laporan kasus fournier gangren
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MALIKUSSALEHRUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA
BAGIAN ILMU BEDAH
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.AR
Umur : 55 tahun
Alamat : Syamtalira Bayu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Menikah
TMRS : 12 Maret 2013
Jam : 21.00 WIB
No.MR : 04 61 36
Anamnesis
Keluhan Utama : luka pada kantung buah zakar
Keluhan Tambahan : nyeri dan berbau
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan adanya luka
pada kantung buah zakar yang dialaminya sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Luka tersebut juga terasa nyeri dan berbau tidak enak. Luka awalnya berupa
1
bisul yang banyak pada kantung buah zakar dan 3 hari kemudian bisul tersebut
pecah dan menjadi luka.
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus disangkal
Hipertensi disangkal
Riwayat Pemakaian Obat : Pemakaian kortikosteroid jangka lama disangkal
Penggunaan alkohol disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : -
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 18x/menit
Temperatur : 36,90C
Kesadaran : Compos Mentis
C. STATUS LOKALISATA
1. KEPALA
a. Bentuk kepala : kontur maxillofasial simetris
b. Mata : pupil isokor +/+, konjungtiva anemis +/+
c. Hidung : dbn
d. Mulut : dbn
e. Leher : tidak ada massa atau pembesaran KGB
2. THORAKS
a. Inspeksi : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
2
b. Palpasi : stem fremitus paru normal kiri dan kanan
c. Perkusi : sonor seluruh lapangan paru.
d. Auskultasi : Paru : vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
3. ABDOMEN
a. Inspeksi : simetris, tidak terlihat penonjolan, distensi (-)
b. Palpasi : soepel (+), nyeri tekan (-)
c. Perkusi : timpani (+)
d. Auskultasi : bising usus meningkat (+), peristaltik (+)
4. GENITALIA
Luka dengan ukuran 10 x 8 cm a/r scrotum, pus (+)
5. EKSTREMITAS
Deformitas (-), edema tungkai (-/-)
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Fournier Gangrene a/r scrotum
2. Abses scrotalis
3. Hernia inkaserata inguinoskrotalis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : urine darah rutin, KGD, RFT, LFT
Radiologi : Rontgen thoraks AP lateral
F. DIAGNOSIS
Fournier Gangren a/r scrotum
3
G. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa : Bedrest
Rawat Luka
Menjaga kadar gula darah
Personal hygiene
Medikamentosa : IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxim 1 gr/12 jam
Inj Ranitidin 25 mg/8 jam
Inj Ketorolac 3 %/8 jam
Drip Metronidazol 1 fls/hr
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Operatif : debridement + nekrotomi + jahit matras+ kompres
H. LAPORAN OPERASI
1. Pukul 12.00 WIB debridement dimulai
2. Pasien dengan posisi telentang dalam spinal anastesi dilakukan
tindakan aseptik.
3. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
4. Cuci dengan NaCl + Betadine + H2O2 debridement + nekrotomi
5. Jahit matras horizontal dengan menaikkan testis ke atas dan menjahit
sisa kulit bagian bawah skrotum dengan kulit bagian atas.
6. Kompres betadine + NaCl drips
7. Pukul 12.45 WIB debridement selesai.
4
I. INSTRUKSI POST OPERASI
1. Bedrest
2. Puasa 4 jam
3. IVFD RL 30 gtt/i
4. Infus Metronidazol 1 fls/ 12 jam
5. Infus Cairan nutrisi 1 fls/ hari
6. Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
7. Inj Gentamysin amp/12 jam
8. Inj Torasic amp/8 jam
9. Inj Kalnex amp/8 jam
10. Inj Diazepam amp/8 jam
11. Kompres scrotum : 5 cc Betadine + 500 cc NaCl 0,9% tetesi
kompres melalui infus ke scrotum.
J. PROGNOSIS
Bila dilakukan tindakan debridement segera dan perawatan luka yang baik:
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
5
K. DISKUSI
Tn. AR, 55 tahun, datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan adanya
luka pada kantung buah zakar yang dialaminya sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Luka tersebut juga terasa nyeri dan berbau tidak enak. Luka awalnya berupa
bisul yang banyak pada kantung buah zakar dan 3 hari kemudian bisul tersebut
pecah dan menjadi luka. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ulkus pada regio
genitalia eksterna berukuran 10 x 8 cm, berbau, nyeri dan kulit skrotum bagian
bawah sudah tidak ada sehingga testisnya terlihat. Hasil pemeriksaan KGDS
pasien ketika di IGD 187 mg/dl sedangkan hasil laboratorium urin dan darah
rutinnya menunjukkan LED meningkat, leukositosis dan leukosituria.
Pada hari rawatan kedua pasien di ruang bedah pria RSU Cut
Meutia,dokter melakukan tindakan debridement di kamar operasi, didapatkan
ulkus dengan pus yang sudah kental dan kulit skrotum yang tidak utuh lagi. Pus
dibersihkan dengan kasa + NaCl 0,9 %, ditelusuri asal absesnya dan diketahui
bahwa abses berasal dari bagian anterior sehingga disimpulkan bahwa Tn.AR
menderita Fournier Gangren tipe urogenital triangle dimana infeksi terbatas pada
bagian anterior dari penis dengan penyebaran yang berbentuk lurus sesuai dengan
hukum Goodsall “Fistula dengan eksternal opening ke anterior biasanya memiliki
saluran yang berbentuk lurus, sedangkan fistula dengan eksternal opening ke
posterior atau dorsal biasanya selalu ke depan karena radang dan pus yang
terdorong ke anterior di sekitar muskulus puborektal membentuk satu atau lebih
lubang perforasi ke sebelah anterior”.
6
Setelah dilakukan debridement dan nekrotomi, dilakukan jahit matras
horizontal dengan menaikkan testis terlebih dahulu ke superior lalu menyatukan
kulit skrotum bagian bawah yang tersisa dengan kulit skrotum bagian atas.
Kemudian kompres dengan 500 cc larutan NaCl 0,9% + 5 cc betadine dan
dialirkan dari infus ke skrotum serta pemberian antibiotik spektrum luas baik itu
untuk bakteri aerob, anaerob, gram positif maupun gram negatif. Pada hari
rawatan ke 13 post debridement jahitan sudah dibuka dan pasien Pulang Berobat
Jalan (PBJ) dengan keadaan umum baik, luka sudah kering, tidak lagi berdarah
dan tidak nyeri.
7
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Hari/tanggal : Rabu, 13 Maret 2013
Darah Rutin
Hemoglobin : 11,4 g% (N: L = 13-18; P = 12-16)LED : 59 mm/jam (N: <15)Eritrosit : 5,4 x 106/mm3 (N: L= 4,5-6,5; P =3,8-5,8)Leukosit : 20,7 x 103/mm3 (N: 4-11)Hematokrit : 32,4 % (N: 31-47)MCV : 63 fl (N: 46-96)MCH : 21,0 pg (N: 27-32)MCHC : 33,3 g% (N: 30-35)RDW : 16,3 % (N: 11-15)Trombosit : 359 x103/mm3 (N: 150-450 x 103)Bleeding Time: 3 menit (N : <5)Clotting Time : 9 menit (N: 5-11)
Urine Rutin (pagi)
Kekeruhan : jernihWarna : kuning mudaBerat jenis : 1,020pH : 6Protein : 25 mg/dl (+)Glukosa (reduksi) : -Bilirubin : -Urobilinogen : -Keton : -Nitrit : -Blood & Hb : 10/µl (+)Leukosit : 100/µl (+2)
Kadar Gula Darah
KGDS : 187 mg/dl (12 Maret 2013) KGDS : 143 mg/dl (13 Maret 2013) KGD puasa : 25 mg/dl (13 Maret 2013)
Fungsi Hati
Bilirubin total : 0,87 mg/dl (N: 0,1-1,0) Bilirubin direct: 0,76 mg/dl (N: 0,0-0,3)
8
SGOT : 20 IU/L (N: 10-37) SGPT : 18 IU/L (N: 10-40)
Fungsi Ginjal
Ureum : 52 mg/dl (N: 20-40) Creatinin : 1,71 mg/dl (N: 0,6-1,6) Uric acid : 5,1 mg/dl (N: L<7,2; P<6,8)
9
Gambar 1.1 Pembengkakan skrotum pada awal penyakit fournier gangren
Gambar 1.2 Abses perianal pada pasien fournier gangren
10
Gambar 1.3 T indakan debridement untuk mengeluarkan abses pada fournier gangren
Gambar 1.4 Fournier gangren setelah dilakukan debridement + kompres
11
Gambar 1.5 Pasien fournier gangren 11 hari post debridement
Gambar 1.6 Keadaan terakhir genitalia pasien fournier gangren
RESUME
No. RM : 04 61 36
Masuk tanggal : 12 Maret 2013
1. Nama pasien : Tn.AR
2. Umur : 55 tahun
3. Alamat : Syamtalira Bayu
4. Diagnosa masuk : Fournier Gangren a/r scrotum
5. Diagnosa utama : Fournier Gangren a/r scrotum
6. Jenis tindakan : debridement + nekrotomi + jahit matras + kompres
7. Keadaan pasien waktu masuk : KU lemah, kesadaran compos mentis
8. Pemeriksaan fisik : nyeri pada luka (+), luka di skrotum berbau (+)
9. Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin : LED meningkat dan leukositosis
Urine rutin : leukosituria
10. Pemeriksaan lain : Ro thorax normal
11. Terapi : - Ciprofloxacin 2 x 250 mg
- Asam mefenamat 3x 500 mg
- Ranitidin 2x1
- B Complex 2x1
12. Keadaan pasien waktu pulang:
Telah dilakukan debridement, nekrotomi, jahit matras horizontal serta
kompres pada area genitalia pasien, kesadaran pasien compos mentis
dengan keadaan umum baik. Luka pada scrotum sudah kering, jahitan
sudah dibuka, nyeri tidak ada lagi.
12
STATUS FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P13 Maret 2013 Luka basah
(+), nyeri (+), BAK agak tertahan (+)
KU : lemahSens: CMTD : 100/70 mmHgHR : 82 x/iRR : 20x/iT : 36,50C
Fournier gangren a/r scrotum
IVFD RL 20 gtt/iInj Cefotaxim 1 gr/12 jamInj Ranitidin amp/8 jamInj Ketorolac 3%/ 8 jamMetronidazol fls/hariPCT 3x500 mg (k/p)
14 Maret 2013 Rencana debridement
KU : lemahSens: CMTD : 130/70 mmHgHR : 82 x/iRR : 16x/iT : 35,90C
Fournier gangren a/r scrotum
Rencana debridementCo PD (+), anastesi (+)EKG (+). Ro Thorax (+)
14 Maret 2013 Post debridement + nekrotomi + kompres
Fournier gangren a/r scrotum
Bed restPuasa 4 jamIVFD RL 30 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin amp/12 jamInj Torasic amp/8 jamInj Kalnex amp/8 jamInj Diazepam amp/12 jamKompres scrotum: 500 cc betadine + 500 cc NaCl 0,9 %
13
tetesi kompres melalui infus ke scrotum
17 Maret 2013 Nyeri (-), luka basah (+), berdarah (+)
KU : sedangSens: CMTD : 100/60 mmHgHR : 88x/iRR : 20x/iT : 36,50C
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+3
IVFD RL 30 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin amp/12 jamInj Torasic amp/8 jamInj Kalnex amp/8 jam
18 Maret 2013 Nyeri (-), luka basah (+), berdarah (+)
KU : sedangSens: CMTD : 110/70 mmHgHR : 88x/iRR : 19x/iT : 370CDC (+)
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+4
IVFD RL 30 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin amp/12 jamInj Torasic amp/8 jamInj Kalnex amp/8 jam
19 Maret 2013 Nyeri (-), luka basah (+), berdarah (-)
KU : sedangSens: CMTD : 80/60 mmHgHR : 86x/iRR : 21x/iT : 370CDC (+)
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+5
IVFD RL 30 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin
14
amp/12 jamInj Torasic amp/8 jam
25 Maret 2013 Nyeri (-), luka kering (+), berdarah (-)
KU : baikSens: CMTD : 100/60 mmHgHR : 60x/iRR : 16x/iT : 36,70CUrin <100cc sejak pagi jam 5, DC (+)
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+11
IVFD RL 20 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin amp/12 jamInj Torasic amp/8 jam
26 Maret 2013 Nyeri (-), luka kering (+), berdarah (-)
KU : baikSens: CMTD : 90/60 mmHgHR : 72x/iRR : 16x/iT : 370C DC Aff (+)
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+12
IVFD RL 20 gtt/iInf metronidazol 1 fls/12 jamInf cairan nutrisi 1 fls/hariInj Cefotaxim 1 gr/8 jamInj Gentamycin amp/12 jamInj Torasic amp/8 jam
27 Maret 2013 Nyeri (-), luka kering (+), berdarah (-), jahitan sudah dibuka (+)
KU : baikSens: CMTD : 100/60 mmHgHR : 84x/iRR : 21x/iT : 370C DC Aff (+)
Post debridement Fournier gangren a/r scrotum H+13
Pasien Pulang Berobat Jalan (PBJ)
15
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum atau uvula yang
disebabkan oleh bakteri anaerob yang merupakan strain streptococcus beta
hemolitikus. Penyakit ini adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di
sekitar genitalia eksterna pria. Fournier gangren merupakan kedaruratan di bidang
urologi karena onsetnya berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa
menjadi gangren yang luas dan menyebabkan septikemia.1
1.2 Etiologi
Infeksi dari kolorektal (13-50%), diantaranya abses perianal, abses
perirektal, abses isiorektal, perforasi karena kanker kolon, dan
divertikulitis.
Infeksi dari urogenitalia (17-87%). Diantaranya striktur uretra,
balanitis, instrumentasi uretra.
Sisanya disebabkan oleh trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar
genitalia.
Faktor risiko yang mempengaruhi penyakit ini antara lain diabetes
mellitus, alkoholisme, higiene skrotum yang kurang baik, penurunan
imunitas tubuh seperti pada pasien AIDS.2
1.3 Patogenesis
Fournier gangren disebabkan oleh polimikroba di alam yang merupakan
gabungan antara bakteri aerob dan anaerob. Rata-rata terdapat tiga jenis bakteri
yang seringkali didapatkan dari kultur pasien. Bakteri yang paling banyak
16
ditemukan adalah Escherichia coli (bakteri aerob), Bacteriodes (anaerob),
Streptococcus (aerob). Bakteri lain yang menyebabkan fournier gangren adalah
Staphylococcus, Enterococcus, Clostridium, Pseudomonas, Klabsiella, dan
Proteus.2
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering pada fournier gangren adalah adanya
pembengkakan skrotum, nyeri, hiperemi, pruritus, dan demam. Kadangkala
didapatkan discharge dengan bau busuk yang muncul setelah gejala berlangsung
selama 2-7 hari.3
Dapat ditemukan juga gas dalam jaringan. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya krepitasi yang didapatkan saat pemeriksaan fisik pada 19-64% pasien.
Gambaran sistemik pada fournier gangren diantaranya adalah leukositosis,
dehidrasi, takikardi, trombositopenia, anemia, hipokalsemia, dan hiperglikemia.3
17
Gambar 2.1 Pembengkakan dan ulkus di skrotum pada fournier gangren
Jalur Penyebaran
Untuk mengetahui jalur penyebaran fournier gangren, terlebih dahulu
harus mengenal anatomi perianal dan bagian fascia. Perineum terdiri dari dua
segitiga yaitu segitiga anal dan segitiga urogenital.3
Segitiga anal merupakan bagian posterior dari garis imajiner antara
tuberositas ischiadica, sedangkan segitiga urogenital terletak di bagian anterior
dari garis ini. Infeksi dari fournier gangren dapat menyebar sepanjang fascia
plana.3
18
Gambar 2.2 Segitiga Perianal
Gambar 2.3 Anatomi dari perianal dan fascia plana
Infeksi dimulai dari segitiga anal yang menyebar sepanjang fascia colles
(bagian superfisial dari fascia perineal) dan menjalar ke depan sepanjang fascia
dartos yang meliputi skrotum dan penis. Hal ini juga dapat menjalar di bagian
superior fascia Scarpa hingga ke dinding anterior abdomen. Fascia colles melekat
di bagian lateral dengan ramus pubis dan fascia lata dan di bagian posterior
dengan diafragma urogenital, oleh karena itu penyebaran infeksi jarang mengenai
daerah ini. Jika fascia colles terkena, infeksi dapat menyebar hingga ke fossa
ischiorectal hingga ke bokong dan paha.2,3
Infeksi yang berasal dari segitiga urogenital, uretra, atau kelenjar
periuretra dapat mencapai fascia Buck, dimana infeksi terbatas pada bagian depan
dari penis. Jika infeksi tidak diobati maka fascia Buck dapat dipenetrasi dan
infeksi dapat menjalarsepanjang fascia Colles dan fascia Dartos.2,3
1.5 Diagnosis Banding
1. Selulitis
2. Hernia strangulata
3. Abses skrotum
19
Gambar 2.4 Penyebaran fournier gangren
4. Streptococcal necrotising fascitis
5. Herpes simplex
6. Gonococcal balanitis dan oedema
7. Pyoderma gangrenousm
8. Allergic vasculitis
9. Polyarteritis nodosa
10. Ecthyma gangrenosum4
1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi atau gejala klinis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya nekrosis dan
infeksi subkutis biasanya baru akan muncul beberapa hari setelah muncul gejala.
Kriteria diagnosis Fournier Gangren meliputi sebagai berikut:
1. Edema skrotum yang berkembang cepat menjadi gangren dengan atau
tanpa sebab yang jelas.
2. Penderita tampak sakit berat.
3. Melibatkan sebagian atau seluruh bagian skrotum dan kadang-kadang
permukaan bawah penis.
4. Gangren dapat mencakup seluruh kulit skrotum tetapi tidak pernah
mencapai testis.3,4
20
Gambar 2.5 Edema skrotum dengan gangren
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis diantaranya:
1. Ultrasonografi (USG)
USG dapat mendeteksi adanya fournier gangren dengan menunjukkan
penebalan pada dinding dan gambaran hiperechoik sehingga menyebabkan adanya
bayangan kotor yang menunjukkan adanya gas pada dinding skrotum.5
21
Gambar 2.6 Fournier gangren yang telah mengenai seluruh kulit skrotum dan telah menyebar
Gambar 2.7 Suspek fournier gangren pada laki-laki usia 71 tahun dengan demam. USG menunjukkan adanya daerah
echogenik
2. Radiografi
Pada radiografi, hiperlusen menunjukkan adanya gas pada jaringan lunak
yang terdapat di regio skrotum atau perineum.5
3. CT Scan
Gambaran fournier gangren yang tampak pada CT Scan berupa penebalan
jaringan lunak dan inflamasi. CT Scan menunjukkan penebalan fascia yang
asimetris, penumpukan cairan dan abses, penumpukan lemak di sekitar jaringan,
dan emfisema subkutis yang terbentuk karena adanya gas yang ditimbulkan oleh
bakteri.5
22
Gambar 2.8 Fournier gangren pada laki-laki usia 32 tahun dengan riwayat nyeri pada testisdan infeksi pada
kulit skrotum
Gambar 2.9 Gambaran CT Scan pada pasien berusia 60 tahun yang menunjukkan adanya udara dan cairan yang terjebak dalam dua corpus cavernosum
1.7 Penatalaksanaan
Fournier gangren membutuhkan pendekatan multimodalitas termasuk di
antaranya stabilisasi hemodinamik dengan mengoreksi cairan dan keseimbangan
elektrolit, antibiotik spektrum luas dan tindakan bedah (drainase abses dan
debridement). Debridement segera merupakan hal utama dalam penanganan
fournier gangren karena jika terlambat akan mempengaruhi prognosisnya.
Jaringan yang nekrosis dan yang tidak layak harus dieksisi sampai didapatkan
perfusi yang baik pada jaringan yang masih bagus. Setelah dilakukan
debridement, pasien diistirahatkan dan kompres dengan larutan NaCl atau
povidon iodine. Perawatan luka pasca debridement juga harus dilakukan.3,4
23
Gambar 2.10 Tindakan debridement untuk drainase abses pada fournier abses
24
Gambar 2.11 Scrotum dibuka sepanjang raphe untuk mengeluarkan abses dan mengevaluasi jaringan yang nekrotik
Gambar 2.12 Pada pasien yang sama, mengikuti debridement radikal pertama
25
Gambar 2.13 Following resolution of the infection, the wound was covered with a split-thickness skin graft
Gambar 2.14 Debridement radikal yang diikuti dengan rekonstruksi skrotum menggunakan kulit paha untuk menutup testis
1.8 Prognosis
Awalnya tingkat kematian akibat fournier gangren dilaporkan sekitar 80%,
tetapi setelah penelitian terbaru dilakukan angka kematian menurun sekitar kurang
dari 40 %. Faktor yang mempengaruhi dampak negatif dari ketahanan hidup
pasien dengan fournier gangren adalah umur, sumber infeksi anorektal primer,
penanganan yang terlambat, status imunokompromais dan diabetes.4
Komplikasi jangka panjang tidak ditemukan. Hanya 50% pasien yang
bebas dari nyeri. Fungsi seksual mungkin dipengaruhi oleh karena deviasi penis
atau torsio penis juga sensitivitas kulit penis atau nyeri selama ereksi.4
26