lapkas kecil keratitis & katarak yanuar.doc.docx
TRANSCRIPT
KERATITIS
Superficial
Profunda
epitel
subepitel
stroma
Herpes zoster, herpes simplek, punctata
Numularis, disiform
neuroparalitik
interstitial
disiformis
sklerotikan
TINJAUAN PUSTAKA
1. KERATITIS
PENDAHULUAN & DEFINISI
Permukaan mata secara regular terpajan ligkungan luar dan mudah
mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar
penyakit pada jaringan ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab
timbulnya gejala pada mata. Keratitis adalah kelainan akibat adanya infiltrat
sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
(PERDAMI, 2009)
KLASIFIKASI dan ETIOLOGI
Berdasarkan lokasinya, keratitis dapat diklasifikasikan :
Keratitis superfisial adalah keratitis yang mengenai lapisan epitel atau
Bowman, sedangkan keratitis profunda adalah keratitis yang mengenai
lapisan stroma. Adapun bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain
keratitis punctata superfisialis, keratitis herpes zoster, keratitis herpes
simpleks, dan keratitis numularis. Sedangkan, bentuk keratitis profunda
antara lain keratitis interstisial dan keratitis sklerotikan.
Keratitis punctata dapat disebabkan karena sindrom dry eye, blefaritis,
konjungtivitis kronis, keracunan obat, sinar ultraviolet, atau dapat juga karena
infeksi sekunder. Pada keratitis punctata superficial biasanya penyembuhan
berlangsung sempurna, apabila disebabkan oleh virus tidak perlu diberikan
pengobatan karena penyembuhan dapat terjadi dalam 3 minggu4. Gejala
klinisnya dapat berupa, mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Gejala
lainnnya yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih, gatal dan
mengeluarkan kotoran.
Berdasarkan etiologinya, keratitis dapat diklasifikasikan :
a. KERATITIS MIKROBIAL
Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur,
atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri.
Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau gangguan
mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal.
keratitis bacterial
ciri-ciri keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat.
Destruksi kornea lengkap bisa terjadi dalam 24 – 48 jam oleh
beberapa agen bakteri yang virulen. Ulkus kornea,
pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi
segmen anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.
keratitis viral
keratitis dendritik herpetik
keratitis dendritik yang disebabkan virus herpes simpleks akan
memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan
bentuk seperti ranting pohon yang bercabang – cabang dengan
memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat
percabangan.
Keratitits herpes zooster
Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster
pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan
demikian pula kornea atau konjungtiva.
Keratitis punctata epitelial
Keratitits dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan
oleh virus, keratitits punctata juga disebabakan oleh obat seperti
neomisin dan gentamisin.
Keratitits disiformis
merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam
stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi
atau sesudah infeksi virus herpes simpleks
b. KERATITIS PEMAJANAN
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai
dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan
kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder.
Keratitis lagoftalmos
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi
pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita
koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
Keratitis neuroparalitik
Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan
gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea
Keratokonjungtivitis sika
Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.
PATOFISIOLOGI
Kornea adalah selaput bening mata yang dapat menembus cahaya, dan
merupakan jaringan penutup bola mata sebelah depan yang terdiri dari :
1. Epitel, terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih.
2. Membrane bowman, merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti stroma.
3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan yang lainnya.
4. Membrane descement, merupakan membrane aseluler, bersifat sangat
elastik.
5. Endotel, yang berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal.
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel
akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi
endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan bagian mata yang
tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar
terkuat dilakukan oleh kornea yaitu 40 dioptri.
Awal dari keratitis bakteri adalah adanya gangguan dari epitel kornea
yang intak atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea,
dimana akan terjadi proliferasi dan menyebabkan ulkus. Faktor virulensi
dapat menyebabkan invasi mikroba atau molekul efektor sekunder yang
membantu proses infeksi. Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada
struktur fimbriasi dan struktur non fimbriasi yang membantu penempelan ke
sel kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka
dan infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil)
mengelilingi ulkus awal dan menyebabkan nekrosis lamella stroma.
Difusi produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di bilik posterior,
menyalurkan sel-sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya
hypopyon. Toksin bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin
protease) dapat diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat
menyebabkan destruksi substansi kornea. Grup bakteri yang paling banyak
menyebabkan keratitis bakteri adalah Streptococcus, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae (meliputi Klebsiella, Enterobacter, Serratia, and Proteus)
dan golongan Staphylococcus. Lebih dari 20 kasus keratitis jamur (terutama
candidiasis) terjadi komplikasi koinfeksi bakteri.
GEJALA dan TANDA
Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :
Inflamasi bola mata yang jelas
Terasa ada benda asing di mata
Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat satu sama
lain
Rasa silau dimata pembuluh darah iris dilatasi, kontraksi iris yang
meradang menutupi pandangan sehingga berpendar jika kena cahaya
Blefarospasme karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan
palpebra superior
Epifora rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.
Kabur karena kornea berfungsi sbg jendela mata bila infiltrat di
sentral
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis :
Pemakaian lensa kontak (catat tipe lensa, waktu penggunaan dan cara
disinfeksi)
Trauma
Penggunaan obat-obatan mata
Penurunan imunitas tubuh
Kekurangan cairan air mata
Penyakit kornea sebelumnya (keratitis herpetic, keratopathy
neurotrophik)
Perubahan structural dan malposisi kelopak mata
Pemeriksaan fisik pada mata :
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap mata secara terpisah.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu snellen
maupun secara manual
2. Pemeriksaan luar dan biomikroskopik pasien menampakkan hal-hal
berikut ini:
Ulserasi epitel ; infiltrat kornea
Ada atau tidaknya hypopyon
Lipatan di membran descemet
Edema kelopak mata atas
Sinekhia posterior
Inflamasi sekeliling kornea fokal atau difus
Hiperemi konjungtiva
3. Ofthalmoskop
Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina dan ada atau
tidaknya perdarahan.
4. Tes Fluoresens
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea. Pada tempat ulkus
tampak berwarna hijau.
5. Pemeriksaan Sensibilitas Kornea
Untuk menilai kepekaan rangsang kornea. Dengan menggunakan kapas
pilin atau estesiometer.
6. Keratometri ( pegukuran kornea )
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake
juga dapat dilihat dengan cara fokus kita alihkan kearah lateral bawah,
secara subjektif dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air
mata.
7. Tonometri digital palpasi
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat
dipakai atau sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan
infeksi kornea.
DIAGNOSIS BANDING
1. Blepharitis
2. Conjunctivitis
3. Keratokonjuntivitis
4.Ulkus kornea
PENATALAKSANAAN
Keratitis punctata superfisialis biasanya berakhir dengan
penyembuhan sempurna. Jika penyebabnya virus, tidak perlu diberikan
pengobatan khusus dan penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3
minggu. Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Jika
penyebabnya adalah mata kering, diberikan salep dan air mata buatan. Jika
penyebabnya adalah sinar ultraviolet atau lensa kontak, diberikan salep
antibiotik dan obat untuk melebarkan pupil. Jika penyebabnya adalah reaksi
terhadap obat-obatan, maka sebaiknya pemakaian obat dihentikan.
KOMPLIKASI
1.Ulkus Kornea
2.Endophthalmitis
3.Panophthalmitis
PROGNOSIS
Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung
baik meskipun tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting
dalam kasus ini karena diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang
memberikan respon terhadap virus ataupun bakteri.
2. KATARAK
DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract,
dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak
umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
ETIOLOGI
Bermacam- macam penyakit mata dapat megakibatkan katarak seperti
glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat
berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti : eserin
(0,25- 0,5 %), kortikosteroid, ergot, antikolinerase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak
adalah diabetes melitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata
atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor resiko seperti :
Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
Usia
GEJALA DAN TANDA
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan
tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini
mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih
atau abu- abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-
macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada
berbagai bagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
KLASIFIKASI KATARAK
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah
1 tahun.
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun.
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini
biasanya terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak
herediter dan kongenital.
Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagai menjadi stadium insipien,
stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipiens
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak- bercak seperti baji (jari- jari bola), terutama mengenai
korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini
disebut spokens of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian bagian
belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka
sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh
karena kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga
pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai
refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan
daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut shadow test (+)
3. Stadium matur. Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh
seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan
kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris.
Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara.
Shadow test membedakan stadium matur dan imatur, dengan syarat
harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika, oleh karena pada
katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena
kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan
tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.
Kadang- kadang, walaupun masih stadium imatur dengan koreksi
visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih
buruk lagi 1/300 atau 1/∞, hanya ada persepsi cahaya, walaupun
lensanya belum keruh seluruhnya, keadaan ini disebut veramatur.
4. Stadium hipermatur. Kortek lensa yang konsistensinya seperti
bubur telah mencair sehinggan nukleus lensa turun oleh karena
daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh,
nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah,
dengan warna yang lain daripada bagian yang di atasnya yaitu
kecokelatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa,
yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat
keluar dan lensa menjadi kempis yang di bawahnya terdapat
nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak morgagni.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu
keadaan yang disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik
mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris
terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini
tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi pada stadium II.
insipien imatur matur hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test negatif Positif Negatif pseudopos
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
Katarak rubella :
Ditularkan melalui rubella pada ibu hamil
Katarak Brunesen :
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama
pada nukleus lensa
Dapat terjadi pada pasien diabetes melitus dan myopia
tinggi
Katarak komplikata :
Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses
degenerasi
Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di
korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau
dibawah kapsul menuju sentral
Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang
sewaktu- waktu menjadi katarak lamelar
Katarak diabetik :
Akibat adanya penyakit Diabetes melitus
Meningkatkan insidens maturasi katarak >>
Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular
yang sebagian jernih dengan pengobatan
Katarak sekunder
Adanya cincin soemmering (akibat kapsul posterior yang
pecah)
Mutiara elsching (epitel subkapsuler yang berproliferasi)
Katarak traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi,
aruslistrik, panas dan dingin)
Katarak senilis (usia tua) Katarak traumatik Katarak kongenital
PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
Nukleus : zona sentral
Korteks : perifer
Kapsula anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan
perubahan kimia pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata
menjadi keruh. Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar lensa) menyebabkan
hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi
progresif sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium
dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi
karena meningkatkan usia sehingga terjadi penurunan enzim yang
menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis :
Penurunan ketajaman penglihat secara bertahap (gejala utama
katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal, atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar
sangat menyilaukan mata
Lampu dan matahari sangat menganggu
Sering meminta resep ganti
Penglihatan ganda (diplopia)
Berdasarkan pemeriksaan fisik mata :
Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring iris pada lensa yang keruh (iris
shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil
terjadi katarak matur
Slit lamp
Pemeriksaan ophtalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
DIFERENTIAL DIAGNOSA
- Leukoria
- Ablasi retina
- Oklusi pupil
- Retinoblastoma
PENATALAKSAAN
Penatalaksaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).
Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan
oleh penyulit misalnya, silau maka pasien dapat menggunakan kacamata.
Untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Dapat pula
dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E serta
antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat
progresifitas katarak.
Ekstraksi karatak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa
yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa
dengan isinkapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa
(korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan
meninggalkan kapsul posterior.
a. EKEK (ekstraksi ekstra kapsular)
b. EKIK (ekstraksi intrakapsular)
KOMPLIKASI
- Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersama
dengan katarak traumatic
- Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,
glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, ruture
koroid, hifema, perdarahan retrobulbar, neuropati optic
traumatic.
PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak- anak yang memerlukan
pembedahan tidak sabaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya
ambliopia dan kadang- kadang anomali saraf optikus atau retina
mambatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling
buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak
kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat.
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Burikan 01/03, Kudus
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis pada tanggal 15 Maret 2012 pukul
11.15 WIB
Keluhan Utama : Mata kanan terasa mengganjal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata sebelah kanan terasa
mengganjal, gatal, dan merah. Dalam keseharian pasien sering merasa
silau (blereng). Keluhan tersebut membuat pasien kesulitan dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Sebelumnya, pasien
mengaku pernah kelilipan debu, lalu mengucek-ucek matanya, hingga
merah dan gatal. Keluhan ini sudah dirasakan selama 1 minggu. Namun
karena keluhan tidak segera membaik, lalu pasien berobat ke poli klinik
mata RSUD Kudus. Pasien juga mengeluhkan pengelihatan terasa kabur
seperti ada kabut putih yang menutupi lapang pandang pengelihatannya.
Hal ini sudah dialami lebih dari 5 tahun lalu., namun pasien tidak pernah
kontrol rutin.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (-), Diabetes melitus (+)
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluhan serupa sebelumnya di
keluarga
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 64 kali/menit
Respiratory rate : 21 kali/menit
Suhu : tidak diperiksa
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD OS
2 1 3 3
Keterangan:
1. OD infiltrat halus di permukaan kornea.
2. OD Injeksi Ciliar (+)
3. ODS Lensa berwarna putih keruh
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAA
N
OCULI SINISTRA(OS)
6/30 Visus 3/60
Belum dikoreksi Koreksi Belum dikoreksi
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), eksoftalmus
(-), strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), eksoftalmus
(-), strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-), blefarospasme
(-), lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (+),
infiltrat (-)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-),
infiltrat (-)
Warna kemerahan
Ikterik (-)
Sklera Warna putih
Ikterik (-)
Bulat, edema (-), keratik
presipitat (-),
sikatriks (-),
arkus senilis (+),
infiltrat (+)
titik-titik halus di
permukaan kornea
Kornea
Bulat, edema (-), keratik
presipitat (-),
sikatriks (-),
arkus senilis (+),
infiltrat (-)
Jernih, kedalaman cukup,
hipopion (-), hifema (-)
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Jernih, kedalaman cukup,
hipopion (-), hifema (-)
warna coklat,
edema (-), sinekia (-), atrofi
(-)
Iris
warna coklat,
edema (-), sinekia (-), atrofi
(-)
Reguler,
letak sentral,
diameter: 3mm,
refleks pupil L/TL: +/+
Pupil
Reguler,
letak sentral, diameter: 3mm,
refleks pupil L/TL: +/+
Keruh,
warna seperti putih susu,
tidak merata,
Shadow test (+)
Lensa Keruh,
Warna seperti putih susu,
tidak merata,
Shadow test (+)
Sulit dinilai Vitreus Sulit dinilai
Sulit dinilai Retina Sulit dinilai
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
Digital : Normal TIO Digital : Normal
Epifora (-),
lakrimasi (-)
Sistem
Lakrimasi
Epifora (-),
lakrimasi (-)
IV. RESUME
Subjektif:
Pasien datang dengan keluhan mata sebelah kanan terasa
mengganjal, gatal, dan merah. Dalam keseharian pasien sering merasa
silau (blereng). Keluhan tersebut membuat pasien kesulitan dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Sebelumnya, pasien
mengaku pernah kelilipan debu, lalu mengucek-ucek matanya, hingga
merah dan gatal. Keluhan ini sudah dirasakan selama 1 minggu.
Objektif:
Pada pemeriksaan fisik mata, diperoleh visus pada mata kanan
6/30, visus mata kiri 3/60, OD injeksi konjungtiva (+), OD infiltrat (+)
titik-titik halus di permukaan kornea, OD tes fluorescein (+), ODS lensa
berwarna putih keruh.
V. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
1. a. OD Konjungtivitis
b. OD Keratokonjungtivitis
c. OD Ulkus kornea
2. a. ODS Katarak senilis insipien
b. ODS Katarak senilis matur
c. ODS Katarak senilis hipermatur
V. DIAGNOSA KERJA
1. OD Keratitis Superfisialis Punctata e.c. bakterial
2. ODS Katarak Senilis Imatur
Dasar diagnosis:
- Pada anamnesis : mata kanan terasa mengganjal, merah, gatal,
kabur, silau, kebiasaan mengucek mata (+).
- Pada pemeriksaan fisik mata, diperoleh visus pada mata kanan
6/30, visus mata kiri 3/60, OD injeksi konjungtiva (+), OD infiltrat
(+) titik-titik halus di permukaan kornea, ODS lensa berwarna
putih keruh.
VI. TERAPI
Medikamentosa:
- Antibiotik Tarivid (ofloksasin) 1 tetes tiap 3 jam OD
- Air mata buatan CendoLyteers 1 tetes tiap 4 jam OD
Operatif :
OS Tindakan operatif ekstraksi katarak, disertai pemberian
Lensa Intra Okuler (IOL).
VII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Visam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo Ad Sanam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo Ad Kosmetikam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo Ad Vitam : Ad bonam Ad bonam
VIII. USUL DAN SARAN
Usul:
- Lakukan pemeriksaan kultur kuman
- Bila pasien menghendaki dan mengijinkan, dilakukan tindakan
operatif ekstraksi katarak dan pemasangan Lensa Intra Okluer
(IOL) pada mata kiri, apabila keratitis sudah sembuh total.
Saran:
- Mengistirahatkan mata untuk sementara waktu
- Gunakan obat tetes mata secara teratur
- Edukasi pasien untuk tidak mengucek mata dan terlalu banyak terkena angin
- Menggunakan pelindung mata untuk menghindari debu dan mengurangi fotofobia.
Laporan Kasus
OD KERATITIS SUPERFISIAL
ODS KATARAK SENILIS IMATUR
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Penyakit MATA Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Oleh:
Fransiscus Januar Widjaja
406102033
Pembimbing :
Dr. Rosalia S., Sp. M.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Fransiscus Januar Widjaja
NIM : 406102033
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Tarumanagara
Bagian : Ilmu Penyakit Mata
Judul Laporan Kasus : OS Ulkus Kornea Sentral Bakterialis
Pembimbing : Dr. Rosalia Septiana W, Sp.M.
Dr. Djoko Heru Santosa, Sp.M.
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus
(Dr. Rosalia Septiana, Sp.M.)