laporan posko

Upload: zulkifli-bakri-sallipadang

Post on 07-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Contoh Laporan MMD II

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKeberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Orientasi kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan tidak mengenyampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.Para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan.Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang kesehatan tersebut maka Program Ners Universitas Alauddin Makassar sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan berkualitas dimasa depan yang melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.Kegiatan tersebut merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya bidang pengabdian masyarakat. Praktek Keperawatan Komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktek klinik keperawatan bagi mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary Health Care.Diakhir praktik keperawatan komunitas, diharapkan Kelompok Kerja Kesehatan terus giat mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya masing-masing, karena dalam praktik diupayakan adanya desiminasi ilmu pengetahuan dari mahasiswa yang melakukan praktik ke masyarakat sebagai strategi utama dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah kesehatan.

B. TUJUAN1. UmumSetelah melakukan Praktek Asuhan Keperawatan Komunitas, mahasiswa akan dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.

2. KhususSetelah melakukan Praktek Asuhan Keperawatan Komunitas di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros, mahasiswa mampu;a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah kesehatan yang sedang dihadapi.b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan pendataan kesehatan.c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik, demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnosa keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.d. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.e. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan melatihnya dalam program kerja untuk mengatasi masalah.f. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.g. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan keperawatan masyarakat.h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar dan tepat.

C. Manfaat1. MasyarakatDiharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau menyelesaikan permasalahan tersebut.2. MahasiswaMenimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.3. PuskesmasDiharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada masyarakat.

BAB IITINJAUAN TEORI

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

A. PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas didasarkan pada asumsi:1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan kesehatan3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan2. Merupakan bidang khusus keperawatan3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.6. Melibatkan partisipasi masyarakat7. Bekerja secara team (bekerjasama)8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orangBerdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

B. TUJUAN PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS 1. Tujuan UmumMeningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.2. Tujuan KhususUntuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera9) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

C. SASARANSasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.1. IndividuIndividu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.2. KeluargaKeluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.3. Kelompok KhususKelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya, seperti:a. Ibu hamilb. Bayi baru lahirc. Balitad. Anal usia sekolahe. Lanjut Usia2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:a. Wanita tuna susilab. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkobac. Kelompok-kelompok pekerja tertentud. Dan lain-lain4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:a. Panti wredhab. Panti asuhanc. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)d. Penitipan balita4. MasyarakatMasyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

D. RUANG LINGKUP PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.1. Upaya PromotifUpaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:1) Penyuluhan kesehatan masyarakat2) Peningkatan gizi3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan5) Olahraga secara teratur6) Rekreasi7) Pendidikan seks2. Upaya PreventifUpaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun kunjungan rumah3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui3. Upaya KuratifUpaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah sakit.3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.4) Perawatan payudara5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir4. Upaya RehabilitatifUpaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

5. Upaya ResosialitatifUpaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

E. KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.

F. MODEL PENDEKATAN Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

G. METODEDalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:1. PengkajianKegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:

1) Pengumpulan DataKegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.2) Analisa DataAnalisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan terdiri dari:a. Masalah sehat sakitb. Karakteristik populasic. Karakteristik lingkungan3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:a. Masalah yang ditetapkan dari data umumb. Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatanMenetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakatb. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempatc. Kemampuan dan sumber daya masyarakatd. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakatKriteria skala prioritas:a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentuc. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakatd. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul.2. PerencanaanKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.3. PelaksanaanPada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:a. Pencegahan PrimerPencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.c. Pencegahan TersierPencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.4. Penilaian/EvaluasiEvaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:

1) Daya guna2) Hasil guna3) Kelayakan4) KecukupanFokus evaluasi adalah:1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan2) Perkembangan atau kemajuan proses3) Efisiensi biaya4) Efektifitas kerja5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Keterangan:: peran masyarakat: peran perawatPada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

1

115

BAB IIIAPLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep keperawatan komunitas yang ada. Kegiatan praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali dengan Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan RT I Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros yang anggotanya terdiri dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, remaja RW I Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga. Keluarga yang menjadi sasaran untuk dibina khususnya adalah keluarga dengan risiko kesehatan.Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan meliputi tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan persiapan teknis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

A. Persiapan1. Persiapan KemasyarakatanPada tahap ini, mula-mula kelompok melakukan kegiatan pengidentifikasian tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, remaja dan organisasi kemasyarakatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2014. Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat, maka dilakukan pendekatan membina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek Keperawatan di Dusun Tammu-Tammu khususnya Desa Moncong Loe pada umumnya. Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan dengan Ketua RT untuk rencana pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader kesehatan tentang rencana pertemuan pertama dan pertemuan selanjutnya dari kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas mahasiswa Profesi NERS UIN Alauddin MakassarTanggal 31 Desember 2014 diadakan pertemuan Musyawarah Masyarakat Desa pertama (MMD I), dimulai dengan pembukaan dan sekaligus perkenalan dengan masyarakat, tujuan dan maksud keberadaan mahasiswa di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros dijelaskan. Kemudian dilakukan pembentukan dan pelantikan anggota kelompok kerja kesehatan (Pokjakes). Pertemuan diakhiri dengan rencana pendataan dari rumah ke rumah di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros .Pada tanggal 01 Januari s/d 6 Januari 2015 diadakan pendataan (pengumpulan data) oleh mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi dan analisis data dari tanggal 7 s/d 8 Januari 2015. Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data, maka diadakan persiapan pertemuan II (kedua) yang akan dilaksanakan pada tanggal 09 Januari 2015 dengan agenda acara penyampaian tabulasi dan analisis data Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan curah pendapat bersama masyarakat untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang muncul dan bersama-sama pula menentukan Plan Of Action dari masalah yang muncul tersebut. Dari hasil curah pendapat tersebut diatas, masyarakat akhirnya dapat menentukan masalah yang benarbenar menjadi prioritas di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.

2. Persiapan TeknisDalam menentukan masalah kesehatan yang ada di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe, maka mahasiswa melaksanakan pengumpulan data melalui angket (lampiran) dengan melakukan wawancara langsung kepada setiap Kepala Keluarga dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah Mahasiswa Praktek Keperawatan Komunitas Profesi Ners UIN Alauddin Makassar bersama Kader Kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 hari yaitu pada tanggal 01 Januari s/d 06 Januari 2015.

B. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut.1. Pengkajiana. Pengumpulan dataUntuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros, maka diperlukan data yang didapatkan melalui pengkajian, yang terdiri dari kegiatan :1) Survey sekaligus observasi dimasing-masing rumah yang ada di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.2) Pengumpulan data di masing-masing rumah penduduk/Kepala Keluarga melalui wawancara dan observasi langsung bersama anggota Kader Kesehatan pada tanggal 01 Januari s/d 06 Januari 2015.3) Tabulasi data pada tanggal 7 s/d 8 Januari 2015. .b. Hasil Tabulasi Data dan Analisa DataSetelah data terkumpul, maka data tersebut ditabulasi dan diformat dalam bentuk tabel dan diagram pie untuk disajikan pada saat pertemuan kedua.Pengolahan data mencakup analisa masalah kesehatan yang ada di masyarakat.Adapun tabel-tabel tersebut terdiri dari 79 tabel yaitu :TABEL 1Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelaminDi RW I Kelurahan Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP-Ners UIN 2013Interpretasi : Jumlah penduduk secara keseluruhan RW I Adalah 795 orang terdiri dari laki-laki 406 (51 %) dan perempuan 387 atau (49 %)

TABEL 2Distribusi penduduk berdasarkan usia Di RW I Kelurahan Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas terlihat bahwa 795 orang, jumlah penduduk berusia 60 tahun sebanyak 119 orang (15%).

TABEL 3Distribusi penduduk berdasarkan Agama Di RWI Bontomanai Kelurahan Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interprestasi : berdasrakan tabel diatas menunjukan semua penduduk RW I Bontomanai beragama islam (100%)

Tabel 4Distribusi Penduduk Berdasarkan SukuDi RW I Kelurahan Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interprestasi : berdasarkan tabel diatas menunjukan sebagian penduduk RW I Bontomanai bersuku makassar yaitu 776 orang (97%) dan suku Bugis 15 orang (3%).Tabel 5Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanRw I Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 796 orang jumlah penduduk terdapat Saat ini yang tidak sekolah/tidak tamat SD Sebanyak 72 (9%), tamat atau sementara SD Sebanyak 225 (28%), tamat SMP/sederajat (Tamat, dan sementara SMP) Sebanyak 157 (20,%), tamat SMA/sederajat 177 orang (22%) , diploma 18 orang (2%) sarjana sebanyak 49 (6%), saat ini TK 14 orang (2%), dan yang belum sekolah 83 orang (11%) Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih rendah.

Tabel 6Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Rw I Bontomanai

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 795 orang jumlah penduduk yang pekerjaannya Petani sebanyak 82 orang (10%), Wiraswasta 124 orang (16%), 47 orang (6%) sebagai PNS, Tukang batu/kayu sebanyak 21 orang (3%), Tidak bekerja sebanyak 46 orang (6%), belum bekerja sebanyak 79 orang (10%), URT sebanyak 178 (22%) dan mahasiswa/pelajar sebanyak 218 (27%).

Tabel 7Distribusi Jenis Bangunan RumahDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 212 rumah terdapat 154 rumah permanen (74%) 11 (5%) rumah Panggung , dan 42 (20%) Semi Permanen.

Tabel 8Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Sistem VentilasiDi Rw I Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 198 rumah (96%) yang memiliki ventilasi dan terdapat 10 rumah (4%) yang tidak memiliki ventilasi.

Tabel 9Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kepemilikan JendelaDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 187 rumah (90%) yang memiliki jendela dan terdapat 21 rumah (10%) yang tidak memiliki jendela.

Tabel 10Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebiasaan Membuka JendelaDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 137 rumah (66%) yang membuka jendela, 31 (15 %) kadang-kadang membuka jendela dan terdapat 40 rumah (19%) yang tidak membuka jendela.

Tabel 11Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Pencahayaan Matahari Ke Dalam RumahDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 197 rumah (95%) yang mendapatkan cahaya matahari dan terdapat 11 rumah (5%) yang tidak mendapatkan cahaya matahari.

TABEL 12Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebersihan Dalam RumahDi RW I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 146 rumah (70 %) yang bersih dan 62 rumah (30%) yang tidak bersih.

Tabel 13Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Penyebab Tidak Bersih Dalam RumahDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 1 rumah (3%) yang terdapat banyak sisa makanan, 9 rumah (26%) yang terdapat sampah, 5 rumah (15%) yang terdapat pasir, 19 rumah (16%) yang terdapat debu.

Tabel 14Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebersihan Halaman RumahDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 142 rumah (68 %) yang bersih, 55 rumah (26%) yang tidak bersih, dan yang tidak mempunyai halaman ada 8 rumah (6%).

Tabel 15Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Pemanfaatan Halaman RumahDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 107 rumah (57 %) yang halamannya tidak dimanfaatkan, 36 rumah (30 %) yang halamannya digunakan untuk perkebunan, rumah yang halamannya dimanfaatkan untuk kandang ternak 18 rumah (10%), 5 rumah (3 %) yang halamannya digunakan untuk perikanan.

Tabel 16Distribusi Jenis Vektor Yang Membahayakan Kesehatan Di Dusun Balang Punia

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 51 rumah (25%) yang jenis vektornya lalat, 5 rumah (2%) yang jenis vektornya burung, 89 rumah (43%) yang jenis vektornya nyamuk, 2 rumah (1%) yang jenis vektornya kecoak, 3 rumah (1%) yang jenis vektornya kucing, 20 rumah (10%) yang jenis vektornya ayam, 5 rumah (2%) yang jenis vektornya nyamuk ayam, dan 30 rumah (15%) yang jenis vektornya lalat, nyamuk, dll 3 (1%).

Tabel 17Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Sumber Air MinumDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa sumber air dari 208 rumah terdapat 49 rumah (24%) yang berasal dari sumur gali, terdapat 40 rumah (20 %) yang berasal dari sumur pompa, terdapat 109 rumah (53 %) yang berasal dari PAM, terdapat 1 rumah ( 1 %) yang berasal dari air hujan dan 5 rumah (2%) yang berasal dari lain-lain.

Tabel 18Distribusi Pengolahan Air MinumDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 196 rumah (95%) air dimasak dan 11 rumah (5%) air minum tidak di masak .

Tabel 20Distribusi Jarak Sumber Air Dari Tempat PenampunganDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 72 rumah (63%) yang mempunyai jarak >10 m dan 45 rumah (34%) yang mempunyai jarak Rp 500.000, 10 rumah (5%) yang mempunyai penghasilan Rp 200.000 Rp 300.000, sebanyak 27 rumah (13%) yang penghasilannya Rp 300.000 - Rp500.000, dan 18 rumah (9%) yang mempunyai penghasilan < Rp. 200.000.

Tabel 2 Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Adanya Alokasi Dana Kesehatan Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 92 rumah (44%) yang mempunyai alokasi dana kesehatan dan 116 rumah (56%) yang tidak memiliki dana kesehatan.

TABEL 3Distribusi Industri Dalam WilayahDi RW I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat 127 (61 %) memiliki industri pertanian, terdapat 6 (3%) memiliki industri makanan terdapat 62 (30 %), dan terdapat 13 (6%) memiliki indusri perusahaan rumah tangga.

Tabel 4Distribusi Sarana Transportasi UmumDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 184 rumah (88%) yang menggunakan mobil/motor pribadi, 8 rumah (4%) yang menggunakan ojek/becak, dan 13 rumah (4%) yang menggunakan pete-pete dan 4 rumah (2 %) menggunakan lain-lain.

Tabel 5Distribusi Jumlah Rumah Yang Pernah Mendapat Info KesehatanDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 107 Rumah (60%) yang mendapat info kesehatan dari penyuluhan puskesmas/posyandu, 8 rumah (4%) yang mendapat informasi kesehatan dari radio, 49 rumah (28%) yang mendapat info kesehatan melalui televisi, 5 rumah (3%) yang mendapatkan informasi kesehatan dari koran/majalah, 1 rumah (1%) yang mendapat info kesehatan dari puskesmas dan papan pengumuman/kelurahan, 7 rumah (4%) yang mendapatkan informasi kesehatan dari mahasiswa KKN/PB.

Tabel 6Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Tempat Pemeriksaan KesehatanDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 184 rumah (59%) yang memeriksakan kesehatan ke puskesmas, 12 rumah (23%) yang memeriksakan kesehatan ke perawat/mantri, 3 rumah (10%) yang memeriksakan kesehatan ke rumah sakit, 10 rumah (8%) yang memeriksakan kesehatan ke dokter praktik.

Tabel 7Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Anggapan Mengenai Petugas KesehatanDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 190 rumah (91%) yang mengatakan petugas kesehatan bersikap baik dan 17 rumah (9%) yang mengatakan petugas kesehatan kurang baik.Tabel 8Distribusi Jumlah Rumah Dengan Kunjungan Petugas Kesehatan PuskesmasDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat 37 rumah (34%) menyatakan petugas kesehatan berkunjung 1 bulan sekali, 54 rumah (50%) menyatakan petugas kesehatan berkunjung jika dipanggil, 17 rumah (16%) menyatakan petugas kesehatan tidak pernah berkunjung.

Tabel 9Distribusi Keberadaan Program Kesehatan SekolahDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat keberadaan program kesehatan sekolah 99%, dan lebihnya mengatakan tidak mempunyaiprogram kesehatan sekolah.

Tabel 10Distribusi Program Sekolah Yang Sudah BerjalanDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah mengatakan program yang sudah berjalan 100 %

BAYI BALITATabel 1Distribusi Jumlah Kepemilikan Kms Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 56 bayi/balita (89%) memiliki KMS, dan terdapat 7 bayi/balita ( 11%) tidak memiliki KMS

Tabel 2Distribusi Grafik Kms 3 Bulan TerakhirDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 41 bayi/balita (66%) meningkat per bulan, 6 bayi/balita (10%) yang datar per bulan, 8 bayi/balita (13%) yang tidak menentu, dan 5 bayi / balita (8%) yang tidak diketahui perkembangannya.

Tabel 3Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Pemberian Asi Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 52 bayi/balita (83%) diberi ASI, 11 bayi/balita (17%) tidak diberi ASI.

Tabel 4Distribusi Jumlah Alasan Tidak Diberi AsiDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 11 bayi/balita terdapat 3 bayi/balita (25%) tidak menyusu karena produksi ASI kurang, 1 bayi/balita (9%) tidak menyusui karena bayi tidak mau makan, 1 bayi/balita (8%) tidak menyusu karena alasan puting tidak normal.1 bayi/balita (9%) tidak menyusu karena ibunya bekerja.

Tabel 5Distribusi Jumlah Pemberian Makanan Pendamping AsiDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 54 balita (90%) dengan pemberian makanan pendamping ASI, 9 balita (10%) tidak diberikan makanan pendamping ASI

Tabel 6Distribusi Status Alergi Makanan Dan MinumanDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 6 orang (10%) ada makanan pantangan, terdapat 57 orang (90%) tidak ada makanan pantangan.

Tabel 7Distribusi Karakteristik Pemberian Vitamin A Di Rw I Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 56 bayi/balita (93%) mendapatkan vitamin A dan 7 bayi/balita (7%) tidak mendapatkan Vitamin A.

Tabel 8Distribusi Penyakit Bayi/Balita Dalam 6 Bulan Terakhir Di Rw I Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 26 bayi/balita (42%) demam, 13 bayi/balita (21%) batuk-batuk, 5 bayi/balita (8%) Penyakit kulit, kudis, kurap, gatal, bisul, 11 bayi/balita (18%) pilek, 7 bayi/balita (11%) penyakit lain-lain.

Tabel 9Distribusi Status Imunisasi DasarDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 58 bayi/balita (92%) imunisasi lengkap dan 5 bayi/balita (8%) tidak diimunisasi lengkap.

Tabel 10Distribusi Jenis Imunisasi Yang DiberikanDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 3 orang (5%) Jenis imunisasi DPT I-Polio I, 1 bayi/balita (1%) DPT II - Polio II, 50 bayi/balita (79%) imunisasi lengkap, 5 bayi/balita (8%) imunisasi BCG, dan 3 bayi/balita (5%) imunisasi campak.

KESEHATAN ANAK DAN REMAJATabel 1Distribusi Karakteristik Kesulitan Makan AnakDi RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 anak terdapat 30 anak (31%) dan tidak mengalami kesulitan dalam makan 67 anak (69%). Secara umum anak di RW I Bontomanai tidak mengalami kesulitan dalam makan.

Tabel 2Distribusi Alasan Kesulitan Makan AnakDi RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan alasan anak kesulitan makan bahwa dari 97 anak terdapat 11 anak (37%) yang lebih pilih bermain, 14 anak (47%) sering jajan dan 1 anak (3%) yang malas makan karena tidak tertarik dengan penyajian makanan, serta 4 (13%) anak mengalami kesulitan dengan alsan lain.

Tabel 3Distribusi Penyakit Anak 6 Bulan TerakhirDi RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan penyakit yang di derita anak selama 6 bulan terakhir yaitu dari 97 anak terdapat 24 anak (25%) batuk/pilek, 4 anak (30%), demam 6 (6%) dan penyakit kulit, kudis, kurap, gatal, bisul 3 anak (5%) serta lain-lain 21 anak (33%) sehingga dapat disimpulkan penyakit yang banyak di derita anak selama 6 bulan terakhir adalah batuk/pilek (ISPA).

Tabel 4Distribusi Karakteristik Masalah Yang Dihadapi RemajaDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 57 orang terdapat 11 orang (7%) kesulitan belajar, 16 orang (28%) Begadang, 25 orang (44%) lain-lain, 1 orang (2%) penyakit kulit, kudis, kurap, gatal, bisul. Tabel 6Distribusi Karakteristik Masalah Pemecahan Masalah RemajaDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 69 orang terdapat 26 orang (56%) bercerita pada teman, 30 orang (33%) bercerita pada orang tua. 2 orang (2%), 7 orang ( 6%) yang mengurung diri, 2 orang ( 2%) yang lari dari rumah. Dan 1 orang (1%) yang melakukan hal lain.

Tabel 7Distribusi Karakteristik Kegiatan Remaja Di Waktu LuangDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 69 orang terdapat 2 orang (5%) yang mengikuti karang taruna, 36 orang (51%) membantu orang tua, 11 orang (16%) berolah raga, dan 21 orang (3%) yang ikut dalam kegiatan lain.

IBU HAMILTabel 1Distribusi Status Ibu Hamil Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang berusia 70 tahun.Tabel 2Distribusi Jumlah Status Kemandirian LansiaDi Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 83 orang (94%) yang mandiri dan 5 (6%) yang tidak mandiri

Tabel 4Distribusi Karakteristik Penyakit Akut Yang Diderita LansiaDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 40 orang (45%) yang mempunyai penyakit akut / kronik dan 48 orang (55%) yang tidak mempunyai penyakit akut/kronik

Tabel 6Distribusi Cara Penanganan Penyakit Pada LansiaDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 58 orang (66%) yang berobat ke layanan kesehatan, 30 orang (34%) yang berobat ke praktek tenaga kesehatan.

Tabel 7Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pada LansiaDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 44 orang (50%) yang berobat kalau sakit saja, 41 orang (47%) yang tidak pernah dan 3 orang (3%) yang lebih dari 1 kali.

PENYAKIT ANGGOTA KELUARGATabel 1Distribusi Tentang Keluhan Yang DirasakanDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 257 jiwa terdapat 20 orang (8%) yang mengalami hipertensi, 30 orang (12%) yang rematik, 3 orang (1%) yang diabetes melitus, 1 orang (1%) yang stroke, 1 orang (1%) yang penyakit jantung, 29 orang (11%) yang demam, 2 orang (1%) yang TB paru, 14 orang (6%) yang batuk, 8 orang (3%) yang diare, 135 orang (53%) dan 14 orang (5%) lain-lain.Tabel 2Distribusi Usaha Keluarga Dalam Penanganan PenyakitDi Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 257 jiwa terdapat 232 orang (90%) yang berobat ke puskesmas, 19 orang (8%) yang ke RS / Klinik swasta, 1 orang (0%) yang ke bidan, 4 orang (2%) yang ke dokter, dan 1 orang (0%) yang ke perawat.

Analisa DataDataMasalah kesehatanDiagnosa keperawatan komunitas

Terdapat % ( rumah) yang memiliki vektor penular penyakit adalah nyamuk Terdapat % ( rumah) yang memiliki vektor penular penyakit adalah lalat Terdapat ( rumah) yang kebiasaan membuang sampahdengan cara membuang pada Terdapat ( warga ) yang mengalami penyakit ISPA selama 6 bulan terakhir

Terdapat 80 % ( 4 ibu) yang jarak kehamilan dulu dan sekarang 70 tahun Terdapat 49 % ( 41 lansia ) yang tidak pernah memeriksakan kesehatannya Terdapat 48 % ( 101 warga) yang melaporkan tidak pernah dikunjungi oleh petugas kesehatan Terdapat 27 % ( 20 lansia) yang menginginkan kelompok lansia Terdapat 19 % ( 30 lansia) yang mengalami penyakit rematik

Resiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi

Resiko terjadi kehamilan yang tidak di rencanakan

Risiko terjadinya peningkatan Angka kesakitan pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh

Risiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi (,Diare,ISPA,DHF,Demam) di Dusun Tammu-Tammu berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan, kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.

Resiko terjadi kehamilan yang tidak di rencanakan berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Keluarga Berencana (KB), Kurangnya Pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis alat Kontrasepsi

Risiko terjadinya peningkatan Angka kesakitan pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia

Prioritas MasalahSetelah perumusan diagnosa, dilakukan skoring untuk penentuan prioritas, yakni sebagai berikut:NoMasalah KesehatanABCDEFGHIJKLMN

1Resiko terjadi kehamilan yang tidak di rencanakan 555353331311383

2Risiko terjadinya peningkatan Angka kesakitan pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh555543231533452

3Resiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi 445543353433461

Keterangan :KeteranganPembobotan

A = Risiko terjadiH = Waktu1 = Sangat Rendah

B = Risiko KeparahanI = Dana2 = Rendah

C = Potensial untuk pendidikan KesehatanJ = Fasilitas Kesehatan3 = Cukup

D = Minat MasyarakatK = Sumber Daya4 = Tinggi

E = Mungkin DiatasiL = Sesuai Dengan Peran Perawat 5 = Sangat Tinggi

F = Sesuai dengan ProgramM = Skor Total

G = TempatN = Urutan Prioritas

BAB IVPEMBAHASAN

Konsep keperawatan komunitas yang professional mengacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat Melalui Forum (FONDASI) di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan remaja mesjid dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada masyarakat.Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi . Pembahasan inipun mengacu pada analisis SWOT ( Strength / kekuatan. Weakness /kelemahan, Opportunity / kesempatan dan Threat / ancaman. )Pengkajian Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi : umur. pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji sub system yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan ekonomiPengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta observasi langsung berdasarkan format pengkajian .

Analisis Swot :Strength / kekuatanKekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif dari masyarakat, dan kerjasama Fondasi / kader kesehatan serta aparat pemerintah.Weakness / kelemahanKelemahannya adalah kurang akuratnya data yang diperoleh hal ini diakibatkan kurang efektifnya bahasa, tingkat pendidikan rendah yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan, Kepala keluarga yang tidak ada pada saat pendataan, dan ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan pengkajian.Opportunity / kesempatanKesempatan dari tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik dari masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Threat / ancamanAncaman adalah keakuratan data yang diragukan dan keseriusan pengumpul data dalam mengkaji permasalahan yang dialami sebenarnya.

PerencanaanAnalisis SWOT :Kekuatan pada perencanaaan ini adalah motivasi dari pemerintah setempat, puskesmas, kader / fondasi dan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama serta remaja mesjid untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan, terbukti adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut serta dalam setiap kegiatan, tenaga dan tempat.Kelemahan pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk menghadapi kendala dana tersebut. Kesempatan dalam perencanaan ini adalah cukup banyak waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan sehingga mereka menyempatkan diri sebagai penanggung jawab dalam beberapa kegiatan. Bantuan dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan berupa kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.Ancaman pada perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan sebagai petani, buruh, PNS dan swasta, dll, mungkin beberapa diantara mereka pergi ke kebun atau ke sawah, faktor cuaca (musim hujan). Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat dipastikan dari saat penyusunan perencanaan ini.

ImplementasiDalam pembahasan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang ada.

Masalah kesehatan I : Lingkungan masyarakat yang kurang sehat Analisis SWOT :Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, fondasi, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.Kelemahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat. Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya pelatihan kader kesehatan.Ancaman dalam kegiatan ini adalah tidak adanya tindak lanjut terutama dari masyarakat karena beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah setempat dan pihak puskesmas setempat. Selain itu, kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program kegiatan yang dilaksanakan karena bertepatan dengan musim hujan.

Masalah Kesehatan II : Kurangnya pemahaman masyarakat tentang keluarga berencana (KB).Analisis SWOTKekuatan yang ada dalam mengatasi masalah ini adalah dukungan berupa kesediaan dari masyarakat memberi izin dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat dan kesediaan mereka menyebarkan informasi tentang keluarga berencana.Kelemahannya kurangnya kesadaran pasangan usia subur tentang pentingnya berKB. Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya mengadakan posyandu dan pelatihan kader kesehatan.Ancaman yang ada adalah tidak berkelanjutannya kegiatan-kegiatan dalam mengatasi masalah ini karena peran serta masyarakat memang sangat kurang tentang kegiatan yang dilakukan serta kurangnya kader posyandu yang aktif juga dibarengi dengan kurangnya petugas kesehatan.

Masalah kesehatan III : Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan Lansia.Analisis SWOT :Kekuatan yang ada dalam masalah ini adalah adanya minat masyarakat yang cukup besar untuk mengikuti penyuluhan dan posyandu kesehatan lansia dan adanya dukungan dari puskesmas untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan masalah ini.Kelemahannya adalah jarak fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup jauh dari tempat tinggal masyarakat serta kurangnya tenaga kesehatan untuk menjangkau seluruh masyarakat. Kesempatan adalah sejalannya kegiatan dengan program puskesmas, misalnya mengadakan posyandu dan pelatihan kader kesehatan. Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari aparat pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam tindak lanjut program serta dibutuhkannya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada serta program yang dibuat.

EvaluasiBerdasarkan respon verbal dan non verbal menurut teori Anderson dapat disimpulkan hasil evaluasi bahwa :1. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari masyarakat.2. Pada pelaksaaan kegiatan ( implementasi ) biasanya masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran apalagi jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan materi.3. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari kader/fondasi setempat, tokoh masyarakat, puskesmas dan swadana mahasiswa sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang dengan berbagai alasan terutama masalah financial.4. Tindak lanjut dari aparat kesehatan terkait ( Puskesmas / bidan desa) dan aparat pemerintah setempat (Camat, Kepala Kelurahan dan Kepala Lingkungan) sangatlah perlu terutama dalam meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk sehat melalui kegiatan mereka sendiri.5. Perlunya kerjasama pihak puskesmas dengan FONDASI yang telah terbentuk agar supaya program-program yang telah dilaksanakan tetap berkelanjutan dan terus melakukan bimbingan serta eavaluasi hasil kerja FONDASI di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.

BAB VP E N U T U P

A. KesimpulanDari hasil pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Asuhan Keperawatan Komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh melalui kerjasama dan peran serta masyarakat, sedangkan fokus keperawatan individu, kelompok, keluarga menekanan pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.Praktik profesi keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros menggunakan peran serta masyarakat melalui strategi pembinaan wilayah dan keluarga binaan melalui Kelompok Forum (Fondasi). Pemilihan keluarga binaan berdasarkan keluarga yang berisiko tinggi dan rawan dalam kesehatan. Pemilihan dilakukan mahasiswa pada saat pengkajian dimana asuhan keperawatan yang diberikan meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.Dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas dalam hal ini mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengkajian, menetapkan masalah, menentukan prioritas, membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan evaluasi..Adapun masalah kesehatan yang ditemukan di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros adalah : Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, Kurangnya pemahaman masyarakat tentang KB, kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan lanjut usia.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut antara lain : melakukan Penyuluhan, kerja bakti, pelatihan kaser yang dilaksanakan di tingkat kelurahan sebanyak 1 (satu) kali, kegiatan posyandu.Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil antara lain, meningkatnya pengetahuan kader kesehatan tentang masalah-masalah kesehatan melalui pelatihan kader kesehatan dengan jumlah kader 4 orang yang tergabung dalam FONDASI, terlaksananya kegiatan penyuluhan (pada masyarakat umum, pasangan usia subur dan lansia), terlaksananya kegiatan kerja bakti.Keberhasilan yang dicapai merupakan tanda adanya peningkatan peran serta masyarakat melalui Fondasi, tokoh agama, tokoh masyarakat, Puskesmas, dan pemerintah setempat. Dan secara umum adalah karena adanya dukungan penuh dari masyarakat Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten MarosB. Saran Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut :1. Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan dengan aparat pemerintah dan Dinas Kesehatan di lahan praktek perlu dipertahankan.2. Kerja sama antara Fondasi dan instansi terkait agar tetap dipertahankan dan dikembangkan sehingga program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.3. Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan yang berkesinambungan kepada Fondasi agar termotivasi untuk melaksanakan program-program kesehatan termasuk dalam melakukan pembinaan pada keluarga yang berisiko.4. Mengadakan pelatihan kader setiap 3 bulan oleh pihak Puskesmas.5. Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat untuk menindaklanjuti hasil dari berbagai kegiatan praktik mahasiswa.6. Puskesmas sebaiknya mengadakan kunjungan kesehatan dan memberikan pennyuluhan secara berkala di setiap wilayah kerja puskesmas khususnya di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.