lapen hydrant sistem

33
LAPORAN PRAKTIKUM SPPK HYDRANT SYSTEM Nama : Chalusta Yudha Partama Kelas : K3-4A NRP : 6512040032 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2014

Upload: surady

Post on 26-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

cara pembuatan hydrant

TRANSCRIPT

Page 1: Lapen Hydrant Sistem

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

HYDRANT SYSTEM

Nama : Chalusta Yudha Partama

Kelas : K3-4A

NRP : 6512040032

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2014

Page 2: Lapen Hydrant Sistem

PERCOBAAN

HYDRANT SYSTEM

( KODE : HS )

I. TUJUAN

I.1 TIU

Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.

I.2 TIK

Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Hydrant System dan dapat

memadamkan kebakaran dengan Hydrant System.

II. DASAR TEORI

II.1 Hydrant

II.1.1 Pengertian Hydrant

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang

kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air, pompa, perpipaan, coupling outlet

dan inlet serta selang dan nozzle.

Menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul Training

Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran ( 1996 ), Hydrant adalah suatu sistem

pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadaman air bertekanan yang

dialirkan melalui pipa – pipa dan selang kebakaran.

Sistem Hydrant Kebakaran ( Fire Hydrant System ) adalah suatu system / rangkaian

instalasi / jaringan pemipaan untuk menyalurkan air ( tekanan tertentu ) yang

digunakan sebagai sarana pemadaman kebakaran.

Page 3: Lapen Hydrant Sistem

II.1.2 Macam – macam Hydrant

Berdasarkan tempat/lokasinya sistem hydrant kebakaran dapat dibagi menjadi 3

(tiga) macam, yaitu :

1. Sistem Hydrant Gedung

Hydrant gedung ialah hydrant yang terletak atau dipasang didalam

bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan / dipasang oleh pihak

pengelola bangunan / gedung tersebut. Berdasarkan penggunaannya hydrant

jenis ini diklasifikasikan kedalam 3 ( tiga ) kelompok sebagai berikut :

a) Hydrant Kelas I

Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang

penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas Pemadam

Kebakaran atau orang yang telah terlatih.

Gambar 2.1 Hydrant Kelas I

Page 4: Lapen Hydrant Sistem

b) Hydrant Kelas II

Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 1,5” yang

penggunaannya diperuntukan bagi penghuni gedung atau para petugas yang

belum terlatih.

Gambar 2.2 Hydrant Kelas II

c) Hydrant Kelas III

Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara

Hydrant Kelas I dan Hydrant Kelas II.

2

1

1

1

Page 5: Lapen Hydrant Sistem

Gambar 2.3 Hydrant Kelas III

2. Sistem Hydran Halaman

Hydrant Halaman ialah hydrant yang terletak diluar / lingkungan bangunan

instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik / pengelola

bangunan / gedung.

Gambar 2.4 Sistem Hydrant Halaman

3. Sistem Hydrant Kota

Hydrant Kota ialah hydrant yang terpasang ditepi/sepanjang jalan pada

daerah perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah

Daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran. Persediaan air untuk

hydrant jenis ini dipasok oleh Perusahaan Air Minum setempat (PAM).

Page 6: Lapen Hydrant Sistem

Gambar 2.5 Sistem Hydrant Kota

II.1.3 Komponen-komponen Hydrant System

Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat pada hydrant system :

Tabel 2.1. Komponen-komponen Hydrant System

Nama Komponen Pngertian Gambar

Hydrant pilar

Hydrant pilar ialah bagian

peralatan dari instalasi pipa

hydrant yang terletak di

luar bangunan yang dapat

dihubungkan dengan

selang kebakaran.

Gambar 2.1. Hydrant Pilar

Sumber : Dokumen Penulis

Siamese connection

Siamese connection ialah

bagian peralatan dari

instalasi pipa hydrant yang

terletak diluar bangunan

dan digunakan untuk

mennyuplai air dari mobil

kebakaran.

Gambar 2.2. Siamese

connection

Sumber : Dokumen Penulis

Page 7: Lapen Hydrant Sistem

Nozzle

Nozzle ialah suatu alat

penyemprot yang terletak

pada bagian ujung dari

selang yang digunakan

untuk pengaturan

pengeluaran air.

Gambar 2.3. Nozzle

Sumber : Dokumen Penulis

Selang hydrant

Selang hydrant ialah alat

yang digunakan untuk

mengalirkan air yang

bersifat flexible.

Gambar 2.4. Selang

Hydrant

Sumber : Dokumen Penulis

Sumber : Dokumen Penulis

II.1.4 Bagian – Bagian dari Sistem Hydrant ( Hydrant System )

II.1.4.1 Persediaan Air

Sistem persediaan air untuk sistem hydrant ( hydrant system ) adalah sebagai

berikut :

1. Sumber air untuk memasok kebutuhan sistem hydrant kebakaran dapat

berasal dari PAM, sumur dalam ( artesis ) atau kedua-duanya.

2. Volume Reservoir, sesuai yang diatur dengan ketentuan yang berlaku,

harus diperkirakan berdasarkan waktu pemakaian yang disesuaikan

dengan Klasifikasi Ancaman Bahaya Kebakaran bagi bangunan yang

diproteksi.

Page 8: Lapen Hydrant Sistem

3. Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka banyaknya dapat

digunakan untuk lama waktu seperti ditentukan sebagai berikut :

Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Ringan : 45 menit

Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Sedang : 60 menit

Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Berat : 90 menit

4. Bak Penampungan ( reservoir ) untuk persediaan air pada sistem

hydrant dapat berupa reservoir bawah tanah ( ground tank ), tangki

bertekanan ( presure tank ) atau reservoir atas ( gravity tank ).

II.1.4.2 Pompa

Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem hydrant kebakaran merupakan

perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan (

reservoir ) ke ujung pengeluaran ( pipa pemancar / nozzle ). Pompa-pompa pada

sistem hydrant ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit Pompa Jockey, 1 unit

Pompa Utama dengan sumber daya listrik dan generator serta 1 unit Pompa

Cadangan dengan sumber daya motor diesel.

Gambar 2.6 Pompa pada Hydrant

Berikut ini pompa – pompa yang terdapat pada hydrant :

1. Pompa Jockey

Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis didalam

jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah air

didalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna mengembalikan

Page 9: Lapen Hydrant Sistem

tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa jockey juga akan

berfungsi untuk memantau kebocoran - kebocoran pada jaringan sistem

hydrant. Operasi kerja pompa jockey didisain untuk hidup ( start ) secara

otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran dibuka atau terjadi kebocoran

pada jaringan dan akan berhenti bekerja ( stop ) secara otomatis pada saat

katup bukaan ditutup.

Gambar 2.7 Pompa Jockey

2. Pompa Utama

Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem

hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa

jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start )

secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol

reset pada panel pompa kebakaran.

3. Pompa Cadangan

Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem

hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini

meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga

operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara

otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami

Page 10: Lapen Hydrant Sistem

kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya

dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan didisain untuk hidup (

start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual.

Spesifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant yaitu :

Kemampuan pompa dalam liter per menit

Tempat dimana pompa akan terpasang

Temperature dan berat jenis zat cair

Panjang pemipaan, banyaknya belokan, dan banyaknya penutup / kaca

Tekanan air pada titik tertinggi / terjauh tidak kurang 4 – 5 kg/cm

Bekerja secara otomatis dan stop secara otomatis

Sumber tenaga listrik harus ada dari generator darurat dapat bekerja secara

otomatis dalam waktu kurang dari 10 detik bila sumber utama padam.

II.1.4.3 Pemipaan

Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem hydrant terdiri atas :

a) Pipa Hisap (suction)

Ialah hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang

penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas pemadam

kebakaran atau orang yang telah terlatih.

b) Pipa Penyalur

Pipa Penyalur adalah pipa yang terentang dari Pipa Header sampai ke

Pipa Tegak atau ke Hydrant Halaman. Diamater pipa berfariasi antara 4, 6

dan 8 inch sesuai dengan besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang

c) Pipa Header

Pipa Header dapat dikatakan sebagai pipa antara yang ukuran

diameternya biasanya lebih besar dari pipa lainnya didalam rangkaian

sistem hydrant. Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa pengeluaran

( discharge ) dari pompa jockey, Pompa Utama maupun Pompa Cadangan

sebelum kemudian ke pipa penyalur. Diameter pipa header ini bervariasi

antara 6, 8 dan 10 inci, tergantung dari besar kecilnya sistem hydrant yang

Page 11: Lapen Hydrant Sistem

dipasang. Dari pipa header ini, selain berhubungan dengan pipa penyalur,

biasanya dihubungkan juga dengan pipa-pipa yang menuju ke tangki

bertekanan ( pressure tank ), tangki pemancing ( priming tank ), Sirkulasi

/ by pass ke Reservoir ( safety valve ), pressure switch dan ke manometer

indikasi tekanan kerja pompa.

d) Pipa Tegak ( Riser )

Pipa Tegak adalah pipa yang dipasang vertical dari lantai terbawah

sampai dengan lantai teratas bangunan yang dihubungkan dari Pipa

Penyalur. Diameter pipa bervariasi antara 3, 4 dan 6 inch sesuai dengan

besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang. Berikut ini sistem pada pipa

tegak :

Pipa Tegak Basah (wet riser)

Pipa Tegak sistem basah adalah suatu sistem hydrant dimana pada

jaringan hydrant tersebut telah terisi air dengan tekanan statis. air akan

keluar pada saat katup di lantai-lantai dibuka dan pompa akan bekerja

secara otomatis.

Pipa Tegak Kering (dry riser)

Pada sistem jaringan Pipa Tegak tidak terisi air. Pasokan dan

tekanan air disediakan oleh mobil unit Pemadam Kebakaran melalui

sambungan siamese connection.

Pipa Tegak Kering dengan sistem Remote Control

Pada sistem ini jaringan pipa tegak juga kosong, namun aliran air

akan diperoleh dari sistem hydrant itu sendiri melalui operasi manual

dengan mengaktifkan tombol manual yang terpasang pada kotak-kotak

hydrant di lantai-lantai.

e) Pipa Cabang

Page 12: Lapen Hydrant Sistem

Pipa Cabang adalah pipa yang dihubungkan dari pipa tegak sampai ke

titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai-lantai bangunan. Diameter

pipa bervariasi antara 3 dan 4 inch.

Dalam merencanakan sistem perpipaan harus memperhatikan hal – hal

sebagai berikut :

a) Diameter pipa induk ( pipa suction ) minimum 15 cm ( 6 inchi ) dan diameter

pipa cabang ( pipa discharge ) minimum 10 cm ( 4 inchi ) atau dihitung secara

hydrolis;

b) Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya;

c) Pipa berdiameter sampai 6,25 cm ( 2,5 inchi ) harus menggunakan sambungan

ulir;

d) Pipa berdiameter lebih besar 6,25 cm ( 2,5 inchi ) harus menggunakan

sambungan las;

e) Memasang pipa horizontal

Diberi penggantung dengan kemampuan 5 x berat piap berisi air

Harus terpisah dengan penggantung lain

Jarak antara penggantung maximum 3,5 m;

f) Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan selongsong dari besi

tuang / pipa baja dengan kelonggaran minimum 25 mm diluar pipa;

g) Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi persyaratan

Kedalaman minimal 75 cm dari permukaan tanah

Pipa harus diberi tumpuan pada jarak setiap 3 m

Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata

Pipa harus dicat ( flincoote ) minimum 3 ( tiga ) lapis

Pemasangan pipa didaerah korosi nperlu dilindungi dengan cara yang

tepat.

II.1.5 Komponen Sistem Hydrant

Komponen yang merupakan kelengkapan Sistem Hydrant terdiri dari :

Page 13: Lapen Hydrant Sistem

1. Katup-katup ( valve )

2. Saklar Tekanan ( pressure switch )

3. Tangki Tekanan ( pressure tank )

4. Tangki Pemancing ( priming tank )

5. Manometer

6. Kotak hydrant isi 1 set selang dan pipa pemancar ( nozzle )

7. Katup petugas Pemadam ( landing valve )

Katup ini berupa kopling keluaran ( outlet ) yang jenis dan ukurannya

sesuai dengan kopling yang digunakan oleh DPK. Terpasang ditiap lantai

bangunan, dihubungkan pada pipa tegak sistem hydrant. Fungsi dari katup ini

adalah menghubungkan selang DPK dengan pipa tegak yang pasokan airnya

oleh Unit Mobil Pompa melalui Siamese Connection. Sistem Hydrant yang

diwajibkan katup jenis ini adalah bangunan dengan Klasifikasi Bangunan

Menengah dan Bangunan Tinggi.

8. Sambungan Dinas Pemadam ( siamese connection )

Siamese Connection adalah merupakan masukan ( inlet ) bercabang dua

yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila

pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis.

Kopling ini biasanya terletak ditempat yang mudah dilihat dan mudah

dijangkau oleh mobil unit Pemadam Kebakaran.

Gambar 2. Siamese Connection

Page 14: Lapen Hydrant Sistem

Yang Harus diperhatikan dalam Hydrant System :

1) Perhitungan Hydraulic Calculation yaitu perhitungan untuk

menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam mensuplai air

sesuai dengan design yang ditentukan.

2) Supply air harus mencukupi (NFPA = 30 Menit, Indonesia = 90 Menit)

3) Pompa Hydrant harus mempunyai Jokey pump untuk menjaga tekanan

selalu ada dalam pipa, dan pompa utama memakai rangkaian automatis

bila tekanan turun, pompa utama akan jalan secara automatis

4) Back up engine pump, bila terjadi kebakaran dan listrik padam.

II.2 Hydrant Gedung

Hydrant gedung atau biasa disebut dengan hydrant box adalah suatu sistem

pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air dan dipasang di dalam bangunan

atau gedung. Hydrant box biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan

pipa tegak ( stand pipe ) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus

kebakaran. Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan

perhitungan SNI 03-1735-2000 dan NFPA ( National Fire Protection Association )

adalah sebagai berikut :

Pasokan air untuk hydrant gedung harus sekurang-kurangnya 400 liter /

menit, serta mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit;

Jumlah pasokan air untuk hydrant gedung yang dibutuhkan ditunjukkan

dalam rumus sebagai berikut:

V = Q x t..................................(2.2)

Dimana :

V = Volume air yang dibutuhkan hydrant ( liter )

Q = Debit aliran untuk hydrant pilar ( liter / menit )

t = Waktu pasokan air simpanan (menit)

Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant gedung menggunakan acuan SNI (

Standar Nasional Indonesia ) dan NFPA ( National Fire Protection Association )

adalah sebagai berikut:

Page 15: Lapen Hydrant Sistem

a) Lokasi dan jumlah hydrant bangunan ( kotak Hydrant / box hydrant ) diperlukan

untuk menentukan kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprot air;

b) Hydrant ditempatkan pada jarak 35-38 meter satu dengan lainnya, karena

panjang satu dengan lainnya. Selang kebakaran dalam kotak hydrant adalah 30

meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air;

c) Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu juga disediakan

hydrant untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan;

d) Hydrant / selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau

dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat;

Gambar 2. Hydrant Gedung atau Hydrant Box

Untuk persyaratan teknis Hydrant Gedung menurut SK. GUB. KDKI Jakarta No.

2525 / 1984 dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2 Persyaratan Teknis Hydrant Gedung

Diameter Slang 2 ½ Inchi 1 ½ Inchi

Minimal Debet Air 900 liter / menit

(500 gpm)

380 liter / menit

(100 gpm)

Page 16: Lapen Hydrant Sistem

Minimal Diameter Pipa

Tegak

• Untuk bangunan

menengah 4 inchi

• Untuk bangunan tinggi

4 inchi

• Untuk bangunan rendah 2

inchi

• Untuk bangunan menengah

2½ inchi

• Untuk bangunan Tinggi 4

inchi

Tekanan Maksimal Tidak terbatas 6,8 kg / cm2

(199 psi)

Tekanan Minimal 4,4 kg / cm2

(65 psi) 4,4 kg / cm2

(65 psi)

( Sumber : SK. GUB. KDKI Jakarta No. 2525 / 1984 )

II.3 Hydrant Halaman

Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah suatu sistem

pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan.

Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air

jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang

jalan akses mobil Pemadam Kebakaran.

Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan

SNI 03-1735-2000

• Pasokan air untuk hydrant halaman harus sekurang-kurangnya 2400 liter/menit,

serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.

• Jumlah pasokan air untuk hydrant halaman yang dibutuhkan ditunjukkan pada tabel

berikut :

Page 17: Lapen Hydrant Sistem

Tabel 2.3 Jumlah PasokanAir Untuk Hydrant Halaman

Sumber: (SNI 03-1735-2000)

Rumus yang digunakan

V = Q x t..................................(2.1)

Dimana :

V = Volume air yang dibutuhkan hydrant ( liter )

Q = Debit aliran untuk hydrant pilar ( liter / menit )

t = Waktu pasokan air simpanan ( menit )

Terdapat dua macam hydrant halaman yaitu:

1. Pressurized Hydrant ( Hydrant bertekanan )

a) Hydrant Barel – Basah

Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel basah, hydrant

dihubungkan langsung ke sumber air bertekanan. Bagian atas atau barel

Page 18: Lapen Hydrant Sistem

dari hydrant selalu diisi dengan air, dan tiap-tiap saluran memiliki katup

tersendiri denan batang yang menjorok ke sisi.

Gambar 2. Hydrant Barel – Basah

b) Hydrant Barel – Kering

Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel kering, hydrant

dipisahkan dari sumber air bertekanan oleh katup utama di bagian bawah

hydrant di bawah tanah. Bagian atas tetap kering sampai katup utama

dibuka dengan menggunakan alat tertentu. Tidak terdapat katup di saluran

tempat keluarnya air. Hydrant dengan tipe barel kering biasanya digunakan

pada saat musim dingin dimana suhu bisa turun di bawah 0oC hal ini

dilakukan untuk mencegah hydrant dari pembekuan.

2. Non Pressurized ( dry ) Hydrant ( Hydrant yang tidak bertekanan )

Page 19: Lapen Hydrant Sistem

Gambar 2. Non Pressurized ( dry ) Hydrant

Di daerah pedesaan dimana sistem air perkotaan tidak tersedia; hydrant

kering digunakan untuk memasok air untuk keperluan pemadaman kebakaran.

Hydrant kering dapat dianalogikan sebagai instalasi keran, yang terdiri dari pipa

dan keran atau katup yang dipasang secara permanen dimana salah satu dari

ujung pipa tersebut terletak di bawah permukaan air danau atau kolam.

II.4 Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran ( Media Pemadam Air )

II.4.1 Pancaran Jet

Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle-nozzle

yang dari masukan sampai moncongnya tidak ada penghalang kecuali

penyempitan diameter (play-pipe nozzle).

Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle

yang antara lubang masukan dengan keluarannya terdapat penghalang,

umumnya pancaran ini berasal dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai

dengan jet.

Gambar 2. Semprotan Jet

Ciri dari semprotan jet :

Page 20: Lapen Hydrant Sistem

Jumlah air besar.

Jangkauan semprotan jauh.

Untuk kebakaran kelas A, seperti pada pemadaman kebakaran, rumah,

hutan atau padang rumput dan lain-lain.

Untuk kebakaran kelas B, secara idak langsung untuk pendingin tangki.

Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih banyak dibanding dengan

pancaran lurus.

II.4.2 Pancaran Tirai (Spray)

1. Jumlah air besar.

2. Jangkauan semprotan dekat/pendek.

3. Untuk kebakaran kelas A, (seperti untuk sprinkler).

4. Kelas B (untuk pendinginan wadahnya dan dilusi).

5. Juga dipakai sebagai perisai air untuk radiasi panas dari api dalam usaha

menutup kerangan, menutup bocoran maupun tugas-tugas penyelamatan.

II.4.3 Pancaran Kabut (Fog)

1. Jumlah air relatif sedikit.

2. Jangkauan semprotan dekat/pendek.

Page 21: Lapen Hydrant Sistem

3. Untuk kebakaran kelas A, B dan C (dengan teknik khusus), juga bisa dipakai

sebagai perisai air pecahan/pengurang radiasi panas dari api walaupun tidak

sebaik pancaran tirai.

Gambar 2.. Pancaran Kabut (fog)

II.5 Pemadaman Kebakaran Hydrant System

II.5.1 Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran Hydrant System

Prosedur kerja pemadaman kebakaran hydrant system dibagi menjadi tiga

langkah utama, yaitu langkah persiapan, langkah pemadaman dan posisi pemadaman.

Masing-masing langkah akan dijelaskan pada paragraf dibawah ini :

Langkah Persiapan

1. Setiap regu akan dipanggil oleh instruktur untuk tampil di lapangan pada

lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan pemadaman

kebakaran ( beregu ) dengan berbaris sesuai aba - aba.

2. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur maka kepala regu segera

laporan sebagai berikut : ”lapor, regu….( dengan menyebutkan nama atau

Page 22: Lapen Hydrant Sistem

nomor regu ), jumlah 6 orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan

pemadaman kebakaran.

3. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”.

4. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara serempak

mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung bertindak.

Langkah Pemadaman

1. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada tabel pembagian regu dan

tugas.

2. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan

peralatan.

3. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti

semula dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor

sebagai berikut : “regu…( dengan menyebut nama atau nomor regu ) telah

selesai memadamkan kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan

lengkap, laporan selesai”.

4. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab

“bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan

selesai instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa

dibubarkan.

Posisi Pemadaman

1. Posisi memegang selang, pada saat mulai memegang nozzle bertekanan,

kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap.

2. Membuka dan menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-kuda yang

baik.

3. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatikan dahulu kuda-

kudanya ( harus mantap ).

4. Jika tidak kuat menahan tarikan selang ( jet effect ), janganlah nozzle itu

dilepaskan, tetapi rendahkan badan ( untuk mengurangi tarikan tersebut).

5. Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan jatuh,

jatuhkan bersama-sama nozzle tersebut ( nozzle jangan dilepaskan )

Page 23: Lapen Hydrant Sistem

Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (a)

Page 24: Lapen Hydrant Sistem

Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (b)

II.5.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pemegang Nozzle

Adapun hal - hal yang perlu diperhatikan untuk pemegang nozzle adalah sebagai

berikut :

1. Posisi kaki selalu kuda-kuda.

2. Buka/tutup pancaran air harus diarahkan keatas.

3. Saat pancaran jet ( utuh ), sebaiknya nozzleman dalam posisi ditempat

(berhenti, tidak bergerak) dan ingat bahaya tekanan balik dari pemancaran air.

4. Kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi

bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda.

5. Pandangan selalu ke depan kearah api dan selalu memperhatikan kerjasama (

teamwork ).

6. Cara memegang nozzle sesuai prinsip ergonomi yang aman dan disesuaikan

teknik pemadaman yang diinginkan.

Page 25: Lapen Hydrant Sistem

II.5.3 Make-up ( Penggulungan )

Sebelum membuka ikatan-ikatan coupling, tutup seluruh induk yang ada

dipompa ( hydrant ) dan menghilangkan ( release ) tekanan yang ada dalam selang

dengan cara membuka nozzle. Melepas coupling sewaktu selang masih bertekanan

dapat mengakibatkan selang lepas dan terputar dengan cepat dan akan melukai tangan

kita.

II.5.4 Prinsip Cara Meringkas Selang

Prinsip cara meringkas selang akan dijelaskan pada paragraf beikut ini :

1. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekkan dan buang air dalam

selang dari arah air ke arah api.

2. Gulung selang dari arah api ke sumber air.

3. Letakkan coupling dalam gulungan tunggal/ganda, Coupling Draad = laki-

laki didalam, betina disebelah luar. Dan Coupling Instantaneous = betina

didalam, laki-laki disebelah luar, Coupling Storz dan Hemaprodite =

sembarang.

III. PERALATAN

Instalasi Hydrant Kebakaran

Page 26: Lapen Hydrant Sistem

IV. RANGKAIAN PRAKTEK

Page 27: Lapen Hydrant Sistem

V. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRANT SYSTEM

1. Langkah Persiapan

a. Setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil dilapangan pada

lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan pemadaman kebakaran

(beregu) dengan berbaris sesuai aba-aba pada lampiran 1.

b. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur (lampiran 1) maka kepala regu

segera laporan sebagai berikut : ”lapor, regu….(dengan menyebutkan nama atau

nomor regu), jumlah 6 orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan

pemadaman kebakaran.

c. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”.

d. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara serempak

mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung bertindak.

2. Langkah Pemadaman

a. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada lampiran 1.

b. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan

peralatan.

c. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti semula

dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor sebagai berikut

: “regu…(dengan menyebut nama atau nomor regu) telah selesai memadamkan

kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap, laporan selesai”.

d. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab

“bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan selesai

instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa dibubarkan.

e. Khusus untuk komandan regu diberikan 1 ( satu ) kali tes ketrampilan

memadamkan kebakaran parit berisi minyak dengan 1 ( satu ) APAR jenis Dry

Chemical Powder Cartridge Type dan ini termasuk penilaian.

Page 28: Lapen Hydrant Sistem

LAMPIRAN

1. Aba-aba dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran

Tabel 5.1. Aba - Aba Dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran

No. Aba-aba

Peringatan

Aba-aba

Pelaksanaan

Tindakan

1 Satu baris bersap Kumpul Semua berkumpul membentuk satu

baris bersap.

2 Siap Gerak Bersikap tegak (sikap sempurna).

3 Setengah lengan,

lencang kanan

Gerak Dengan tangan kanan disikukan

kekanan dan tengok ke kanan guna

meluruskan barisan.

4 Tegak Gerak Semua kembali bersikap siap.

5 Hitung Mulai Berhitung dari nomor satu sampai

habis.

6 Kepada instruktur

hormat

Gerak Semua anggota hormat.

Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2014

2. Pembagian Regu dan Tugas

Tabel 5.2. Pembagian regu dan tugas

No

. Jabatan

Tugas

Persiapan

Pemadaman

Pemadaman

Kebakaran

Pembenahan

1 Kepala regu

Membawa

nozzle dan

3. Memimpin

regunya.

6. Membawa/mengumpulkan

nozzle dan connection

cabang.

Page 29: Lapen Hydrant Sistem

connection

cabang.

4. Mengecek

persiapan

pemadaman.

5. Memerintahkan

membuka dan

menutup

hydrant.

7. Membantu membenahi

peralatan.

2

Operator

pompa /

hydrant

Membawa

kunci hydrant

dan membuka

tutup hydrant.

Memasang

selang ke

hydrant atau

pompa.

Membuka atau

menutup

kerangan

hydrant atau fire

pump.

Melepaskan selang dari

hydrant atau pompa.

Mengumpulkan kunci

hydrant dan menutup

kembali tutup hydrant.

3 Nozzleman

Membawa

selang 1,5 in.

Menggelar

selang 1,5 m.

Memasang

nozzle.

Melaksanakan

pemadaman.

Melepaskan nozzle.

Mengosongan selang.

Menggulung selang.

4 Helper

Membawa

selang 2,5 in.

Menggelar

selang 2,5 m.

Menyambung

selang dengan

selang

berkutnya.

Melepaskan sambungan

2,5 in.

Mengosongan selang 2,5

in.

Menggulung selang 2,5 in.

5 Nozzleman Membawa

selang 1,5 in.

Menggelar

selang 1,5 in.

Melepaskan nozzle.

Mengosongan selang.

Page 30: Lapen Hydrant Sistem

Memasang

nozzle.

Melaksanakan

pemadaman.

Menggulung selang.

6 Helper

Membawa

selang 2,5 in.

Menggelar

selang 2,5 in.

Menyambung

selang 2,5 in dan

1,5 in dengan

connection

cabang.

Meneruskan

perintah kepala

regu.

Melepas connection

cabang.

Mengosongan selang 2,5

in.

Menggulung selang 2,5 in.

Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2013

Page 31: Lapen Hydrant Sistem

VI. DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Lukman.2013.Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan

Kebakaran.Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran ( 1998 ), Petrokimia Gresik

Departemen Tenaga Kerja.1996.Training Material K3 Bidang Penanggulangan

Kebakaran.

SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses

Lingkungan

Page 32: Lapen Hydrant Sistem

Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan Siamese Connection, Nozzle, Hose Reel, Hydrant Pilar,

Hydrant Box ?

Jawab:

Siamese Connection adalah merupakan masukan ( inlet ) bercabang dua yang

berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila pompa

kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis.

Nozzle adalah salah satu komponen hydrant untuk memancarkan air atau bahan

pemadam api kimia lainnya.

Hose Reel adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan air pada bagian

ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan secara permanen

dengan sumber air bertekanan.

Hydrant pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan

air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil

Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil.

Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil Pemadam

Kebakaran.

Hydrant box adalah hydrant yang dipasangkan dengan box yang mempunyai dua

kategori yaitu indoor dan outdorr.

2. Sebutkan macam – macam pompa yang digunakn dalam Instalasi Hydrant System dan apa

fungsi masing – masing ?

Jawab:

Pompa Jockey

Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis didalam

jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah air didalam

jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna mengembalikan tekanan keposisi

semula. Karenanya sekaligus pompa jockey juga akan berfungsi untuk memantau

kebocoran - kebocoran pada jaringan sistem hydrant. Operasi kerja pompa jockey

Page 33: Lapen Hydrant Sistem

didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis pada saat salah satu katup

pengeluaran dibuka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan berhenti bekerja

( stop ) secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup.

Pompa Utama

Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem

hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa jockey

terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start ) secara

otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol reset pada

panel pompa kebakaran.

Pompa Cadangan

Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem

hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini meskipun

berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga operasi”. Dalam

kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara otomatis pada saat

kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami kerusakan atau pada saat

sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi

kerja pompa cadangan didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti

bekerja ( stop ) secara manual.