laporan glukosa (2)
TRANSCRIPT
I. JUDUL : Penentuan Kadar Glukosa Dalam Darah
II. HARI/ TANGGAL : Selasa/ 29 Oktober 2013
III. SELESAI : Selasa/ 29 Oktober 2013
IV. TUJUAN : Untuk menentukan Kadar Glukosa Dalam Darah
V. DASAR TEORI :
Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting
yangdigunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk
alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida
yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung
gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut
"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin
ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom
kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk
suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan
bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Wikipedia,
2011).
Gula terdapat dalam dua enantiomer (isomer cermin), D-glukosa dan L-
glukosa, tapi pada organisme, yang ditemukan hanya isomer D-isomer. Suatu
karbohidrat berbentuk D atau L berkaitan dengan konformasi isomerik pada
karbon 5. Jika berada di kanan proyeksi Fischer, maka bentuk cincinnya adalah
enantiomer D, kalau ke kiri, maka menjadi enantiomer L. Sangat mudah diingat,
merujuk pada D untuk "dextro”, yang merupakan akar bahasa Latin untuk "right"
(kanan), sedangkan L untuk "levo" yang merupakan akar kata "left" (kiri).
Struktur cincinnya sendiri dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda, yang
menghasilkan glukosa-α (alfa) dan β (beta). Secara struktur, glukosa-α dan -β
berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama pada cincinnya.
Bentuk α memiliki gugus hidroksil "di bawah" hidrogennya (sebagaimana
molekul ini biasa digambarkan, seperti terlihat pada gambar di atas), sedangkan
bentuk β gugus hidroksilnya berada "di atas" hidrogennya. Dua bentuk ini
terbentuk bergantian sepanjang waktu dalam larutan air, hingga mencapai nisbah
stabil α:β 36:64, dalam proses yang disebut mutarotasi yang dapat dipercepat.
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan.
Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan
yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati
hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan
sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat
dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi
sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi
glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.
Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka
sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg
tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang
disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus
atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul
karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan
insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang
yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah
(hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Achjadi 2003). Pada orang
yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml darah.
Pada hewan terdapat salah satu penyakit yang dinamakan Hypocalcaemia.
Hypocalcaemia adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu
atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita
yang mengalami depresi umum (Subronto 2001). Hypocalcaemia dapat
menghambat ekskresi insulin sehingga pada kasus ini biasanya selalu diikuti
kenaikan kadar glukosa.
Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi
maupun secara enzimatik. Prisip penentuannya didasari pada kemampuan glukosa
untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+
atau Fe(CN)63-
. Penentuan glukosa
secara reaksi reduksi kurang spesifik dibanding cara enzimatik, terutama bila
dalam darah terdapat bahan yang dapat mereduksi misalnya kreatinin, asam urat
dan gula-gula lain selain glukosa (manosa, galaktosa dan laktosa) yang akan
memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi daripada kadar glukosa yang
sebenarnya. Sebagai pedoman dapat diperkirakan bahwa hasil penentuan glukosa
secara reduksi akan memberikan hasil 3,6 -10,8 mg % lebih tinggi daripada cara
enzimatik. Perbedaan ini akan lebih besar lagi bila terdapat peningkatan kreatinin
dan asam urat.
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+
dalam suasana basa, yang hasil
reduksinya akan bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna biru.
Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yaitu 660
nm. Dengan menggunakan hukum Lambert-Beer:
A = k x c x l
Dimana : A = absorbansi (serapan cahaya)
k = koefisien ekstinksi molar larutan
l = tebal kuvet
c = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum diatas serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.
Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-100 mg tiap 100 ml darah. Kadar
glukosa dibawah itu disebut hipoglisemia, sedangkan diatas itu disebut
hiperglisemia.
Deproteinasi Serum Darah
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam
serum darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya.
Protein adalah senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan
menggumpal bila dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasan dan
penambahan asam asetat pada larutan serum darah dan air kemudian terjadi
endapan. Endapan yang terjadi kemudian disaring dan hasil saringan (filtrat)
diambil untuk digunakan pada uji selanjutnya. Protein akan mengalami koagulasi
apabila dipanaskan pada suhu 500C atau lebih. Koagulasi ini akan terjadi apabila
larutan protein telah mencapai titik isoelektriknya. Protein terdenaturasi pada titik
isoelektriknya masih dapat larut pada pH diluar titik isoelektrik tersebut. Titik
isoelektrik dalam darah ialah 4,88.
Spektroskopi UV-Vis
Molekul-molekul dapat mengabsorbsi atau mentransmisi radiasi
gelombang elektromagnetik. Berkas cahaya putih adalah kombinasi semua
panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna yang terlihat sebenarnya
ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan
ditransmisikan (dipantulkan) oleh suatu larutan.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang
diabsorbsi atau ditransmisi oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika
panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan sebagai energi cahaya
tersebut akan diserap. Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk
mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan istilah
absorbansi (A). Spektrofotometer UV-Vis biasanya bekerja pada daerah panjang
gelombang sekitar 200nm sampai sekitar 800 nm (sinar tampak). Umumnya
spektroskopi dengan sinar UV dan sinar tampak dibahas bersama karena
seringnya pengukuran dilakukan pada waktu yang sama.
Hukum Lambert-Beer
010log ( )
Icd
I
Dimana = koefisien ekstinsi molar yang khas untuk zat terlarut pada kondisi
pengukuran.
C= konsentrasi larutan (mol dm-3)
I0 dan I = intensitas cahaya setelah melewati pelarutan murni dan larutan.
I/I0 = transmittance (T).
A cd
010log ( )
IA cd
I
Metode Nelson Somogyi
Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson
Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan
arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur
absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata.
Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga alkali yang
mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam Rochelle),
sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4,
NaHAsO4.7H2O. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar,
konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang membentuk
dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur
absorbansinya. Reaksi yang terjadi :
Glukosa glukosa dalam
suasana basa
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+
) + 4H+ 2 Cu
2+ + arsenomolibdat (Mo
5+) biru + H2O
VI. ALAT DAN BAHAN :
Alat – Alat :
Nama Alat Ukuran Jumlah/ buah
Gelas Kimia 50 ml 1
Pipet - 10
Sentrifus - 1
Tabung Reaksi - 8
Penangas Air - 1
Spektronik-20 - 1 set
Gelas Ukur 10 ml 1
Bahan – Bahan :
Nama bahan Jumlah
Larutan Ba(OH)2 0,3 N 1,5 ml
Larutan Standar glukosa 8 tetes
Larutan ZnSO4 5% 1,5 ml
Pereaksi Cu Alkalis 7,0 ml
Pereaksi Arsenomolibdat 7,0 ml
Aquades 0,1 ml
VI. Alur kerja:
1. Deprotein Filtrat Darah
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
1ml Filtrat Darah Bebas Protein
Hasil
- Dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu
alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih
selama 30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi
arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm
0,1 ml darah (oxalated)
Residu
- Dimasukkan dalam tabung
sentrifuge yang telah berisi 1,90 ml
akuades, dicampur dengan baik.
- Dimbah 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N.
- Diaduk hingga merata.
- Ditambah 1,5 ml ZnSO4.7H2O 5%,
dicampur dengan baik.
- Didiamkan 5 menit.
- Disentrifuge selama 30 menit.
- Didekantasi
Filtrat darah bebas protein
- 1ml filtrat darah bebas protein
diuji dengan biuret. Dimana 1 tetes
biuret di campur dengan filtrat
darah bebas protein.
Hasil
2 tetes darah (oxalated)
3. Pembuatan Kurva Standart
4. Larutan Blanko
1 ml Akuades
Hasil
- Dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu
alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih
selama 30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi
arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm
0,1 mg /ml
glukosa 0,2 mg /ml
glukosa
0,3 mg /ml
glukosa
0,4 mg /ml
glukosa
0,5 mg /ml
glukosa
- Diambil 1 ml
- Dimasukkan dalam tabung reaksi yang
berbeda.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih selama
30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada panjang
gelombang 660 nm
Hasil
VII. DATA PENGAMATAN:
No Alur kerja Hasil pengamatan Dugaan/ reaksi Simpulan
1. Deprotein Filtrat Darah
Sebelum
Warna darah: merah
(+++)
H2O: tidak berwarna
Ba(OH)2 0,3N: tidak
berwarna
ZnSO4.7H2O 5%= tidak
berwarna
Biuret : biru
Setelah
Lar.oxalate + akuades =
larutan merah (++)
+ Ba(OH)2 0,3N = hijau
kecoklatan.
+ZnSO4 = hijau keruh
Setelah disentrifuge
terbentuk 2 fasa :
Endapan hijau
Filtrat tidak berwarna
Filtrat darah yang
yang dihasilkan
adalah filtrat yang
bebas protein.
Filtrat darah yang bebas
protein dibuktikan
dengan perubahan
warna menjadi larutan
tidak berwarna setelah
diuji dengan biuret.
0,1 ml darah (oxalated)
Residu
- Dimasukkan dalam tabung
sentrifuge yang telah berisi 1,90 ml
akuades, dicampur dengan baik.
- Dimbah 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N.
- Diaduk hingga merata.
- Ditambah 1,5 ml ZnSO4.7H2O 5%,
dicampur dengan baik.
- Didiamkan 5 menit.
- Disentrifuge selama 30 menit.
- Didekantasi
Filtrat darah bebas protein
- 1ml filtrat darah bebas protein
diuji dengan biuret. Dimana 1 tetes
biuret di campur dengan filtrat
darah bebas protein.
Hasil
2 tetes darah (oxalated)
Uji biuret: tdk berwarna
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Sebelum
Filtrat darah tdk
berwarna
Cu alkalis biru jernih.
Reagen arsenomolibdat
hijau jernih.
Setelah
Filtrat darah + Cu
alkalis = lar. biru
Dipanaskan = lart. biru
Didinginkan = lart. Biru
+ arsenomolibdat =
larutan biru kehijauan,
terdapat gelembung gas
yang langsung hilang.
A = 0,1101
Glukosa darah akan
mereduksi ion Cu2+
dalam suasana basa,
yang hasil
reduksinya akan
bereaksi oksidasi
dengan arseno
molibdat
menghasilkan warna
biru. Warna biru
inilah yang nantinya
diukur
absorbansinya untuk
menetukan kadar
glukosa darah
Y = 0,51405x +
0,01935
A = 0,1101
Dengan Y = A sampel
0,51405x + 0,01935 =
0,1101
X = 0,1765 mg/ml
1ml Filtrat Darah Bebas Protein
Hasil
- Dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu
alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih
selama 30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi
arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm
3. Pembuatan Kurva Standart
Sebelum
Lar. glukosa tdk
berwarna
Cu alkalis biru jernih.
Reagen arsenomolibdat
hijau jernih.
Setelah
Glukosa standart
0,1. 0,2, 0,3. 0,4. 0,5
mg/ml + Cu alkalis =
biru, tiap konsentrasi
birunya sama tidak
berbeda.
Setelah dipanaskan =
Standar 0,1=biru,
endapan jingga
Standar 0,2 =biru,
endapan jingga (+)
Standar 0,3= biru,
endapan jingga (++)
Standar 0,4= biru,
endapan jingga (+++)
Semakin besar
konsentrasi larutan
glukosa standart
maka semakin besar
nilai absorbansinya
Sehingga didapatkan
suatu kurva standart
yang diperoleh dari
persamaan garis :
Y = 0,51405x +
0,01935
R2 = 0,74883
0,1 mg /ml
glukosa
0,2 mg /ml
glukosa
0,3 mg /ml
glukosa
0,4 mg /ml
glukosa
0,5 mg /ml
glukosa
- Diambil 1 ml
- Dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu
alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih
selama 30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi
arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm
Hasil
Standar 0,5= biru,
endapan jingga (++++)
Setelah +
arsenomolibdat =
terbentuk 3 lapisan biru,
tidak berwarna dan
endapan jingga
kemerahan setelah
dikocok
Standar 0,1=biru jernih
Standar 0,2 =biru.
Standar 0,3= biru (+)
Standar 0,4= biru (++)
Standar 0,5= biru (+++)
Dan terdapat
gelembung gas yang
langsung hilang
A glukosa standart
0,1 = 0,049
0,2 = 0,191
0,3 = 0,115
0,4 = 0,222
0,5 = 0,291
4 Larutan Blanko
Sebelum
Aquades tidak berwarna
Cu alkalis biru jernih.
Reagen arsenomolibdat
hijau jernih.
Setelah
Aquades + Cu alkalis
larutan biru
Setelah dipanaskan =
larutan biru
Setelah +
arsenomolibdat =
larutan biru
1 ml Akuades
Hasil
- Dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambah 1 ml pereaksi Cu
alkalis.
- Dimasukkan dalam air mendidih
selama 30 menit.
- Dimasukkan dalam air dingin.
- Ditambah 1 ml peraksi
arsenomolibdat.
- Diaduk sampai merata.
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN:
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk memperoleh sampel filtrat darah yang
bebas protein. Yang pertama dilakukan adalah 0,1 mL (2 tetes) darah yang
oxalated dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, kemudian ditambahkan aquades
1,9 ml. Penambahan aquades bertujuan untuk mengencerkan darah yang
digunakan sehingga albumin dalam darah akan terlarut oleh aquades. Albumin
adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan
biasanya terdapat dalam serum darah. Kemudian ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2
0,3 N (larutan tidak berwarna), larutan hijau kecokelatan keruh. Fungsi
penambahan BaOH2 ini adalah sebagai pemberi suasana basa dan juga
mengendapkan ion ion besi dalam darah. Salah satu ion besi yang diendapkan
adalah ion besi pada hemoglobin. Ion besi ini diubah menjadi molekul Fe(OH)2
berupa endapan merah. Selain itu penambahan Ba(OH)2 berperan untuk
mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Lalu ditambahkan 1,5 mL ZnSO4
5% (larutan tak berwarna), larutan menjadi hijau keruh lalu larutan didiamkan
selama 5 menit. Dimana tujuan didiamkan ini agar terjadi endapan albumin secara
sempurna. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Penambahan ZnSO4 ini
juga berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara
sempurna. Karena berat jenis protein yang lebih besar dari berat jenis glukosa
yang akan dianalisi maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi.
Sentrifugasi bertujuan agar terjadi endapan albumin secara sempurna, sehingga
ketika endapan tersebut dipisahkan dengan cara dekantasi akan memisah dengan
sempurna.
Disentrifuge selama 30 menit agar terjadi endapan albumin secara
sempurna, dan dihasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan hijau.
Dimana bagian yang tak berwarna merupakan filtrat darah bebas protein
sedangkan bagian yang mengendap merupakan albumin darah. Kemudian
dilakukan dekantasi pada larutan tersebut sehingga diperoleh filtrat darah bebas
protein tak berwarna. Pengendapan ditujukan untuk memisahkan protein dari
glukosa karena akan menggangu pengukuran. Lalu diuji dengan penambahan 1
tetes biuret (biru jernih), ternyata larutan tersebut tetap tak berwarna, hal ini
menandakan filtrat tersebut telah benar-benar bebas dari protein.
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa darah pada
sampel filtrate bebas protein dari percobaan pertama diatas. Pada penentuan kadar
glukosa darah yang dilakukan adalah diambil 1 mL filtrat darah bebas protein
hasil sentrifuge dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan
1 mL larutan Cu alkalis (biru jernih) dan larutan menjadi berwarna biru.
Kemudian larutan dimasukkan ke dalam waterbath selama 20 menit, dimana
pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh Cu alkalis, lalu larutan
didinginkan yang mana berfungsi untuk menyetabilkan larutan sebelum
direaksikan dengan reagen arsenomolibdat sehingga menghasilkan warna biru.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang berwarna hijau
jernih menghasilkan warna larutan biru kehijauan. Fungsi dari penambahan Cu
alkalis dan arsenomolibdat yaitu dimana glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+
menjadi Cu+ dalam suasana basa. Pada suasana basa, bentuk enediol pada glukosa
menjadi dominan dan mereduksi ion kupri (Cu2+
). Cu+ akan membentuk endapan
jingga merah Cu2O. Cu+
akan bereaksi oksidasi dengan arseno molibdat
menghasilkan warna biru.
Glukosa glukosa dalam
suasana basa
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+
) + 4H+ 2 Cu
2+ + arsenomolibdat (Mo
5+) biru + H2O
Warna biru inilah yang nantinya diukur absorbansinya untuk menetukan kadar
glukosa darah karena berdasarkan hukum Lambert-Beer A = k x c x l serapan
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.
Selanjutnya larutan diukur absorbansinya menggunakan spektofotometer
UV-Vis. Spektofotometer UV-Vis adalah sebuah instrumen untuk mengukur
absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh
suatu atom/molekul. Dalam praktikum ini pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang pada panjang gelombang 660 nm, karena warna biru memiliki rentang
panjang gelombang pada 610-750 nm. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
absorbansi glukosa yang diperoleh dari filtrat adalah 0.1101.
3. Pembuatan Kurva Standart
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standard yang akan
diperoleh kurva yang memiliki persamaan regresi untuk digunakan sebagai
penentuan kadar glukosa darah darah pada percobaan kedua diatas. Untuk
membuat kurva standar tahap pertama yang harus dilakukan yaitu membuat
larutan standart. Larutan standart dibuat dengan cara mengencerkan larutan
glukosa yang berkonsentrasi 1 mg/ml menjadi 0,1 mg/ml; 0,2 mg/ml; 0,3 mg/ml;
0,4 mg/ml; 0,5 mg/ml dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2
Tahap selanjutnya, masing-masing larutan standart yang telah dibuat dipipet
1 mL dan diletakkan pada lima tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
ditambahkan 1 mL Cu alkalis pada masing-masing tabung dan dihasilkan larutan
yang berwarna biru jernih. Penambahan Cu Alkalis mengakibatkan ion Cu2+
akan
direduksi oleh glukosa menjadi Cu+
dalam suasana basa. Setelah ditambahkan Cu
Alkalis, tabung reaksi dipanaskan dalam waterbaht selama 20 menit dihasilkan
larutan berwarna biru jernih dengan endapan jingga kemerahan. Endapan tersebut
merupakan Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O. Pemanasan ini bertujuan untuk
menambah laju reaksi oleh Cu alkalis, lalu didinginkan yang mana berfungsi
untuk menyetabilkan larutan sebelum direaksikan dengan reagen arsenomolibdat.
Kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat sehingga larutan berwarna
biru jernih dan terdapat 3 lapisan yakni biru, tidak berwarna, dan endapan jingga
kemerahan. Setelah dikocok larutan berwarna biru. Penambahkan pereaksi
arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O melarut lagi.
Glukosa glukosa dalam
suasana basa
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+
) + 4H+ 2 Cu
2+ + arsenomolibdat (Mo
5+) biru + H2O
Warna biru semakin pekat seiring dengan bertambahnya konsentrasi
glukosa. Lalu larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm,
pengukuran panjang gelombang dilakukan pada panjang gelombang tersebut
karena warna biru memiliki rentang panjang gelombang pada 610-750 nm.
Adapun bsorbansi yang didapat adalah sebagai berikut:
Konsentrasi mg/ml Absorbansi warna
0,1 0,049 Biru
0,2 0,191 Biru (+)
0,3 0,115 Biru (++)
0,4 0,222 Biru (+++)
0,5 0,291 Biru (++++)
Berdasarkan absorbansi yang didapat pada masing-masing larutan standart,
dapat diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut:
Dari kurva standar diatas telah diperoleh persamaan regresi dari kurva
tersebut yaitu:
y = 0,515x + 0,019
R² = 0,749
Berdasarkan persamaan garis tersebut dapat dihitung kadar glukosa dalam darah.
Dimana y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101 dan x adalah kadar
glukosa sehingga didapatkan kadar glukosa dalam darah sebesar 0,1765 mg/ml.
4. Larutan Blanko
Pembuatan larutan blanko adalah untuk mengetahui titik nol dari suatu
larutan standar. Sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap sampel
yang akan duji. Larutan blanko berpusat pada aquades yang menggantikan
sampel. Larutan blanko dibuat dengan cara 1 ml aquades ditambahkan 1 mL Cu
alkalis dan dihasilkan larutan yang berwarna biru jernih. Lalu tabung reaksi
dipanaskan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk
menambah laju reaksi oleh Cu alkalis lalu didinginkan. Penambahan Cu Alkalis
pada larutan blanko tidak menimbulkan endapan setelah dipanaskan. Hal ini
karena dalam aquades tidak terdapat glukosa sehingga tidak ada reduksi ion Cu2+
menjadi Cu+ dan tidak terbentuk endapan Cu2O jingga kemerahan. Kemudian
ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat menghasilkan larutan yang jernih
kebiruan. Selanjutnya larutan diukur absorbansinya dengan spektronik 20 pada
panjang gelombaang 660 nm.
y = 0,515x + 0,0191 R² = 0,7495
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0 0,2 0,4 0,6
Ko
nse
ntr
asi
Absorbansi
Absorbansi
Linear (Absorbansi )
IX. KESIMPULAN:
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang
ditandai oleh pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang tidak
berwarna.
2. Dengan pembuatan kurva larutan standar menghasilkan persamaan regresi :
y = 0,515x + 0,019
R² = 0,749
3. Kadar sampel filtrat darah bebas protein dihasilkan sebesar 0,1765 mg/ml
dengan nilai absorbasi sampel tersebut adalah 0,1101.
X. DAFTAR PUSTAKA:
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor: IPB
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Tim. 2012. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA I. Surabaya : Unesa Press
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 ml darah!
Dari persamaan regresi yang didapatkan :
y = 0,515x + 0,019
dengan y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101sehingga,
y = 0,515x + 0,019
0,1101 = 0,515x + 0,019
0,1101- 0,019 = 0,515x
0,0911 = 0,515x
X = 0,1765
2. Apa proses pendidihan pada percobaan diatas!
Proses pendidihan berfungsi untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu-
Alkalis.
3. Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Hormon insulin berperan penting dalam terjadinya proses
perpindahan glukosa dari darah ke dalam sel tubuh . Di dalam sel tubuh
glukosa kemudian dimetabolismekan sehingga menghasilkan kalori
(energi). Menurunnya efektifitas hormon insulin mengakibatkan menurun
pula kadar glukosa yang masuk ke dalam sel. Akibatnya sel tubuh
kekurangan glukosa dan berusaha mendapatkan kalori dari pemecahan
lemak. Pemecahan lemak akan menghasilkan benda keton yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketoasidosis.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Pengenceran pada konsentrasi 0,1 mg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,1 x 10
V1 = 1 ml
2. Pengenceran pada konsentrasi 0,2 mg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,2 x 10
V1 = 2 ml
3. Pengenceran pada konsentrasi 0,3 mg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,3 x 10
V1 = 3 ml
4. Pengenceran pada konsentrasi 0,4 mg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,4 x 10
V1 = 4 ml
5. Pengenceran pada konsentrasi 0,5 mg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,5 x 10
V1 = 5 ml
Perhitungan kadar glukosa dalam darah :
Dari persamaan regresi yang didapatkan :
y = 0,515x + 0,019
dengan y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101 dan x adalah kadar glukosa
sehingga,
y = 0,515x + 0,019
0,1101 = 0,515x + 0,019
0,1101- 0,019 = 0,515x
0,0911 = 0,515x
x = 0,1765
FOTO
Darah bebas protein
Darah + aquades Darah + Ba(OH)2 Darah + ZnSO4
Setelah didiamkan 5 menit Setelah disentrifuge
Percobaan 2. +
arsenomolibdat Percobaan 2 + Cu alkalis
Percobaan 3. larutan standar glukosa +
Cu alkalis
larutan blanko dan standar setelah
dipanaskan
larutan blanko dan standar glukosa +
arsenomolibdat dan dikocok
larutan blanko dan standar setelah
didinginkan dan ditambah arsenomolibdat
Larutan blanko + Cu
alkalis