lap field lab. uro

15
BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) dikenal sebagai penyakit kelamin, namun bukan berarti penyakit tersebut hanya dapat terjadi dan terlihat akibatnya pada alat kelamin. Melainkan tanda- tanda IMS dapat juga terlihat di mata, tenggorokan, mulut, saluran pencernaan, hati, bahkan otak, dan organ tubuh lainnya. Data factual di Indonesia telah menunjukkan bahwa IMS semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penyebab utamanya adalah masalah kemiskinan dan kebodohan, belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi di kalangan remaja, masih dianggap tabunya pendidikan seksualitas sejak dini dan perubahan gaya hidup global serta oleh karena desakan jumlah penduduk dan perubahan struktur penduduk (Hanim et all, 2009). Berdasarkan survey di salah satu RS di surakarta, pasien PMS yang datang untuk berobat adalah penderita Gonorrhea, kemudian disusul oleh Klamidia, Sifilis, dan sebagainya. Pada kasus wanita seringkali datang dengan keadaan yang sudah parah atau berkomplikasi karena awalnya sering asimptomatik dan proses perjalanan penyakitnya lebih lama dibandingkan pada laki-laki. Pasien yang telah 1

Upload: zumazed

Post on 12-Dec-2014

118 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Field Lab. Uro

BAB I

PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) dikenal

sebagai penyakit kelamin, namun bukan berarti penyakit tersebut hanya dapat terjadi

dan terlihat akibatnya pada alat kelamin. Melainkan tanda-tanda IMS dapat juga terlihat

di mata, tenggorokan, mulut, saluran pencernaan, hati, bahkan otak, dan organ tubuh

lainnya. Data factual di Indonesia telah menunjukkan bahwa IMS semakin hari semakin

bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penyebab utamanya adalah masalah

kemiskinan dan kebodohan, belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan

reproduksi di kalangan remaja, masih dianggap tabunya pendidikan seksualitas sejak

dini dan perubahan gaya hidup global serta oleh karena desakan jumlah penduduk dan

perubahan struktur penduduk (Hanim et all, 2009).

Berdasarkan survey di salah satu RS di surakarta, pasien PMS yang datang

untuk berobat adalah penderita Gonorrhea, kemudian disusul oleh Klamidia, Sifilis, dan

sebagainya. Pada kasus wanita seringkali datang dengan keadaan yang sudah parah atau

berkomplikasi karena awalnya sering asimptomatik dan proses perjalanan penyakitnya

lebih lama dibandingkan pada laki-laki. Pasien yang telah terinfeksi akan sangat mudah

menularkannya ke orang lain, terutama melalui hubungan seks yang tidak aman.

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang diharapkan pada mahasiswa setelah mengetahui dan

memahami pelaksanaan kegiatan laboratorium lapangan adalah mampu melakukan

penyuluhan kesehatan “Penyakit Menular Seksual”, dengan learning outcome:

1. Melakukan penyuluhan kesehatan kominitas tentang PMS, khususnya Gonore.

2. Melakukan pendataan tentang keberhasilan program encegahan dan pengobatan

Gonore.

3. Memahami tatalaksana Gonore.

4. Melakukan rujukan kasus spesifik penyakit PMS.

1

Page 2: Lap Field Lab. Uro

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan laboratorium lapangan yang dilakukan kelompok 6 di Puskesmas

Kartasura-Sukoharjo pada tanggal 23 dan 30 April 2009 adalah penyuluhan kesehatan

Penyakit Menular Seksual (PMS).

A. Hari pertama= Kamis, 23 April 2009

Pada hari pertama, 23 April 2009 kegiatan dibimbing oleh dr. Tri Ispaningsih.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pengarahan, perencanaan, dan persiapan

penyuluhan PMS; menghitung jumlah sasaran anak SMA berdasarkan data dari

Dinas Pendidikan setempat; dan menghitung jumlah sasaran Wanita Usia Subur

(WUS). Untuk hasil perhitungan didapatkan:

1. Menghitung jumlah sasaran anak SMA berdasarkan data Dinas Pendidikan

setempat. Didapatkan dari data: 2776 siswa

2. Menghitung Wanita Usia Subur (WUS). Dari data didapatkan 22.085 jiwa

dan Dari rumus; Jumlah sasaran WUS= 21,9% X Jumlah penduduk= 21,9%

X 97.272= 21.302

B. Hari kedua= Kamis, 30 April 2009

Pada hari kedua, 30 April 2009 kegiatan dibimbing oleh dr. Netty >>>>, selaku

kepala Puskesmas Kartasura-Sukoharjo. Mahasiswa tidak melaksanakan

penyuluhan PMS secara langsung kepada warga sekitar maupun siswa SMP dan

SMA terdekat. Hal ini disebabkan jadwal penuluhan PMS dari pihak Puskesmas

Kartasura-Sukoharjo tidak bertepatan dengan jadwal kegiatan laboratorium

lapangan FK UNS. Oleh karena itu, mahasiswa hanya melaksanakan simulasi

penyuluhan PMS yang dibagi menjadi tiga kelompok. Materi yang disimulasikan

untuk penyuluhan adalah Gonore, Sifilis, dan HIV/AIDS. Dalam simulasi, tiap

kelompok yang terdiri dari 4 orang, wajib mempresentasikan hasil diskusi tentang

PMS kepada kelompok lain, yang kemudian dievaluasi oleh dr. Netty dan

didiskusikan bersama-sama.

Oleh karena itu, dalam pembuatan laporan kegiatan laboratorium lapangan ini,

penulis hanya membahas salah satu dari ketiga PMS tersebut, yaitu tentang Gonore.

BAB III

2

Page 3: Lap Field Lab. Uro

PEMBAHASAN

A. Neisseria gonorrhoeae

Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau

gonokokus. Bakteri ini termask golongan diplokokus berbentuk biji kopi berukuran

lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan

pewarnaan gram bersifat gram negatif, terlihat di dalam dan di luar leukosit, tidak tahan

lama di udara bebas, sepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 390C,

dan tidak tahan terhadap desinfektan (Sjaiful, 2005).

Secara morfologik bakteri ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang

mempunyai pili bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan

bersifat nonvirulen. Pili akan melekatkan kuman pada mukosa epitel dan akan

menimbulkan reaksi radang. Pili juga dapat menghambat fagositosis dan dapat

merupakan alat pemindah plasmid gonokokus. Gonokokus mempunyai beberapa jenis

plasmid, salah satu di antaranya merupakan pembawa gen resisten yang berperan pada

pembuatan penisilinase dan beta-laktamase (Sjaiful, 2005).

B. Penularan

Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk N. gonorrhoeae (Dennis, 2007).

Umumnya penularan terjadi melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito-genital,

oro-genital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual

melalui alat-alat pakaian, handuk, thermometer, dsb (Sjaiful, 2005). Selain itu, dapat

juga ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang begantian dengan orang yang

terinfeksi, ibu yang melahirkan menularkan pada bayinya, dsb.

C. Patofisiologi

Pada umumnya, infeksi primer dimulai dari epitel kolumer dari uretra, duktus

periuretralis atau beberapa kelenjar di sekitarnya. Kuman juga dapat masuk lewat

mukosa serviks, konjungtiva, atau rektum. Kuman menenmpel pada pili permukaan sel

epitel atau mukosa. Pada hari yang ketiga, kuman mencapai jaringan ikat di bawah

epitel, setelah terlebih dahulu menembus ruang antar sel. Selanjutnya terjadi reaksi

radang berupa infiltrasi lekosit polimorfonuklear. Eksudat yang terbentuk dapat

menyumbat saluran atau kelenjar sehingga terjadi kista retensi dan abses. Penyebarab-

penyebaran ke tempat lainnya lebih sering terjadi lewat saluran getah bening daripada

3

Page 4: Lap Field Lab. Uro

lewat saluran darah. Terjadinya kerusakan pada sel epitel oleh gonokokus,

menyebabkan terbentuknya celah pada mukosa, sehingga mempermudah dan

mempercepat masuknya kuman (Suharno, 1993).

Pada pria, masa tunas rata-rata adalah 4 hari. Penderita mengeluh disuria dan

mengeluarkan pus pada waktu miksi. Kadang-kadang timbul demam dan terjadi

lekositosis, namun seringkali tidak dijumpai gejala sistemik lainnya (Suharno, 1993).

Pada wanita, infeksi awal bersifat asimptomatis. Kasus-kasus yang tidak diobati

dapat mengalami penyulit infeksi assendens sehingga terjadi peradangan akut tuba

falopii atau sapingitis, dan peradangan akut pada ovarium. Jaringan parut dapat

terbentuk di tuba falopii sehingga terjadi infertilitas dan peningkatan resiko kehamilan

ektopik. Wanita juga dapat menularkan gonokokus ke bayi sewaktu bayi melewati jalan

lahir. Komplikasi lain dari infeksi ini adalah infeksi diseminata yang bermanifestasi

antara lain tenosinovitis, artritis, dan lesi kulit putular atau hemoragik. Manifestasi

lainnya adalah endokarditis dan meningitis (Suharno, 1993).

D. Gejala dan Tanda

1. Pada laki-laki, gejala dan tanda dapat muncul sedini 2 hari setelah pajanan, dimulai

dengan uretritis, diikuti sekret purulen, disuria dan sering berkemih serta malese.

Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah

inokulasi oleh N.gonorrhoeae.

2. Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret

vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh

dengan drainase mukopurulen dari ostium. Infeksi N.gonorrhoeae tidak atau sedikit

menimbulkan gejala pada 25%=50% perempuan. Perempuan asimptomatik

merupakan sumber utama penularan infeksi dan beresiko mengalami penyulit.

Apabila tidak diobati, infeksi bisa meluas setelah 10-14 hari. Tempat penyebaran

tersering pada perempuan adalah ke uretra dengan gejala uretritis, disuria dan sering

berkemih serta ke kelenjar Bartholini dan Skene yang menyebabkan pembengkakan

dan nyeri. Infeksi dapat menyebar ke endometrium dan tuba falopii.

3. Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder juga dapat terjadi karena

perubahann perilaku seks. Infeksi gonokokus juga dapat terjadi di faring maupun

rectum (Nancy A. Prince, 2006).

Gejala pada laki-laki

4

Page 5: Lap Field Lab. Uro

Gejala ada wanita

E. Komplikasi

1. Pada laki-laki: Tyonisitis, parautretritis, Littritis, Cowperitis, prostatitis akut,

prostatitis kronik ringan, vaskulitis, funikulitis, epididimitis, radang pada vesica

urinaria.

2. Pada wanita: parauretritis, pembengkakan kelenjar Bartholini, Salpingitis, dll.

(Arief, et all, 2008; Sjaiful, 2005)

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis gonore ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaan penunjang yang terdiri dari 5 tahapan :

1. Sediaan langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan ditemukan

diplokokus gram negatif, intrasel dan ekstrasel, leukosist PMN. Bahan duh tubuh

pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari

serviks, uretra, kelenjar Bartholini, dan rectum.

2. Kultur5

Page 6: Lap Field Lab. Uro

Untuk identifikasi perlu pembiakan atau kultur. Dua macam media yang digunakan

untuk kultur adalah media transpor (misal media Stuart dan media Transgrow) dan

media pertumbuhan (misal Mc Leod’s chocolate agar, mdia Thayer Martin).

3. Tes definitif

Terdiri dari tes oksidasi (semua Neisseria memberi reaksi positif) dan tes

fermentasi (kuman gonokok hanya meragikan glukosa).

4. Tes beta-laktamase

Hasil tes positif ditunjukkan ddngan perubahan warna kuning menjadi merah

apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.

5. Tes Thomson

Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

(Arief, et all, 2008; Sjaiful, 2005)

G. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

a. Pilihan utama dan kedua: siprofloxacin 500 mg dan ofloxacin 400 mg yang

dikombinasikan dengan deoksisiklin, tetrasiklin atau eritromisin.

b. Untuk daerah dengan insiden N.gonorrhoeae penghasil penisilinase rendah,

pilihan utamanya adalah Penisilin G prokain akua 4,8 juta unit+ 1 gram

probenesid.

c. Pada kasus dengan komplikasi dapat diberikan: siprofloxacin, ofloxacin,

seftriakson, kanamisin, maupun spektinomisin

2. Non medikamentosa

a. Memberikan pendidikan pada pasien dengan menjelaskan tentang bahaya PMS

dan komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan, cara penularan PMS

dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, menghindari hubungan seksual

sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan, dsb.

b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya

(Arief, et all, 2008)

BAB IV

6

Page 7: Lap Field Lab. Uro

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pelaksanaan laboratorium lapangan

Pelaksanaan kegiatan laboratorium lapangan kelompok 6 yang bertemakan

penyuluhan PMS di Puskesmas Kartasura-Sukoharjo telah berjalan dengan baik

dan lancar. Mahasiswa telah melakukan berbagai kegiatan, yang meliputi:

pengarahan, perencanaan, dan persiapan penyuluhan PMS; menghitung jumlah

sasaran anak SMA berdasarkan data dari Dinas Pendidikan setempat; menghitung

jumlah sasaran Wanita Usia Subur (WUS); simulasi penyuluhan kesehatan

Penyakit Menular Seksual, hingga pembuatan laporan pelaksanaan penyuluhan

PMS Gonore. Semoga kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi mahasiswa.

Keberhasilan kegiatan Field Lab ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Tim Pengelola Field

Lab Fakultas Kedokteran UNS; Netty…. , dr. selaku kepala Puskesmas Kartasura-

Sukoharjo; Tri Ispaningsih, dr. selaku instruktur laboratorium lapangan hari

pertama; dan Semua Staf Puskesmas Kartasura-Sukoharjo.

2. Gonore

Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah

ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah "kencing

nanah". Kuman: Neisseria gonorrhoea; perantara : manusia; tempat kuman keluar

dan masuk : penis, vagina, anus, mulut; cara penularan : kontak seksual langsung

maupun secara manual, yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman

(Anonim, 2009).

B. Saran

Untuk mengurangi angka kejadian PMS Gonore dapat dilakukan dengan

memberikan pendidikan pada pasien dengan menjelaskan tentang bahaya PMS dan

komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan, cara penularan PMS dan pengobatan

untuk pasangan seks tetapnya, menghindari hubungan seksual sebelum sembuh dan

memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan, dsb.

DAFTAR PUSTAKA

7

Page 8: Lap Field Lab. Uro

Anonim. 2009. Penyakit Hubungan Seksual: Gonore.

http://foralsa.wordpress.com/2008/03/10/jenis-pms-isr/ (diakses 29 April 2009).

Arief Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwik Setiowulan. 2008. Penyakit

Menular Seksual. dalam Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran UI pp:141-167

Dennis K. Burns, 2007. Sistem Genitalia Laki-Laki: Gonore dalam Buku Ajar Patologi

Robbins Vol. 2, Ed 7. Editor: Kumar, Contran, Robbins. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. pp: 753-755.

Hanim, Diffah et all. 2009. Manual Field Lab Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular

Seksual. Surakarta: FK UNS. pp: 1-2

Nancy A. 2006. Infeksi Saluran Genital: Gonore Dalam Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Vol. 2, Ed. 6. Editor: Price, S.A., Wilson, L.M. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC pp 1336-1337.

Sjaiful Fahmi Daili. 2005. Gonore dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. IV. Editor:

Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. pp:

367-378.

Suharno Josodiwondo. 1993. Kokus Gram Negatif: Neisseria gonorrhoeae dalam Buku

Ajar Mikrobiologi Kedokteran Ed. Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. pp: 147-153.

LAPORAN INDIVIDUFIELD LAB

8

Page 9: Lap Field Lab. Uro

Penyuluhan Penyakit Menular ”Gonore”Di Puskesmas Kartasura-Sukoharjo

OLEH : NAMA: SEPTIA RISMAWATI NSP

NIM: G0007155KELOMPOK: 6

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

2009

Lembar Pengesahan

9

Page 10: Lap Field Lab. Uro

1. Kegiatan

2. Topic

3. Waktu

4. Tempat

5. alamat

10