lapkas gilut abses ginggiva

20
DESKRIPSI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 52 Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Periksa : 17 Februari 2012 II. KELUHAN SUBYEKTIF PASIEN Keluhan Utama : gigi belakang rahang kiri bawah terasa sakit Anamnesis i. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Puskesmas Pandanaran Semarang dengan keluhan sejak 4 hari yang lalu, gigi belakang rahang kiri bawah terasa sakit cekot-cekot. Sakit terasa saat makan, makin lama makin sakit. Belum diperiksakan dan diobati. Tidak terasa ngilu saat minum/makan dingin.

Upload: nell

Post on 05-Dec-2014

75 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laporan kasus gigi mulut - abses ginggiva

TRANSCRIPT

DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 52

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Periksa : 17 Februari 2012

II. KELUHAN SUBYEKTIF PASIEN

Keluhan Utama : gigi belakang rahang kiri bawah terasa sakit

Anamnesis

i. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Pandanaran Semarang dengan

keluhan sejak 4 hari yang lalu, gigi belakang rahang kiri bawah

terasa sakit cekot-cekot. Sakit terasa saat makan, makin lama

makin sakit. Belum diperiksakan dan diobati. Tidak terasa ngilu

saat minum/makan dingin.

ii. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut

Dahulu pasien pernah merasakan sakit pada gigi yang

berlubang terutama saat makan dan minum

panas/dingin. Tetapi tidak pernah diperiksakan dan

dibiarkan saja hingga hilang sendiri.

2. Riwayat Penyakit Sistemik

a. Riwayat Alergi : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat Hipertensi : disangkal

iii. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

iv. Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi cukup

III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Gizi : baik

Derajat Sakit : -

Anemis / Ikterik / Sianosis : - / - / -

Status Present

Tensi : 120/70 mmHg

Nadi : 96x/menit

RR : 20X/menit

Suhu : 36,7ºC

Ekstra Oral

Asimetri wajah : -

Tanda radang : -

Tepi rahang : teraba

Lain-lain : trismus –

Intra Oral

Gigi : caries (+), gigi 3.5, gusi tampak bengkak

Mukosa pipi : tak ada kelainan

Mukosa Palatum durum : tak ada kelainan

Mukosa palatum mole : tak ada kelainan

Mukosa dasar mulut : tak ada kelainan

Mukosa faring : tak ada kelainan

Status Lokal

Nomenklatur WHO

1

5

87654321

2

6

12345678

87654321

8

4

12345678

7

3

Gigi molar 3 permanen seluruh rahang (+)

Nomenklatur WHO : 3.5

Inspeksi : caries (+) 3.5, gusi bengkak (+)

Sonde : sakit + , profunda

Perkusi : +

Tekanan : +

Palpasi : -

IV. ORAL HYGIENE

Kurang

V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA

Abses gingiva

VI. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Abses Gingiva

Abses Serous

Gingivitis

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : -

Foto : -

VIII. RENCANA TERAPI

Medikamentosa : Pamol 3x1

Amoxicilin 3x1

Dexametason 2x1

IX. EDUKASI

Menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan menggosok gigi min 2x sehari

Kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali

X. SUMMARY

Pasien datang ke Puskesmas ... dengan keluhan sejak 4 hari yang lalu,

gigi belakang rahang kiri bawah terasa sakit cekot-cekot, sakit terasa saat

makan, dan semakin lama bertambah sakit . kemudian dilakukan pemeriksaan

fisik maka dapat terdiagnosis sementara pasien menderita Abses Gingiva.

Pemeriksaan Fisik : E.O : simetris

I.O : Inspeksi : caries (+) 3.5, gusi bengkak (+)

Sonde : sakit + , profunda

Perkusi : +

Tekanan : +

Palpasi : -

XI. PROGNOSIS

Ad bonam

Abses GingivaDEFINISIAbses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya lubang yang berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Dental abses artinya abses yang terbentuk didalam jaringan periapikal atau periodontal karena infeksi gigi atau perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk merusak jaringan periapikal, tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi dan membentuk fistel

Gusi adalah bagian mukosa mulut yang menutupi proceccus alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi. Gingiva adalah bahasa yang digunakan secara umum dalam bidang kedokteran gigi. Sedangkan gusi adalah bahasa pasaran yang digunakan masyarakat secara luas.

Gingiva secara anatomis dibagi atas :1. Marginal (unattached)Yaitu tepi atau pinggir gingiva yang mengelilingi gigi. Bagian ini berbatasan dengan attached gingiva atau suatu lekukan dangkal yang disebut free gingival groove . Lebar gingiva kurang lebih 1 mm, dapat dilakukan dengan alat periodontal probe dan permukaan gigi.2. AttachedAttached gingiva tidak terpisah dengan marginal gingiva. Padat, lenting, (resilient), melekat erat keperiosteal tulang alv. Sampai

meluas ke mukosa alv. Yang longgar dengan mudah bergerak dibatasi oleh muko gingival junction.3. Interdental gingiva Mengisi embrassur gingiva, yaitu ruang proximal, dibawah daerah kontak gigi. IG biasanya terdiri dari 2 papilla di vestibular dan oral.Abses gingival merupakan suatu nanah yang terjadi pada gusi (gingiva). Terjadi karena faktor iritasi, seperti plak, kalkulus, invasi bakteri, impaksi makanan atau trauma jaringan. Terkadang pula akibat gigi yang akan tumbuh.

PATOFISIOLOGIAbses gingival sebenarnya adalah komplikasi daripada karies gigi. Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau hancur).Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan tulang yang menyokong gigi.Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.Penyebaran abses selanjutnya adalah:

1. PeriostitisPerjalanan pus ini mengalami beberapa kondisi, karena sesuai perjalanannya, dari dalam tulang melalui cancelous bone, pus bergerak menuju ke arah tepian tulang atau lapisan tulang terluar yang kita kenal dengan sebutan korteks tulang. Tulang yang dalam kondisi hidup dan normal, selalu dilapisi oleh lapisan tipis yang tervaskularisasi dengan baik guna menutrisi tulang dari luar, yang disebut periosteum. Karena memiliki vaskularisasi yang baik ini, maka respon keradangan juga terjadi ketika pus mulai mencapai korteks, dan melakukan eksudasinya dengan melepas komponen keradangan dan sel plasma ke rongga subperiosteal (antara korteks dan periosteum) dengan tujuan menghambat laju pus yang kandungannya berpotensi destruktif tersebut. Peristiwa ini alih-alih tanpa gejala, tapi cenderung menimbulkan rasa sakit, terasa hangat pada regio yang terlibat, bisa timbul pembengkakan, peristiwa ini disebut periostitis/serous periostitis. Adanya tambahan

istilah “serous” disebabkan karena konsistensi eksudat yang dikeluarkan ke ronggasubperiosteal mengandung kurang lebih 70% plasma, dan tidak kental seperti pus karena memang belum ada keterlibatan pus di rongga tersebut. Periostitis dapat berlangsung selama 2-3 hari, tergantung keadaan host.

2. Abses Gingival

Port d’entry MikroOrganisme (MO) dapat melalui karies yang ada pada gigi. Kemudian MO ini berkembang-biak, mutiplikasi, mengeluarkan produk-produknya, dan menjalar hingga pulpa. Kemudian terjadilah pulpitis. Bila tetap tidak mendapat perawatan, MO ini akan terus berkembang biak dan menjalar hingga saluran akar yang akhirnya dapat membuntu saluran ini (ditambah dengan adanya produk-produk radang) sehingga pembuluh darah pun tidak bisa memberikan nutrisinya dan terjadilah kematian pulpa oleh karena nekrosis. Dari nekrosis ini, terjadilah spread of infection sehingga timbul abses periapikal. Kemudian, terus multiplikasi bakteri dan produk-produk radang tadi terus terjadi dan menjalar hingga tulang dan terjadilah osteomyelitis (bila mengenai sumsum tulang, dan komponen tulang alveolar lainnya). Tulang yang terkena infeksi ini juga akan kekurangan nutrisi dari pembuluh darah dan akibatnya terjadi penurunan densitas tulang. Bila tidak cepat ditangani, maka infeksi terus menjalar hingg periosteum dan terjadilah periostitis. Periostitis ini dapat menyebabkan trismus karena bakteri dapat menyebar ke otot melalui periosteum. Bila port d’entry melalui margin atau sulkus gingival, maka keradangan terjadi di daerah ligamen periodontal dan menyebabkan lebarnya periodontal space. Kemudian penjalaran infeksi sampai pada bagian gingiva sehingga menimbulkan gingival abses.

3. Abses subperiostealAbses subperiosteal terjadi di sela-sela antara korteks tulang dengan lapisan periosteum, bedanya adalah di kondisi ini sudah terdapat keterlibatan pus, alias pus sudah berhasil menembus korteks dan memasuki rongga subperiosteal, karenanya nama abses yang tadinya disebut abses periapikal, berubah terminologi menjadi abses subperiosteal. Karena lapisan periosteum adalah lapisan yang tipis, maka dalam beberapa jam saja akan mudah tertembus oleh cairan pusyang kental, sebuah kondisi yang sangat berbeda dengan peristiwa periostitis dimana konsistensi cairannya lebih serous.4. Fascial abscessJika periosteum sudah tertembus oleh pus yang berasal dari dalam tulang tadi, maka dengan bebasnya, proses infeksi ini akan menjalar menuju fascial space terdekat, karena telah mencapai area jaringan lunak. Apabila infeksi telah meluas mengenai fascial spaces, maka dapat terjadi fascial abscess.Fascial spaces adalah ruangan potensial yang dibatasi/ditutupi/dilapisi oleh lapisan jaringan ikat. Fascial spaces dibagi menjadi : Fascial spaces primer

1. Maksilaa. Canine spacesb. Buccal spacesc. Infratemporal spaces

2. Mandibulaa. Submental spacesb. Buccal spacesc. Sublingual spacesd. Submandibular spaces

Fascial spaces sekunderFascial spaces sekunder merupakan fascial spaces yang dibatasi oleh jaringan ikat dengan pasokan darah yang kurang. Ruangan ini berhubungan secara anatomis dengan daerah dan struktur vital. Yang termasuk fascial spacessekunder yaitu masticatory space, cervical space,retropharyngeal space, lateral pharyngeal space, prevertebral space, dan body of mandible space. Infeksi yang terjadi padafascial spaces sekunder berpotensi menyebabkan komplikasi yang parah.Terjadinya infeksi pada salah satu atau lebih fascial spaceyang paling sering oleh karena penyebaran kuman dari penyakit

odontogenik terutama komplikasi dari periapikal abses. Pus yang mengandung bakteri pada periapikal abses akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah fascial spaces. Gigi mana yang terkena periapikal abses ini kemudian yang akan menentukan jenis dari fascial spaces yang terkena infeksi.-        Canine spacesBerisi muskulus levator anguli oris, dan m. labii superior. Infeksi daerah ini disebabkan periapikal abses dari gigi caninus maksila. Gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan hilangnya lekukan nasolabial. Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah infraorbital dan sinus kavernosus.-        Buccal spacesTerletak sebelah lateral dari m. buccinator dan berisi kelenjar parotis dan n. fascialis. Infeksi berasal dari gigi premolar dan molar yang ujung akarnya berada di atas perlekatan m. buccinator pada maksila atau berada di bawah perlekatan m. buccinator pada mandibula. Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus ringan.-        Infratemporal spacesTerletak di posterior dari maksila, lateral dari proc. Pterigoideus inferior dari dasar tengkorak, dan profundus daritemporal space. Berisi nervus dan pembuluh darah. Infeksi berasal dari gigi molar III maksila. Gejala infeksi berupa tidak adanya pembengkakan wajah dan kadang terdapat trismus bila infeksi telah menyebar.-        Submental spaceInfeksi berasal dari gigi incisivus mandibula. Gejala infeksi berupa bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu.-        Sublingual spaceTerletak di dasar mulut, superior dari m. mylohyoid, dan sebelah medial dari mandibula. Infeksi berasal dari gigi anterior mandibula dengan ujung akar di atas m. mylohyoid. Gejala infeksi berupa pembengkakan dasar mulut, terangkatnya lidah, nyeri, dan dysphagia.-        Submandibular spaceTerletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis. Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah segitiga submandibula leher

disekitar sudut mandibula, perabaan terasa lunak dan adanya trismus ringan.-        Masticator spaceBerisi m. masseter, m. pterygoid medial dan lateral, insersi darim. temporalis. Infeksi berasal dari gigi molar III mandibula. Gejala infeksi berupa trismus dan jika abses besar maka infeksi dapat menyebar ke lateral pharyngeal space. Pasien membutuhkan intubasi nasoendotracheal untuk alat bantu bernapas.-        Lateral pharyngeal space (parapharyngeal space)Berhubungan dengan banyak space di sekelilingnya sehingga infeksi pada daerah ini dapat dengan cepat menyebar. Gejala infeksi berupa panas, menggigil, nyeri dysphagia, dan trismus.-        Retropharyngeal space (posterior visceral space)Infeksi berasal dari gigi molar mandibula, dari infeksi saluran pernapasan atas, dari tonsil, parotis, telinga tengah, dan sinus. Gejala infeksi berupa kaku leher, sakit tenggorokan,dysphagia, hot potato voice, dan stridor. Merupakan infeksifascial spaces yang serius karena infeksi dapat menyebar ke mediastinum dan daerah leher yang lebih dalam (menyebabkan kerusakan n. vagus dan n. cranial bawah,Horner syndrome).

ETIOLOGIAbses gingiva terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob gram positif, dan coccus anaerob gram seperti fusobacteria, Streptococcus sp dan bakteri lainnya. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-gakteri tersebut dapat menyebabkan karies dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen.Abses gingival ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies dentis, invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilis influenzae), inpaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang.Gingival abses terjadi ketika bakteri menginfeksi gusi anda, menyebabkan penyakit gusi (yang dikenal sebagai periodontitis).

Periodontitis menyebabkan radang di dalam gusi anda, yang dapat membuat jaringan yang mengelilingi akar gigi anda (periodontal ligament) terpisah dari dasar tulang gigi anda. Perpisahan ini menciptakan suatu celah kecil yang dikenal sebagai suatu periodontal pocket, yang sulit untuk dibersihkan, dan membolehkankan bakteri masuk dan menyebar.Gingival abses selalu terjadi akibat hasil dari :

Penanganan gigi yang yang menciptakan periodontal pocket secara kebetulan,

Penggunaan antibiotik yang  tidak diperlakukan untuk periodontitis, yang dapatmenyembunyikan suatu abses, dan

Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.

MANIFESTASI KLINIKGejala utama abses gingiva adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi, yang dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba, dan secara berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan beberapa hari. Dapat juga ditemukan nyeri menjalar sampai ketelinga, turun ke rahang dan leher pada sisi gigi yang sakit.Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masing-masing stadium mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:1. Stadium subperiostal dan periostal

Pembengkakan belum terlihat jelas Warna mukosa masih normal Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat Palpasi sakit dengan konsistensi keras

2. Stadium serosa Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika

serosa dari tulang dan pembengkakan sudah ada Mukosa mengalami hiperemi dan merah Rasa sakit yang mendalam Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi

3. Stadium sub mukous Pembengkakan jelas tampak Rasa sakit mulai berkurang Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi

4. Stadium subkutan

Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata

Gejala-gejala umum dari abses gingiva adalah : Gigi terasa sensitif kepada air sejuk atau panas. Rasa pahit di dalam mulut. Nafas berbau busuk. Kelenjar leher bengkak. Bagian rahang bengkak (sangat serius). Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil Denyut nadi cepat atau takikardi Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise) Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis

PENATALAKSANAANSatu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gingiva adalah mengikuti perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam beberapa kasus, pembedahan, atau kedua-duanya.A. Farmakoterapi

Analgesik Abses gingiva sangat nyeri, tetapi dapat digunakan analgesik

Antibiotik untuk abses gingiva digunakan untuk mencegah penyebaran infeksi, dan dapat dipakai bersama anaigesik. 

B. Dental proceduresLangkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gingiva adalah incisi (dibuka) absesnya, dan didrainase nanah yang berisi bakteri. Prosedur ini pada umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih dahulu, sehingga area yang sakit akan mati rasa.  Pada abses gingival, dokter gigi akan mengeluarkan nanah (pus), dan secara menyeluruh membersihkan periodontal pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling dan garis gusi untuk membantu penyembuhan dan mencegah infeksi atau peradangan lebih lanjutC. SurgeryJika terjadi infeksi berulang, harus dilakukan pembedahan yang dapat membentuk kembali jaringan gusi dan memindahkan periodontal

pocket. Dalam beberapa kasus, infeksi abses gingiva dapat terulang bahkan setelah prosedur pembedahan. Jika ini terjadi, atau jika gigi telah pecah, mungkin perlu dipindahkan semuanya.Berikut adalah penatalaksanaan berdasarkan stadium terjadinya abses :

Stadium periostal dan sub periostal Dilakukan trepanasi untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, anti inflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak meluas dan  dapat sembuh

Stadium serosa Dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat kuku dan kompres panas, supaya abses masuk kearah rongga mulut

Stadium submukosa dan subkutan Dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam sebagai drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi, antipiretika,analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.

KOMPLIKASI Gigi tercabut. Infeksi kejaringan lunak (selulitis fasial, angina Ludwig). Infeksi kejaringan tulang (osteomielitis mandibula atau maksila). Infeksi ke bagian tubuh lain menyebabkan abses serebral,

endokarditis, pneumonia, dll. Dapat terjadi sepsis

PENCEGAHANUntuk mencegah terjadinya abses gingival :

Sikat gigi dengan cara yang benar dan gunakan pasta gigi yang nyaman untuk kesehatan gigi dan gusi

Pemeriksaan gigi rutin tiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Kurangi makanan yang manis dan yang kering.

PROGNOSISPrognosis dari abses gingiva adalah baik terutama apabila diterapi dengan segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila menjadi bentuk kronik, akan lebih sukar diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk dankemungkinan amputasi lebih besar.