laporan iklim kerja

49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan penerapan teknologi baik dalam proses produksi maupun proses distribusinya. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka semangat kerja akan meningkat, begitu juga produktivitas. Negara Indonesia merupakan negara tropis, dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Panas merupakan sumber penting dalam proses produksi, maka tidak menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama, maka pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan, sehingga berpengaruh terhadap produktivtas dan efisiensi kerja. Iklim kerja yang panas merupakan beban bagi tubuh, ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, 1

Upload: dyan-hatining-ayu-s

Post on 25-Jul-2015

1.092 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan iklim kerja

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang

mempunyai peran penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan

suhu tinggi memerlukan penerapan teknologi baik dalam proses produksi

maupun proses distribusinya. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka

semangat kerja akan meningkat, begitu juga produktivitas.

Negara Indonesia merupakan negara tropis, dengan ciri utamanya

adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini

seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat

mempengaruhi kondisi pekerja. Panas merupakan sumber penting dalam

proses produksi, maka tidak menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar

langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama, maka

pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu

menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya

gangguan kesehatan, sehingga berpengaruh terhadap produktivtas dan

efisiensi kerja. Iklim kerja yang panas merupakan beban bagi tubuh,

ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik

yang berat, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja.

Keluhan banyak muncul pada para pekerja maupun mahasiswa di

kampus PPNS, dikarenakan iklim kerja di daerah bengkel kurang mendapat

perhatian dan penanggulangan secara khusus. Padahal seperti yang

diketahui, bahwa dengan adanya banyak bengkel, namun tidak diimbangi

dengan ketersediaan siklus sirkulasi udara yang baik, dapat mengakibatkan

iklim kerja yang ekstrim. Oleh karena itu, saya terdorong untuk mlakukan

praktikum lingkungan kerja untuk mengukur NAB iklim kerja di bengkel

PPNS.

Dan cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja

digunakanlah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT

(Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH

(American Conference of Governmental Industrial Hygienists). Karena hal

1

Page 2: laporan iklim kerja

itulah maka pada percobaan kali ini kami akan mencoba sebuah alat ukur

yang mampu mengetahui WBGT suatu tempat kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :

1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di Bengkel Kayu Politeknik

Perkapalan Negeri Surabaya?

2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerja di

Bengkel Kayu Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?

1.3. Tujuan

Tujuan pada praktikum kali ini adalah :

1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kondisi iklim kerja di Bengkel Kayu

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

2. Mahasiswa mampu membuat rekomendasi untuk memperbaiki kondisi

iklim kerja di Bengkel Kayu Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

1.4. Manfaat

Mahasiswa dapat mengukur iklim kerja pada suatu ruangan tertentu

dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) dan

mengidentifikasi kelayakan dan kesesuaian terhadap NAB iklim kerja

ruangan tersebut terhadap temperatur yang ada.

1.5. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan pada praktikum ini adalah :

1. Lokasi Pengukuran : Bengkel Kayu

2. Waktu Pengukuran : 16 Juni 2012, pukul 09.00 – 10.00 WIB.

3. Alat yang digunakan : Weather Instrument / Thermocouple.

4. Parameter yang diukur : Iklim Kerja /Heat Stress, Rh (Relative

Humidity), Suhu Basah, Suhu Kering, Suhu Bola.

5. Standart yang dipakai : ACGHI, Kepmenaker, Permennaker dan SNI

2

Page 3: laporan iklim kerja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang

dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu

tubuhnya antara 36 -37°C dengan berbagai cara pertukaran panas baik

melalui konduksi, konveksi, dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang

dapat menaikan sushu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu

tetap stabil .

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh

adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan

dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan

suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi dengan

suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan .

Beberapa istilah yang harus dipahami:

1. Temperatur suhu kering, t (ºC)

Temperatur yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun

hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena adanya pengaruh radiasi

panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.

2. Temperatur suhu basah, T (ºC)

Temperatur yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain /

kapas basah untuk menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus

diperhatikan adalah aliran udara yang mel;ewati sensor minimal 5 m/s.

3. Kelembaban relatif, Q (%)

Merupakan perbandingan antara tekanan parsial uap air yang da

didalam udara dan tekanan jenih uap air pada temperatur yang sama.

2.2. Mekanisme Pertukaran Panas

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,

kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca

keraja yang tidak aman, tidak sesuai dengan yang disyaratkan dapat

menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunkan efisiensi dan

3

Page 4: laporan iklim kerja

produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat bagi orang indonesia

sekitar 24˚C sampai 36˚C dan selisih didalam dan diluar tidak boleh lebih

dari 5˚C. Batas kecepatan angin yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt.

Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting

yang harus diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri

ketika beraktivitas juga mengeluarkan panas. Keseimbangan antara tubuh

dan lingkungan diperlukan supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar.

Pertama-tama panas dipindahkan dari organ yang memproduksi panas ke

kulit, melalui sirkulasi darah. Kemudian panas mengalami pertukaran dari

tubuh ke lingkungan.

Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui

mekanisme konveksi, radiasi, vaporasi, dan konduksi. Bila seseorang

sedang bekerja, tubuh pekreja tersebut akan mengalami interaksi dengan

lingkungan yang terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran

udara. Proses metabolisme tubuh yang berintereaksi dengan panas

dilingkungan akan menyebabkan pekerja pekerja mengalami tekanan panas.

Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun

adanya ventilasi yang kurang baik. Contoh tekanan panas yang disebabkan

oleh adanya sumber panas terjadi pada pabrik pengecoran logam, pabrik

baja, pabrik gelas, pabrik panel, dan sejenisnya. Pada pabrik-pabrik tersebut

biasanya suhu udara ruang tanur pembakaran berkisar 1.500-30.000°C,

sedangkan tekanan panas yang dikarenakan oleh ventilasi yang kurang baik

biasanya terjadi pada pabrik tekstil, garmen, pemintalan maupun sejenisnya.

Adapun uraian mengenai masing-masing mekanisme adalah sebagai

berikut :

1. Konveksi

Konveksi adalah mekanisme pertukaran panas antara permukaan tubuh

(kulit dan pakaian) dengan udara sekitar.

2. Radiasi

Radiasi adalah transmisi energy electromagnetic melalui ruang.

4

Page 5: laporan iklim kerja

3. Evaporasi

Evaporasi adalah proses penguapan air dari kulit sebagai akibat

perbedaan tekanan uap air antara kulit dan udara sekitar.

4. Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas melalui kontak langsung antara kulit

dengan zat padat, tetapi biasanya jarang terjadi sehingga sering

diabaikan. (Sumber : Heru dan Haryon 2007)

2.3. Pekerjaan-Pekerjaan yang Berpotensi Menjadi Sumber Pemaparan

Panas

Pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber pemaparan

panas (Budiono, 1990) adalah :

1. Jenis pekerjaan di luar ruangan/udara terbuka

a. Pertanian, perkebunan, kehutanan

b. Kontruksi terutama jalan raya, jembatan, lapangan golf, renovasi rel

kereta api

c. Pengeboran, pertambangan terbuka

d. Memancing, rekreasi

e. Aktivitas latihan militer

2. Jenis pekerjaan di dalam ruangan

a. Pabrik pengolahan makanan

b. Proses pencelupan batik

c. Laundry

d. Dapur dirumah sakit

e. Ruang mesin, proses pengecoran logam

f. Ventilasi ruang kerja sangat kurang unutk ruang di daerah tropis.

5

Page 6: laporan iklim kerja

2.4. Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat

Kerja

Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Departemen Tenaga Kerja

mengeluarkan KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang Nilai

Ambang Batas untuk iklim kerja panas.

Beberapa definisi yang terdapat dalam peraturan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari

tubih tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa menakbatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8

jam sehari atau 40 jam seminggu.

3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim

kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu

basah alami, dan suhu bola.

4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu

kering.

5. Suhu basah alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah

alami.

6. Suhu bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.

Tabel 2.1 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang

diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Waktu kerjaWaktu

IstirahatRingan Sedang Berat

Kerja terus menerus(8 jam sehari )

- 30.0 26.7 25.0

75% 25% 30.6 28.0 25.9

6

Page 7: laporan iklim kerja

Tabel 2.2 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang

diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Waktu kerjaWaktu

IstirahatRingan Sedang Berat

50 % 50 % 31,4 29,4 27,9

25 % 75 % 32,2 31,1 30

(Sumber : Kepmen 51/1999)

ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi

ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering ..(2.1)

ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi

ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 x suhu bola…………………......(2.2)

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam

Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam

Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Ada beberapa koreksian terhadap penentuan nilai WBGT. Ada

beberapa panduan yang perlu diperhatikan untuk mengkoreksi nilai WBGT,

antara lain :

1. Suplemen berupa air dan garam

7

Page 8: laporan iklim kerja

Penyediaan air putih dan garam harus dilakukan agar pekerja dapat

memperoleh masukan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang,

dengan ketentuan minum air putih setiap 15-20 menit sekali (@ 150

ml). Temperatur air minum harus dijaga pada 10-150C, dan ditempatkan

di tempat yang mudah dijangkau oleh pekerja tanpa perlu meninggalkan

pekerjaannya. Disarankan untuk para pekerja supaya lebih banyam

mengkonsumsi garam pada makanan mereka (pada pekerja dengan diet

rendah garam, harus berkonsultasi dengan ahlinya), dan pada tempat

kerja mereka disediakan air minum bergaram dengan konsetrasi 0,1%

(1 gr NaCl dalam 1 L air, atau 1 sendok makan garam setiap 15 quarts

air minum)

2. Pakaian kerja

Untuk penentuan WBGT pada pakain pekerja dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.3 Koreksi Faktor Pakaian Terhadap WBGT (°C)

Tipe PakaianKoreksiWBGT

Summer work uniform 0

Cotton coveralls -2

Winter work uniform -4

Water barrier, permeable -6

(Sumber : ACGIH 2005)

3. Aklimatisasi dan kebugaran

Aklimatisasi adalah serangkaian pengaturan fisiologis dan psikologis

yang dilakukan seorang individu pada minggu pertama dirinya terpapar

lingkungan yang panas, untuk beradaptasi terhadap tekanan panas.

NAB ini berlaku terhadap pekerja yang sehat secara fisik. Perhatian

ekstra harus diberikan apabila tenaga yang terpapar panas belum

beraklimatisasi dan tidak dalam kondisi fisik yang sehat.

4. Efek terhadap kesehatan

Efek terburuk akibat tekanan panas adalah heat stroke, heat exhaustion,

heat cramps, heat disorders, dan lain - lain.

8

Page 9: laporan iklim kerja

5. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Apabila diperlukan dalam pekerjaannya pemakaian APD, dan peralatan

atau perlengkapan lain yang ditujukan unruk melindungi pekerja dari

bahaya lain, maka nilai WBGT tersebut harus di koreksi. Nilai WBGT

pada table di atas merupakan penaksiran dan tidak dimaksudkan untuk

peniadaan monitoring fisiologis.

2.5. Nilai Ambang Batas iklim kerja (ACGIH Tahun 2005)

Pada ACGIH tahun 2005 terdapat beberapa hal yang telah dikaji

secara berkelanjutan untuk mendapatkan kesempurnaan standar yang

mereka keluarkan. Sebagaimana tertera pada Tabel 2.3, 2.4, 2.5, 2.6

dibawah ini.

Tabel 2.4 Penambahan Nilai WBGT Terhadap Setelan Pakaian Kerja

Tipe PakaianPenambahan

WBGT (°C)

Summer work uniform 0

Cloth (woven material) overalls +3,5

Double – cloth overalls +5

(Sumber : ACGIH 2005)

*these values must not be used for encapsulating suits or garments that

are impermeable or highly resistan to water vapor or air movement

through fabrics

Tabel 2.5 Tabel Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT

dalam ˚C)

WorkDemands

Acclimatized Unacclimatized

Light ModerateHeavy Very

HeavyLight Moderate Heavy

VeryHeavy

100% work

29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -

9

Page 10: laporan iklim kerja

75% work25% rest

30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -

50% work50% rest

31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25

25% rest75% work

32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5

(Sumber : ACGIH 2005 )

Catatan :

1. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari

seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya.

2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk

kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek biologis (tanpa

melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki

kondisi kesehatan kurang baik.

Catatan:

1. Untuk demand category lihat tabel

2. Jika lingkungan kerja dan istirahat berbeda, perhitungan rata-rata waktu

per jam harus dilakukan. Dan jika pekerjaan bervariasi dalam setiap

jamnya, perhitungan TWA juga harus dilakukan.

3. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari

seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya. Bila waktu kerja

bertambah, konsultasikan dengan ahli hygiene industri.

4. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk

kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa

melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki

kondisi kesehatan kurang baik.

10

Page 11: laporan iklim kerja

Tabel 2.6 Beberapa Contoh Aktivitas Dalam Kategori Kecepatan

Metabolisme

Kategori Jenis AktivitasResting Duduk dengan tenang

Duduk dengan sedikit gerakanLight Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki

Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja serta banyak gerakan lenganMenggunakan gergaji meja (table saw)Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau meja serta sedikit berjalan

Moderate Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiriBerjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban sedangBerjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg

Heavy Mengergaji dengan tanganMenyekop pasir keringPekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-menerusSebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan beban yang berat

Very Heavy Menyekop pasir basah(Sumber: ACGIH, 2005)

Tabel 2.7 Pedoman Batasan Heat Strain

Parameter Pengukuran

Denyut nadi

Selama beberpa menit, denyut nadi melebihi 180 detik permenit (DPM) setelah dikurangkan umur pekerja dalam tahun (180-umur)

Suhu tubuh inti

Suhu tubuh inti lebih dari 38,5°C untuk pekerja terseleksi dan terklimatisasi, dan suhu tubuh inti lebih dari 38°C untuk pekrja tidak terseleksi dan tidak aklimatisasi

Denyut nadi

Proses normalnya kembali denyut nadi setelah pekerjaan puncak lebih dari 110 DPM

Gejala sakit

Kelelahan, pusing, mual, kemerahan pada wajah

(Sumber : ACGIH, 2005)

11

Page 12: laporan iklim kerja

Pekerja berada pada resiko tinggi jika:

1. Berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam

2. Kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari

berat badan total

3. Ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmoles

2.6. Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja

Tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja cepat

lelah. Makin berat beban kerja makin cepat pengeluaran panas dari dalam

tubuh. Menurut American Conference of Governmental Industrial Hygiene

(ACGIH) standar tekanan panas terhadap tingkat beban kerja tertera pada

tabel di bawah ini:

Tabel 2.8 Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja

Beban kerja

Cara kerja Ringan<200 Sedang<350 Berat<500

Continuous 30.0/86 26.7/80 25.0/77

75 % 30.6/87 28.0/82 25.9/77

50 % 31.4/89 29.4/85 27.9/82

25 % 32.2/90 31.1/88 30.0/86

(Sumber : ACGIH, 2005)

Keterangan : maksimum suhu untuk bekerja 38˚C

2.7. Penilaian Tekanan Panas

Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang

selanjutnya dapat digolongkan dalam :

12

Page 13: laporan iklim kerja

1. Climatic factor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerakan

udara.

2. Non climatic faktor : panas metabolisme, pakaian kerja, dan tingkat

aklimatisasi.

Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli menciptakan

suatu indeks menurut urgensinya, sebagai berikut :

1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh

seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi

suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Skala suhu efektif.

Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah tidak memperhitungkan

panas radiasi dan panas metabolisme tubuh sendiri.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bult Globe Temperatur Indeks)

ISBB/WBGT.

a. Untuk yang bekerja dengan sinar matahari :

ISBB=0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering

b. Untuk yang bekerja tanpa penyinaran matahari

ISBB=0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Indeks ini dihubungkan dengan tingkat pekerjaan yang dilakuakan oleh

tenaga kerja. Standarnya sebagai berikut :

- Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C

- Jenis pekerjaan sedang,WBGTI 26,7˚C

- Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam

Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam

Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Indeks Kecepatan Keluar Keringat selama 4 jam/predicted 4-hour sweet

rate (P4SR) yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam sebagai

akibat kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan gerakan udara, serta

panas radiasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan

kerja.

13

Page 14: laporan iklim kerja

3. Indeks Belding-Hacth/Heat Stres Indeks of Belding-Harth (HIS)

dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang standart yaitu

orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pound, dalam

keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani serta beraklimatisasi

terhadap panas. Indeks ini mendasarkan atas perbandingan banyaknya

keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapas

maksimal tubuh untuk berkeringat. Pengukuran yang diperlukan adalah

suhu kering dan basah, suhu globe, kecepatan aliran udara, produksi

panas akibat kegiatan dan pekerjaan.

Special condition :

1. Bila ISBB di ukur di ruang istirahat sama atau mendekati sama dengan

ruang kerja

Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan kurang lebih 24oC,

maka lama istirahat dapat dikurangi 25%, demikian pula bila lama

istirahat ditambah, waktu paparan dapat di perpanjang.

2. Bila irama kerja diatur oleh pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja

maksimal, beban kerja rata per hari tidak lebih dari 330 Kkal/jam

3. Bila pakaian pekerja adalah dari bahan katun.

2.8. Efek Dari Iklim Kerja Yang Tidak Sesuai

Efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia juga

dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain:

Diakibatkan suhu panas :

- Heat Cramps : dialami dalm lingkungan yang suhunya tinggi sebagai

akibat dari bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya

garam natrium dari tubuh. Gejala-gejala dari heat cramps adalah

kejang-kejang oto tubuh, perut yang sakit, pinsan, lemas dan

muntah-muntah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan sering

meminum susu dan jika terjadi kejang-kejang diobati dengan larutan

garam isotonis.

14

Page 15: laporan iklim kerja

- Heat Exhaustion : terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama

bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas.

Gejala-gejalanya adalah berkeringat sangat banyak, suhu badan

panas, tekanan darah menjadi rendah, nadi berdetak cepat dan

kondisi tubuh lemah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan

istirahat dan makan yang cukup serta memakai pakaian yang

longgar.

- Heat Stroke : jarang terjadi pada industri tetapi sangat berbahaya.

Biasanya yang terkena adalah lelaki yang pekerjaannya berta dan

belum teraklimatisasi. Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit

kering dan panas. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan

suhu tubuh dengan cara mengompres.

Diakibatkan suhu dingin :

- Chilblains : disebabkan karena bekerja di tempat dingin dalm waktu

yang cukup lama. Gejalanya adalah otot membengkak, kulit

memerah dan panas disertai gatal.

- Trench Foot : kerusakan anggota badan terutama kaki oleh

kelembaban atau dingin. Gejalanya adalah kaki kesemutan, kaku dan

terasa berat.

- Frostbite : dikarenakan bekerja di tempat yang bertenperatur di

bawah titik beku. Gejalanya adalah otot membengkak dan kaku dan

bisa menyebabkan cacat permanen.

2.9. Pelaksanaan Pengukuran Iklim kerja

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini

disebut dengan weather instrument /thermocouple. Kalibrasi diperlukan

untuk menyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat

menghasilkan pengukuran yang akurat.

Bagian-bagiannya yakni

1. Display

15

Page 16: laporan iklim kerja

2. Tombol on/off untuk mengaktifkan

3. Tombol light untuk membuat display menyala bila diperlukan

4. Tombol hold untuk menahan hasil pembacaan

5. Thermocouple dipakai sebagai sensor untuk mengukur suhu kering

maupun suhu basah.

2.10. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi (Tekanan Panas)

Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab

dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini

memerlukan :

1. Pengendalian secara umum

a. Training (pendidikan/latihan)

Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon

tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala

(periodik).

b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.

Yang dikasud adalah tindakan-tindakan yang diamnil oleh

perorangan untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh

panas. Termasuk pengendalian tekanan panas melalui penerapan

hygiene adalah :

1. Pengandalian cairan

2. Aklimatisasi

3. Self determination

Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana

tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah

merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.

4. Diet

Makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat

berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui

ginjal atau keringat.

5. Gaya hidup dan status kesehatan

16

Page 17: laporan iklim kerja

6. Pakaian kerja

Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari

bahan yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang

terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.

2. Pengendalian secara khusus

Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :

a. Pengendalian secara teknis

Cara ini mencakup :

1. Mengurangi beban kerja

2. Menurunkan suhu udara

Bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat

tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah

90˚F (32˚C), maka ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata.

Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan

cara pengenceran dan pendinginan secara aktif.

3. Menurunkan kelembaban udara.

Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan

tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan

kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan

kecepatan penguapan dengan pendinginan.

4. Menurunkan panas radiasi.

Bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi

merupakan sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya

lembaran logam atau permuakaan benda yangdapat digunakan

sebagai perisai sangat banyak, dibawah ini adalah daftar logam

atau permuakaan benda yang padat digunakan sebagai perisai.

Tabel 2.9 Macam-Macam Bahan Yang Dapat Digunakan Sebagai Tabir

Terhadap Panas Radiasi

Relative efficiencies of common shielding materialSarface of shielding

Relation of radiont heat incident upon sarface(%)

Emission of radiant heat from surface

Aluminium,brightZinc,bright

95 %90 %

5 % 10 %

17

Page 18: laporan iklim kerja

Al, oxidizedZn, oxidizedAl,paint,newcleanIron,clea,oxidizedBrickLaquer, blackAsbestos, boardLawuer, flat black

84 %73 %65 %35 %20 %10 %6 %3 %

16 %27 % 35 %65 %80 %90 %94 %97 %

(Sumber: industrial ventilation, A manual of recomended practice 11th Edition 2001)

b. Pengendalian secara administratif

Adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk

membatasi resiko pemajanan.

c. Perlindungan perorangan

Adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan

(setiap pekerja). Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan

terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat

termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang

tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas. (Soeripto 2008)

2.11. Perhitungan Beban Kerja dan Rh

Untuk menentukan kebutuhan kalori per jam menurut aktivitasnya

dapat dilihat pada tabel 2.9. dengan menghitung kenutuhan kalori maka

hasilnya akan dihubungkan dengan kondisi beban kerja pekerja dan akan

digunakan untuk mengatur pembagian waktu antara kerja dan istirahat

pekerja. Dan untuk menentukan Rh melalui perhitungan dapat dilihat pada

tabel 2.10.

18

Page 19: laporan iklim kerja

Tabel 2.9. Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas

19

Page 20: laporan iklim kerja

Sumber : Suma’mur (1982) dikutip dari Sherman, H.C. Chemistry of Food and

Nutrition

Tabel 2.10 Perbandingan Rh dengan Temperatur

20

Page 21: laporan iklim kerja

(Sumber : Novalynk, 2010)

21

Page 22: laporan iklim kerja

Analisa Pembahasan1. ACGIH 19922. Kepmenaker 19993. Permennaker 20114. SNI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sistematika Praktikum

22

Latar Belakang1. Panas merupakan sumber penting dalam proses produksi maka tidak

menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar langsung.2. Apabila pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka pekerja yang

terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efisiensi kerja.

3. Keluhan banyak muncul pada para pekerja di kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dikarenakan iklim kerja di daerah bengkel kurang mendapat perhatian dan penanggulangan secara khusus.

4. Cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja digunakanlah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH.

Rumusan Masalah1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di bengkel kayu Politeknik

Perkapalan Negeri Surabaya?2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerjanya?

bengkel PPNS-ITS ?

Metodologi Penelitian

Data Primer1. ISBB2. Rh

Data Sekunder1. Waktu kerja2. Beban kerja3. Kalori pekerja

Kesimpulan

Page 23: laporan iklim kerja

3.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini

disebut dengan weather instrument/thermocouple. Kalibrasi diperlukan

untuk meyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat menghasilkan

pengukuran yang valid.

Gambar 3.1 weather instrument / thermocouple

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur penggunaan weather instrument/thermocouple adalah

sebagai berikut :

1. Ubahlah power on/off pada posisi “ON”

2. Pilih satuan suhu yang akan dipakai sebagai acuan (bisa dalam bentuk

°C/°F)

3. Lakukan pengukuran pada sasaran ukur

Suhu kering

Letakkan thermocouple pada tempat yang akan di ukur, biarkan

beberapa saat sampai suhu kering terbaca oleh thermometer.

Kemudian catat hasil pengkuran.

Suhu basah

Letakkan thermocouple yang ujungnya telah ditutup dengan

kapas/kain basah pada tempat yang akan di ukur, biarkan beberapa

saat sampai suhu basah terbaca oleh thermometer. Kemudian cacat

hasil pengukuran.

23

Page 24: laporan iklim kerja

3.5. Safety Precaution

Pada praktikum ini diperlukan adanya penggunaan alat pelindung diri

(APD) yaitu safety helmet, safety google, respirator, dan safety shoes.

Penggunaan safety helmet dimaksudkan untuk mencegah terjadinya cidera

pada kepala yang diakibatkan oleh kejatuhan benda maupun hal lain yang

dapat mencederai kepala. Selanjutnya safety google digunakan untuk

melindungi mata untuk mencegah masuknya gram-gram yang dihasilkan

dari proses bubut dan sebagainya. Sedangkan respirator digunakan untuk

membantu pernafasan pada saat bernafas di tempat yang mengandung bahan

kimia contohnya di tempat bengkel las. Untuk melindungi kaki kita

khususnya jari-jari dan telapak kaki perlu menggunakan safety shoes untuk

mencegah terjadinya cidera pada jari-jari kaki.

24

Page 25: laporan iklim kerja

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis

Ruangan I

1. Tim Pengukur : Hoffman Budi

Agus Hermawan

Dyan Hatining Ayu S

2. Alat yang digunakan : Weather Instrument / Thermocouple

3. Tanggal Praktikum : 16 Juni 2012

4. Waktu Praktikum : 09.00 – 10.00 WIB

5. Lokasi Pengukuran : Bengkel Kayu

Gambar 4.1 Layout pekerjaan di bengkel kayu saat pembuatan kapal Fiber

(Sumber : pengamatan secara langsung, 16 Juni 2012)

Keterangan :

= Pintu bengkel

= Titik Pengambilan Sample

= Kapal Fiber

25

12

34

U

T

5

Page 26: laporan iklim kerja

Dalam pengamatan atau pengambilan data di ruangan terbuka (outdoor) dan

terdapat 10 pekerja dengan jenis pekerjaan yang sama.

Tabel 4.1 Pengukuran Iklim Kerja pada Bengkel Kayu Menggunakan

Thermocouple

Lokasi

Pengukuran

(Titik)

Suhu

Basah

(°C)

Suhu

Kering

(°C)

Suhu

Bola

(°C)

WBGT

ISBB

(°C)

Rh

(%)Keterangan

1 23,3 29,6 31,5 25,8 61 Outdoor

2 23,7 29,6 31,3 25,9 57 Outdoor

3 23,7 29,6 31,3 25,8 63 Outdoor

4 22,9 29,4 30,9 25,0 53 Outdoor

5 23,1 29,5 30,6 25,1 54 Outdoor

Keterangan

Perhitungan ISBB untuk pekerjaan dalam bengkel las :

1. Titik 1 = 0,7x23,3 + 0,2x31,5 + 0,1x29,6 = 25,57

Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,8

2. Titik 2 = 0,7x23,7 + 0,2x31,3 + 0,1x29,6 = 25,81

Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,9

3. Titik 3 = 0,7x23,7 + 0,2x31,3 + 0,1x29,6 = 25,81

Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,9

4. Titik 4 = 0,7x22,9 + 0,2x30,9 + 0,1x29,4 = 25,15

Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25

5. Titik 5 = 0,7x23,1 + 0,2x30,6 + 0,1x29,5 = 25,24

Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,1

26

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola +0,1 suhu kering

Page 27: laporan iklim kerja

Tabel 4.2 Perbedaan ISBB pada Bengkel Kayu

Lokasi

Pengukuran

(Titik)

Berdasarkan

Alat

(°C)

Berdasarkan Rumus

Perhitungan

(°C)

1 25,8 25,57

2 25,9 25,81

3 25,8 25,81

4 25,0 25,15

5 25,1 25,24

(Sumber : Alat Weather Instrument / Thermocouple dan perhitungan rumus, 2012)

Perhitungan Rh

1. Titik 1 : Rh = t – T = 29,6 – 23,3 = 6,3

Maka Rh = 61

2. Titik 2 : Rh = t – T = 29,6 – 23,7 = 6,1

Maka Rh = 61

3. Titik 3 : Rh = t – T = 29,6 – 23,7 = 6,1

Maka Rh = 61

4. Titik 4 : Rh = t – T = 29,4 – 22,9 = 7,5

Maka Rh = 52

5. Titik 1 : Rh = t – T = 29,5 – 23,1 = 6,4

Maka Rh = 57

Tabel 4.3 Perbedaan Rh pada Bengkel Kayu

Lokasi

Pengukuran

(Titik)

Berdasarkan

Alat

(%)

Berdasarkan

Rumus

Perhitungan

(%)

1 61 61

2 57 61

3 63 61

4 53 52

5 54 57

(Sumber : Alat Weather Instrument / Thermocouple dan perhitungan rumus, 2012)

27

Page 28: laporan iklim kerja

Perhitungan beban kerja selama 8 jam dan pengukuran waktu

kerja di bengkel kayu

Asumsi berat badan pekerja = 65 Kg

Rumus perhitungan = kkal/jam x BB

Metabolisme Basal Laki-laki = 1 x kkal/jam x BB

Beban Kerja Laki – Laki

1. Pekerjaan : berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek (4 jam)

Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB

= 65 kg x 1,63 kkal / jam / kg BB x 4 jam

= 423,8 kkal

2. Pekerjaan : berdiri dalam keadaan tenang (1 jam)

Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB

= 65 kg x 1,50 kkal / jam / kg BB x 1 jam

= 97,5 kkal

3. Pekerjaan : pekerjaan kayu, logam dan pengecatan (2 jam)

Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB

= 65 kg x 3,43 kkal / jam / kg BB x 2 jam

= 371,8 kkal

4. Pekerjaan : jalan ringan dengan kecepatan ± 3,9 km / jam (0,5 jam)

Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB

= 65 x 2,86 kkal / jam / kg BB x 0,5 jam

= 92,95 kkal

5. Pekerjaan : duduk dalam keadaan istirahat (0,5 jam)

Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB

= 65 x 1,43 kkal / jam / kg BB x 0,5 jam

= 46,475 kkal

Metabolisme basal = BB x 1 kkal / jam / kg BB (8 jam)

= 65 x 1 kkal / jam / kg BB x 8 jam

= 520 kkal / jam

Perhitungan total kalori = 423,8 kkal + 97,5 kkal + 371,8 kkal +

92,95 kkal + 46,475 kkal + 520 kkal

= 1552,525 kkal

28

Page 29: laporan iklim kerja

Perhitungan total kalori per jam = 1552,525 kkal / 8 jam

= 194,066 kkal / jam

Jadi, aktifitas pekerja di bengkel kayu saat pembuatan kapal fiber

tergolong,:

1. Menurut ACGIH 1992

Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan (Light work)

dengan kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari

30°C (86°F) serta aktifitas ini dilakukan secara continue (8 jam

sehari).

2. Menurut Kep-51 Mennaker/1999

Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan

kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 30°C

serta aktifitas atau pekerjaan ini dilakukan secara continue (8 jam

sehari).

3. Menurut Per-13 Mennaker/2011

Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan

kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 31°C

serta pengaturan waktu kerjanya 75% - 100% sehari.

4. Menurut SNI 16-7063-2004

Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan

kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 30°C.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum iklim kerja ini dilaksanakan di bengkel kayu saat ada

pekerja dengan aktifitas pembuatan kapal fiber. Pengukuran dilakukan

dengan memilih titik sampel dimana di titik sampel tersebut terjadi

pergantian udara baik secara alami maupun mekanis, dan anatara

kerumunan massa. Adapun titik sampel seperti yang tertera pada gambar 4.1

Dari hasil yang diperoleh untuk nilai ISBB baik yang terbaca pada alat

maupun perhitungan terjadi perbedaan yang sangat kecil. Begitu pula

29

Page 30: laporan iklim kerja

dengan hasil Rh yang terbaca pada alat maupun perhitungan dengan

menggunakan Table Relative Humidity.

Dalam menentukan beban kerja pada setiap bengkel harus disesuaikan

antara perhitungan ISBB, kategori pekerjaan yang dikali dengan berat badan

pekerja, dan metabolisme basal, serta berdasarkan pengaturan waktu kerja.

Ketidaksesuaian perhitungan pada alat Weather Instrument dan

perhitungan manual dengan melihat Table Relative Humidity (Rh)

dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :

1. Ketidak akuratan dalam melihat nilai suhu kering, suhu basah, dan

suhu bola pada alat weather instrument.

2. Keadaan iklim suhu sekitar yang tidak menentu.

3. Alat Weather Instrument / Thermocouple selama dua tahun sudah

tidak di kalibrasi, hal ini berdampak keakuratan alat dalam mengukur

nilai suhu kering, suhu basah, suhu bola, dan kelembaban udara.

4. Pengabaian faktor yang mempengaruhi BMR yaitu jenis kelamin,

umur dari pekerja atau praktikan

30

Page 31: laporan iklim kerja

BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kami menyimpulkan

bahwa aktifitas yang dilakukan di bengkel kayu saat pembuatan kapal fiber

merupakan atau tergolong beban kerja ringan. ISBB yang terdapat di

bengkel kayu, dapat dikatakan sudah memenuhi NAB karena nilai ISBB di

semua bengkel nilainnya kurang dari nilai ISBB yang disesuaikan dengan

pembagian waktu kerja sesuai dengan standar Lampiran ACGIH 1992, Kep-

51/1999, Per-13/2011 dan SNI tentang NAB iklim kerja ISSB yang

diperkenankan dan dapat dikatakan dalam kondisi iklim kerja aman.

Meskipun kondisi iklim kerja di bengkel tersebut masih tergolong aman,

perlu dilakukan beberapa pengendalian dan rekomendasi yang berfungsi

agar tetap menjaga kondisi iklim kerja agar sesuai dengan kebutuhan para

pekerja.

Rekomendasi yang harus dilakukan untuk menciptakan iklim kerja

yang aman adalah sebagai berikut :

1. Penambahan exhaust fan dimana panas dari lingkungan kerja ditarik

keluar dengan suhu yang lebih rendah.

2. Penataan tempat kerja, sehingga tidak terlihat sempit yang akan

menghambat sirkulasi udara.

31

Page 32: laporan iklim kerja

DAFTAR PUSTAKA

Budiono,A.M. Sugeng(editor). 1990. Panduan Pelayanan Hiperkes dan

Keselamatan Kerja. Tri Tunggal Tata Fajar: Semarang

Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja

Heru,S, Haryon. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : mitra cendekia

Press

Modul praktikum,tata tertib praktikum PLK:PPNS,ITS 2007

Soeripto,M. 2008. Hygiene Industri: Jakarta : Balai Penerbit FKUI

32

Page 33: laporan iklim kerja

Tugas Pendahuluan

1. Efek yang dapat muncul dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan

kapasitas manusia adalah :

a. Heat stroke

b. Heat exhaustion

c. Heat cramps

d. Suhu inti tubuh lebih dari 38 oC dapat mengakibatkan kemandulan

bagi pria maupun wanita.

2. Rh = 87%

3. Hasil Pengukuran

Titik

Pengukuran

Suhu

Basah

(oC)

Suhu

Kering

(oC)

Suhu

Bola

(oC)

WBGT

(ISBB)

(oC)

Rh

(%)Keterangan

1 34 36 39 35,2 Out door

2 30 35 38 32,1 Out door

3 32 33 37 33,1 Out door

4 22 25 26 23,2 Indoor

Beban kerja Kategori

Berjalan Sedang

Berdiri Ringan

Berjalan mendaki Berat

Kerja dengan 2 lengan Sedang

a. Kebutuhan kalor/jam

Sedang : > 200-350 Kkal/jam

Ringan : 100-200 Kkal/jam

Berat : > 350-500 Kkal /jam

Ringan : 100-200 Kkal/jam

33

Page 34: laporan iklim kerja

b. Pengaturan waktu kerja

Sedang : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%

Ringan : waktu kerja 50%, waktu istirahat 50%

Berat : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%

Ringan : waktu kerja 100%

c. Rekomendasi yang harus dilakukan

Menyediakan instruksi yang jelas secara verbal dan tertulis,

progam pelatihan rutin, serta informasi lain tentang heat stress

Menyarankan minum air putih dingin walaupun sedikit (sekitar 150

ml) setiap 20 menit

Pemberian izin kepada para pekerja untuk membatasi paparan

terhadap dirinya

Menganjurkan teman sekerja mendeteksi tanda dan gejala heat

strain

Mempertimbangkan kontrol teknik untuk mengurangi kecepatan

metabolisme

Menyediakan pergerakan udara general

Mengurangi proses panas dan pelepasan uap air

Perlindungan/ penyekatan sumber panas

Mempertimbangkan penggunaan Alat Pelindung Diri

34