laporan akhir agama - copy
TRANSCRIPT
LAPORAN DISKUSI AGAMA ISLAM MENGENAI TUJUAN, FUNGSI DAN
PERANAN HIDUP MUSLIM
Oleh
Bobi Kurnia Hartanto
12180111028
Presensi:05
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengutus Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص dan
menurunkan kitab-kitab, dan menjelaskan kepada hambanya perkara tuntunan hidup seorang
muslim. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata,
yang tidak memiliki sekutu. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya, shalawat serta salam semoga tercurah kepadanya, juga kepada keluarga dan
seluruh sahabatnya.
Mata kuliah agama adalah mata kuliah yang menekankan tentang akhlak yang baik dan
selalu taat kepada Sang Khalik Allah Swt. dan kumpulan ceramah ini sangat baik untuk
dimanfaatkan kedepannya. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada para dosen
yang telah memberikan bimbingannya selama ini, semoga Laporan Diskusi Agama ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dimaksimalkan sebagaimana fungsinya.
Terima kasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Bandar Lampung, 7 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB II. CAPAIAN KOMPETENSI......................................................................... 5
2.1 Tujuan Hidup Muslim.............................................................................. 5
2.2 Fungsi Hidup Muslim............................................................................... 6
2.3 Peranan Hidup Muslim............................................................................ 6
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 9
2.1 Tujuan Hidup Muslim.............................................................................. 9
2.2 Fungsi Hidup Muslim............................................................................... 12
2.3 Peranan Hidup Muslim............................................................................ 14
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 17
4.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
4.2 Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk hidup di muka bumi disebut juga sebagai makhluk sosial,
makhluk yang berakal, makhluk agamis, dan makhluk yang monodualistik (perpaduan antara
jasad dan ruh). Keistimewaan manusia terletak pada peranan yang diembannya yaitu sebagai
Khalifah Fil-Ardh atau khalifah di bumi. Kelebihan ini merupakan pembeda yang jelas
dengan makhluk ciptaan Allah yang lain seperti malaikat, jin, iblis, setan, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan makhluk lainnya yang tidak diketahui manusia.
Wewenang dan tanggung jawab yang diamanahkan oleh Allah Swt. kepada manusia
untuk mengelola alam ini bukanlah sesuatu hal yang sulit dan berat, karena Allah Swt. tidak
akan membebankan kewajiban kepada sesorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Kita diberikan akal oleh Allah Swt. dan dengan akal itu pula kita dapat bertindak dan memulai
sesuatu. Memfungsikan akal dapat kita pahami sebagai upaya manusia dalam menetapkan
langkah-langkah secara terarah dan terukur dan menentukan tujuan hidup serta
merealisasikannya dalam kehidupan nyata manusia.
Karena akal merupakan benda yang statis, maka akal haruslah dilatih, dikembangkan,
dan disempurnakan kemampuannya. Mengembangkan akal adalah suatu kewajiban manusia
dan dengan cara demikian daya pikir, daya nalar, daya analisa, daya cipta, rasa dan karsa
dapat tumbuh dan bersemi dalam diri seseorang. Pemanfaatan potensi atau berbagai macam
daya yang dimiliki sesorang pada hakekatnya dapat dijadikan sebagai kriteria dalam
menentukan berperan atau tidaknya seseorang sebagai khalifah Allah Swt. Mengambil peran
itu pada hakikatnya adalah bagian dari usaha mencapai tujuan penciptaan manusia di muka
bumi.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt. hanya untuk
mengabdi kepada-Nya. Mengabdi dalam artian secara sungguh-sungguh (hanif)
merencanakan, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Perintah itu bisa
ibadah mahdhah dan bisa juga ibadah ghairu mahdhah. Kedua macam ibadah ini pada
dasarnya tidak dapat dipisah-pisahkan, dia menyatu dalam diri pribadi seorang muslim.
Melaksanakan kedua ibadah itu secara berimbang, utuh dan saling mendukung adalah tujuan
hidup seorang muslim.
Melaksanakan kedua macam ibadah tersebut yang disesuaikan dengan kemampuan dan
tuntunan yang benar dari Allah Swt. akan memberika dampak yang positif dalam membentuk
perilaku muslim sehari-hari. Dampak tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan pengalaman
ibadah manusia dan sesuai pula dengan kehendak Allah Swt. Namun demikian, realitas
kehidupan kita menunjukkan bahwa sebagian besar muslim cenderung memisahkan beribadah
dengan kehidupan di duniawi. Mereka berpendapat bahwa yang dikatakan ibadah hanyalah
sebatas ibadah mahdhah saja seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain, sedangkan ibadah
yang berhubungan dengan kehidupan dunia dipersiapkan sebagai aktifitas yang bukan
termasuk dalam ruang lingkup dan ranah (domain) ibadah kepada Allah Swt.
Kecenderungan seperti itu sudah mendarah daging bahkan telah mengakar secara salah
kaprah dikalangan antara kita, dan pemahaman seperti ini cenderung diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya secara tradisional. Hal ini mengakibatkan kita jauh tertinggal
dari kehidupan duniawi sebagai wahana menuju kemajuan kehidupan yang dijanjikan Allah
Swt. Pada zaman Rasulullah Saw. dan para sahabat, umat Islam berusaha melaksanakan ajaran
atau ajaran isi Al-Qur’an secara benar dan menyeluruh dalam segala segi kehidupan seorang
muslim betapapun kecilnya, disetiap saat dan disetiap tempat.
Mengembalikan pemahaman umat Islam secara benar haruslah dimulai dengan
meluruskan dan membenarkan terlebih dahulu penetapan atau perumusan tujuan hidupnya.
Islam telah merumuskan tujuan hidup itu dengan lebih universal, sempurna dan menyeluruh
untuk setiap umatnya untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Tujuan hidup manusia dalam pandangan Islam telah tercantum dalam ayat suci Al-
Qur’an. Bukan hanya tujuan hidupnya saja yang dicantumkan dalam ayat suci Al-Qur’an, akan
tetapi bagaimana cara mencapainya pun juga secara jelas disebutkan. Setelah memahami apa
itu tujuan muslim dan cara meraihnya, selanjutnya ialah memahami apa fungsi muslim dalam
kehidupan.
Secara sederhana, fungsi dapat didefinisikan sebagai suatu akibat atau konsekuensi
dari dilakukannya suatu sebab. Akibat atau konsekuensi ini kadang-kadang dapat kita kenali
dengan jelas dan gamblang, sebagaimana jelasnya pemahaman kita mengenai fungsi utama air
sebagai penghilang rasa haus atau dahaga. Sebaliknya, akibat atau konsekuensi bisa juga
terkesan samar dan tidak dapat segera kita kenali dengan baik dan benar karena keterbatasan
pemahaman kita.
Sebagai makhluk yang berakal diberi hak dan wewenang oleh Allah swt, manusia
seharusnya bertindak sesuai dengan hak dan kewenangannya itu. Namun, penggunaan hak
dan wewenang yang dimiliki oleh seseorang akan memunculkan suatu konsekuensi di
kemudian hari berupa pertanggungjawaban dari penggunaan hak dan wewenang tersebut.
Apakah dalam pelaksanaan tugasnya sudah sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah swt.,
atau sebaliknya, hanya menurut selera manusia itu sendiri yang berlandaskan pada akal
pikirannya semata yang berisifat nisbi (relatif) dan terbatas.
Jika manusia lebih cenderung menempatkan akal fikiran semata di atas norma agama
yang hak dan bersifat absolut karena memang berasal dari Allah swt., maka kehancuran dan
malapetakalah yang akan terjadi. Ini bukan berarti fikiran manusia sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat, akan tetapi seharusnya penggunaannya siinergi dengan tuntunan Allah Swt.
Manusia ditempatkan setingkat lebih tinggi di atas makhluk lain di muka bumi oleh
Allah Swt., karena diharapkan manusia menjadi pelindung dan pemakmur bumi dengan
memanfaatkan segala potensi yang ada untuk memudahkan manusia itu sendiri dalam
melaksanakan peranan hidupnya. Fungsi yang sangat besar dan mulia itu merupakan anugerah
yang tak ternilai harganya. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka manusia akan didorong
untuk lebih giat dan kuat dalam merencanakan sesuatu dan melaksanakan rencana yang telah
dibuatnya. Untuk itu, tidak ada istilah santai apalagi bermalas-malasan dalam berbuat bagi
siapa saja yang mengetahui fungsi hidup muslim secara utuh dan benar.
Kita tidak menyadari mengenai fungsi hidup ini, dan sebagian lagi mungkin tidak
mengetahui sama sekali tentang hal ini. Akibatnya, seseorang tidak memiliki gairah hidup,
bahkan yang lebih mengerikan lagi adalah menganggap hidup ini sebagai beban yang amat
berat yang harus diakhiri. Namun, tidaklah demikian hanya bagi kita yang menyadari secara
benar tentang fungsi hidupnya. Hidup ini sebenarnya sangatlah menarik dan menggairahkan,
karena memang sebagai salah satu anugerah utama dan sangat berharga dari Allah Swt.,
kepada manusia. Bahkan ada diantara kita ada yang bercita-cita hidup selama-lamanya untuk
memfungsikan dirinya sebagaimana yang diharapkan oleh Allah Swt.
Jika fungsi hidup muslim lebih ditekankan pada aspek kosekuensi yang diterjemahkan
ke dalam wewenang dan tanggung jawab, maka peranan lebih ditekankan pada segi aplikasi
dalam kehidupan seorang muslim. Secara sederhana, perana dapat diartikan sebagai apa yang
diharapkan oleh pihak lain yang seharusnya dilakukan oleh seseorang. Pihak lain ini dalam
artian Allah Swt., dan secara kolektif dapat berupa masyarakat, lembaga sosial
kemasyarakatan atau bahkan perorangan.
Kita menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun yang dapat hidup sendirian
karena secara kodrati manusia memang sebagai makhluk social. Dalam kenyataan sehari-hari,
banyak ditemui orang-orang yang secara sengaja atau tidak sengaja membiasakan hidup
melawan sunnatullah atau melawan arus, yaitu dengan mebudayakan pola hidup
individualistis sebagaimana kita saksikan di negara-negara maju atau kota-kota besar di
Indonesia yang sebenarnya justru membuat mereka stress, terpojok, bahkan menhyulitkan diri
sendiri. Hal ini karena mereka melawan tuntunan social atau harapan sosialnya.
Oleh karena itu, pada kesempatan diskusi ini, kita akan mengawali dengan membahas
tujuan hidup muslim, fungsi hidup muslim dan peranan hidup muslim dengan harapan dapat
mencerminkan sikap perilaku (conduct), keragaan (appearance), dan prestasi (acchievement).
Sehingga, kita megerti dan mampu mengamalkan dalam kehidupan kita sebagai seorang
muslim.
BAB II
CAPAIAN KOMPETENSI
Setiap sub bab yang didiskusikan masing-masing memiliki tujuan yang harus dicapai
oleh mahasiswa, sehingga dengan tercapainya tujuan diskusi ini mahasiswa telah dianggap
kompeten. Akan tetapi, bukan hanya kompeten di teori saja, melainkan harus mampu
menjalankan atau menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim. Adapun
tujuan-tujuan yang harus dicapai pada masing-masing bab adalah sebagai berikut :
2.1 Tujuan Hidup Muslim
Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa:
a. Dapat mengerti tujuan hidupnya berdasarkan pemahaman terhadap Al-Qur’an.
b. Dapat menjelaskan perbedaan antara tujuan hidup muslim dengan tujuan manusia
lainnya.
c. Dapat menjelaskan pengertian ibadah kepada Allah Swt
Adapun yang didiskusikan dalam memahami Tujuan Hidup Muslim ditekankan pada
beberapa hal dibawah ini:
a. Dengan memperhatikan Surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56; Al Fatihah (1) : 5-7; Al
Baqarah (2) : 83-84; Al A’raaf (7) : 73-74 dan 85-86, Huud (11) : 50-52 dan 61.
Apakah tujuan hidup seorang muslim?
b. Dengan memperhatikan Surat Adz-Dzaariyaat (51) : 55-58; maka bagaimana anda
dapat menghubungkan atau merumuskan relasi (hubungan) antara berdzikir dan
beriman pada ayat 55; rizki pada ayat 57-58; dan kekuatan tangguh pada ayat 58
dengan beribadah kepada-Ku pada ayat 56.
c. Juga memperhatikan “laa ta’buduuna illallaah” dalam ayat 83 surat Al-Baqarah
dengan berbuat baik kepada Ibu Bapak, kaum kerabat, anak yatim, dan orang
miskin (manusia seluruhnya), kemudian baru tunaikan shalat dan tunaikan zakat.
Bagaimana Anda dapat menjelaskan pengertian beribadah kepada Allah Swt, dalam
ayat ini dengan prestasi manusia?
d. Dengan memperhatikan ayat 50 dengan 51 dan 52 Surat Huud (11), Allah Swt.
Menghubungkan beribadah kepada Allah Swt. Dengan menurunkan rahmat
(dalam ayat ini misalnya berupa hujan) dan menambahkan kekuatan (manusia)
sekaligus Allah Swt. Menyuruh kita agar jangan berbuat dosa.
Dengan demikian, maka apakah benar pengertian ibadah kepada Allah Swt. lebih
banyak ditekankan pada pencapaian prestasi (ahsanu ‘amala atau amalan yang baik)
dan tingkah laku (akhlakul karimah) manusia di dunia?
2.2 Fungsi Hidup Muslim
Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa:
a. Mampu menjelaskan pengertian fungsi hidup muslim.
b. Mampu menjelaskan pengertian “rahmatan lil ‘alamin”.
c. Mampu menhayati fungsi hidupnya sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam.
Adapun yang didiskusikan dalam memahami Fungsi Hidup Muslim ditekankan pada
beberapa hal dibawah ini:
a. Apa fungsi hidup seorang muslim? Perhatikan: Surat Al-Anbiya (21) : 107 dan An-
Nahl (16) : 89.
b. Apa pengertian dari “rahmatan lil’alamin” ? Periksalah secara secara seksama dan
tarik kesimpulan dari surat An-Naml (27) : 17-19.
c. Bagaimana mewujudkan fungsi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari di dunia ini?
Perhatikan surat Al-Baqarah (2) : 218; An Nisaa (4) : 175; Al An’am (6) : 154; Al
A’raf (7) : 56; Yusuf (12) : 53-57; dan Yunus (10) : 21-24.
2.3 Peranan Hidup Muslim
Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa:
a. Memahami peranan hidupnya sebagai seorang muslim dalam kehidupan di dunia
sesuai dengan tuntunan Al Qur’an.
b. Mampu merumuskan pengertian “khalifah fil ardh” dalam hubungannya dengan
pengelolaan potensi alam raya ini.
c. Mampu menjelaskan cara pendekatan yang digunakan untuk menyadarkan umat
sebagai khalifah di muka bumi.
Adapun yang didiskusikan dalam memahami Peranan Hidup Muslim ditekankan pada
beberapa hal dibawah ini:
a. Dalam surat Al Baqarah (2): 30, Allah Swt. menegaskan akan menjadikan manusia
sebagai khlifah di muka bumi.
a.1 Jika kita perhatikan lanjutan surat tersebut dalam ayat 31, 32, 33, 34, da
seterusnya, maka apakah hubungan antara khalifah dengan asmaa’ (nama-nama)
dan aliimun hakim (Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana)?
a.2 Juga apa hubungan khalifah dengan hudan (petunjuk) pada aya 38?
a.3 Apa peranan hidup yang diharapkan dilaksanakan oleh seorang muslim?
b. Dalam Surat An Naml (27): 60-61, Allah Swt. menegaskan penciptaannya dan
memberikan berbagai rahmat, kemudian mempertanyakan: Apakah disamping Allah
Swt. ada Tuhan yang lain? Demikian juaga dalam ayat 62, Allah Swt. menegaskan
bahwa Dia memperkenankan do’a, dan menjadiakan kamu khalifah di bumi juga
mempertanyakan: Apakah di samping Allah ada Tuhan yang lain? Kemudian
disebutkan bahwa: amat sedikitlah kamu berdzikir. Demikian juga dalm ayat 63 dan
64. Bagaimana anda dapat menghubungkan atau mencari relasi mengenai hal-hal yang
ditegaskan oleh Allah Swt. tentang: “Penciptaan langit dan bumi serta pemberian
Rahmat-Nya.” Memperkenankan do’a; dan menjadikan kamu sebagai khalifah” disatu
sisi dengan pertanyaan: “Apakah disamping Allah Swt. ada tuhan lain? Dan amat
sedikitlah kamu berdzikir?” disisi yang lain.
c. Dalam surat Hud (11): 61, Nabi Shaleh As. Meminta kaumnya untuk beribadah kepada
Allah Swt, dan menegaskan bahwa Dia telah:
c.1 Menciptakan kamu (manusia) dari bumi (tanah)
c.2 Memberikan kewajiban kepada manusia sebagai pemakmur bumi;
c.3 Menyuruh manusia selalu beristighfar dan bertaubat; serta
c.4 Menyatakan dekat dengan manusia dan memperkenankan do’a.
Kemudian perhatikan surat Al An’am (6): 165, disitu kita temui pernyataan Dia
menjadikan khalifah di muka bumi dan menegaskan sebagian manusia derajatnya lebih tinggi
dari sebagian yang lain. Mengapa manusia yang sama-sama berperan sebagai khalifah di muka
bumi derajatnya bisa lebih tinggi dari yang lain? Perhatikan surat Al An’am (6): 160-162, dan
Hud (11): 61, apa hubungan antara berdo’a dan berdzikir, beristighfar, dan bertaubat serta
memakmurkan bumi (QS. An Naml (27): 62-63) agar manusia mampu berperan sebagai
khalifah Allah Swt. di muka bumi?
d. Rumuskan beberapa langkah bagaimana cara mengefektifkan peranan hidup seorang
muslim berdasarkan hasil analisis dan sintesis pada butir a,b, dan c?
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tujuan Hidup Muslim
Setiap muslim yang mendalami Al-Qur'an dan mempelajari Sunnah tentu mengetahui
bahwa tujuan dan sasaran yang dilakukan orang Muslim yang diwujudkan pada dirinya dan di
antara manusia ialah ibadah kepada Allah semata.Tidak ada jalan untuk membebaskan ibadah
ini dari setiap aib yang mengotorinya kecuali dengan mengetahui benar-benar tauhidullah. Jika
kita memperhatikan Surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56; Al Fatihah (1) : 5-7; Al Baqarah (2) : 83-
84; Al A’raaf (7) : 73-74 dan 85-86, Huud (11) : 50-52 dan 61, sudah jelas sekali apa itu
tujuan hidup muslim.
Adz-Dzariyaat (51) : 56
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka meyembah
kepada-Ku”.
Sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh mendirikan sholat,
melaksanakan zakat, puasa, haji, dan sebelum melarang mereka melakukan riba, zina,
pencurian dan membunuh jiwa tanpa alasan yang benar. Jadi dasar yang paling pokok adalah
mewujudkan peribadatan bagi Allah semata. Jadi, dalam hal ini dilarang beribadah selain
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Baru setelah kita diperintahkan bertauhid hanya kepada
Allah, turun perintah selanjutnya berupa apa-apa yang diwajibkan kepada kita dalam
beribadah kepada Allah. Adapun bentuk-bentuk ibadah yang dianjurkan adalah berbuat baik
kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
bertutur kata yang baik kepada sesama, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Seperti
firman-Nya dalam surah Al Baqarah (2) : 83,
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.
Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdah).
Ibadah mahdah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah baik bentuk, kadar, atau
waktunya seperti salat, zakat, puasa, haji. Ibadah ghairu mahdah adalah segala aktivitas lahir
dan batin manusia yang ditujukan hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mengabdi
dalam terminologi islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan
atau ketundukan, tetapi ibadah juga satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai
puncaknya akibat adanya rasa keagungan dan kesadaran (cinta) kepada Sang Pencipta kita.
Memang sudah sepantasnya kita sebagai makhluk yang diciptakan dengan begitu sempurna
harus bersyukur dengan menjalankan ibadah dan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Dalam beribadah kepada Allah dan memakmurkan bumi, tentu banyak sekali hal-hal
yang perlu kita tahu, dan banyak kendala yang dihadapi. Kita pun tidak luput dari segala
kesalahan yang kita lakukan, dan jarang yang menyadari akan hal ini. Agar tidak terjerumus
kedalam jalan sesat dan agar dosa kita diampuni, kita tentu harus berdoa agar kendala-kendala
ini dapat dengan mudah dihadapi serta bertaubat dengan sungguh agar dosa kita terhapus.
Dengan kemurahan-Nya, kitapun dianjurkan hanya bertaubat serta meminta pertolongan
kepada Allah. Seperti dalam surah Al Fatihah (1) : 5-7,
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan”.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”,
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
“ Iyyaka Na’budu …” “Hanya Engkaulah yang kami sembah …”
Pada ayat kelima ini, Allah menerangkan bahwa setelah manusia memuja dan memuji
Allah, manusia meneguhkan diri dengan melakukan deklarasi untuk secara konsisten
menyembah kepada-Nya. Ayat ini juga menjelaskan melalui penggalan kalimat di atas bahwa
manusia hanya layak menyembah kepada Allah dan bukan kepada sesembahan yang lain
karena itu akan mengarah pada perbuatan syirik.
“…Wa Iyyaka Nasta’in” “… dan hanya kepada Engkauilah kami mohon pertolongan”
Setelah mengajari manusia tentang metode pendekatan terhadap Allah, beberapa pujian
serta penegasan tentang sesembahan, barulah Allah mengajarkan bahwa setelah manusia
melakukan semua hal itu, maka manusia diberi “kesempatan” untuk meminta pertolongan dan
perlindungan yang hanya ditujukan kepada Allah dan bukan yang lain.
Pada ayat ke 5 kita dapat mengetahui beberapa pokok hal penting antara lain :
- Manusia hendaklah mengenal Tuhannya, dan menjadikan sebagai satu-satunya elemen
penting dalam melakukan sesuatu.
- Manusia hendaklah melakukan pujian-pujian terhadap Allah baik secara oral maupun
dari kalbu.
- Manusia meneguhkan diri bahwa kepada Allah-lah dia menyembah dan bukan selain
itu.
- Manusia hanya melakukan permintaan dan pertolongan kepada Allah Swt.
Pada ayat ke 6 kita dapat mengetahui beberapa pokok hal penting antara lain :
Manusia tidak akan menjalani hidupnya dengan baik tanpa bantuan dari Allah Swt. Oleh
karena itu urgensi memohon dan meminta kepada Allah salah satunya untuk meminta
senantiasa dituntun ke jalan kebenaran dan jalan yang lurus.
Ringkasan ayat ke 7 : “ (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”
Manusia meminta kepada Allah untuk ditunjuk jalan yang Allah ridhoi, segala sesuatu yang
akan kita lakukan baiknya kita meminta petunjuk kepada Allah agar apa yang kita lakukan
adalah benar dan ada di jalan yang Allah ridhoi. Kita juga meminta kepada Allah agar
dijauhkan dari jalan-jalan orang yang dimurkai Allah dan dari kesehatan. Pada era sekarang,
banyak hal yang kita anggap hal yang lumrah, tapi ternyata mengandung kemaksiatan dan
kesesatan. Agar kita terhindar dari hal-hal tersebut, maka kita meminta kepada Allah untuk
dijauhkan dan dilindungi dari hal-hal yang demikian.
Lalu dijelaskan dalam Huud (11) : 50-52 dan 61
“Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-
adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak
lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?"
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-
Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Huud
[11] : 50-52)
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat
dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." (Huud [11] : 61)
Setelah membaca ayat-ayat di atas sudah jelas tujuan hidup muslim diantaranya :
Untuk beribadah kepada Allah : sebagai kewajiban manusia kepada Allah,
sebagai suatu bentuk rasa syukur, bentuk pengabdian kita kepada Allah.
Mengapa kita harus beribadah kepada Allah karena Allah pencipta kita dan
semesta serta pemelihara segalanya, karena Allah menciptakan kita dengan
bentuk terbaik, karena Allah memuliakan kita dengan akal pikiran.
Sebagai khalifah di bumi : menjadi penguasa dan pengatur apa-apa yang ada di
bumi seperti tumbuhannya, hewannya, hutan, air, sungai, ikan, laut, dll dan
seyogyanya manusia mampu memanfaatkan segala yang ada di bumi untuk
kemaslahatannya.
Memelihara Bumi : Memelihara bumi juga berarti luas memelihara akidah dan
akhlak manusianya sebagai SDM. Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat, karena SDM yang
rusak akan sangat potensial merusak alam
Selain itu, dalam surah Al A’raf (7): 73-74 dan 85-86 ditegaskan bahwa kita harus
menyembah hanya kepada Allah Swt., karena tidak ada Illah yang berhak disembah selain-
Nya. Lalu turun pula perintah untuk tidak boleh menggangu apa-apa yang hidup dimuka bumi
ini dengan gangguan apapun, dalam hal ini unta. Dan sangat jelas bahwa ancamannya adalah
siksaan yang sangat pedih. Selain itu, Allah pula telah menurunkan banyak nikmat dimana kita
harus menjaganya tanpa membuat kerusakan. Dalam hal berjual beli pun telah diatur, yaitu
dengan tidak mengurangi takaran atau timbangan karena tentu merugikan pembeli.
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini
menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu
mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan
yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti
(yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan
istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk
dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi membuat kerusakan” (Al A’raf : 73-74).
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah
takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran
dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan
Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu
Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (Al A’raf (7): 85-86).
Pada dasarnya Allah tidaklah langsung memberikan kemudahan kepada hambanya,
melainkan kita sebagai hamba harus berusaha agar petunjuk-Nya datang. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan selalu ingat kepadanya yaitu dengan berdzikir. Jadi setiap apa yang kita
lakukan selalu kita niatkan karena-Nya. Dengan begitu, iman kita akan semakin kuat dan
kokoh dan tentunya akan dimudahkan segala urusan kita oleh Allah. Allah pun tidak
menghendaki dengan rezeki dari hambanya, dan tidak menhendaki agar kita memberi makan.
Hal ini karena Allah lah yang merupakan pemberi rezeki, dan memiliki kekuatan tangguh
sehingga kita hanya dianjurkan untuk senantiasa beribadah kepadanya, dan itu tentu lebih
baik.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Adz Dzaariyaat ayat 55-58,“Dan
tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-
orang yang beriman. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. “Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan “Sesungguhnya Allah Dialah Maha
Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”.
Hubungan/relasi antara berdzikir dan beriman pada ayat 55 rizki pada ayat 57-58 dan
kekuatan tangguh pada ayat 58 dengan beribadah kepada-Ku pada ayat 56. Pada ayat 56
dijelaskan bahwa Allah memiliki tujuan untuk menciptakan jin dan manusianya untuk
beribadah kepada Allah dengan cara berdzikir kepadanya dan meminta kepadanya. Keimanan
kepada Allah merupakan dasar yang harus dimiliki sebagai seorang muslim. Lalu pada ayat 57
dijelaskan bahwa Allah tidak perlu meminta apapun dari makhluknya dan Allah tidak pernah
butuh apapun dari kita karena Allah Maha Segaanya. Bahkan justru kita sebagai manusia yang
meminta rezeki, Allah yang memiliki kekuatan untuk melakukan/menghendaki apapun. Jadi
kita sebagai manusia jangan sombong untuk senantiasa meminta kepada Allah berupa rezeki.
Ibadah adalah kewajiban kita sebagai muslim dan bila kita tidak melaksanakan ibadah
ibadah yang wajib kepada allah maka kita akan mendapatkan dosa yang besar,itu adalah
prestasi kit di dunia dan akhirat,itu menglahkan prestasi- prestasi yang ada di dunia,bahwa
sesungguhnya prestasi di hadapan allah jauh lebih baik dan bermakna dibandingkan dengan
prestasi yang ada di dunia seperti prestasi kita di kampus,lingkungan,bahkan olimpiade
sekalipun,dan berbakti kepada kedua orang tua pula adalah prestasi yang sangat besar,dan itu
akan mendapatkan balasan dari allah allah berupa atau sesuai dengan ayat diatas dengan rezeki
yang banyak karena allah lah maha pemberi rezeki
Dari uraian di atas, maka memang benar jika ibadah kepada Allah adalah lebih
ditekankan pada pencapaian prestasi dan tingkah laku seperti dijelaskan dalam surah Huud :
51-52. Bahwa kita sebagai muslim yang baik baik harus menuruti segala perintah-perintah
allah dan menjauhi larangannya, kita harus seimbang dalam meningkatkan prestasi
kita ,prestasi dunia maupun prestasi kita terhadap allah untuk bekal kita kepada allah,bahwa
kita harus meningkatkannya dengan cara mengkaji kekuasaan-kekuasaan allah,jangan hanya
dengan logika semata melainkan kita harus terus menelusuri sumber yang jelas dan masuk
akal.
Pada surat Al Baqarah ayat 87 ini didapatkan kesimpulan bahwa pengertian ibadah kepada
Allah adalah Allah meminta kita untuk meminta (memohon) kepada-Nya dan bahwa seluruh
hidup ini harus diisi dengan ibadah kepada Allah. Namun Allah juga menekankan bahwa
ibadah kepada Allah juga bisa dengan beribadah melalui hubungan horizontal kepada sesame
makhluk ciptaan Allah. Contohnya adalah berbuat baik kepada orang tua (bahkan ini
merupakan suatu keharusan), berbuat baik kepada kerabat, berbuat baik kepada anak yatim
piatu, dan bertutur kata yang mulia. Semua tadi merupakan ibadah kepada Allah. Allah juga
memerintahkan kita untuk berzakat untuk hubungan horizontal dengan manusia. Pada intinya
semua perjanjian ini kepada Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, selain hubungan horizontal tersebut, barulah kita berhubungan vertical dengan
kita beribadah kepada Allah secara langsung.
3.2 Fungsi Hidup Muslim
Pada dasarnya, diutusnya nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam untuk alam
semesta ini tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Dan barang siapa yang
mengikuti tuntunan yang diajarkan beliau, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjamin
kemuliaan di dunia maupun diakhirat dan begitupun sebaliknya. Sejatinya, fungsi seorang
muslim adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Allah Subha nahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (QS. Al Anbiya [21] : 107)
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri”. (QS. An Naml [16] : 89)
Islam diturunkan sebagai agama Allah yang memberikan rahmat itu untuk semesta
alam. Rahmat itu tidak hanya bagi manusia saja, melainkan untuk semesta alam, baik itu
tumbuhan maupun hewan. Dan itu terdapat dalam sebuah kisah Nabi Sulaiman ‘Alaihi Sallam
yang kala itu sedang bersama bala tentaranya dan bertemu dengan pasukan semut, lalu
menghindarinya agar tidak terinjak. Ini merupakan gambaran bahwa Allah itu sangat
memuliakan makhluk-Nya.
Kisah di atas terdapat dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah An
Naml [27] : 17-19, “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan
burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai
di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-
sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari"; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.
Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh".
Selain itu, fungsi itu tidaklah terwujud dengan sendirinya, melainkan dengan usaha-
usaha yang sangat berat namun jika didasari rasa ikhlas, maka usaha tersebut akan terasa
mudah dan bernilai manfaat luar biasa di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan Al-Baqarah
(2) : 218; An Nisaa (4) : 175; Al An’am (6) : 154; Al A’raf (7) : 56; Yusuf (12) : 53-57; dan
Yunus (10) : 21-24. Kita bisa menyimpulkan beberapa hal yang dilakukan dalam
mewujudkan fungsi seorang muslim yaitu sebagai rahmat semesta alam adalah sebagai berikut
:
1. Berhijrah dan berjihad dijalan Allah (QS. Al Baqarah [2]: 218)
Berhijrah disini bukan hanya diartikan berhijrah dari suatu tempat ketempat lain,
melainkan berhijrah dari jalan yang sesat ke jalan yang diridhoi Allah. Sedangkan berjihad
pun seperti itu, bukan hanya berperang dalam pertempuran melawan orang-orang kafir saja,
tapi kita harus berhijrah menjadi yang lebih baik lagi dari hari-kehari dan mampu menhan
segala bentuk hawa nafsu kita kita kepada allah dan Berpegang teguh pada Agama (QS. An
Nisaa’ : 175 & Al An’am : 154)
Orang yang senantiasa menjalankan fungsinya, akan senantiasa berpegang teguh pada
ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang disampaikan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wa Sallam. Adapun pedoman yang dapat dijadikan acuan adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
2. Tidak membuat kerusakan di muka bumi (QS. Al A’raf : 56)
3. Berdo’a dengan sungguh-sungguh,
Sesungguhnya nikmat Allah hanya akan datang kepada orang yang berbuat kebaikan.
Dan ketika seseorang berbuat salah, maka hendaklah segera bertaubat, karena Allah itu Maha
Pengampun. Dan Allah membuktikan dalam kisah nabi Yusuf ‘Alaihi Sallam yang kala itu
diberikan kedudukan yang mulia karena kebaikannya. (QS. Al A’raf [7]: 56 & Yusuf [12]:
53-57)
4. Jangan berbuat zhalim dan selau berfikir serta merenungi penciptaan alam semesta ini
yang didalamnya banyak manfaat. (QS. Yunus [10]: 21-24)
3.3 Peranan Hidup Muslim
Tidak mudah mendefinisikan agama, apalagi di dunia ini kita
menemukan kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang
terhadap agama, ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu
sendiri. Ketika pengaruh gereja di Eropa menindas para ilmuwan akibat
penemuan mereka yang dianggap bertentangan dengan kitab suci, para
ilmuwan pada akhirnya menjauh dari agama bahkan meninggalkannya.
Persoalan yang menjadi topik pembicaraan kita mau tak mau harus muncul,
"Apakah agama masih relevan dengan kehidupan masa kini yang
cerminannya seperti digambarkan di atas?" Sebelum menjawab, perlu terlebih
dahulu dijawab: Apakah manusia dapat melepaskan diri dari agama?" Atau,
"Adakah alternatif lain yang dapat menggantikannya?
Dalam pandangan Islam, keberagamaan adalah fithrah (sesuatu yang melekat
pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya):
-ِق+ْم( +لِّد6يِن+ َو-ْج(َه-َك- َف-َأ +يًف;ا ِل ِن َة- َح- Dِه+ َف+ْط(َر- +ي اِلل Dِت Dاَس- َف-ْط-َر- اِل (َه-ا اِلِن -ي (ِّد+يَل- اَل- َع-ل -ْب (ِق+ َت ل +َخ- Dِه+ ِل +َك- اِلل 6ْمQ اِلِّد6يِنQ َذ-ِل (َق-ي اِل
Dِك+ِن- -َر- َو-ِل (َث ْك- Dاَس+ َأ -ُمQوَن- اَل- اِلِن -ْع(ل ي
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Rum [30]: 30)
Manusia diciptakan sebagai pemimpin yaitu pemimpin di bumi, dimana untuk menjadi
pemimpin itu perlu belajar. Begitu juga dengan Nabi Adam ‘Alaihi Sallam yang kala itu
diajarkan oleh Allah mengenai benda-benda yang ada di hadapannya tanpa Allah ajarkan
kepada para Malaikat, karena saat itu Malaikat menyatakan bahwa manusia itu nantinya hanya
sebagai perusak di muka bumi ini. Dan saat itu nabi Adam pun mampu menyebutkan nama-
nama benda yang ada di hadapannya, dan saat itu pun Malaikat yakin akan penciptaan
manusia untuk khalifah dan bahwasanya Allah itu maha bijaksana akan ciptaannya serta
mengetahui apa yang tidak diketahui hambanya tentang yang ada di langit dan di bumi.
Allah berfirman dalam (QS. Al Baqarah [2]: 30-34), “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya
kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui
apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?" Dan (ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir”.
a.1 Hubungan antara Khalifah dengan asma’a (nama-nama) dan aliimun hakimin (Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana) adalah Allah Maha Mengetahui akan segala hal yang DIa
ciptakan beserta tujuan penciptaannya, termasuk dengan mengapa Allah menciptakan khalifah
di bumi. Mungkin para malaikat berfikir bahwa khalifah hanya membuat kerusakan di muka
bumi dan menyebabkan pertumpahan darah, tapi Allah lebih tau dan Allah Maha Bijaksana
memutuskan makhluk yang Dia ciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Allah member
kemampuan kepada Nabi Adam dapat menyebutkan nama benda-benda untuk menunjukkan
kepada makhluk Allah yang lain supaya mereka mengagumi ciptaan Allah yang lain supaya
mereka mengagumi ciptaan Allah yang lain dan mengakui hanya Allah yang mengetahui
segala sesuatu.
a.2 Kami berfirman : “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-
Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran di atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Maksud dari ayat ini adalah ketika Nabi Adam diusir oleh Allah karena telah memakan buah
khuldi dan diminta turun ke bumi maka Allah memerintahkan untuk mengikuti segala
petunjuk yang diberikan oleh Allah agar mereka tidak merasa khawatir dan bersedih karena
selalu ada Allah yang membimbing mereka dan member mereka (khalifah) petunjuk-Nya.
a.3 Peranan hidup yang harus dilaksanakan sebagai seorang muslim adalah untuk menjadi
khalifah di bumi yang dapat menjaga dan memelihara bumi yang dititipkan oleh Allah,
berbuat kebaikan di muka bumi, bertebaran mencari nikmat Allah, dan beribadah kepada
Allah.
Ketika Nabi Adam ‘Alaihi Sallam diturunkan ke bumi sebagai khlalifah, Allah telah
menurunkan petunjuk kepadanya karena petunjuk itu berguna agar nantinya tetap dalam jalan
yang lurus dan terbebas dari rasa takut ketika datang masalah. Dan hanya yang mengikuti
petunjuk-Nya lah yang akan tebebas dari rasa takut dan sedih ketika di bumi. Dan kita tentu
tahu petunjuk Allah telah terangkum semua dalam Al Quran dan As Sunnah. Sesuai dalam
firman Allah dalam surah Al Baqarah [2]: 38, “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya
dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati".
Dan dengan mempelajari pedoman hidup muslim yaitu Al Quran dan As Sunnah, maka
kita semua tahu bahwa kita sebagai khalifah berperan penting dalam menjaga kedamaian di
muka bumi dengan selalu memakmurkan bumi. Dan tentunya harus dengan kerja sama umat
yang kuat dan tetap berpegang pada ajaran-Nya tersebut.
Sebagai khalifah, Allah telah menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan
di bumi ini guna mempermudah manusia dalam menjalankan tugasnya. Namun, kebanyakan
dari kita kurang sadar bahkan tidak mengetahui bahwa sesungguhnya semua ini merupakan
ciptaannya yang harus dikelola dengan baik. Bukti dari kurangnya rasa sadar tersebut ialah
kurangnya rasa syukur, bahkan ada yang berperilaku syirik dengan meragukan keesaan Allah
dengan bertanya apakah disisi Allah ada tuhan yang lain? Jawabnya tentu tidak, karena Allah
itu Esa. Seperti dalam surah Al Ikhlas [112]: Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
Karena ketidaktahuan dan kekufuran manusia, maka tidak sedikit yang menyimpang
dari ajarannya. Allah berfirman dalam surah An Naml [27]: 60-61, “atau siapakah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali
tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang
lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan
sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk
(mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah
ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau
siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah
kamu mengingati(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan
lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi
Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang
menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula)
yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan
(yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang
yang benar".
Allah telah menyediakan segala bentuk nikmatnya di bumi ini dengan sebaik-baiknya
dan semua yanhg ada pada kita sekarang ini hanyalah titipan semata dan itu tidak
tergambarkan pada saat-saat sekarang ini,banyak orang yang mementingkan dirinya sendiri
tanpa mau perduli dengan orang –orang disekitarnya,sampai-sampai tetanggganya
meninggalpun itu belum tentu ada yang mengetahui karena ketidak perdulian tersebut,islam
tidak mengajarkan seperti ajaran komunis yang bersifat pemerataan atau sama rasa dan sama
rasa,dan islam tidak menghendaki hidup yang bersifat hedonisme yaitu hidup yang hidup
berlebih-lebihan dengan mengikuti hawa nafsu ,islam mengajarkan hidup yang
sederhana,bersahaja,dan membantu sesama,maka dari itulah kita juga harus menjaga perilaku
kita,gaya hidup dan keadaan tempat tinggal kita(bumi) .
Untuk itu, untuk menjalankan tugas kita di bumi ini, kita harus selalu mengintrospeksi
diri, agar kedepannya kita tahu jalan yang harus kita tempuh ialah ajaran Allah dan Nabi-Nya
serta senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya lalu menjadikan Al-Qur’an dan As Sunnah
sebagai pedoman hidup. Untuk menjaga kemurnia ajaran Allah, kita tidak boleh
mencampuradukan kebenaran dengan kebatilan dan tidak menyembunyikan suatu kebenaran
padahal kita mengetahuinya. Dan dengan senantiasa melaksanakan shalat, menunaikan zakat,
dan rukuk beserta orang-orang yang rukuk, memperbanyak do’a kepada Allah, maka
kebahagiaan dunia dan akhirat adalah jaminannya.
Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Hal ini telah dibuktikan dengan Allah SWT
mengingatkan kepada manusia kebesaran-Nya seperti penciptaan langit dan bumi beserta
keindahan di dalamnya, memperkenankan doa manusia dan dengan menjadikan manusia
sebagai seorang khalifah. Hal ini yang luar biasa tersebut sangat membuktikan bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah.
Seperti firman-Nya dalam surah Al An’am [6:160-162 dan 165] “Barang siapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus,
(yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk
orang-orang musyrik". Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
C1-C4
Pada hakikatnya semua manusia itu sama. Setiap manusia mempunyai potensi yang
sama, namun pada perkembangannya setiap orang akan berbeda-beda. Perbedaan tersebut
akan menyebabkan timbulnya perbedaan dengan antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya walaupun manusia tersebut sama-sama berperan sebagai khalifah. Derajat
manusia sangat ditentukan dari tingkat keimanan, amal perbuatan, dan ilmu yang ia miliki
Manusia dituntut untuk berdoa dan berdzikir untuk mendekatkan dirinya dengan Allah dan
Allah pun akan senantiasa mengabulkan doanya. Dalam pelaksanaan menjadi seorang
khalifah, manusia pasti berbuat kesalahan dan dosa sehingga untuk menghapuskan dosa
tersebut atas izin Allah, manusia haruslah beristigfar dan bertaubat. Agar manusia dapat
menjalankan peranannya dengan baik, maka Allah menciptakan bumi untuk manusia
makmurkan sehingga manusia akan mendapat keuntungan, tapi jangan sampai manusia
berbuat kerusakan akibatnya akan kembali kepada manusia. Dengan memanfaatkan segala
potensi bumi, berdoa, berdzikir, beristigfar, dan bertaubat, tentu manusia akan menjadi
khalifah yang baik dan mendapatkan penghargaan atau balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Arti Surat Hud : 61
“Dan kepada kamu Samud (kami utus) saudara mereka, Shalih. Dia berkata. “Wahai kaumku!
Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi
(tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya,
kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya).
D. Untuk mengefektifkan peranannya, seorang muslim dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
- Menyadari bahwasanya tugas dan tujuan hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah
- Beribadah dengan baik kepada Allah Swt.
- Memanfaatkan segala potensi yang ada di bumi untuk melaksanakan peranannya dengan
baik dan jangan sampai merusaknya
- Selalu berusaha untuk menjadi bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya agar dapat
menjadi rahmatan lil alamin yang baik. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak
menebarkan manfaat.
- Menjalankan amanah yang telah Allah percayakan sesuai petunjuk yang diberikan-Nya.
- Selalu mencari ilmu agar apa yang dilakukan lebih bermakna dan bermanfaat karena dapat
membuat manusia mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi.
- Beristigfar dan bertaubat untuk pembersihan dosa dan kesalahan.
- Berlomba lomba dalam kebaikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Manusia adalah mahluk yang diciptakan untuk memelihara bumi dan maka sebab itu
manusia harus selalu menjaga tempat tinggalnnya(bumi)
2. Manusia adalah rahmatan lil alamin atau rahmat bagi sekalian alam maka manusia
harus bermanfaat bagi semua mahluk hidup
3. kita harus selalu bertaqwa kepada allah dengan cara beribada kepadanya,berbakti
kepada orang tua,saling berbuat baik terhadap teman dan lingkungan dan menjaga
silaturahmi
4.2 Saran
1.Saran yang paling penting menurut saya adalah bahwa diskusi ini sangat baik jika
mahasiswa nya ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi itu
2.Diperbanyak lagi Fasilitas-fasilitas untuk menunjang diskusi agar berjalan dengan baik
3.Dan semoga mata kuliah Agama Islam ditambah jam pertemuannya
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya. 1990. Departemen Agama RI dan Kerajaan Saudi Arabia. 1133 hlm.
Aziz, M.A. 1995. Memahami dan Mendalami Ajaran Al Qur’an Jilid IA. Bangkit Daya Insana. Cijantung, Jakarta. 132 hlm.
Al Qur’an dan terjemahan 30 juz.2002.Departmen Agama RI Revisi Depag Terbaru. solo
Indonesia.950 hlm