laporan iklim kerja
TRANSCRIPT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang
mempunyai peran penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan
suhu tinggi memerlukan penerapan teknologi baik dalam proses produksi
maupun proses distribusinya. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka
semangat kerja akan meningkat, begitu juga produktivitas.
Negara Indonesia merupakan negara tropis, dengan ciri utamanya
adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini
seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat
mempengaruhi kondisi pekerja. Panas merupakan sumber penting dalam
proses produksi, maka tidak menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar
langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama, maka
pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu
menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya
gangguan kesehatan, sehingga berpengaruh terhadap produktivtas dan
efisiensi kerja. Iklim kerja yang panas merupakan beban bagi tubuh,
ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik
yang berat, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja.
Keluhan banyak muncul pada para pekerja maupun mahasiswa di
kampus PPNS, dikarenakan iklim kerja di daerah bengkel kurang mendapat
perhatian dan penanggulangan secara khusus. Padahal seperti yang
diketahui, bahwa dengan adanya banyak bengkel, namun tidak diimbangi
dengan ketersediaan siklus sirkulasi udara yang baik, dapat mengakibatkan
iklim kerja yang ekstrim. Oleh karena itu, saya terdorong untuk mlakukan
praktikum lingkungan kerja untuk mengukur NAB iklim kerja di bengkel
PPNS.
Dan cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja
digunakanlah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT
(Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH
(American Conference of Governmental Industrial Hygienists). Karena hal
1
itulah maka pada percobaan kali ini kami akan mencoba sebuah alat ukur
yang mampu mengetahui WBGT suatu tempat kerja.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :
1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di Bengkel Kayu Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya?
2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerja di
Bengkel Kayu Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?
1.3. Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kondisi iklim kerja di Bengkel Kayu
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Mahasiswa mampu membuat rekomendasi untuk memperbaiki kondisi
iklim kerja di Bengkel Kayu Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengukur iklim kerja pada suatu ruangan tertentu
dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) dan
mengidentifikasi kelayakan dan kesesuaian terhadap NAB iklim kerja
ruangan tersebut terhadap temperatur yang ada.
1.5. Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup permasalahan pada praktikum ini adalah :
1. Lokasi Pengukuran : Bengkel Kayu
2. Waktu Pengukuran : 16 Juni 2012, pukul 09.00 – 10.00 WIB.
3. Alat yang digunakan : Weather Instrument / Thermocouple.
4. Parameter yang diukur : Iklim Kerja /Heat Stress, Rh (Relative
Humidity), Suhu Basah, Suhu Kering, Suhu Bola.
5. Standart yang dipakai : ACGHI, Kepmenaker, Permennaker dan SNI
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu
tubuhnya antara 36 -37°C dengan berbagai cara pertukaran panas baik
melalui konduksi, konveksi, dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang
dapat menaikan sushu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu
tetap stabil .
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh
adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan
dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan
suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi dengan
suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan .
Beberapa istilah yang harus dipahami:
1. Temperatur suhu kering, t (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun
hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.
2. Temperatur suhu basah, T (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain /
kapas basah untuk menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus
diperhatikan adalah aliran udara yang mel;ewati sensor minimal 5 m/s.
3. Kelembaban relatif, Q (%)
Merupakan perbandingan antara tekanan parsial uap air yang da
didalam udara dan tekanan jenih uap air pada temperatur yang sama.
2.2. Mekanisme Pertukaran Panas
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca
keraja yang tidak aman, tidak sesuai dengan yang disyaratkan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunkan efisiensi dan
3
produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat bagi orang indonesia
sekitar 24˚C sampai 36˚C dan selisih didalam dan diluar tidak boleh lebih
dari 5˚C. Batas kecepatan angin yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt.
Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting
yang harus diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri
ketika beraktivitas juga mengeluarkan panas. Keseimbangan antara tubuh
dan lingkungan diperlukan supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar.
Pertama-tama panas dipindahkan dari organ yang memproduksi panas ke
kulit, melalui sirkulasi darah. Kemudian panas mengalami pertukaran dari
tubuh ke lingkungan.
Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui
mekanisme konveksi, radiasi, vaporasi, dan konduksi. Bila seseorang
sedang bekerja, tubuh pekreja tersebut akan mengalami interaksi dengan
lingkungan yang terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran
udara. Proses metabolisme tubuh yang berintereaksi dengan panas
dilingkungan akan menyebabkan pekerja pekerja mengalami tekanan panas.
Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun
adanya ventilasi yang kurang baik. Contoh tekanan panas yang disebabkan
oleh adanya sumber panas terjadi pada pabrik pengecoran logam, pabrik
baja, pabrik gelas, pabrik panel, dan sejenisnya. Pada pabrik-pabrik tersebut
biasanya suhu udara ruang tanur pembakaran berkisar 1.500-30.000°C,
sedangkan tekanan panas yang dikarenakan oleh ventilasi yang kurang baik
biasanya terjadi pada pabrik tekstil, garmen, pemintalan maupun sejenisnya.
Adapun uraian mengenai masing-masing mekanisme adalah sebagai
berikut :
1. Konveksi
Konveksi adalah mekanisme pertukaran panas antara permukaan tubuh
(kulit dan pakaian) dengan udara sekitar.
2. Radiasi
Radiasi adalah transmisi energy electromagnetic melalui ruang.
4
3. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air dari kulit sebagai akibat
perbedaan tekanan uap air antara kulit dan udara sekitar.
4. Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas melalui kontak langsung antara kulit
dengan zat padat, tetapi biasanya jarang terjadi sehingga sering
diabaikan. (Sumber : Heru dan Haryon 2007)
2.3. Pekerjaan-Pekerjaan yang Berpotensi Menjadi Sumber Pemaparan
Panas
Pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber pemaparan
panas (Budiono, 1990) adalah :
1. Jenis pekerjaan di luar ruangan/udara terbuka
a. Pertanian, perkebunan, kehutanan
b. Kontruksi terutama jalan raya, jembatan, lapangan golf, renovasi rel
kereta api
c. Pengeboran, pertambangan terbuka
d. Memancing, rekreasi
e. Aktivitas latihan militer
2. Jenis pekerjaan di dalam ruangan
a. Pabrik pengolahan makanan
b. Proses pencelupan batik
c. Laundry
d. Dapur dirumah sakit
e. Ruang mesin, proses pengecoran logam
f. Ventilasi ruang kerja sangat kurang unutk ruang di daerah tropis.
5
2.4. Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat
Kerja
Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Departemen Tenaga Kerja
mengeluarkan KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang Nilai
Ambang Batas untuk iklim kerja panas.
Beberapa definisi yang terdapat dalam peraturan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubih tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa menakbatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam sehari atau 40 jam seminggu.
3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu
basah alami, dan suhu bola.
4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu
kering.
5. Suhu basah alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah
alami.
6. Suhu bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.
Tabel 2.1 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB (oC)
Beban Kerja
Waktu kerjaWaktu
IstirahatRingan Sedang Berat
Kerja terus menerus(8 jam sehari )
- 30.0 26.7 25.0
75% 25% 30.6 28.0 25.9
6
Tabel 2.2 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB (oC)
Beban Kerja
Waktu kerjaWaktu
IstirahatRingan Sedang Berat
50 % 50 % 31,4 29,4 27,9
25 % 75 % 32,2 31,1 30
(Sumber : Kepmen 51/1999)
ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering ..(2.1)
ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 x suhu bola…………………......(2.2)
Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
Ada beberapa koreksian terhadap penentuan nilai WBGT. Ada
beberapa panduan yang perlu diperhatikan untuk mengkoreksi nilai WBGT,
antara lain :
1. Suplemen berupa air dan garam
7
Penyediaan air putih dan garam harus dilakukan agar pekerja dapat
memperoleh masukan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang,
dengan ketentuan minum air putih setiap 15-20 menit sekali (@ 150
ml). Temperatur air minum harus dijaga pada 10-150C, dan ditempatkan
di tempat yang mudah dijangkau oleh pekerja tanpa perlu meninggalkan
pekerjaannya. Disarankan untuk para pekerja supaya lebih banyam
mengkonsumsi garam pada makanan mereka (pada pekerja dengan diet
rendah garam, harus berkonsultasi dengan ahlinya), dan pada tempat
kerja mereka disediakan air minum bergaram dengan konsetrasi 0,1%
(1 gr NaCl dalam 1 L air, atau 1 sendok makan garam setiap 15 quarts
air minum)
2. Pakaian kerja
Untuk penentuan WBGT pada pakain pekerja dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.3 Koreksi Faktor Pakaian Terhadap WBGT (°C)
Tipe PakaianKoreksiWBGT
Summer work uniform 0
Cotton coveralls -2
Winter work uniform -4
Water barrier, permeable -6
(Sumber : ACGIH 2005)
3. Aklimatisasi dan kebugaran
Aklimatisasi adalah serangkaian pengaturan fisiologis dan psikologis
yang dilakukan seorang individu pada minggu pertama dirinya terpapar
lingkungan yang panas, untuk beradaptasi terhadap tekanan panas.
NAB ini berlaku terhadap pekerja yang sehat secara fisik. Perhatian
ekstra harus diberikan apabila tenaga yang terpapar panas belum
beraklimatisasi dan tidak dalam kondisi fisik yang sehat.
4. Efek terhadap kesehatan
Efek terburuk akibat tekanan panas adalah heat stroke, heat exhaustion,
heat cramps, heat disorders, dan lain - lain.
8
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Apabila diperlukan dalam pekerjaannya pemakaian APD, dan peralatan
atau perlengkapan lain yang ditujukan unruk melindungi pekerja dari
bahaya lain, maka nilai WBGT tersebut harus di koreksi. Nilai WBGT
pada table di atas merupakan penaksiran dan tidak dimaksudkan untuk
peniadaan monitoring fisiologis.
2.5. Nilai Ambang Batas iklim kerja (ACGIH Tahun 2005)
Pada ACGIH tahun 2005 terdapat beberapa hal yang telah dikaji
secara berkelanjutan untuk mendapatkan kesempurnaan standar yang
mereka keluarkan. Sebagaimana tertera pada Tabel 2.3, 2.4, 2.5, 2.6
dibawah ini.
Tabel 2.4 Penambahan Nilai WBGT Terhadap Setelan Pakaian Kerja
Tipe PakaianPenambahan
WBGT (°C)
Summer work uniform 0
Cloth (woven material) overalls +3,5
Double – cloth overalls +5
(Sumber : ACGIH 2005)
*these values must not be used for encapsulating suits or garments that
are impermeable or highly resistan to water vapor or air movement
through fabrics
Tabel 2.5 Tabel Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT
dalam ˚C)
WorkDemands
Acclimatized Unacclimatized
Light ModerateHeavy Very
HeavyLight Moderate Heavy
VeryHeavy
100% work
29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -
9
75% work25% rest
30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -
50% work50% rest
31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25
25% rest75% work
32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5
(Sumber : ACGIH 2005 )
Catatan :
1. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari
seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk
kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek biologis (tanpa
melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki
kondisi kesehatan kurang baik.
Catatan:
1. Untuk demand category lihat tabel
2. Jika lingkungan kerja dan istirahat berbeda, perhitungan rata-rata waktu
per jam harus dilakukan. Dan jika pekerjaan bervariasi dalam setiap
jamnya, perhitungan TWA juga harus dilakukan.
3. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari
seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya. Bila waktu kerja
bertambah, konsultasikan dengan ahli hygiene industri.
4. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk
kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa
melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki
kondisi kesehatan kurang baik.
10
Tabel 2.6 Beberapa Contoh Aktivitas Dalam Kategori Kecepatan
Metabolisme
Kategori Jenis AktivitasResting Duduk dengan tenang
Duduk dengan sedikit gerakanLight Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja serta banyak gerakan lenganMenggunakan gergaji meja (table saw)Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau meja serta sedikit berjalan
Moderate Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiriBerjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban sedangBerjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
Heavy Mengergaji dengan tanganMenyekop pasir keringPekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-menerusSebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan beban yang berat
Very Heavy Menyekop pasir basah(Sumber: ACGIH, 2005)
Tabel 2.7 Pedoman Batasan Heat Strain
Parameter Pengukuran
Denyut nadi
Selama beberpa menit, denyut nadi melebihi 180 detik permenit (DPM) setelah dikurangkan umur pekerja dalam tahun (180-umur)
Suhu tubuh inti
Suhu tubuh inti lebih dari 38,5°C untuk pekerja terseleksi dan terklimatisasi, dan suhu tubuh inti lebih dari 38°C untuk pekrja tidak terseleksi dan tidak aklimatisasi
Denyut nadi
Proses normalnya kembali denyut nadi setelah pekerjaan puncak lebih dari 110 DPM
Gejala sakit
Kelelahan, pusing, mual, kemerahan pada wajah
(Sumber : ACGIH, 2005)
11
Pekerja berada pada resiko tinggi jika:
1. Berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam
2. Kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari
berat badan total
3. Ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmoles
2.6. Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja
Tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja cepat
lelah. Makin berat beban kerja makin cepat pengeluaran panas dari dalam
tubuh. Menurut American Conference of Governmental Industrial Hygiene
(ACGIH) standar tekanan panas terhadap tingkat beban kerja tertera pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.8 Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja
Beban kerja
Cara kerja Ringan<200 Sedang<350 Berat<500
Continuous 30.0/86 26.7/80 25.0/77
75 % 30.6/87 28.0/82 25.9/77
50 % 31.4/89 29.4/85 27.9/82
25 % 32.2/90 31.1/88 30.0/86
(Sumber : ACGIH, 2005)
Keterangan : maksimum suhu untuk bekerja 38˚C
2.7. Penilaian Tekanan Panas
Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
selanjutnya dapat digolongkan dalam :
12
1. Climatic factor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerakan
udara.
2. Non climatic faktor : panas metabolisme, pakaian kerja, dan tingkat
aklimatisasi.
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli menciptakan
suatu indeks menurut urgensinya, sebagai berikut :
1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh
seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi
suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Skala suhu efektif.
Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah tidak memperhitungkan
panas radiasi dan panas metabolisme tubuh sendiri.
2. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bult Globe Temperatur Indeks)
ISBB/WBGT.
a. Untuk yang bekerja dengan sinar matahari :
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering
b. Untuk yang bekerja tanpa penyinaran matahari
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
Indeks ini dihubungkan dengan tingkat pekerjaan yang dilakuakan oleh
tenaga kerja. Standarnya sebagai berikut :
- Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
- Jenis pekerjaan sedang,WBGTI 26,7˚C
- Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
Indeks Kecepatan Keluar Keringat selama 4 jam/predicted 4-hour sweet
rate (P4SR) yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam sebagai
akibat kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan gerakan udara, serta
panas radiasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan
kerja.
13
3. Indeks Belding-Hacth/Heat Stres Indeks of Belding-Harth (HIS)
dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang standart yaitu
orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pound, dalam
keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani serta beraklimatisasi
terhadap panas. Indeks ini mendasarkan atas perbandingan banyaknya
keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapas
maksimal tubuh untuk berkeringat. Pengukuran yang diperlukan adalah
suhu kering dan basah, suhu globe, kecepatan aliran udara, produksi
panas akibat kegiatan dan pekerjaan.
Special condition :
1. Bila ISBB di ukur di ruang istirahat sama atau mendekati sama dengan
ruang kerja
Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan kurang lebih 24oC,
maka lama istirahat dapat dikurangi 25%, demikian pula bila lama
istirahat ditambah, waktu paparan dapat di perpanjang.
2. Bila irama kerja diatur oleh pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja
maksimal, beban kerja rata per hari tidak lebih dari 330 Kkal/jam
3. Bila pakaian pekerja adalah dari bahan katun.
2.8. Efek Dari Iklim Kerja Yang Tidak Sesuai
Efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia juga
dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain:
Diakibatkan suhu panas :
- Heat Cramps : dialami dalm lingkungan yang suhunya tinggi sebagai
akibat dari bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya
garam natrium dari tubuh. Gejala-gejala dari heat cramps adalah
kejang-kejang oto tubuh, perut yang sakit, pinsan, lemas dan
muntah-muntah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan sering
meminum susu dan jika terjadi kejang-kejang diobati dengan larutan
garam isotonis.
14
- Heat Exhaustion : terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama
bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas.
Gejala-gejalanya adalah berkeringat sangat banyak, suhu badan
panas, tekanan darah menjadi rendah, nadi berdetak cepat dan
kondisi tubuh lemah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan
istirahat dan makan yang cukup serta memakai pakaian yang
longgar.
- Heat Stroke : jarang terjadi pada industri tetapi sangat berbahaya.
Biasanya yang terkena adalah lelaki yang pekerjaannya berta dan
belum teraklimatisasi. Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit
kering dan panas. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan
suhu tubuh dengan cara mengompres.
Diakibatkan suhu dingin :
- Chilblains : disebabkan karena bekerja di tempat dingin dalm waktu
yang cukup lama. Gejalanya adalah otot membengkak, kulit
memerah dan panas disertai gatal.
- Trench Foot : kerusakan anggota badan terutama kaki oleh
kelembaban atau dingin. Gejalanya adalah kaki kesemutan, kaku dan
terasa berat.
- Frostbite : dikarenakan bekerja di tempat yang bertenperatur di
bawah titik beku. Gejalanya adalah otot membengkak dan kaku dan
bisa menyebabkan cacat permanen.
2.9. Pelaksanaan Pengukuran Iklim kerja
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini
disebut dengan weather instrument /thermocouple. Kalibrasi diperlukan
untuk menyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat
menghasilkan pengukuran yang akurat.
Bagian-bagiannya yakni
1. Display
15
2. Tombol on/off untuk mengaktifkan
3. Tombol light untuk membuat display menyala bila diperlukan
4. Tombol hold untuk menahan hasil pembacaan
5. Thermocouple dipakai sebagai sensor untuk mengukur suhu kering
maupun suhu basah.
2.10. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi (Tekanan Panas)
Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab
dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini
memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
a. Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon
tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala
(periodik).
b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dikasud adalah tindakan-tindakan yang diamnil oleh
perorangan untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh
panas. Termasuk pengendalian tekanan panas melalui penerapan
hygiene adalah :
1. Pengandalian cairan
2. Aklimatisasi
3. Self determination
Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana
tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah
merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.
4. Diet
Makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat
berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui
ginjal atau keringat.
5. Gaya hidup dan status kesehatan
16
6. Pakaian kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari
bahan yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang
terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
a. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
1. Mengurangi beban kerja
2. Menurunkan suhu udara
Bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat
tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah
90˚F (32˚C), maka ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata.
Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan
cara pengenceran dan pendinginan secara aktif.
3. Menurunkan kelembaban udara.
Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan
tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan
kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan
kecepatan penguapan dengan pendinginan.
4. Menurunkan panas radiasi.
Bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi
merupakan sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya
lembaran logam atau permuakaan benda yangdapat digunakan
sebagai perisai sangat banyak, dibawah ini adalah daftar logam
atau permuakaan benda yang padat digunakan sebagai perisai.
Tabel 2.9 Macam-Macam Bahan Yang Dapat Digunakan Sebagai Tabir
Terhadap Panas Radiasi
Relative efficiencies of common shielding materialSarface of shielding
Relation of radiont heat incident upon sarface(%)
Emission of radiant heat from surface
Aluminium,brightZinc,bright
95 %90 %
5 % 10 %
17
Al, oxidizedZn, oxidizedAl,paint,newcleanIron,clea,oxidizedBrickLaquer, blackAsbestos, boardLawuer, flat black
84 %73 %65 %35 %20 %10 %6 %3 %
16 %27 % 35 %65 %80 %90 %94 %97 %
(Sumber: industrial ventilation, A manual of recomended practice 11th Edition 2001)
b. Pengendalian secara administratif
Adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk
membatasi resiko pemajanan.
c. Perlindungan perorangan
Adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan
(setiap pekerja). Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan
terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat
termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang
tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas. (Soeripto 2008)
2.11. Perhitungan Beban Kerja dan Rh
Untuk menentukan kebutuhan kalori per jam menurut aktivitasnya
dapat dilihat pada tabel 2.9. dengan menghitung kenutuhan kalori maka
hasilnya akan dihubungkan dengan kondisi beban kerja pekerja dan akan
digunakan untuk mengatur pembagian waktu antara kerja dan istirahat
pekerja. Dan untuk menentukan Rh melalui perhitungan dapat dilihat pada
tabel 2.10.
18
Tabel 2.9. Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas
19
Sumber : Suma’mur (1982) dikutip dari Sherman, H.C. Chemistry of Food and
Nutrition
Tabel 2.10 Perbandingan Rh dengan Temperatur
20
(Sumber : Novalynk, 2010)
21
Analisa Pembahasan1. ACGIH 19922. Kepmenaker 19993. Permennaker 20114. SNI
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sistematika Praktikum
22
Latar Belakang1. Panas merupakan sumber penting dalam proses produksi maka tidak
menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar langsung.2. Apabila pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka pekerja yang
terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efisiensi kerja.
3. Keluhan banyak muncul pada para pekerja di kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dikarenakan iklim kerja di daerah bengkel kurang mendapat perhatian dan penanggulangan secara khusus.
4. Cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja digunakanlah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH.
Rumusan Masalah1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di bengkel kayu Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya?2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerjanya?
bengkel PPNS-ITS ?
Metodologi Penelitian
Data Primer1. ISBB2. Rh
Data Sekunder1. Waktu kerja2. Beban kerja3. Kalori pekerja
Kesimpulan
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini
disebut dengan weather instrument/thermocouple. Kalibrasi diperlukan
untuk meyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat menghasilkan
pengukuran yang valid.
Gambar 3.1 weather instrument / thermocouple
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur penggunaan weather instrument/thermocouple adalah
sebagai berikut :
1. Ubahlah power on/off pada posisi “ON”
2. Pilih satuan suhu yang akan dipakai sebagai acuan (bisa dalam bentuk
°C/°F)
3. Lakukan pengukuran pada sasaran ukur
Suhu kering
Letakkan thermocouple pada tempat yang akan di ukur, biarkan
beberapa saat sampai suhu kering terbaca oleh thermometer.
Kemudian catat hasil pengkuran.
Suhu basah
Letakkan thermocouple yang ujungnya telah ditutup dengan
kapas/kain basah pada tempat yang akan di ukur, biarkan beberapa
saat sampai suhu basah terbaca oleh thermometer. Kemudian cacat
hasil pengukuran.
23
3.5. Safety Precaution
Pada praktikum ini diperlukan adanya penggunaan alat pelindung diri
(APD) yaitu safety helmet, safety google, respirator, dan safety shoes.
Penggunaan safety helmet dimaksudkan untuk mencegah terjadinya cidera
pada kepala yang diakibatkan oleh kejatuhan benda maupun hal lain yang
dapat mencederai kepala. Selanjutnya safety google digunakan untuk
melindungi mata untuk mencegah masuknya gram-gram yang dihasilkan
dari proses bubut dan sebagainya. Sedangkan respirator digunakan untuk
membantu pernafasan pada saat bernafas di tempat yang mengandung bahan
kimia contohnya di tempat bengkel las. Untuk melindungi kaki kita
khususnya jari-jari dan telapak kaki perlu menggunakan safety shoes untuk
mencegah terjadinya cidera pada jari-jari kaki.
24
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Ruangan I
1. Tim Pengukur : Hoffman Budi
Agus Hermawan
Dyan Hatining Ayu S
2. Alat yang digunakan : Weather Instrument / Thermocouple
3. Tanggal Praktikum : 16 Juni 2012
4. Waktu Praktikum : 09.00 – 10.00 WIB
5. Lokasi Pengukuran : Bengkel Kayu
Gambar 4.1 Layout pekerjaan di bengkel kayu saat pembuatan kapal Fiber
(Sumber : pengamatan secara langsung, 16 Juni 2012)
Keterangan :
= Pintu bengkel
= Titik Pengambilan Sample
= Kapal Fiber
25
12
34
U
T
5
Dalam pengamatan atau pengambilan data di ruangan terbuka (outdoor) dan
terdapat 10 pekerja dengan jenis pekerjaan yang sama.
Tabel 4.1 Pengukuran Iklim Kerja pada Bengkel Kayu Menggunakan
Thermocouple
Lokasi
Pengukuran
(Titik)
Suhu
Basah
(°C)
Suhu
Kering
(°C)
Suhu
Bola
(°C)
WBGT
ISBB
(°C)
Rh
(%)Keterangan
1 23,3 29,6 31,5 25,8 61 Outdoor
2 23,7 29,6 31,3 25,9 57 Outdoor
3 23,7 29,6 31,3 25,8 63 Outdoor
4 22,9 29,4 30,9 25,0 53 Outdoor
5 23,1 29,5 30,6 25,1 54 Outdoor
Keterangan
Perhitungan ISBB untuk pekerjaan dalam bengkel las :
1. Titik 1 = 0,7x23,3 + 0,2x31,5 + 0,1x29,6 = 25,57
Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,8
2. Titik 2 = 0,7x23,7 + 0,2x31,3 + 0,1x29,6 = 25,81
Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,9
3. Titik 3 = 0,7x23,7 + 0,2x31,3 + 0,1x29,6 = 25,81
Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,9
4. Titik 4 = 0,7x22,9 + 0,2x30,9 + 0,1x29,4 = 25,15
Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25
5. Titik 5 = 0,7x23,1 + 0,2x30,6 + 0,1x29,5 = 25,24
Berdasarkan pengukuran menggunakan alat = 25,1
26
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola +0,1 suhu kering
Tabel 4.2 Perbedaan ISBB pada Bengkel Kayu
Lokasi
Pengukuran
(Titik)
Berdasarkan
Alat
(°C)
Berdasarkan Rumus
Perhitungan
(°C)
1 25,8 25,57
2 25,9 25,81
3 25,8 25,81
4 25,0 25,15
5 25,1 25,24
(Sumber : Alat Weather Instrument / Thermocouple dan perhitungan rumus, 2012)
Perhitungan Rh
1. Titik 1 : Rh = t – T = 29,6 – 23,3 = 6,3
Maka Rh = 61
2. Titik 2 : Rh = t – T = 29,6 – 23,7 = 6,1
Maka Rh = 61
3. Titik 3 : Rh = t – T = 29,6 – 23,7 = 6,1
Maka Rh = 61
4. Titik 4 : Rh = t – T = 29,4 – 22,9 = 7,5
Maka Rh = 52
5. Titik 1 : Rh = t – T = 29,5 – 23,1 = 6,4
Maka Rh = 57
Tabel 4.3 Perbedaan Rh pada Bengkel Kayu
Lokasi
Pengukuran
(Titik)
Berdasarkan
Alat
(%)
Berdasarkan
Rumus
Perhitungan
(%)
1 61 61
2 57 61
3 63 61
4 53 52
5 54 57
(Sumber : Alat Weather Instrument / Thermocouple dan perhitungan rumus, 2012)
27
Perhitungan beban kerja selama 8 jam dan pengukuran waktu
kerja di bengkel kayu
Asumsi berat badan pekerja = 65 Kg
Rumus perhitungan = kkal/jam x BB
Metabolisme Basal Laki-laki = 1 x kkal/jam x BB
Beban Kerja Laki – Laki
1. Pekerjaan : berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek (4 jam)
Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB
= 65 kg x 1,63 kkal / jam / kg BB x 4 jam
= 423,8 kkal
2. Pekerjaan : berdiri dalam keadaan tenang (1 jam)
Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB
= 65 kg x 1,50 kkal / jam / kg BB x 1 jam
= 97,5 kkal
3. Pekerjaan : pekerjaan kayu, logam dan pengecatan (2 jam)
Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB
= 65 kg x 3,43 kkal / jam / kg BB x 2 jam
= 371,8 kkal
4. Pekerjaan : jalan ringan dengan kecepatan ± 3,9 km / jam (0,5 jam)
Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB
= 65 x 2,86 kkal / jam / kg BB x 0,5 jam
= 92,95 kkal
5. Pekerjaan : duduk dalam keadaan istirahat (0,5 jam)
Perhitungan = BB x kkal / jam / kg BB
= 65 x 1,43 kkal / jam / kg BB x 0,5 jam
= 46,475 kkal
Metabolisme basal = BB x 1 kkal / jam / kg BB (8 jam)
= 65 x 1 kkal / jam / kg BB x 8 jam
= 520 kkal / jam
Perhitungan total kalori = 423,8 kkal + 97,5 kkal + 371,8 kkal +
92,95 kkal + 46,475 kkal + 520 kkal
= 1552,525 kkal
28
Perhitungan total kalori per jam = 1552,525 kkal / 8 jam
= 194,066 kkal / jam
Jadi, aktifitas pekerja di bengkel kayu saat pembuatan kapal fiber
tergolong,:
1. Menurut ACGIH 1992
Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan (Light work)
dengan kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari
30°C (86°F) serta aktifitas ini dilakukan secara continue (8 jam
sehari).
2. Menurut Kep-51 Mennaker/1999
Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan
kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 30°C
serta aktifitas atau pekerjaan ini dilakukan secara continue (8 jam
sehari).
3. Menurut Per-13 Mennaker/2011
Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan
kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 31°C
serta pengaturan waktu kerjanya 75% - 100% sehari.
4. Menurut SNI 16-7063-2004
Aktifitas pekerja ini tergolong beban kerja ringan dengan
kebutuhan kalori 100-200 kkal/jam dan ISBB kurang dari 30°C.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum iklim kerja ini dilaksanakan di bengkel kayu saat ada
pekerja dengan aktifitas pembuatan kapal fiber. Pengukuran dilakukan
dengan memilih titik sampel dimana di titik sampel tersebut terjadi
pergantian udara baik secara alami maupun mekanis, dan anatara
kerumunan massa. Adapun titik sampel seperti yang tertera pada gambar 4.1
Dari hasil yang diperoleh untuk nilai ISBB baik yang terbaca pada alat
maupun perhitungan terjadi perbedaan yang sangat kecil. Begitu pula
29
dengan hasil Rh yang terbaca pada alat maupun perhitungan dengan
menggunakan Table Relative Humidity.
Dalam menentukan beban kerja pada setiap bengkel harus disesuaikan
antara perhitungan ISBB, kategori pekerjaan yang dikali dengan berat badan
pekerja, dan metabolisme basal, serta berdasarkan pengaturan waktu kerja.
Ketidaksesuaian perhitungan pada alat Weather Instrument dan
perhitungan manual dengan melihat Table Relative Humidity (Rh)
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
1. Ketidak akuratan dalam melihat nilai suhu kering, suhu basah, dan
suhu bola pada alat weather instrument.
2. Keadaan iklim suhu sekitar yang tidak menentu.
3. Alat Weather Instrument / Thermocouple selama dua tahun sudah
tidak di kalibrasi, hal ini berdampak keakuratan alat dalam mengukur
nilai suhu kering, suhu basah, suhu bola, dan kelembaban udara.
4. Pengabaian faktor yang mempengaruhi BMR yaitu jenis kelamin,
umur dari pekerja atau praktikan
30
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kami menyimpulkan
bahwa aktifitas yang dilakukan di bengkel kayu saat pembuatan kapal fiber
merupakan atau tergolong beban kerja ringan. ISBB yang terdapat di
bengkel kayu, dapat dikatakan sudah memenuhi NAB karena nilai ISBB di
semua bengkel nilainnya kurang dari nilai ISBB yang disesuaikan dengan
pembagian waktu kerja sesuai dengan standar Lampiran ACGIH 1992, Kep-
51/1999, Per-13/2011 dan SNI tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan dan dapat dikatakan dalam kondisi iklim kerja aman.
Meskipun kondisi iklim kerja di bengkel tersebut masih tergolong aman,
perlu dilakukan beberapa pengendalian dan rekomendasi yang berfungsi
agar tetap menjaga kondisi iklim kerja agar sesuai dengan kebutuhan para
pekerja.
Rekomendasi yang harus dilakukan untuk menciptakan iklim kerja
yang aman adalah sebagai berikut :
1. Penambahan exhaust fan dimana panas dari lingkungan kerja ditarik
keluar dengan suhu yang lebih rendah.
2. Penataan tempat kerja, sehingga tidak terlihat sempit yang akan
menghambat sirkulasi udara.
31
DAFTAR PUSTAKA
Budiono,A.M. Sugeng(editor). 1990. Panduan Pelayanan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Tri Tunggal Tata Fajar: Semarang
Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja
Heru,S, Haryon. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : mitra cendekia
Press
Modul praktikum,tata tertib praktikum PLK:PPNS,ITS 2007
Soeripto,M. 2008. Hygiene Industri: Jakarta : Balai Penerbit FKUI
32
Tugas Pendahuluan
1. Efek yang dapat muncul dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan
kapasitas manusia adalah :
a. Heat stroke
b. Heat exhaustion
c. Heat cramps
d. Suhu inti tubuh lebih dari 38 oC dapat mengakibatkan kemandulan
bagi pria maupun wanita.
2. Rh = 87%
3. Hasil Pengukuran
Titik
Pengukuran
Suhu
Basah
(oC)
Suhu
Kering
(oC)
Suhu
Bola
(oC)
WBGT
(ISBB)
(oC)
Rh
(%)Keterangan
1 34 36 39 35,2 Out door
2 30 35 38 32,1 Out door
3 32 33 37 33,1 Out door
4 22 25 26 23,2 Indoor
Beban kerja Kategori
Berjalan Sedang
Berdiri Ringan
Berjalan mendaki Berat
Kerja dengan 2 lengan Sedang
a. Kebutuhan kalor/jam
Sedang : > 200-350 Kkal/jam
Ringan : 100-200 Kkal/jam
Berat : > 350-500 Kkal /jam
Ringan : 100-200 Kkal/jam
33
b. Pengaturan waktu kerja
Sedang : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%
Ringan : waktu kerja 50%, waktu istirahat 50%
Berat : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%
Ringan : waktu kerja 100%
c. Rekomendasi yang harus dilakukan
Menyediakan instruksi yang jelas secara verbal dan tertulis,
progam pelatihan rutin, serta informasi lain tentang heat stress
Menyarankan minum air putih dingin walaupun sedikit (sekitar 150
ml) setiap 20 menit
Pemberian izin kepada para pekerja untuk membatasi paparan
terhadap dirinya
Menganjurkan teman sekerja mendeteksi tanda dan gejala heat
strain
Mempertimbangkan kontrol teknik untuk mengurangi kecepatan
metabolisme
Menyediakan pergerakan udara general
Mengurangi proses panas dan pelepasan uap air
Perlindungan/ penyekatan sumber panas
Mempertimbangkan penggunaan Alat Pelindung Diri
34