(laporan ii) sistem saraf pusat i 2015 (wiri resky amalia)

Upload: wiri-resky-amalia

Post on 07-Mar-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ssp

TRANSCRIPT

SSP I

SSP I

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangSistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. Masing masing memiliki peranan yang berbeda dalam sistem saraf simpatis, Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Serebelum mempunyai fungsi utama dalam gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakangSistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik misalnya hipnotik sedativ. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anestetik umum, hipnotik sedativ, psikotropik, antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.Pada percobaan ini akan dilakukan beberapa perlakuan terhadap, yaitu akan dilakukan pengamatan terhadap anastetik umum, depresan, stimulan, hipnotik dan sedativ yang diujikan pada hewan coba mencit (Mus musculus). Obat yang digunakan untuk anastetik umum yaitu eter dan kloroform sedangkan untuk hipnotik sedativ digunakan diazepam dan feobarbital, untuk stimulant digunakan kafein, dan untuk depersan digunakan amitriptilin.Sistem saraf pusat perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.B. Tujuan PengamatanAdapun tujuan dari percobaan sistem saraf pusat I yaitu:1. Untuk menentukan efek obat anestesi umum eter dan kloroform, hipnotik dan sedative menggunakan obat fenobarbital dan diazepam terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter onset dan durasi. 2. Untuk menentukan efek obat anti depresi Amitripthyline terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter durasi diam3. Untuk menentukan stimulant susunan saraf pusat menggunakan kafein terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter frekuensi dan durasi gerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumSistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang belakang) (Gunawan, 2007).Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana kerja dibawah kesadaran dan kemauan. Sitem saram yang mengkoordinir sistem-sistem lainnya yakni, susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer (Tjay, 2010).Dalam tidur terdapat dua stadium yaitu REM disebut juga tidur mimpi terjadi pada tahap kr lima yang ditandai dengan pernafasan dan denyut jantung naik turun, aliran darah keotak meningkat, sedangkan tidur non-REM yaitu tidur pulas terjadi 1-4 tahap yang ditandai dengan pernafasan dan denyut jantung mulai teratur (Tjay, 2010).Manusia pada dasarnya mempunyai 4-6 siklus non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM) pada saat tidur malam, setiap siklus berlangsung selama 70-120 menit. Biasanya terjadi empat tahap tidur NREM sebelum memasuki periode REM yang pertama. Pada NREM tahap 1, gelombang alfa berkembang perlahan menjadi gelombang teta. Pada tingkat 2 ditandai oleh ritme teta dengan sleep spindeles dan k compleks. Tingkat 3 dan 4 disebut sebagai kondisi delta.dalam kondisi tidur REM, terdapat suatu amblitudo rendah, frekuensi EEG campuran, peningkatan aktivitas elektrik dan metabolisme, peningkatan aliran darah kontak muscle atomia poikilothemia, vivid dreaming, dan fruktuasi pada pernapasan maupun kecepatan denyut jantung (Sukardar, 2013).Depresi adalah kondisi dimana suasan hati sangat sedih dan kehilangan minat untuk bereaktivitas, sehingga menggunakan pola pikir, perilaku, perasaan dan kesejahteraan fisik individu secra keseluruhan (MIMS, 2013).Antidepresi adalah gangguan obat-obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi, obat-obatan atau penyakit. Antidepresi bekerja dengan jalan menghambat re-update serotonin dan noradrenalin diujung-ujung sarafotak dan dengan demikian memperpanjang waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Disamping itu antidepresi dapat mempengaruhi reseptor postsinaps. Adapun efek samping dari antidepresi ini dapat menimbulkan dengan efek samping antipsikotika yaitu sedasi, gangguan mood dan lain-lain (Tjay, 2010).Mekanisme obat-obat antidepresan memotensiasi baik secara langsung maupun tidak langsung kerja norepinefrin dan/atau serotonin dalam otak. Penggolongan obat antidepresan terbagi menjadi 6 yaitu (Harvey & Champe, 2013) :a. Penghambat ambilan-kembali serotonin selektif (SSRI)SSRI merupakan suatu kelompok obat antidepresan dengan beragam kimiawi yang secara spesifik menghambat ambilan-kembali serotonin, memiliki selektivitas terhadap pengangkut serotonin sebanyak 300 hingga 3000 kali lebih besar dibandingkan pengangkut norepinefrin. Contoh obatnya adalah citalopram dan escitalopram.b. Penghambat ambilan-kembali norepinefrin / serotonin (SNRI) Venlafaxine dan duloxetine menghambat ambilan-kembali serotonin dan norepinefrin secara selektif. Obat ini dapat efektif mengobati depresi pada pasien yang tidak efektif dengan SSRI.c. Antidepresan atipikalKelompok obat yang bekerja pada beberapa lokasi yang berbeda.Kelompok ini meliputi bupropion, mirtazapine, nefazodone dan trazodone.d. Antidepresan trisiklik (TCA)Menghambat ambilan-kembali norepinefrin dan serotonin menuju neufron sehingga, seandainya baru ditemukan hari ini, TCA mungkin akan dimasukkan dalam SNRI, kecuali perbedaan dalam efek samping yang terkait kelas antidepresan yang lebih baru tersebut. Contoh obatnya adalah amitriptilin.e. Penghambat MAOMonoamina oksidase adalah enzim mitokondria yang ditemukan pada saraf dan jaringan lainnya, seperti usus dan hati. Contoh obatnya adalah selegiline.f. Obat yang digunakan untuk mengobati mania dan gangguan bipolarGangguan bipolar, sebelumnya dikenal dengan penyakit menikdepresi merupakan gangguan yang memiliki siklus, dimana terjadi flukruasi yang sangat ekstrim pada susunan hati (mood, energi dan perilaku yang berulang). Diagnosis penyakit ini melibatkan kemunculan mania, hiponatik, atau episode campuran selama perjalanan penyakit (Sukardar, 2013).Cemas/ Anxietas adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan, berupa ketegangan rasa takut, atau gelisah yang timbul dari sumber yang tidak diketahui. Gangguan cemas ini merupakan gangguan mental tersering. Gejala fisik kecemasan berat berupa dengan ketakutan (seperti takikardia, berkeringat, gemetar dan palpitasi) dan melibatkan pengaktifan simpatis (Harvey & Champe, 2013).Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan benzodiazepine diindikasikan juga sebagai pelumas otot, antiasietas (anticemas), dan juga sebagai penginduksi tidur (Elysabeth, 2012). Anasthesia yaitu hilangnya sensasi, biasanya akibat cedera saraf atau reseptor. Hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, disebabkan oleh pemberian obat atau intervensi medis lainnya (Hartanto,2014). Dalam banyak hal, fungsi dasar neuron dalam sistem saraf pusat sama dengan sistem saraf otonom. Misalnya transmisi informasi dalam sistem saraf pusat dan perifer keduanya menyangkut lepasnya neurotransmitter yang melintas pada celah sinaptik untuk kemudian terikat pada reseptor spesifik neuron postsinaptik. Dalam pengenalan neurotransmitter oleh membran reseptor neuron postsinaptik memberikan perubahan intraseluler (Olson. 2002:40).Anastetik umum adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anastesi (an=tanpa, aesthesis=perasaan) atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Sloane, 2003).Stadium anestesi ada 4, yaitu:1. Stadium I (analgesia). Stadium analgesia dimulai sejak saat pemberian anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi masih tetap sadar dan dapat mengikuti perintah. Pada stadium ini dapat dilakukan tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar.2. Stadium II (Eksitasi). Stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan yang teratur yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini pasien tampak mengalami delirium dan eksitasidengan gerakan-gerakan di luar kehendak.3. Stadium III (Pembedahan). Stadium III dimulai dengan timbulnya kembali pernapasan yang teratur dan berlangsung sampai pernapasan spontan hilang. Keempat tingkat dalam stadium pembedahan dibedakan dari perubahan pada gerakan bola mata, refleks bulu mata dan konjungtiva, tonus otot, dan lebar pupil yang menggambarkan semakin dalamnya pembiusan.a. Tingkat 1: pernapasan teratur, spontan, dan seimbang antara pernapasan dada dan perut; gerakan bola mata terjadi di luar kehendak, miosis, sedangkan, tonus otot rangka masih ada.b. Tingkat 2: pernapasan teratur tetapi frekuensinya lebih kecil, bola mata tidak bergerak, pupil mata melebar, otot rangka mulai melemas, dan refleks laring hilang sehingga pada tingkat dapat dilakukan intubasi.c. Tingkat 3: pernapasan perut lebih nyata daripada pernapasan dada karena otot interkostal mulai lumpuh, relaksasi otot rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal.d. Tingkat 4: pernapasan perut sempurna karena otot interkostal lumpuh total, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya menghilang. Pembiusan hendaknya jangan sampai ke tingkat 4 ini sebab pasien akan mudah sekali masuk ke stadium IV yaitu ketika pernapasan sopntan melemah. Untuk mencegah ini, harus diperhatikan benar sifat dan dalamnya pernapasan, lebar pupil dibandingkan dengan keadaan normal, dan turunnya tekanan darah.4. Stadium IV (Depresi Medula Oblongata). Stadium IV ini dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III tingkat 4, tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh darah kolaps, dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini dapat segera disusul dengan kematian, kelumpuhan napas di sini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan, bila tidak didukung oleh alat bantu napas dan sirkulasi. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,2007)Pada sebagian besar sinaps sistem saraf pusat, reseptor tergabung dalam saluran ion, mengikat neurotransmitter ke reseptor membran postsinaptik sehingga dapat membuka saluran ion secara cepat dan sesaat. Saluran yang terbuka ini kemungkinan ion didalam dan luar membran sel mengalir kearah konsentrasi yang lebih kecil. Perubahan komposisi dibalik membran neuron akan mengubah potensial postsinaptik, menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi membran postsinaptik, yang tergantung pada ion tertentu yang bergerak dan arah dari gerakan itu (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,2007).Gangguan neurotransmisi yang dapat diobati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang disebabkan oleh terlalu banyaknya neurotransmisi dan oleh terlalu sedikitnya neurotransmisi. Neurotransmisi yang terlalu banyak disebabkan oleh (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).Anastesi umum merupakan keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversible. Anastetik lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduks sepanjang serabut saraf secara reversible (Neal,2006).Pada umumnya anastetik lokal digunakan secara lokal dan menghambat konduksi saraf impuls sensoris dan perifer ke SSP. Anestetik lokal menghilangkan sensasi (dan dalam konsentrasi yang lebih tinggi, aktivitas motoris) dalam area tubuh yang terbatas tenpa menghasilkan ketidaksadaran (Harvey & Champe, 2013). Anastetik umum yang paten diberikan secara inhalasi atau intravena. Anestetik inhalasi memiliki keuntungan yang tidak terdapat pada agen intravena karena kedalaman anesthesia yang dapat dengan cepat diubah dengan cara mengubah konsentrasi obat. Anestetik inhalasi juga bersifat reversible karena sebagian besar dieliminasi secara cepat dari tubuh melalui ekhalasi sedangkan anestetik intravena seringkali digunakan untuk induksi cepat anesthesia yang kemudian dipertahankan dengan agen inhalasi yang sesuai. Obat-obat ini menginduksi anesthesia secara cepat sehingga harus disuntikkan secara perlahan-lahan (Harvey & Champe, 2013).Hipnotik sedative merupakan golongan obat pendepresi suusnan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tennag atau kenatuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesdaran, keadaan anesthesia, koma, dan mati (Mardjono, 2007).

B. Uraian Bahan dan Obata. Uraian Bahana. Air suling (Ditjen POM, 1979, hal : 96)Nama Resmi:AQUA DESTILATA

Nama Lain:Aquades, air suling

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Kelarutan:Larut dalam etanol.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan:Sebagai pelarut

b. Natrium CMC (Dirjen POM, 1979)Nama Resmi:NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama Lain:Natrium Karboksimetil Sellulosa

Pemerian:Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

Kelarutan:Mudah mendispersi dalam air, tidak larut dalam etanol (95 %) eter P dan pelarut organik lain.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Anastesi umum

b. Uraian obata. Eter (Dirjen POM, 1979 : 66)Nama Resmi:AETHER ANASESTHETICUS

Nama Lain:Eter anestesi, Etoksietana

RM :C4H10O

BM :74,12

Pemerian:Cairan transparan, tidaka berwarna, bau khas, rasa manis dan membakar. Sangat mudah menguap, sangat mudah terbakar, campuran uapnya, dengan oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.

Kelarutan:Larut dalam 10 bagian air, dapat campur dengan etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak dan dengan minyak atsiri.

Penyimpanan:Dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk

Kegunaan:Anastesi umum

b. Kloroform (Dirjen POM, 1979)Nama Resmi:CHLOROFORNUM

Nama Lain:Kloroform

RM :CHCl3

BM :119,38

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, sifat khas, bau eter, rasa manis dan terbakar

Kelarutan:Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, benzene, heksana, lemak, dan minyak menguap.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya

Kegunaan:Anastesi umum

c. Amitriptilin Nama Resmi:AMITRIPTYLINI HYDROCHLORIDUM (Dirjen POM,1979)

Nama Lain:Amitriptilia hidroklorida (Dirjen POM,1979)

RM :C20H23N (Dirjen POM,1979)

BM :313,87 (Dirjen POM,1979)

Pemerian:Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau hamper putih; tidak erbau atau hamper tidak berbau. (Dirjen POM,1979)

Kelarutan:Larut dalamm 1 bagian air, dalam 1,5 bagian etanol (95%) dan tidak lebih dari 101,1% tidak berbau. (Dirjen POM,1979)

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik (Dirjen POM,1979)

Kegunaan:Antidepresan (Dirjen POM,1979)

Golongan:Antidepresan trisiklik/polisiklik (Harvey, 2013)

Indikasi:Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal, skizofrenia depresi, nocturnal enuresis pada anak. (Tjay, 2010)

Kontraindikasi:Koma atau depresi sistem saraf pusat, rusaknya area subarakhnoid, gangguan darah atau depresi sumsum tulang, MCl. (Tjay, 2010)

Efek samping:Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur, takikardia, mengantuk, konstipasi, hipotensi. (Tjay, 2010).

Interaksi obat:Hipnotik dan antiansietas, analgesik opioid, antipsikotik, antidepresan lain, alkohol, antihistamin meningkatkan efek sedasi. Tidak boleh diberikan bersama MAO. (Gunawan, 2012)

Dosis:Depresi : dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam dosis terbagi, naikkan bertahap sampai 150-200 mg (sampai 300 mg untuk pasien rawat inap). Sampai 150 mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur. (Gunawan, 2012)

d. Diazepam Nama Resmi:DIAZEPAMUM (Dirjen POM, 1979)

Nama Lain:Diazepam (Dirjen POM, 1979)

RM :C16H13C1N2O (Dirjen POM, 1979)

BM :284,74 (Dirjen POM, 1979)

Pemerian:Serbuk hablur, putih atau hampir putih (Dirjen POM, 1979.

Kelarutan:Agak sukar larut dalam air (Dirjen POM, 1979)

Penyimpanan:dalam wadah tertutup baik (Dirjen POM, 1979)

Kegunaan:sebagai sedativum (Dirjen POM, 1979)

Golongan obat:Benzodiasepin (Harvey, 2013)

Indikasi:Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamsiatau trauma. (Tjay, 2010)

Kontraindikasi:Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6 bulan, wanita hamil dan menyusui, depresi pernafasan, gangguan pulmonar akut dan keadaan phobia. (Gunawan, 2012)

Efek samping:Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit, edema, mual dan konstipasi sakit kepala, amnesia, hipotensi dan retensi urin. (Gunawan, 2012)

Farmakokinetik:Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. (Gunawan, 2012)

Farmakodinamik:Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. (Ganiswarna, 2012)

Interaksi Obat:Penggunaan bersama obat-obat depresan susunan saraf pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiasepin. (Tjay, 2010)

e. Kafein (Ditjen POM 1979 : 125)Nama Resmi:Coffein

Nama Lain:Kafein

RM :C6H10N4O2

BM :197,19

Pemerian:Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilat,biasanya menggumpal putih; tidak berbau; rasa pahit

Kelarutan:Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%)

Penyimpanan:dalam wadah tertutup baik

Kegunaaan:sebagai sample

f. Fenobarbital (Dirjen POM, 1979)Nama Resmi:Phenolbarbital natrium(Ditjen POM, 1979)

Nama Lain:Luminal natrium (Ditjen POM, 1979)

RM:2H11N2NaO3 (Ditjen POM, 1979)

Pemerian:Serbuk putih, tidak berbau, rasa pahit, higroskopis (Ditjen POM, 1979).

Kelarutan:larut dalam air, etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter (Ditjen POM, 1979). .

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik (Ditjen POM, 1979).

Golongan obat:Barbiturat (Richard, 2013)

Indikasi:Gangguan tidur, kondisi terangsang, untuk menunjang penyembuhan penghentian morfin serta sebagai sedativ, antara lain pada hipertireosis, keluhan klimakterium. (Gunawan,2012)

Kontraindikasi :Pada gangguan fungsi jantung, ginjal dan hati, porfiri akut karena induksi enzim yang terlibat dalam sintesis porfirin serta keracunan alkohol, analgetika dan psikofarmaka. (Gunawan, 2012

Dosis :Sekali 300 mg, sehari 600 mg. (Gunawan, 2012)

Farmakodinamik :Memberikan efek anti konvulsi dan efek utama adalah depresi SSP. Depresi napas sebanding dengan dosis tidak memberikan efek yang nyata pada kardiovaskular (Gunawan, 2012)

Farmakokinetik:Dimetabolisme hampir sempurna di hati sebelumdieksresikan di ginjal (Gunawan, 2007).

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik (Ditjen POM, 1979).

Kegunaan :Sebagai hipnotik sedative (Ditjen POM, 1979)

Efek samping:Efek samping pada dosis hipnotik jarang terjadi. Sekali-sekali dapat terjadi gangguan saluran cerna dan reaksi alergi. (Gunawan, 2012)

BAB III METODE KERJAA. AlatAdapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam, baskom, kanula, lap kasar, lap halus, spoit, statif, toples, stopwatch.B. BahanAdapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amitriptylin, caffein, diazepam, eter, kapas, kloroform, Na-CMC 1%, dan PhenobarbitalC. Hewan CobaAdapun hewan coba yang digunakan pada praktikum adalah (Mus musculus).D. Pembuatan BahanPembuatan Na-CMC 1% b/v1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 gram1. Dipanaskan hingga 70oC, kemudian dilarutkan dalam 100 mL air suling1. Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang telah dipanaskan kemudian diaduk1. Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)E. Pembuatan Obat1. Amitriptylin1. Disiapkan alat dan bahan1. Ditimbang amitriptylin sebanyak 0,012 gram1. Dimasukkan ke dalam kertas perkamen1. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL1. Dihomogenkan lalu diberi etiket2. Fenobarbital1. Ditimbang fenobarbital sebanyak 0,01295 gram1. Dimasukkan ke dalam kertas perkamen1. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL1. Dihomogenkan lalu diberi etiket3. Diazepam1. Disiapkan alat dan bahan1. Ditimbang diazepam sebanyak 0,004 gram1. Dimasukkan kedalam kertas perkamen1. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL1. Dihomogenkan lalu diberi etiket4. Coffeina. Disiapkan alat dan bahanb. Ditimbang coffein sebanyak 0,00615 gramc. Dimasukkan kedalam kertas perkamend. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mLe. Dihomogenkan lalu diberi etiketF. Perlakuan Hewan Coba1. Disiapkan sejumlah mencit yang akan digunakan dalam praktikum1. Dibersihkan mencit yang akan digunakan1. Ditimbang masing-masing berat badan mencit1. Dihitung volume pemberian masing-masing mencit1. Anestesi 1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)2. Dimasukkan mencit kedalam toples yang masing-masing berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform dan eter3. Diamati efek farmakodinamik yang terjadi4. Dicatat onset dan durasi1. Antidepresan 1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)2. Digantung mencit pada statif3. Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat4. Diberikan obat amitriptylin pada mencit secara oral5. Diamati perilaku mencit pada menit ke 0, 15, 30, 45, dan 606. Dihitung frekuensinya1. Hipnotik sedative1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)2. Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat3. Diberikan masing-masing obat fenobarbital dan diazepam pada mencit secara oral4. Diamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan5. Dicatat onset dan durasi1. Stimulant1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)2. Dimasukkan mencit kedalam wadah yang berisi air3. Diamati perilaku mencit4. Diberikan obat coffein pada mencit secara oral5. Dimasukkan lagi mencit kedalam air6. Diamati berapa banyak gerakan yang ditimbulkan hewan coba mencit pada menit ke 0, 15, 30, 45, dan 607. Dicatat frekuensinya

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan3. Anti depresanPerlakuanBBVPFrekuensiBanyak Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mLAwal56 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL014 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL1526 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL3030 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL4518 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL6024 Gerakan

Anti depresan20 g0,67 mL7570 Gerakan

3. StimulantPerlakuanBBVPFrekuensiBanyak Gerakan

Stimulant23 g0,76 mL071 Gerakan

Stimulant23 g0,76 mL1559 Gerakan

Stimulant23 g0,76 mL3054 Gerakan

Stimulant23 g0,76 mL4541 Gerakan

Stimulant23 g0,76 mL6039 Gerakan

3. Hinotik dan sedative KelompokPerlakuanBBVPOnsetDurasi

ISedativ 32 g1 mL0-60 menit45 menit

IIHipnotik24 g0,8 mL0-47 menit1. enit

d.AnastesiKode mencitPerlakuanBBVPOnset Durasi

I (Eter)Anastesi25 g0,83 mL1:52:3302:34

II (kloroform)Anastesi26 g0,86 mL1:56:4806:16

B. Hasil PengamatanSebagian besar obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat bekerja dengan mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi. Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat bekerja pada prasinaps dengan mempengaruhi produksi, penyimpanan atau pengakhiran kerja neurotransmitter. Obat-obat lain dapat memacu atau menghambat reseptor prasinaps. Transmisi informasi dalam sistem saraf pusat dan perifer melibatkan pelepasan neurotransmitter yang berdifusi melintasi celah sinaps untuk kemudian terikat pada reseptor spesifik pada neuron pascasinaps.Pada kedua sistem tersebut, pengenalan neurotransmitter oleh reseptor membrane neuron pascasinaps akan mencetuskan perubahan intraseluler.namun ada perbedaan utama antara kedua sistem saraf otonom dari jumlah sinaps pada ssp jauh lebih banyak ssp, tidak seperti sistem saraf otonm perifer, mengandung banyak anyaman neuron yang menghambat yang secara berkesinambungan memodulasi kecepatan transmisi neuron.Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah, yang pertama untuk menentukan efek obat anastesi umum eter dan kloroform, hipnotik dan sedative menggunakan obat phenobarbital dan diazepam terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter onset dan durasi.Yang kedua, untuk menentukan efek obat anti depresi amitripthylin terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter durasi diam. Dan yang ketiga, untuk menentukan stimulant susunan saraf pusat menggunakan obat cafeina terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus) berdasarkan parameter frekuensi dan durasi gerak.Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam, baskom, kanula, kapas, spoit, statif, stopwatch, dan toples. Sedangkan baha yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, amitripthylin, caffeina, diazepam, eter, kloroform, Na-CMC 1% dan Phenobarbital.Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah mencit (Mus Musculus), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia, salah satunya yaitu hewan mencit (Mus Musculus). Selain itu haruslah juga memperhatikan variasi biologik (usia, jenis kelamin) ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga karena mencit (Mus Musculus) juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus Musculus) mempunyai organ terlengkap sebagai hewan mamalia.Obat yang digunakan pada praktikum ini adalah diazepam dalam percobaan hipnotik dan sedative. Diazepam merupakan salah satu kelompok obat barbiturat yang masuk dalam golongan anastesik intravena. Obat yang digunakan secara intravena ini dalam anastesi akan memberikan efek tidur pada pasien yang menggunakan respirator. Efek hipnotik dalam golongan obat barbiturat akan meningkatkan total lama tidur.Yang kedua adalah Phenobarbital, dalam percobaan hipnotik dan sedativ. Phenobartital juga termasuk kelompok barbitural dalam golongan antiepileptikprimer. Mekanisme kerja primernya adalah melepaskan efek inhibitorik neuron, yang diperantarai oleh GABA. Efek sampingnya adalah sedasi, gangguan kognitif, dan berpotensi osteoporosis. Penggunaan utama Phenobarbital pada epilepsi adalah dalam terapi statis.Yang ketiga dalah amitriptilin, dalam percobaan antidepresan. Obat ini termasuk dalam kelompok antidepresan trisiklik dalam golongan obat anti depresan. Mekanisme kerjanya adalah penghambat ambilan kembali neurotransmitter dan penghambat reseptor. Fek-efek obat ini meningkatkan mood, memperbaiki kewaspadaan mental dan menurunkan pra-okulasi morbid pada 50-70% penderita depresi mayor.Yang keempat adalah kafein dalam percobaan stimulant susunan saraf. Obat ii termasuk dalam kelompok perangsang motoris dalam golongan perangsang ssp. Mekanisme kerjanya adalah translokasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan adenosine monofosfat siklik dan guanosin monofosfat siklik sebagai hambatan fosfodiesterase, dan penghambatan reseptor adenosine. Efeknya adalah inotropic dan kronptropik pada jantung meningkatkan keluaran natrium, clorida, kalium dalam urin. Juga meragsang sekresi asam hidroklorat dari mukosa lambung.Perlakuan yang dilakukan pada eter dan kloroform adalah anastesi, yang disesuaikan dengan volume pemerian (VP) mencit. Tetapi, karena dalam waktu lama belum menghasilkan efek, maka volume pemeriannya (VP) ditingkatkan. Mencit 1 dimasukkan kedalam toples 1 yang telah berisikan kapas yag telah diberikan eter. Begitupula dengan mencit 2, dimasukkan kedalam toples 2 yang telah berisikan kapas yang telah diberikan kloroform.Dan hasil pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada mencit 1 yang memiliki berat 25 g dan volume pemeriannya (VP)adalah 0,83 mL yang dicukupkan menjadi 1 mL menunjukkan onset yaitu selama 1 jam 52 menit 33 detik. Sedangkan durasinya selama 1 menit 34 detik. Pada mencit 2, yang memiliki berat badan 26 g dan volume pemeriannya (VP)adalah 0,86 mL yang di cukupkan menjadi 1 mLmenunjukkan onset selama 1 jam 56 menit48 detik, dan durasinya selama 6 menit 16 detik.Perbandingan antara pemakaian eter dan kloroform di percobaan anastesi yaitu, eter lebih cepat berefek pada mencit dibandingkan dengan kloroform.

BAB V PENUTUPA. KesimpulanDari hasil praktikum diatas dismpulkan bahwa pada percobaan anastesi. Pemberian eter pada mencit (Mus Musculus) lebih cepat bereaksi dan menimbulkan efek daripada pemberian kloroform. Sedangkan pada percobaan antidepresan dan stimulant, pada frekuensi 0,15,30,45,60 dan 75, mencit mengalami gerakan yang berbeda-beda pada frekuensi tertentu. Dan pada percobaan hipnotik dan sedative, pemberian Phenobarbital lebih cepat menimbulkan efek pada mecit daripada pemberian diazepam. B. SaranSebaiknya agar laboratorium melengkapi bahan untuk praktikum, agar kiranya pada saat praktikum semua bahan bisa digunakan

LAMPIRANA. Perhitungan Dosisa. Diazepam 2 mg, BR = 198,32 mgDosis Dewasa= Dosis mencit= 0,033mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= Berat Yang Ditimbang = /5mL

b. Amitriptyline 30 mg, BR = 204,96 mgDosis Dewasa= Dosis mencit= 0,83 mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= Berat Yang Ditimbang = = 0,012 g/5mL

c. Fenobarbital 100 mg, BR = 127,4 mgDosis Dewasa= Dosis mencit= 1,66 mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= Berat Yang Ditimbang = =0,01295 g/5mLd. Caffein 200 mg Dosis Dewasa= Dosis mencit= 3,33 mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= = 0,00615 g/5mL

1. Skema Kerja

1. AnastesiDisiapkan hewan coba

Toples yang berisi kapas Toples yang berisi kapas + eter + kloroform

Dihitung onset dan durasi

2. AntidepresanDisiapkan hewan coba (mencit)Digantung ekornya pada statif(dihitung frekuensi gerakannya)Diinduksi obat amitriptylineDiamati pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75Dihitung frekuensinya

3. StimulantDisiapkan hewan coba (mencit)Dimasukkan dalam wadah + air(dihitung frekuensi gerakannya)Diinduksi obat caffeinDiamati pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75Dihitung frekuensinya

4. Hipnotik SedativeDisiapkan hewan coba mencit Di induksi dengan DiazepamDi induksi dengan Phenobarbital

Dihitung onset dan durasi

DAFTAR PUSTAKADirjen POM 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Depertemen Kesehatana RI : JakartaDepartemen Farmakologi Dan Teraupetik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FK UIHartanto, Yanuar Budi. 2014. Kamus saku Kedokteran DORLAND edisi 28. EGC : Jakarta.Harvey, A. Richard & Champe, Pamela C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Buku kedokteran EGC : Jakarta

Mardjono, Maher. 2007. Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia : Jakarta

MIMS. 2013. MIMS Petunjuk Konsultasi. PT. BIP : JakartaNeal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Erlangga : JakartaSukardar, Elin Yulina, dkk. 2013. Iso Farmakoterapi. PT. ISFISloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC : Jakarta

Tjay, Tan Hoan. 2010. Obat-obat Penting. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia : Jakarta

Wiri Resky Amalia Sunanda Chatimah Suriaman15020140074