laporan kimling percob 1
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
KIU-447
PERCOBAAN 1
ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR
Mohammad Arfi Setiawan
309332407315
Kelompok 3
OFF G
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
Februari 2012
LAPORAN PERCOBAAN 1
ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR
1. Tabel Data: Hasil Pengamatan/ Pengujian
Sampel Jarak(m) Warna
air
Kekeruhan Padatan Total
Padatan
(mg/ Ɩ)
Pengamatan NTU Terendap
(cm)
Tersuspensi
(mg/ Ɩ)
Terlarut
(mg/ Ɩ)
A 600 m
dari titik
B
Coklat
(++)
Keruh
(++)
73,1 10 17,6 54 160
B 50 m dari
titk C
Coklat
(++++)
Keruh
(++++)
82,6 17,8 48,6 168 268
C 300 m
dari titk D
Coklat
(+++)
Keruh
(+++)
82,0 16,5 25,8 114 168
D 0 m Coklat
(+)
Keruh
(+)
68,6 0,5 16,4 38 158
2. Rekaman Hasil Pengujian dan Perhitungan
Pada percobaan ini, sampel diambil pada sungai melalui empat titik yaitu titik A, B,
C, dan D. Jarak titik A yaitu 600 m dari titik B, jarak titk B yaitu 50 m dari titik C,
jarak titik C yaitu 300 m dari titik D, dan jarak titk D yaitu 0 m.
a. Uji Kekeruhan
Berdasarkan hasil pengujian dengan turbidimeter diperoleh kekeruhan sebagai
berikut :
- Di titik A, harga kekeruhan sebesar 73,1 NTU dengan warna air coklat (++).
- Dititik B, harga kekeruhan sebesar 82,6 NTU dengan warna air coklat (++++).
- Dititik C, harga kekeruhan sebesar 82,0 NTU dengan warna air coklat (+++).
- Dititik D, harga kekeruhan sebesar 68,6 NTU dengan warna air coklat (+).
b. Uji Padatan Tersuspensi Total
Data hasil penimbangan:
SampelBerat Kertas Saring
Berat Padatan Tersuspensi Total
dalam 1 L sampel
Awal (gram) Akhir (gram) gram/L mg/L
A 1,1248 1,1424 0,0176 17,6
B 2,2477 2,2963 0,0486 48,6
C 2,8452 2,8710 0,0258 25,8
D 2,2525 2,2689 0,0164 16,4
Hasil perhitungan:
Sampel A
A = massa sampel kering + kertas saring = 1,1424g
B = massa kertas saring = 1,1248g
Total padatan tersuspensi = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(1,1424 g−1,1248 g ) X 1000mL /L
1000mL
= 0,0176 g/L
= 17,6 mg/L
Sampel B
A = massa sampel kering + kertas saring = 2,2963g
B = massa kertas saring = 2,2477g
Total padatan tersuspensi = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(2,2963g−2,2477 g ) X 1000mL /L
1000mL
= 0,0486g/L
= 48,6 mg/L
Sampel C
A = massa sampel kering + kertas saring = 2,8710g
B = massa kertas saring = 2,8452g
Total padatan tersuspensi = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(2,8710g−2,8452g ) X1000mL /L
1000mL
= 0,0258g/L
= 25,8 mg/L
Sampel D
A = massa sampel kering + kertas saring = 2,2689g
B = massa kertas saring = 2,2525g
Total padatan tersuspensi = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(2,2689g−2,2525 g ) X 1000mL/L
1000mL
=0,0164g/L
= 16,4 mg/L
c. Uji Padatan Terlarut Total
Data hasil penimbangan:
SampelBerat Gelas Kimia
Berat Padatan Terlarut Total dalam 50
mL sampel
Awal (gram) Akhir (gram) mg/L
A 34.0427 34,0454 54
B 35,6001 35,6085 168
C 34,4528 34,4585 114
D 34,6185 34,6204 38
Hasil perhitungan:
Sampel A
A = massa sampel kering + gelas kimia = 34,0454 g
B = massa gelas kimia = 34,0427 g
Total padatan terlarut = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(34,0454 g−34,0427 g )X 1000mL /L
50mL
= 0,054 g/L
= 54 mg/L
Sampel B
A = massa sampel kering + gelas kimia = 35,6085 g
B = massa gelas kimia = 35,6001 g
Total padatan terlarut = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(35,6085g−35,6001g ) X1000mL /L
50mL
= 0,168 g/L
= 168 mg/L
Sampel C
A = massa sampel kering + gelas kimia = 34,4585 g
B = massa gelas kimia = 34.4528 g
Total padatan terlarut = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(34,4585g−34.4528 g ) X 1000mL/L
50mL
= 0,114 g/L
= 114 mg/L
Sampel D
A = massa sampel kering + gelas kimia = 34,6204 g
B = massa gelas kimia = 34,6185 g
Total padatan terlarut = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(34,6204 g−34,6185 g ) X 1000mL /L
50mL
=0,038 g/L
= 38 mg/L
d. Uji Total Padatan
Data hasil penimbangan:
SampelBerat Gelas Kimia
Berat Padatan Terlarut Total dalam
50 mL sampel
Awal (gram) Akhir (gram) mg/L
A 58,0760 58,0840 160
B 35,1100 35,1243 286
C 51,9906 51,9990 168
D 48,6228 48,6307 158
Hasil perhitungan:
Sampel A
A = massa sampel kering + gelas kimia = 58,0840g
B = massa gelas kimia = 58,0760g
Total padatan = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(58,0840g−58,0760 g ) X1000mL/L
50mL
= 0,160 g/L
= 160 mg/L
Sampel B
A = massa sampel kering + gelas kimia = 35,1243g
B = massa gelas kimia = 35,1100g
Total padatan = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(35,1243g−35,1100 g ) X 1000mL /L
50mL
= 0,286 g/L
= 286 mg/L
Sampel C
A = massa sampel kering + gelas kimia = 51,9990g
B = massa gelas kimia = 51,9906g
Total padatan = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(51,9990g−51,9906 g ) X 1000mL/L
50mL
= 0,168 g/L
= 168 mg/L
Sampel D
A = massa sampel kering + gelas kimia = 48,6307g
B = massa gelas kimia = 48,6228g
Total padatan = (A−B ) X 1000mL /LmL contoh sampel
=(48,6307 g−48,6228 g ) X 1000mL/L
50mL
=0,158 g/L
= 158 mg/L
3. Pertanyaan ( Pembacaan Tabel Data)
3.1 Berdasarkan hasil pengamatan kami, padatan terendap (sedimen) paling tinggi
adalah sampel di titik B yaitu 17,8 cm. Selain padatan terendap, pada titik ini
juga ditemukan banyak sampah dan ranting. Pada titik ini tidak ditemukan
adanya ikan, ataupun hewan air lainnya. Hal ini karena arus di titik B ini sangat
lambat, sehingga sedimen ( padatan terendap) dan sampah masih banyak yang
dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga kehidupan di
perairan terganggu (populasi berkurang).
3.2 Berdasarkan hasil pengamatan kami, padatan terendap (sedimen) paling rendah
adalah sampel di titik D yaitu 0,5 cm. Pada titik ini sangat sedikit ditemukan
adanya sampah dan kebersihannya paling bersih diantara keempat titik
pengambilan sampel serta arus air yang cukup deras. Dari hasil pengamatan,
pada titik ini banyak ditemukan hewan air. Hal ini dikarenakan tidak adanya
sampah dan rendahnya padatan terendap. Sehingga penetrasi sinar matahari ke
dalam air tidak terganggu dan proses regenerasi oksigen berlangsung dengan
baik. Maka kelangsungan hidup mikroorganisme pada titik ini lebih mungkin.
3.3 Ada keterkaitan antara warna air dengan padatan terlarut total yaitu, makin gelap
warna air menunjukkan makin banyak padatan terlarut total di suatu perairan.
Titik pengambilan sampel yang warna airnya paling gelap adalah titik B, hal ini
sesuai dengan analisa hasil perhitungan padatan terlarut total yaitu 268 mg/L,
menunjukkan bahwa senyawa organik dan anorganik yang terlarut dalam air
sangat banyak.
3.4 Air dikatakan memiliki produktivitas yang tinggi jika bahan
terlarut dalam air merupakan nutrisi bagi tumbuhan seperti
nitrat dan fosfat. Dalam percobaan ini, kami hanya
menganalisis padatan terlarut, tersuspensi, dan terendap
secara keseluruhan. Menurut referensi yang kami peroleh,
menyebutkan bahwa sungai dengan padatan terlarut total
dibawah 100 mg/L dianggap sebagai oligotrofik (air memiliki
tingkat produktivitas rendah) sedangkan sungai dengan
padatan terlarut total diatas 100 mg/L dianggap sebagai
entrofik (tingkat produktivitas tinggi). Jika merujuk dari referensi
tersebut, titik pengambilan sampel dengan tingkat produktivitas
paling rendah adalah titik D yaitu 38 mg/L.
3.5 Ada keterkaitan antara kekeruhan dengan padatan tersuspensi total yaitu makin
besar padatan tersuspensi makin besar tingkat kekeruhan. Dari hasil analisis
yang kami lakukan padatan tersuspensi memberikan keterkaitan yang begitu
jelas terhadap tingkat kekeruhan. Titik pengambilan sampel yang airnya paling
keruh adalah titik B, dengan 82,6 NTU dan padatan tersuspensi total sebesar
48,6 mg/L.
3.6 Titik pengambilan sampel yang proses regenerasi oksigen secara fotosintesis
masih dapat berlangsung adalah titik D. Pada titik D, memiliki warna air paling
terang, sedikit keruh, dan kebersihannya paling bersih. Hal ini mengakibatkan
sinar matahari yang sangat penting untuk proses fotosintesis dapat masuk ke
dalam air. Begitupula zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis, juga
lebih mudah keluar masuk badan air. Sehingga proses fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan air masih dapat berlangsung.
3.7 Titik pengambilan sampel yang proses kehidupan organisme hidup dalam
perairan yang paling terganggu adalah titik B. Titik B memiliki total padatan
tertinggi yaitu 268 mg/L. Air memiliki total padatan yang tinggi,
menjadikan penetrasi sinar matahari ke dalam badan air sangat
kurang karena akan terhalang oleh padatan dan akan
mengganggu pertumbuhan organisme. Selain itu kurangnya
penetrasi sinar matahari ke dalam badan air mengakibatkan
proses fotosintesis dari tumbuhan air terhambat dan kadar
oksigen dalam air akan berkurang, sehingga kebutuhan
organisme akan oksigen tidak terpenuhi. Organisme yang
bernapas menghirup oksigen akan terganggu, karena
kurangnya ketersediaan oksigen dalam air.
3.8 Menurut saya, masih ada kemungkinan proses regenerasi
oksigen selain secara fotosintesis. Terutama pada titik D,
karena pada titik tersebut total padatan tersuspensi, total
padatan terlarut dan padatan total paling rendah. Sehingga
masih ada kemungkinan oksigen dari luar masuk ke dalam
badan air.
3.9 Tingkat pencemaran oleh zat padat dari keempat titik adalah sebagai berikut:
- Titik A
Titik ini menerima zat pencemar berupa limbah perairan sawah dan
limbah dari perkampungan baik itu limbah organik atau anorganik karena
merupakan titik pertemuan dari saluran perairan sawah dan limbah tempat
pembuangan sampah yang berasal dari pemukiman.
Dari tabel di atas titik ini memiliki NTU = 73,1; padatan tersuspensi =
17,6 mg/L; padatan terlarut = 54 mg/L; dan padatan total = 160 mg/ L sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada titik ini tingkat pencemarannya sedang.
- Titik B
Seperti pada titik B, titik ini menerima zat pencemar berupa limbah
perairan sawah dan limbah dari perkampungan baik itu limbah organik atau
anorganik karena merupakan titik pertemuan dari saluran perairan sawah dan
limbah tempat pembuangan sampah yang berasal dari pemukiman. Akan tetapi
volume pencemaran pada titik ini lebih banyak.
Dari tabel di atas titik ini memiliki NTU = 82,6; padatan tersuspensi =
48,6 mg/L; padatan terlarut = 168 mg/L; dan padatan total = 268 mg/ L
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada titik ini tingkat pencemarannya sangat
tinggi.
- Titik C
Seperti pada titik A dan B, titik ini menerima zat pencemar berupa
limbah perairan sawah dan limbah dari perkampungan baik itu limbah organik
atau anorganik karena merupakan titik pertemuan dari saluran perairan sawah
dan limbah tempat pembuangan sampah yang berasal dari pemukiman. Akan
tetapi volume pencemaran pada titik ini lebih sedikit dari titik B dan lebih
banyak dari titik A.
Dari tabel di atas titik ini memiliki NTU = 82,0; padatan tersuspensi =
25,8 mg/L; padatan terlarut = 114 mg/L; dan padatan total = 168 mg/ L
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada titik ini tingkat pencemarannya tinggi.
- Titik D
Seperti pada titik A, B dan C, titik ini menerima zat pencemar berupa
limbah perairan sawah dan limbah dari perkampungan baik itu limbah organik
atau anorganik karena merupakan titik pertemuan dari saluran perairan sawah
dan limbah tempat pembuangan sampah yang berasal dari pemukiman. Akan
tetapi volume pencemaran pada titik ini paling sedikit dibandingkan titik-titik
lainnya.
Dari tabel di atas titik ini memiliki NTU = 68,6; padatan tersuspensi =
16,4 mg/L; padatan terlarut = 38 mg/L; dan padatan total = 158 mg/ L sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada titik ini tingkat pencemarannya rendah.
.