laporan dari 19th aspac congress on faith

9
19 th ASPAC Congress on Faith, Life and Family Kota Kinabalu, 14 – 16 November 2013 “Created in the Image and Likeness of God” Kejadian 1:26 Dihadiri oleh 700 peserta dari 14 negara. Delegasi Indonesia berjumlah 13 orang (KMKI dan WKRI). Sebagai panitia penyelenggara adalah HLI (Human Life International) bekerja sama dengan Keuskupan Agung Kota Kinabalu. Misa pembukaan dan penutupan dilaksanakan di Katedral Hati Kudus, Kota Kinabalu Foto delegasi Indonesia

Upload: komsos-ag-et-al

Post on 30-Dec-2015

479 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Delegasi Indonesia berjumlah 13 orang (KMKI dan WKRI). Sebagai panitia penyelenggara adalah HLI (Human Life International) bekerja sama dengan Keuskupan Agung Kota Kinabalu.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

19th ASPAC Congress on Faith, Life and Family Kota Kinabalu, 14 – 16 November 2013

“Created in the Image and Likeness of God” Kejadian 1:26

Dihadiri oleh 700 peserta dari 14 negara. Delegasi Indonesia berjumlah 13 orang (KMKI dan WKRI). Sebagai panitia penyelenggara adalah HLI (Human Life International) bekerja sama dengan Keuskupan Agung Kota Kinabalu. Misa pembukaan dan penutupan dilaksanakan di Katedral Hati Kudus, Kota Kinabalu

Foto delegasi Indonesia

Page 2: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

dr. Angela N. Abidin dan dr. Haryanto membawa bendera Indonesia

Topik yang dibicarakan• The global anti life agenda • Perkembangan janin di dalam rahim • Kampanye United Nation:

• Aborsi • Homoseksual • Kebudayaan penghentian kehidupan

• Bioetika medis • Sel punca (stem cell) • Kampanye pro life: back to basic • Hubungan kehidupan dengan Tuhan atau gereja • Peran Bunda Maria dalam penyelamatan kehidupan

Pembicara yang ditampilkan• Bishop Rolando Santos, Uskup Papua New Guinea• Archbishop John Wong Soo Kau, Uskup Kota Kinabalu • Archbishop Emeritus John Lee Hoing Fui Yit Yours, Emeritus Uskup Kota Kinabalu • Archbishop Tomash Peta, Uskup Astana, Kazakhstan• Archbishop Ramon C. Arguelles, Uskup Lipa, Filipina• Rev. Fr Shennan Bouquet, President HLI• Dr. Brian Clowes, Training Dir. HLI USA• Dr Maureen Condic: Asst. Prof. of Neurology & Anatomy, University pf Utah• Mary Langlois HLI reprsentatives UN

Page 3: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

• Dr Angelita Miguel-Aguirre, Prof. of Dept of Medicine and Bio-Ethics University of Santo TomasFaculty of Medicine and Surgey

• Dr Ligaya A. Acosta Regional Director HLI Asia OceniaMateri kongres yang di-share dalam pertemuan FKPK 18 Januari 2014: Imunisasi

Latar Belakang Vaksinasi

Ditemukan oleh Edward Jenner (vaksinasi untuk penyakit cacar (smallpox)) pada tahun 1700-an. Vaksin Polio ditemukan pada 1950-an. Vaksinasi adalah tindakan yang cost-effective (cost saving), maka sesuai dengan tujuan preventive medicine. Vaksinasi merupakan satu-satunya tindakan medik yang paling berkontribusi dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian secara global. ( JAMA 2002;288:3155-58)

Efektivitas Vaksin

Cacar dan polio berhasil diberantas di Amerika Serikat, sedangkan insidens beberapa penyakit lain seperti campak dan batuk rejan dapat ditekan sebesar 98-99% dibandingkan dengan data dasar. Vaksin dapat melindungi individu dan masyarakat. Namun masih ada sekitar 50.000 orang per tahun di Amerika meninggal akibat penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin1 (Ann Intern Med 2007;147:735-7)

Vaksinasi dewasa ini

Vaksinasi bayi dan anak yang direkomendasikan misalnya : BCG, campak, gondong, rubella, cacar air, polio, difteria, tetanus, pertussis, haemophilus influenza type B, pneumococcus, hepatitis B, rotavirus, dan HPV.

Vaksinasi dewasa yang direkomendasikan misalnya : campak, gondong, rubella, tetanus, difteria, cacar air, hepatitis B, hepatitis A, influenza, dan pneumococcus.

Page 4: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith
Page 5: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

Mengapa orang menolak vaksinasi ?• Hak individu dan tidak percaya pada pemerintah • Tidak percaya ilmu kedokteran, dan percaya pada penyembuhan alamiah atau “natural healing”• Efek samping vaksinasi yang faktual

▫ Nyeri pada lengan, demam, flu-like illnesses, Guillain-Barre Syndrome (1.8 kasus/juta )▫ Vaksin pertussis yang lama sering menyebabkan anak demam, menangis, lemas dan

kadang-kadang kejang ▫ Terinfeksi virus yang ada dalam vaksin - the Cutter incident

• Efek samping yang belum terbukti • sudden infant death syndrome (SIDS), autism, multiple sclerosis, kelainan syaraf • Vaksin mengandung bahan berbahaya dan dibuat dari janin korban aborsi à ini yang

disampaikan dalam kongres

Bagaimana jaringan janin yang diaborsi bisa ikut terlibat dalam pembuatan vaksin?

Produksi vaksin diawali dari pengumpulan virus, kemudian virus ditumbuhkan dan diubah dalam laboratorium untuk dibuat strain yang lebih lemah, yang kemudian dilarutkan dalam serum dan dimasukkan ke dalam tubuh manusia.

Proses pembentukan strain virus yang dilemahkan ini memerlukan suatu biakan sel untuk menumbuhkan virus. Biakan sel ini terdiri dari “cell line” atau kelompok sel, yaitu sel yang dapat bermultiplikasi sendiri dan dapat dipertahankan dalam waktu lama di laboratorium. Beberapa sel ini berasal dari hewan, dan beberapa dari janin manusia yang diaborsi.

(http://www.rtl.org/prolife_issues/LifeNotes/VaccinesAbortion_FetalTissue.html)

Sampai saat ini, ada dua kelompok sel diploid yang berasal dari jaringan janin yang diaborsi (dilakukan pada tahun 1964 dan 1970) dan digunakan untuk membuat vaksin virus hidup yang dilemahkan yaitu :

• WI-38 line (Winstar Institute 38),• MRC-5 line (Medical Research Council 5)

Vaksin yang melibatkan kelompok sel manusia yang berasal dari janin yang diaborsi, yaitu WI-38 dan MRC-5

A. Vaksin anti rubella :• Vaksin monovalen anti rubella Meruvax®!! (Merck) (U.S.), Rudivax® (Sanofi Pasteur, Fr.),

and Ervevax® (RA 27/3) (GlaxoSmithKline, Belgium);• Vaksin kombinasi MR anti rubella dan campak : M-R-VAX® (Merck, US) dan Rudi-

Rouvax® (AVP, France);• Vaksin kombinasi anti rubella dan campak : Biavax®!! (Merck, U.S.),• Vaksin kombinasi MMR (measles, mumps, rubella) anti rubella, gondok dan campak :

M-M-R® II (Merck, US), R.O.R.®, Trimovax® (Sanofi Pasteur, Fr.), and Priorix® (GlaxoSmithKline UK).

Vaksin lain yang juga dibuat dengan menggunakan kelompok sel yang berasal dari janin yang diaborsi adalah:

• Vaksin anti hepatitis A, produksi Merck (VAQTA), dan produksi GlaxoSmithKline (HAVRIX), keduanya menggunakan MRC-5;

• Vaksin anti cacar air, Varivax®, diproduksi oleh Merck menggunakan WI-38 dan MRC-5;

Page 6: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

• Vaksin anti poliomyelitis, Poliovax® (Aventis-Pasteur, Fr.) dengan menggunakan MRC-5;

• Vaksin anti rabies, Imovax®, diproduksi oleh Aventis Pasteur, dengan menggunakan MRC-5;

• Vaksin anti cacar, AC AM 1000, diproduksi oleh Acambis dengan menggunakan MRC-5, masih dalam penelitian

Vaksin yang menggunakan diploid cells dari bayi yang diaborsi

Page 7: Laporan dari 19th ASPAC Congress on Faith

Bagaimana pedoman dari Gereja Katolik ?

Pada bulan Juni 2005 Vatican Pontifical Academy for Life mengeluarkan dokumen mengenai Refleksi Moral terhadap Vaksin Yang Diproduksi Dari Janin Manusia Yang DiaborsiPedoman Gereja Katolik mengenai Vaksin1.Secara moral tidak dibenarkan untuk memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin yang dibuat dari cell lines janin yang diaborsi kerena dapat mendorong dilakukannya aborsi secara sengaja dengan tujuan memproduksi vaksin2.Kita berkewajiban untuk meminta dan menggunakan vaksin alternatif yang secara moral diproduksi dengan cara yang lebih dapat diterima, bila vaksin alternatif ini ada3.Dalam hal vaksin yang diproduksi dari cell lines janin yang diaborsi tidak tersedia, secara moral diijinkan untuk menggunakannya dengan sifat “sementara” dan “sejauh vaksin tsb. bermanfaat” untuk kepentingan kesehatan individu dan masyarakat seutuhnya4.Dapat dibenarkan untuk tidak menggunakan vaksin yang diproduksi dengan menggunakan cell lines janin yang diaborsi, dengan syarat bahwa hal ini dilakukan tanpa menempatkan anak-anak dan secara tidak langsung masyarakat secara umum dalam risiko yang besar untuk kesehatan mereka5.Kita berkewajiban untuk “melawan dengan segala cara (dengan tulisan, melalui berbagai organisasi, media massa dll.) terhadap vaksin yang belum ada alternatifnya yang secara moral dapat diterima, berupaya agar vaksin alternatif disediakan – yang tidak dibuat dengan menggunakan janin yang diaborsi, dan menuntut pengawasan secara legal terhadap pabrik-pabrik farmasi.”Penyakit Rubella

Virus rubella adalah salah satu virus yang paling berbahaya untuk embrio dan janin. Bila seorang wanita terkena infeksi rubela pada waktu hamil, khususnya pada trimester pertama, maka risiko infeksi terhadap janin sangat tinggi (sekitar 95%). Virus berkembangbiak dalam plasenta dan menginfeksi janin, menyebabkan terjadinya kelainan yang disebut dengan Congenital Rubella Syndrome.

Wabah rubella di Amerika Serikat pada tahun 1964 begitu hebat sehingga menyebabkan 20.000 kasus congenital rubella, 11.250 aborsi (baik secara spontan maupun disengaja), 2.100 kematian neonatal, 11.600 kasus ketulian, 3.580 kasus kebutaan, 1.800 kasus mental retardation

Keadaan ini memicu dikembangkannya virus yang efektif melawan rubella, yang dapat mencegah rubella secara efektif Pendapat Gereja Katolik mengenai vaksin rubella1.Vaksin rubella (salah satu komponen dari MMR) diproduksi dengan menggunakan cell line bayi yang diaborsi dan tidak ada vaksin alternatifnya untuk saat ini. Jadi butir ketiga dari pedoman di atas dapat diterapkan pada kasus ini.“The Pontifical Academy for Life menolak pernyataan bahwa Gereja Katolik mempunyai kewajiban moral untuk menolak penggunaan vaksin rubella berdasarkan suara hati dan ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik mendorong orangtua untuk memberikan vaksinasi anti rubella dan penyakit berat lainnya untuk anak-anak mereka meskipun kelompok sel yang digunakan untuk memproduksi vaksin tsb berasal dari janin yang diaborsi.”2.Terhadap semua vaksin yang diproduksi dengan menggunakan kelompok sel yang berasal dari janin yang diaborsi, kita mempunyai kewajiban untuk memperjuangkan dikembangkannya vaksin alternatif yang diproduksi dengan cara yang lebih bisa diterima secara moral.

Demikianlah yang disampaikan oleh dr. Kiky Kilapong, MSc dari KMKI berdasarkan power point yang disusun oleh dr. Angela N. Abidin, MARS, SpMk dengan ditambah beberapa slides tambahan dalam pertemuan Forum Komunikasi Penyayang Kehidupan tanggal 18 Januari 2014. **els