laporan kimia karbohidrat
DESCRIPTION
kimiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama
jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin
saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton
yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen dengan rumus empiris total
(CH2O)n.
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun
dari atom karbon hidrogen dan oksigen. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan
merupakan sumber tenaga yang terdapat dalam bentuk serat (fiber) seperti selulosa serta lignin.
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa
dalam tubuh dan berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh dan pembentukan
struktur sel dengan mengikat protein dan lemak. Karbohidrat banyak terdapat dalam makanan dan
beberapa buah lainnya.
Karbohidrat dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme
karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat
yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumbar enegi.
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan
oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di
dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal
dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot
serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mempelajari beberapa sifat golongan karbohidrat berdasarkan reaksi kimia
1.2.2 Tujuan Percobaan
a. Mengamati reaksi monosakarida dengan reaksi kimia
b. Mengamati reaksi disakarida dengan reaksi kimia
c. Mengamati reaksi polisakarida dengan reaksi kimia
I.3 Prinsip Percobaan
Identifikasi monosakarida dengan larutan perak beramoniak, pereaksi Fehling, uji
Benedict, identidikasi disakarida dengan larutan perak beramoniak dan uji benedict serta
identifikasi polosakarida dengan pereaksi yodium dan mengidentifikasi hidrolisis amilum dengan
pereaksi HCl pekat dan NaOH.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Larutan glukosa 10%, lautan amilum 2%, larutan amonium hidroksida
(NH2OH) 1 M, larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M, larutan sukrosa 10%, larutan
yodium (I2) 0,1 M, larutan Benedict dan larutan Fehling A dan B.
3.2 Alat Percobaan
Tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga,
kasa, gegep dan lampu spiritus.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Monosakarida
1. Reaksi glukosa dengan larutan perak beramoniak
2 mL larutan AgNO3 0,1 M diisikan ke dalam tabung reaksi, kemudian
tabung reaksi tersebut ditambahkan NH4OH sampai endapan yang terbentuk tepat
melarut lagi. Setelah itu, dimasukkan 1 mL larutan glukosa 10% ke dalam tabung
reaksi dan dikocok lalu tabung reaksi ini dimasukkan kedalam gelas kimia yang
berisi air panas (penganas) selama beberapa menit. Setelah itu, diamati perubahan
yang terjadi.
2. Uji benedict
2 mL larutan benedict diisikan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%, lalu tabung reaksi dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang berisi air panas (penganas) selama 5 menit, kemudian didinginkan
dan diamati perubahan yang terjadi.
3.3.2 Disakarida
1. Reaksi sukrosa dengan larutan perak beramoniak
2 mL AgNO3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu
ditambahkan beberapa tetes NH4OH sambil dikocok sampai endapan yang terbentuk
larut kembali, kemudian dimasukkan 1 mL sukrosa 10% ke dalam tabung reaksi dan
dikocok.
Selanjutnya tabung reaksi ini dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisi air panas (penganas) selama beberapa menit, lalu diamati perubahan yang
terjadi.
2. Uji benedict
Sebuah tabung reaksi diisikan dengan 2 mL larutan benedict, kemudian
ditambahkan 1 mL larutan sukrosa 10% dan dicocok, lalu tabung reaksi ini
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih (penganas) selama 5
menit, kemudian didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi.
3.3.3 Polisakarida
1. Reaksi amilum dengan yodium
Sebuah tabung reaksi diisikan 3 mL larutan amilum 2%, kemudian
ditambahkan dengan 5 tetes larutan yodum 0,1 M dan dikocok, setelah itu tabung
reaksi dipanaskan beberapa menit dan didinginkan lalu diamati perubahan yang
terjadi.
2. Hidrolisis Amilum
Sebuah tabung reaksi diisikan dengan 5 mL larutan amilum 2% kemudian
ditambahkan 10 tetes HCl pekat, setelah itu tabung reaksi dipanaskan beberapa menit
sampai larutan mendidih, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 10%
hingga larutan bersifat basa, lalu diambil 3 mL larutan dari tabung reaksi ini,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain, setelah itu ditambahkan 2 mL
larutan benedict dalam tabung reaksi, lalu tabung reaksi dipanaskan dalam penganas
hingga mendidih, setelah itu diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan Monosakarida
1. Reaksi glukosa dengan larutan perak beramoniak
Zat-zat yang direaksikan Warna Endapan / larutan
AgNO3 + sedikit NH4OH
AgNO3 + kelebihan NH4OH
AgNO3 + NH4OH + glukosa + dipanaskan
Keruh/ coklat muda
Putih bening
Endapan cermin perak
2. Reaksi glukosa dengan larutan fehling
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
Fehling A + fehling B
Fehling + glukosa + dipanaskan
Endapan biru tua
Endapan merah bata (orange)
3. Uji benedict
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
Benedict + glukosa + dipanaskan orange (merah bata)
4.1.2 Tabel Pengamatan Disakarida
1. Reaksi sukrosa dengan larutan perak beramoniak
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
perak beramoniak + sukrosa + dipanaskan Endapan cermin perak
2. Uji benedict
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
Benedic + sukrosa + dipanaskan Orange (merah bata)
4.1.3 Tabel Pengamatan Polisakarida
1. Reaksi Amilum dengan Yodium
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
Benedic + sukrosa + dipanaskan Orange (merah bata)
3. Hidrolisis amilum
Zat-zat yang direaksikan Warna endapan / larutan
Larutan amilum
Amilum + HCl panas
Amilum + HCl + NaOH
+ benedict + dipanaskan
Larutan keruh
Larutan bening
Larutan bening
Larutan biru endapan coklat
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Monosakarida
Glukosa dengan perak beramoniak
2 AgNO3 + 2NH4OH 2AgOH putih + 2NH4NO3
2AgOH + NH4OH + glukosa 2Ag(NH3)OH + H2O
Glukosa dengan uji Fehling
Fehling + R-CHO endapan merah bata
Glukosa dengan uji benedict
Benedict + R-CHO endapan merah bata
4.2.2 Reaksi Disakarida
Gugus Aldehid
Sukrosa dengan perak beramoniak
2AgNO3 + 2NH4OH Ag2O + 2NH4NO3 + H2O
Ag2O + R-CHO R-COOH + 2 Ag
Sukrosa dengan uji benedict
Benedict + R-CHO endapan merah bata
4.2.3 Reaksi Polisakarida
Amilum dengan yodium
Amilum + I2 larutan berwarna biru
Hidrolisis amilum
3I2 + 6 NaOH 5NaI + NaIO3 + 3H2O …………………susana basa
5NaI + NaIO3 + 6HCl 3I2 + 6NaCl + 3H2O…………...suasana asam
4.2 Pembahasan
Pada praktikum analisis sifat karbohidrat, percobaan pertama dimulai pada
pengamatan sifat karbohidrat yaitu monosakarida. Pada monosakarida pengamatan
difokuskan pada reaksi glukosa dengan larutan perak beramoniak, reaksi glukosa
dengan larutan fehling dan reaksi glukosa dengan uji benedict. Percobaan kedua
difokuskan pada disakarida yaitu dengan mengamati reaksi sukrosa dengan larutan
perak beramoniak dan reaksi sukrosa dengan uji benedict. Percobaan ketiga
dilanjutkan pada pengamatan polisakarida dengan fokus percobaan pada reaksi
amilum dengan yodium.
Pada percobaan pertama monosakarida yaitu pada reaksi glukosa dengan
larutan perak beramoniak diperoleh endapan cermin perak. Untuk mendapatkan hasil
tersebut, 2 mL larutan AgNO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu
ditambahkan NH4OH. Untuk penambahan NH4OH sedikit maka diperoleh endapan
sukrosa Cermin perak
sukrosa
coklat, namun untuk penambahan NH4OH berlebih maka di peroleh larutan bening
atau larutan tersebut larut kembali dan tak memperlihatkan endapan. Ketika AgNO3
dicampur dengan beberapa tetes NH4OH sedikit akan menghasilkan pengoksida
ringan yaitu larutan basa dari perak nitrat, untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagai oksida pada suhu tinggi maka, ditambahkan beberapa tetes larutan NH4OH
berlebih agar pengendapan larut kembali. Pada keadaan ini pencampuran larutan
AgNO3 dan NH4OH bertujuan untuk membuat pereaksi tollens yang akan digunakan
untuk mengidentifikasi sifat glukosa. Setelah pereksi tollens selesai dibuat, lalu pada
tabung reaksi dicampurkan lagi 1 mL larutan glukosa 10% pada keadaan ini larutan
pada tabung reaksi tidak berubah atau tetap pada keadaan bening. Setelah itu, ketika
dipanaskan akan menghasilkan endapan perak.
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa endapan cermin perak
berasal dari Ag2O pada pereaksi tollens yang bila direduksi akan menghasilkan
endapan perak. Selain itu dari hasil pengamatan diketahui bahwa larutan yang diuji
juga merupakan senyawa aldehid, hal ini dapat dibuktikan dari terbentuknya cermin
perak pada tabung reaksi. Ketika aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion
Ag+ dalam reagensi tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi, dengan pereaksi
tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Percobaan kedua pada monosakarida adalah mengetahui reaksi glukosa
dengan pereaksi Fehling. Pada percobaan yang dilakukan, suatu tabung reaksi
ditambahkan dengan 1 mL larutan Fehling A dan 1 mL Fehling B. Pereaksi Fehling
A merupakan larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan
NaOH dan kalium natrium tatrat. Selanjutnya, pada tabung reaksi yang telah berisi
Fehling A dan Fehling B ditambahkan dengan 1 mL larutan glukosa 10% maka
didapatkan hasil pencampuran berupa larutan biru. Setelah itu, larutan tersebut
dipanaskan dan dihasilkan endapan merah bata (orange). Hal ini menyebabkan
terbentuknya endapan merah bata ini adalah ion Cu2+ yang terdapat pada Fehling
mengalami reduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
menjadi berwarna merah bata.
Percobaan selanjutnya pada monosakarida adalah mengetahui reaksi
glukosa dengan uji Benedict. 1 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung
reaksi setelah itu, dicampurkan dengan 2 mL larutan glukosa 10% sehingga
menghasilkan larutan berwarna biru. Setelah itu, tabung reaksi tersebut dipanaskan
dan menghasilkan endapan merah bata. Hal ini dapat terjadi karena karbohidrat
(glukosa) pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat sedangkan, pereaksi
Benedict (sebagai Cu2+) akan tereduksi menjadi asam kuprooksida. Jadi, dalam uji ini
terjadi proses proses oksidasi-reduksi.
Di dalam Benedict terdapat larutan tembaga(II)sulfat menjadi ion Cu+
selanjutnya diendapkan sebagai Cu2O sehingga terbentuk endapan merah bata
(orange).
Percobaan karbohidrat selanjutnya adalah disakarida. Pada disakarida
percobaan difokuskan pada reaksi sukrosa dengan perak beramoniak dan reaksi
sukrosa dengan uji Benedict.
Untuk percobaan sukrosa dengan perak beramoniak. 2 mL larutan AgNO3
pada tabung reaksi direaksikan dengan beberapa tetes NH4OH sedikit dan beberapa
tetes NH4OH berlebih setelah itu, dicampurkan dengan larutan sukrosa kemudian
dipanaskan maka hasil yang diperoleh hampir sama dengan hasil reaksi glukosa
dengan perak beramoniak yaitu dihasilkan endapan cermin perak.
Sama hanya pada glukosa, pada sukrosa juga terbentuk endapan perak.
endapan perak tersebut berasal dari Ag2O yang terdapat pada pereksi tollens yang
bila terduksi akan menghasilkan endapan perak. Ion Ag+ dalam reagensi tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan pereaksi tollens yang
mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Percobaan kedua pada disakarida adalah reaksi sukrosa dengan uji
benedict, 2 mL larutan benedict dicampurkan dengan 1 mL larutan sukrosa 10%
kemudian dipanaskan. Ketika dipanaskan terjadi perubahan warna dari larutan biru
menjadi warna merah bata. Hal ini terjadi karena pada sukrosa akan teroksidasi
menjadi asam onat sedangkan Pereaksi benedict (sebagai Cu 2+) tereduksi menjadi
asam kuprooksida.
Pada sukrosa terurai menjadi monosakarida. Kemudian pada monosakarida
(glukosa) mereduksi ion Cu2+ dari tembaga(II)sulfat menjadi ion Cu+. Selanjutnya,
diendapkan sebagai Cu2O sehingga terbentuk endapan merah.
Percobaan selanjutnya adalah polisakarida. Percobaan pada polisakarida
difokuskan pada pengamatan reaksi amilum dengan yodium dan pengamatan reaksi
hidrolisis amilum.
Percobaan pertama pada polisakarida adalah reaksi amilum dengan
yodium, 3 mL larutan amilum 2% direaksikan dengan 5 tetes larutan yodium
menghasilkan warna ungu kehitaman. Kemudian, larutan tersebut dipanaskan dan
tidak ada perubahan warna yang dihasilkan (warna tetap ungu kehitaman). Begitu
pula ketika didinginkan warna pada tabung reaksi tidak berubah atau tetap. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa golongan polisakarida akan memberikan warna yang
spesifik ketika direaksikan dengan yodium, hal ini juga bergantung pada jenis
karbohidratnya.
Percobaan kedua pada polisakarida adalah reaksi hidrolisis amilum. 5 mL
larutan 2% berwarna putih keunguan (agak keruh) direaksikan dengan 10 tetes HCl
pekat dan menghasilkan larutan yang bening. Hal ini disebabkan amilum mengalami
hidrolisis yang disebabkan oleh HCl pekat. Ketika amilum direaksikan dengan HCl,
ikatan antara monosakarida pada polisakarisda akan terputus dan menghasilkan
larutan yang terdiri dari monosakarida. Kemudian dipanaskan, lalu ditetesi NaOH
10% sampai larutan bersifat basa dan dapat diuji dengan menggunakan kertas
lakmus. Kemudian 3 mL dari larutan tersebut diambil dan direaksikan dengan 2 mL
larutan benedict kemudian menghasilkan warna biru dan ketika dipanaskan akan
menghasilkan endapan coklat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa monosakarida (glukosa) dan
bereaksi positif dengan perak nitrat membentuk cermin perak serta bereaksi
membentuk endapan merah bata dengan pereaksi Benedict. Monosakarida (glukosa)
juga bereaksi dengan pereaksi Fehling membentuk endapan merah bata. Selain itu,
monosakarida (glukosa) yang bereaksi dengan larutan benedict akan menghasilkan
endapan merah bata.
Pada percobaan disakarida terdapat beberapa hasil yang diketahui yaitu
pada reaksi antara sukrosa dengan perak nitrat menghasilkan endapan cermin perak,
Hal ini juga menandakan disakarida juga bereaksi positif terhadap perak nitrat dan
untuk reaksi sukrosa dengan larutan benedict dihasilkan endapan merah bata.
Pada amilum untuk percobaan polisakarida, akan bereaksi positif
membentuk larutan berwarna hitam. Serta amilum yang dihidrolisis akan
menghasilkan larutan yang bening dalam suasana asam dan larutan tidak berubah
warna dalam suasana basa.
5.2 Saran
5.2.1. Saran untuk Laboatorium
Bahan yang digunakan untuk praktikum kurang memadai seperti larutan.
5.2.2. Saran untuk Percobaan
Para praktikan mengharapkan jadwal yang tepat, untuk persiapan materi
ketika masuk laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan persenyawaan antara karbon, hidrogen dan
oksigen yang terdapat dalam alam dengan rumus empiris Cn(H2O)n. melihat rumus
empiris tersebut, maka senyawa ini pernah diduga sebagai “hidrat dari karbon”,
sehingga disebut karbohidrat. Sejak tahun 1880 telah disadari bahwa gagasan “hidrat
dari karbon” merupakan gagasan yang tidak benar, hal ini karena ada beberapa
senyawa karbon yang mempunyai rumus empiris seperti karbohidrat, tetapi bukan
karbohidrat (Tim Dosen Kimia, 2013).
Asam asetat dengan rumus empiris C2(H2O)n dan formaldehid dengan
rumus CH2O. Dengan demikian senyawa termasuk karbohidrat tidak hanya ditinjau
dari rumus empirisnya saja, tetapi yang paling penting adalah rumus strukturnya.
Dari rumus struktur akan terlihat bahwa ada gugus fungsi penting yang terdapat
dalam molekul karohidat yaitu gugus fungsi karbonil (aldehid dan keton). Gugus-
gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut . Berdasarkan gugus
yang ada pada molekul karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polihidroksial dehida
dan polihidroksiketon atau senyawa yang menghasilkannya pada proses hidrolisis
(Tim Dosen Kimia, 2013).
Berdasarkan hasil hidrolisis dan strukturnya maka karbohidrat dibagi atas
tiga golongan besar yaitu : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Istilah
sakarida berasal dari bahasa latin (saccharum = gula) dan mengacu pada rasa manis
senyawa karbohidrat sederhana. Polisakarida olisakarida monosakarida, hasil
hidrolisis ketiga kelas utama karbohidrat tersebut saling berkaitan (Tim Dosen
Kimia, 2013).
Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi molekul yang lebih sederhana lagi. Glukosa dan fruktosa termasuk ke dalam
golongan monosakarida. Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk
dari dua atau lebih monosakarida. Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari
dua molekul monosakarida. Selulosa merupakan polisakarida karena terbentuk dari
beberapa ribu molekul glukosa yang berikatan bersama-sama. Jika dihidrolisis
polisakarida akan terurai menjadi molekul-molekul monosakarida
(Riswiyanto, 2002).
Monosakarida jenis aldosa maupun ketosa dapat bereaksi seperti halnya
senyawa organik yang mengandung gugus aldehid dan keton, misalnya dapat
dioksidasi dengan pereaksi tollens, Br2/H2O, HNO3 dan HIO4 (Riswiyanto,2002).
Pereaksi Fehling dan Tollens tidak dapat digunakan untuk membuat asam
glikonat karena karboksilat, terutama monosakarida, bila dalam suasana basa akan
menyebabkan reaksi isomerisasi dan juga dapat terdekomposisi (Riswiyanto, 2002).
Disakarida ialah glikosida yang alkoholnya merupakan satu molekul
monosakarida pula. Maltosa ialah disakarida turunan dari hidrolisis parsial dari pati.
Diastase, yakni enzim dalam kecambah kedelai dan juga merupakan katalisis dalam
hidrolisis pati menjadi maltosa. Karena pati tersusun dari banyak unit D-
glukopiranosa yang saling berhubungan maka, tidak heran jika maltosa (produk
hidrolisis dari pati) terdiri dari dua molekul D-glukopiranosa yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida. Maltosa dihidrolisis menjadi D-glukosa oleh enzim maltase
(Wilbraham, 1992).
Sukrosa biasa dikenal sebagai gula meja, dapat diperoleh dari tanaman
sugar cane dan sugar beet (kentang/umbi manis). Sukrosa mempunyai rumus
molekul C12H22O11. Sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi tollens, fehling dan
benedict serta tidak dapat membentuk osazon. Selain itu sukrosa tidak dapat
melakukan mutaronasi, ini menunjukkan bahwa sukrosa tidak mengandung C
anomer pada ujungnya. Dengan kata lain, ujung molekul sukrosa bukanlah suatu
asam hemiasetal, tidak mempunyai gugus OH bebas. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sukrosa dibentuk oleh dua molekul monosakarida yang
membentuk ikatan glikosida pada kedua atom C anomernya (Riswiyanto,2002).
Berdasarkan strukturnya hubungan antara glukosa dan fruktosa dalam
sukrosa tidak lazim di antara kelompok gula, karena hubungan itu mengakibatkan
kedua jenis gula menjadi glikosida. Hidrolisis sukrosa oleh asam atau enzim
menghasilkan gula invert, yaitu campuran glukosa dan fruktosa dengan jumlah sama
dengan nol. (Wilbraham, 1992).
Bentuk gula rantai terbuka dalam kesetimbangan dengan bentuk rantai
tertutupnya, dengan bentuk tertutup yang lebih menonjol. Misalnya bila α-D-
glukopiranosa yang murni secara stereokimia di larutkan dalam larutan asam, cincin
akan membuka dan menutup lagi. Dalam penutupan ulang sebagian membentuk β-D-
glukopiranosa. Campuran kesetimbangan akhir terdiri dari sekitar 63% β-D-
glukopiranosa, 37 % α-D- glukopiranosa dan sedikit sekali aldehida rantai terbuka.
Dari presentase hasil yang terbentuk dapat di katakan bahwa β-D-glukopiranosa lebih
disukai dibanding α-D-glukopiranosa dan kedua bentuk rantai tertutup D-
glukopiranosa jauh lebih baik dibandingkan bentuk aldehida dari D-glukosa
(Wilbraham, 1992).
Pada aldosa, rantai diberi nomor berurut dari atom karbon ldehid, pada
kebanyakan ketosa terletak di atom karbon 2 (Tim Dosen Kimia, 2013).
Bentuk gula hemiasetal rantai tertutup dapat bereaksi dengan alkohol,
menghasilkan asetat. Dalam kimia gula, asetal atau keton ini dinamakan glikosida.
Laktosa merupakan jenis sakarida alami kedua setelah sukrosa yang kelimpahannya
di alam paling besar dan merupakan pereduksi (Riswiyanto,2002).
Ikatan eter kovalen di antara hidroksil gula dengan alkohol adalah ikatan
glikogen, ikatan glikogen dapat diputus dengan reaksi hidrolisis. Jika molekul
terbelah, hidogen dari air melekat pada salah satu produk dan OH - pada produk
lainnya. Hidrolisis gula yang lebih rumit dilakukan dengan memanaskan larutan
karbohidrat dengan air dan sedikit katalis asam (Wibraham, 1992).
Carbohydrates can be divided into three large structural classes
monosaccharides, oligosaccharides and polysaccharides. Carbohydrates that cannot
be hydrolyzed into smaller molecules are monosaccarides, examples are glucose and
fructose (Ouellette,2008).
Karbohidrat dapat dibagi menjadi tiga struktur kelas besar yaitu
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi molekul yang lebih kecil adalah monosakarida contohnya adalah
glukosa dan fruktosa (Ouellette, 2008).
Carbohiydrates that are made from a few monosaccharides typically 2 to
10 or so are oligosaccharides. Hydrolysis of oligosaccharides may yield identical
monosaccharides or two or more different monosaccharides. Oligosaccharides are
called disaccharides, trisaccharides, and soforth, depending on the number of linked
monosaccharide units. the disaccharides galactose. maltose, another disaccharide,
contains two glucose units (Ouellette, 2008).
Karbohidrat yang terbuat dari beberapa monosakarida yang terdiri 2
sampai 10 atau lebih adalah oligosakarida. Hidrolisis oligosakarida dapat
menghasilkan monosakarida yang identik dua atau lebih monosakarida yang
berbeda. Oligosakarida disebut disakarida, trisakarida dan sebagainya tergantung
pada jumlah unit monosakarida terkait. Disakarida, galaktosa. maltosa, disakarida
dan lainnya berisi dua unit glukosa (Ouellette, 2008).
The digestion of carbohydrates has two phases, aluminal phase involving
pancreatic o-amylase and a membrane phase involving intestinal disaccharidases.
As a result the starch, sucrose, and lactose ingested daily are broken down to
monosaccharides, of which 80 % is glucose, 15 % fructose and 5 % galactose. The
transport mechanisms involved in the absorption of these monosaccharides from the
intestinal lumen are located in the brush border of the epithelial cell (Holmes, 2010).
Pencernaan karbohidrat memiliki dua fase, sebuah fase luminal melibatkan
pankreas o-amilase dan fasa membran melibatkan disaccharidases usus. Akibatnya
pati, sukrosa dan laktosa dicerna sehari-hari dipecah menjadi monosakarida 80%
adalah glukosa, fruktosa 15%, dan 5% galaktosa. Mekanisme transportasi yang
terlibat dalam penyerapan monosakarida tersebut berasal dari lumen usus yang
terletak diperbatasan sikat sel epitel (Holmes, 2010).
Disaccharidase activity glucose and galactose are both absorbed by the
same active transport process. Fructose is absorbed less rapidly by a separate
transport system , which is probably also an active process. The substrate and Na+
are reversibly attached to a carrier which effects translocation through the
membrane (Holmes, 2010).
Aktivitas disakarida glukosa dan galaktosa baik diserap oleh proses
transport aktif yang sama. Fruktosa diserap kurang cepat oleh sistem transportasi
yang terpisah yang mungkin juga aktif proses. Substrat dan Na + yang reversibel
melekat pada pembawa yang efek translokasi melalui membran (Holmes, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Holmes. 2010. Carbohydrate digestion and absorption. (24). Nomor jurnal : 10-13.
Ouellette, Robert J. 2008. Organic Chemistry. The Ohio State University: Sydney.
Riswiyanto. 2002. Kimia organik. Erlangga: Jakarta.
Tim Dosen Kimia. 2013. Kimia organik. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Wilbraham, Antony C dan Michael S. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan
hayati. Institut Teknologi Bandung : Bandung.