laporan kimor 1
DESCRIPTION
kimia organikTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet
2. Menentukan kadar kafeina suatu tablet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASPIRIN
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
merupakan salah satu senyawa turunan asam salisilat yang digunakan sebagai
obat analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan antiinflamasi (Wilmana, 1995). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung (Anonim, 2008). Menurut Rochmaningsih (2004),
asam salisilat (asam ortohidroksi benzoate) dibuat secara besar-besaran dengan
sintesis Kolbe, yaitu dengan memanaskan natrium fenolat kering dengan gas CO2
pada tekanan 6-7 atm (180 °C – 200 °C). Aspirin dibuat dengan mereaksikan
asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis 85% H3PO4
sebagai zat penghidrasi (Petrucci, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut,
Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH
dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan
menghasilkan aspirin. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik, sifat antipiretik
dan analgesik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. Salicin merupakan
kelompok glikosida, yaitu senyawa yang memiliki bagian gula terikat pada non-
glikosa L (Wahyuewmuslim, 2008).
Penampakan fisik aspirin yaitu hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah,
stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi
asam salisilat dan asam asetat. Sifat-sifat aspirin yaitu sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam eter atau alcohol. Aspirin bersifat asam sehingga dalam
penentuan kadarnya digunakan metode titrasi alkalimetri, yaitu titrasi yang
menggunakan larutan standard basa untuk menentukan kadar sampel yang
bersifat asam. Larutan standard yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Contoh larutan standard asam yaitu larutan HCl dan H2SO4 dan
larutan standard basa yaitu NaOH dan KOH (Damanik, 2010).
Aspirin biasa digunakan untuk mengobati sakit gigi, sakit kepala, artritis, dan
nyeri lainnya. Kerja aspirin di dalam tubuh berhubungan langsung dengan
biosintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang
berhubungan dengan asam lemak tak jenuh dan dibuat di dalam sel dengan
rangkaian reaksi berkataliskan enzim. Reaksi yang terjadi adalah reaksi dari asam
arakidonat dengan enzim siklooksigenase ( Hart dan Craine, 2003 ).
Peran prostaglandin bekerja pada sistem pencernaan, peredaran darah, dan
reproduksi. Ketika terluka, ternyata tubuh melepas prostaglandin yang
menimbulkan efek nyeri. Dari situlah hubungan kerja aspirin dalam tubuh dimulai
( Hart dan Craine, 2003 ). Kegunaan aspirin yang lain yaitu sebagai standar untuk
mengukur obat anti inflamasi lainnya, mengobati sebagian besar kelainan sendi
dan obat rangka, menghambat sintesis plostoglanain, menurunkan demam, tetapi
hanya sedikit mempengaruhi suhu badan normal.
Dosis aspirin secara oral untuk mendapatkan efek analgetik dan antipiretik
adalah 300-900 mg, diberikan setiap 4-6 jam dengan dosis maksimum 4 g sehari
dan konsentrasi dalam plasma 150-300 mcg/ml. Untuk mendapatkan efek
antiinflamasi, dosis yang digunakan adalah 4-6 g secara oral per hari. Untuk
mendapatkan efek antiagregasi platelet, dosis yang digunakan adalah 60-80 mg
secara oral per hari (Katzung, 2004).
Dosis aspirin 80 mg per hari (dosis tunggal dan rendah) dapat menghasilkan
efek antiplatelet (penghambat agregasi trombosit). Secara normal, trombosit
tersebar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi menjadi aktif karena
berbagai rangsangan. Membran luar trombosit mengandung berbagai reseptor
yang berfungsi sebagai sensor peka atas sinyal-sinyal fisiologik yang ada dalam
plasma. Efek antiplatelet aspirin adalah dengan menghambat sintesis tromboksan
A2 (TXA2) dari asam arakidonat dalam trombosit oleh adana proses asetilasi
irreversibel dan inhibisi siklooksigenase, suatu enzim penting dalam sintesis
prostaglandin dan tromboksan A2 (Tjay dan Rahardja, 2002).
Pada dosis biasa, efek samping utama aspirin adalah gangguan pada lambung.
Aspirin adalah suatu asam dengan harga pKa 3,5 sehingga pada pH lambung
tidak terlarut sempurna dan partikel aspirin dapat berkontak langsung dengan
mukosa lambung. Akibatnya mudah merusak sel mukosa lambung bahkan sampai
timbul perdarahan pada lambung. Gejala yang timbul akibat perusakan sel
mukosa lambung oleh pemberian aspirin adalah nyeri epigastrum, indigest rasa
seperti terbakar, mual dan muntah. Oleh karena itu sangat dianjurkan aspirin
diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk mengurangi gangguan
saluran cerna (Katzung, 2004).
Penggunaan obat-obat analgesik terutama dalam jangka panjang seringkali
memberikan banyak efek samping, beberapa diantaranya yaitu mengganggu
fungsi liver, ginjal, gastrointestinal, dan pembekuan darah, serta dapat
menyebabkan agranulositosis dan anemia aplastik. Efek samping aspirin yang lain
yaitu menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerolus, menimbulkan alkolosis
respirasi, penurunan pendengaran dan vertigo, menyebabkan hepatitis ringan
(Shearn, 1989).
B. KAFEIN
Banyak senyawa yang berkhasiat menstimulasi susunan syaraf pusat terdapat
dalam sejumlah organ tumbuhan sehingga telah sangat lama dimanfaatkan orang.
Bahan aktifnya turunan xantina, terutama kafeina, teobromina, dan teofilina.
Terdapat perbedaan khasiat yang bertahap di antara ketiga turunan xantina ini
(Auterhoff dan Kovar, 2002).
Selain mempunyai efek stimulasi terhadap peredaran darah, ketiga turunan
xantina tersebut bersifat diuretik. Berbagai campuran sekunder mempengaruhi
efek tersebut. Di industri, ketiga senyawa turunan xantina ini diisolasi dari
tumbuhan asal, misalnya biji kopi, teh hitam, daun ilex, pasta paulaina, biji coklat
dan biji kola
(Auterhoff dan Kovar, 2002).
Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
psikoaktif dan diuretic ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman,
Friendrich Ferdinand Runge pada tahun 1819. Ia menciptakan “kaffein” untuk
merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika
ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa
kimia yang sama (Anonim, 2013).
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama
sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf
pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus
kimianya C6H10O2 dengan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin. Berikut rumus
bangun kafein
(Ganiswara, 1995).
Dalam manusia, kafein adalah stimulan sistem saraf pusat (SSP), memiliki
efek sementara menangkal mengantuk dan mengembalikan kewaspadaan. Kafein
adalah dunia yang paling banyak dikonsumsi psikoaktif substansi, tetapi tidak
seperti banyak zat lain psikoaktif, hukum dan tidak diatur dalam hampir semua
yurisdiksi. Di Amerika Utara, 90% orang dewasa mengkonsumsi kafeina setiap
hari. US Food and Drug Administration daftar kafein "beberapa tujuan umumnya
diakui sebagai zat makanan yang aman" (Anonim, 2013).
Penelitian sudah membuktikan apabila kafeina memiliki efek positif terhadap
system pernapasan. Berdasarkan majalah Marie Claire, kafeina ditunjukkan
membantu meringankan gelaja penyakit asma karena kafeina memiliki kandungan
yang mirip dengan obat asma, theophylline, yang melebarkan rongga pernapasan
ke paru-paru. Kafeina memiliki efek sangat positif terhadap aliran darah ke otak.
Otak yang mengembang akan menyebabkan sakit kepala, kafeina berfungsi untuk
mengerutkan rongga ini sehingga bias mengurangi rasa sakit (Anonim, 2007).
Meminum kopi atau minuman berkafeina lain bisa membantu mengurangi
resiko terkena dua tipe diabetes. Sebuah penelitian terhadap 126.000 pria dan
wanita dilakukan dan hasilnya menunjukkan kalau mereka yang sedikit
mengkonsumsi kafeina atau tidak sama sekali, kemungkinan besar beresiko
terkena dua tipe diabetes dibandingkan yang mengkonsumsi secara aktif.
Keuntungan lain dari kafeina adalah kemampuannya untuk mencegah atau
menghentikan penyebaran kanker kulit. Peneliti melakukan uji coba terhadap
tikus yang mengidap kanker kulit dengan menyuntikkan kafeina ke kulit tikus dan
menemukan bahwa kafein membunuh sel kanker secara efektif tanpa merusak
kulit (Anonim, 2007).
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos, bronchus,
merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan dieresis. Kadar
rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut, sebaliknya kadar kafein
dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang
sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi
ventrikel yang premature. Kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk
pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh
darah. Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan
PO2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin
(Ganiswara, 1995). (Ganiswara, 1995).
Kafein mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak
mencapai darah dalam waktu 50 menit. Ffrekuensi pernafasan, urin, asam lemak
dalam darah, asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan darah.
Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan aktifitas
neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat memperlambat waktu
tidur. Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah,
dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap
penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan
(Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).
Kafein diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus kecil dalam waktu 45
menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang
dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada
wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada
bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang (30 jam). Kafein
diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P450 oksidasi kepada 3
dimethilxanthin metabolik, yaitu Paraxanthine (84%),mempunyai efek
meningkatkan lipolysis, mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas
didalam plasma darah; Theobromine (12%) melebarkan pembuluh darah dan
meningkatkan volume urin, theobromine merupakan alkaloida utama didalam
kokoa (coklat); Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan,
digunakan pada pengobatan asma. Masing- masing dari hasil metabolisme ini
akan di metabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin (Burnham ,
2001).
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi
redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indicator
yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel
dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi
redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah
ekuivalen dari reduktor. Beberapa contoh dari titrasi redoks antara lain adalah
titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri (Karyadi, 1994).
Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu
oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan
jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel sehingga terjadi reaksi antara
sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihitung dengan
cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi sebagai reduktor
(Karyadi, 1994). ( Karyadi, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
1. Lumpang dan penumbuk porselin
2. Neraca analitik
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Kompor gas
5. Labu ukur
6. Corong
7. Kertas saring
8. Pipet ukur
9. Pro pipet
10. Pipet tetes
11. Buret
12. Statif
13. Gelas pengaduk
B. Bahan
1. Satu tablet aspirin (Bayer)
2. Satu tablet kafein (Paramex)
3. Alkohol 95%
4. Aquadest
5. Indikator phenolphthalein
6. Larutan NaOH 0,1 N
7. Indikator amilum
8. Larutan H2SO4 10%
9. Larutan Iod 0,1 N
10. Larutan Na2S2O3 0,1 N
C. Cara Kerja
1. Percobaan menentukan kadar aspirin pada tablet Bayer
Tablet aspirin ditimbang, dicatat merk dan beratnya. Lalu, tablet digerus
di lumpang porselen. Setelah itu, hasil dimasukkan di Erlenmeyer. Lumpang
yang digunakan dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer digoyang-goyang selama 5
menit.
Setelah itu, erlenmeyer dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan.
Larutan yang telah dingin dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan
air sampai tanda batas. Setelah itu larutan diambil sebanyak 20 ml lalu
ditambahkan aquades sebanyak 5 ml dan indikator phenolphthalein sebanyak
3 tetes. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berubah
warna menjadi merah muda. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.
Setiap volume titran yang digunakan dicatat. Setelah itu, kadar aspirin
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
a. Menghitung kadar (%)
10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802
berat tabletx100 %
b. Menghitung kadar (mg/ tablet)
10020 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02
2. Percobaan menentukan kadar kafein pada tablet Paramex
Tablet kafein ditimbang, dicatat merk dan kadarnya. Tablet kafein digerus
dalam lumping porselin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Lumpang
porselin dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur. Erlenmeyer yang berisi larutan digoyang-goyang selama 5
menit. Larutan H2SO4 10% sebanyak 5 ml dan larutan iod 0,1 N sebanyak 20
ml ditambahkan ke dalam labu ukur.
Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur hingga tanda batas. Setelah itu,
larutan di saring dengan kertas saring. Hasil penyaringan dikocok dan
didiamkan selama 10 menit. Larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Indicator amilum sebanyak 3 tetes ditambahkan ke
dalam erlenmeyer.
Setelah itu, larutan dititrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan berubah warna menjadi lebih jernih. Percobaan ini dilakukan
sebanyak 3 kali. Volume titran yang digunakan dihitung kemudian kadar
kafein dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
a. Menghitung kadar (%)
20−¿¿
b. Menghitung kadar (mg/ tablet)
20−¿
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
1. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Aspirin pada Tablet Bayer
2. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Kafein pada Tablet Paramex
B. Pembahasan
1. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesic (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi
(peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin dapat dibuat
dari asam salisilat yang diasetilisasikan dengan asetil klorida atau anhidrin
asam asetat dengan katalis H2SO4. Berikut reaksinya,
Volume larutan NaOH (ml) Berat Tablet
(gr)
Kadar Aspirin
% mg/tablet
4,8 4,5 4,7 0,580 72,55 420,7
Rata-rata = 4,67
Volume larutan Na2S2O3
(ml)
Berat Tablet
(gr)
Kadar Kafein
% mg/tablet
1,7 1,5 2,3 0,718 7,298 52,4
Rata-rata = 1,83
Aspirin mempunyai beberapa kegunaan, yaitu mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau nyeri, menghilangkan demam, meningkatkan
pembuangan atau eliminasi asam urat oleh ginjal melalui urine, sebagai anti
radang terutama reumatik, mencegah thrombus/ sumbatan pada pembuluh
darah terutama jantung. Sedangkan efek sampingnya antara lain dapat
mengiritasi mukosa lambung apabila dimakan dalam keadaan lambung
kosong. Selain itu pada dosis lebih dari 6 gram/hari dapat memperpanjang
waktu pendarahan. Peningkatan volume pembuluh darah mencapai lebih dari
20% akan mengakibatkan penurunan hematokrit (kekentalan darah), oedem
paru, memperberat kerja jantung, dan vasodilatasi perifer. Efek lain yaitu reye
syndrome pada anak dengan gejala muntah, letih, delirium atau koma;
meningkatkan kadar gula dan glukosurie; tinnitus, flushing (rasa panas) dan
gangguan penglihatan; serta dapat menimbulkan reaksi alergi dengan tanda
bercak-bercak merah di kulit dan oedem (Sutedjo, 2008).
Pada percobaan kali ini akan dilakukan analisis kadar aspirin pada tablet,
tablet yang digunakan yaitu aspirin produk Bayer sebagai sampel dengan
kadar tablet pada kemasan 0,5 gr. Tablet aspirin tersebut ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik dan memiliki berat 0,58 gr/tablet. Tablet
tersebut digerus dalam lumpang porselin dengan tujuan penggerusan adalah
untuk menghaluskan tablet aspirin agar lebih mudah dilarutkan karena luas
permukaannya lebih kecil dibandingkan dalam bentuk tablet. Tablet yang
telah digerus dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Lumpang porselin yang digunakan untuk menggerus dicuci dengan
menggunakan alcohol 95% supaya sisa gerusan pada lumpang tersebut tidak
tercecer karena akan berpengaruh pada penentuan kadar. Alcohol digunakan
sebagai pelarut karena mampu untuk mempercepat pelarutan. Aspirin bersifat
polar sehingga akan mudah larut dalam alkohol yang juga bersifat polar. Hal
ini berdasarkan teori “ like dissolves like “ yang berarti senyawa polar akan
mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan mudah larut
dalam pelarut non polar.
Hasil cucian tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan
digoyang-goyang selama 5 menit yang bertujuan agar larutan alkohol dan
aspirin dapat bercampur secara homogen. Jika pelarutan aspirin hanya
dilakukan dengan penambahan alcohol saja, kemungkinan sebagian aspirin
belum larut dan akan berpengaruh pada penentuan kadar. Penggojokkan
selama 5 menit tersebut diikuti dengan pemanasan larutan sampai mendidih
yang bertujuan untuk mempercepat reaksi supaya reaksi berlangsung lebih
sempurna, kemudian didinginkan.
Ketika sudah dingin, larutan dimasukkan ke dalam labu ukur dan
ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Aquades berfungsi untuk
mengencerkan larutan agar lebih mudah bereaksi. Setelah pengenceran,
larutan diambil sebanyak 20 ml dan ditambahkan 5 ml aquadest serta
indicator phenolphthalein sebanyak 3 tetes, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
untuk dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Pemilihan indicator
phenolphthalein dikarenakan perubahan warnanya mencolok yaitu dari bening
ke merah muda dan berada pada pH sekitar 8,4 – 10,4 sehingga akan dengan
mudah untuk menentukan titik akhir titrasi. Dalam percobaan ini, rata-rata
volume larutan NaOH yang digunakan yaitu 4,67 ml.
Penentuan kadar aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan
titrasi netralisasi yang tidak mengakibatkan perubahan valensi. Prinsip titrasi
ini yaitu menggunakan larutan standard basa yaitu dalam percobaan ini adalah
larutan NaOH o,1 N,sedangkan aspirin yang akan diuji kadarnya bersifat
asam. Reaksi yang terjadi ketika titrasi yaitu
Penentuan kadar (%) dan kadar (mg/tablet) menggunakan rumus sebagai
berikut,
Menghitung kadar (%)
10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802
berat tabletx100 %
Menghitung kadar (mg/ tablet)
100
20 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02
Tablet aspirin yang diproduksi oleh Perusahaan Bayer tertera bahwa kadar
pada kemasan yaitu 0,5 gram/tablet. Sedangkan pada penghitungan yang telah
dilakukan diperoleh hasil 0,42 gram/tablet atau 72,55%.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar tersebut adalah
ketidaktelitian praktikan dalam proses analisis. Kemungkinan terjadi saat
penggerusan dimana saat menuangkan ke erlenmeyer ada aspirin yang masih
menempel pada bibir porselen dan tidak terkena alcohol sehingga tidak larut.
Kemungkinan lain yaitu tablet memiliki kadar yang tidak sesuai dengan kadar
yang tertera pada kemasan atau dengan kata lain terjadi kesalahan saat
memproduksi. Dilihat dari hasil percobaan yang dilakukan, aspirin produksi
Bayer ini masih tergolong aman untuk dikonsumsi karena hasil data yang
diperoleh tidak melebihi kadar pada kemasan.
2. Kafein
Kafeina merupakan alkaloid dengan penamaan kimia 1,3,7-trimethyl
xanthina. Dalam aktivitasnya secara faal, kafein berfungsi sebagai perangsang
atau stimulant. Kadar kafein pada daun teh lebih besar daripada yang terdapat
pada bijih kopi yaitu sebesar 2-4%, sedangkan pada kopi sekita 0,5%
(Vogel, 1985).
Kafeina dapat bereaksi dengan iodium secara adisi sehingga kadar kafeina
dapat diukur dengan larutan iodium yaitu dengan cara menggunakan larutan
iodium berlebih. Kelebihan iodium dianalisis dengan titrasi redoks, yaitu
penetapan kadar zat berdasarkan atas reaksi reduksi dan oksidasi. Rumus
bangun kafein sebagai berikut,
(Syukri, 1999).
Kafeina merupakan antagonis reseptor adenosine. Kafein mampu
merangsang system syaraf pusat, menyempitkan arteriole serebral,
menginduksi diuresis, merangsang jantung dan brokondilatasi. Kafeina
digunakan untuk apnoe pada bayi premature atau nahan kombinasi preparat
analgesic obat bebas untuk sakit kepala (Sutedjo, 2008).
Manfaat kafeina yang lain yaitu menghalangi sintesis senyawa nitrosa
yang dapat menyebabkan kanker. Kafeina dapat juga mengatasi kekejangan
yang sering terjadi pada anak-anak. Kafeina memperlancar air seni dan
perangsang saraf pusat. Namun konsumsi kafeina yang berlebih memiliki efek
samping yaitu insomnia, gelisah, takikardi, dieresis, dan toleransi atau
ketergantungan terhadap sakit kepala, ketegangan otot dan kecemasan.
Pada percobaan kali ini akan dilakukan penentuan kadar kafeina pada
tablet merk Paramex dengan kadar yang tertera yaitu 50 mg. Kemudian tablet
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan diperoleh data yaitu
0,718 gram. Tablet tersebut digerus pada lumpang porselen. Tujuan
penggerusan adalah untuk menghaluskan tablet yang akan dianalisis agar
lebih mudah dilarutkan karena luas permukaannya lebih kecil dibandingkan
dalam bentuk tablet.
Selanjutnya lumpang porselen dicuci dengan menggunakan alcohol 95%
dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Setelah itu dilakukan penggojokkaan
selama 5 menit. Penggojokkan dilakukan agar larutan dapat tercampur secara
homogen dan merata. Dalam percobaan ini melibatkan larutan alkohol 95%,
larutan H2SO4 10 %, larutan iod 0,1 N dan aquades. Larutan alkohol berfungsi
untuk mempercepat proses pelarutan.
Larutan ditambah dengan H2SO4 10 % bertujuan untuk mempercepat
reaksi atau sebagai katalisator karena larutan H2SO4 10 % bersifat eksotermis
sehingga larutan tidak perlu dipanaskan. Selain itu juga berfungsi untuk
memutuskan ikatan rangkap pada kafein. Penambahan aquades pada larutan
bertujuan untuk mengencerkan larutan sehingga lebih mudah bereaksi.
Kemudian ditambahkan larutan iod 0,1 N yang memiliki fungsi untuk
menganalisa kafein sehingga akan terjadi reaksi antara ikatan rangkap kafein
dengan ikatan iod yang disebut reaksi addisi. Setelah itu dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang bertujuan untuk
memisahkan suatu endapan dari suatu larutan.
Hasil penyaringan dikocok dan didiamkan selama 10 menit, hal ini
bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi dimana iod akan
mengadisi kafeina. Reaksinya adalah sebagai berikut,
Kelebihan iod setelah terjadi reaksi addisi dititrasi dengan larutan Na2S3O3
0,1 N yaitu dengan mengambil larutan sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke
dalam erlemeyer. Proses analisis kafein menggunakan metode titrasi dan salah
satu metode yang digunakan adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri
merupakan analisis titrimetri yang secara tidak langsung menggunakan
oksidator besi III ( Fe3+ ) , tembaga II ( Cu2+ ) direaksikan dengan ion iodida
dalam yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat standar ( Na2S2O3 ) 0,1 N atau asam arsenit.
Larutan ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes yang akan berperan
sebagai indicator untuk menentukan titik akhir titrasi. Amilum akan
membentuk kompleks dengan iod berwarna biru. Reaksinya sebagai berikut,
I2 + amilum I2- amilum
Larutan di titrasi dan titik akhir titrasi terjadi, warna berubah dari coklat
menjadi bening. Reaksi yang terjadi saat itu yaitu,
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Indicator amilum digunakan dalam proses titrasi natrium tioslufat dan tablet
kafein karena natrium tiosulfat lebih kuat bereaksi dengan iod dibandingkan
dengan amilum sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari kompleks
iod-amilum. Hal ini menyebabkan warna berubah kembali seperti semula
setelah dilakukannya titrasi.
Volume larutan Na2S2O3 rata-rata yang diperlukan yaitu 1,83 ml
sehingga kadar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
Menghitung kadar (%)
20−¿¿
Menghitung kadar (mg/ tablet)
20−¿
Sehingga diperoleh kadar yaitu 52,4 mg/tablet atau 7,298%, sedangkan dalam
kemasan kadar kafein yang tertera yaitu 50 mg/tablet. Hasil percobaan lebih
tinggi daripada kadar yang tertera pada tablet. Hal ini disebabkan oleh karena
ketidaktelitian praktikan dalam melakukan analisis yaitu ketika penyaringan,
kertas saring bocor. Berdasarkan hasil percobaan, tablet ini tidak layak
konsumsi karena melebihi kadar yang tertera.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu menentukan kadar aspirin pada
tablet Bayer dan kafein pada tablet Paramex, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut,
1. Analisis aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan titrasi
alkalimetri.
2. Analisis kafein dalam tablet dilakukan dengan menggunakan titrasi iodometri.
3. Volume larutan NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi yaitu 4,8 ml; 4,5 ml;
dan 4,7 ml.
4. Volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi yaitu 1,7 ml; 1,5
ml; dan 2,3 ml.
5. Kadar aspirin dalam tablet berdasarkan hasil percobaan yaitu 420,7 mg/tablet
atau 0,42 gr/tablet, sedangkan kadar aspirin pada kemasan adalah 0,5 gr/tablet.
6. Kadar hasil analisis lebih rendah daripada kadar pada kemasan karena
kekurangtelitian praktikan dalam proses analisis.
7. Kadar kafein dalam tablet berdasarkan hasil percobaan yaitu 52,4 mg/tablet,
sedangkan kadar kafein pada kemasan yaitu 50 mg/tablet.
8. Kadar hasil analisis kafein lebih tinggi daripada kadar kafein pada kemasan
karena kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.
9. Berdasarkan percobaan, tablet aspirin produk Bayer layak dikonsumsi.
10. Berdasarkan percobaan, tablet kafein merk Paramex tidak layak dikonsumsi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pro dan Kontra Tentang Kafein. www. Absindonesia.com. 21 Maret
2013.
Auterhoff, H. dan Kovar, K.A. 2002. Identifikasi Obat. Penerbit ITB. Bandung.
Burnham, T.A. 2001. Drug Fact and Comparison. Wolters Kluwers Company. Saint
Louis.
Damanik, R. 2010. Titrasi Asam Basa. www.sangrisang.com. 21 Maret 2013.
Ganiswara, 1995, Farmakologi Dan Terapi edisi IV, UI, Jakarta
Hoeger, W.W.K., Turner, L.W., dan Hafen, B.Q. 2002. Wellness: Guidelines for a
Healthy Lifestyle. Wadsworth Group.Belmont, CA.
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka. Jakarta.
Rochmaningsih, Noor. 2004. Membuat Bahan Organik. SMK N 2 Depok.
Yogyakarta.
Sutedjo, A.Y. 2008. Mengenal Obat-obatan secara Mudah. Amara Books.
Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB. Bandung.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Vogel, 1985. Analisa Anorganik Kualitas. KAlmen Media Pustaka. Jakarta.
Wilmana, P. F. 1995. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
LAMPIRAN
1. Menghitung Kadar Aspirin pada Tablet Bayer
Diketahui:
a. Volume rata-rata larutan NaOH : 4,67 ml
b. Berat tablet : 0,580 gr
Ditanyakan:
a. Kadar aspirin (%)
b. Kadar aspirin pada tablet (mg/tablet)
Jawab:
a. Menghitung kadar (%)
=
10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802
berat tabletx100 %
= 100
20 x 4,67 x0,018020,580
x 100 %
= 0,420767
0,580 x 100%
= 72,55%
b. Menghitung kadar (mg/ tablet)
= 100
20 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02
= 100
20 x 4,67 x 18,02
= 420,7 mg/tablet
2. Menghitung Kadar Kafein pada Tablet Paramex
Diketahui:
a. Volume rata-rata larutan Na2S2O3 : 1,83 ml
b. Berat tablet : 0718 gr
Ditanyakan:
a. Kadar kafein (%)
b. Kadar kafein pada tablet (mg/tablet)
Jawab:
a. Menghitung kadar (%)
¿20−¿¿
¿20−¿¿
¿7,298 %
b. Menghitung kadar (mg/ tablet)
= 20−¿
= 20−¿
= 52,4 mg/ tablet