lap training 38 housekeeping ronni edowai
DESCRIPTION
65uy465TRANSCRIPT
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
Laporan Management Training
Departement 38 Housekeeping dan Catering
Ronni Edowai
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas
Rahmat dan berkatNya, sehingga penulis dapat mengikuti Program Management
Training (MT) di Departement 38 Housekeeping dan Catering pada PT.Pangansari
Utama, sehingga penulis dapat menyelesaikannya Laporan Tarining dengan baik.
Dalam pelaksanaan Pelatihan dan penyusunan laporan ini, penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Rudy Willem Cool selaku General Manager, PSU HL-LL pada
PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua
2. Bapak Fortunatus Lengga Mali, selaku Sr. Manager HR, GA & Legal
pada PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua
3. Bapak Yovi Hantoro, selaku Sr. Training & Development Manager pada
PT.Pangansari Utama di tembagapura,Timika-Papua.
4. Bapak Dominggus Yawang, selaku Manager PHD pada PT.Pangansari
Utama di Tembagapura, Timika-Papua
5. Bapak Ferdinant Tuyu, selaku Manager PSU Operation HK HL pada
PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua
6. Bapak Yessaya Wenda, selaku Asst Manager, serta Staffnya divisi 38
Housekeeping dan Catering pada PT.Pangansari Utama di
Tembagapura,Timika-Papua.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan ini. Terimakasih Tuhan Memberkati kita Semua.
Tembagapura, 2 Mei 2015
Penulis,
Ronni Edowai
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR..................... ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 5
B. Tujuan Pelatihan ............................................................ 6
C. Manfaat Pelatihan ........................................................... 6
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan ............................................................................ 7
B. Lokasi ................................................................................. 7
C. Pelaksanaan ........................................................................ 7
BAB III PEMBAHASAN
A. Definisi Departement Housekeeping Catering 9
B. Ruang Lingkup Tanggung Jawab..................................... 10
C. Tugas Housekeeping dan Catering.. 10
D. Tanggung Jawab Area Housekeeping dan Catering 10
a Housekeeping. 10
b Laundry... 11
c Caterring Messhall.. 14
i Standarisasi Resep Masakan 14
ii Jenis Menu dan Waktu Makan. 15
iii Proses Penyelenggaraan Makanan 15
d. Proses Produksi Roti.. 17
E. Prosedur Kerja 21
F. Master List Of Document 22
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
G. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 24
H. Job Safety Analisis 25
I. Sistim Keselamatan Kerja 25
J. Potensi Bahaya dan Faktor bahaya. 27
K. Kecelakaan Kerja 31
L. Emergency Planing 31
M. Inspection 32
N. Penyelidikan Kejadian 35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 37
B. Saran... 37
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu perangkat efisiensi adalah berupa Housekeping yang baik
atau tata kelola internal yang baik, yang berkaitan dengan sejumlah langkah praktis
berdasarkan akal sehat yang dapat segera diambil atas inisiatif mereka sendiri
untuk meningkatkan kinerja operasi, menyempurnakan prosedur pembelajaran
dalam organisasi serta meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun
manfaat yang didapat oleh perusahaan dari penerapan Housekeeping yang baik
adalah berupa kinerja lingkungan hidup menjadi lebih baik dan adanya
pembelajaran dalam organisasi perusahaan, sehingga akan membantu
meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Kotoran yang terbuang
di sekitar area PT.Freeport Indonesia terutama kepada Penghuni bagi karyawan
dan Karyawati yang menempati di seluruh Area Barak dan sekitarnya dapat
menyebabkan resiko terhadap Para Karyawan atau Karyawati oleh karena Kotoran
yang berbahaya yang mencemari lingkungan baik area barak maupun Perumahan.
Pengertian umum tentang dapur juga merupakan dimana tempat fasilitas untuk
memasak makanan bagi para karyawan Staf dan Nonstaf . namun di dalam operasional
Perusahan bahwa dapur sangat memegang peranan penting, karena tugas utama dari
bagian dapur adalah tempat pengelohan makanan dan minuman, mulai dari bahan
mentah hingga siap disajikan kepada Para Karyawan staf dan Nonstaf.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dapur adalah tempat untuk
memproduksi/mengolah makanan dan minuman dari bahan yang belum jadi,
dipersiapkan sesuai dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan kepada Para
Karyawan Staff dan Non Staff dimana dapur dilengkapi dengan peralatan yang
mendukung proses pengolahan makanan dan minuman.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
B. TUJUAN PELATIHAN
Tujuan dari pelaksanaan Management Training di Departement 38 Housekeeping
dan catering adalah;
1. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi kerja pada Departement 38
Housekeeping dan Catering dalam manajemen perusahan serta sistim
Administrasinya.
2. Untuk mengetahui proses kerja pada Departement 38 Housekeeping dan
Catering
3. Untuk mengetahui potensi bahaya yang timbul pada Karyawan dan proses
Penanganan Benda pada Departement 38 Housekeeping dan Catering PT.
Pangansari Utama.
C. MANFAAT PELATIHAN
Dari pelaksanaan pelatihan yang telah Penulis lakukan diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Pihak Training
1. Mengetahui cara penanganan Sistim Administrasi pada PT.PAngansari
Utama, dalam hal Pada Departement 38 Housekeeping dan Catering.
2. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan yang di
perlukan di Lokasi Pelatihan.
2. Pihak Perusaahaan
Memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dan
meberikan upaya penanganan Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan
Hidup sehingga dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
A. PERSIAPAN
Beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam persiapan management Training
Departemen 38 Houseekeping dan Catering yaitu :
1.Pengarahan dari Manajemen PT.Pangansari Utama kepada Para Pelatihan,
yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2015 di Ruang Meting Townsite.
2.Tanggal 27 April 2015, Pengarahan dari bagian Divisi 38 Housekeeping dan
Catering pada PT.Pangansari UTama.
B. LOKASI
Lokasi Pelatihan Management Training adalah di PT. Pangansari UTama, pada
Departemen 38 Housekeeping dan Catering, Tembagapura,Timika.
C. PELAKSANAAN
Kegiatan Pelatihan Management Training dilaksanakan dari tanggal 27 April s/d 2
Mei 2015 dengan kegiatan sebagai berikut;
HARI/ TANGGAL JENIS KEGIATAN KETERANGAN
Senin, 27 April 2015
Pengenalan
membacaFile
Sisitim Administrasi
Syarifuddin
Selasa, 28 April 2015
Membaca File-File
SIstimAdministrasi
Eny Wayungsih
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
Rabu, 29 April 2015
Membaca File-File
Laundry
Barak-Barak
Kamis, 30 April 2015
Lokasi Catering
Mengecek Barang di Gudang
Kerja di Dapur Messhall nonstaff
Jumaat, 1 Mei 2015
Mess Staff
Non Staff
Sabtu,2 Mei 2015
Membuat Laporan
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI HOUSEKEEPIG DAN CATERING
Definisi Divisi Housekeeping Dalam bahasa inggris House berarti rumah,
gedung, wisma, hotel. Sedangkan Keeping mempunyai arti Memelihara, merawat,
menjaga. Oleh sebab itu Housekeeping di sebut juga Tata Graha. Housekeeping
(tata graha) adalah bagian dari departemen yang mengatur atau menata peralatan,
menjaga kebersihan, melaporkan kerusakan dan memberi dekorasi dengan tujuan
agar rumah tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi
penghuninya.Divisi Housekeeping tidak hanya mempersiapkan kamar-kamar
tamu, namun secara keseluruhan bertangungjawab menjaga, merawat dan
membersihkan semua fasilitas tersebut bersih, rapi dan nyaman. Oleh sebeb itu,
semua aktivitas housekeeping bertujuan untuk memaksimalkan pemeliharan,
perawatan dan kebersihan Rumah secara menyeluruh dapat terjaga dengan baik.
Pengertian umum tentang dapur juga merupakan fasilitas untuk memasak
makanan bagi para karyawan Staf dan Nonstaf . namun di dalam operasional
Perusahan bahwa dapur sangat memegang peranan penting, karena tugas utama dari
bagian dapur adalah tempat pengelohan makanan dan minuman, mulai dari bahan
mentah hingga siap disajikan kepada Para Karyawan staf dan Nonstaf.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dapur adalah tempat untuk
memproduksi/mengolah makanan dan minuman dari bahan yang belum jadi,
dipersiapkan sesuai dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan kepada Para
Karyawan Staff dan Non Staff dimana dapur dilengkapi dengan peralatan yang
mendukung proses pengolahan makanan dan minuman.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
B. TUGAS HOUSEKEEPING dan CATERING
1. Menciptakan suasana Barak-barak yang bersih,menarik,nyaman,dan Aman.
2. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada tamu, supaya tamu
merasa puas saat berkunjung maupun menginap di Barak.
3. Penyiapan ,penataan,dan pemeliharaan Barak.
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan kebersihan seluruh outlet dan
ruangan umum di Barak,
5. Melaporkan dan membawa lost and found pada supervisor
6. Mengenakan seragam baju PT.Pangansari Utama yang sudah disediakan
sesuai Job kerja. Ruang Persiapan Daging
7. Ruang Beku/Freezer Room
8. Ruang Pendingin/Chiller Room
9. Dry Stroge
10. Ruang Persiapan Sayur
11. DLL
C. TANGGUNG JAWAB AREA 38 HK dan CATERING
1. Housekeeping
Dalam operasional Barak, hal-hal mengenai kebersihan dilakukan dan
dilaksanakan oleh departement housekeeping, yang kegiatannya dipimpin
oleh seorang Asst Manager. Secara umum, departement 38 housekeeping
memiliki tanggung jawab area yang sangat besar, maka wajar kalau
housekeeping mempunyai jumlah karyawan lebih banyak dari depertemen
lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan pemeliharan dan pembersihan diatur
sesuai seksi-seksi sebagai berikut :
a. Public Area
Seksi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga
kebersihan, kerapihan, keindahan dan kenyamanan seluruh area
barak, baik didalam Barak dan fasilitas.
b. Room section
seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan dan
menjaga kebersihan, kerapihan dan kelengkapan kamar dan Tamu.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
2. Laundry
Seksi dari Laundry adalah bagian dari Housekeeping yang
bertanggung jawab atas semua cucian yang dikirimkan kepadanya,
baik cucian tamu, seragam karyawan maupun linen-linen dari
Barak. Laundry dapat dibedakan menjadi menjadi dua bagian besar,
yaitu:
1. Guest laundry
Quest laundry adalah cucian yang berasal dari para tamu, seperti;
a. Tamu yang menginap di Perumahan atau Barak tersebut
(in side guest )
b. Tamu yang sedang tidak menginap didalam Perumahan
atau Barak tersebut (out side laundry)..
2. House Laundry
House laundry adalah segala macam cucian milik para Karyawan
yang terdiri dari :
a) Linen supplies yang digunakan oleh Housekeeping
Departement (floor section), antara lain sheets, pillow case,
blanket, bed skirt, bed pad, bed cover, curtain dan bath towel.
b) Linen supplies yang digunakan Food & Baverage
Departement, seperti table cloth, multon, napkin, place,
mat/tray mat, apron, table skirting, glass towel, kitchen
Masih berkaitan dengan room linen proses penanganan room linen
dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1) washing laundry berarti proses pembersihan dari kotoran-kotoran
yang melekat pada kain dengan cara dicuci.
2) Dry tumbler proses pengeringan dari linen-linen yang sudah dicuci
unutk jenis pillow case,bath towel., bath mate.
3) Rool ironer mesin yang digunakan untuk melicinkan linen-linen
sepert sheet twin dan double, pillow case.
Tugas dan tanggung jawab laundry section antara lain:
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
a. Chef laundry
Tugas dari chef laundry antara lain:
- Mengadakan pengecekan dan pemeliharaan mesin-mesin laundry
dan melaporkan setiap terjadi kerusakan.
- Mengawasi pelakasanaan pekerjaan bawahan dan memberikan
bimbingan, mengarahkan serta memberi teguran bila perlu.
- Mengawasi penggunaan laundry supplies serta melaporkan kepada
atasan bila persediaan telah menipis.
- Memeriksa hasil cucian.
b. Linen checker
Tugas dan tanggung jawab linen checker:
- Bertanggung jawab atas penerimaan cucian, dan seragam karyawan.
- Mengirim linen, cucian tamu dan seragam karyawan yang kotor ke
laundry.
- Linen yang sudah diproses dikirimkan kembali ke General Linen
Room (GRL).
- Membuat laporan harian setiap jenis linen yang masuk kedalam
laundry dan yang dikirimkan ke general linen room dalam keadaan
bersih,laporan ini harus dibuat setiap harinya dan diserahkan ke
office unutk diperiksa dan dibukukan.
c. Uniform checker
tugas dan tanggung jawab uniform checker:
- Membagikan uniform tersebut yang mana harus dikerjakan oleh
laundry dan yang mana harus dikerjakan oleh drycleaning,dan
mengirimkannya kepada seksi yang bersangkutan dengan surat
pengiriman.
- Pembuatan code daru uniform pegawai ditentukan sendiri oleh
uniform room, namun laundry uniform cecker harus mengerti akan
code-code tersebut.
- Membuat laporan harian lengkap mengenai tugas-tugas yang
dikerjakan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
d. Washer
Tugas dan tanggung jawab dari washer:
- Mencatat dan menghitung kembali jumlah linen, seragam karyawan,
dari linen cecker.
- Memisahkan jenis-jenis linen dan bahan yang akan dicuci.
- Melaksanakan pencucian linen dan, seragam karyawan.
- Mengeringkan linen- linen, cucian tamu, seragam karyawan yang
telah dicuci.
- Mengeluarkan pakaian-pakaian yang sudah dikeringkan dari dry
tumbler
- Memberikan semua cucian kepada petugas pressing atau mungler
- Menyerahkan cucian yang halus dan tipis setelah dicuci kemudian
digantung, bila sudah kering diserahkan kepada presser agar
disetrika.
e. Mungler
Tugas dan tanggung jawab dari mungler:
- Menerima cucian dari washman
- Melakukan penyetrikan terhadap baju tamu, dan seragam karyawan
- Melakukan penyetrikaan berbentuk lembaran, seperti: sheet, pillow
case, bath towel, bath mate. Seksi mungler terbagi menjadi beberapa
seksi diantaranya:
o Tukang pemberi : Adalah yang memasukan ke mesin roll ironer
dengan baik dan tepat sehingga keluarnya rapi dan teratur.
o Tukang lipat : Adalah yang melipat linen pada lipatan yang telah
ditentukan yang diterimanya dari tukang pemberi. selanjutnya
menyusun linen-linen tersebut pada bilangan yang telah
ditentukan hingga tersusun baik agar memudahkan linen cecker
untuk menghitung dan mengangkutnya dalam pengirimannya ke
general
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
f. Presser Uniform
Tugas dan tanggung jawab presser uniform yaitu;
- Presser harus tahu cara melicinkan jas, celana, dress, blouse, atau
sesuai dengan jenis pakaian-pakaian istimewa atau pakaian yang
keadaan biasa.
- Presser harus faham cara melicinkan bahan-bahan yang berbagai
jenis, sebab belum tentu semua bahan tersebut mempunyai sifat yang
sama dan menghendaki perlakuan yang sama, misalnya sutera atau
beluderu.
- Presser harus mampu menjaga dan memelihara mesin dan juga
areanya serta tangannya untuk selalu dalam keadaan yang bersih,
sehingga pakaian yang telah dicuci bersih tidak menjadi kotor
kembali oleh mesin atau tangannya.
- Presser selain memperhatikan kebersihan alat kerjanya dan
tangannya juga harus menjaga bahwa lantai di bawah mesinnya pun
harus dalam keadaan bersih, dan semua gantungan pakaian yang
digunakan untuk menggantungkan pakaian yang sudah dilicinkan
juga harus didalam keadaan bersih, serta cara menggantungkannya
supaya kelicinan pakaian tidak atau kumal kembali.
a. Linen dan Uniform
seksi yang bertanggung jawab untuk mengelola sirkulasi dan
penyediaan seluruh linen dan uniform bagi karyawan.
3. Catering
a. standarisasi Resep Masakan
Pengetahuan standar resep ialah sejenis tertulis yang dipergunakan
sebagai dasar atau patokan dalam pengolahan makanan untuk
menciptakan rasa yang sama meskipun waktu pengolahannya tidak
bersamaan. Standar resep sangat perlu karena dapat digunakan sebagai
petunjuk, dengan memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menjadi petunjuk yang seragam bagi siapa saja yang bertugas
pada pegolahan makanan.
2. Memudahkan dalam pelaksanaan persiapan memasak
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
3. Dapat menentukan jumlah serta mutu makanan
4. Memudahkan dalam penyusunan menu
5. Memudahkan dalam pengontrolan porsi makanan.
b. Jenis Menu Dan waktu Makan
MENU makanan berarti suatu daftar makanan yang dapat disajikan
untuk seluruh Karyawan dan Karyawati Non Staff maupun Staf pada
PT.Freeport Indonesia baik Kontraktor Maupun Privatisasi. menu
secara umum adalah sebuah daftar makanan dan minuman singkat
tentang cara pengolahannya yang disajikan untuk para karyawan dan
KAryawati di PT.Freeport Indonesia.Petugas Chairman Menu
Commite membuat sebuah menu dan akan melihat dengan kondisi
Stock Barang yang tersedia dalam pelaksanaan pengolahan makanan,
kerena sebuah menu nantinya akan menjadi sebuah tolak ukur dalam
bahan dasar makanan yang masak di dapur. Para Karyawan akan
menikmati makanan sesuai jam yang di tentukan.
c. Proses Penyelenggaraan Makanan
1. Pelaksanaan Pengambilan Bahan Pangan dapat
dilakukan dengan pengiriman dari Warehouse 32, dan
Gudang 38 Catering pada PT. Pangansari Utama. Di
PT.Pangansari Utama Divisi Catering, Daging, ayam, dan
bahan pangan kering dipasok secara rutin dari Pangansari
Utama WareHouse 32.
2. Penerimaan Bahan Pangan. Setelah pembelian bahan
pangan, tahap selanjutnya adalah penerimaan bahan
pangan. Penerimaan bahan pangan adalah menerima bahan
pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas
bahan pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan dalam kontrak pembelian. Departemen 38
Catering pada PT. Pangansari Utama mempunyai petugas
khusus untuk melakukan penerimaan bahan pangan.Petugas
khusus penerimaan bahan pangan memeriksa secara rinci
bahan pangan yang diterima baik kuantitas dan kualitas.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
3. Penyimpanan Bahan Pangan. 38 Catering melakukan
proses penyimpanan bahan pangan disebabkan tidak semua
bahan tersebut diolah secara langsung. Ruangan
Penyimpanananan yang dimiliki Divisi 38 Catering adalah
adalah penyimpanan kering (Dry Store, chiller room
,Freezer Room dan Frozen.
Tahapan proses penyimpanan bahan pangan adalah :
a. Melakukan pemisahan bahan pangan basah/Beku
dan kering. Bahan pangan basah disimpan di dalam
chiller room dan cold room sedangkan bahan pangan
kering ditaruh di rak-rak penyimpanan Dry Store
bahan pangan dan tidak menempel ke dinding
b. Memberi label pada bahan pangan basah dan kering
berupa tanggal pembelian dan waktu kadaluarsa.
c. Melakukan pengambilan bahan pangan dengan cara
First In First Out (FIFO), maksudnya adalah bahan
pangan yang disimpan terlebih dahulu akan diolah
lebih dulu.
4. Persiapan Bahan Pangan. langkah pertama sebelum
proses pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan
pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan sesuai
dengan menu yang telah direncanakan oleh Commite Menu.
Persiapan bahan pangan yang dilakukan meliputi pencucian
bahan pangan seperti mencuci beras,
penggilingan/penghalusan bumbu, pengadukan tepung,
perebusan daging, pemotongan ikan, dan pengupasan bahan
pangan seperti mengupas bawang, kentang, dan semangka.
5. Pengolahan. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu
kegiatan mengubah (memasak) bahan pangan mentah
menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman
untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan pangan adalah
mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan;
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahan
warna; rasa; keempukan dan penampilan makanan; bebas
dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.
6. Pencatatan dan Pelaporan kegiatan penyelenggaraan
makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem
penyelenggaraan makanan. Pencatatan dan pelaporan pada
Pangansari Utama 38 Catering terbagi atas:
a. Pencatatan dan pelaporan harian meliputi
pemakaian bahan makanan, penerimaan bahan
makanan, suhu penyimpanan, dan jumlah konsumen
yang makan,dll
b. Pencatatan dan pelaporan bulanan meliputi
pencatatan biaya penyelenggaraan makanan dalam
satu bulan dan pencatatan inventaris alat,dll
c. Pencatatan dan pelaporan tahunan yaitu pencatatan
tenaga penyelenggaraan makanan,dl
4. Proses Produksi Roti
a. Kapasitas Produksi
Di Ruang Bakery, Petugas mampu memproduksi roti hingga
puluhan bahkan sampai Ratusan dalam sehari, apabila mendapat
pesanan.Biasanya kegiatan produksi dimulai sejak pagi (sekitar
jam 07.00 wit) dan sehari sebelumnya sudah dipersiapkan bahan-
bahan yang akan dibutuhkan. Petugas Bakery juga mempersiapkan
kulit roti terlebih dahulu (tergantung dari jenisnya) sehari
sebelumnya yang natinya disimpan dan akan digunakan pada hari
pembuatan roti.
b. Cara Pembuatan Roti
Secara umum pembuatan roti terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Persiapan bahan
Sebelum dilakukan pembuatan roti, bahan-bahan baik
bahan baku maupun bahan tambahan harus disiapkan
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
terlebih dahulu, agar mempermudah proses selanjutnya.
Pada tahap seleksi harus meperhatikan beberapa hal, yaitu
harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup dan tempat
penyimpanan. Stok disesuaikan dengan daya tahan bahan
baku. Sementara tempat penyimpanan harus dapat
mempertahankan kualitas bahan sehingga tidak susut.
2. Penimbangan
Bahan-bahan yang telah disiapkan selanjutnya
ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan
harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
dalam penggunaan bahan. Ragi, garam dan bahan
tambahan merupakan bahan yang dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit, tetapi sangat penting agar roti yang
dihasilkan berkualitas baik sehingga harus diukur dengan
teliti. Dalam penimbangan harus menghindari penggunaan
sendok atau cangkir sebagai takaran, karena hasilnya tidak
valid.
3. Pencampuran
Langkah selanjutnya adalah pencampuran, fungsinya
mencampur secara homogen semua bahan, membentuk dan
melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan
pencampuran adalah untuk membuat dan mengembangkan
daya rekat. Pencampuran harus berlangsung hingga
tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan
airnya. Pada kondisi tersebut gluten akan terbentuk secara
maksimal dan adonan menjadi kalis. Adapun yang
dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum.
Tanda-tanda bahwa adonan telah kalis adalah jika adonan
tidak lagi menempel di wadah atau di tangan dan saat
adonan dilebarkan akan membentuk lapisan tipis yang
elastis.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
4. Peragian
Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan
dengan proses peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa
saat pada suhu. Tahap peragian sangat penting untuk
pembentukan rasa dan volume. Pada saat fermentasi
berlangsung, selain suhu pembuatan roti sangat
dipengaruhi oleh kelembapan udara. Suhu ruangan 35C
dan kelembaban udara 75% merupakan kondisi yang ideal
dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu
ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan
roti. Sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin
lama proses fermentasinya. Selama peragian, adonan
menjadi lebih besar dan ringan. Adonan perlu sekali dilipat,
ditusuk, atau dipukul 1-2 kali selama peragian dan pada
akhir peragian. Pemukulan dilakukan agar suhu adonan
rata, gas CO2 hilang dan udara segar tertarik kedalam
adonan sehingga rasa asam pada roti dapat hilang. Jika
terlalu banyak pukulan, gas yang keluar dari adonan terlalu
banyak sehigga roti tidak mengembang.
c. Pengukuran atau penimbangan
Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau berdasarkan bentuk
yang diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang,
adonan di potong-potong dalam beberapa bagian. Proses
penimbangan harus dilakukan dengan cepat, karena proses
fermentasi tetap berjalan.
d. Pembulatan adonan (rounding)
Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan
sesuai dengan keperluan. Tujuanya untuk membentuk lapisan di
permukaan adonan sehingga dapat menahan gas dari hasil peragian
dan memberi bentuk agar mudah dalam pengerjaan selanjutnya.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
e. Pengembangan singkat (intermediate proof)
Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk
beberapa saat pada suhu. Langkah tersebut dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada flake unutk membantu
pengembangan.
f. Pembentukan adonan (moulding).
Tahap pembentukan adonan dilakuakan dengan cara adonan yang
telah diistirahatkan di giling pakai roll pin, kemudian di gulung
atau di bentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat
penggilingan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan
mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah untuk
digulung atau dibentuk.
g. Peletakan adonan dalam loyang.
Adonan yang sudah digulung dimasukan dalam loyang dengan
cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas
yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan
diistirahatkan dalam loyang sebelum dimasukkan kedalam oven.
Proses ini dilakukan agar roti berkembang sehingga hasil akhir roti
diperoleh dengan bentuk dan mutu yang baik.
h. Pembakaran (baking).
Roti dipanggang atau di bakar dalam oven pada suhu kirakira
180C dan lamanya antara 1 Jam 10 Menit. Proses pengovenan
dapat dikatakan selesai apabila permukaan kulit roti telah berwarna
coklat. Hal itu dapat terjadi dikarenakan reaksi browning yang
terjadi antar protein dan karbohidrat. Namun terdapat juga roti
yang matang diluar dan mentah didalam, biasanya disebut case
hardening. Roti yang dihasilkan dapat berkualitas baik apabila
bagian dalam roti berwarna putih, empuk dan kulit bagian atas
berwarna coklat. Untuk pengovenan roti pastry tidak boleh dibuka
sebelum waktunya.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
D. PROSEDUR KERJA
Merupakan suatu tahapan dalam tata kerja yang harus dilakukan oleh suatu
pekerjaan baik asal pekerjaan dan tujuan akhir dari pekerjaan itu sendiri, kapan
harus selesai dan memakai peralatan apa saja dan kepada siapa saja kita
berhubungan. Adapun Prosedur Kerja yang ada di Departemen 38 HK dan CAT
sebagaiberikut;
1. Housekeeping dan Laundry
No. Procedure
Title No.
1 General Cleaning Service SOP-PSU-C2.2
2 Accommodations Cleaning SOP-PSU-C4.1
3 Laundry SOP-PSU-C4.2
4 Accommodation Request SOP-PSU-C4.3
5 Handling Section Keys SOP-PSU-C4.4
2. Catering
No. Procedure
Title No.
1 Catering Fuction & Meal Order SOP-PSU-C2.1
2 Menu Planning SOP-PSU-C3.1
3 Cycle Menu In Flight Catering SOP-PSU-C3.2
4 Warehouse Requsition & Issuing Material In Job Site
SOP-PSU-C3.3
5 Food Production SOP-PSU-C3.4
6 Food Service SOP-PSU-C3.5
7 Pack Meal SOP-PSU-C3.6
8 Combro Meal SOP-PSU-C3.7
9 Inflight Catering SOP-PSU-C3.8
10 Catering Reporting SOP-PSU-C3.9
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
E. MASTER LIST OF DOCUMENT
Master list of Document merupakan kumpulan Pekerjaan yang di jelaskan Work
Safety Introduction (WSI) dari masing-masing pekerjaan pada department 38
Houskeeping dan Catering. Dalam Pekerjaan tersebut sudah ada standar kerja
dan wajib dilakukan oleh karyawan. Adapun master list of Document sebagai
berikut;
I. WSI Housekeeping
a. Membersihkan Kamar mandi atau WC
b. Membersihkan dan mengganti lampu
c. Mencuci Pakaian
d. Pembersiahn Exshaust Fan
e. Membuat duplikat Kunci
f. Membersihkan dan mengepel Lantai
g. Membersihkan langit- langit ruamgan
h. Polish lantai
i. Prosedur relokasi penghuni camp
j. Pencampuran cholorine (sport dan Rec)
k. Pencampuran Iced (Sport dan Rec)
l. Mengoperasikan Mesin Scrub
m. Pengeringan (Laundry)
n. Menyetrika (Laundry)
o. Pembersihan kamar dan kamar mandi Staff
p. Pembersihan kamar dan kamar mandi non staf
q. Pengambilan sample air di kolam Renang (sport dan Recreation)
r. Memvacum Kolam Renang (Sport dan Rec)
s. Menata dan membersihkan alat fitnes (sport dan Rec)
t. Pemeriksaan Harian alat-alat fitness
u. Mencegah terpeleset,tersandung dan jatuh
v. Menangani peralatan listrik
w. Penggunaan peralatan gym
x. Life quard (sport dan Rec)
y. Dll
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
II. WSI Catering ;
Bekerja didapur
Menagani dan menggunakan Pisau
Membongkar barang di kontainer
Membersihkan dan mengepel lantai
Bekerja dengan benda Panas
Menagani dengan peralatan Listrik
Mengoperasikan Trolly
Mengoperasikan combination Oven
Mengoperasikan Deep Fryer
Mengoperasikan meat slicer
Mengoperasikan microwave
Mengoperasikan mixer
Pemakaian dan perawatan meat saw/ Bain Saw
Mengoperasikan bain Marie
Mencegah terpeleset,tersandung dan Jatuh
Mencegah luka tersayat
Penjamah makan yang baik
Cara memoting daging
Penanganan Limbah
Mengoperasikan Grinder atau Mincer
Penempatan pan pada Bain Marie
Mebersihkan Kotak Es
Mengoperasikan MesIN Slicer Vegetable
Mengoperasikan dan General Cleaning Dishwasher
Mengoperasikan Hand Pallet Liffter
Pengoperasian Forklif
Pengoperasian Rice Cooker
Thawing
Pengoperasian Soup Turine
Thawing
dll
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
F. MANAGEMAN KESELAMATAN Dan KESEHATAN KERJA
Managemen K3 di PT. Pangansari Utama ditangani oleh depertemen
Quality Safety Health and Evironment. Di PT. Pangansari Utama SMK3 sudah
diimplementasikan secara menyeluruh kepada karyawan dengan memberi
training SMK3.
Dengan adanya kebijakan K3 ini telah menunjukkan adanya komitmen dan
perhatian dari pemimpin perusahaan terhadap pelaksanaan SMK3 perusahaan.
Managemen K3 pada departemen Housekeeping di PT. Pangansari Utama
yaitu;
1. Safety Health and Environment (SHE) Area Responbility Divisi 38
Catering
Departemen 38 Housekeeping Dan Catering dipimpin oleh seorang
Seorang Asst Manager dan di dampingi oleh beberapa Staff lainya.
2. Safety Health dan Environmental (SHE) HE Steering Commite
Divisi 38 Housekeeping dan Catering pada PT. PAngasari Utama
memiliki SHE Steering Commitee yaitu suatu organisasi yang dibentuk yang
dibentuk guna mengembangkan kerjasama dan partisipasi aktif dari
pengusaha, pengurus maupun tenaga kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Steering Committee diketuai oleh seorang Manager dan beberapa
Staff lainya Sedangkan anggotanya masing-masing mewakili pada Tiap
Lokasi masing-masing.
Fungsi pokok Safety Commitee yaitu :
a. Menciptakan dan memelihara K3.
b. Membicarakan K3 dan mengajukan saran-saran untuk disampaikan kepada
manajemen.
c. Menentukan kondisi dan cara kerja yang tidak aman serta menentukan
perbaikan.
d. Memberikan kesempatan berdiskusi secara bebas tentang kecelakaan dan
langkah-langkah pencegahannya.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
G. JOB SAFETY ANALISIS
JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja
yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam
penerapan JSA :
1. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan
yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius.
2. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.
3. Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
4. Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan prosedur dan aturan
kerja yang spesifik untuk setiap pekerjaan.
Poin utama dari job safety analysis adalah : mencegah kecelakaan dengan
antisipasi dan eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.
H. SISTIM KESELAMATAN KERJA
1. Penyediaan Alat Pelindung Diri
Berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dan berbagai factor bahaya maka
perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri sehingga tenaga kerja dapat
bekerja secara aman. Alat pelidung diri ini disediakan oleh perusahan dan
diberikan kepada tenaga kerja secara cuma-Cuma. Alat Pelindung Diri itu
meliputi :
a. Alat pelindung kaki (safety shoes)
Safety shoes berfungsi untuk melindungi kaki dari faktor-faktor bahaya.
Sepatu safety berbeda dengan sepatu pada umumnya. Pada bagian ujung
safety shoes terdapat lempengan baja yang berfungsi untuk melindungi
jari kaki dari berbagai factor bahaya seperti kejatuhan benda, percikan
bahan kimia, dsb. Safety shoes wajib digunakan bila akan memasuki area
produksi.
b. Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai
potensi atau faktor bahaya yang ada di area perusahaan. Di PT.Pangansari
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
Utama setiap pekerja yang ingin memasuki area, harus menggunakan alat
pelindung lengkap, salah satunya harus memakai Alat Pelindung Kepala.
c. Safety belt
Tidak semua tenaga kerja yang bekerja di PT. Pangansari UTama
menggunakan safety belt. Alat Pelindung Diri ini hanya digunakan
apabila tenaga kerja bekerja di ketinggian sehingga dapat melindungi
tubuh dari potensi bahaya jatuh dari ketinggian.
d. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari
kebisingan. Tenaga kerja yang bekerja pada mesin yang mempunyai nilai
kebisingan melebihi NAB maka tenaga kerja tersebut harus
menggunakan alat pelindung telinga dengan jenis ear plug atau ear muff
dan mengatur waktu pemajanan.
e. Alat pelindung mata.
Berfungsi untuk melindungi mata dari bahan-bahan kimia yang ada di
perusahaan. Tidak semua tenaga kerja memakai alat pelindung mata ini,
hanya digunakan di bagian laboratorium dan Tempat-tempat kerja yang
harus Wajib dipakai .
2. Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran adalah salah satu faktor bahaya yang dapat terjadi di mana
saja tidak terkecuali di PT. Pangansari Utama. Kerugian yang dapat
ditimbulkan akibat adanya kebakaran sehingga langkah pencegahan adanya
bahaya kebakaran dengan memasang berupa APAR, hydran dan springkler.
3. Poster/Rambu-rambu K3
Banyak sekali poster dan rambu-rambu K3 yang terpasang di
perusahaan, hampir di seluruh ruangan perusahaan terpasang rambu-rambu
K3. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran
kepada seluruh tenaga kerja agar selalu bekerja dengan safety.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
I. POTENSI BAHAYA Dan FAKTOR BAHAYA
1. Potensi Bahaya
a. Terjatuh
Terjatuh merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan cidera pada
tenaga kerja mulai dari cidera ringan sampai cidera berat, apalagi kalau
terjatuh dari tempat yang tinggi bisa menyebabkan kematian. Upaya yang
dilakukan oleh SHE dalam menciptakan keselamatan bagi tenaga kerjanya
yaitu dengan menyediakan safety belt bagi tenaga kerja yang bekerja di
ketinggian lebih dari 1,5 m dari permukaan tanah, hal ini sesuai dengan UU
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan
bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada para pekerja.
b. Terpeleset
Terpeleset merupakan potensi bahaya yang sering terjadi. Upaya yang
dilakukan SHE dalam menciptakan tempat kerja yang aman bagi tenaga
kerja yaitu dengan segera membersihkan tumpahan minyak Goreng,
tumpahan makanan,tumpahan bahan kimia, dan tumpahan air cucian yang
dapat menyebabkan lantai licin. Hal ini sudah sesuai dengan UU No.1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n)
tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.
c. Tersandung
Potensi bahaya tersandung dapat terjadi dimana saja. Untuk mengurangi
atau menghindarkan pekerja dari bahaya tersandung maka HSE
menyediakan tempat seperti Rak untuk meletakkan karduskardus dan
menjaga tempat kerja agar selalu bersih serta memberi safety shoes bagi
tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah
dan mengurangi kecelakaan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
d. Terjepit
Bahaya terjepit mesin dapat terjadi di bagian granule dan liquid. Terjepit juga
dapat disebut sebagai kecelakaan. Upaya Departemen SHE dalam
menanggulangi bahaya terjepit di tempat kerja yaitu dengan memasang poster
tanda keselamatan atau prosedur pengoperasian mesin. Hal ini sesuai dengan
UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a
dan n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.
e. Tergores
Tergores benda tajam dapat menyebabkan cidera yang dapat mengganggu
proses kerja. Untuk mengatasi hal tersebut maka Departemen SHE
menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Hal ini sudah sesuai
dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang
menyebutkan bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada para
pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan
mengurangi kecelakaan.
f. Kejatuhan benda
Kejatuhan benda merupakan potensi bahaya yang sering terjadi.
Penyediaan helm dan safety shoes bagi tenaga kerja merupakan salah satu
upaya Departemen HSE untuk mengurangi bahaya kejatuhan benda. Hal
ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal
3 (f) yang menyebutkan bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada
para pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan
mengurangi kecelakaan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
g. Percikan bahan kimia
Departemen HSE memberikan alat pelindung diri berupa safety glass dan
sarung tangan nitril agar tenaga kerja tidak terkena bahan kimia. Apabila
tenaga kerja terpercik bahan kimia maka segera bersihkan diri dengan
menggunakan eye wash dan shower yang telah disediakan oleh PT. Pangansari
Utama di setiap area kerja. Hal ini sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan bahwa Perusahaan
wajib memberi APD kepada para pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan
n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.
h. Tertabrak
Upaya yang dilakukan Departemen QSHE dalam menciptakan tempat
kerja yang aman agar tenaga kerja tidak tertabrak forklift sewaktu berada
di area kerja yaitu dengan membuat jalur kuning/jalur khusus untuk lewat
forklift dan kaca cembung yang ditempatkan di setiap tikungan agar
operator forklift dapat melihat apakah area itu aman untuk dilewati
sehingga tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja tidak
tertabrak forklift. Hal ini sesuai dengan Hal ini sesuai dengan UU No.1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n)
tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.
i. Terkena benda panas
Departemen HSE telah menyediakan alat pelindung diri berupa sarung
tangan agar tenaga kerja tidak menyentuh benda panas secara langsung
sehingga terhindar dari cidera. Hal ini sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan bahwa
Perusahaan wajib memberi APD kepada para pekerja.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
j. Kebakaran dan Ledakan
Untuk mencegah kebakaran, Departemen SHE telah melakukan
pencegahan antara lain dengan penyediaan APAR, hydrant, fire alarm
system, pemasangan poster-poster keselamatan, misalnya tentang adanya
larangan merokok. Usaha tersebut merupakan pemenuhan terhadap
peraturan Kepmenaker No. Kep. 186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja karena telah memperhatikan
aspek-aspek keselamatan kerja terutama untuk mencegah bahaya
kebakaran.Upaya yang dilakukan PT. Pangansari Utama dalam mencegah
terjadinya ledakan yaitu dengan melakukan pengecekan secara rutin pada
bejana-bejana bertekanan agar dapat diketahui secara dini apabila terjadi
kebocoran gas yang akhirnya dapat mengakibatkan ledakan. Upaya yang
dilakukan PT. Bina Guna Kimia ini sudah mencerminkan UU No.1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub c) tentang
mencegah dan mengurangi peledakan.
2. Faktor Bahaya
a. Penerangan
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 tahun 1964 tentang
Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja,
penerangan di Departemen SHE sudah cukup memberikan penerangan
bagi tenaga kerja untuk bekerja, akan tetapi di beberapa area kerja yang
memerlukan penambahan penerangan sesuai dengan Penemuan hasil
Inpeksi di Lokasi.
b. Bahan Kimia
Iritasi kulit adalah salah satu jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh
bahan kimia yang bersifat toksik. Pada Kepres No. 22 tahun 1993
tentang Penyakit Akibat Kerja, iritasi kulit termasuk salah satu jenis
Penyakit Akibat Kerja. Untuk meminimalisasi terjadinya Penyakit
Akibat Kerja yang diakibatkan oleh bahan kimia maka penggunaan
bahan kimia tersebut harus sesuai dengan prosedur penggunaan. Untuk
mencegah adanya iritasi kulit, tenaga kerja diberi fasilitas berupa alat
pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan secara cuma-cuma
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
J. KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan dapat
menimbulkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja
terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi
batas. Kecelakaan kerja dapat merugikan pihak perusahaan baik kerugian yang
nampak maupun tidak nampak.
Kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kecelakaan kerja ringan
Kecelakaan kerja ringan terjadi apabila pekerja mengalami
kecelakaan dan tidak mendapatkan surat keterangan sakit. Contoh
kecelakaan kerja ringan antara lain tarjatuh dari tempat yang rendah,
terjepit, terpeleset dll.
2. Kecelakaan kerja sedang
Kecelakaan kerja sedang terjadi apabila pekerja mengalami
kecelakaan dan mendapatkan surat keterangan sakit dari Dokter.
3. Kecelakaan kerja berat
Kecelakaan kerja berat terjadi apabila pekerja mengalami
kecelakaan dan mendapatkan surat keterangan sakit dan harus dirawat
dengan waktu kurang lebih selama 3 hari atau pekerja mengalami
kecelakaan sampai meninggal dunia dan menyebabkan hilangnya hari
kerja.
K. EMERGENCY PLANNING
Emergency planning secara umum dilaksanakan untuk mengatasi jika ada
kecelakaan serta untuk menghadapi keadaan darurat seperti : kebakaran,
kecelakaan industri, kebocoran bahan kimia, ledakan, banjir, gempa bumi dll,
yang dapat mengancam serta menghambat proses Jalanya Operasional,
keselamatan dan kesehatan karyawan, masyarakat dan lingkungan.
Pelaksanaan emergency planning di departemen SHE telah terkoordinir
dengan baik dimana pelaksanaanya dibagi menjadi beberapa tugas yang
menangani pada masing-masing bagian antara lain :
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
1. Petugas
Koordinator dalam pelaksanaan keadaan darurat atau emergency
planning adalah safety sedangkan di setiap unit akan dibentuk tim-tim
tanggap darurat yang terdiri dari beberapa orang karyawan yang telah
mengikuti training untuk mengatasi keadaan darurat yang dalam
pelaksanaanya dibantu oleh tenaga paramedis.
2. Pelatihan
Pelatihan/training diberikan oleh semua personil yang meliputi training
dasar K3, training P3K, training pemadam kebakaran dan training
khusus pemadam kebakaran yang meliputi cara penggunaan APAR,
hydrant serta cara dalam memadamkan api.
3. Peralatan
Peralatan yang ada di PT. Pangansari Utama khususnya alat yang di
gunakan untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara lain alat
pelindung diri, tabung pemadam kebakaran dan kotak P3K.
4. Komunikasi
Bila terjadi keadaan darurat harus segera melapor pada petugas yaitu
melapor pada security, anggota safety dan P3K setempat dan petugas
tersebut akan melapor ke posko emergency.
L. INSPECTION
Inspeksi merupakan salah satu alat kontrol manajemen yang bersifat klasik,
tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan dalam upaya
menemukan masalah yang dihadapi dilapangan, termasuk untuk memperkirakan
besarnya resiko. Kegiatan inspeksi merupakan salah satu uapaya yang bersifat
proactive bertujuan untuk memastikan apakah fasilitas kerja yang ada
dilapangan telah dikelola dengan baik (well-managed). Dengan inspeksi, kita
akan memperoleh umpan-balik yang sangat berharga bagi manajemen dalam
merencakan tindakan perbaikan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
Guna tercapainya hasil inspeksi secara optimal, diperlukan beberapa tahap yang
harus diikuti, sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan yang memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi, akan
menghasilkan hasil inpeksi yang memuaskan. Pada tahap ini beberapa hal
yang perlu dilakukan adalah :
a. Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi seolah
mencari-cari kesalahan.Mengetahui apa yang akan dicapai
b. Mempersiapkan daftar periksa (cheklist)
c. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
2. Inspeksi
Setelah tahap persiapan dilakukan, selanjutnya dimulai tahap inspeksi itu sendiri.
Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Mengunakan rencana awal yang telah ditetapkan
b. Menggunakan daftar periksa (checklist)
c. Menekankan segi positif
d. Mengambil tindakan perbaikan (penting) bersifat sementara, sebelum
perbaikan permanen dilakukan
e. Mengklasifikasi bahaya
f. Melaporkan barang-barang yang tampak tidak berguna.
3. Mengembalikan langkah perbaikan
Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-langkah
perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak pilihan yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak memenuhi standar, yang
sangat berfarisi baik dalam biaya, efektifitas maupun metode kontrolnya.
Beberapa diantaranya mampu menguranngi peluang terulangnya kejadian
serupa, tetapi ada yang sifatnya mengurangi tingkat keparahan atau besarnya
kerugian apabila kecelakaan yang kita duga benar-benar terjadi.
4. Tindak lanjut perbaikan
Rekomendasi yang dibuat jika tanpa diikuti tindak lanjut, tidak
memberikan bobot terhadap inspeksi, oleh karena itu perusahaan perlu
memeriksa sistim formal yang terpola yang mampu memonitor pelaksanaan
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
rekomendasi. Rekomendasi hendaknya memuat siapa petugas yang bertanggung
jawab melakukan tindakan koreksi dan tetapkan targer waktu penyelesaianya.
Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena sesuatu hal tidak
dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis tertulis mengapa
demikian, dan untuk itu perlu didiskusikan dengan ketua tim inspeksi yang
bersangkutan sebagai tindak lanjut rekomendasi, yaitu :
a. Mengeluarkan perintah kerja
b. Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya perbaikan
c. Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan
d. Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses konstruksi
atau modifikasi
e. Memerikasa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai
dilakukan secara memadai (sesuai waktu yang ditentukan), misalnya
dengan memeriksa peralatan, melakukan evaluasi pelatihan yang
diperlukan, atau menelaah prosedur yang ada.
f. Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan efektifitas
tindakan perbaikan, kendala atau kemungkinan timbulnya efek samping.
5. Pelaporan Inspeksi
Penulisan suatu laporan adalah bagian penting lain dari suatu pemeriksaan.
Laporan adalah dimana kita mengkomunikasikan informasi dan menghidari
duplikasi pemborosan tenaga.
Laporan inspeksi memberi umpan balik para manajer tingkat menengah dan atas
pada permasalahan keselamatan. Hal ini membantu mereka membuat keputusan
yang lebih baik pada peralatan, material, dan orang-orang yang dibutuhkan dalam
semua unsur-unsur program, seperti pengendalian pembelian, pelatihan,
peralatan pelindung dan disain tempat kerja.
Laporan yang tertulis, dengan penggolongan bahaya, mengkomunikasikan
informasi tentang kondisi-kondisi dan praktek di bawah standar lebih baik pada
laporan lisan. Laporan tertulis mendorong orang-orang untuk ingat apa yang
harus mereka lakukan, dan melakukannya. Laporan mendokumentasikan semua
tindakan sehingga berusaha tidak terulang. Tindakan korektif yang tidak teratur
sering terjadi konflik dan pemborosan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
M. PENYELIDIKAN KEJADIAN
Kecelakaan bisa menimpa siapa saja, di mana saja dan kapan saja, yang
merupakan suatu keadaan / kejadian yang tidak direncanakan, tidak diingikan dan
tidak diduga dari semula yang mempunyai sifat merugikan terhadap manusia (cedera)
maupun peralatan ( kerusakan ). Suatu kejadian / kecelakaan pasti akan menimbulkan
suatu kerugian, untuk menanggulangi kecelakaan serupa terjadi lagi dan
meminimalisasi kerugian maka sangat perlu dilakukan penyelidikan kecelakaan untuk
mencari penyebab terjadinya kecelakaan dan memberikan rekomendasi tindakan
pencegahan.
Tujuan dari dilakukanna penelidikan kecelakaan ini yaitu untuk memperoleh
informasi yang akurat tentang apa yang terjadi, dan mengungkap masalah apa
seningga kecelakaan itu terjadi yang selanjutnya memberikan rekomendasi kepada
pihak perusahaan tentang lankah apa yang benar mampu untuk mencegah kecelakaan
serupa atau memperkecil dampak dari kecelakaan tersebut. Penyelidikan kecelakaan
yang dilakukan dengan baik dan sunguh-sungguh dan sebagai mana mestinya artinya
tidak dibuat-buat atau ditutup-tutup maka dapat:
1. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjad.
Penyelidikan yang tuntas akan menyingkirkan anggapan yang keliru
terhadap kasus kecelakaan dengan demikian dapat memberikan pernyataan
yang akurat mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
2. Menentukan apa penyebab kecelakaan yang sesungguhnya.
Penyelidikan yang ala kadarnya tidak akan bermanfaat, Hal ini dikarenakan
penyebab dasarnya tidak terungkap, sehingga waktu, tenaga da biaya yang
dikeluarkan pada saat pemeriksaaan tidak ada gunanya.
3. Dapat dipakai untuk menilai tingkat resiko sebenarnya.
Penyelidikan yang baik akan menjawab seberapa sering peluang kecelakaan
serupa akan terjadi lagi.
4. Mengembangkan pengendalian.
Penyelidikan yang benar akan menjadikan solusi permasalahan yang ada.
Kalau tidak maka akan muncul kembali walau dengan gejala yang berbeda.
5. Menggambarkan kecenderungan.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
Beberapa kecelakaan dan insiden memang sendiri-sendiri, akan tetapi bila
laporan itu dianalisis maka akan mudah dikenali kecenderunganya dan akan
mudah dilakukan tindakan pencegahannya.
6. Menunjukan adanya perhatian.
Kecelakaan memberikan gambaran adanya bahaya yang mengancam pekerja.
Dan apabila mereka melihat adanya tindakan penyelidikan dan pencegahan
yang diambil oleh manajemen, maka akan menimbulkan rasa aman dari
pekerja.
7. Siapakah yang harus Melakukan penyelidikan kecelakan ?
Yang melakukan penyelidikan kecelakaan yaitu personal safety yang telah
ditunjuk, pihak manajemen dan supervisor dari tempat dimana terjadi
kecelakaan.
6. Karyawan harus mengetahui bahwa semua kejadian yang menyebabkan atau
dapat menyebabkan orang cedera, kerusakah alat atau lingkungan harus
dengan cepat dilaporkan kepada supervisor atau atasannya, agar tindakan
perbaikan yang tepat segera dilakukan untuk mencegah kecelakaan atau
insiden yang sama terulang.
-
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama
Ronni Edowai
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Departement 38
Housekeeping dan Catering maka secara umum dapat disimpulkan bahwa; tidak
hanya mempersiapkan kamar-kamar, namun secara keseluruhan bertanggng jawab
menjaga, merawat dan membersihkan semua fasilitas tersebut bersih, rapi dan
nyaman.Sedangkan Catering juga merupakan fasilitas untuk memasak makanan bagi
para karyawan Staf dan Non staf.
B. Saran
a. Perlu adanya Penambahan tempat Air Putih Untuk diminum pada Mess
Non staff yang Mana sampai saat ini belum ada ketersediaan Tempat air
minum.
b. Perlu ada ketegasan bagi karyawan yang bukan petugas di Kitchen
berhubung sesuai pengamatan bahwa banyak karyawan keluar masuk dan
membawa makanan bebas dari Kitchen tanpa seijin Atasan.
c. Perlu adanya peningkatan pembinaan dan pelatihan K3 mengenai sikap
kerja, cara kerja, potensi bahaya dan faktor bahaya yang mungkin timbul
pada setiap aktivitas yang ada.