laporan lafiad 2

Upload: alista-sundari

Post on 06-Jul-2015

923 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan

nasional.Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap pendudk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, baik secara jasmani, rohani dan social sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum. Salah satu sarana melaksanakan tujuan pembangunan kesehatan adalah industri farmasi yang merupakan tempat bagi pharmacist untuk mengaplikasikan ilmu dan keahliannya selain di Rumah Sakit, pemerintahan maupun Apotek. Industri farmasi merupakan tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan, pengolahan, pengendalian umum sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat. Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, setiap industri farmasi harus menerapkan CPOB ( Cara Pembuatan OBat yang Baik). Salah satu aspek CPOB adalah personil yang memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melkasanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi.Pharmacist sebagai personil yang profesional harus memahami penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan, baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan.

Sebagai upaya untuk memberikan wawasan yang luas tentang industri farmasi bagi calon apoteker, maka Fakultas MIPA Universitas Garut program studi farmasi bekerja sama dengan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) Bandung memberikan kesempatan bagi calon pharmacist untuk mengenal lingkungan kerja dan memperluas pengetahuan tentang industri farmasi melalui program Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan tanggal 4 Juli 29 Juli 2011.

1.2

Tujuan Praktek Kerja Lapangan Praktek Kerja Lapangan bertujuan untuk membekali calon sarjana farmasi dengan

wawasan, pengetahuan dan keterampilan mengenai seluruh aspek dalam industry farmasi terutama yang berhubungan dengan bagian produksi , pengawasan mutu, serta bidang penelitian dan pengembangan sesuai pedoman CPOB sehingga dapat menghasilkan caloncalon pharmacist yang siap memasuki dunia kerja profesinya .

BAB II TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT

2.1

Sejarah Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) berasal dari

MSL (Militaire Scheikundig Laboratorium).Lembaga ini berfungsi sebagai tempat pemeriksaan obat-obatan bagi kebutuhan tentara Belanda. Pada tanggal 23 Januari 1950 dibentuk panitia pengalihan, sehingga pada tanggal 1 Juni 1950 dilakukan serah terima dari MSL kepada TNI AD yang menjadi dasar dalam penetapan hari jadi Lafi Ditkesad melalui SK No.Skep/23/I/1997 tanggal 31 Januari 1997. Setelah serah terima pada tanggal 1 Juni 1950 MSL terbagi menjadi dua : 1. Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian berkembang menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD). 2. Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan Darat (DOAD). Berdasarkan SK Ditkesad No. Kpts/61/10/IX/1960 tanggal 13September 1960 terhitung mulai tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LAFIAD). Pada tanggal 15 Oktober 1970 LAFIAD dipisah kembali menjadi: 1. LAFIAD yang akhirnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Jankesad). 2. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD) berkembang menjadi Depot Alat Peralatan Kesehatan (Dopalkes) dan berakhir menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan (Dopusbekkes) Jankesad. Selanjutnya tahun 1985 antara Lafi Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan kembali menjadi Lafi Ditkesad hingga 31 Maret 2005 dan mulai 1 April 2005 dipisah lagi menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat II Ditkesad.

2.2

Visi, Misi serta Tujuan Visi Lafi Ditkesad adalah menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu

memenuhi kebutuhan obat bermutu dan aman bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya.

1.

Lafi Ditkesad mempunyai misi sebagai berikut : a. Memberikan jasa informasi yang terbaik terhadap penggunaan obat (Rational Use of Drugs). b. Membantu fungsi pelayanan kesehatan atas ketersediaan obat atau produk kesehatan lainnya bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya. c. Terlibat secara aktif dalam fungsi dukungan kesehatan pada penggunaan kekuatan untuk prajurit tugas operasional. d. Memanfaatkan kapasitas atau kemampuan produksi untuk kepentingan strategi.

2.

Tujuan Lafi Ditkesad adalah sebagai berikut : a. Terwujudnya kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS AD sehinggaselalu siap tugas serta keluarganya sehat terayomi. b. Terwujudnya satuan kesehatan lapangan yang tangguh dalamdukungan kesehatan. c. Terwujudnya instalasi kesehatan yang prima dalam pelayanan kesehatan. d.Meningkatnya kemampuan penelitian dan pengembangan dalammendukung pembinaan kesehatan melalui kaidah-kaidah ilmiah. e. Meningkatnya kemampuan lembaga produksi dalam mendukung bekalkesehatan. f. Meningkatnya pelaksanaan fungsi organisasi di satuan kesehatan.

2.3

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LafiDitkesad) adalah badan

pelaksana di tingkat Ditkesad yang berkedudukanlangsung di bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad), yangmempunyai tugas pokok membantu Dirkesad dalam menyelenggarakanpembinaan pengembangan dan melaksanakan fungsi produksi, penelitian dan

obat. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Lafi Ditkesadmenyelenggarakan fungsifungsi sebagai berikut :

1.

Melaksanakan fungsi utama a. Fungsi produksi; meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang produksi obat. b. Fungsi pengawasan mutu; meliputi segala usaha, pekerjaan dankegiatan pemeriksaan fisik, kimiawi, mikrobiologi, terhadap bahanbaku, bahan pembantu, sarana pendukung, produk antara, produkruahan dan produk jadi yang dilaksanakan sebelum, selama dansesudah proses produksi. c. Fungsi penelitian dan pengembangan; meliputi segala usaha,pekerjaan, kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan metodeproduksi, pengawasan mutu, formulasi, uji produk, alat utama ataubantu dan pengembangan kemampuan personil. d. Fungsi pemeliharaan; meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan dibidang pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pengembangan peralatanproduksi, pengawasan mutu dan utilitas. e. Fungsi penyimpanan; meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku, bahanpenolong, peralatan untuk proses produksi dan produk jadi sertamenyalurkan produk jadi ke Gudang Pusat II Ditkesad.

2.

Melaksanakan Fungsi Organik a. Fungsi Organik Militer Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang pengamanan,personil, logistik dan urusan dalam. b. Fungsi Organik Pembinaan Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang perencanaananggaran, pengawasan dan pengendalian kegiatan.

2.4

Struktur Organisasi Lafi Ditkesad Keputusan Kepala Staf TNI AD No. Kep/11/I/2004 tanggal 30Januari 2004 tentang

organisasi dan tugas Lafi Ditkesad telah mengalamiperkembangan mengenai struktur organisasi yang bertujuan untuk lebihmengoptimalkan kinerja personil dalam menghadapi kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi. Struktur organisasi Lafi Ditkesad dapat dilihatpada lampiran 1. Struktur tersebut telah diterapkan sejak bulan April 2005,dengan susunan organisasi sebagai berikut:

2.4.1 Eselon Pimpinan 1. Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Kalafi Kalafi dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Darat berpangkatKolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Dirkesad. 2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Wakalafi Wakalafi dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Darat, berpangkatLetnan Kolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannyabertanggung jawab kepada Kalafi.

2.4.2 Eselon Pembantu Pimpinan 1. Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Pa Ahli Lafi Pa Ahli Lafi dijabat oleh Pamen TNl Angkatan Darat berpangkat LetnanKolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi. Pa Ahli terdiri dari: a. Perwira Ahli Madya Manajemen Industri, disingkat Pa Ahli MadyaJemen In. b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi, disingkat Pa Ahli MadyaTekfi. c. Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,disingkat PaAhli Madya Amdal. 2. Bagian Administrasi Logistik, disingkat Bagminlog. Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkatLetnan Kolonel CKM, dalam pelaksanaaan tugas kewajibannyabertanggung jawab kepada Kalafi. Kabagminlog dalam melaksanakantugasnya dibantu oleh dua kepala seksi yang masing-masing dijabat olehPamen TNI Angkatan Darat berpangkat Mayor CKM, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Perencanaan Anggaran dan Pengadaan,disingkat Kasirengar Ada. b. Kepala Seksi Pengendalian Materiil, disingkat Kasidalmat.

2.4.3 Eselon Pelayanan (Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam, disingkat Si TUUD) Kasi TUUD dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Daratberpangkat Mayor CKM dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi. Kasi TUUD dalam melaksanakan tugasnya dibantu olehtiga kepala urusan yang masing-masing dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Daratberpangkat Kapten CKM dan PNS golongan tiga serta satu perwira urusan yangdijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan CKM terdiri dari: a. Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik, disingkatKaurminperslog. b. Kepala Urusan Tata Usaha, disingkat Kaurtu. c. Kepala Urusan Dalam, disingkat Kaurdal. d. Perwira Urusan Pengamanan, disingkat Paurpam. 2.4.4 Eselon Pelaksana 1. Instalasi Penelitian dan Pengembangan, disingkat Instal. LitbangKa Instal. Litbang dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Daratberpangkat Letnan Kolonel CKM, dalam melaksanakan tugasnya dibantu olehdua Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen TNI AngkatanDarat berpangkat Mayor CKM, terdiri dari: a. Kepala Seksi Penelitian, disingkat Kasilit. b. Kepala Seksi Pengembangan, disingkat Kasibang. Ka Instal. Litbang dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi. 2. Instalasi Produksi, disingkat Instal. Prod.Ka Instal. Prod dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel CKM (Apoteker), dalam pelaksanaan tugas kewajibannyabertanggung jawab kepada Kalafi. Ka Instal. Prod dalam

melaksanakantugasnya dibantu oleh empat Kepala Seksi yang masing-masing dijabat olehPamen TNI Angkatan Darat berpangkat Mayor CKM, terdiri dari :

a. Kepala Seksi Sediaan Padat, disingkat Kasi Diadat

b. Kepala Seksi Sediaan Cair/steril, disingkat Kasi Dia Cair/steril c. Kepala Seksi Sediaan Khusus, disingkat Kasi Diasus d. Kepala Seksi Kemas, disingkat Kasi Kemas. 3. Instalasi Pengawasan Mutu, disingkat Instal. Wastu Ka Instal. Wastu dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Daratberpangkat Letnan Kolonel CKM (Apoteker), dalam melaksanakantugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi yang masing-masing dijabat olehPamen TNI Angkatan Darat berpangkat Mayor CKM, terdiri dari: a. Kepala Seksi Kimia dan Fisika, disingkat Kasi Kifis b. Kepala Seksi Biologi, disingkat Kasi Bio. Ka Instal. Wastu dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi. 4. Instalasi Pemeliharaan, disingkat Instal. Har Ka Instal. Har dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkatMayor CKM. Ka Instal. Har dalam melaksanakan tugasnya dibantu olehdua Kepala Urusan yang masingmasing dijabat oleh Pama TNIAngkatan Darat berpangkat Kapten CKM, terdiri dari: a. Kepala Urusan Perawatan Teknik, disingkat Kaur Watnik. b. Kepala Urusan Utilitas, disingkat Kaur Utilitas. Ka Instal. Har dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepadaKalafi. 5. Instalasi Simpan, disingkat Instal. Simpan Instal. Simpan di.jabat oieh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkatMayor CKM, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu KepalaUrusan yang dijabat oleh Pama TNI Angkatan Darat berpangkat KaptenCKM dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama TNI AngkatanDarat berpangkat Letnan CKM, terdiri dari: a. Kepala Urusan Penyimpanan Materil Produksi, disingkat KaurSimpan Matprod. b. Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi, disingkat Paur. SimpanObat Jadi. Ka.Instal.Simpan dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi.

2.5

Kualifikasi Tenaga Kerja Lafi Ditkesad

Berdasarkan statusnya, personil Lafi Ditkesad terdiri dari militer danPegawai Negeri Sipil (PNS).Adapun data personil Lafi Ditkesad BulanFebruari 2008 berdasarkan jenjang pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Personil Lafi Ditkesad Bulan Februari 2008 Berdasarkan Jenjang Pendidikannya. No Kualifikasi Militer PNS Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. S2 Farmasi 2 1 3 S2 Manajemen 2 - 2 S1 Apoteker 7 3 10 S1 Kimia / Sarjana lain-lain 3 3 6 Sarjana Muda Kimia 1 - 1 D3 Analisis Medis / Kesehatan 2 1 3 Asisten Apoteker 1 7 8 Analis 1 2 3 Perawat Umum / Bidan 1 - 1

10. Perawat Veteriner - 11. STM Alkes - 2 2 12. SLTA (SMA, SMEA, STM) 19 72 91 13. SLTP 1 20 21 14. SD - 3 3 Jumlah 39 114 153 2.6 Sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Angkatan Darat merupakan salah satu badan pelaksanadi tingkat Ditkesad yang bertugas melaksanakan fungsi penelitian, pengembangandan produksi obatobatan, yang mengharuskan lembaga ini mengikuti peraturanpemerintah melalui keputusan MenKes RI No. 43/MenKes/SK/II/1988 tentangCara Pembuatan Obat Yang Baik yang mengharuskan seluruh industri farmasimelaksanakan seluruh kegiatan sesuai dengan tuntunan CPOB. Dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas maka dimulailahpembangunan gedung baru di Jl. Gudang Utara No. 26 Bandung dengan rancangbangun sesuai CPOB dan perkembangan teknologi di bidang industri farmasi.Pembangunan gedung baru ini

dilaksanakan setelah Rencana Induk Pembangunan(RIP) dalam rangka sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad mendapatkan persetujuan dariDirjen POM Depkes RI dengan surat keputusan No.02.01.2.4.96.665 tanggal 28Februari 1996. Pembangunan dan pekerjaan yang sudah dilaksanakan Lafi Ditkesad padasaat ini adalah : 1. Bangunan a. Bangunan Instalasi Produksi Betalaktam. b. Bangunan Instalasi Produksi Non Betalaktam. c. Bangunan Instalasi Pengawasan Mutu. d. Fasilitas sumber air PDAM dan air baku farmasi untuk seluruh kebutuhan Instalasi Produksi (betalaktam dan non betalaktam), Instalasi Pengawasan Mutu dan perkantoran. e. Fasilitas gardu listrik mencakup seluruh kebutuhan Instalasi Produksi, Instalasi Pengawasan Mutu dan perkantoran. f. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mampu mengolah limbah cair pabrik. g. Unit ketel uap yang mencakup kebutuhan seluruh pabrik. h. Kompresor udara bertekanan yang mampu mendukung seluruh kebutuhan pabrik. i. Air Handling System (AHS) untuk unit produksi Betalaktam, ruanglaboratorium mikrobiologi dan Instalasi Pengawasan Mutu dan unit produksi Non Betalaktam sudah terpasang dan memenuhi syarat CPOB.

2.

Peralatan Peralatan untuk betalaktam, non betalaktam dan Instalasi Pengawasan Mutu sudah terpasang dan memenuhi syarat CPOB.

3.

Dokumen Prosedur Tetap (Protap) Dokumen protap yang sudah dibuat dan dilaksanakan terdiri dari betalaktam dan sebagiab non betalaktam.

4.

Pelatihan CPOB Pelatihan CPOB umum, kalibrasi atau validasi telah dilaksanakan berkala minimal 1 tahun.

5.

Sertifikasi CPOB Sertifikasi CPOB yang telah diterima oleh Lafi Ditkesad sampai bulan Februari 2007 ditujukan untuk sediaan betalaktam dan non betalaktam. a. Sertifikat CPOB untuk Sediaan betalaktam : 1). Tablet antibiotika Penisilin dan turunannya 2) Tablet salut antibiotika Penisilin dan turunannya 3) Kapsul keras antibiotika Penisilin dan turunannya 4) Suspensi kering oral antibiotika Penisilin dan turunannya 5) Serbuk steril injeksi antibiotika Penisilin dan turunannya

b. Sertifikat CPOB untuk Sediaan non betalaktam : 1) Tablet biasa non antibiotik 2) Tablet salut non antibiotik 3) Kapsul keras non antibiotik 4) Serbuk oral non antibiotik 5) Cairan obat luar non antibiotik Sertifikasi ini merupakan pengakuan Badan Pengawas Obat danMakanan yang berlaku selama industri menjalankan prinsip CPOB yangtelah ditetapkan.

2.7

Industri Farmasi

2.7.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalahindustri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industry yang memproduksi suatu produk yang telah melalui seluruh tahap prosespembuatan. Obat jadi ini dapat berupa sediaan atau paduan bahan yang siapdigunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalamrangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Industri bahan baku adalah industri yang memproduksisemua bahan baku baik berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat dan digunakandalam proses pembuatan obat. Industri farmasi mempunyai peranan dalammelengkapi pengadaan kebutuhan obat nasional.Pengadaan dan produksi obatbertujuan untuk menjamin tersedianya obat yang dibutuhkan dengan jenis danjumlah yang cukup, mutu yang baik dan terjangkau oleh masyarakat.

2.7.2

Persyaratan Industri Farmasi Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi,karena itu

industri tersebut wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkanoleh Menteri Kesehatan. Persyaratan industri farmasi tercantum dalam SuratKeputusan Menteri Kesehatan RI No. 245//Menkes/SK/V/1990 adalah sebagaiberikut : 1. Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi. 2. Memiliki rencana investasi. 3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku wajib memenuhi persyaratanCPOB sesuai dengan ketentuan SK Menteri Kesehatan No.43/Menkes/SK/II/1988. 5. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakansecara tetap sekurangkurangnya dua orang apoteker warga NegaraIndonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab produksi danpenanggung jawab pengawasan mutu sesuai dengan persyaratanCPOB.

6. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkansetelah memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundangundanganyang berlaku.Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan danwewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan Obat danMakanan (BPOM). Izin ini berlaku seterusnya selama industri tersebutberproduksi dengan perpanjangan izin setiap 5 tahun, sedangkan untuk industry farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai denganketentuan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman ModalAsing dan pelaksanaannya.

2.7.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal: 1. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasidan perluasan tanpamemiliki izin. 2. Tidak menyampaikan informasi mengenai perkembangan industry secara berturut-turut tiga kali atau dengan sengaja menyampaikaninformasi yang tidak benar. 3. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulisterlebih dahulu. 4. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). 5. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

2.8

Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam seluruhrangkaian proses di

industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengankeputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang CaraPembuatan Obat yang Baik.Pedoman CPOB bertujuan untuk menghasilkan produk obat yangsenantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengantujuan penggunaannya.Pengawasan menyeluruh pada pembuatan obat sangat penting untukmenjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi, tidak cukup bilaobat jadi hanya sekedar lolos dari serangkaian pengujian, tetapi sangat pentingbahwa mutu obat harus dibentuk dalam produk obat tersebut. Semua obathendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau, oleh karena ituindustri farmasi harus memiliki sistem pengawasan mutu yang efisien, yangsepenuhnya dapat

menjamin mutu obat jadi yang dihasilkan. Untuk menjaminmutu obat jadi adalah dengan cara penerapan CPOB dalam seluruh aspek danrangkaian kegiatan produksi. Obat yang berkualitas adalah obat jadi yang benar-benar dijamin bahwaobat tersebut: 1. Mempunyai potensi atau kekuatan untuk dapat digunakan sesuaitujuannya. 2. Memenuhi persyaratan keseragaman, baik isi maupun bobot. 3. Memenuhi syarat kemurnian. 4. Memiliki identitas dan penandaan yang jelas dan benar. 5. Dikemas dalam kemasan yang sesuai dan terlindung dari kerusakan dankontaminasi. 6. Penampilan baik, bebas dari cacat atau rusak. Aspek-aspek yang merupakan cakupan CPOB adalah ketentuan umum,personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan terhadap keluhan dan penarikankembali obat dan obat kembalian serta dokumentasi.

2.8.1 Ketentuan Umum CPOB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sertabertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat, senantiasa memenuhipersyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Landasan umum CPOB antara lain : 1. Pada pembuatan obat, pengawasan menyeluruh adalah sangat esensialuntuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. 2. Tidaklah cukup obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalamproduk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatandan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personaliayang terlibat dalam pembuatan obat. 3. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak hanya mengandalkan padasatu pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisiyang dikendalikan dan dipantau dengan cermat. 4. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifatdan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki, bila perludapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa standar mutu obat yangtelah ditentukan tetap tercapai.

2.8.2 Personalia Jumlah personil pada tiap tingkatan harus memadai dan memilikipengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya.Personiljuga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, sehingga mampumelakukan tugasnya secara profesional, memiliki sifat dan kesadaran yang tinggiuntuk mewujudkan CPOB. Aspek personalia meliputi : 1. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab a. Struktur organisasi perusahaan hendaklah sedemikian rupa sehinggabagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orangyang berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadapyang lain. b. Manajer produksi hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatihdan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industry farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan sehinggamemungkinkan melaksanakan tugas secara profesional, memilikianggung jawab bersama dalam mutu obat, baik dengan manajerpengawasan mutu maupun manajer teknik. c. Manajer pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang cakap,terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai untukmemungkinkan melaksanakan tugasnya secara profesional. Manajerpengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenanguntuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan danobat jadi bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, ataumenolaknya bila tidak sesuai dengan spesifikasinya atau bila tidakdibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yangditentukan. d. Manajer produksi dan manajer pengawasan mutu bersama-samabertanggung jawab dalam penyusunan dan pengesahan prosedurprosedurtertulis, pemantauan dan pengawasan lingkunganpembuatan obat, kebersihan pabrik dan validasi proses produksi,kalibrasi alat-alat pengukur, latihan personalia, pemberianpersetujuan terhadap pemasok bahan dan kontraktor, pengamananproduk dan bahan terhadap kerusakan dan kemunduran mutu dandalam penyimpanan catatan-catatan. 2. Pelatihan

Seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatanobat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerahpembuatan obat, diberikan pelatihan mengenai kegiatan tertentu yang sesuaidengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. a. Pelatihan diberikan oleh tenaga yang kompeten khususnya bagimereka yang bekerja di daerah steril dan daerah bersih atau bagimereka yang bekerja menggunakan bahan yang mempunyai resikotinggi, toksik atau yang menimbulkan sensitisasi. b. Pelatihan mengenai CPOB dilakukan secara berkesinambungan dandengan frekuensi yang memadai untuk menjamin agar para karyawanterbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya. c. Pelatihan dilaksanakan menurut program tertulis yang telah disetujuioleh Manajer Produksi dan Pengawasan Mutu. d. Catatan pelatihan personil mengenai CPOB, hendaknya disimpan danefektifitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala.

2.8.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran dan

rancangbangunkonstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalampelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerjahendaklah memadai sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaransilang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat dapatdihindarkan.Menurut International Standardization Organization (ISO14644 ), jumlahpartikel di udara ruangan:

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rancang bangundan penataan gedung adalah kesesuaian dengan kegiatan produksi, luasnya ruangkerja, pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintasumum bagi karyawan, meliputi:

1. Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinyapencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,tanah, dan air maupun dari kegiatan di dekatnya. 2. Gedung hendaklah dibangun dan dipelihara agar terlindung dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan melalui tanah serta masuk dan bersarangnyabinatang. 3. Dalam menentukan rancang bangun dan tata letak ruang hendaklahdipertimbangkan halhal sebagai berikut: a. Kesesuaian dengan kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalamsarana yang sama atau dalam sarana yang berdampingan b. Tata letak ruang yang di sedemikian daerah yang rupa untuk diatur memungkinkan secara logis

kegiatanproduksidilaksanakan

letaknya

danberhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelaskebersihan yang disyaratkan c. Luas ruang kerja memungkinkan penempatan peralatan secara teratur untuk memungkinkan terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja,komunikasi dan pengawasan yang efektif maupun untuk mencegahkesesakan dan ketidakteraturan. d. Pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalulintas umum bagi karyawan, bahan-bahan atau tempat penyimpanankecuali untuk bahan-bahan yang sedang dalam proses. 4. Rancangan bangunan dan tata letak ruang harus memenuhi persyaratanpersyaratansebagai berikut: a. Dicegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda,kemungkinan terjadinya kontaminasi silang oleh obat atau bahan lain,serta terlewatnya salah satu langkah dalam proses produksi. Untukbahan yang sangat beracun atau bahan yang dapat menimbulkansensitisasi seperti hormon, bahan sitotoksik dan antibiotika tertentuhendaklah diberi perhatian khusus dalam pengolahannya.Dalam hal ini perlu pemisahan bangunan untuk pembuatan obat yangmengandung bahan tersebut. b. Obat yang mengandung golongan penisilin hendaklah diproduksidalam suatu bangunan terpisah dengan pengendalian udara khususuntuk produksi tersebut. c. Obat yang mengandung golongan sefalosporin dapat diproduksi diruang terpisah dalam satu bangunan dengan pengendalian udara danperalatan termasuk lini

pengemasan khusus untuk produk tersebut.Produksi dapat dilakukan juga dengan cara produksi beberapa betssecara berurutan di daerah terpisah yang dibersihkan dandidekontaminasi menurut prosedur yang sudah divalidasi. d. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dariruang produksiobat. e. Disediakan ruangan terpisah untuk membersihkan alat yang dapatdipindah-pindahkan dan ruang untuk menyimpan bahan pembersih. f. Kamar ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerahpengolahan tetapi letaknya terpisah. g. Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapidengan ventilasi yang baik. h. Hewan ditempatkan dalam gedung terpisah atau setidak-tidaknyadalam ruang yang terisolasi dengan baik. 5. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan daerah khusus antara lain:penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal,penimbangan dan penyerahan, pengolahan, penyimpanan produk ruahan,pengemasan, karantina obat jadi selama menunggu pelulusan akhir,penyimpanan obat jadi, pengiriman barang dan laboratorium sertapencucian peralatan. 6. Daerah pengolahan produk steril hendaklah dipisahkan dari daerahproduksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus. Ruang-ruangterpisah diperlukan bagi kegiatankegiatan berikut: pembukaan kemasankomponen, pencucian peralatan serta wadah, pengolahan, pengisian danpenutupan wadah langsung, ruang penyangga udara yang menghubungkanantara ruang ganti pakaian dengan ruang pengisian dan ruang gantipakaian steril sebelum memasuki ruang steril. 7. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit)hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudahdibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di daerahpengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata danmemungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien.Dinding jugahendaklah kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci.Sudutsudutantara dinding, lantai dan langit-langit dalam daerah-daerah kritishendaklah berbentuk lengkungan.

8. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak control serta sirkulasi udara yang baik. Saluran yang terbuka hendaklah sedapatmungkin dicegah tetapi bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untukmemudahkan pembersihan dan desinfeksi. 9. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara serta pipa-pipa dan salurannyahendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah timbulnyapencemaran terhadap produk. 10.Bangunan hendaklah mendapat penerangan yang efektif dan mempunyaiventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembabandan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupundengan lingkungan sekitarnya. 11. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi lain di daerah produksihendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknyaceruk yang tidak dapat dibersihkan. Instalasi seperti ini sedapat mungkindipasang di luar daerah pengolahan. 12. Pemasangan tulang atap, pipa dan saluran udara di dalam ruanganhendaklah dicegah. Apabila tidak bisa dihindari, maka suatu prosedurtetap dan penjadwalan khusus mengenai pembersihan terhadap yangdipasang tersebut hendaklah dibuat dan diikuti. 13. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel di dindingtetapi di gantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak yangcukup untuk memudahkan pembersihan. 14. Tenaga listrik hendaklah memadai untuk menjamin kelancaran produksi dan laboratorium. 15. Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang, gangdan daerah sekeliling gedung hendaklah dirawat, agar senantiasa dalamkeadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah diperiksa secara teratur dan dilakukan perbaikan dimana perlu. Perhatian khusus perludiberikan untuk menjamin agar perbaikan atau kegiatan perawatannyatidak akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap produk. 16. Gudang penyimpanan bahan hendaklah cukup luas, terang serta ditata dandilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan bahan danproduk dalam keadaan kering, bersih dan teratur. a. Daerah penyimpanan hendaklah cocok untuk melaksanakanpemisahan bahan dan produk yang dikarantina secara efektif.Daerah khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpananbahan mudah terbakar, bahan mudah meledak dan bahan yangsangat beracun, narkotika dan obat berbahaya lain.

b. Bila diperlukan hendaklah disediakan sarana gudang dengankondisi khusus, misalnya suhu, kelembaban dan keamanantertentu. c. Gudang penyimpanan hendaklah ditata sedemikian rupa untukmemungkinkan pemisahan yang efektif dan teratur terhadapberbagai kelompok bahan yang di simpan serta untuk memudahkanperputaran persediaan. d. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan terpisah bagi barangbarangyang ditolak, ditarik kembali atau dikembalikan. e. Penyimpanan hendaklah ditata sedemikian rupa sehingga masing-masinglabel yang berbeda dan bahan cetak lain disimpan terpisahuntuk mencegah terjadinya pencampuran. 17. Pintu yang membuka langsung ke lingkungan luar dari ruang produksiseperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untukmencegah masuknya cemaran. Peraturan hendaklah dibuat untukmenjamin bahwa pintu tersebut hanya digunakan dalam situasi darurat. Pintu-pintu di dalam gedung yang difungsikan sebagai perintang terhadapkontaminasi silang hendaklah selalu dalam keadaan tertutup apabilasedang tidak digunakan. 2.8.4 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memilikirancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai sertaditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obatterjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihandan perawatannya. 1. Rancang bangun dan konstruksi Rancang bangun dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhipersyaratan-persyaratan berikut: a. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produkantara, produk ruahan atau produk jadi tidak boleh bereaksi,mengadisi atau mengabsorbsi, yang dapat mengubah identitas, mutuatau kemurniannya di luar batas yang ditentukan. b. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, mengujidan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur sertadikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.

c. Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah baik bagiandalam maupun bagian luar. d. Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus sepertipelumas atau pendingin, tidak boleh bersentuhan langsung denganbahan yang diolah karena hal ini dapat merubah identitas, mutu ataukemurnian bahan baku, bahan antara, produk ruahan atau obat jadi. e. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yangmudah terbakar, atau ditempatkan di daerah dimana digunakanbahan yang mudah terbakar, hendaklah dilengkapi denganperlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan sempurna. f. Penyaring untuk cairan tidak boleh melepaskan serat ke dalamproduk. Penyaring yang mengandung asbes tidak boleh digunakanwalaupun penyaring khusus yang tidak melepas serat digunakansesudahnya. 2. Pemasangan dan penempatan a. Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untukmemperkecil kemungkinan pencemaran silang antar bahan didaerah yang sama. b. Tiap peralatan hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas. c. Peralatan hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup renggangdari peralatan lain untuk memberikan keleluasaan kerja danmemastikan tidak terjadinya campur-baur atau kekeliruan. d. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklahdipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatanberlangsung dan hendaklah diberi label atau tanda yang jelas agarmudah dikenal. e. Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendinginhendaklah diberi isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinanterjadinya cacat dan memperkecil kehilangan energi. f. Saluran pipa ke alat yang menggunakan uap bertekanan hendaklahdilengkapi dengan perangkap uap dan saluran pembuangan yangberfungsi dengan baik. g. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi,pengatur suhu udara, air minum, pemurnian air, penyulingan air,uap, udara bertekanan dan gas hendaklah

divalidasi untukmemastikan bahwa sistem-sistem tersebut senantiasa berfungsisesuai dengan tujuannya. 3. Pemeliharaan a. Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetapberfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yangdapat merubah identitas, mutu atau kemurnian produk. b. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklahdibuat dan dipatuhi. c. Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatuperalatan utama hendaklah dicatat dalam buku catatan harian.

2.8.5 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiapaspek pembuatan obat.Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiaphal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. 1. Personalia a. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baiksebelum diterima menjadi personil maupun selama bekerja. b. Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik. c. Tiap personil yang mengidap suatu penyakit atau menderita lukaterbuka yang dapat merugikan kualitas produk, hendaklah dilarangmenangani bahan baku, bahan pengemas, bahan yang sedang dalamproses dan obat jadi, sampai ia sembuh kembali. d. Untuk keamanan sendiri dan untuk menjamin produk terlindung daripencemaran, personil hendaklah mengenakan pakaian pelindung badanyang bersih termasuk penutup rambut yang bersih sesuai dengan tugasyang mereka laksanakan. e. Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakkan tanaman ataumenyimpan makanan, minuman, dan obat pribadi hanya diperbolehkandi daerah tertentu dan dilarang dalam daerah produksi, laboratorium,daerah gudang dan daerah lainnya yang mungkin merugikan mutuproduk. 2. Bangunan

a. Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat harus dirancang dandibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yangbaik. b. Toilet tersedia dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang baikdan tempat cuci kaki bagi personil yang letaknya mudah dicapai daridaerah kerja. c. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpananpakaian personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat. d. Harus ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggungjawabsanitasi 3. Peralatan a. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luarmaupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, sertadijaga dan disimpan dalam kondisi bersih. b. Harus ada prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dansanitasi peralatan dan wadah yang digunakan dalam pembuatan obat. 4. Kualifikasi dan Validasi Prosedur Sanitasi dan Higiene Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasisecara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yangbersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

2.8.6 Produksi Produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkansehingga menjamin obat yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telahditentukan. 1. Bahan awal a. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan, harusmemenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberilabel dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. b. Setiap penerimaan bahan awal hendaklah dilakukan pemeriksaansecara visual tentang kondisi umum, keutuhan kemasan, kebocorandan kerusakan, serta contoh untuk pengujian diambil oleh petugasdengan menggunakan metode yang telah disetujui oleh manajerpengawasan mutu. c. Bahan awal yang baru tiba, harus dikarantina, sampai disetujui dandiluluskan untuk digunakan oleh penanggung jawab pengawasan mutu.

d. Label yang menunjukkan status bahan awal hanya boleh dipasang olehpetugas yang ditunjuk oleh penanggung jawab bagian pengawasanmutu. e. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandaisecara jelas, tersimpan terpisah dan secepatnya dimusnahkan ataudikembalikan kepada pemasok.

2. Validasi proses a. Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. b. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklahdisertai dengan tindakan validasi ulang.

3. Pencemaran Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapatmerugikan kesehatan, mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhikualitas suatu produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus harusdiberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal inimenunjukkan pelaksanaan pembuatan obat yang tidak sesuai denganCPOB.

4. Sistem penomoran bets dan lot. a. Sistem yang menjabarkan cara penomoran bets dan lot secara rincidiperlukan, untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahanatau obat jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets ataulot tertentu. b. Sistem penomoran bets atau lot harus menjamin bahwa nomor betsatau lot yang sama tidak digunakan secara berulang.

5. Penimbangan dan penyerahan a. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yangboleh diserahkan hanyalah yang telah diluluskan oleh bagianpengawasan mutu. b. Sebelum dilakukan penimbangan hendaklah dilakukan pemeriksaanterhadap

kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusandari bagian pengawasan mutu.

c. Setiap penimbangan atau pengukuran hendaknya dilakukanpembuktian kebenaran, ketepatan identitas, dan jumlah bahan yangditimbang dan diukur oleh dua petugas secara terpisah. d. Bahan baku, produk antara, dan produk ruahan hendaknya diperiksaulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksisebelum diserahkan ke bagian produksi.

6. Pengembalian a. Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahanyang dikembalikan ke tempat penyimpanan hendaklahdidokumentasikan. b. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan tidakboleh dikembalikan ke gudang kecuali bila memenuhi spesifikasi yangditetapkan.

7. Pengolahan a. Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksaterlebih dahulu sebelum digunakan. b. Kondisi daerah pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikansampai tingkat yang disyaratkan untuk kegiatan yang akan dilakukan.Sebelum pengolahan dimulai, ditempuh langkah yang menjaminbahwa daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk ataudokumen yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang bersangkutan. c. Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan hendaklahdiperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersihsecara tertulis sebelum digunakan. d. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikutiprosedur tertulis yang telah ditentukan. Tiap penyimpanan hendaklahdilaporkan dengan menyertakan alasan dan penjelasan. e. Semua produk antara atau produk ruahan harus diberi label yang tepatdan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.

8. Produk steril a. Cara produksi ada dua kategori yaitu aseptis dan sterilisasi akhir.

b. Semua produk steril dibuat dengan kondisi terkendali dan dipantaudengan teliti serta diperlukan tindakan khusus untuk meyakinkansterilitas produk steril yang dibuat. c. Untuk membuat produk steril diperlukan ruang terpisah yangdirancang khusus. d. Pembuatan produk steril memerlukan tiga kualitas ruangan yangberbeda, yakni: ruang ganti pakaian, ruang bersih untuk persiapankomponen dan penyiapan larutan dan ruangan steril untuk kegiatansteril e. Kontaminasi jasad renik tidak boleh melebihi nilai batas. f. Personel yang bekerja dipilih dengan seksama dan harusmemperhatikan standar higiene dan kebersihan perorangan sertamendapatkan pelatihan sesuai dengan bidangnya. g. Personel memakai pakaian khusus untuk daerah bersih dan steril sertaditangani secara terpisah pemakaian dan pencuciannya. Arloji,perhiasan dan kosmetik tidak boleh dipakai dalam ruangan bersih dansteril. h. Bangunan untuk ruangan steril dirancang khusus, diberi aliran udarabertekanan positif secara efektif melalui saringan. Permukaan ruanganharus kedap air dan tidak retak.Tidak boleh ada bagian yang dapatmenjadi tempat penumpukan debu.Pipapipa dipasang dengan tepatdan saluran pembuangan dipasang terpisah serta tidak boleh ada bakpencucian. i. Peralatan dirancang dan dipasang dengan tepat dan mudahdibersihkan. j. Pengolahan bahan awal dan produk hendaklah dihindari daripencemaran jasad renik, baik sebelum dan sesudah sterilisasi. Wadah,pembersih, jarak waktu sterilisasi, pembuatan larutan dan sumber airselalu dipantau dengan baik. k. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara panas basah, panas kering,saring, etilen oksida atau radiasi sesuai dengan masing-masing carayang efektif.

9. Pengemasan

a. Kegiatan pengemasan berfungsi untuk membagi-bagi dan mengemasproduk ruahan menjadi obat jadi. Proses pengemasan hendaklahdilaksanakan di bawah pengawasan ketat untuk menjaga identitas,keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas. b. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukanpemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerjadalam keadaan bersih dan bebas dari produk, sisa produk lain ataudokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan. c. Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas hendaklahdiperiksa dan diteliti kesesuaiannya dengan prosedur pengemasaninduk atau perintah pengemasan khusus.

10. Bahan atau produk pulihan Bahan atau produk dapat diolah ulang atau dipulihkan asalkanbahan atau produk tersebut layak untuk diolah ulang melalui prosedurtertentu yang disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratanspesifikasi yang ditentukan dan tidak terjadi perubahan berarti terhadapmutunya.

11. Obat kembalian a. Obat jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik misalnya karena labelatau kemasan luar yang kotor dapat diberi label kembali dan harushati-hati untuk menghindari campur baur dengan produk lain atauterjadinya kesalahan pemberian label. b. Obat jadi yang dikembalikan dari peredaran dan sudah lepas daripengawasan pabrik pembuat, setelah dievaluasi secara kritis olehpetugas pengawasan mutu dan ternyata memenuhi standar, spesifikasidan karakteristik yang ditetapkan maka, dapat dipertimbangkan untukdijual kembali, diberi label kembali atau diolah ulang ke betsberikutnya. Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk ini tidakboleh dipertimbangkan untuk didistribusikan kembali atau diolahulang. 12. Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadidiserahkan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum obat jadidipindahkan ke gudang, pengawasan ketat hendaklah dilaksanakan untukmemastikan bahwa produk dan catatan menyeluruh tentang bets yangbersangkutan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 13. Pengawasan distribusi obat jadi

a. Sistem distribusi hendaklah dirancang dengan tepat sehinggamenjamin bahwa obat jadi yang pertama masuk didistribusikanterlebih dahulu. b. Sistem tersebut mencakup pula cara pencatatan yang tepat sehinggadistribusi tiap bets dapat segera diketahui untuk mempermudahpenyelidikan dan penarikan kembali jika diperlukan. c. Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dandipatuhi. d. Penyimpangan terhadap prinsip pertama masuk pertama keluar hanyadiperbolehkan untuk jangka waktu pendek dan hanya atas persetujuanpimpinan yang bertanggung jawab. 14. Penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadiSemua bahan hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untukmencegah resiko tercampur baur atau pencemaran serta memudahkanpemeriksaan dan pemeliharaan. 15. Pembuatan obat berdasarkan kontrak a. Pembuatan obat berdasarkan kontrak berarti pembuatan sebagian ataukeseluruhan dari suatu obat oleh satu atau lebih pabrik pembuat(disebut penerima kontrak) untuk kepentingan pihak lain (disebutpemberi kontrak). b. Pemberi kontrak hendaklah memastikan bahwa penerima kontrak telahmemiliki izin operasional dan sertifikat CPOB yang sesuai denganbentuk sediaan obat yang akan dikontrakkan.

2.8.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan obatyang baik untuk memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhipersyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. 1. Ketentuan umum Bagian pengawasan mutu melaksanakan tugas pokok antara lainsebagai berikut: a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi b. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pemeriksaan,pengujian dan analisis c. Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan di masa mendatang d. Meluluskan atau menolak setiap bets bahan awal, produk antara,produk ruahan dan obat.

e. Mengevaluasi dan menyetujui prosedur pengolahan ulang suatuproduk. 2. Laboratorium pengujian a. Bangunan laboratorium hendaklah terpisah dari ruangan produksi danterpisah antar masing-masing laboratorium. Ruang instrumen jugadibuat terpisah untuk melindungi terhadap listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan atau instrumen tersebut perlu diisolasi dari peralatanlainnya. b. Personalia, setiap personil yang bertugas mengawasi atau yanglangsung melakukan pekerjaan laboratorium hendaklah mempunyaipendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai untuk menjalankantugasnya serta mendokumentasikan segala tugas dan tanggungjawabyang diberikan. Dalam bekerja personil hendaklah memakai

pakaianpelindung dan alat pengaman seperti respirator atau masker, kaca matapelindung dan sarung tangan yang tahan terhadap asam atau alkali. c. Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian hendaklah cocokuntuk prosedur pengujian yang dilakukan serta prosedur tetap untukpengoperasian tiap instrumen dan peralatan hendaklah tersedia dandiletakkan di dekat instrumen atau peralatan yang bersangkutan. d. Pereaksi dan media biakan bakteri yang diterima hendaklah dicatat,serta dibuat sesuai dengan prosedur pembuatan tertulis dan diberi labelyang sesuai. Untuk memastikan kecocokan media pembiakan yangdipakai digunakan kontrol positif dan kontrol negatif. e. Baku pembanding dipegang oleh seorang yang telah ditunjuk. Bakupembanding terdiri atas baku pembanding primer yang digunakanuntuk tujuan tertentu yang sesuai dalam monografi, dan bakupembanding sekunder atau baku pembanding kerja dapat dibuat dandipakai setelah dilakukan pengujian yang sesuai secara periodik. Semua bakupembanding tersebut hendaklah disimpan dan digunakansecara tepat sehingga mutunya tetap. f. Spesifikasi dan prosedur pengujiaan hendaklah divalidasi denganmemperhatikan fasilitas peralatan yang ada sebelum prosedur tersebutdigunakan dalam pengujian rutin, dan hendaklah mengikuti instruksiyang tercantum dalam prosedur pengujian untuk masing-masing bahanatau produk jadi.

g. Catatan analisis mencakup nama dan nomor bets, nama petugas yangmengambil contoh, metoda analisa yang digunakan, semua dataanalisa, perhitungan data analisa, pernyataan toleransi yangdiperbolehkan yaitu pernyataan yang memenuhi syarat atau tidakmemenuhi syarat, tanggal dan tanda tangan petugas yang melakukanpengujian dan perhitungan, nama pemasok, jumlah keseluruhan danjumlah bahan awal yang diterima, jumlah wadah, bahan baku, bahanpengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi dari bets ataulot yang dianalisa. h. Contoh pertinggal dengan identitas yang jelas dan mewakili setiap betsbahan baku berkhasiat yang diterima hendaklah disimpan untuk jangkawaktu tertentu. Jumlah contoh pertinggal sekurang-kurangnya dua kalidari jumlah contoh yang dibutuhkan untuk pengujian lengkap kecualiuntuk uji sterilitas. 3. Validasi Bagian pengawasan mutu hendaklah melakukan validasi terhadapprosedur penetapan kadar dan kalibrasi instrumen. a. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahandan obat jadi 1) Tiap spesifikasi hendaklah disetujui terlebih dahulu dandisimpan oleh bagian pengawasan mutu. 2) Pengambilan contoh merupakan operasi penting karenahanya sebagian kecil saja dari suatu bets yang diambiluntuk pengujian mutu. b. Pengolahan ulang 1) Pengolahan ulang tidak boleh dilakukan sebelumprosedurnya diperiksa dan disetujui oleh bagianpengawasan mutu. 2) Pengolahan ulang suatu bets produk dapat dipertimbangkanhanya apabila resiko yang mungkin sekali terjadi akibatpengolahan ulang telah dilakukan eveluasi secarameyakinkan dan dinilai dapat diabaikan. 3) Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan terhadap obat jadihasil pengolahan ulang bila diperlukan. c. Evaluasi bagian pengawasan mutu terhadap prosedur produksi 1) Bagian pengawasan mutu hendaklah ikut serta dalampembuatan prosedur pengolahan induk dan prosedurpengemasan induk untuk setiap ukuran bets suatu produkuntuk menjamin keseragaman dari bets ke bets yangdiproduksi.

2) Bagian pengawasan mutu hendaklah memberikanpersetujuan atas prosedur pembersihan dan sanitasiperalatan produksi. d. Peninjauan catatan bets produksi 1) Semua catatan produksi dan pengawasan tiap bets obat jadihendaklah diteliti oleh bagian pengawasan mutu untukmenentukan apakah pembuatan bets

bersangkutanmemenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan sebelumdiluluskan untuk produksi. 2) Tiap bets yang menyimpang atau gagal dalam memenuhispesifikasinya hendaklah diselidiki secara tuntas. e. Penelitian stabilitas 1) Hendaklah dirancang program pengujian stabilitas untukmengetahui stabilitas obat jadi untuk menentukan kondisipenyimpanan yang cocok serta tanggal daluarsa. 2) Penelitian stabilitas dilakukan dalam hal produk baru,memiliki kemasan baru yang berbeda dengan standar yangtelah ditetapkan, perubahan formula, perubahan metodapengolahan dan sumber bahan baku. f. Keluhan terhadap obat 1) Hendaklah dirancang suatu sistem penanganan terhadapkeluhan obat yang mencakup prosedur tetap danpenunjukan petugas yang bertanggung jawab menerimakeluhan. 2) Hendaklah dibuat catatan keluhan terhadap obat dan jugapenanganannya. g. Obat kembalian Bagian pengawasan mutu hendaklah bertanggung jawab ataspemeriksaan produk yang dikembalikan karena adanya keluhan,kerusakan, daluarsa atau hal lain yang menimbulkan keraguan atas mutuproduk tersebut. h. Penilaian terhadap pemasok Bagian pengawasan mutu hendaklah ikut bertanggung jawabbersama departemen yang relevan untuk memilih pemasok yang mampudan dapat dipercaya dalam penyediaan bahan awal yang memenuhispesifikasi yang telah ditetapkan.

2.8.8 Inspeksi Diri

Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspekproduksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOB.Program inspeksi diridirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untukmenetapkan tindakan

perbaikannya.Inspeksi diri harus dilakukan secara teraturdan dibuat prosedur serta pencatatannya.Tindakan perbaikan yang disarankansebaiknya dilaksanakan. Untuk

pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim yang mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB.Hal-hal yang diinspeksi meliputi karyawan, bangunan termasuk fasilitasuntuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, peralatan, produksi,pengawasan mutu, dokumentasi, serta pemeliharaan gedung dan peralatan.Inspeksi diri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhanpabrik yang bersangkutan.Inspeksi diri yang menyeluruh dilakukan sekurangkurangnyasekali dalam setahun.

2.8.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat danObat Kembalian 1. Keluhan dan Laporan Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek sampingyang merugikan, dan masalah medis lainnya. Keluhan dan laporanditangani secara: a. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporanyang diterima. b. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yangbersangkutan sesuai dengan jenis keluhan dan laporan yang diterima. c. Terhadap tiap keluhan dan laporan dilakukan penelitian dan evaluasi secara seksama, termasuk meninjau seluruh informasi yang masuktentang pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima.Bila perlu dilakukan pemeriksaan terhadap contoh pertinggal bets yangbersangkutan dan meneliti kembali semua data serta dokumentasi yangberkaitan. Tindak lanjut terhadap keluhan dan laporan: 1) Tindakan perbaikan yang diperlukan termasuk penarikan kembalibets obat jadi atau seluruh obat jadi yang bersangkutan dantindak lanjut lainnya yang sesuai.

2) Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasukevaluasi penelitian dan tindak lanjut yang diambil hendaklahdicatat dan dilaporkan kepada bagian yang bersangkutan dankepada pejabat pemerintah yang berwenang.

2. Penarikan Kembali Obat Jadi Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satuatau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantaidistribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produkyang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbanganadanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikankesehatan.Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiriatau instruksi instansi pemerintah yang berwenang.Keputusan untukmelakukan penarikan kembali obat jadi adalah tanggung jawab apotekerpenanggung jawab pabrik dan pimpinan perusahaan.Penarikan kembaliobat jadi dapat pula sekaligus merupakan penghentian pembuatan obat jadiyang bersangkutan. Pelaksanaan penarikan kembali obat jadi: a. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahuiadanya obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan ataumempunyai efek samping yang tidak

diperhitungkansebelumnya dan membahayakan kesehatan. b. Obat jadi yang mempunyai resiko besar terhadap kesehatanselain tindakan penarikan hendaklah segera diambil tindakankhusus agar obat yang bersangkutan dikenakan embargo untuktidak digunakan. Dalam hal ini penarikan dilakukan sampai ketingkat konsumen.Sistem dokumentasi pabrik dapat mendukung pelaksanaanpenarikan kembali dan embargo secara efektif, cepat, dan tuntas.

3. Obat Kembalian Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar dan kemudiandikembalikan ke produsen karena adanya keluhan kadaluarsa, masalahkeabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasansehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, kualitas, dankuantitas obat jadi yang bersangkutan.Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki,dan menganalisa obat yang

dikembalikan, serta menetapkan apakah obattersebut dapat diproses kembali atau harus

dimusnahkan.Terhadap obatkembalian dilakukan evaluasi menentukan apakahobat jadi yang bersangkutan dapat

yang seksama untuk diolah kembali atau

dimusnahkan.Obat kembalian digolongkan sebagai berikut: a. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan masihdapat digunakan. b. Obat kembalian yang masih dapat diolah ulang. c. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang. Prosedur penanganan obat kembalian dibuat denganmemperhatikan hal-hal berikut: a. Jumlah dan identifikasi obat kembalian harus dicatat. b. Obat kembalian yang diterima hendaklah dikarantina. c. Terhadap obat kembalian dilakukan penelitian dan pemeriksaanoleh bagian pengawasan mutu untuk menentukan tindak lanjut. d. Keputusan untuk melakukan pengolahan obat kembalianhendaklah dilakukan oleh pimpinan perusahaan atas dasarpertimbangan yang seksama dan proses pengolahan harusdiawasi secara ketat. Obat kembalian tidak dapat diolah ulang harus dimusnahkan.Hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolakyang mencakup pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegahkemungkinan jatuhnya obat tersebut ke tangan orang yang tidakberwenang.

2.8.10 Dokumentasi Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasimanajemen yang meliputi spesifikasi bahan baku dan produk, prosedur, metodedan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pembersihan, pemeliharaan,penyimpanan dan distribusi, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaiankegiatan pembuatan obat.Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugasmendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harusdilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dankekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap darisetiap bets atau lot suatu bets produk atau lot sehingga untuk memungkinkan produk yang penyelidikan bersangkutan.

sertapenelusuran

terhadap

Sistemdokumentasi digunakan juga dalam pemantauan dan pengendalian seperti pada kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.