laporan kelompok tuli

35
Laporan Kelompok MODUL 3 “ T U L I ” KELOMPOK : A 1 TUTOR : dr. Hj. Riskiana Djamin, Sp. THT dr. M. Yunus Amran

Upload: ihsanakbar

Post on 15-Jul-2016

260 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

THT

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Tuli

Laporan Kelompok

MODUL 3“ T U L I ”

KELOMPOK : A1

TUTOR : dr. Hj. Riskiana Djamin, Sp. THT

dr. M. Yunus Amran

SISTEM INDERA KHUSUSF A K U L T A S K E D O K T E R A N

U N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N

Page 2: Laporan Kelompok Tuli

2005/2006TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan

tentang penyebab, patomekanisme, tanda-tanda/gejala, cara diagnosis,

penatalaksanaan/terapi, komplikasi serta epidemiologi dan cara pencegahan penyakit-

penyakit yang menyebabkan ketulian.

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah pembelajaran dengan modul ini mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala ketulian

2. Menjelaskan penyebab dari penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala

ketulian

3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala

ketulian

4. Menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan

5. Menjelaskan struktur telinga yang terganggu pada penyakit-penyakit yang

menyebabkan ketulian

6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis

ketulian

7. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit dengan gejala ketulian

8. Menjelaskan komplikasi lain penyakit-penyakit yang menyebabkan ketulian

9. Menjabarkan masalah ketulian pada masyarakat

10. Memformulasikan upaya-upaya pencegahan penyakit-penyakit yang

menimbulkan ketulian pada masyarakat.

Page 3: Laporan Kelompok Tuli

SKENARIO

Seorang anak laki-laki, 12 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan

pendengaran berkurang sejak 2 tahun lalu disertai dengan perasaan pusing bila kepala

dipalingkan dengan tiba-tiba. Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya

penurunan pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan.

Riwayat keluar cairan dari dalam telinga sejak usia 7 tahun.

KATA KUNCI

Anak ♂ 12 tahun

Tuli sejak 2 tahun lalu

Vertigo saat memalingkan muka

Otorrhea sejak usia 7 tahun

PERTANYAAN PENTING

1. Anatomi, histologi dan fisiologi pendengaran

2. Etiologi penyakit yang menyebabkan ketulian

3. Struktur telinga yang terganggu pada penyakit yang menyebabkan ketulian

4. Patomekanisme terjadinya otorrhea

5. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa

6. Diferensial diagnosa?

Page 4: Laporan Kelompok Tuli

JAWABAN PERTANYAAN

1. a. Anatomi organ pendengaran

Page 5: Laporan Kelompok Tuli

AURIS EKSTERNA AURICULA ( = daun telinga )

dibentuk oleh CARTILAGO

MEATUS ACUSTICUS EXTERNUS ( = liang telinga )

o Suatu saluran ± 2 – 3 cm

o Terdiri :- 1/3 luar, dibentuk Cartilago

- 2/3 dalam, dibentuk tulang ( pars petrosa os

temporalis )

o BUKAN saluran lurus à bentuk “S”

o Dilapisi kulit

o Terdapat : - Rambut-rambut

- Glandula Ceruminosae à CERUMEN

o Ujung dalam à terdapat MEMBRANA TYMPANI

AURIS MEDIA Disebut juga CAVUM YMPANI

Terletak di dalam pars petrosa os temporalis

Dipisahkan dari MAE oleh Membrana Tympani

Berhubungan dengan NASOPHARYNS à TUBA AUDITIVA

EUSTACHIUS

Terdapat tulang-tulang pendengaran dari lateral à medial :

1. MALLEUS

2. INCUS

3. STAPES

Page 6: Laporan Kelompok Tuli

AURIS INTERNA Terletak dalam pars petrosa os temporalis à dalam rongga LABYRINTHUS

OSSEUM, terdiri :

o Canalis Semicircularis

o Canalis Spiralis Cochleae

o Vestibulum

Berisi Organa :

1. Vestibularis ( keseimbangan )

2. Cochlearis ( pendengaran)

b. Histologi organ pendengaran

Telinga luar

> Daun telinga

= Aurikula / Pinna

Tlg rawan elastis, kec lobus aurikularis

Ditutupi o/ kulit tipis

Tulang rawan " btk tdk teratur

Kulit " rambut halus (vellus), kel sebasea & kel keringat

> Meatus Akustikus Eksterna (MAE)

Saluran dr daun telinga ke membr timpani

2/5 bgn luar " tlg rawan elastis

3/5 bgn dlm " tlg temporal

Bgn luar ditutupi o/ kulit, terdpt rambut (tragi), kel sebasea, kel

keringat

Telinga tengah

> Rongga Timpani= Kavum timpani

Rongga kecil berisi udara, btk tdk teratur

Page 7: Laporan Kelompok Tuli

Dalam tlg temporal

Dilapisi membr mukosa, ep selapis gepeng

Bgn ant ep bertingkat dg sel kolumnair bersilia & sel goblet

> Membran timpani

oval, keabu-abuan

pars tensa & pars flaksid

3 lapisan

1. bgn luar " ditutupi kulit, ep berlapis gepeng tdk

bertanduk, kelenjar & rambut

2. bgn tengah " lap fibrosa intermedia, 2 lapis serat

kolagen (radier, sirkuler)

3. bgn dalam " membr mukosa, ep selapis gepeng &

lamina propria tipis

> Osikula Auditorius

3 tlg kecil " maleus, inkus, stapes

2 otot " m tensor timpani & m. stapedius

Fungsi : bersama membr timpani merubah gel suara menjadi

gel cairan di perilimfe telinga dalam

> Antrum Mastoid

Ruang berisi udara di post rongga timpani

> Tuba Auditorius

Sal yg menghub rongga timpani dg nasofaring

Mukosa dibtk o/ ep bertingkat kolumnair bersilia dgn sel goblet &

lamina propria

Fungsi : mengalirkan udara ke rongga timpani

Telinga dalam

Labirin Ossea

Panjang 2 cm, berisi cairan perilimfe, cairan ini mengisi ruang

perilimfatik

Page 8: Laporan Kelompok Tuli

Vestibulum

Oval

Organ keseimbangan

Terdpt venestra vestibuli

Kanalis Semisirkularis

3 kelompok " anterior, posterior, lateral

Ampula " pelebaran kanalis semisirkularis, dekat vestibulum

Koklea

Btk spiral sep kulit keong

Diameter 9 mm, tinggi 5 mm

Puncaknya " kupula

Modiolus " tiang btk kerucut di tengah

Lamina spiralis ossea " skala vestibuli & skala timpani

Helikotrema " hub koklea pd apeks

Krista basilaris " perlekatan membran basalis ke dinding luar

koklea

c. Fisiologi pendengaran

o Bunyi Proses Fisika

o Diubah menjadi impuls oleh sel sensorik organon

Corti N. Akustikus (VIII) Cortex Cerebri

o Lintasan utama bunyi mencapai labirin :

MAE MT Osikula Auditiva (MIS)

Foramen Ovale Labirin Air Conduction

o Lintasan lain :

- Bone Conduction

- Secara langsung melalui MT yang perforasi

Page 9: Laporan Kelompok Tuli

2. Etiologi penyakit yang menyebabkan ketulian

- Tuli konduktif : serumen obturatum, benda asing, trauma, infeksi,

tumor, otosklerosis

- Tuli sensorineural : Kongenital, trauma, infeksi, ititoksik, tumor,

penyakit SSP, penyakit degeneratif,

3. Struktur telinga yang terganggu

- Tuli konduktif , disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar

atau telinga tengah

- Tuli sensorineural disebabkan oleh kelainan yang terdapat di koklea

dan retrokoklea.

4. Patomekanisme terjadinya otorrhea

Otorrhea adalkah keluarnya cairan dari liang telinga yang dapat bersifat:

- encer / serosa jika berasal dari telinga luar

- mukoid jika berasal dari telinga tengah

- mengandung darah (serosanguinolen), misalnya jika terjadi meningitis

bullosa pada telinga luar

- foetor

5. Pemeriksaan untuk mengakkan diagnosa

- Anamnesa

- Pemeriksaan fisis : inspeksi dan palpasi

- Tes fungsi pendengaran:

Tes suara bisik

Tes garpu tala : test garis pendengaran, test Weber, test Rinne, test

Schwabach

Page 10: Laporan Kelompok Tuli

6. Differential diagnose

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

OTITIS MEDIA AKUTDefinisi

Otits media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

periosteum telinga tangah.

Etiologi

Bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus,

Pneumokok, H. Influenzae, E.coli, S. Anhemolyticus, dan P.aeuroginosa.

Patofisiologi

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga

kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba Eustachius

sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran

nafas atas. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba Eustachiusnya pendek,

lebar dan letaknya agak horizontal.

Manifestasi klinis

Gejala klinis otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan umur

pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah:

Page 11: Laporan Kelompok Tuli

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terdaapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di

dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat

dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

Stadium Hiperemis (Presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh

membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk

mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium Supurasi

Membran timpani menojol kearah luar akibat edema yang hebat pada mukosa

telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat purulen

di kavum timpani.

Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga

bertambah hebat.

Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis, dan

nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih

lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Stadium Perforasi

Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,

dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah

ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan

dapat tidur nyenyak.

Page 12: Laporan Kelompok Tuli

Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan

tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.

OMA berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan

sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut

otitis media supuratif kronik (OMSK) bila lebih dari 1 setengah atau 2 bulan. Dapat

meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum

timpani tanpa perforasi.

Pada anak keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh

yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa

penuh atau kurang dengar.

Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh yang tinggi

(>39,5c), gelisah, susah tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-

kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran timpani, suhu

tubuh akan turun, dan anak tertidur.

Komplikasi

Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimblkan komplikasi mulai dari

abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis

komplikasi tersebut biasanya di dapat pada OMSK.

Penatalaksanaan

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,

dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

Stadium Oklusi

Page 13: Laporan Kelompok Tuli

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan

negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%

untuk anak <12 tahun atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk

anak di atas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal haus di obati.

Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani

sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan

pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terdapat

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunat atau sefalosporin.

Untuk terapi awal di berikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya

adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik

diberikan minimal selama 7 hari.

Pada anak diberikan ampisilin 4 x 50-100 mg/kgBB, amoksisilin 4 x 40

mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kgBB/hari.

Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila

membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi

ruptur.

Stadium Perforasi

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci

telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3

minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

dalam 7-10 hari.

Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

Page 14: Laporan Kelompok Tuli

OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang

disebabkan oleh bakteri. Di klinik seringkali sukar dibedakan peradangan yang

disebabkan oleh penyebab lain, seperti jamur, alergi (eksem) atau virus, sebab

seringkali timbul bersama-sama.

Radang non infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya

merupakan kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga. Perbedaan antara

otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak

selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi selama beberapa waktu,

sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organisme

penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan

memberi petunjuk kepada kondisi primernya.

Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu antara

lain sebagai berikut :

- Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.

- Perubahan lingkungan tertama gabungan peningkatan suhu dan

kelembaban.

- Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan

telinga secara berlebihan.

OTITIS EKSTERNA AKUT

Terdapat 2 (dua) kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna

sirkumskripta dan otitis eksterna difus.

OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA (FURUNKULOSIS)

Kondisi umum ini terbatas pada bagian kartilaginosa meatus akustikus

eksternus. Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga menandung adneksa kulit

Page 15: Laporan Kelompok Tuli

seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar srumen maka ditempat itu dapat

terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.

Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus

albus.

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini

disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di

bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Nyeri dapat

cukup hebat karena terbatasnya ruangan untuk perluasan pada daerah anatomi

tersebut. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi

temporomandibula). Selain itu, terdapat juga gangguan pendenganran, bila furunkel

besar dan menyumbat liang telinga.

Terapinya bergantung pada keadaan furunkel dan reaksi jaringan sekitar. Bila

sudah menjadi abses (tampak gambaran seperti mata “eye-like” pada furunkel),

diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya (drainase). Lokal diberikan

antibiotika dalam bentuk salep, seperti Polimiksin B atau Bacitracin, atau antiseptik

(Asam Asetat 2-5 % dalam alkohol 2%).

Page 16: Laporan Kelompok Tuli

Kalau dinding furunkel tebal, dilaukan insisi, kemudian dipasang salir (drain)

untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara

sistemik, hanya obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.

OTITIS ESTERNA DIFUSA

Infeksi ini dikenal juga dengan “swimmer’s ear”. Biasanya terjadi pada cuaca

yang panas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok Pseudomonas dan

kadang-kadang juga Staphylococcus albus, Eschericia coli, dan Enterobacter

aeroginosa.

Gambaran diagnostik antara lain :

1. Nyeri tekan tragus.

2. Nyeri hebat.

3. Pembengkakan sebagian besar dinding kanalis.

4. Sekret yang sedikit.

5. Pendengaran yang normal atau sedikit berkurang.

6. Tidak adanya partikel jamur.

7. Mungkin ada adenopati regional yang nyeri tekan.

Stroma yang menutupi tulang pada sepertiga bagian dalam liang telinga

sangat tipis sehingga hanya memungkinkan pembengkakan minimal. Maka gangguan

subyektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan beratnya penyakit

yang diamati pemeriksa.

Karena edema dinding kanalis yang sirkumferensial, maka untuk

menempelkan obat pada dinding kanalis seringkali perlu memakai sumbu. Untuk itu

dapat digunakan gulungan kasa yang kecil, namun kini tersedia produk-produk yang

khusus dirancang untuk keperluan tersebut dan umumnya lebih disukai, seperti Pope

Otowick.

Forsep aligator dapat dipakai untuk memasukkan sumbu telinga yang telah

dibasahi terlebih dahulu dengan solusio yang telah dipilih. tetes telinga yang sering

digunakan adalah Cortisporin (Polimiksin B, Neomisin, Hidrokortison), Coli-Misyn S

Page 17: Laporan Kelompok Tuli

(Kolistin, Neomisin, Hidrkortison), Pyocidin (Polimiksin B, Hidrokortison), Vosol

HC (Asam Asetat-nonakueus 2%, Hidrokortison), dan Chloromycetin

(Kloramenikol).

Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus-kasus berat; dianjurkan

untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya

diperlukan jika dicurigai adanya Perikondritis atau Kondritis pada tulang rawan

telinga. Otitis Ekstera Difusa dapat pula timbul sekunder dari Otitis Media Akut atau

Kronik. Pada kasus demikian, pengobatan terutama ditujukan pada penyakit telinga

tengah.

OTITIS EKSTERNA MALIGNA/ NEKROTIKANS

Otitis Eksterna Maligna / Nekrotikans adalah suatu tipe khusus dari infeksi

akut yang difus di liang telinga luar. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit

Diabetes Mellitus. Bila pada otitis media peradangan hanya terbatas pada kulit, pada

otitis ekserna maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis

dan ke organ sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan, berupa

Kondritis, Osteitis, dan Osteomyelitis yang meyebabkan kehancuran tulang temporal.

Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat

diikuti oleh nyeri hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga.

Rasa nyeri tersebut akan makin menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya

jaringan granulasi secara subur. Saraf Facialis (VIII) dapat terkena, sehingga

menimbulkan paresis atau paralisis fasialis.

Kelainan patologik yang penting adalah osteomyelitis yang progresif, yang

disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang

mengiringi Diabetes Mellitus berat bersama-sama dengan kadar gula yang tinggi

yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan

yang adekuat.

Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT Scan, scan tulang, dan

scan Gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin

Page 18: Laporan Kelompok Tuli

saja tidak cukup untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna

nekrotikans.

Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang

banyak dpilih. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotika

akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami

kemunduran. Oleh sebab itu, pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan

sekuestra, drainase abses, dan debridement lokal jaringan granulasi. Terapi obat-

obatan yang dianjurkan adalah suatu Aminoglikosida dengan Antibiotika Beta

Laktam Anti Pseudomonas.

Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang

bagian-bagian penting disekitarnya. Pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian

antibiotika dosis tinggi terhadap Pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan

dengan Aminoglikosida dan diberikan secara parenteral selama 4 – 6 minggu.

Kombinasi yang sering digunakan adalah Karbecilin, Ticarcilin, atau Pipercilin

dengan Gentamicin, Tobramicin, Colistimethate, atau Amikacin.

Disamping obat-obatan, seringkali diperlukan juga tindakan membersihkan

luka (debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka (debrideman) yang

kurang bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.

LABIRINITIS

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum

(general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang

terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf

saja.

Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat

dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis

serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta.

Page 19: Laporan Kelompok Tuli

Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis

supuratif kronik difus.

Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel

radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga

terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk

menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase

nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang

adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa

kolesteatoma.

Labirinitis Serosa Difus

Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis

sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau

bakteri melalui tingkap lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut

mencapai end osteum melalui saluran darah. Diperkirakan penyebab labirinitis serosa

yang paling sering adalah absorpsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam

labirin.

Bentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam,

misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, danbiasanya tidak menyebabkan

gangguan pendengaran.

Kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan

histlogik pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat

serosa atau serofibrin.

Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan

dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai

mual dan muntah, ataksia dan tuli saraf.

Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dan labirinitis sirkumskriota

mempunyai gejala yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi.

Page 20: Laporan Kelompok Tuli

Tes fistula akan positif kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala

labirinitis sebelumnya, suhu badab normal atau mendekati normal.

Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat,

sedangkan pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada

labirinitis serosa ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi

perubahan ,menjadi labirinitis supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit disisi

yang sakit, berarti tidak terjadi labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis

serosa difus harus dibedakan dengan ketulian pada penyakit non inflamasi labirin dan

saraf ke VIII.

Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan

kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf tempore yang berat dapat

menjad tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan baik.

Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total,

diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat.

Drainase telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi

kontra. Pada staium lanjut OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana

(simpel) untuk mencegah labirinitis serosa. Timpanomastoidektomi diperlukan bila

terdapat kolesteatom dengan fistula.

Labirinitis supuratif akut difus

Labirinitis supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang

sakit diikuti dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke

arah telinga yang sehat.

Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis

serosa yang infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada

banyak kejadian, labirinitis ini terjadi sekunder dari otits media akut maupun kronik

dan mastoiditis. Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infeksi dapat

menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga

terjadi labirinitis supuratif.

Page 21: Laporan Kelompok Tuli

Kelainan patologik terdiri dari infiltrasilabirin oleh sel-sel leukosit

polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin

nekrosis, dan terbentuk jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang

nekrotik tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis

fasialis, dan penyebab infeksi ke intrakranial.

Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalana

labirinitis supiratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat,

gejala akan lebih ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat

nistagmus horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke telinga yang

sehat. Dalam beberapa jam pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak,

nistagmus dapat mengarah ke telinga yang sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan

mentebabkan tuli saraf total permanen. Suhu badan normal atau mendekati normal,

bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis. Tidak

terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh

labirinitis.

Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi

ynag sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat

nistagmu. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.

Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo

akan diperhebat.

Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis

dengan hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan rontgen

telinga tengah. Os mastoid dan os petrosus mungkin menggambarakan sejumlah

kelianan yang tidak berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai terdapat iritasi

meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.

Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam baik.

Dengan antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga

harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi

gejala dan tanda komplikasi intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan

Page 22: Laporan Kelompok Tuli

terapi adukuat dengan antibiotika, drainase labirin akan memberiprognosis lebih baik

daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.

Labirinitis kronik (laten) difus

Labirinits supurati stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala

vestibuler akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.

Patologi

Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir

seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi. Beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan

granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan

kalsifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan labirin

dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.

Gejala

Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan nistagmus spontan

biasanya ke arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau

sampai sisa labirin yang berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak

menimbulkan respon di sisi yang sakit dan tes fistula pun negatif, walaupun terdapat

fistula.

Pengobatan

Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada. Drainase

bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di labirin atau

daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan

tidak memberi respons terhadapterapi antibiotika. Bila ada indikasi dapat dilakukan

mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat

dilakukan drainase labirin dengan salah satu operasi labirin. Setipa sekuestrum yang

lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf fasial

Page 23: Laporan Kelompok Tuli

lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan

operasi tulang temporal, maka harus biberikan antibiotika sebelun dan sesuadah

operasi.

PENYAKIT MENIERE

Page 24: Laporan Kelompok Tuli

DAFTAR PUSTAKA

Aryad, Efiaty dan Nurbaiti Iskandar.2004.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Kelima.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Boies dkk.1997.Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

www.medicastore.com