompetisi antara jamur muda dan jamur remaja, pada fase ini pertumbuhan dan
kematian memiliki kedudukan yang seimbang. Fase yang terakhir yaitu fase
death, fase ini terjadi apabila kandungan nutrisi pada medium telah habis.pada
fase ini mikroorganisme yang bersifat racun menjadi semakin banyak. Maka dari
sini dapat diketahui bahwa pada saat diameter balon tidak mengalami
pertambahan disinilah terjadi fase death dimana kandungan nutrisi pada medium
sudah habis.
Yeast atau khamir mempunyai struktur sel lebih besar daripada bakteri
yaitu berkisar antara 5-10 mikrometer. Koloni khamir sepintas seperti koloni
bakterio tetapi biasanya koloninya tidak mengkilat dan warnanya seperti mentega.
Setiap sel yeast terdiri dari 1 nukleus dan organella-organella (Tortora, 2007).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi
senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi adalah
perombakan anaerob karbohidrat yang menghasilkan pembentukan produk
fermentasi yang stabil. Contoh produk fermentasi oleh mikroorganisme yang
dapat dimanfaatkan meliputi barang-barang seperti etil alkohol, asam laktat,
gliserol dan lain-lain. Fermentasi adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan
aerob sebagian dan merupakan suatu kegiatan penguraian bahan-bahan
karbohidrat. Fermentasi berarti disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik
yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut.
Disimilasi yaitu proses pengubahan senyawa didalam sel seperti glikogen dan
ATP menjadi senyawa yang tingkat energinya lebih rendah sedemikian rupa
sehingga energi dibebaskan dalam proses ini. Disimilasi berlangsung di dalam sel
dan produk-produknya dikeluarkan ke media sekitarnya. Disimilasi terutama
menghasilkan senyawa organik, senyawa anorganik dan beberapa unsur,
contohnya karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto, hidrokarbon, asam amino
dan amina, sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur karbon, belerang dan lain-lain.
Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi perubahan-
perubahan atau reaksi-reksi kimia dengan pertolongan jasad renik penyebab
fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai dengan
pertumbuhannya. Akibat terjadinya fermentasi sebagian atau seluruhnya akan
berubah menjadi alkohol setelah beberapa waktu lamanya. Pati yang terkandung
dalam garut dapat diubah menjadi alkohol, melalui proses biologi dan kimia
(biokimia).
Fermentasi oleh yeast, misalnya dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan
CO2.
Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu menghasilkan
fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
mendapatkan keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang mereka ubah itu
berbeda-beda. Orang membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi
dan laktalisasi. Setiap molekul glukosa yang didegradasi menjadi karbon dioksida
dan air melalui respirasi, sel membuat sekitar 38 molekul ATP, masing-masing
dengan 7,3 kkal/mol energi bebas. Pada Fermentasi alkohol, piruvat diubah
menjadi etanol dalam dua langkah. Langkah pertama menghidrolisis piruvat
dengan molekul air sehingga melepaskan karbondioksida dari piruvat dan
mengubahnya menjadi asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua,
asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi
pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis.
Reaksi penguraian glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi melalui tiga
tahap, yaitu glikolisis, daur Krebs, dan transpor elektron respirasi. Glikolisis
merupakan peristiwa perubahan glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat, 2
molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi dan 2
molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau
daur asam sitrat merupakan penguraian asam piruvat secara aerob menjadi CO2
dan H2O serta energi kimia. Reaksi ini terjadi disertai dengan rantai transportasi
elektron respiratori. Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang
ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan. Laju respirasi dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu : ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen, suhu, tipe dan
umur tumbuhan. Ketika ketersediaan substrat tinggi, maka laju respirasi
meningkat. Ketika suhu meningkat, maka laju respirasi meningkat. Laju respirasi
pada tumbuhan 1 dan yang lainnya berbeda tergantung jenis dan umur tumbuhan
tersebut.
Dalam proses fermentasi terjadi proses pembebasan energy tanpa adanya
oksigen, yang menggunakan mikroorganisme yang akan merombak dan
mengahsilkan suatu reaksi yang dapat memberikan tekanan .Pada pengamtan ini
terdapat pereaksi yaitu fermipan dan yang akan direaksikan adalah larutan gula
merah yang kemudian menghaislkan karbondioksida dan energy.Jadi pada
percobaain ini terjadi proses fermentasi yang menghasilkan energy dan
karbondioksida karena memiliki komponen lengkap untuk proses fermentasi
yang terbukti dengan mengembanya balon.
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun
malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup
memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Pada
proses respirasi anaerob hidrogen bergabung dengan prodak asam piruvat
membentuk alkohol. Dalam fermentasi, satu molekul glukosa hanya dapat
menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul
glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.
Untuk percobaan kali ini kami menggunakan percobaan terhadap respirasi
yeast atau fernipan dengan perlakukan yang berbeda nutrisi terutama gula.
Pertama untuk hasil respirasi pada gula jagung, terlihat respirasi terjadi semakin
lama semakin besar hingga pengamatan akhir tetap besar. Dari besarnya diameter
terebut juga terlihat proses respirasi yang banyak. Sedangkan pengamatan pada
buah anggur yang kaya akan kandungan nutrisi seperti serat, vitamin dan juga
beberapa nutrisi penting lainnya. Selain itu, buah anggur juga memiliki
kandungan kadar gula yang tinggi. Hal ini juga karena dalam setiap 3 ons buah
anggur terkandung 15 gram karbohidrat. Dalam hasil pengamatan dapat terlihat
bahwa proses respirasi yeast terhadap nutrisi anggur dari awal pengamatan terlihat
rdiameter besar, agak kecil dan besar lagi, namun tidak sebaik respirasi yang
dilakukan oleh yeast yang ada pada gula jagung. Namun jika dibandingkan
dengan dasar teori yang ada, bahwa anggur adalah media fermentasi yang baik
yang dapat menghasilkan alcohol yang cepat dan banyak.
Untuk perlakuan yang terakhir adalah respirasi dengan gula buatan yaitu
siklamat. Siklamat adalah pemanis buatan yang masih populer di Indonesia.
Pemanis buatan ini merupakan garam natrium dari asam siklamat. Siklamat
menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan (tidak ada after taste-nya). Sifat
siklamat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali
gula. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada tiga jam pertama diameter
balon masih agak kecil kemudian semakin lama besar dan kemudian kecil
kembali. Dari sini dapat jika melihat dari proses respirasi yeast paling baik dengan
prlakukan gula jagung.
Factor fermentasi bukan hanya dipengaruhi oleh jenis gula (nutrisi) yang
berbeda, tetapi banyak juga factor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. pH
PH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal,
maksimal, dan optimal untuk pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal
untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4,0 sampai 4,5. Pada pH 3,0
atau lebih rendah lagi fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat.
2. Oksigen
Derajat aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam
pengendalian fermentasi. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka
produksi sel-sel khamir dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki,
maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir
dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2
substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum.
3. Substrat
Proses fermentasi mikroba memerlukan substrat yang mengandung
nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhannya. Fermentasi
adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan
pangan itu sendiri. Perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi
mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan
kegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan
tersebut. Pertumbuhan mikroba pada media tumbuhnya ditandai dengan
peningkatan jumlah massa sel. Berdasarkan laju pertumbuhan,
pertumbuhan mikroba dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase
pertumbuhan lambat (Log Phase), fase pertumbuhan ekponensial dan fase
pertumbuhan stasioner.
4. Suhu (Temperatur)
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan
minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar
antara 25-30 oC dan temperatur maksimal antara 35-47 oC. Beberapa jenis
yeast dapat hidup pada suhu 0 oC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur mempunyai efek
yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi
produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan menonaktifkan
yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
Pengamatan pada pengaruh nutrisi dengan gula siklamat ini dimulai pukul
15.00. pada fase awal diameter balon tentu saja masih belum dapat di ukur atau 0.
Pada 3 jam selanjutnya yaitu pukul 18.00 diketahui diameter balon sebesar 5,3 cm
dimana interval antara diameter awal dan diameter kedua sebesar 5,3 cm. Pada 3
jam kedua yaitu pukul 21.00 diketahui diameter balon sebesar 6,0 cm dan interval
antara diameter dapus kedua dan ketiga sebesar 0,7 cm. Pada pukul 24.00
diketahui diameter balon sebesar 4,5 cm dengan interval 1,5 cm lebih kecil. Pada
pukul 03.00 diketahui diameter balon sebesar 4,5 cm tanpa interval karena
diameter balon masih sama dengan sebelumnya. Pada pukul 06.00 diketahui
diameter balon 5,2 cm dengan interval 0,7 bertambah. Pada pukul 09.00 diketahui
diameter balon 4,5 cm dengan interval 0,7 berkurang. Pada pukul 12.00 diketahui
diameter balon 4,3 cm dengan interval 0,2 berkurang. Pada pukul 15.00 diketahui
diameter balon 4,2 cm dengan interval 0,1 berkurang. Pada pengamatan ini, juga
terjadi fluktuasi diameter balon dimana antara kenaikan maupun penurunan
diameter tidak terdapat perbedaan secara signifikan.
Pada pengamatan faktor nutrisi menggunakan jus anggur dimulai pukul
15.00. pada fase awal diameter balon tentu saja masih belum dapat di ukur atau 0.
Pada 3 jam selanjutnya yaitu pukul 18.00 diketahui diameter balon sebesar 6,3 cm
dimana interval antara diameter awal dan diameter kedua sebesar 6,3 cm. Pada 3
jam kedua yaitu pukul 21.00 diketahui diameter balon sebesar 6,6 cm dan interval
antara diameter dapus kedua dan ketiga sebesar 0,3 cm. Pada pukul 24.00
diketahui diameter balon sebesar 5,5 cm dengan interval 1,1 cm lebih kecil. Pada
pukul 03.00 diketahui diameter balon sebesar 6 cm dengan interval 0,4 cm
bertambah. Pada pukul 06.00 diketahui diameter balon 6,3 cm dengan interval 0,3
bertambah. Pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00 diketahui diameter balon konstan
yakni sebesar 7,5 cm. Sehingga dari tabel pengaruh nutrisi jus anggur diketahui
diameter balon mengalami fluktuasi dan penurunan sangat tampak pada tengah
malam yakni pukul 24.00.
Pengamatan pada pengaruh nutrisi dengan gula siklamat ini dimulai pukul
13.30. pada fase awal diameter balon tentu saja masih belum dapat di ukur atau 0.
Pada 3 jam selanjutnya yaitu pukul 16.30 diketahui diameter balon sebesar 18 cm
dimana interval antara diameter awal dan diameter kedua sebesar 18 cm. Pada 3
jam kedua yaitu pukul 19.30 diketahui diameter balon sebesar 22 cm dan interval
antara diameter dapus kedua dan ketiga sebesar 4 cm. Pada pukul 22.30 diketahui
diameter balon sebesar 24 cm dengan interval 2 cm. Pada pukul 01.30 diketahui
diameter balon sebesar 27 cm dengan interval 3 cm. Pada pukul 04.30 diketahui
diameter balon 31 cm dengan interval 4 cm. Pada pukul 07.30 diketahui diameter
balon 31,5 cm dengan interval 0,5. Pada pukul 10.30 diketahui diameter balon 33
cm dengan interval 1,5 cm. Pada pukul 13.30 diketahui diameter balon 34 cm
dengan interval 1. Pada pengamatan ini, terjadi kenaikan diameter balon sehingga
semakin lama maka diameter balon akan semakin besar.
Di antara ketiga faktor nutrisi yakni dengan jus anggur, gula siklamat, dan
gula jagung didapatkan hasil yang bervariasi dimana urutan diameter terbesar
dimulai dari gula jagung, kemudian jus anggur, dan yang terakhir adalah gula
siklamat. Penyebab adanya perbedaan tersebut karena masing-masing struktur
kimia dari ketiga bahan yang berbeda. Gula jagung dan anggur merupakan gula
alami yang memiliki struktur kimia yang sederhana sehingga lebih mudah di
sederhanakan. Gula yang strukturnya sederhana akan lebih mudah di serap oleh
jamur untuk metabolisme jamur. Sedangkan siklamat mengandung gula sintetik
dimana siklamat memiliki struktur kimia kompleks sehingga susah di
sederhanakan dan susah untuk diserap jamur. Hal ini sesuai dengan yang di
jelaskan Seswati (2013) yaitu penyederhanaan senyawa komplek memudahkan
jamur dalam penyerapan nutrisi yang dibutuhkan. Penyederhanaan senyawa-
senyawa kompleks seperti glukosa dalam bentuk polisakarida diubah menjadi
disakarida, dan monosakarida.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian. 2002. Luas Tambah Serangan Organisme. Penganggu Tanamandan Bencana Alam di Kabupaten Klaten Tahun 2007. Klaten: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Indriany, Dewi. dkk. 2013. Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays Untuk Produksi Bioetanol Menggunakan Sel Ragi Amobil SecaraBerulang. Online Jurnal of Natural Science. Vol 2 No. 3. ISSN: 2338-0950. Universitas Tadulako
Syamsuri. 2006. Pengaruh Kadar Ar Substrat dan Konsentrasi Dedak Padi pada Produksi Asam Sitrat dari Ampas Tapioka Menggunakan Aspergillus niger. ISSN: 979-9783-0- 3
Seswati.2013.Pengaruh Pengaturan Keasaman Media Serbuk Gergaji Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Cokelat (Pleurotus Cystidiosus O.K. MILLER.). Jurnal Biologi Universitas Andalas, Vol 2(1). Diakses 27 Oktober 2015
Tortora. 2007. Principles of Anatomy And Physioliogy. Asia: Wiley
Taherzadeh, M.J. dan Karimi, K. 2007. Acid-Based Hydrolysis Processes For
Ethanol From Lignosellulosic Materials:A Review. BioResource. 2,
707-738
Winarno, F.G., 1998. Bahan Pangan Terfermentasi. Fateta. Bogor: IPB