laporan ekstraksi cair-cair kelompok 1

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia). Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif menjadikan Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar walaupun belum terdayagunakan sepenuhnya (Reina, 2004). Komponen-komponen kimia yang terkandung didalam senyawa seperti yang terdapat di dalam tumbuh- tumbuhan dan hewan biota laut sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia. Dimana seiring dengan berkembangnya zaman, banyak para peneliti farmasi yang mengkaji berbagai tumbuhan dan hewan biota laut yang digunakan sebagai bahan obat dalam hal ini ditinjau berdasarkan jenis zat aktif yang terkandung didalamnya. Zat aktif tersebut kemudian akan diisolasi dan dijadikan sebagai komponen utama dalam sediaan famasi dengan berbagai bentuk sediaan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi, dimana ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif

Upload: nugrahangraini

Post on 29-Dec-2015

319 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

partisi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut

sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia). Kondisi alam dan

iklim yang tidak fluktuatif menjadikan Indonesia mempunyai potensi

sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar

walaupun belum terdayagunakan sepenuhnya (Reina, 2004).

Komponen-komponen kimia yang terkandung didalam senyawa seperti

yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan dan hewan biota laut sangat

dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia. Dimana seiring dengan

berkembangnya zaman, banyak para peneliti farmasi yang mengkaji

berbagai tumbuhan dan hewan biota laut yang digunakan sebagai bahan

obat dalam hal ini ditinjau berdasarkan jenis zat aktif yang terkandung

didalamnya. Zat aktif tersebut kemudian akan diisolasi dan dijadikan

sebagai komponen utama dalam sediaan famasi dengan berbagai bentuk

sediaan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi,

dimana ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat

aktif dari tumbuhan atau biota laut dengan menggunakan pelarut dan

metode yang sesuai (Harbone, 1987).

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi

menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi

cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya

menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi

distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel

dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD

(koefisien distribusi). Sedangkan ekstraksi padat-cair terdiri atas ekstraksi

panas dan dingin.

Teripang pasir (Holothuria scabra), bintang laut (Linckia laevigata),

dan bulu babi (Diadema setosum) adalah hewan biota laut yang telah

Page 2: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

diekstraksi padat cair sehingga mendapatkan ekstrak. Dimana ektrak ini

berperan penting dalam menentukan senyawa yang terkandung didalam

tumbuhan tersebut. Dan dengan adanya ekstraksi cair-cair maka identifikasi

yang akan dilakukan enjadi lebih mudah. Berdasarkan dari latar belakang di

atas, maka dilakukanlah percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-

cair.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan mengidentifikasi senyawa yang terdapat pada sampel

biota laut

1.2.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui identifikasi senyawa alkaloid, steroid dan saponin

yang terdapat pada Teripang (Halothuria scabra), Bintang Laut (Linchia

laevigata) dan Bulu Babi (Diadema Setosum)

Page 3: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi dapat didefisinikan sebagai suatu proses penarikan keluar atau

proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan

menggunakan pelarut. Komponen yang dipisahkan dalam ekstraksi dapat

berupa padatan dari suatu sistem campuran padat-cair, berupa cairan dari suatu

sistem campuran cairan-cairan, atau padatan dari suatu sistem padatan-

padatan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya

menggunakan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap

komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstrasi yaitu

pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin

diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang

diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah

ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas

sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karna

dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya

poses ekstraksi (Khamidinal, 1989).

Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang

akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan

ekstrak dalam pelarut. Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan

dalam jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang

sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin

rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga

untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal (Khamidinal,

1989).

Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang

harus ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin

rendah tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika

Page 4: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

kapiler-kapiler bahan padat semakin halus dan jika ekstrak semakin

terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-bahan alami) (Anonim, 2011).

Ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu (Anonim, 2011):

1) Ekstraksi padat-cair

Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat

larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada

ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka

pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan

ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di

bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadi

kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar

bahan padat. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk

kerja ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi

padat-cair, yaitu:

a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara

fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki

permukaan yang seluas mungkin.

b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan

laju alir bahan ekstraksi.

c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan

ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja

ekstraksi.

2) Ekstraksi cair-cair

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari

suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair

terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi

tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau

karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti

ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua

tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut

dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.

Page 5: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

2.2 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): yaitu pemisahan

solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran

diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling

campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan

fase solven (ekstrak) (Anonim, 2011).

Gambar 1. Rangkaian Alat Ekstraksi Cair-Cair

Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.

Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki sifat

antara lain:

a. Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit

atau tidak melarutkan diluen,

b. Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,

c. Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali,

d. Tersedia dan tidak mahal.

Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur

berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya

dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan

setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang

konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pernisahan

Page 6: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi dengan

perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar pada

seluruh ketinggiannya) (Harbone, 1987).

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu

campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara

teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika,

bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam.

logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan

ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila

pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan

(misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap

panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi padat-cair,

ekstraksi caircair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran

secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair

itu sesempurna mungkin (Harbone, 1987).

Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan

cara distilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan

aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis.

Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya

dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut,

dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat

pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut

yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media

ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak

saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi

perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar

haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara

kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-

tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk) (Anonim 2011).

Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan

menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali

Page 7: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang

penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas

tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin

segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah

terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa

homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat

dipisahkan dari cairan yang lain (Anonim 2011).

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

popular. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur.

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.

Berbeda dengan proses retrifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan

segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula

hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi

biasanya melibatkan tahap-tahap berikut:

1. Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling

kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada

bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi

ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.

2. Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara

penjernihan atau filtrasi.

3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali

pelarut. Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut.

Larutan ekstrak langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah

dipekatkan.

Page 8: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

2.3 Fitokimia dan Golongan Senyawa Metabolit Sekunder

A. Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-

komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Uji fitokimia ini

dilakukan agar diketahui komponen bioaktif apa yang terdapat didalam

sampel uji sehingga sampel uji nantinya diharapkan dapat digunakan

sebagaimana fungsi dan peranannya. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid,

uji steroid, uji saponin, (Dwi, 2010).

Fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab

efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak

tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur

fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang

ilmu tumbuhan dan hewan biota laut. Meskipun cara ini penting  dalam

semua telaah kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian

biologis (Harbone, 1987).

B. Golongan Senyawa Metabolit Sekunder

Metabolit atau metabolisme adalah keseluruhan proses sintesis

senyawa-senyawa oleh organ dalam jaringan atau sel individu dalam

kelangsungan hidupnya. (Dwi, 2010), menyatakan bahwa proses ini

berlangsung selama individu atau organisme masih hidup bahkan pada

jaringan organisme yang telah mati dan pada umumnya metabolisme

primer dan metabolisme sekunder.

Menurut (Harborne,1987) senyawa metabolit sekunder yang umum

terdapat pada tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin,

terpenoid dan tannin.

1. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat

basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N

(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar

heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan

efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada beberapa

Page 9: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N

(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis (Nadjeb,

2010).

Alkaloid di bagi menjadi beberapa kelompok menurut atom

Nitrogennya. Yaitu Alkaloid sebenarnya, protoalkaloid dan

pseudoalkaloid. Berdasarkan intinya penyusunnya (basa organiknya)

diklasifikasikan menjadi 12 kelompok yaitu; Benzena, Piridina,

Piperidina, Kuinolina, Isokuinolina, Fenantren, Pirolidina Siklo

pentano perhidro fenantren, Imidazol, Indol, Purin dan Tropan.

Bervariasinya skema untuk klasifikasi alkaloid didasarkan pada

konstitusinya, telah disarankan dalam hal ini tata nama untuk alkaloid.

Karena luasnya variasi kelompok alkaloid, akan tetapi tidak satu pun

yang sangat memuaskan (Nadjeb, 2010).

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat

sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat

tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid

dihubungkan dengan famili atau genera tanaman tertentu.

Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60

order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua

famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun

demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada

disekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili tanaman yang

mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae, solanaceae dan

Rubiaceae (Nadjeb, 2010).

2. Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam

tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga

ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih

yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak

larut dalam eter (Hartono, 2009).

Page 10: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati.

Sumber utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin

dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar

kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan

yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-

200 mg (Arnelia, 2011).

3. Steroid

Semua kerangka steroid mempunyai kerangka steran, yaitu

siklopentano-fenantrena yang terhidrogenasi penuh. Biasanya cincin

rangka ini diberi nama A, B, C dan D. Penomoran atom karbonnya

mempunyai konformasi kursi pada steroid yang berada di alam.

Cincin B, C dan D selalu trans terhadap lainnya, sedangkan cincin A

dan B dapat trans atau cis (Soewolo, 1996). Penomoran atom

karbonnya mempunyai konformasi kursi pada steroid yang berada di

alam. Cincin B, C dan D selalu trans terhadap lainnya, sedangkan

cincin A dan B dapat trans atau cis (Soewolo, 1996).

2. 4 Uraian Bahan

2.4.1 Uraian Sampel

1. Teripang

Klasifikasi Teripang

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Class : Holothuroidea

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria scabra

2. Bintang laut

Klasifikas bintang laut

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Asteroidea

Ordo : Valvatida

Page 11: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Famili : Ophidiasteridae

Genus : Linckia

Spesies : Linckia laevigata

3. Bulu Babi

Klasifikasi Bulu babi

Kingdom : Animalia

filum : Echinodermata

Kelas : Echinoidae

Ordo : Camiodonia

Famili : Echinoiceae

Genus : Deadema

Spesies : Deadema Setosum

2.4.2 Uraian Pelarut

1. Kloroform (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Chloroform

Nama lain : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap,

bau khas, rasa manis dan membakar

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,

mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam

eter P, dalam sebagian besar pelarut

organik, dalam minyak atsiri dan dalam

minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Asam Sulfat (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Acidum Sulfuricum

Nama Lain : Asam Sulfat

RM / BM : H2SO4 / 98,07

Page 12: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif ; tidak

berwarna ; jika ditambahkan kedalam air

menimbulkan panas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. Asam asetat glacial (FI edisi III, hal 42)

Nama resmi : Acidum Aceticum Glaciale

Nama lain : Asam asetat glacial

Rumus molekul : C2H4O2

Berat molekul : 60,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,

tajam, jika diencerkan dengan air, rasa

asam

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol

(95%) P dan dengan gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

4. Aqua destilata (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Destilata

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna , tidak

mempunyai rasa.

Page 13: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena secara

umumnya air merupakan pelarut dan

pembanding suatu larutan.

Stabilitas : Stabil di udara.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

5. N-heksana (Ditjen POM edisi III 1979 : 283)

Nama resmi : Hexaminum

Nama lain : Heksamina

RM/BM : C6H12N4 / 140,19

Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

membakar an manis kemudian agak pahit.

Jika di panaskan dalam suhu ± 260⁰

menyublim.

Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml

etanol (95 %) P dan dalam lebih kurang 10

bagian kloroform P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : antiseptikum

6. Alkohol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alkohol

Rumus molekul : C2 H5OH

Berat molekul : 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap danmudah bergerak, bau khas,

Page 14: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

rasa panas. Mudah terbakardengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform dan dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai zat pelarut dan tambahan, juga

dapat membunuh kuman serta dapat

mematikan dan menghambat pertumbuhan

jamur

Page 15: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

BAB IIIMETODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat

1. Batang Pengaduk

2. Botol Vial

3. Corong Pisah

4. Gelas bening

5. Gelas Kimia

6. Gelas Ukur

7. Lemari asam

8. Mangkuk bening

9. Pipet tetes

10. Rak tabung

11. Sendok tanduk

12. Statif dan kleim

13. Tabung reaksi

14. Vorteks

15. Waterbath

3.1.2 Bahan1. Asam sulfat

2. Asam asetat glacial

3. Aluminium Foil

4. Alkohol 70%

5. Aqua destillata

6. Ekstrak kental bintang laut (Linckia laevigata), bulu babi (Diadema

setosum) dan Teripang pasir (Holothuria scabra)

7. kloroform

8. N-heksana

9. Pereaksi Dragendorff

10. Pereaksi Mayer

11. Tissue

Page 16: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

3.2 Cara Kerja

a. Partisi Cair-Cair

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang maserat etanol sebanyak 100 ml

3. Dimasukkan kedalam corong pisah

4. Ditambahakan n-heksan sebanyak 100 ml

5. Dikocok dengan kecapatan yang konstan selama beberapa menit

6. Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan yang jelas

7. Lapisan n-heksan yang berada dibawah dikeluarkan dan

ditapung dalam gelas

8. Lapisan etanol dikeluarkan dan ditampung dalam gelas

9. Diukur masing-masing larutan tersebut

10. Lapisan n-heksan dimasukkan kembali kedalam corong pisah

11. Ditambahkan akuades sejumlah larutan n-heksan yang telah

dimasukkan kedalam corong pisah

12. Dikocok selama beberapa menit dengan kecepatan yang

konstan

13. Didiamkan selama beberapa menit sehingga terbentuk 2 lapisan

yang jelas

14. Lapisan n-heksan yang berada dibawah dikeluarkan dan

ditampung kedalam gelas

15. Lapisan aquades dikeluarkan dan ditampung di gelas

16. Diukur masing-masing larutan tersebut

17. Dimasukkan kembali aquades kedalam corong pisah

18. Ditambahkan kloroform dengan jumlah yang sama dengan

aquades yang telah dimasukkan kedalam corong pisah

19. Dikocok hingga kecepatan konstan selama beberapa menit

20. Didiamkan selama beberapa menit

21. Ditampung kedalam cawan porselin

Page 17: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

b. Preparasi sampel

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Dibersihkan alat yang digunakan dengan alkohol 70%

3. Diukur etanol sebanyak 50 mL

4. Dilarutkan sampel 0,5 gram kedalam etanol 50 mL

5. Disaring larutan dengan ketas saring

6. Dimasukan larutan kedalam 3 tabung reaksi masing-masing

sebanyak 5 mL (steroid, alkaloid, saponin)

c. Uji fitokimia alkaloid

1. Diletakan larutan alkaloid dalam lemari asam (ruang peraksi)

2. Ditambahkan asam sulfat sebanyak 2 mL

3. Dibagi menjadi dua larutan alkaloid dan dimasukan kedalam

tabung reaksi laiinya

4. Ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer pada tabung reaksi 1

5. Ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorff pada tabung reaksi 2

6. Diamati terbentuknya endapan yang berwarna

d. Uji fitokimia saponin

1. Diletakkan larutan saponin dalam lemari asam (ruang peraksi)

2. Ditambahkan aquadest panas sebanyak 10 mL

3. Dikocok larutan selama 30 detik

4. Diamati busa yang terbentuk

e. Uji fitokimia steroid

1. Diletakan larutan steroid dalam lemari asam (ruang pereaksi)

2. Ditambahkan 10 tetes asam asetat glacial

3. Ditambahkan 3 tetes asam sulfat pekat

4. Diamati perubahan warna yang terjadi

f. Uji fitokimia Hasil Partisi cair-cair

1. Fraksi 1 (Etanol) :

Diambil fraksi 1 etanol

Dimasukkan fraksi kedalam 3 tabung reaksi (untuk alkaloid,

steroid dan saponin) masing-masing 5 mL

Page 18: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Diletakan masing-masing larutan (alkaloid, steroid dan

saponin) kedalam lemari asam

Dilakukan uji fitokimia untuk masing-masing larutan

(alkaloid, steroid dan saponin) berdasarkan prosedur kerja

diatas

Diamati perubahan warna, terbentuknya endapan dan busa

2. Fraksi 2 (n-heksan) :

Diambil fraksi 1 etanol

Dimasukkan fraksi kedalam 3 tabung reaksi (untuk alkaloid,

steroid dan saponin) masing-masing 5 mL

Diletakan masing-masing larutan (alkaloid, steroid dan

saponin) kedalam lemari asam

Dilakukan uji fitokimia untuk masing-masing larutan

(alkaloid, steroid dan saponin) berdasarkan prosedur kerja

diatas

Diamati perubahan warna, terbentuknya endapan dan busa

Page 19: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Partisi Cair-Cair

Sampel Perlakuan Hasil

Pengamatan

Keterangan

Maserat teripang Sampel + Pelarut

etanol + Pelarut

n-heksan +

Dipartisi

Lapisan atas :

etanol

Lapisan bawah :

n-heksan

Fraksi 1 :

lapisan atas

(etanol)

Fraksi n-heksan Fraksi n-heksan +

air

Lapisan atas : air

Lapisan bawah :

n-heksan

Fraksi 2 :

lapisan bawah

(n-heksan)

Fraksi air Fraksi air +

kloroform

Tidak terjadi

pemisahan

Tidak diperoleh

fraksi

4.1.2 Identifikasi Senyawa

Identifikasi Alkaloid

No Sampel Perlakuan Hasil

Pengamatan

Keterangan

1 Ekstrak

kental

Bintang

Laut

(Culcita sp)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Dragendorff

Terbentuk

Sedikit Endapan

(+)

Mengandung

Alkaloid

(+)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Mayer

Terbentuk

Sedikit Endapan

(+)

2 Ekstrak

Kental Bulu

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Tidak Terbentuk

Endapan (-)

Tidak

Mengandung

Page 20: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Babi

(Echinoidea

sp)

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Dragendorff

Alkaloid (-)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Mayer

Tidak Terbentuk

Endapan (-)

3 Fraksi 1

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Dragendorff

Terbentuk

Endapan (+)

Mengandung

Alkaloid (-)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Meyer

Tidak Terbentuk

Endapan (-)

4 Fraksi 2

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Dragendorff

Tidak Terbentuk

Endapan (-)

Tidak

Mengandung

Alkaloid (-)

Sampel + Dilarutkan

dalam etanol + 5 ml

Kloroform + 2 ml

H2SO4 + Pereaksi

Mayer

Tidak Terbentuk

Endapan (-)

Page 21: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Identifikasi Steroid

No Sampel Perlakuan Hasil

Pengamatan

Keterangan

1 Ekstrak

kental

Bintang

Laut

(Culcita sp)

Sampel + 10 tetes

asam asetat glacial +

3 tetes asam sulfat

pekat

Tidak terjadi

perubahan warna

Tidak

Mengandung

Steroid

(-)

2 Ekstrak

Kental Bulu

Babi

(Echinoidea

sp)

Sampel + 10 tetes

asam asetat glacial +

3 tetes asam sulfat

pekat

Tidak terjadi

perubahan warna

Tidak

Mengandung

Steroid

(-)

3 Fraksi 1

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + 10 tetes

asam asetat glacial +

3 tetes asam sulfat

pekat

Terjadi

perbubahan

warna menjadi

warna merah

Mengandung

Steroid

(+)

4 Fraksi 2

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + 10 tetes

asam asetat glacial +

3 tetes asam sulfat

pekat

Terjadi

perbubahan

warna menjadi

warna merah

Mengandung

Steroid

(+)

Page 22: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Identifikasi Saponin

No Sampel Perlakuan Hasil

Pengamatan

Keterangan

1 Ekstrak

kental

Bintang

Laut

(Culcita sp)

Sampel + aquadest

panas sebanyak 10

mL + Dikocok

selama 30 detik

Tidak terbentuk

busa

Tidak

Mengandung

Saponin

(-)

2 Ekstrak

Kental Bulu

Babi

(Echinoidea

sp)

Sampel + aquadest

panas sebanyak 10

mL + Dikocok

selama 30 detik

Tidak terbentuk

busa

Tidak

Mengandung

Saponin

(-)

3 Fraksi 1

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + aquadest

panas sebanyak 10

mL + Dikocok

selama 30 detik

Terbentuk busa Mengandung

Saponin

(+)

4 Fraksi 2

Ekstrak

Kental

Teripang

(Holothuria

scabra)

Sampel + aquadest

panas sebanyak 10

mL

Dikocok selama 30

detik

Tidak terbentuk

busa

Tidak

Mengandung

Saponin

(-)

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum ini, kami akan melakukan pemisahan senyawa dari

ekstrak kental dengan menggunakan partisi cair-cair serta identifikasi

senyawa metabolit sekunder.

Page 23: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Partisi cair-cair menurut (Anonim, 2011) adalah Ekstraksi cair-cair

(liquid extraction, solvent extraction): yaitu pemisahan solute dari cairan

pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven

tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika

dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven

(ekstrak)

Menurut Harborne (1987) senyawa metabolit sekunder yang umum

terdapat pada tanaman/hewan adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin,

terpenoid. Dan pada praktikum kali ini kami hanya mengidentifikasi

senyawa alkaloid,steroid dan saponin pada ekstrak Teripang (Halothuria

scabra), Bintang Laut (Linchia laevigata) dan Bulu Babi (Diadema

Setosum).

1. Partisi cair-cair

Terdiri atas empat langkah, dalam memisahkan senyawa dengan cara

partisi cair-cair. Dimana sebelum memulai langkah awal, disiapkan alat

dan bahan. Untuk alat dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%,

agar terhindari dari bakteri atau zat pengotor lain yang akan

mempengaruhi hasil akhir pada ektraksi. Sedangkan, untuk bahan

disediakan pelarut yang akan dipakai, antara lain Etanol 96%, N-Heksan,

Kloroform, dan Etil asetat.

Langkah pertama yaitu ekstrak kental teripang dilarutkan kedalam 50

mL perlarut etanol 96% dan diaduk hingga larut, kemudian disaring dan

ditambahkan etanol 96% hingga 100 mL, dan dimasukan kedalam corong

pisah.

Selanjutnya diukur N-heksan 100 mL dan dimasukan kedalam corong

pisah. Setelah itu dikocok dengan gaya yang konstan. Fungsi pengocokan

disini ialah membantu proses pemisahan sedangkan tujuan dibukanya

penutup bagian bawah untuk mengeluarkan udara di dalam corong pisah

sehingga mencegah pecahnya corong pisah.

Kemudian didiamkan kurang lebih beberapa menit hingga terbentuk

dua lapisan, dimana lapisan bagian atas adalah etanol sedangkan lapisan

Page 24: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

bagian bawah adalah n-heksan. Hal ini dikarenakan perbedaan berat

molekul dari kedua pelarut. Dimana berat molekul dari etanol lebih kecil

dibandingkan berat molekul dari heksan, maka dari itu etanol berada

dilapisan atas sedangkan N-heksan pada lapisan bawah.

Langkah kedua, dipisahkan kedua lapisan tersebut dengan cara

mengeluarkan lapisan n-heksan melewati keran pada bagian bawah corong

pisah dan ditampung n-heksan dalam gelas setelah itu diukur volume dari

n-heksan (volume N-heksan setelah diukur sebanyak 120 mL).

Sedangkan, lapisan etanol juga dikeluarkan dengan cara yang sama,

dan diberi label sebagai fraksi 1.

Langkah ketiga, yaitu dimasukkan kembali 120 mL n-heksan ke

dalam corong pisah dan diukur volume air sebanyak volume n-heksan,

selanjutnya ditambahkan ke dalam corong pisah.

Setelah itu, dikocok sambil dibuka penutup bagian bawah. Kemudian

didiamkan selama beberapa menit dan akan terbentuk dua lapisan, dimana

lapisan bagian atas adalah air sedangkan lapisan bagian bawah adalah n-

heksan. Dimana berat molekul dari air lebih kecil dibandingkan berat

molekul dari n-heksan sehingga air berada di lapisan atas dan n-heksan di

lapisan bawah.

Selanjutnya dipisahkan dua lapisan tersebut dengan cara dikeluarkan

lapisan n-heksan melewati keran pada bagian bawah corong pisah dan

ditampung n-heksan dalam gelas serta diberi label sebagai fraksi 2.

Kemudian lapisan air juga dikeluarkan dengan cara yang sama setelah

itu diukur volume dari air. (volume air setelah diukur sebanyak 1 mL).

Selanjutnya, dimasukkan kembali 1 mL air ke dalam corong pisah dan

diukur volume kloroform sebanyak volume air, lalu ditambahkan ke dalam

corong pisah. Setelah itu dikocok sambil dibuka penutup bagian bawah.

Kemudian didiamkan selama beberapa menit. Hasil yang diperoleh

menunjukkan tidak terbentuk lapisan hal ini dikarenakan kloroform dan air

saling bercampur. Dan langkah terakhir partisi tersebut lalu diuapkan.

Page 25: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

2. Identifikasi senyawa

Pada praktikum ini, disamping partisi cair-cair kami juga melakukan

percobaan tentang identifikasi senyawa atau yang disebut juga dengan

skrining fitokimia.

Skrining fitokimia (Fitokimia Screen) merupakan cara yang

sederhana untuk melakukan analisis kualitatif kandungan senyawa yang

terdapat dalam simplisia tumbuhan maupun hewan.

Skrining yang dilakukan pada praktimum kali ini terbatas pada

identifikasi senyawa alkaloid, identifikasi senyawa steroid, dan identifikasi

senyawa sampel. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu

Ekstrak kental Bintang Laut (Culcita sp), Ekstrak Kental Bulu Babi

(Echinoidea sp), dan Ekstrak Kental Teripang (Holothuria scabra).

Terlebih dahulu, dilakukan preparasi sampel atau penyiapan dari

sampel tersebut dengan cara melarutkan masing-masing sampel tersebut

dalam pelarut etanol. Digunakan pelarut etanol karena pelarut ini

merupakan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi sampel tersebut

sebelumnya.

a. Identifikasi senyawa alkaloid

Terdapat beberapa tahap dalam mengidentifikasi alkaloid dari

Ekstrak kental Bintang Laut (Culcita sp), Ekstrak Kental Bulu Babi

(Echinoidea sp), dan Ekstrak Kental Teripang (Holothuria scabra).

Langkah awal dimasukkan 5 ml dari masing-masing sampel yang

sebelumnya telah dilarutkan dalam etanol tersebut ke dalam 3 tabung

reaksi yang berbeda.

Langkah berikutnya masing-masing tabung reaksi tersebut

ditambahkan 5 mL kloroform. Pada saat ditambahkan kloroform tidak

tampak adanya perubahan apapun pada larutan sampel. Selanjutnya

pada masing-masing tabung reaksi tersebut, ditambahkan 2 ml H2SO4.

Menurut teori, penambahan pereaksi H2SO4 akan menyebabkan

terbentuknya 2 lapisan pada larutan. Akan tetapi, berdasarkan

pengamatan tidak terlihat adanya 2 lapisan tersebut.

Page 26: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Langkah selanjutnya, masing-masing sampel tersebut dibagi

menjadi 2 tabung. Untuk tabung reaksi pertama, ditambahkan pereaksi

Mayer sebanyak 3 tetes, dan tabung reaksi kedua ditambahkan

pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes.

Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa untuk sampel ekstrak

bintang laut, pada tabung reaksi pertama yang ditambahkan pereaksi

Mayer, terlihat adanya endapan yang terbentuk namun hanya sedit.

Begitu pula, pada tabung reaksi kedua yang ditambahkan pereaksi

Dragendorff, terlihat adanya endapan yang terbentuk tetapi hanya

sedikit. Terbentuknya endapan ini menandakan bahwa pada sampel

bintang laut mengandung alkaloid. Dalam hal ini endapan terbentuk

karena adanya penambahan H2SO4 yang berfungsi untuk membentuk

garam alkaloid sehingga alkaloid dapat tertarik dari larutannya.

Alkaloid dalam bentuk garamnya inilah yang bereaksi dengan reagent

atau larutan pereaksi dan membentuk endapan.

Selanjutnya berdasarkan pengamatan uji alkaloid pada sampel

ekstrak bulu babi, pada tabung pertama yang ditambahkan pereaksi

Mayer, tidak terlihat adanya endapan yang terbentuk. Begitu pula

pada tabung reaksi yang kedua, setelah ditambahkan pereaksi

Dragendorff, tidak terlihat adanya endapan yang terbentuk. Hal

tersebut menandakan bahwa sampel tersebut tidak mengandung

alkaloid.

Langkah berikutnya dilakukan pula uji alkaloid pada hasil

fraksinasi dari ekstrak teripang, yang meliputi fraksi etanol, fraksi n-

heksan. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa pada tabung

reaksi yang berisi fraksi etanol dan ditambahkan pereaksi Mayer, tidak

terlihat adanya endapan yang terbentuk. Sedangkan pada tabung

reaksi kedua yang berisi fraksi etanol dan ditambahkan pereaksi

dragendorf, terlihat adanya endapan yang terbentuk. Sedangkan

berdasarkan hasil terlihat bahwa pada tabung reaksi yang berisi fraksi

Page 27: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

n-heksan dan ditambahkan pereaksi Mayer, tidak terlihat adanya

endapan yang terbentuk.

Langkah terakhir pada tabung reaksi kedua yang ditambahkan

pereaksi dragendorf, juga tidak terlihat adanya endapan yang

terbentuk. Perbedaan hasil pengamatan alkaloid antara fraksi etanol

dan heksan, menunjukkan bahwa pada fraksi etanol terkandung

alkaloid, sedangkan pada fraksi n-heksan tidak terkandung senyawa

alkaloid.

b. Identifikasi senyawa saponin

Identifikasi senyawa saponin juga dilakukan terhadap sampel

ekstrak bulu babi, bintang laut, fraksi etanol sampel teripang serta

fraksi n-heksan teripang. Pada masing-masing tabung reaksi yang

berisi sampel tersebut ditambahkan air panas sebanyak 10 ml, lalu

didinginkan selama beberapa saat. Setelah itu, dikocok masing-masing

ketiga sampel tersebut selama 30 detik dengan kecepatan konstan.

Apabila terbentuk buih (busa) dari permukaan cairan, maka

menunjukkan adanya saponin.

Dari hasil pengamatan, bahwa untuk sampel bintang laut, sampel

bulu babi dan fraksi n-heksan teripang tidak terlihat adanya busa yang

terbentuk. Hal ini berarti bahwa pada ketiga sampel tersebut tidak

mengandung senyawa saponin. Sedangkan pada fraksi etanol, terlihat

adanya busa yang terbentuk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

fraksi etanol terkandung senyawa saponin.

c. Identifikasi senyawa Steroid

Untuk identifikasi senyawa steroid dilakukan terhadap sampel

ekstrak bulu babi, bintang laut, fraksi etanol teripang serta fraksi n-

heksan teripang. Pada masing-masing tabung reaksi yang berisi

sampel tersebut kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat glacial

dan 3 tetes asam sulfat pekat. Selanjutnya, diamati perubahan warna

yang terjadi. Apabila terjadi perubahan warna menjadi warna merah,

Page 28: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

biru, atau hijau, maka menunjukkan bahwa sampel tersebut positif

mengandung steroid.

Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil untuk sampel

bintang laut dan sampel bulu babi tidak terjadi adanya perubahan

warna. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut tidak

mengandung steroid. Sedangkan untuk fraksi etanol teripang dan

fraksi n-heksan teripang terlihat adanya perubahan warna menjadi

warna merah, yang menandakan bahwa kedua fraksi tersebut positif

mengandung steroid.

Page 29: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

Identifikasi senyawa yang terdapat pada sampel biota laut setelah di uji

dengan menggunakan metode partisi cair-cair, maka senyawa yang di dapat

dari sampel masing-masing sampel yaitu :

1. Sampel Bulu Babi (Diadema Setosum)

- Dengan menggunakan larutan Mayer menghasilkan senyawa

alkaloid sedangkan dengan larutan Dragendroff tidak menghasilkan

senyawa alkaloid

- Tidak terdapat senyawa steroid tetapi terdapat juga senyawa saponin

2. Sampel Bintang Laut (Linchia laevigata)

- Dengan menggunakan larutan mayer dan Dragendroff menghasilkan

senyawa alkaloid

- Tidak terdapat senyawa steroid tetapi terdapat juga senyawa saponin

3. Sampel Teripang (Halothuria scabra)

- Untuk identifikasi senyawa alkaloid berdasarkan fraksi dan untuk

fraksi etanol dengan menggunakan larutan Mayer menghasilkan

senyawa alkaloid dan larutan Dragendroff tidak menghasilkan

senyawa alkaloid

- Untuk fraksi Kloroform dengan menggunakan larutan Mayer dan

Dragendroff menghasilkan senyawa alkaloid

- Tidak terdapat senyawa steroid dan saponin

5.2 Saran

Untuk mengefektifkan kegiatan praktikum di laboratorium, diharapkan :

Laboratorium dapat memperbaiki sarana dan prasana di laboratorium,

seperti alat-alat praktikum, bahan-bahan (pelarut) agar dapat

mengefektifkan kegiatan praktikum.

Page 30: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

Untuk jurusan agar dapat lebih memperhatikan bagaimana kondisi di

dalam laboratorium yang kurang efektif karena kurangnya fasilitas (alat,

bahan-bahan praktikum) yang dibutuhkan.

Page 31: Laporan Ekstraksi Cair-cair Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Ekstraksi Cair-Cair (http://www.chem-is-try-org/materi-kimia/kimia-industri/teknologi- proses/ekstraksi.cair), diakses 2 januari 2012.

Armelia. 2011. Fito-Kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker. (Online) (http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2 diakses tanggal 21 november 2013).

Ditjen POM, 1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Ditjen POM, 1995.”Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Dwi. 2010. Uji Fitokimia pada Buah Pedada (Sonneratia caseolaris). (Online) (http://dwio08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-fitokimia-pada-buah-pedada-sonneratia-caseolaris/ diakses tanggal 21 november 2013).

Harbone, J.B, 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan, Terjemahan Padmawinata, K. Penerbit ITB : Bandung.

Hartono. 2009. Saponin. (Online) (http://www.farmasi.asia/tag/saponin/ diakses tanggal21 november 2013).

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Nadjeb. 2010. Alkaloid. (Online) (http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf, diakses tanggal 21 november 2013).

Reina, 2004. Potensi dari Laut Belum dimaksimalkan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi: Jakarta.

Soewolo. 1996. Pengaruh Anabolik Steroid terhadap Pembentukan Otot dan Kesehatan. (Online) (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12961324.pdf diakses tanggal 21 november 2013).

Suyitno. Haryadi dan Supriyanto. 1989. Rekayasa Pangan. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta