laporan iklim kerja

Upload: adila-nurhadiya

Post on 12-Jul-2015

1.266 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE PT. PINDAD (Persero)(Aspek Iklim Kerja yang Diduga Berpengaruh Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja)

Disusun oleh: KELOMPOK 4 Asep Tami Arif Ilhami, dr. Devina Nurul Octaviani, dr. Eva Fieldiana Sari, dr. Nastiti Utami, dr. Novanty Alida, dr. Septy Deborah Suyono, dr. Triadi Utama, dr. Yanvatra Bayu, dr.

KEMENTRIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3) BANDUNG 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Pelatihan Hiperkes bagi Dokter/Dokter Perusahaan. Laporan dengan judul LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE PT. PINDAD (Persero) (Aspek Iklim Kerja yang Diduga Berpengaruh Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja) merupakan hasil observasi yang dilakukan di PT. PINDAD (Persero), Bandung, Jawa Barat. Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan pengetahuan penulis dalam penyusunan karya ilmiah dikemudian hari, penulis dengan lapang dada meneima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak melakukan sesuatu yang tidak berkenan.

ii

Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Bandung, Mei 2011

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan Observasi .......................................................................................... 2 1.4 Manfaat Observasi ........................................................................................ 3 1.5 Metodologi Observasi ................................................................................... 3 1.6 Lokasi dan Waktu Observasi....................................................................... 3 1.6.1 Lokasi Observasi .................................................................................... 3 1.6.2 Waktu Observasi .................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5 2.1 Pengertian Higiene Perusahaan Iklim Kerja ................................................. 5 2.2 Iklim Kerja Panas1......................................................................................... 6 iv

2.3 Iklim Kerja Dingin1 ....................................................................................... 7 2.4 Efek terhadap Kesehatan ............................................................................... 8 2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) ........................................................................ 10 2.6 Pengendalian Iklim Kerja ............................................................................ 12 BAB III HASIL PENGAMATAN ........................................................................ 14 3.1 Profil Perusahaan ........................................................................................ 14 3.2 Identifikasi Potensi Bahaya ......................................................................... 21 3.3 Hasil Pengukuran dan Pengamatan ............................................................. 21 3.3.1 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim Kerja Panas ........................................................................................... 23 3.4.1 Pengendalian secara Teknik ................................................................. 24 3.4.2 Pengendalian Administrasi .................................................................. 24 3.4.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) .............................................. 25 BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 27 4.2 Permasalahan Kesehatan Pada Tenaga Kerja PT. Primarindo Asia Infrastruktur ............................................................................................... 28 4.3 Pengendalian ............................................................................................... 28 4.3.1 Pengendalian Teknis ............................................................................ 28 4.3.2 Pengendalian Administratif.................................................................. 29 4.3.3 Penggunaan APD ................................................................................. 30 v

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................. Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan .................................................. Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Heat Stress Area Monitor .................................................................. 11

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Iklim Kerja di Indonesia .......................................................... 11 Tabel 3.1 Hasil Pengukuran lapangan ................................................................... 22 Tabel 3.2 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim Kerja Panas ........................................................................................... 23 Tabel 3.3 Pengendalian Teknis ............................................................................. 24 Tabel 3.4 Pengendalian Administrasi ................................................................... 25 Tabel 3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ............................................... 26 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Lapangan ................................................................. 27

viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Higiene perusahan, ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja (Hiperkes) merupakan hal yang menjadi perhatian banyak pihak di era industri seperti sekarang ini. Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.1 Istilah Hiperkes menurut Undang-undang tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi normanorma hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.1 Beberapa faktor yang berhubungan secara langsung dengan higiene perusahaan adalah faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi. Faktor fisik dapat berupa radiasi, kebisingan, getaran, penerangan dan iklim kerja. Sedangkan faktor kimia berupa zat-zat yang digunakan dalam suatu perusahaan baik itu gas, uap, pelarut organik, maupun debu. Faktor biologi yang dihubungkan dengan higiene perusahaan lebih dititikberatkan pada mikroorganisme penyebab 1

2

penyakit seperti bakteri, jamur, dan virus yang sering dijumpai dalam sebuah industri.1 Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai faktor fisik iklim di PT. PINDAD (Persero).

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran iklim kerja lingkungan industri pada PT. PINDAD (Persero)? 2. 3. Masalah iklim kerja apakah yang terdapat pada PT. PINDAD (Persero)? Apakah pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan iklim kerja di PT. PINDAD (Persero)?

1.3 Tujuan Observasi 1. Mengetahui gambaran iklim kerja lingkungan industri pada PT. PINDAD (Persero). 2. Mengetahui masalah iklim kerja yang terdapat pada PT. PINDAD (Persero). 3. Mengetahui pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah iklim kerja PT. PINDAD (Persero)

3

1.4 Manfaat Observasi 1. Bagi perusahaan, hasil observasi ini dapat dijadikan bahan masukan dalam upaya peningkatan kinerja atau produktivitas karyawan perusahaan yang telah berjalan dan mendapat rekomendasi solusi untuk kendala yang dihadapi di lapangan. 2. Bagi dokter peserta pelatihan, rangkaian kegiatan observasi ini dapat dijadikan pengalaman dan pelajaran untuk kegiatan ilmiah lain pada umumnya dan kegiatan Hiperkes pada khususnya. 3. Bagi masyarakat, hasil observasi ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui profil perusahaan secara umum dan menjadi bahan pertimbangan dalam mencari lapangan pekerjaan.

1.5 Metodologi Observasi Observasi ini menggunakan metode studi deskriptif. Data yang dikumpulkan dalam penyusunan laporan adalah dengan cara observasi langsung, melakukan pengukuran Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), dan wawancara langsung. Objek studi ini adalah lingkungan kerja dan tenaga kerja di beberapa bagian tempat produksi PT. PINDAD (Persero)

1.6

Lokasi dan Waktu Observasi

1.6.1 Lokasi Observasi Lokasi observasi pada kesempatan kali ini adalah PT. PINDAD (Persero), Bandung, Jawa Barat.

4

1.6.2 Waktu Observasi 1. Penentuan judul : 18 Mei 2011 18 Mei 2011 20 Mei 2011 20 Mei 2011 21 Mei 2011 22 Mei 2011

2. Pembuatan kuisioner : 3. Observasi lapangan 4. Pengumpulan data 5. Pengolahan data : : :

6. Penyusunan laporan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Higiene Perusahaan Iklim Kerja Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat di lingkungan kerja seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya mempengaruhi tenaga kerja. Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah iklim kerja. Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah

menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim / cuaca tertentu yang disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin. Dalam Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. KEP-51/Men/1999 Pasal 1 Ayat 5 Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut Sumamur PK, iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang. Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem pengatur suhu (system thermoregulator). Suhu menetap ini adalah akibat 5

6

keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius.

2.2 Iklim Kerja Panas1 Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. (1) Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia. (2) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.

7

(3) Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari. (4) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:1 1. Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering yang tinggi disertai tekanan uap air yang tinggi. 2. Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola kering mencapai 400C disertai beban panas radiasi tinggi. Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas diantaranya : 1. Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,

pengeringan, pemanasan 2. Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalan raya, bongkar muat, nelayan, petani 3. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang

2.3 Iklim Kerja Dingin1 Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

8

Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang computer dan lain-lain. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu : Chilblains : Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah, panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja ditempat dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi. Trench foot : Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembaban atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium ini diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan sakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara. Frosbite : Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama seperti trenchfoot namun stadium akhir penyakit frosbite adalah gangrene dan bisa berakibat cacat tetap.

2.4 Efek terhadap Kesehatan Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh

untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling, berupa panas matahari atau panas ruangan. Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil

9

akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan seperti kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Ruam panas ( prickly heat ), dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimana keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkan rasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit. Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat dingin, memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum. Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan. Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium. Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya

10

keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat. Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37). Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah. Segera mencari pertolongan medis.

2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9 berbunyi : Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.1 Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah: 1. Untuk pekerjaan diluar gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering 2. Untuk pekerjaan didalam gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

11

Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan kira kira satu meter dari pekerja.

Gambar 2.1 Heat Stress Area Monitor

Tabel 2.1 Standar Iklim Kerja di Indonesia Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus-menerus 30,0 26,7 25 (8 jam/hari) 75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9 50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0Sumber : Bunga Rampai Hiperkes dan KK.

Catatan : a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 200 kilo kalori /jam. b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 350 kilo kalori/ jam. c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 500 kilo kalori /jam.

12

2.6 Pengendalian Iklim Kerja Pengendalian kerja berdasarkan hirarki control untuk iklim kerja terdiri dari :1 a. Engineering control Isolasi Sumber Panas Radiation shielding. Local exhaust ventilation. Localized cooling at work station. Ventilasi umum (general ventilation)

b. Administrative Controll Permeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus. Pengadaan air minum harus disediakan dalam jumlah yang memadai Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan Pengaturan lamanya kerja dan istirahat

c. Alat Pelindung Diri APD yang dipakai antara lain : Kacamata (goggles), Topi, Celemek Pakaian kerja yang dilapisi dengan alumunium, Sarung tangan dari kulit atau gaunlets Sepatu kerja.

13

Pencegahan masalah panas yang berhubungan dengan kesehatan, dapat dilakukan dengan cara : o Aklimatisasi Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut jantung dan suhu tubuh. Proses ini biasanya memerlukan waktu 7 - 10 hari dan aklimatisasi ini dapat menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk selama satu minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk membiasakan diri kita terhadap cuaca terutama pada periode waktu kerja fisik yang lama. o Pemeliharaan cairan tubuh Cairan yang masuk kedalam tubuh harus tetap dipelihara dengan mempelajari aktifitas fisik. Dapat dialakukan dengan cara jangan mengandalkan rasa haus sebagai indikator kekurangan cairan dan menghindari alkohol karena akan sering kencing sehingga akan meningkatkan dehidrasi dan dapat mempengaruhi penurunan panas tubuh. o Diet yang tepat Memakan makanan ringan, menjauhi makanan berat. Semakin sedikit yang dimakan,semakin sering mendapatkan keseimbangan pencernaan makanannya. o Pakaian yang tipis Menggunakan pakaian yang tipis, pakaian warna lembut/muda, memakai pakaian longgar sperti katun yang dapat dilewati gerak udara keseluruh tubuh.

14

BAB III HASIL PENGAMATAN

3.1 Profil Perusahaan PT. PINDAD (Persero) adalah perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia dan memperkerjakan sekitar 2.600 karyawan. Kegiatan PT. PINDAD (Persero) mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan dan fabrikan serta perawatan. Berdiri pada tahun 1808 sebagai bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artillerie Constructie Winkel (ACW), bengkel ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan nama pengelola kemudian dipindahkan lokasinya ke Bandung pada tahun 1923. Pemerintah Belanda pada tahun 1950 menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah Indonesia, kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang ini. Sejak saat itu PT. PINDAD berubah menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh Angkatan Darat. PT. PINDAD berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT. PINDAD pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun 1989 perusahaan ini berada dibawah pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT. Pakarya Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero). Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan

15

oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status menjadi PT. PINDAD (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian BUMN. Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara a. Visi Perusahaan Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia pada tahun 2023 melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.

b. Organisasi Untuk meningkatkan daya saingnya, PT. PINDAD (Persero)

mengembangkan desain organisasi yang fleksibel dan desentralistis sehingga meningkatkan divisi-divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.

c. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang bergabung dengan PT. PINDAD (Persero) adalah para tenaga profesional yang memiliki kompetensi khusus di bidang teknologi persenjataan, metalurgi, permesinan dan lain-lain. Kemampuan mereka ditempa oleh pengalaman dan pelatihan khusus. Pengembangan SDM mengacu kepada manajemen SDM berbasis kompetensi yang mengintegrasikan semua kebijakan dibidang karir, pelatihan, rekruitmen, penilaian/ prestasi kerja dan lain sebagainya.

16

d. Bidang Usaha Kegiatan usaha didalam pembuatan berbagai macam Produk Militer dan Produk Komersial merupakan inti kegiatan perusahaan ini. Pabrik dan perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor pemasaran di Jakarta, menunjang keberhasilan bisnis kedua kelompok produk diatas. Kegiatan usaha produk komersial dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu, Divisi Mesin Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan kapal dan air brake serta mesin industri, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi komponen tempa dan cor. Divisi Kendaraan Khusus yang memproduksi kendaraan-kendaraan fungsi khusus baik untuk keperluan komersial maupun militer, serta Divisi Bahan Peledak Komersial yang memproduksi bahan peledak untuk kepentingan komersial antara lain pertambangan Divisi Senjata yang bergerak dalam kegiatan pembuatan produk militer berupa berbagai jenis senjata laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung. Satu diivisi di Turen Malang memproduksi produk militer lainnya yang berupa berbagai jenis munisi dan bahan peledak militer.

e. Jaminan Kualitas Kualitas produksi maupun jasa yang memenuhi harapan pelanggan akan berpengaruh terhadap suksesnya bisnis perusahaan. Untuk itu PT. PINDAD (Persero) telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001/9002 dan ISO Guide 25.

17

Dalam menjaga komitmen perusahaan terhadap mutu produk, maka motto "tidak ada kompromi untuk kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh jajaran operasional perusahaan. Konsistensi komitmen manajemen tersebut selalu dipelihara dengan melakukan peningkatan dan penyesuaian sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan produk-produk PT. PINDAD (Persero) dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan dapat membangun kesetiaan pelanggan terhadap produk-produk PT. PINDAD (Persero).

f. Pengembangan Bisnis Disamping bertujuan untuk memperoleh bisnis baru yang menguntungkan dan kompetitif, pengembangan bisnis pada dasarnya adalah usaha untuk menyempurnakan dan atau memperbaiki bisnis yang ada dengan menggunakan metoda dan teknologi mutakhir, sehingga mendapatkan bisnis yang kompetitif dengan biaya dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan pasar. Mengikuti tuntutan alamiahnya guna dapat bertahan dan terus berkembang didalam kondisi ekonomi yang belum stabil, telah dilakukan upaya reorientasi dan pengembangan usaha agar perusahaan lebih dapat menanggapi dengan baik perubahan lingkungan eksternalnya. Melanjutkan upaya pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2001 telah diinisiasi usaha-usaha bisnis baru yang ditunjang oleh kompetensi yang sudah dimiliki. Diharapkan usaha-usaha bisnis baru ini akan memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan ditahun yang akan datang.

18

g.

Lingkungan Alam Disaat meningkatkan unjuk-kerja perusahaan, PT. PINDAD (Persero) juga

menyadari untuk tetap selalu mengusahaan agar ramah terhadap lingkungan alam sekitar. Sekitar 60% dari luas perusahaan selalu dijaga kehijauannya termasuk oleh berbagai pepohonan langka. Sesuatu hal yang sangat menarik adalah selain sebagai lingkungan kerja yang harmonis dengan alam sekitarnya, lingkungan PT. PINDAD (Persero) juga merupakan tempat hidupnya lebih dari 30 jenis spesies burung.

h. Produksi 1. Senjata PT. PINDAD (Persero) telah sukses memproduksi berbagai senjata ringan yang sudah digunakan TNI dan Polri, misalnya: Senapan serbu

SS1 peluru kaliber 5,56 x 45 mm SS2 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

Senapan mesin

SPM2 peluru kaliber 5,56 x 45 mm SM3 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

Pistol

P1 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum P2 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum R1 peluru kaliber .38

19

R2 peluru kaliber .38

Pistol mitraliur / (Submachine gun)

PM1 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum PM2 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum

Senapan runduk / (Sniper Riffle)

SPR-1 [2] peluru kaliber 7,62 x 45 mm SPR-2 peluru kaliber 12,7 x 99 mm [3] SPR-3 peluru kaliber 12,7 x 99 mm

Lainnya

Meriam Pindad ME-105 105mm Howitzer

2.

Kendaraan militer

PINDAD ANOA 4x4 (Kendaraan taktis ARMOURED PERSONAL CARRIER)

PINDAD ANOA 6x6 [1] PINDAD ANOA CANON [2] Combat VEHICLE Water Cannon M1W-40 Kendaraan RPP-M Special function Vehicles

3.

Produksi non-militer a. Mesin Industri & Jasa Lini produk Air brake prodso

Air reservoir

20

o o o o o o o o o

Brake cylinder Compressor set Dual chamber air dryer Dummy coupling Isolating cock distributor valve Operating valve Pipe brake coupling Slack adjuster

Peralatan kelautano o o o o o o

Naval seat Jasa Steering gears Towing winch Kelautan Tuna long line equipment Crane Dbl drum mooring winch Electric anchor winch

lain-laino o o o o

Generator alternator (elektronika) Vacuum Circuit Breaker (elektronika) Laboratorium (Multi-industri) Palm Oil Refinery and Mill Plant (multi industri-EPC) Motor traksi (Transportasi)

21

o o o o

Perlengkapan rel kereta Produk-produk cor Produk-produk stamping Produk-produk tempa

3.2 Identifikasi Potensi Bahaya Paparan yang diterima seorang tenaga kerja di PT. PINDAD (Persero) yang telah diobservasi pada kunjungan lapangan PT. PINDAD (Persero), berupa faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi. Observasi kali ini mengamati faktor fisik sebagai salah satu potensi bahaya. Faktor fisik diantaranya adalah panas, bising, getaran, dan penerangan. Namun, pada kesempatan ini hanya akan dibahas mengenai iklim kerja. Potensi bahaya yang berhubungan dengan iklim kerja adalah panas.

3.3 Hasil Pengukuran dan Pengamatan Pengukuran iklim kerja dilakukan di bagian pengelasan bagian tempa besi dan peleburan. Pengukuran dilakukan di satu titik dimana tenaga kerja selalu melakukan aktivitas bekerja. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Heat Stress Area Monitor dengan merk QUESTENT buatan Amerika. Alat dipaparkan kurang lebih selama 6 menit sebelum pembacaan. Hasil Pengukuran pada PT. PINDAD (Persero) didapatkan sebagai berikut :

22

DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA Nama Perusahaan : PT. PINDAD (Persero) Tanggal Alamat : 20 Mei 2011 : Jl. Jendral Gatot Subroto No. 517 Bandung 40284 Bandung Jawa Barat Nama Alat Merk/ Buatan Model/ Tipe : Heat Stress Area Monitor : QUESTENT/ Amerika : 34

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran lapanganNo Lokasi Ta (0C) 1. Divisi tempa & cor (beban sedang) a. Mesin pembengkokk b. Mesin (-) c. Mesin roll-rantai d. Mesin potong besi Divisi cor (beban berat) a. Peleburan b. Pengecoran Tw (0C) Tg (0C) Parameter RH (%) Lama Pengukuran (menit) Waktu Pengukuran

ISBB (0C)

26,7 27,0 27,0 26,7

23,3 23,1 22,9 22,8

28,8 28,5 28,3 27,7

73% 69% 69% 70%

25,0 24,7 24,5 24,3

5 mnt 5 mnt 5 mnt 3 mnt

09.15 09.22 09.28 09.35

2.

28,0 27,3

23,7 23,0

29,8 28,2

69% 66%

25,6 24,5

5 mnt 3 mnt

09.42 09.50

Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 3.1, tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam adalah 26,7C untuk beban kerja sedang (bagian tempa dan cor pada mesin pembengkok dan potong besi), 27,0 C untuk beban sedang (bagian tempa dan cor pada mesin (-) dan roll rantai). Sedangkan pada bagian pengecoran di mesin

23

peleburan adalah 28 C juga pada mesin pengecoran 27,3 C. Pengukuran beban kerja tidak dilakukan, dikarenakan ketidaksediaan alat dan keterbatasan waktu, namun diasumsikan beban kerja pada tenaga kerja di bagian tempa dan cor adalah beban sedang, bagian cor adalah berat.

3.3.1 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim Kerja Panas Wawancara yang telah dilakukan pada tenaga kerja PT. PINDAD (Persero) bagian pengelasan, penempaan besi dan peleburan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim Kerja PanasBAGIAN RUAM PANAS DEHIDRASI KRAM KARENA PANAS 1. Divisi Tempa dan Cor a. Mesin Pembengkokka n b. Mesin (-) c. Mesin Roll Rantai d. Mesin Pemotong Besi KELELAHAN PANAS STROKE KARENA PANAS

-

-

-

+ + +

-

2. Ruang Pengecoran a. Mesin Peleburan b. Mesin Pengecoran

-

-

+

-

+ +

-

-

+ +

-

24

Wawancara dilakukan pada satu orang tenaga kerja di setiap bagian. Hasil yang didapatkan seperti pada tabel di atas. Masalah kesehatan yang dialami pekerja di bagian tempa dan cor adalah ruam kelelahan karena panas. Masalah kesehatan yang dialami pekerja di bagian pengecoran adalah ruam panas dan kelelahan karena panas.

3.4 Upaya Pengendalian Upaya pengendalian dapat dibedakan menjadi teknik, administratif dan penggunaan alat pelindung diri. pengendalian secara

3.4.1 Pengendalian secara Teknik Pengendalian secara teknik yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Pengendalian TeknisBAGIAN VENTILASI ISOLASI FAN LOCAL GENERAL EXHAUSTER EXHAUSTER

1. Tempa dan Cor 2. Pengecoran

+ -

-

+ -

-

-

3.4.2 Pengendalian Administrasi Pengendalian administrasi yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut ini :

25

Tabel 3.4 Pengendalian Administrasi BAGIAN AKLIMA TISASI

Ketersesiaan Minum

Pengaturan Lama Kerja dan Istirahat

Pemeriksaan Kesehatan

1. Tempa dan Cor a. Mesin Pembengkokkan b. Mesin (-) c. Mesin Roll Rantai d. Mesin Pemotongan Besi 2. Ruang Pengecoran a. Mesin Peleburan b. Mesin Pengecoran + + + + + + + + + + + + + + + +

3.4.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian, atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Penggunaan APD yang digunakan di PT. PINDAD Persero di bagian tempa dan cor, dan pengecoran dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

26

Tabel 3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) APD 1.A 1.B 1.C 1.D Helm Googles Baju Khusus Apron Gloves Sepatu Masker Ear Plug + + + + + + + + + + + + + + + -

2.A + -

2.B -

+ + +

+ + + +

Catatan : 1a 1b 1c 1d 2a 2b : Mesin Pembengkokkan : Mesin (-) : Mesin Roll Rantai : Mesin Pemotong Besi :Mesin Peleburan : Mesin Pengecoran

27

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Potensi Bahaya Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Lapangan No Lokasi ISBB (oC) 1. Divisi Tempa (beban sedang) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Divisi Cor (beban berat) Lokasi 1 (peleburan) Lokasi 2 (pengecoran)

Lama pengukuran

Waktu pengukuran

25,0 24,7 24,5 24,3 25,6 24,5

5 mnt 5 mnt 5 mnt 3 mnt 5 mnt 3 mnt

09.15 09.22 09.28 09.35 09.42 09.50

2.

Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 2.1, tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam adalah 30,0C untuk beban kerja ringan, 26,7C untuk beban kerja sedang, dan 25 C untuk beban kerja berat. Divisi tempa memiliki beban kerja sedang, dilakukan pengukuran pada 4 lokasi yang berbeda, sedangkan divisi cor, yaitu bagian peleburan dan pengecoran memiliki beban kerja berat. Hasil pengukuran seperti tersaji pada tabel 4.1, didapatkan bahwa ISBB di divisi tempa dan di divisi cor bagian pengecoran tidak melebihi NAB, sedangkan pada divisi cor bagian peleburan ISBB melebihi batas NAB. Hasil tersebut didapatkan dengan waktu

28

pengukuran selama 3-5 menit dan jumlah pengukuran yang dilakukan sebanyak satu kali.

4.2 Permasalahan Kesehatan Pada Tenaga Kerja PT. Primarindo Asia Infrastruktur Wawancara dilakukan pada beberapa orang tenaga kerja di setiap bagian. Masalah kesehatan yang dialami pekerja di seluruh divisi adalah kelelahan akibat panas dan di divisi cor adalah ruam karena panas. Jarak yang dekat dengan sumber panas seperti pada divisi cor, menyebabkan tenaga kerja memiliki kemungkinan untuk kontak dengan sumber panas. Hal ini menyebabkan pasien terkena ruam akibat panas.

4.3 Pengendalian 4.3.1 Pengendalian Teknis Tabel 3.3 menunjukan bahwa pengendalian teknis yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan cara mengatur ventilasi, pemasangan kipas angin dan general exhauster. Pada divisi tempa terdapat ventilasi dan kipas angin, sedangkan pada divisi cor terdapat ventilasi dan general exhauster. Pengaturan ventilasi diharapkan dapat mengurangi panas yang ada di ruangan dengan mengalirkan udara keluar ruangan kerja sehingga suhu udara di dalam ruangan dapat berkurang, namun pengaturan ventilasi tersebut dirasakan belum optimal karena jumlah ventilasi yang kurang, yaitu hanya dari pintu. Adapun jendela di ruang kerja terletak di bagian atas ruangan dan merupakan jendela mati atau jendela yang tidak bisa dibuka, sehingga jendela tersebut tidak

29

membantu dalam pengaturan ventilasi. Atap ruangan yang terbuat dari seng dan panas yang dihasilkan dari mesin juga menambah iklim panas dalam ruangan. Selain itu, terdapat pula kipas angin yang diletakkan di dekat tenaga kerja yang terpapar langsung oleh panas, namun jumlahnya hanya sedikit dan diletakkan sedikit jauh dari tenaga kerja. Hal ini kurang efektif untuk mengurangi panas ruangan. Pihak perusahaan juga telah memasang general exhauster di divisi cor yang dimaksudkan untuk mengalirkan udara panas dari hasil peleburan dan pengecoran, namun hal ini dirasakan kurang efektif karena proses peleburan dan pengecoran menghasilkan suhu yang terlalu tinggi sehingga ruangan masih terasa panas.

4.3.2 Pengendalian Administratif Berdasarkan tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa pengendalian administratif berupa aklimatisasi tidak dilakukan pada ruangan kerja yang memiliki ISBB melebihi NAB. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari perusahaan tentang aklimatisasi. Air minum telah disediakan oleh pihak perusahaan di divisi tempa untuk memudahkan para pekerja mengambil air minum dan mencegah dehidrasi selama mereka bekerja. Namun letak yang jauh, jumlah yang masih kurang, dan tidak adanya waktu untuk mengambil air minum menyebabkan keengganan para tenaga kerja untuk minum ketika mereka mengerjakan pekerjaannya. Pada divisi cor tidak disediakan air minum, sehingga tenaga kerja yang ingin minum harus keluar ruangan kerja terlebih dahulu.

30

Pada perusahaan ini juga terdapat pengaturan waktu kerja dan istirahat. Khusus untuk divisi cor pada bagian peleburan dan pengecoran, para tenaga kerja hanya diperbolehkan 30 menit terapapar sumber panas, setelah 30 menit tenaga kerja boleh keluar atau beristirahat, namun waktunya tidak ditentukan.

4.3.3 Penggunaan APD Berdasarkan tabel 3.5 dapat dijelaskan bahwa tidak semua pekerja di ruangan yang dikunjungi menggunakan APD. Pada divisi cor tidak ditemukan adanya baju khusus, padahal para tenaga kerja rentan terkena hasil peleburan dan pengecoran yang memiliki suhu tinggi. Penggunaan APD ini tidak berhubungan dengan paparan terhadap suhu ekstrim, namun lebih kepada perlindungan para pekerja terhadap jenis pekerjaannya.

31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan1. Gambaran iklim kerja di lingkungan industri pada PT.PINDAD PERSERO ISBB di divisi tempa dan di divisi cor bagian pengecoran tidak melebihi NAB, sedangkan pada divisi cor bagian peleburan ISBB melebihi batas NAB dengan pengukuran ISBB selama lima menit sebanyak satu kali pengukuran. 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, permasalahan iklim kerja yang terdapat pada PT.PINDAD PERSERO adalah ruam panas dan kelelahan karena panas. 3. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah iklim kerja di PT.PINDAD PERSERO adalah dengan pengendalian teknis, administratif dan APD, namun pada pelaksanaannya belum tercapai seluruhnya.

5.2 Saran1. Pelaksanaan pengendalian secara paripurna untuk mencegah masalah kesehatan yang terjadi pada para pekerja yang bekerja di lingkungan iklim panas karena tidak optimalnya hal-hal sebagai berikut : Isolasi sumber panas Local exhaust Optimalisasi aklimatisasi Pengaturan waktu kerja dan istirahat setiap jam Penggunaan APD berupa pakaian khusus dan apron

32

2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus untuk masalah iklim kerja yang terdapat pada PT PINDAD PERSERO.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumamur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung Agung. 2. Budiono Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang:Badan Penerbit UNDIP Semarang. 3. Haryuti, Siswanto,A., Setijoso,W.(1987), Tekanan Panas. Surabaya : Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. 4. Profil Perusahaan PT. PINDAD (Persero): 2011

33