laporan praktikum cryptogamae ke 2 3

15
Laporan Praktikum Cryptogamae Ke-2 dan Ke-3, Kelompok 4 MENGHITUNG JUMLAH SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp.dan PENGUKURAN KADAR KLOROFIL MIKOMIKROALGA Muhammad Dzaky Alfawwaz 1 , Rizal Maulana Hasbi, M.Si. 2 , Devra Ardhitya Trisandy 3 (Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung) Email : [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRAK Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang sangat konvensional yang berukuran kecil, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut yang memiliki jumlah yang banyak. Maka praktikan melakukan praktikum menghitung jumlah sel mikroalga Nannochloropsis sp. dan pengukuran kadar klorofil mikroalga. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur tubuh Nannochloropsis sp. serta pengaruh media terhadap jumlah selnya dan mengetahui serta pengaruh media terhadap kandungan klorofilnya. Prosedur kerja penghitungan jumlah sel mikroalga dilakukan dengan mengkultur mikroalga Nannochloropsis sp. pada medium f/2 Guilards dengan 3 perlakuan yang berbeda pada intensitas pencahayaan dan aerasi dan menghitung selnya dengan haemacytometer dibawah mikroskop perbesaran 10’x40”. Pengukuran kadar klorofil dilakukan dengan cara mensentrifugasi kultur lalu menambahkan aseton 90 % dan kembali disentrifugasi lalu mengukur kadar klorofil menggunakan spektrofmeter pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm. Dari hasil pengamatan maka ditemukan jumlah sel mikrolaga Nannochloropsis sp. dengan perlakuan 24 jam lebih banyak daripada perlakuan 12 jam maupun kontrol. Lalu kandungan klorofil pada Nannochloropsis sp. dengan perlakuan 24 jam lebih besar daripada perlakuan 12 jam maupun kontrol. Kata Kunci : Jumlah sel, Kandungan Klorofil, Nannochloropsis sp. 1. Pendahuluan Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang lebih dikenal dengan fitoplankton (mikroalga laut bersel tunggal). Organisme ini dapat melakukan fotosintesis dan hidup dari nutrient anorganik serta menghasilkan zat-zat organic dari CO 2 oleh fotosintesis. Mikroalga mempunyai zat warna hijau daun (pigmen) klorofil yang berperan pada proses fotosintesis dengan 1

Upload: dzakyal-fawwaz

Post on 03-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

jumlah sel mikroalga dan kandungan klorofilnya

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

Laporan Praktikum Cryptogamae Ke-2 dan Ke-3, Kelompok 4

MENGHITUNG JUMLAH SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp.dan PENGUKURAN KADAR KLOROFIL MIKOMIKROALGA

Muhammad Dzaky Alfawwaz1, Rizal Maulana Hasbi, M.Si.2, Devra Ardhitya Trisandy3

(Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung)Email : [email protected] 1 , [email protected], [email protected] 3

ABSTRAK

Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang sangat konvensional yang berukuran kecil, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut yang memiliki jumlah yang banyak. Maka praktikan melakukan praktikum menghitung jumlah sel mikroalga Nannochloropsis sp. dan pengukuran kadar klorofil mikroalga. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur tubuh Nannochloropsis sp. serta pengaruh media terhadap jumlah selnya dan mengetahui serta pengaruh media terhadap kandungan klorofilnya. Prosedur kerja penghitungan jumlah sel mikroalga dilakukan dengan mengkultur mikroalga Nannochloropsis sp. pada medium f/2 Guilards dengan 3 perlakuan yang berbeda pada intensitas pencahayaan dan aerasi dan menghitung selnya dengan haemacytometer dibawah mikroskop perbesaran 10’x40”. Pengukuran kadar klorofil dilakukan dengan cara mensentrifugasi kultur lalu menambahkan aseton 90 % dan kembali disentrifugasi lalu mengukur kadar klorofil menggunakan spektrofmeter pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm. Dari hasil pengamatan maka ditemukan jumlah sel mikrolaga Nannochloropsis sp. dengan perlakuan 24 jam lebih banyak daripada perlakuan 12 jam maupun kontrol. Lalu kandungan klorofil pada Nannochloropsis sp. dengan perlakuan 24 jam lebih besar daripada perlakuan 12 jam maupun kontrol.

Kata Kunci : Jumlah sel, Kandungan Klorofil, Nannochloropsis sp.

1. Pendahuluan

Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang lebih dikenal dengan fitoplankton (mikroalga laut bersel tunggal). Organisme ini dapat melakukan fotosintesis dan hidup dari nutrient anorganik serta menghasilkan zat-zat organic dari CO2 oleh fotosintesis. Mikroalga mempunyai zat warna hijau daun (pigmen) klorofil yang berperan pada proses fotosintesis dengan bantuan H2O, CO dan sinar matahari untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk biosintesis sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak atau berpindah dan reproduksi (Pranayogi, 2003).

Mikroalga renik atau mikroalga merupakan bagian dari fitoplankton yang berguna sebagai sumber makanan yang penting bagi organisme-organisme pada air lainnya. Mikroalga dapat menghasilkan

oksigen dari hasil fotosintesisnya dan oksigen ini dimanfaatkan oleh organisme perairan lainnya untuk proses respirasi aerob. Mikroalga mengandung klorofil serta pigmen-pigmen lain untuk melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam, dan dijumpai hampir di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari. Sebagian besar pada mikroalga berukuran mikroskopis dan banyak yang hidup di air tawar (Pelczar dan Chan, 2008).

Mikroalga baru tumbuh kurang lebih 2 atau 3 rninggu setelah pemberian medium namun masih berupa spora mikroalga Pengamatan sampel rnikromikroalga yang telah tumbuh tersebut dilakukan setiap hari. Setelah kurang lebih 3 bulan sampel mikroalga baru dapat diidentifikasi karena pada tahap

1

Page 2: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

ini sel vegetatif masing-masing rnikromikroalga sudah benar-benar terbentuk sehingga sudah dapat dibedakan satu sama lain dan memudahkan identifikasi (Sari, 2011).

Media yang umum digunakan untuk kultur mikroalga adalah media sintetik dan alami. Media sintetik terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan jumlahnya telah ditentukan. Medium Basal Bold (MBB) merupakan media sintetik yang umum digunakan dalam kultur mikroalga Chlorophyta sp. Sedangkan media alami dibuat dari bahan-bahan alami, seperti air kelapa. Media alami juga dapat diperoleh dari limbah pembuatan produk tertentu, seperti limbah pengolahan produk kacang kedelai, limbah minuman teh, limbah cair tahu dan tapioka (Crismadha dan Nofdianto, 1994).

Nannochloropsis sp bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas optimum untuk pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal. Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux. Nannochloropsis sp lebih dikenal dengan nama Chlorela laut dikultur untuk pakan barchionus plicatilis atau Rotifer karena mengandung Vitamin B12 dan Eicosapentaenoic acid (EPA) sebesar 30,5 % dan totral kandungan omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, serta mengandung protein 57,02 % . Vitamin B12 sangat penting untuk populasi rotifer dan EPA penting untuk nilai nutrisinya sebagai pakan larva dan juvenile ikan laut (Sartika, dkk, 2014).

Pertumbuhan sel Nannochloropsis sangat dipengaruhi oleh tiga komponen penting untuk tumbuh yaitu cahaya, karbondioksida dan nutrient yang ada. Nannochloropsis adalah salah satu

tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi cahaya dan CO2 untuk keperluan fotosintesis (Diharmi, 2001).

Pengukuran kadar klorofil dilakukan pada hari pertama (t0) dan hari terakhir (t10). Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sebanyak 10 ml sampel kultur disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dibuang sedangkan endapannya diambil. Endapan biomassa sel mikroalga ditambahi aseton 90% sehingga volume akhir menjadi 10 ml lalu dimasukkan kedalamnya beberapa butir glass bead. Penggunaan glass bead bertujuan untuk memecah dinding sel mikroalga. Suspensi tersebut kemudian divorteks selama 20 menit dan disentrifugasi kembali. Supernatan kemudian diambil untuk diperiksa menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm, sedangkan endapannya dibuang. Nilai absorbansi yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam rumus penghitungan kadar klorofil berdasarkan Meeks (Meeks, 1974).

2. Metode

2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah rak kultur, botol kultur, selang, aerator, lampu TL 40 watt, Haemacytometer, lux meter, mikroskop, pipet tetes, spektrofotometer, centrifuge, gelas ukur, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan selama praktikum adalah isolat Nannochloropsis sp., larutan f/2 guilards, aseton 90 %, dan glass bead.

2

Page 3: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

Nannochloropsis sp.

2.2. Prosedur Kerja

Perhitungan jumlah sel mikroalga Nannochloropsis sp. dilakukan dengan pertama dibuatnya media kultur f/2 Guiladrs 500 ml untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp., lalu media kultur tersebut disterilkan dalam autoklaf suhu 120oC selama 15 menit, lalu diteteskan vitamin penunjang untuk media kultur. Setelah media kultur diinkubasi selama 1 minggu kultur isolate Nannochloropsis sp diinokulasikan pada media. Selanjutnya isolate Nannochloropsis sp dikultur selama 1 minggu dengan 3 perlakuan yang berbeda, yaitu diberi pencahayaan lampu TL penuh 24 jam dengan aerator, diberi pencahayaan lampu TL penuh 12 jam dengan aerator, dan tanpa pencahayaan lampu TLdan aerator atau disebut kontrol. Terakhir dihitung pertambahan jumlah selnya setiap hari menggunakan haemacytometer dibawah mikroskop lalu digambarkan grafik pertumbuhannya. Rumus perhitungan jumlah sel mikroalga adalah sebagaimana berikut.

Pengukuran kadar klorofil mikroalga dilakukan dengan pertama-tama 10 ml kultur mikroalga diambil dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Lalu dibuang supernatannya dan diambil endapannya. Selanjutnya dimasukkan aseton 90 % serta glass bead lalu dikocok selama 20 menit.

Lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan dan waktu yang sama. Selanjutnya supernatant diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm. Terakhir dihitung kadar klorofil tersebut dengan menggunakan rumus Arnon (1979) sebagaimana berikut.

3. Hasil dan Pembahasan

Setelah dilakukannya praktikum mengenai menghitung jumlah sel mikroalga jenis Nannochloropsis sp. dan pengukuran kadar klorofil mikomikroalga didapatkan hasil pengamatan berupa gambar pada mikroskop yang dan data perhitungan dari rumus sebagaimana yang tertera pada tabel berikut.

Gambar Hasil Pengamatan

Sumber : (Dokumen Pribadi, 2015)

3

N = n5

× 25× 104

Keterangan :N = Jumlal total sel mikroalgan = Jumlah sel mikroalga yang

didapatkan dari 5 kotak di haemacytometer

Klorofil a = (12,7 × A663) – (27 × A645)Klorofil b = (22.9 × A645) – (4,7 × A663)Klorofil Total = (20,2 × A663) + (8 × A645)

Keterangan :A663 = Nilai supernatant pada panjang

gelombang 663 nmA645 = Nilai supernatant pada panjang

gelombang 645 nm

Page 4: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

Nannochloropsis sp.

Nannochloropsis sp.

Nannochloropsis sp.

Tabel 3.5. Jumlah klorofil Nannochloropsis sp. (mg/l)

10’ x 40’Tabel 3.1. Gambar Hasil Pengamatan

Gambar literatur

Sumber : (Nur, dkk, 2014)Tabel 3.2. Gambar Literatur

Gambar Hasil Pengamatan

Sumber : (Dokumen Pribadi, 2015)10’ x 40’

Tabel 3.3. Hasil Kultur Nannochloropsis sp.

Gambar literatur

Sumber : (Nur, dkk, 2014)Tabel 3.4. Literatur Kultur Nannochloropsis sp.

HariPerlakuan

Kontrol 12 jam 24 Jam1 900.000 1.500.000 1.750.0002 1.100.000 2.200.000 2.000.0003 1.850.000 4.250.000 2.250.0004 2.200.000 4.500.000 3.950.0005 2.400.000 6.950.000 4.200.0006 2.900.000 5.500.000 5.300.0007 2.350.000 4.150.000 6.550.000Tabel 3.4. Jumlah sel Nannochloropsis sp.(sel/ml)

PerlakuanNilai Klorofil

a b totalKontrol -0,42 0,1 -0,212 jam 1,14 1,63 1,724 jam 2,56 4,85 4,55

Nannochloropsis sp. adalah mikroalga fitoplankton berukuran 2-4 μm, berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil. Merupakan pakan yang populer untuk rotifer, artemia, dan pada umumnya merupakan organisme filter feeder (penyaring) Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Hoek et al., 1998 sebagai berikut : Kingdom : Eukaryotes Divisi : Heterokontophyta Kelas : Eustigmatophyceae Genus : Nannochloropsis Spesies : Nannochloropsis sp.

Fitoplankton ini berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau. Nannochloropsis sp memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Nannochloropsis sp bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas optimum untuk pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-30oC merupakan kisaran suhu yang optimal Fitoplankton ini dapat tumbuh

4

Page 5: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

baik pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux.

Seperti yang diutarakan Agatha, dkk (2014) bahwa sel Nannochloropsis sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Nannochloropsis sp. dapat berfototosintesis karena memiki klorofil. Ciri khas dari Nannochloropsis sp. adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa. Nannochloropsis sp. dapat hidup pada suhu 25o-30o C tetapi masih dapat bertahan hidup pada suhu 40oC namun pertumbuhannya tidak normal sedangkan pada rentang salinitas 35 ‰. Selain itu fitoplankton ini dengan pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 1.000–10.000 lux.

Menurut Hoek et all (1998) bahwa Nannochloropsis sp. berbentuk bulat memanjang dengan diameter sel berkisar 2-4 μm dan dapat melakukan fotosintesis karena memiliki klorofil a yang terdapat di kloroplas. Tiap satu sel Nannochloropsis sp. hanya memiliki satu kloroplas yang mengandung pirenoid.

Pertumbuhan pada mikroalga terbagi menjadi 5 fase, yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase deklinasi, fase stasioner, dan fase kematian. Fase adaptasi adalah fase mikroalga beradaptasi dengan lingkungan barunya. Fase eskponensial adalah fase pertumbuhan mikroalga secara pesat. Fase deklinasi adalah fase penurunan pertumbuhan mikroalga secara perlahan. Fase stationer adalah fase dimana angka kelahiran mikroalga baru sama dengan angka kematiannya. Dan fase kematian adalah fase dimana mikroalga lebih cenderung mati daripada tumbuh.

Seperti yang diutarakan Kabinawa (2001), bahwa berdasarkan literatur bahwa terdapat lima fase pertumbuhan mikroalga

yang terdiri dari fase lag (adaptasi atau istirahat), fase eksponensial, fase penurunan kecepatan pertumbuhan (deklinasi), fase stationer dan fase kematian. Fase lag merupakan fase adaptasi. Pada fase ini mikroalga masih mengalami proses adaptasi sehingga belum terjadi proses pembalahan sel. Karena Fase eksponensial merupakan fase dimana fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi kultivasi optimum maka laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimum. Fase deklinasi merupakan fase yang ditandai oleh pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak seintensif pada fase sebelumnya sehingga laju pertumbuhannya pun menjadi menurun dibandingkan fase sebelumnya. Fase stasioner merupakan fase yang ditandai oleh laju reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi atau tetap sama dengan sebelumnya (stasioner). Fase kematian merupakan fase yang ditandai dengan angka kematian yang lebih besar dari pada angka pertumbuhannya sehingga terjadilah penurunan jumlah kelimpahan sel dalam wadah kultivasi.

Maka dari data yang diperoleh dapat divisualisasikan melalui kurva pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. yang diberikan 3 perlakuan yang berbeda. Kurva tersebut tercantum dibawah ini.

5

Page 6: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

1 2 3 4 5 6 70

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

Kurva Pertumbuhan Nannochlorpsis Sp.

kontrol 12 jam 24 jam

Hari

Jum

lah

sel

mik

roal

ga

(sel

/ml)

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan ada 5 fase pertumbuhan Nannochloropsis sp., yaitu :1. Fase adaptasi (lag/induction phase).

Fase ini disebut juga fase istirahat. Pada fase ini, sel Nannochloropsis sp. beradaptasi dengan medium dan lingkungan kulturnya (suhu, salinitas, pH). Nannochloropsis sp. sudah bermetabolisme sehingga ukuran selnya meningkat. Namun Nannochloropsis sp. belum menunjukkan pertumbuhan populasi (kenaikan jumlah sel) yang nyata, karena masih dalam proses adaptasi. Dalam adaptasi ini, Nannochloropsis sp. sudah mulai memanfaatkan nutrien yang ada, meskipun belum optimum, sehingga beberapa enzim yang terkait pembelahan selnya juga belum tersintesis dengan optimal. Lama tidaknya fase lag ini sangat tergantung pada viabilitas Nannochloropsis sp. Bila sel inokulum adalah sel yang masih muda (artinya diambil dari kultur yang dalam keadaan fase eksponensial, bukan fase stasioner atau kematian), berarti sel ini masih viabel untuk membelah. Sel-sel yang viabel akan lebih cepat beradaptasi, sehingga fase

lag ini menjadi lebih singkat. Fase adaptasi ini dimulai pada hari ke-1 dan berakhir di hari ke-2 bagi kurva perlakuan kontrol dan 12 jam, sedangkan pada kurva perlakuan 24 jam dimulai di hari ke-1 sampai hari ke-3. Kurva fase pertumbuhan perlakuan 24 jam lebih tinggi dari kurva perlakuan 12 jam dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh intensitas cahaya dan aerator sangat berpengaruh pafa proses pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. Semakin banyak cahaya yang didapat maka akan semakin cepat proses fotosistesis dan pertumbuhannya. Sementara aerator berperan mencegah pengendapan pada mikroalga agar semua mikroalga mendapatkan nutrisi secara menyeluruh. Dalam fase ini nutrisi masih tersedia banyak.

2. Fase eksponensial (logarithmic phase). Pada fase ini, jumlah sel mengalami peningkatan secara cepat. Puncak pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. terjadi pada fase ini. Fase ini adalah bukti sel telah berhasil beradaptasi dan optimal dalam pemanfaatan nutriennya. Bagi kurva perlakuan kontrol dan 12 jam fase ini dimulai pada hari ke -2 sampai hari ke-5 bagi kurva perlakuan kontrol dan sampai hari ke- 4 bagi kurva perlakuan 12 jam, sedangkan pada kurva perlakuan 24 jam dimulai pada hari ke-3 dan berakhir di hari ke-7. Dalam fase ini nutrisi mulai terpakai secara banyak sejajar dengan banyaknya pula pertumbuhan mikroalga.

3. Fase deklinasi (decline phase). Pada fase ini, jumlah sel mengalami penurunan laju pertumbuhan yang terjadi karena nutrisi pada media kultur berkurang dan telah terbentuk senyawa

6

Page 7: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

NH4+ dalam konsentrasi tinggi dan adanya produk metabolit sekunder ekstraseluler dari mikroalga yang meracuni diri sendiri sehingga berakibat meningkatkan mortalitas. Bagi kurva perlakuan kontrol fase ini dimulai pada hari ke -5 bagi kurva perlakuan kontrol dan hari ke-4 bagi kurva perlakuan 12 jam dan berakhir pada hari ke-6 bagi kurva perlakuan kontrol dan hari ke-5 bagi kurva perlakuan 12 jam, sedangkan pada kurva perlakuan 24 jam tidak ada fase ini. Hal ini disebabkan kemungkinan nutrisi yang masih banyak dalam media, sehingga mikroalga masih tetap tumbuh. sampai hari ke-7.

4. Fase stasioner (stationary phase). Pada fase ini, pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. cenderung stasioner, artinya pembelahan sel dan kematian sel seimbang. Fase ini berlangsung sangat singkat dalam praktikum ini, sehingga kecenderungan yang ada adalah penurunan pertumbuhan populasi pada hari ke-5. Penurunan pertumbuhan populasi ini karena Nannochloropsis sp. sudah mulai mengalami kematian yang diakibatkan nutriri yang tersisa semakin menipis dan adanya senyawa NH4+

yang merupakan metabolit sekunder ekstraseluler dari mikroalga yang dapat meracuni diri sendiri. Bagi kurva perlakuan kontrol fase ini terjadi hari ke -6 dan bagi kurva perlakuan 12 jam fase ini dimulai pada hari ke -5 sampai hari ke-6, sedangkan pada kurva perlakuan 24 jam tidak ada fase ini. Hal ini disebabkan kemungkinan nutrisi yang masih banyak dalam media, sehingga mikroalga masih tetap tumbuh. sampai hari ke-7.

5. Fase kematian (death phase). Pada fase ini, terjadi penurunan jumlah sel Nannochloropsis sp. yang lebih besar daripada pada fase stasioner. Penurunan jumlah sel ini karena seluruh sel secara alami mengalami kematian. Salah satu faktor yang mempercepat kematian ini adalah berkurangnya jumlah nutrien dan semakin banyaknya metabolit sekunder Nannochloropsis sp. yang dapat menghambat pertumbuhan sel secara alami. Bagi kurva perlakuan kontrol dan kurva perlakuan 12 jam fase ini dimulai pada hari ke -6 sampai hari ke-7, sedangkan pada kurva perlakuan 24 jam tidak ada fase ini. Hal ini disebabkan kemungkinan nutrisi yang masih banyak dalam media, sehingga mikroalga masih tetap tumbuh. sampai hari ke-7. Setelah dilakukan penghitungan jumlah

sel, selanjutnya yaitu pengukuran kadar klorofil. Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis ini terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Pengukuran klorofil ini berfungsi untuk mengetahui ukuran kelimpahan atau ketersediaan klorofil pada mikroalga.

Klorofil a dan klorofil b karena memiliki absorbsi spektrumnya yang kuat pada kisaran panjang gelaobang 600-700 nm. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-

7

Page 8: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600 nm).

Maka dari data yang diperoleh dapat divisualisasikan melalui grafik kandungan klorofil pada mikroalga Nannochloropsis sp. yang diberikan 3 perlakuan yang berbeda. Grafik tersebut tercantum dibawah ini.

klorofil a klorofil b klorofil total-1

0

1

2

3

4

5

6

Grafik Kandungan Klorofil Nannochloropsis sp.

kontrol 12 jam 24 jam

Klorofil

Jum

lah

kand

unga

n kl

orof

il (m

g/l)

Dari grafik tersebut dapat diperoleh 3 hal, yaitu :1. Dari sampel mikroalga perlakuan

kontrol yang berjumlah paling sedikit didapatkan bahwa kandungan klorofil a sangat kecil sekali berkisar -0.42 mg/l, dan untuk klorofil b kecil berkisar 1,14 mg/l, dan klorofil totalnya juga juga kecil dengan 2,56 mg/l.

2. Dari sampel mikroalga perlakuan 12 jam yang berjumlah menengah didapatkan bahwa kandungan klorofil a sedang tinggi berkisar 0,1 mg/l, klorofil b sedang dengan kisaran 1,63 mg/l, dan klorofil totalnya tinggi dengan jumlah 4,85 mg/l.

3. Dari sampel mikroalga perlakuan 24 jam didapatkan bahwa kandungan klorofil a kecil dengan kisaran -0,2 mg/l, klorofil b tinggi dengan nilai 1,7 mg/l, dan klorofil totalnya sedang dengan kisaran 4,55 mg/l.

Dari 3 hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat korelasi berbanding lurus antara jumlah mikroalga dan kandungan klorofil. Semakin banyak mikroalga yang terdapat dalam suatu media maka akan semakin banyak pula kandungan klorofil didalamnya.

Seperti yang dinyatakan oleh Alberts, dkk (1994) bahwa peningkatan kerapatan sel, umumnya diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang berperan penting pada fotosintesis yang akan menghasilkan karbohidrat yang kemudian akan digunakan dalam metabolisne sel untuk menunjang pertumbuhan dan perbanyakan sel.

Seharusnya data yang didapatkan mengacu pada lebih banyaknya kandungan klorofil pada mikroalga dengan perlakuan 24 jam daripada perlakuan 12 jam. Hal ini bisa terjadi karena faktor lingkungan (pH media, kadar O dan CO2, dst) maupun kesalahan dari praktikan yang mengubah pertumbuhan mikroalga tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan alga adalah nutrien, salinitas, intensitas cahaya, temperatur dan pH serta aerasi.

4. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka didapatkan bahwa Nannochloropsis sp. adalah mikroalga fitoplankton berukuran 2-4 μm, berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil.

Pertumbuhan pada mikroalga Nannochloropsis sp. terbagi menjadi 5 fase, yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase deklinasi, fase stasioner, dan fase kematian. Fase adaptasi adalah fase Nannochloropsis sp. beradaptasi dengan

8

Page 9: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

lingkungan barunya. Fase eskponensial adalah fase pertumbuhan Nannochloropsis sp. secara pesat. Fase deklinasi adalah fase penurunan pertumbuhan Nannochloropsis sp. secara perlahan. Fase stationer adalah fase dimana angka kelahiran Nannochloropsis sp. baru sama dengan angka kematiannya. Dan fase kematian adalah fase dimana Nannochloropsis sp. lebih cenderung mati daripada tumbuh.

Kandungan klorofil pada Nannochloropsis sp. pada perlakuan 24 jam rata-rata lebih besar daripada perlakuan 12 jam dan kontrol. Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat korelasi berbanding lurus antara jumlah mikroalga dan kandungan klorofil. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan alga adalah nutrien, salinitas, intensitas cahaya, temperatur dan pH serta aerasi.

5. Daftar Pustaka

Agatha Marline Octhreeani, Supriharyono, Prijadi Soedarsono,. 2014, Pengaruh Perbedaan Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis Sp. Dilihat Dari Kepadatan Sel Dan Klorofil a Pada Skala Semi Massal. Journal of Maquares. Vol 3 No 2.

Alberts. B., dkk., 1994. Biologi molekuler sel: mengenal sel. Ed. ke-2. terjemahan dari Molecular biology of the cell 2nd ed,. oleh Kantjono. A.T. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Chrismadha, T dan Nofdianto., 1994, Pengaruh Konsentrasi Nutrien Terhadap Pertumbuhan dan

Produktivitas Chlorella Sp. Pada Kultur Semikontinyu. Jurnal LIMNOTEK, Vol 2 No 1.

Diharmi A. 2001. Pengaruh Pencahayan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikroalga Spirulina platensis Strain Local (Ink). Institut Pertanian Bogor, Bogor Press. Bogor.

Hoek, C.V.D., D.G. Mann, H.M. Jahns., 1998. Mikroalgae: And Introduction to Phycology. Cambridge University Press. United Kingdom.

Kabinawa, I.N.K. 2001. Mikroalga sebagai Sumber Daya Hayati (SDH) Perairan dalam Perspektif Bioteknologi. Puslitbang Bioteknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Press. Bogor.

Meeks,J.C., 1974. Mikroalgae Physiology and Biochemistry. University of California Press. California.

Nur Farahah Mohd Khairuddin, dkk, 2014, Fabrication of PES/F-MWCNT/LiCl Membrane and Separation of Nannochloropsis Sp, AENSI Journals, Vol 9 No 18.

Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Pranayogi, D. 2003. Studi Potensi Pigmen Klorofil dan Karotenoid dari Mikroalga Jenis Chlophyceae. Universitas Lampung Press. Lampung.

Sari, Wulan Embun., 2011, Isolasi dan Identifikasi Mikroalga Cyanophyta dari Tanah Persawahan Kampong Sampora, Cibinong, Bogor, UIN Syarif Hidayatullah Press. Jakarta.

9

Page 10: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke 2 3

Sartika, Mukarlina, Tri Rima Setyawati,. 2014, Kandungan Klorofil Dan Lipid Nannochloropsis oculata Yang Dikultur Dalam Media Limbah Cair Karet, Jurnal Protoblont, Vol 3 No 3.

10