lakip 2014 puslitbang tanaman pangan
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
TAHUN 2014
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii
KATA PENGANTAR
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)
Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di
bawah Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.
Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang
Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP)
di bidang penelitian dan pengembangan pertanian
khususnya tanaman pangan.
Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014 ini telah
mengacu pada pedoman penyusunan LAKIP yang disusun Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia tahun 2004 serta Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Pencapaian sasaran strategis yang didukung oleh
pelaksanaan berbagai program dan kegiatan di lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan merupakan wujud pertanggungjawaban atas amanah yang diembankan
kepada Puslitbang Tanaman Pangan sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Laporan ini menyajikan hasil penelitian seperti varietas unggul baru,
teknologi budi daya, benih sumber, dan kegiatan penunjang dalam pencapaian
tujuan dan sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan.
Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam
rangka membangun kinerja khususnya dalam penelitian dan pengembangan
tanaman pangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan
IPTEK tanaman pangan.
Bogor, 3 Januari 2015
Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan,
Dr. Made Jana Mejaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah
Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan
pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi di Malang, Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, dan Loka
Penelitian Penyakit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan.
Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi
yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan
Puslitbang Tanaman Pangan adalah: (1) Tersedianya informasi sumber daya
genetik tanaman pangan, (2) Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan,
(3) Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008, (4) Terciptanya teknologi
budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan, dan (5) Tersedianya
rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan.
Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 dapat dilihat pada
pengukuran akuntabilitas kinerja yang mencapai 116,89%, terdiri dari
pengelolaan sumber daya genetik, perakitan VUB, produksi benih, perakitan
teknologi budi daya, dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan.
Sebanyak 21 varietas unggul baru (VUB) telah dilepas tahun 2014 yaitu:
varietas unggul baru padi Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari
Unsoed79 Agritan, Inpara 8 Agritan, dan Inpara 8 Agritan, VUB kedelai Demas 1,
Dena 1 dan Dena 2, VUB kacang tanah Talam 2 dan Talam 3, VUB kacang hijau
Vima 2 dan Vima 3, VUB ubijalar Antin 2 dan Antin 3, VUB sorgum SURI 3
Agritan dan SURI 4 Agritan, VUB jagung URI 3 H, HJ21 Agritan, dan HJ22
Agritan, VUB gandum GURI 3 Agritan, GURI 4 Agritan, dan GURI 5 Agritan.
Teknologi tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22
paket teknologi budi daya dan panen untuk padi, jagung, kedelai, kacang hijau,
ubijalar, dan kacang tanah. Disajikan pula 11 paket rekomendasi kebijakan dalam
mendukung peningkatan produksi tanaman pangan serta membangun daerah
perbatasan di Kaltim, Kalbar, NTT, Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Papua.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv
Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014
Rp. 120.869.273.000,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp.54.856.928.000,- Belanja
Barang Operasional Rp.15.087.092.000, Belanja Barang Nonperasional
Rp.41.561.228.000, dan Belanja Modal Rp.9.364.025.000,-. Anggaran tersebut
tersebar di Puslitbang Tanaman Pangan Rp.18.322.614.000, Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Rp.42.270.201.000, Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi Rp.31.309.718.000, Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp.
24.467.752.000, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp. 4.498.988.000.
Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31
Desember 2014 Rp.115.520.864.056 (95,58%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp.
51.425.685.687 (93,75%), Belanja Barang Operasional Rp.14.626.142.406
(96,94%), Belanja Barang Nonoperasional Rp.40.607.610.663 (97,71%), dan
Belanja Modal Rp. 8.861.425.300 (94,63%). Realisasi PNBP lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan sampai Desember 2014 Rp. 4.482.875.437,- (205,21%) dari
target PNBP Rp. 2.184.540.712,- terdiri dari target penerimaan umum Rp.
103.373.712,- dan penerimaan fungsional Rp. 2.081.167.000. Sedangkan
realisasi penerimaan umum Rp. 344.600.412,- (333,35%) dan penerimaan
fungsional Rp. 4.138.275.025,- (198,84%).
Secara umum kinerja penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang
dituangkan dalam Renstra 2010-2014 telah berhasil dicapai sesuai visi dan misi,
serta mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian dan memenuhi kebutuhan 4-F
(Food, Feed, Fiber, dan Fuel). Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan
VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan
food, feed dan fibre. Perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan
dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan terus dilakukan. Tersedia
varietas unggul baru ubikayu dan sorgum, serta teknologi pemanfaatan limbah
menjadi sumber energi terbarukan membangun masyarakat mandiri energi.
Data BPS ARAM II tahun 2014, produksi padi 70,61 juta ton GKG menurun
0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada
produksi 2012 hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung 19,13 juta ton
meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan 2012 (18,97
juta ton). Produksi kedelai 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan
tahun 2013 dan 2012 hanya 843,15 ribu ton. Nilai Tukar Petani (NTP) pada
September 2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan Agustus 2014 dari
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v
102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP September 2014 disebabkan kenaikan
indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks
harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan keperluan produksi
pertanian. Kenaikan NTP September 2014 karena naiknya NTP subsektor
tanaman pangan 0,37%, hortikultura 0,59%, dan peternakan 1,08%.
Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang (SL)
PTT ke seluruh propinsi. Tahun 2015 guna mencapai kedaulatan pangan,
Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).
Puslitbang Tanaman Pangan dalam melaksanakan penelitian sangat
bergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim.
Pengaruh pemanasan global seperti penentuan saat musim hujan atau awal
musim kemarau sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim
tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang. Dampak perubahan iklim
menyebabkan kondisi lapang yang tak terduga seperti serangan hama dan
penyakit yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi
penelitian hanya sebagian kecil dari hamparan pertanaman. Ledakan hama tikus,
wereng coklat disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang
ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang.
Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan
musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi
pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan
prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi.
Varietas unggul dan teknologi baru belum cepat diadopsi petani di lapang.
Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja sama
dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan pemerintah
daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak, ekspose
lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya adopsi
teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia.
Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu
meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................. i
Iktisar Eksekutif ............................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................... iv
I. Pendahuluan ................................................................ 1
II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..…………..………... 4
2.1. Perencanaan Strategis ………………………….….…….... 5
2.2. Perencanaan Kinerja..…………………..…………........... 9
2.3. Penetapan Kinerja ................................................ 10
III. Akuntabilitas Kinerja ………………………………….............. 16
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ………………………………. 17
3.2. Analisis Capaian Kinerja ........................................ 19
3.3. Akuntabilitas Keuangan …………………………….......... 88
IV. Penutup ....................................................................... 92
Lampiran:
Struktur Organisasi
Realisasi Keuangan
Rencana Strategis (RS) Puslitbang Tanmaan Pangan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014
Penetapan Kinerja (PKT) tahun 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
I. PENDAHULUAN
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah
Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan
pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi di Malang – Jawa Timur, Balai Penelitian Tanaman
Serealia di Maros – Sulawesi Selatan, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro di
Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.
Tugas dan fungsi Puslitbang Tanaman Pangan diatur melalui Peraturan
Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata
kerja Kementerian Pertanian. Tugas yang diemban menyiapkan perumusan
kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan pengembangan
tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan bersifat mendasar dan strategis
untuk mendapatkan teknologi tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi
dominan di beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream) ditujukan
untuk mengembangkan teknologi dasar dan teknologi generik yang akan diuji
daya adaptasi oleh BPTP sebelum disebarluaskan kepada petani.
Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan kebijakan penelitian
dan pengembangan, b) perumusan program penelitian dan pengembangan, c)
pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan
pengembangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e) evaluasi serta
pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan, dan f)
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.
Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya, Puslitbang Tanaman
Pangan didukung sarana kebun percobaan dan laboratorium yang terakreditasi,
serta tenaga fungsional peneliti dan administrasi. Jumlah pegawai di lingkup
Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 berjumlah 816 orang. SDM berkurang
85 orang selama 5 tahun jika dibandingkan dengan tahun 2010 berjumlah 901
orang. Pengurangan pegawai terjadi di seluruh satker lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan. Namun, tingkat pendidikan meningkat daripada tahun 2010,
yaitu 63 orang S3 (Doktor), 95 orang S2, dan 184 orang S1 (Tabel 1). Sedangkan
jumlah Profesor Riset tahun 2010 berjumlah 15 orang, saat ini hanya 10 orang
karena sebagian sudah purna tugas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan
pendidikan, 31 Desember 2014.
Unit Kerja S3 S2 S1 SM/
D3
D2 SLTA SLTP SD Total
Puslitbang
Tanaman Pangan
9 9 16 8 1 44 6 5 98
BBPadi 14 23 62 10 1 100 8 30 248
Balitkabi 24 30 58 7 1 64 17 20 221
Balitsereal 15 30 37 14 - 71 19 33 219
Lolit Tungro 1 3 11 2 - 9 - 4 30
Jumlah 63 95 184 41 3 288 50 92 816
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah menyediakan varietas
unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya, benih sumber, serta
kebijakan tanaman pangan. Data BPS melaporkan bahwa produksi padi tahun
2014 (ARAM II) diperkirakan 70,61 juta ton GKG menurun 0,67 juta ton (0,94%)
dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada produksi tahun 2012
hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung tahun 2014 diperkirakan 19,13 juta
ton meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013. Demikian pula produksi kedelai
tahun 2014 diperkirakan 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan tahun
2013.
Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui pendekatan
Pengelolaan Tanaman secara terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang
(SL) PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh propinsi di Indonesia. Tahun 2015,
dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, Kementerian Pertanian telah
mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. PERENCANAAN STRATEGIS
Visi
Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan bagian
integral dari visi pembangunan pertanian dan perdesaan Indonesia. Visi Badan
Litbang Pertanian adalah: ”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan
pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan
mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian
industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”
Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbang Tanaman
Pangan merumuskan visi yaitu: ”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014
menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat
sesuai kebutuhan pengguna”.
Misi
Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi
dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai
tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition).
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta
efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional dalam
rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman
Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).
Tujuan dan Sasaran
Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2010 – 2014 sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik
untuk bahan perakitan varietas unggul baru guna meningkatkan
produktivitas sesuai preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman
faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan
dan air), tanaman, dan organisme pengganggu tanaman yang dapat
merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca
(methan) di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim.
3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan
kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian.
4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian yang
bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem
pertanian industrial.
5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia usaha,
pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.
6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian.
Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi
yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan
Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman
pangan.
5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan.
Arah Kebijakan
Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan merupakan bagian
dari arah kebijakan dan strategi litbang pertanian pada Renstra Badan Litbang
Pertanian 2010 – 2014 khususnya yang terkait langsung dengan program Badan
Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing.
1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan
rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta
pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan
bahan baku industri.
2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil
penelitian kepada stakeholders nasional maupun internasional untuk
mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact
recoqnition) pengakuan ilmiah internasional (scientific recognition) dan
perolehan sumber-sumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.
3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian
melalui perbaikan sistem rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan
sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan
kebutuhan institusi.
4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan
perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan
internasional.
5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang
akuntabel dan good governance.
Strategi
1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk pencapaian
sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian.
2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas
dan kualitas penelitian, memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan
berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan,
aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan
dalam waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.
3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi kebijakan
antisipatif dan responsif dalam kerangka pembangunan pertanian untuk
memecahkan masalah dan isu aktual dalam pembangunan pertanian.
4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi pada kegiatan ilmiah
nasional dan internasional.
5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan teknologi kepada calon
pengguna.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha
industri agro.
7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan lembaga
internasional/nasional berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan
produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan
untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai impact recoqnition yang
mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN.
8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil litbang ke dunia
industri melalui lisensi.
9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten pada semua
jajaran Badan Litbang Pertanian.
Program dan Kegiatan
Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran
(SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menkeu,
No. 0412.M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009), bahwa program hanya berada di
Eselon I, sedangkan kegiatan berada di Eselon II. Program Badan Litbang
Pertanian pad periode 2010 – 2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas
unggul berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman
Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya penelitian dan
pengembangan menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh
Kementerian Pertanian, yaitu tiga di antara lima komoditas prioritas tanaman
pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta ubikayu dan kacang tanah yang
termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya dan komoditas tanaman pangan
yang menjadi penting seiring dinamika pengembangan tanaman pangan.
Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Puslitbang
Tanaman Pangan masuk dalam subprogram penelitian dan pengembangan
komoditas dengan kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan.
Indikator kinerja Unit Kerja adalah Output. Kegiatan litbang tanaman pangan
akan dilaksanakan oleh lima satuan kerja yaitu Puslitbang Tanaman Pangan
sebagai unit kerja eselon II, didukung oleh satuan kerja BBPadi, Balitkabi,
Balitsereal, dan Lolit Tungro.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
Indikator Kinerja Utama
Output yang menjadi indikator kinerja (IKU) litbang tanaman pangan
meliputi: 1) Jumlah varietas unggul baru padi, serealia, dan kabi, 2) Jumlah
teknologi budi daya dan pascapanen primer, 3) Jumlah aksesi sumber daya
genetik (SDG) padi, serealia, dan kabi terkoleksi, teridentifikasi dan terkonservasi
untuk perbaikan sifat varietas, 4) Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi,
serealia, dan kabi dengan SMM ISO 9001-2000, atau ISO 9001-2008, dan 5)
Publikasi ilmiah untuk diseminasi iptek.
2.2. PERENCANAAN KINERJA
Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan dengan
sasaran Renstra Puslitbang Tanaman Pangan 2010-2014. Sejalan dengan hal
tersebut Puslitbang Tanaman Pangan setiap tahun telah menyusun Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) 2014 yang berisi: 1) Sasaran strategis kegiatan yang akan
dilaksanakan, 2) Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur,
efektif, efisien, dan akuntabel, dan 3) Target yang akan dihasilkan.
Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan telah
dituangkan dalam RKT tahun 2014 dengan rincian sebagai berikut:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan yang
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas.
2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan.
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman
pangan.
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.
Adapun matriks Rencana Kinerja Tahunan (RKT) kegiatan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan disajikan pada Tabel 2, yang akan dilaksanakan
oleh satuan kerja lingkup Puslitbang Tanaman Pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya informasi sumber
daya genetik
Jumlah aksesi sumber daya genetik
tanaman pangan yang dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan sifat
varietas
1.405 aksesi
2. Terciptanya varietas unggul
baru tanaman pangan
Jumlah varietas unggul baru tanaman
pangan
19 varietas
3. Tersedianya benih sumber
varietas unggul baru tanaman
pangan untuk penyebaran
varietas berdasarkan SMM
ISO 9001-2008.
Jumlah produksi benih sumber padi,
serealia, aneka kacang dan ubi
219 ton
4. Terciptanya teknologi budi
daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan
Jumlah teknologi budi daya, panen,
dan pascapanen primer tanaman
pangan
13 teknologi
5. Tersedianya kebijakan
pengembangan tanaman
pangan
Rumusan rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman pangan
10 rekomendasi
2.3. PENETAPAN KINERJA
Penetapan Kinerja 2014 disusun setelah disetujui dan diterbitkannya DIPA
2014. Penetapan kinerja ini merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja
antara Kepala Puslitbang Tanaman Pangan dengan Kepala Badan Litbang
Pertanian sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas
kinerja Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.
Oleh karena itu, Puslitbang Tanaman Pangan telah menetapkan 3 (tiga)
sasaran strategis yang akan dicapai 2014 guna mendukung program Badan
Litbang Pertanian. Sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan, yaitu (1)
Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan
produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan, (2) Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan
sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan, dan (3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai 3 (tiga) sasaran strategis
tersebut, yaitu (1) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan
tanaman pangan lainnya yang akan dilepas, (2) Jumlah benih sumber padi,
jagung, dan kedelai sesuai dengan SMM ISO 9001-2008 yang akan dihasilkan,
(3) Jumlah teknologi budi daya dan panen tanaman pangan, dan (4) Jumlah
rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban Puslitbang Tanaman
Pangan pada tahun 2014, maka diperlukan anggaran Rp.120.869.273.000,0
untuk belanja pegawai, belanja barang operasional, belanja barang
nonoperasional, dan belanja modal. Anggaran tersebut diperoleh dari APBN dan
PNBP, serta kegiatan kerja sama penelitian dengan berbagai instansi pemerintah,
swasta, maupun bantuan luar negeri.
Penetapan kinerja 2014 yang telah disusun pada Tabel 3 telah mengalami
revisi karena adanya perubahan APBN sesuai kebijakan pemerintah akibat
melonjaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tabel 3. Penetapan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014.
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;
a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya
b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008
20 Varietas
203 Ton
2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Jumlah teknologi budi daya dan panen
22 Teknologi
3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
11 Rekomendasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
Dalam LAKIP Puslitbang Tanaman Pangan ini dilaporkan juga
perkembangan berbagai kegiatan lain, yaitu: a) Pengelolaan sumber daya
genetik tanaman pangan, b) Kegiatan diseminasi hasil penelitian tanaman
pangan, dan c) Laporan keuangan.
Pencapaian target indikator kinerja dilaksanakan melalui serangkaian
penelitian di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro, dengan judul
perakitan varietas unggul baru dan produksi benih sumber, dengan rincian
sebagai berikut:
1a. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman
pangan, terdiri dari:
a. Perakitan varietas unggul baru padi
Perakitan varietas unggul padi dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan
setingkat RPTP, yaitu: a) Percepatan pelepasan varietas unggul baru padi
melalui konsorsium padi nasional, b) Perakitan varietas padi sawah, c)
Perakitan varietas unggul padi rawa, dan d) Perakitan varietas padi gogo.
Penelitian ini telah melibatkan 56 orang peneliti dengan pagu anggaran Rp.
5.543.000.000.
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan
ubi
Perakitan varietas unggul aneka kacang dan umbi dilaksanakan melalui
serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Percepatan
pelepasan varietas kedelai nasional melalui konsorsium, b) Perakitan
varietas kedelai tropis toleran kekeringan, naungan, pasang surut, dan
toleran cekaman biotik, c) Perbaikan teknologi produksi ubikayu dan
ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan d) Perakitan varietas
kacang tanah dan kacang hijau untuk lahan sawah, lahan salin, dan lahan
kering masam. Penelitian ini telah melibatkan 67 orang peneliti dengan
pagu anggaran sebesar Rp.1.339.510.000.
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
Perakitan varietas unggul jagung dan serealia lainnya dilaksanakan melalui
serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Perakitan
Varietas Jagung Hibrida Berdaya Saing, b) Perakitan Varietas Jagung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
Bersari Bebas Toleran Cekaman Lingkungan, c) Perakitan Varietas Gandum
Tropis Adaptif Pada Ketinggian ≤ 400 Mdpl, d) Perakitan Varietas dan
Teknologi Penekanan Hasil Sorgum. Penelitian ini telah melibatkan sekitar
35 orang peneliti dengan pagu anggaran sebesar Rp.1.582.344.000.
1b. Produksi benih sumber tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-
2008, terdiri dari:
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.
Kegiatan penyediaan benih sumber ini dilaksanakan oleh BBPadi di
Sukamandi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan target
diproduksinya 130 ton benih sumber kelas BS, FS, dan SS. Pagu anggaran
di BBPadi Rp.1.927.350.000 untuk memproduksi 100 ton benih sumber
(kelas BS, FS, dan SS), sedangkan pagu anggaran di Lolit Tungro
Rp.344.586.000 untuk memproduksi benih sumber kelas SS 30 ton. Total
biaya produksi benih sumber sebesar Rp.2.271.936.000.
b. Penyediaan benih sumber varietas unggul kacang dan umbi.
Kegiatan penyediaan benih sumber aneka kacang dan umbi dilaksanakan
di Balitkabi Malang dengan target produksi 83 ton kelas BS dan FS. Pagu
anggaran produksi benih sumber sebesar Rp.2.081.750.000.
c. Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia
lain.
Kegiatan penyediaan benih sumber jagung dan serealia lainnya
dilaksanakan di Balitsereal Maros dengan target produksi benih sumber 34
ton kelas BS dan FS. Pagu anggaran produksi benih sebesar
Rp.1.091.474.000.
2. Perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
Kegiatan perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman padi
dilaksanakan oleh BBPadi di Sukamandi dengan target dihasilkannya 6
(enam) teknologi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan
target dihasilkannya 1 (satu) teknologi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
Perakitan teknologi budi daya padi di BBPadi dilaksanakan melalui 3 (tiga)
kegiatan setingkat RPTP, yaitu: a) Perbaikan komponen teknologi
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi, b) Perbaikan
komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi rawa, dan c)
perbaikan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi gogo.
Jumlah pagu anggaran kegiatan penelitian ini sebesar Rp.2.601.000.000.
Sedangkan penelitian Lolit Tungro dengan judul “inovasi teknologi produksi
padi tahan tungro mendukung upaya kemandirian pangan” dengan pagu
anggaran sebesar Rp.421.659.000.
b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman aneka kacang dam umbi
dilaksanakan di Balitkabi Malang melalui penelitian yaitu a) Perbaikan
komponen teknologi budi daya kedelai untuk lahan sawah, lahan kering,
dan pasang surut menuju swasembada kedelai, b) Perbaikan teknologi
produksi ubikayu dan ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan c)
Perbaikan komponen teknologi budi daya kacang tanah dan kacang hijau
lahan sawah, lahan salin, dan lahan kering. Jumlah pagu anggaran kegiatan
penelitian ini sebesar Rp.834.400.000.
c. Teknologi budi daya tanaman serealia
Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman serealia dilaksanakan di
Balitsereal Maros melalui penelitian “Perakitan teknologi mendukung
pengembangan VUB jagung” untuk menghasilkan a) Teknologi tanam
tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan pada sistem tanam legowo
tanpa menurunkan produktivitas jagung dan menguntungkan petani terkait
peningkatan IP, b) Teknologi pemupukan spesifik lokasi yang efisien
dengan perangkat PUJS dalam pola tanam padi-jagung-jagung, c)
Mikroorganisme dekomposer dan bahan tambahannya yang mempunyai
daya rombak cepat dan efektif terhadap limbah tanaman jagung untuk
pupuk organik, d) Sistem pemasaran jagung berdasarkan subround terkait
peningkatan IP, e) Model penangkaran benih jagung hibrida silang tiga
jalur berbasis komunitas, f) Formulasi fungisida hayati untuk pengendalian
penyakit utama jagung, g) Formulasi yang sesuai untuk dikembangkan
sebagai Bakterisida hayati sehingga memudahkan aplikasi di lapangan, h)
Formulasi Virus HaNPV untuk pengendalian hama utama jagung (H.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
armígera, S.litura) yang ramah lingkungan, dan i) Diketahuinya faktor
utama yang berpengaruh terhadap perkembangan dan tingkat serangan
hama/penyakit serta cara pengendaliannya. Jumlah pagu anggaran kegiatan
penelitian ini sebesar Rp.543.917.000.
3. Analisis Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan
Target output penelitian ini, yaitu: 1) Analisis Kebijakan Mendukung
Peningkatan Produktivitas dan Produksi Komoditas Tanaman Pangan, 2)
Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penyesuaian Varietas Dalam Sistem
Jajar Legowo, 3) Evaluasi Efisiensi Teknologi Pupuk Organik Dalam Pola
Tanam Padi-Kedelai, 4) Studi Rekayasa Ekologi Berbasis Tanaman Pangan
dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah, 5) Studi Sosial Ekonomi
Berbasis Tanaman Pangan Dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah
Irigasi, 6) Keragaan Beberapa Varietas Padi Hibrida Jagung Pada Sistem
Tanpa Olah Tanah Pola Tanam Padi-Jagung-Padi, 7) Optimalisasi Produksi
Kedelai Melalui Penerapan Teknologi Varietas dan Beragam Pemupukan
Pada Sistem Tanpa Olah Tanah.
4. Pengelolaan dan Pengkayaan Sumber Daya Genetik Tanaman
Pangan
Target kegiatan ini adalah diperolehnya informasi hasil karakterisasi dan
rejuvinasi sumber daya genetik tanaman padi, jagung, kacang-kacangan,
umbi-umbian, dan serealia lainnya.
5. Diseminasi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan
Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman pangan
adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman pangan. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a) Publikasi hasil-hasil penelitian,
b) Seminar dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose/pameran skala
nasional dan regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan
inovasi teknologi melalui internet (website).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Penelitian tanaman pangan telah memberikan kontribusi dalam
mendukung 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian. Inovasi yang
dihasilkan meliputi penciptaan varietas unggul baru, benih sumber, serta
perakitan teknologi budi daya. Hasil-hasil penelitian disebarluaskan melalui
berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar teknologi di berbagai even
nasional maupun regional, serta menerbitkan publikasi ilmiah tercetak dalam
bentuk jurnal, prosiding, buletin, dan website yang telah terbangun di seluruh
satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan.
Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah
diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkup
Puslitbang Tanaman Pangan. Mekanisme monitoring dan evaluasi penelitian
dilakukan setiap semester melalui peninjauan lapang. Sedangkan realisasi
keuangan dipantau melalui aplikasi i-Monev berbasis web yang dilakukan
updating setiap hari Jumat bagi setiap satker, serta penerapan Permenkeu No.
249 tahun 2011 setiap bulan.
3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA
Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat pada tujuan,
manfaat, dan keluaran pogram penelitian dengan menggunakan indikator tolok
ukur kinerja, alat verifikasi, dan asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks
kerangka logis.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun
2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja
sasaran dengan realisasinya. Data diperoleh dari laporan yang telah disusun oleh
peneliti seluruh satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan dan berbagai sumber
lainnya. Capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran disajikan secara rinci pada
Tabel 4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
Tabel 4. Pengukuran Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014.
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian kinerja
1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;
a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya
b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008
20 Varietas
203 Ton
21 Varietas
256,04 Ton
105,0%
126,13%
2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 22 Teknologi 100,0%
3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pulitbang Tanaman
Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 : Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka
peningkatan produksi dan produktivitas mendukung
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Sasaran strategis ini dicapai menggunakan 2 (dua) indikator kinerja, yaitu
(a) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan
lainnya, dan (b) Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM
ISO 9001-2008. Analisis capaian kinerja diuraikan sebagai berikut:
(a) Indikator kinerja varietas unggul baru (VUB) padi, jagung, kedelai dan
tanaman pangan lainnya yang dilepas dapat dicapai melalui kegiatan
penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan.
Adapun target yang telah ditetapkan yaitu dilepasnya 20 varietas unggul
baru tanaman pangan, sedangkan realisasi capaiannya 105%, yaitu telah
dilepas 21 varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 5 VUB padi, 9
VUB aneka kacang dan umbi, dan 7 VUB serealia (Tabel 5).
Tabel 5. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Varietas unggul baru padi 5 5 100,00
Varietas unggul baru aneka kacang dan umbi 8 9 112,50
Varietas unggul baru serealia 7 7 100,00
Secara umum, kinerja Puslitbang Tanaman Pangan dalam perakitan
varietas unggul baru dapat tercapai sesuai target. Berdasarkan
perbandingan selama 2010-2014 (Tabel 6) sesuai dengan Renstra yang
telah ditetapkan, VUB yang dilepas sangat bervariasi. Hal ini karena
perakitan VUB memerlukan proses dan waktu yang cukup lama karena
dipersyaratkan harus dilakukan uji multilokasi di 16 lokasi yang berbeda,
serta proses pengujian oleh evaluator ahli yang ditetapkan oleh Badan
Benih Nasional (BBN).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
Tabel 6. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.
Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Varietas unggul baru
padi
Target 4 4 6 7 5
Realisasi 10
(250%)
17
(400%)
12
(200%)
7
(100%)
5
(100%)
Varietas unggul baru
aneka kacang dan umbi
Target 2 4 4 6 8
Realisasi 2
(100%)
4
(100%)
6
(150%)
6
(100%)
9
(112%)
Varietas unggul baru
serealia
Target 5 3 7 7 7
Realisasi 5
(100%)
7
(233%)
7
(100%)
9
(128%)
7
(100%)
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari VUB yang dilepas
2014 diuraikan sebagai berikut:
Padi
Tahun 2014 telah dilepas sebanyak 5 VUB padi yang sesuai untuk lahan
salin, dan lahan rawa, antara lain 1) varietas Inpari 34 Salin Agritan (SK Mentan
No.1252/Kpts/SR.120/12/2014), 2) varietas Inpari 35 Salin Agritan (SK Mentan
No.1250/Kpts/SR.120/ 12/2014), 3) varietas Inpari Unsoed 79 Agritan (SK
Mentan No.1251/Kpts/SR.120/12/2014), 4) varietas Inpara 8 Agritan (SK Mentan
No.1244/Kpts/SR.120/12/2014), dan 5) varietas Inpara 9 Agritan (SK Mentan
No.1245/Kpts/SR.120/12/2014).
Varietas Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan toleran salin
dan berpotensi hasil tinggi dalam rangka menyediakan varietas toleran salinitas
yang beradaptasi pada daerah pesisir pantai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Kedua varietas ini memiliki toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada
cekaman 12 dSm-1. Potensi hasil Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin
Agritan masing-masing 8,1 t/ha dan 8,3 t/ha yang setara dengan varietas Siak
Raya, lebih tinggi daripada varietas Dendang (keduanya telah dilepas beberapa
tahun lalu). Keunggulan lain, lebih tahan hama wereng batang coklat biotipe 1
dan 3, dan mutu giling setara dengan Siak Raya dan lebih baik daripada
Dendang. Sedangkan Inpari Unsoed 79 Agritan mempunyai keunggulan umur
109 hari setelah sebar, potensi produksi 8,2 ton/ha, rata-rata hasil 4,9 ton/ha,
tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi
terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dSm-1.
HiPa 19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
Keragaan varietas Inpari 34 Salin Agritan (Kiri) dan varietas Inpari
35 Salin Agritan (kanan)
Varietas Inpara 8 Agritan dan Inpara 9 Agritan sesuai untuk dikembangkan
di lahan rawa yang tersedia cukup luas di Indonesia. Inpara 8 Agritan memiliki
potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,77 t/ha, berumur genjah, toleran
keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII,
dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera.
Inpara 9 Agritan memiliki potensi hasil 5,6 t/ha dan rata-rata hasil 4,2 t/ha,
berumur 114 HSS, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar
amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah
Kalimantan dan Sumatera.
Pertanaman di lapang Inpara 8 Agritan (Kiri) dan Inpara 9 Agritan (kanan) serta
kualitas gabah dan berasnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
Kedelai
Kedelai berpeluang ditingkatkan luas areal tanamnya terutama di lahan
kering masam luasnya 102,82 juta ha yang tersedia di luar Pulau Jawa. Namun,
pengembangannya terkendala keracunan Al dan Mn, serta defisiensi hara
makro.. Salah satu alternatif meningkatkan produktivitas lahan kering dengan
menggunakan varietas unggul toleran lahan masam.
Telah dilepas 3 VUB kedelai antara lain varietas Demas 1, Dena 1, dan
Dena 2. Kedelai varietas Demas 1, memiliki keunggulan adaptif ditanam di lahan
masam. Varietas ini memiliki potensi hasil 2,5 t/ha, ukuran biji 12,88g/100 biji,
rata-rata produksi 1,5 t/ha, memiliki ketahanan terhadap penggerek polong dan
karat daun. Varietas Dena 1 dan Dena 2 merupakan kedelai berumur genjah
masing-masing 78 dan 81 hari, toleran naungan sampai 50% dengan potensi
produksi 2,9 ton/ha dan 2,8 ton/ha.
VUB kedelai varietas Demas 1 untuk lahan masam, potensi hasil 2,5 t/ha.
VUB kedelai Dena 1 (kiri) dan Dena 2 (kanan) potensi hasil 2,9 t/ha dan 2,8 t/ha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
Kacang tanah
Telah dilepas 2 VUB kacang tanah yang diberi nama varietas Talam 2 dan
Talam 3. Varietas Talam 2 memiliki keunggulan potensi hasil 4,0 t/ha polong
kering dengan rata-rata hasil 2,5 t/ha polong kering. Kandungan protein 25,42%
(Bk), lemak 46,53% (Bk), serta agak tahan penyakit layu bakteri, karat daun dan
bercak daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (pH 4,2-4,7) dengan
kejenuhan Al 10-30%.
Varietas Talam 3, mempunyai potensi hasil 3,7 t/ha polong kering dengan
rata-rata hasil 2,6 t/ha polong kering. Kandungan protein 27,58% (Bk), lemak
49,62% (Bk), agak tahan terhadap penyakit layu bakteri, karat daun, dan bercak
daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (pH 4,5-5,6) dengan
kejenuhan Al 10-30%.
Bentuk biji kacang tanah varietas Talam 2 (kiri) dan Talam 3 (kanan)
Kacang hijau
Kacang hijau yang dilepas dengan nama Vima 2 mempunyai potensi hasil
2,4 t/ha dan rata-rata hasil 1,8 t/ha. Warna biji hijau mengkilap, polong mudah
pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan
suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi. Sedangkan varietas Vima 3
mempunyai potensi hasil 2,1 t/ha dan rata-rata hasil 1,78 t/ha. Warna biji hijau
kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
Keragaan VUB kacang hijau varietas Vima 2 (kiri) dan Vima 3 (kanan)
Ubijalar
Telah dilepas 2 (dua) varietas unggul ubijalar dengan nama Antin 2 dan
Antin 3. Varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 37,1 ton/ha dan umur panen 4-
4,5 bulan. Keunggulan lain, kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan,
agak tahan penyakit kudis dan boleng. Sedangkan varietas Antin 3 memiliki
potensi hasil 30,6 ton/ha dan umur panen 4-4,5 bulan. Keunggulan lain,
kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan
boleng. Kedua varietas ini sesuai ditanam di lahan tegalan dan lahan sawah
sesudah tanam padi.
Varietas Antin 2 dan Antin 3 dengan kandungan antosianin tinggi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
Jagung
Jagung pulut yang dilepas dengan nama varietas URI 3 H mempunyai
keunggulan utama yaitu mengandung nutrisi amilosa sebesar 7,65% yang
mencirikan sebagai jagung hibrida pulut dengan rasa tongkol muda yang sangat
enak/gurih, kisaran perbedaan 62,8 - 64,2% terhadap varietas Bima Putih 1.
Varietas ini berumur genjah (88 hst) dengan potensi produksi 10,68 t/ha dan
rata-rata hasil 8,57 t/ha pada kadar air 15%. Keunggulan lain memiliki
ketahanan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah.
Jagung varietas HJ 21 Agritan memiliki keunggulan umur 82 HST, potensi
hasil 12,2 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan rata-rata hasil 11,4 t/ha pipilan
kering kadar air 15%. Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta
stay green, umur genjah, dan tahan rebah. Sedangkan varietas HJ 22 Agritan
berumur genjah 80 HST, potensi hasil 12,1 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan
rata-rata hasil 10,9 t/ha pipilan kering kadar air 15%. Selain itu tahan terhadap
penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, stay green, dan tahan rebah.
Keragaan jagung pulut varietas URI 3 H
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
Jagung hibrida HJ 21 Agritan (Kiri) dan jagung hibrida HJ 22 Agritan (Kanan)
Gandum
Telah dilepas 2 (dua) VUB gandum dengan nama GURI 3 Agritan dan
GURI 4 Agritan. Calon varietas ini memiliki potensi hasil 7,5 t/ha dengan rata-
rata hasil 3,5 t/ha. Dibandingkan dengan varietas Gandum yang sudah dirilis
sebelumnya, calon varietas ini lebih adaptif pada dataran menengah 400 – 700 m
dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun serta hama aphis.
Gandum varietas GURI 3 Agritan pada ketinggian 1000 m dpl di Malino, Sulsel
Sorgum
Telah dilepas 2 (dua) VUB sorgum dengan nama SURI 3 Agritan dan SURI
4 Agritan. Umur panen 95 hari, potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,5 t/ha
pada kadar air 10% dengan rata-rata bobot biomas batang 21,1 t/ha. Varietas ini
beradaptasi pada lingkungan suboptimal, terutama pada daerah dengan curah
hujan rendah. Dengan kadar tanin rendah, varietas ini sangat sesuai untuk
pangan, terutama bagi daerah rawan pangan karena sering mengalami
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
kekeringan. Dapat juga menjadi bahan pembuatan energi terbarukan dengan
kadar gula (brix) 16,0%.
Penampilan sorgum varietas SURI 3 Agritan untuk pangan
Outcome dari VUB tanaman pangan yang telah dilepas, antara lain
perbanyakan benih sumber oleh UPBS dan disebarluaskan ke UPBS di BPTP di 34
propinsi, serta pengembangan VUB ke berbagai daerah dan luar negeri.
VUB dilisensikan kepada Swasta. Sekitar 14 varietas unggul baru
tanaman pangan telah dilisensikan kepada mitra kerja sama, yaitu Jagung
varietas Bima 7 oleh PT Biogene Plantation, varietas Bima 9, Bima 10, dan Bima
11 oleh PT Tosa Agro. Padi varietas Hipa 10 dan Hipa 11 oleh PT Pterokimia
Gresik, varietas Hipa 12 dan 14 oleh PT Saprotan Benih Utama.
Petani kacang hijau Indonesia tidak kalah dengan petani
Australia. Varietas kacang hijau di Australia tidak sebanyak di Indonesia, yaitu
Berken, Crystal, Emerald, White Gold, Satin, Regur, Green, Diamond, dan
Celera. Di antara varietas tersebut, yang paling terkenal dan banyak ditanam
adalah Crystal dan Satin karena daya adaptasinya luas dan produksinya tinggi.
Standar kacang hijau yang baik ukuran biji 2 mm dan warna biji hijau mengkilat.
Produksi riil dicapai 1,2-1,9 t/ha, di Indonesia produksi 1,7 t/ha dengan umur
panen 56-60 hari, sedangkan di Australia panen umur 105-115 hari. Kita harus
lebih bersyukur, karena mempunyai kacang hijau yang berumur panen 56 hari.
Inpari 30 Ciherang Sub 1 dikembangkan di NTB. Badan Litbang
Pertanian telah merespon perubahan iklim dengan merakit varietas padi yang
tahan dalam cekaman lingkungan ekstrim. Varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1
yang dilepas tahun 2012 tahan terhadap rendaman. Varietas ini sesuai ditanam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
di sawah dataran rendah hingga 400 m dpl, di daerah luapan sungai, cekungan
dan rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari.
Umur tanaman Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan
potensi hasil 9,6 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai umumnya masyarakat.
Namun, varietas ini agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, serta
hawar daun bakteri patotipe III. Kini, varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 mulai
dikembangkan di NTB. Panen perdana bulan Juli 2014 di areal persawahan
Gadjah Mada, Kelurahan Rabadompu, Kecamatan Raba, Bima dengan produksi 9
ton/ha gabah kering. Panen juga dilakukan di Kelurahan Pagutan, Kecamatan
Mataram, Kota Mataram bulan Agustus 2014), yang dibudi dayakan melalui
teknologi PTT. Selanjutnya akan dikembangkan di wilayah pesisir sungai di Bima.
Kedelai varietas Dering 2, Detam 1, Burangrang, dan Argomulyo
telah dikembangkan di Madagaskar. Pertemuan ini diinisiasi oleh Dubes RI
di Madagaskar (Artanto Salmoen Wargadinata) dengan Direktur Jenderal Teknik
dari Ministere Del L‟Agriculture et du Development Rural (Voahangy Arijona).
Kegiatan Balitbangtan mendapat apresiasi Menteri Pertanian Minagri bahkan oleh
jajaran kepresidenan yang ditunjukkan dengan pencanangan tanam kedelai oleh
Presiden Madagaskar. Diharapkan ke depan dapat diperluas komoditas pertanian
lain untuk meningkatkan pendapatan petani di Madagaskar. Pengembangan
kedelai dilakukan di wilayah Antsirabe seluas 6 ha yang terdiri dari uji adaptasi
varietas kedelai, demplot dan demfarm budi daya kedelai. Penanaman dimulai
sejak akhir November - 10 Desember 2014.
Tanam kedelai di lahan sawah setelah padi di district Ambohimangakey, Region
Analamanga, 18 Juni 2014 (Kiri) dan Pertumbuhan kedelai (kanan)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
Kunjungan lapang Bapak Artanto Wargadinata, KUTAP, KBRI Madagaskar
beserta staf ke lokasi penelitian kedelai di lahan sawah.
Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara. Sedikitnya 20 orang duta
besar dan perwakilan FAO berkunjung ke Maros, Sulawesi Selatan dalam
rangkaian Hari Pangan Sedunia ke-34, 2014. Diplomatic tour ke Balitsereal diikuti
dari Switzerland, Afrika Selatan, Kroasia, Argentina, Kazakshtan, Iraq, China,
Republik Solomon, Laos, Yordania, Papua Nugini, Venezuela, Bosnia, Brunei
Darussalam, India, Peru, Mongolia, dan Vietnam. Rombongan menyaksikan
visitor plot yang menampilkan inovasi serealia terkini. Badan Litbang Pertanian
telah melepas jagung hibrida kaya protein Bima 12Q dan Bima 13Q, serta jagung
kaya vitamin A yang diberi nama hibrida Provit A. Para tamu menyatakan
kekagumannya karena Balitsereal telah memanfaatkan teknologi pengairan
modern hemat air yang diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan, serta
fasilitas riset modern yang dimiliki Badan Litbang Pertanian.
Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara ke Balitsereal, Maros, Sulsel.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
Tabel 7. Varietas unggul baru tanaman pangan yang dilepas tahun 2014.
Nama VUB Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Keterangan
Padi
Inpari 34 Salin Agritan 112 8,1 Tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 3, mutu giling setara Siak Raya dan lebih baik daripada Dendang, sesuai untuk dikembangkan di lahan yang dipengaruhi salinitas
Inpari 35 Salin Agritan 106 8,3 Tahan blas 033, toleran lahan salin dan tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 3.
Inpari Unsoed 79 Agritan
109 8,2 Tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dSm-1
Inpara 8 Agritan 115 6,0 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera.
Inpara 9 Agritan 114 5,6 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah Kalimantan dan Sumatera.
Kedelai
Demas 1 84 2,5 Tahan karat daun dan penggerek, serta agak rentan hama penghisap polong dan ulat grayak, adaptif di lahan kering masam, baik ditanam di dataran rendah sampai sedang (0-600 m dpl).
Dena 1 78 2,9 Umur genjah, tahan karat daun, rentan penghisap polong dan ulat grayak, dan toleran naungan 50%
Dena 2 81 2,8 Tahan karat daun dan penghisap polong, agak tahan ulat grayak, dan toleran naungan sampai 50%.
Kacang tanah
Talam 2 95 4,0 Agak tahan layu bakteri, karat daun dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%.
Talam 3 95 3,7 Agak tahan layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
Kacang hijau
Vima 2 56 2,4 Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi
Vima 3 60 2,1 Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah
Ubijalar
Antin 2 135 37,1 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng.
Antin 3 135 30,6 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng.
Jagung
URI 3 H 88 10,68 Kandungan nutrisi amilosa 7,65% mencirikan jagung pulut, rasa tongkol muda enak/gurih. Tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah
HJ21 Agritan 82 12,2 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah
HJ22 Agritan 80 12,1 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah
Gandum
Guri 3 Agritan 125 7,5 Adaptif di dataran menengah 400 – 700 m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis
Guri 4 Agritan 123 8,6 Adaptif di dataran menengah 400 – 700 m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis
Sorgum
Suri 3 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%
Suri 4 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
b) Indikator kinerja jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan
SMM ISO 9001-2008, dicapai melalui kegiatan perbenihan tanaman
pangan sesuai SMM ISO 9001-2008.
Adapun target yang telah ditetapkan sesuai dengan PK 2014, yaitu
dihasilkannya benih sumber sebanyak 203 ton kelas BS, FS, dan SS.
Namun, UPBS di Lolit Tungro juga ditargetkan untuk menghasilkan benih
padi kelas SS sebanyak 30 ton. Dengan demikian target produksi benih
sumber padi, jagung, kedelai dan serealia lainnya sebanyak 247 ton.
Realisasi capaian produksi benih sumber tanaman pangan tahun 2014
sebanyak 256,70 ton atau 103,93% (Tabel 8).
Tabel 8. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Benih padi 130 ton 135,6 ton 104,30
Benih aneka kacang dan ubi 83 ton 85,86 ton 103,44
Benih jagung dan serealia 34 ton 35,24 ton 103,65
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun
2010-2014 disajikan pada Tabel 9. Secara umum, target produksi benih
sumber tanaman pangan tercapai setiap tahunnya. Keragaman jumlah
produksi benih sangat bergantung pada permintaan benih dari BPTP serta
penugasan dalam mendukung 4 target sukses Kementerian Pertanian.
Tabel 9. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.
Indikator
Kinerja
2010 2011 2012 2013 2014
Benih padi (ton)
Target 30,0 97,0 430 130,0 130,0
Realisasi 31,6 (105%)
97,0 (100%)
454,8 (105%)
133,57 (102%)
135,6 (104,3%)
Benih aneka kacang dan ubi (ton)
Target 26,0 29,0 65,0 55,0 83,0
Realisasi 26,8 (103%)
36,6 (126%)
65,5 (101%)
55,41 (101%)
85,86 (103,4%)
Benih jagung dan serealia lainnya (ton)
Target 8,0 8,0 34,0 34,0 34,0
Realisasi 8,0 (100%)
18,0 (225%)
37,0 (108%)
34,20 (101%)
35,24 (103,6%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari penyediaan
benih sumber tanaman pangan diuraikan sebagai berikut:
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
Sampai dengan 2014 telah diproduksi 135,6 ton benih sumber padi (BS,
FS, dan SS) untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 33 propinsi di seluruh
Indonesia serta kegiatan demfarm dan visitor plot di seluruh BPTP.
UPBS di BBPadi telah menghasilkan benih sumber sebanyak 104,9 ton,
terdiri dari BS 41,89 ton, FS 22,91 ton, dan SS 40,10 ton yang terdiri berbagai
varietas unggul padi. Sedangkan UPBS di Lolit Tungro menghasilkan benih
sumber kelas SS sebanyak 30,78 ton, terdiri dari varietas Inpari 7 lanrang, Inpari
8, dan inpari 9 Elo yang tahan penyakit tungro untuk penyediaan dan
penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro khususnya daerah-daerah yang
merupakan endemik tungro.
Penyediaan benih sumber varietas unggul aneka kacang dan umbi
Sampai dengan 2014 telah diproduksi sebanyak 85,86 ton benih sumber
tanaman aneka kacang dan umbi kelas NS, BS dan FS. Adapun varietas yang
diproduksi benih antara lain: 1) kedelai sekitar 14 VUB yaitu Grobogan,
Anjasmoro, Argomulyo, Mahameru, Dering 1, Burangrang, Wilis, Panderman,
Gepak Kuning, Gema, Detam 1, Detam 2, Detam 3 Prida dan Detam 3 Prida, 2)
kacang tanah 11 VUB, yaitu Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Bima, Bison, Tuban
Gajah, Takar 1, Takar 2, Talam 1, Domba, Kelinci dan Jerapah, dan kacang hijau
6 VUB yaitu Vima 1, Murai, Perkutut, Sriti, Kenari, dan Kutilang.
Di samping itu, UPBS di Balitkabi juga memproduksi benih sumber ubikayu
sebanyak 60.000 setek terdiri dari varietas Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4,
Malang 1, Malang 4, Malang-6, Litbang UK2, UJ-3, dan UJ-5, dan ubijalar
sebanyak 32.000 setek terdiri dari varietas Beta 1, Beta 2, Kidal, Papua Solossa,
Sawentar, Antin1, Antin2, Antin3, dan Sari.
Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia lainnya
Sampai dengan 2014 telah diproduksi 35,24 ton benih sumber jagung dan
serealia lainnya kelas BS dan FS. Benih sumber jagung sebanyak 30,04 ton terdiri
dari varietas Bisma, Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Pulut
URI, Gumarang, Arjuna, Anoman, dan Bima 19 URI.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
Gandum sebanyak 388 kg terdiri dari varietas Selayar, Nias, dan Dewata.
Sedangkan Sorgum telah diproduksi sebanyak 4,81 ton terdiri dari varietas
Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2. Penyebaran VUB untuk padi, jagung, dan
kedelai hampir tersebar di seluruh propinsi, komoditas lain sesuai keinginan
petani setempat (Tabel 10).
Tabel 10. Produksi benih sumber dan varietas yang didistribusikan 2014.
Komoditas Nama varietas yang didistribusikan Penyebaran di Propinsi
Padi Batang Piaman, Batutegi, Cibogo, Cigeulis,
Ciherang, , Gilirang, Cilamaya Muncul, Inpago 4,
Inpago 5, Inpago 7, Inpago 9, Inpago 10, Inpara
1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 6, Inpari 7, Inpari 6,
Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari
14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17, Inpari 18,
Inpari 19, Inpari20, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25,
Inpari 28, Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari
32, Inpari 33, Pepe, Logawa, Mekongga, Widas,
Towuti, Sintanur, Memberamo, Situ Bagendit, Situ
Patenggang, Mendawak, Sunggal, Way Apo Buru.
Tersebar di seluruh propinsi
Jagung Lamuru, Anoman, Lagaligo, Bisma, Arjuna,
Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Gumarang, Pulut
UIR 1, Provita A1, Provita A2,
Tersebar di seluruh propinsi
Sorgum Super 1, Super 2, Kawali, Numbu. Sumut, Riau, Lampung, Bali,
Banten, DKI, Jabar, NTT,
Jatim, Jateng, Kalbar, Kaltim,
Sulsel.
Gandum Nias, Selayar, Dewata Jabar, Jateng, dan Sulsel
Kedelai Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Wilis, Gema,
Ijen, Kaba, Sinabung, Tanggamus, Malabar,
Grobogan, Panderman, Gepak Kuning, Mahameru,
Dering 1, Dering 2, Detam 1, Detam 2, Detam 3.
Tersebar di seluruh propinsi
Kacang tanah Bima, Bison, Doma, Gajah, Jerapah, Kancil, Kelinci,
Tuban, Talam 1, Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1,
Takar 2,
NAD, Sumut, Sumsel, NTB,
Lampung, Kep. Riau, Jambi,
Jabar, Jateng, DIY, Jatim,
Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel,
Gorontalo, Sulteng, Papua.
Kacang hijau Betet, Kenari, Kutilang, Murai, Perkutut, Sriti,
Walet, Vima 1.
NAD, Sumut, Sumsel, Jambi,
Lampung, Kep. Riau, DKI,
Jabar, Jateng, DIY, Jatim,
Bali, NTT, NTB, Maluku,
Kalsel, Kalbar, Sulsel,
Gorontalo, Sulteng, Papua.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
Outcome dari penyediaan benih sumber tanaman pangan selain telah
disebarluaskan hampir di seluruh propinsi di Indonesia, juga perhatian
pemerintah serta adopsi di lapang, berikut ini:.
Presiden Joko Widodo tinjau kesiapan penyediaan benih unggul
padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mendapat kunjungan
Presiden Joko Widodo untuk melihat kesiapan penyediaan benih unggul padi
tanggal 26/12/2014 dalam upaya mengejar target swasembada beras pada
tahun 2017. Presiden didampingi Menteri Pertanian, Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Sekretaris Negara melihat berbagai fasilitas penelitian dan kesiapan
benih unggul padi yang dihasilkan para peneliti Balitbangtan. Presiden mendapat
penjelasan langsung dari Kepala BB Padi tentang berbagai macam varietas
unggul baru padi seperti Inpari, Inpago dan melihat secara langsung Benih
Sumber yang berada di BB Padi. “Saya tadi mendapat penjelasan bahwa varietas
Inpari di sini bisa mencapai 8,5 ton/ha, mengapa di tingkat petani rata-rata 4,5 –
5 ton/ha,” ujar Presiden ketika memberikan sambutan. Lebih lanjut Presiden
berharap agar varietas padi yang dihasilkan BB Padi memperoleh hasil 8,5
ton/ha, di tingkat petani juga sama hasilnya.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertanian meninjau kesiapan
penyediaan benih unggul padi di BBPadi, Sukamandi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan
MoU dengan Ditjen. Tanaman Pangan dan PT. Sang Hyang Seri. Kerja
sama untuk pemanfaatan teknologi dan kualitas profesi peneliti nasional dalam
menghasilkan inovasi pertanian dan varietas unggul baru tanaman pangan. MoU
telah ditandatangani pada hari Selasa 9 Desember 2014 di Jakarta. Inovasi dan
teknologi unggul yang telah tersedia dalam tahap awal dengan komoditas padi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
akan segera dipercepat penyebarannya ke seluruh Indonesia agar tercapai target
swasembada pangan. Kerja sama ini merupakan kontribusi Balitbangtan dalam
percepatan pembangunan pertanian Indonesia dan pengembangan Iptek bidang
pertanian. Tahap berikutnya akan dilakukan untuk jagung dan kedelai.
Balitbangtan akan menyediakan rekomendasi varietas unggul baru tanaman
pangan sesuai dengan kondisi spesifik daerah pengembangan dan preferensi
masyarakat, PT. SHS akan memproduksi varietas unggul baru tanaman pangan
sesuai dengan hasil rekomendasi Balitbangtan, dan Ditjen TP akan mengadopsi
inovasi teknologi yang diproduksi PT. SHS dalam menjalankan tugas dan fungsi.
Diharapkan kerja sama ini dapat mengembangkan teknologi varietas unggul baru
padi untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani di Indonesia.
Sasaran 2 : Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan
sumber daya pertanian mendukung pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan.
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator
kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PK 2014, yaitu
dihasilkannya 22 teknologi budi daya dan panen tanaman pangan dalam rangka
mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perakitan teknologi budi daya,
panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah
tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%. Perakitan teknologi budi daya
panen tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22 paket
(realisasi 100%) dari target dalam PK 22 paket teknologi (Tabel 11).
Tabel 11. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Teknologi budi daya padi 7 7 100
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 9 9 100
Teknologi budi daya tanaman serealia 6 6 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2014 sebanyak 22
paket lebih tinggi daripada tahun 2013 (14 paket). Hal ini bergantung pada sifat
teknologi dan waktu penelitiannya yang memerlukan waktu pengujian dan
pemantapan teknologi.
Tabel 12. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.
Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Teknologi budi daya padi
Target 4 5 3 5 7
Realisasi 4
(100%)
5
(100%)
6
(200%)
6
(120%)
7
(100%)
Teknologi budi daya aneka
kacang dan ubi
Target 3 7 4 2 9
Realisasi 6
(200%)
8
(114%)
6
(150%)
4
(200%)
9
(100%)
Teknologi budi daya tanaman
serealia
Target 3 5 4 4 6
Realisasi 4
(133%)
6
(120%)
4
(100%)
4
(100%)
6
(100%)
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari perakitan teknologi
budi daya dan panen tanaman pangan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengendalian penyakit HDB berdasarkan kesesuaian patotipe di
setiap agroekosistem
Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama
yang tersebar di berbagai ekosistem padi di Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).
Patogennya dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari pesemaian sampai
menjelang panen melalui luka daun berupa stomata dan merusak klorofil
daun. Akibatnya kemampuan tanaman melakukan fotosintesis menurun.
Bila serangan terjadi di awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan
mati. Pada tanaman dewasa penyakit HDB menimbulkan gejala hawar
(blight). Baik gejala kresek maupun hawar, dimulai dari tepi daun,
berwarna keabu-abuan, dan selanjutnya daun menjadi kering. Bila
serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak
sempurna, gabah tidak terisi penuh bahkan hampa, kehilangan hasil
mencapai 50-70%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae
Pengendalian penyakit HDB paling efektif dengan menanam varietas
tahan. Namun, hal ini terhambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen
membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen, menyebabkan
ketahanan suatu varietas tidak bertahan lama. Adanya kemampuan
pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru ini menyebabkan
pergeseran dominasi patotipe pathogen terjadi dari waktu ke waktu. Hal
ini menyebabkan suatu varietas tahan di suatu saat tetapi rentan di saat
yang lain, dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Oleh
karena itu, pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di
suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) sangat diperlukan sebagai
dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta
penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan
penanaman suatu varietas di suatu wilayah. Pada daerah yang dominan
HDB patotipe III disarankan menanam varietas tahan terhadap patotipe
III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan
patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas
tahan patotipe VIII.
2. Penanganan susut hasil panen padi
Panen merupakan kegiatan akhir dari suatu proses produksi padi di
lapang. Selama waktu panen, susut hasil dapat terjadi karena ada padi
yang rontok di lahan. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan sesuai
umur panen. Ketidaktepatan saat panen mengakibatkan kehilangan hasil
tinggi dan mutu gabah/beras rendah. Perontokan merupakan tahap
pascapanen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi.
Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai lebih dari 5%. Cara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
perontokan padi dapat menggunakan pedal thresher dan power thresher.
Seringkali terjadi keterlambatan panen dan penundaan perontokan karena
kurangnya mesin perontok. Kehilangan hasil di beberapa lokasi dapat
mencapai 18,75% (lebih dari 10% tidak terontok atau tercecer saat
perontokan). Untuk mengurangi susut hasil panen padi, maka perlu
dilakukan perbaikan cara panen dan perontokan. Pemanenan dengan
sistem kelompok dilengkapi mesin perontok mampu menurunkan susut
hasil secara nyata. Pemanenan padi sistem kelompok adalah pemanenan
padi dengan jumlah tenaga pemanen terbatas, kerja secara beregu
dipimpin ketua kelompok dan perontokannya menggunakan mesin
perontok. Jumlah tenaga yang efisien 20 – 30 orang per hektar.
Pelaksanaan pemanenan dan perontokan sistem kelompok dilakukan
dengan tahapan berikut: 1) Penetapan umur panen optimal, yaitu apabila
bulir padi lebih dari 90% menguning, 2) Inventarisasi luas panen, jumlah
kelompok panen dan mesin perontok, 3) Kelompok jasa pemanen dan
UPJA menyiapkan karung dan terpal, 4) Pelaksanaan kerja panen di
lapang, ketua membagi tugas menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) pemotongan
padi, (b) pengumpulan potongan padi, dan (c) perontokan dan
pengemasan gabah, 5) Setelah semua siap, panen padi dapat dimulai.
Jumlah tenaga pemanen 20-30 orang/ha dengan satu unit power thresher
kapasitas 1,0–1,2 ton/jam, dan 6) Setelah tumpukan padi cukup, proses
perontokan dapat segera dimulai.
Cara panen sistem kelompok dapat mengurangi susut hasil panen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
Keuntungan cara panen sistem kelompok bahwa tingkat susut hasil dari
panen sampai perontokan oleh kelompok jasa pemanen (20–30 orang)
3,19–4,9%. Sedangkan susut hasil sistem keroyokan dengan digebot 7,61–
11,31%. Pemanenan sistem kelompok menggunakan mesin perontok
dapat menyelamatkan susut hasil sampai 8%. Bila susut hasil saat panen
dan perontokan dapat diturunkan 3% dengan asumsi produksi gabah di
Indonesia 70 juta ton GKG, maka hasil panen yang dapat diselamatkan
kurang lebih 2,1 juta ton GKG. Apabila harga gabah (GKG) Rp. 5.000/kg,
maka dari kegiatan panen dan perontokan dapat diselamatkan Rp. 10,5
milyar. Selain itu, dengan berkurangnya susut hasil sebesar 2,1 juta ton
GKG yang setara dengan 1,2 juta ton beras akan menunjang upaya
pelestarian swasembada beras.
3. Pemberian amelioran berdasarkan Al-dd pada padi rawa
Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Sumber Daya Terpadu (PTT) bukan
merupakan paket teknologi, tetapi merupakan pendekatan dalam
peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, dan
organisme pengganggu tanaman (OPT) secara menyeluruh dan
berkelanjutan. Dengan pengelolaaan dan penerapan teknologi yang tepat,
lahan rawa dengan tingkat kesuburan rendah dapat dijadikan sebagai
lahan pertanian produktif. Tingkat produktivitas tanah lahan rawa
umumnya rendah, karena tingginya kemasaman tanah (pH rendah), serta
kelarutan Fe, Al, Mn, dan rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P
dan K, serta kejenuhan basa yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Takaran amelioran selain bergantung pada kondisi lahan terutama pH
tanah dan kandungan Al, Fe, SO4, dan H+, juga jenis tanaman yang akan
ditanam. Cara aplikasi amelioran disebar di permukaan tanah kemudian
diaduk merata dengan tanah sampai lapisan olah 0 - 20 cm dan diinkubasi
1 minggu sebelum tanam. Aplikasi bahan amelioran atau pembenah tanah
tersebut dapat berupa kapur (Kalsit dan dolomit) maupun bahan organik
(abu sekam, serbuk kayu gergaji, pupuk kandang, kompos jerami, dan
kompos limbah pertanian lainnya). Pemberian amelioran berupa kapur
dalam bentuk kalsit dan dolomit sebanyak (1–2 ton/ha) setara
menurunkan kejenuhan Al 20–60% dan meningkatkan ketersediaan Ca
dan Mg. Hasil penelitian amelioran pada perbaikan komponen teknologi
pemupukan padi rawa di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa
penyiapan lahan dilakukan dengan olah tanah sempurna (OTS) + 2 t/ha
amelioran + pupuk sesuai (hasil analisis tanah/PUTR) meningkatkan hasil
gabah tertinggi 5,10 t/ha GKG dan tanpa amelioran 4,05 t/ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
Aplikasi amelioran dengan cara disebar merata
Pemberian bahan amelioran dan pemupukan N, P, dan K yang sesuai
status hara tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan hasil padi
rawa.
4. Penentuan patotipe HDB di lahan rawa dengan varietas
diferensial
Pengujian reaksi keparahan varietas diferensial di daerah sentra produksi
padi lahan rawa pasang surut yang endemis penyakit hawar daun bakteri
(HDB). Lima (5) varietas diferensial yaitu Kinmaze, Kogyoku, Tetep,
Waseaikoku, dan Java 14, ditanam di antara pertanaman padi milik petani.
Hasil pengujian varietas Kinmaze menunjukkan reaksi perkembangan HDB
dengan kategori parah. Kogyoku dan Tetep juga menujukkan reaksi yang
tergolong rentan terhadap perkembangan Xoo hasil isolasi dari lahan
pasang surut. Wase Aikoku adalah varietas diferensial yang mengandung 2
gen tahan, sedangkan Java 14 mengandung 3 gen tahan, kedua varietas
diferensial ini menunjukkan respon keparahan penyakit HDB yang
bervariasi. Varietas Wase Aikoku menunjukkan reaksi tahan sebesar 66,6%
dan rentan sebesar 33,3%, sedangkan Java 14 menunjukkan reaksi tahan
sebesar 83,3% dan reaksi rentan sebesar 16,6%. Hasil pengujian di rumah
kaca mendapatkan data bahwa patogen HDB tergolong pada Xoo patotipe
III, IV, dan VIII. Komposisi atau dominasi Xoo patotipe III sebesar 66,6%,
patotipe IV sebesar 16,6%, dan patotipe VIII sebesar 16,6%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
Gejala penyakit hawar daun bakteri
Berdasarkan pengujian lapang dan rumah kaca, HDB di lahan rawa pasang
surut Sumatera Selatan didominasi oleh Xoo patotipe III (>60%),
sedangkan patotipe IV dan VIII masing-masing sebesar (±20%).
Informasi yang diperoleh dari pengujian ini diharapkan berguna sebagai
dasar untuk menyusun strategi pewilayahan varietas dan rekomendasi
penanaman varietas tahan HDB di rawa pasang surut Sumatera Selatan
yang didasarkan pada keberadaan patotipe Xoo.
5. Sistem olah tanah konservasi untuk padi gogo di lahan dataran
rendah
Konservasi lahan datar akan dilihat dari pengaruh cara olah tanah, cara
tanam, dan pengendalian gulma. Perbaikan cara tanam yang optimum
dapat meningkatkan populasi tanaman dan hasil padi gogo. Persiapan
lahan dilakukan dengan olah tanah ringan (OTR) yaitu tanah diolah hanya
pada barisan tanaman yang akan ditanami padi gogo saja dan tanpa olah
tanah (TOT) yaitu tanah dibersihkan dari rerumputan kemudian ditugal
untuk ditanami. Pada olah tanah ringan, pencangkulan setelah lahan
dibersihkan dari rumput dan semak. Setelah bersih dilakukan pencangkulan
hanya pada barisan tanam yang akan ditanami padi gogo. Bongkahan tanah
kemudian diratakan sampai siap tanam untuk mempermudah membentuk
lubang tanam untuk pertumbuhan perakaran padi gogo. Persiapan lahan
tanpa olah tanah, sebelumnya lahan dibersihkan dari rumput dan semak-
semak yang menutupi dengan parang atau herbisida. Lahan yang sudah
bersih dan cukup gembur serta lembab karena air hujan selanjutnya dapat
langsung dilakukan penugalan dengan alat kayu berdiameter sekitar 6-8 cm
yang salah satu ujungnya diruncingkan untuk membentuk lubang tanam.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
Teknik persiapan lahan olah tanah ringan (OTR) dan tanpa olah tanah (TOT)
6. Teknologi Budi Daya Padi Gogo Sistem Tanam Mozaik Varietas
Teknologi pengendalian penyakit blas dengan proteksi silang diharapkan
mampu menekan tingkat keparahan penyakit blas pada padi gogo yang
memiliki ketahanan sedang-rendah terhadap penyakit blas. Penyakit utama
padi gogo adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyrycularia
grisea. Penyakit tersebut bila menyerang saat pertumbuhan vegetatif
disebut penyakit blas daun dan pada saat generatif disebut blas leher/neck
blast. Kerugian yang disebabkan penyakit blas dapat menyebabkan
tanaman puso dan akan merugikan bila serangannya telah memasuki fase
generatif atau blas leher. Untuk mengurangi kerugian perlu strategi
pengendalian yang terencana. Untuk mengurangi gangguan penyakit blas
perlu dipilih varietas yang tahan dan sistem tanam multi varietas atau
mozaik varietas agar penyebaran penyakit dalam waktu singkat.
Sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas merupakan cara
menanam padi gogo di lahan kering dengan menggunakan 3-4 varietas
yang ditanam sekaligus secara berselang-seling menurut varietas. Dengan
cara ini, akan terbentuk kelompok barisan tanam sesuai varietas dalam
lorong-lorong memanjang. Tujuan dari pengaturan cara tanam ini untuk
menyelamatkan produksi padi gogo terhadap serangan blas yang sering
menyerang padi gogo. Selain itu dengan cara mozaik varietas, maka ras
blas yang dominan menyerang salah satu varietas tidak akan menyerang
varietas yang lain. Dengan kata lain masih ada hasil padi gogo yang
terselamatkan dari varietas padi gogo yang tidak terserang penyakit blas.
Namun bila padi gogo yang ditanam hanya satu varietas saja, sehingga
akan sulit menyelamatkan hasil padi gogo yang sedang diusahakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Inpago 5 Situ Bagendit Limboto Situ Bagendit Inpago 8
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pat dikurangi.
Gejala serangan penyakit blas daun dan blas leher
Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas
Hasil penelitian memperlihatkan persentase tingkat serangan penyakit blas
daun pada fase vegetatif (30 HSTb) dan blas leher pada fase generatif (60
HSTb) dan menjelang panen (90 HSTb) yang ditanam secara mozaik lebih
rendah bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono
varietas pada setiap periode atau fase pertumbuhan padi gogo. Ini
menunjukkan dengan pengaturan varietas pada setiap kelompok atau
lorong justru dapat menekan perkembangan penyakit blas dibandingkan
dengan cara tunggal atau mono varietas.
Blas Daun Blas Leher
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
Hasil padi gogo yang ditanam dengan sistem mozaik varietas lebih tinggi
bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono
varietas. Hasil gabah pada sistem tanam mozaik varietas ini terutama
karena turunnya persentase serangan penyakit blas daun dan blas leher.
7. Teknologi pengendalian tungro dengan integrasi komponen
varietas tahan dengan konservasi musuh alami
Teknologi ini dilakukan dengan mengkombinasikan waktu tanam dan
varietas tahan dengan teknik konservasi musuh alami, aplikasi pestisida
hayati, serta praktek budi daya. Pengolahan tanah dilakukan sebelum
membuat pesemaian dan pembersihan pematang secara mekanik setiap 2
minggu sekali. Dilakukan aplikasi Andrometa 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah
tanam Aplikasi Andrometa yaitu campuran cendawan entomopatogen
Metharizium anisopliae dengan konsentrasi konidia 2 x 106 dan ekstraks
sambiloto dengan konsentrasi 4 g/l. Varietas yang ditanam yaitu Inpari 9
Elo, merupakan salah satu dari beberapa varietas unggul padi yang meiliki
ketahanan terhadap tungro yang memiliki potensi hasil 9,3 ton/ha.
Penggunaan andrometa dan waktu tanam satu bulan sebelum waktu
tanam anjuran hampir tidak ditemukan adanya wereng hijau baik nimfa
maupun dewasa pada semua varietas. Namun populasi wereng hijau
terendah adalah pada perlakuan satu bulan sebelum waktu tanam anjuran
dengan menggunakan andrometa dan varietas tahan Inpari 9 (W1P1V3)
dengan populasi wereng hijau 0,25 ekor dan ditemukan hanya pada 5
MST. Hal ini membuktikan bahwa dengan memadukan teknologi
pengendalian penggunaan anrometa dan varietas tahan dapat menekan
populasi wereng hijau walaupun ditanam tidak sesuai dengan waktu
tanam anjuran.
8. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan sawah
Telah dirakit paket teknologi budi daya kedelai di lahan sawah (pola-tanam
“padi-padi-kedelai), komponen teknologi budi daya kedelai di antaranya:
varietas unggul yang potensial kurang banyak membutuhkan air, serta
biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan
untuk mengendalikan hama/penyakit kedelai, yakni: (a) varietas unggul
berumur genjah yaitu varietas Gema, Grobogan, Gepak Kuning, dan
Argomulyo, serta varietas toleran kekeringan varietas Dering; serta (b)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba
(SBM), dan Minyak cengkeh.
Pada lahan sawah di Kecamat Pilangkenceng, Kabupaten Madiun (Jawa
Timur) tanahnya tergolong Vertisol, pada musim tanam MK-2 tahun 2014,
dengan paket teknologi budi daya tersebut, hasil biji kering rata-rata
varietas Anjasmoro dan Dering berturut-turut (a) paket teknologi budi
daya Alternatif I:1,78 t/ha dan 2,23 t/ha; serta (b) paket teknologi budi
daya Alternatif II: 2,30 t/ha dan 2,26 t/ha. Tingkat hasil ini tergolong
tinggi, di atas rata-rata produktivitas kedelai dalam negeri 1,4 t/ha.
Keragaan tanaman kedelai (pola-tanam “Padi-Padi-Kedelai”) varietas
Anjasmoro (kiri) dan Dering (kanan) di lahan sawah (tanah Vertisol) di
Kec. Pilangkenceng, Kab. Madiun (Jawa Timur), MK I, 2014.
9. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan kering masam
Teknologi budi daya kedelai untuk lahan kering masam, komponen
teknologinya meliputi: pupuk hayati, pupuk organik kaya hara, serta
biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan
untuk tanaman kedelai pada lahan kering masam, yakni sebagai berikut:
(a) Rhizobium “Iletrisoy”, (b) Pupuk hayati “bakteri pelarut fosfat”, (c)
Pupuk organik kaya hara “Santap-M”, (d) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec,
SlNPV,Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh.
Pupuk organik kaya hara “Santap M” untuk perbaikan kesuburan tanah
merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas lahan kering
masam melalui pemupukan (anorganik dan/atau organik). Umumnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
petani masih mengandalkan pupuk anorganik buatan pabrik yang
harganya cenderung terus meningkat, dan tidak jarang petani mengalami
kesulitan untuk memperolehnya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut,
salah satu upayanya adalah penggunaan pupuk organik.
Pada lahan kering masam di Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut
(Kalimantan Selatan) pada musim tanam MH-2 tahun 2014, dengan
penerapan paket teknologi budi daya tersebut, pertanaman kedelai
varietas Anjasmoro dan Panderman mampu menghasilkan 2,14 – 2,16 t/ha
biji kering. Tingkat hasil ini tergolong tinggi, di atas rata-rata produktivitas
kedelai dalam negeri yang hanya 1,4 t/ha; dan lebih tinggi dari paket
teknologi budi daya petani domian di lokasi dengan hasil 1,7 t/ha.
Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman
(kanan) di lahan kering masam (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014).
10. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan pasang surut
Teknologi budi daya kedelai untuk lahan pasang surut Tipe luapan C,
komponen teknologi budi daya kedelai, pupuk hayati, dan biopestisida
(agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan untuk tanaman
kedelai pada lahan yang tanahnya bereaksi masam (termasuk lahan
pasang surut), yakni: (a) Rhizobium “Iletrisoy”, (b) Pupuk hayati “bakteri
pelarut fosfat”, serta (c) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV,Bakteri Pf,
Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh. Pengembangan kedelai
dilaksanakan di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala
(Kalimantan Selatan), pada musim tanam MH-2 tahun 2014. Dengan
teknologi tersebut, kedelai varietas Anjasmoro dan Panderman mampu
menghasilkan 1,5 – 1,6 t/ha biji kering, hasil ini sedikit lebih tinggi dari
rata-rata produktivitas kedelai nasional 1,4 t/ha dan lebih tinggi dari paket
teknologi budi daya petani di lokasi yang sama dengan hasil 1,0 t/ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman
(kanan) di lahan Pasang Surut (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014).
11. Teknologi pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida
Pengendalian hama utama kedelai menggunakan bioinsektisida terdiri dari
serbuk biji mimba, Virgra, dan Biolec yang telah diuji keefektifannya.
Serbuk biji mimba untuk mengendalikan lalat kacang, kutu kebul, dan
serangan ulat pemakan daun. Virgra untuk mengendalikan ulat pemakan
daun dan ulat penggerek polong, sedangkan Biolec untuk mengendalikan
hama pengisap polong dan kutu kebul. Aplikasi bioinsektisida sebaiknya
dilakukan sore hari (sekitar pukul 16.00) untuk mengurangi paparan sinar
ultraviolet dengan larutan volume semprot sekitar 400-500 l air/ha.
Pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida di dua lokasi (Pasuruan
dan Banyuwangi) menunjukkan bahwa hasil kedelai 1,92 t/ha di Pasuruan
dan 2,16 t/ha di Banyuwangi. Hasil yang dicapai setara dengan teknologi
pengendalian hama kedelai dengan insektisida kimia.
Daun dan biji mimba, bahan dasar insektisida nabati untuk pengendalian
ulat pemakan daun kedelai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
Virgra bioinsektisida berbahan aktif virus untuk pengendalian ulat pemakan
daun dan ulat penggerek polong kedelai
BioLec bioinsektisida berbahan aktif konidia cendawan L. lecanii untuk
pengendalian hama pengisap polong kedelai.
Kondisi pertanaman kedelai yang menggunakan teknologi pengendalian dengan
insektisida kimia (kiri) dan bioinsektisida (kanan).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
12. Teknologi pengendalian penyakit kedelai dengan biofungisida
Teknologi pengendalian penyakit utama kedelai dengan menggunakan
biofungisida yang terdiri atas TRICHOL-8, BACTAG, dan Ceka yang telah
diuji keefektifannya. TRICHOL-8 dan BACTAG untuk pengendalian penyakit
tular tanah yang disebabkan oleh beberapa macam cendawan seperti S.
rolfsii, R. solani, Pythium sp. dan Fusarium yang biasanya nampak gejala
layu tanaman, hawar daun, atau rebah kecambah. Hasil penelitian yang
dilakukan di Kab. Pasuruan dan Banyuwangi (Jatim) menunjukkan hasil
kedelai sebesar 1,678 t/ha di Pasuruan dan 2,028 ton/ha di Banyuwangi.
Minyak cengkeh CEKA (kiri) dan daun kedelai yang diberi Ceka (kanan)
13. Teknik budi daya dan pengendalian hama kacang hijau di lahan
sawah setelah padi
Budi daya kacang hijau di lahan sawah setelah padi seringkali ada
serangan hama Thrips dan Maruca testulalis yang dapat mengakibatkan
kehilangan hasil cukup besar. Serangan Thrips pada awal pertumbuhan
menyebabkan daun pucuk keriting dan tanaman tumbuh kerdil. Serangan
pada fase berbunga menyebabkan bunga rontok, polong tidak terbentuk,
dan menurunkan hasil berkisar 12-64% bergantung pada intensitas
serangannya. Hama lain pada kacang hijau adalah M. testulalis. Larva
hama ini sering menyerang kuncup bunga dan polong, dan dapat
menyebabkan kehilangan 13-59%, bahkan di daerah endemik dapat
mencapai mencapai 83%. Pengendalian hama menggunakan bioinsektisida
secara penuh, atau dikombinasikan dengan pestisida kimia merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi gangguan hama.
Tanpa CEKA
Dengan CEKA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
14. Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam
Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam lebih baik dibanding
kedelai dan kacang hijau, yakni dapat dibudi dayakan dengan baik pada
tanah masam hingga kejenuhan Al-dd 30%. Kendala bertanam kacang
tanah di lahan masam adalah pH tanah rendah, kandungan C organik,
hara N, P dan Ca rendah, serta tingginya kandungan Al dan Mn yang dapat
bersifat racun. Namun dengan menggunakan varietas toleran tanah
masam, amelioran tanah, pupuk hayati dan NPK yang tepat, hasil kacang
tanah di lahan masam dapat mencapai lebih dari 2,0 t/ha polong kering.
Di samping masalah keharaan, di lahan masam hama penggerek polong
juga sering mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Penggerek
polong (Etiella zinckenella) saat ini sebagai hama penting yang dapat
merusak polong dan menurunkan hasil hingga 70%. Penggunaan
insektisida kimia dan varietas kacang tanah rentan terhadap penggerek
polong, serta tersedianya tanaman inang sepanjang tahun, diduga sebagai
pemicu meningkatnya serangan penggerek polong pada kacang tanah.
15. Teknologi Produksi Ubi Jalar di Lahan Kering dan Sawah Irigasi
Teknologi produksi ubijalar di lahan kering di Wonosari (Malang) dan KP
Genteng menggunakan ubijalar varietas Ayamurasaki, daging umbinya
berwarna ungu, serta diberi pupuk pupuk kandang 5 t/ha dan 100 kg Urea
+ 100 kg SP36 + 100 kg KCl, dapat mencapai hasil tertinggi 28,60 t/ha.
Di lahan sawah setelah padi, ditanam ubijalar varietas Kidal (warna daging
umbi kuning) dan Shiroyutaka (warna daging umbi putih) memiliki hasil
yang lebih tinggi dibanding Ayamurasaki. Pemupukan ubijalar yang
dianjurkan di lahan sawah setelah padi berdasarkan hasil di tanah Entisol
KP. Genteng cukup dengan Urea 100 kg/ha saja. Meskipun dari hasil
analisis tanah, kondisi keharaan tidak sebaik di lahan kering, namun
pengairan yang diberikan dengan interval 2-3 minggu sangat mendukung
perkembangan dan pembesaran umbi. Meski mutu air irigasi yang
digunakan tidak dianalisis, namun melihat airnya melalui perkampungan
dan areal kandang sapi, sehingga kadar senyawa organik dari urine
maupun kotoran (faeces) ternak berpengaruh positif terhadap peningkatan
hasil umbi, serta keuntungan yang memadai bagi petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
Keragaan hasil ubijalar di lahan kering, Wonosari Malang
16. Teknologi produksi ubi kayu di lahan kering alfisol
Teknologi produksi ubikayu di lahan Alfisol di Kalipare (Malang Selatan)
menggunakan varietas Malang-4, Adira-4, dan Litbang UK2. Rata-rata
hasil umbi tertinggi dicapai varietas Malang 4 (62,91 t/ha), diikuti varietas
Litbang UK-2 (55,3 t/ha) dan Adira 4 (49,0 t/ha). Komponen hasil yang
mendukung tingginya hasil umbi adalah rata-rata jumlah umbi dan
diameter umbi. Berdasarkan hasil dan analisis usahatani serta nilai B/C
rasio bahwa teknologi produksi disertai dengan penggunaan varietas
unggul Malang-4, varietas Litbang UK-2 dan Adira-4 dapat memberikan
hasil ubi dan keuntungan yang tinggi sehingga layak untuk dikembangkan
di lahan kering Alfisol.
Cara tanam gulud besar dan hasil varietas Malang 4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
17. Sistem tanam legowo jagung dalam tumpangsari dengan kedelai
Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat
meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Sistem
tanam legowo pada jagung di mana dua baris tanaman dirapatkan (jarak
tanam antar-baris dirapatkan), sehingga antara setiap dua baris tanaman
lebih longgar, tetapi populasi tanaman tidak berbeda dibanding tanpa
legowo. Hasil jagung sistem tanam legowo yang ditumpangsarikan dengan
kedelai relatif lebih tinggi dibanding dengan sistem tanam legowo tanpa
tumpangsari. Hal ini disebabkan adanya subsidi N yang berasal dari
penambatan N dari tanaman kedelai. Pada bagian baris legowo yang
ditanami kedelai 2 baris dapat menghasilkan >0,5 t/ha.
Tabel 13. Hasil biji jagung dan kedelai pada sistem tanam legowo Jagung Tumpangsari
Kedelai. KP. Bontobili (Gowa) 2014.
Perlakuan Hasil (t/ha)
Jagung Kedelai
(110 – 40) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,70 0,54
(110 – 40) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,66 0,27
(110 – 40) x 20 monokultur jagung (legowo) 7,34 -
(100 – 50) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,31 0,53
(100 – 50) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,27 0,24
(100 – 50) x 20 monokultur jagung (legowo) 6,65 -
75 cm x 20 cm monokultur jagung sistem normal 6,46 -
40 cm x 20 cm monokultur kedelai sistem normal - 1,07
18. Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah
Teknologi Penentuan Takaran Pupuk Spesifik Lokasi dengan Perangkat
PUJS. Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap
oleh tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik yang
diaplikasikan pada lahan sawah tadah hujan harus dihitung dalam satu
pola tanam padi-jagung-jagung dengan mempertimbangkan residu pupuk
pada setiap musim tanam.
Di Kabupaten Takalar petani umumnya memupuk pada tanaman jagung
berdasarkan perhitungan jumlah benih yang ditanam, yaitu 1 kg benih
setara dengan 1 zak pupuk, sehingga terdapat kecenderungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
penggunaan pupuk N (urea) yang berlebih. Sedangkan penggunaan pupuk
P dan K kurang optimal, bahkan sering tidak melakukan pemupukan P dan
K, meskipun di lahan tersebut tanaman jagung responsif jika dipupuk
dengan P dan K, sehingga penggunaan pupuk menjadi tidak efisien yang
berakibat produktivitas tidak optimal. Hasil survei menujukkan bahwa
takaran pupuk yang dipakai petani rata-rata 295 – 345 kg N, 0 – 22,5 kg
P2O5, dan 0 - 22,5 kg K2O per ha dengan tingkat hasil rata-rata yang
diperoleh petani 6,0 – 7,7 t/ha. Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan PUJs, dengan analisis tanah P dari rendah sampai tinggi dan
ketersediaan K sedang-tinggi dan peluang hasil 9 t/ha, maka rekomendasi
takaran pupuknya yaitu 170 kg N, 30 -60 kg P2O5, dan 33 kg K2O
(Rekomendasi spesifik seperti pada Tabel 14). Berdasarkan analisis PUJS
penggunaan N akan menurun dan penggunaan P dan K akan meningkat.
Pemupukan P di Desa Tonasa dan Sanrobone dan pemupukan K seluruh
wlayah di Takalar pada lahan sawah untuk tanaman jagung cukup pada
musim tanam I, sedangkan musim tanam ke II tidak perlu pemupukan.
Tabel 14. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di lahan sawah beberapa desa di
Kabupaten Takalar.
Kecamatan/
Desa
Takaran pupuk
existing di tingkat
petani (kg/ha)
Hasil
(t/ha)
Rekomendasi pemupukan
spesifik lokasi dengan peluang
hasil 9 t/ha
N P2O5 K2O N P2O5 K2O
Kec. Sanrobone
Banyuanyarang 352,5 7,5 7,5 7,4 170 60 33
Tonasa 342 10 10 7,3 170 30* 33
Sanrobone 295 15 15 7,6 170 30* 33
Paddinging 345 - - 7,7 170 60 33
Kec. Patallasang
Palantikang 355 5 5 6 170 60 33
Sombalabella 750 - - 7,0 170 50 33
Bajeng dan Salaka 237,5 7,5 7,5 7,1 170 50 33
Kec. Galesong Selatan
Barammamase 263,5 22,5 22,5 7,7 170 60 33
Botomarannu 302 15 15 7,4 170 50 33
Kec. Mappakasunggu
Patani 345 - - 6,5 170 60 33
*Diberikan pada musim tanam I, dan tidak diberi pada musim kedua
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
19. Teknologi dekomposer untuk pembuatan pupuk organik dari
limbah tanaman jagung.
Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara
berkelanjutan dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah.
Penambahan bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi
tanaman dalam jangka panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur
tanah. Pemanfaatan bahan organik dari limbah tanaman jagung dalam
jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman insitu,
namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama.
Mikroorganisme dekomposer yang diperoleh dapat merombak limbah
batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat
diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan.
Dengan demikian usahatani jagung efisien dan menjaga tingkat
produktivitas lahan sehingga usahatani jagung akan berkelanjutan. Hasil
penelitian telah diperoleh 6 mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam
membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil penelitian
Balitsereal Maros, telah diperoleh mikroorganisme yang efektif dan cepat
dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil seleksi
cendawan dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan diperoleh cendawan O5
yang lebih bak dibanding EM4. Cendawan dekomposer O5 mampu
menghasilkan kompos dengan kandungan N lebih tinggi dan C/N lebih
rendah dibandingkan EM4.
20. Pemanfaatan Bacillus subtilis sebagai agensia pengendali hayati
terhadap cendawan tular tanah
Formulasi Pestisida Hayati Bakteri antagonis yang efektif di lapang
mengendalikan penyakit utama jagung. Cara pengendalian penyakit yang
ramah lingkungan dan berpotensi untuk dikembangkan ialah pengendalian
hayati dengan menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman
sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung untuk
mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah. Jenis
mikrobia (Bakteri) yang dikembangkan dan akan diaplikasi sebagai bahan
baku biofungisida adalah Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus
thuringiensis, Bacillus pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan
Pseudomonas fluorescens. Namun, penelitian tahun 2014 difokuskan pada
pemanfaatan bakteri Bacillus subtilis. B. subtilis TM4 diisolasi dari tanah
dan akar sisa tanaman jagung. Koloni B. subtilis TM4 pada media potato
dextrose peptone agar (PDPA) berbentuk bulat, kering, datar, dan tidak
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
beraturan dengan tepi yang bergelombang. Bakteri ini telah diformulasikan
dalam bentuk tepung dan telah diuji efektifitasnya di laboratorium
terhadap cendawan Rhizoctonia soloni, Fusarium moniliforme, dan
Bipolaris maydis dengan hasil yang cukup baik dalam menekan
perkembangan cendawan tersebut. Pengujian yang dilakukan di rumah
kaca, menunjukkan bahwa formulasi B. subtilisTM4 mampu memberikan
vigor tanaman yang lebih baik, meningkatkan berat segar tanaman, dan
mampu menekan perkembangan cendawan patogen R. solani. Bakteri
antagonis B. subtilisTM4 mempunyai harapan untuk dikembangkan.
Namun, penggunaan bakteri ini dalam skala luas di lapangan masih perlu
dikaji lebih lanjut, termasuk daya bertahan hidupnya dalam bentuk
formulasi tepung.
21. Formulasi cendawan antagonis Trichoderma, Gliocladium sp
untuk menekan penyakit utama jagung
Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan yaitu
pengendalian hayati menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar
tanaman sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak
langsung mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah.
Beberapa jenis mikrobia yang sudah banyak dikembangkan dan diaplikasi
sebagai bahan baku biofungisida adalah Trichoderma, Gliocladium sp dan
Aspergillus niger, sedang bakteri yang banyak dikembangkan adalah
Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus
pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens. Telah
banyak dilaporkan beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya
antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman dan dapat menekan
perkembangan patogen tular tanah (soil borne pathogen). Karenanya,
eksplorasi dan skrining agen hayati harus dilakukan dalam rangka untuk
menemukan gen-gen baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian
hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Mekanisme antagonis
yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis
dan lisis. Beberapa mikrobia untuk biofungisida misalnya Trichoderma dan
Gliocladium sp mudah dikembangkan serta dibiakkan secara massal dan
mudah disimpan dalam waktu lama, selain itu dapat diaplikasikan sebagai
seed furrow dalam bentuk tepung atau granular/butiran. Keuntungan dan
keunggulan dari dua mikroba ini mudah dimonitor dan dapat berkembang
biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta
aman bagi lingkungan, hewan, dan manusia karena tidak menimbulkan
residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah. Trichoderma dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
Gliocladium merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi
Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor
tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk
klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat,
berwarna putih sampai hijau. Bentuk Sempurna dari jamur ini secara
umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales,
Clacipitales, dan Spheriales.
Potensi dan Mekanisme Antagonistik Trichoderma dan Glicladium
- Beberapa spesies Trichoderma dan Glicladium mampu menghasilkan
metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik
- Beberapa spesies dapat mengeluarkan enzim -1,3-glukanase dan
kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya
- Kemampuan mikoparasit dan persaingan yang kuat dengan patogen
- Kedua cendawan antagonis berperan sebagai mikoparasit terhadap
Phytium apanidermatum, Rhizoctonia solani, dan Sclerotium ralfsii.
- Interaksi awal dari kedua cendawan tersebut yaitu melalui hifanya
yang membelok ke arah jamur inang yang diserangnya.
- Terjadi respon kemotropik pada cendawan antagonis karena adanya
rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan
oleh jamur inang.
- Cendawan antagonis ini juga menghasilkan antibiotik volatile yang
diduga mampu mengurangi pertumbuhan miselium Rhizoctonia solani.
- Trichoderma hamatum juga memproduksi selulase yang diduga
mempunyai kemampuannya dalam memparasiti Pythium spp.
Efektifitasnya: Mempunyai daya hambat > 50%, Trichoderma dapat
menurunkan intensitas serangan penyakit busuk pelepah R. solani yang
diinokulasi R. solani yaitu 63,31– 69,7%, Gliocladium sp dapat menekan
penyakit busuk pelepah dari 23,34% – 54,29 %, dan Enzim dimer dari
Trichoderma-diinokulasi tanaman memiliki aktivitas spesifik yang lebih
tinggi dan kemampuan lebih besar untuk menghambat pertumbuhan
cendawan patogen.
Cara Penggunaannya: Formulasi dicampur dengan air. Penyemprotan
sebaiknya pada sore hari. Bahan disimpan di tempat yang sejuk.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
Formulasi Trichoderma dan Gliocladium
22. Penangkaran benih jagung hibrida silang tiga jalur berbasis
komunitas
Teknologi penangkaran benih berbasis komunitas memungkinkan petani
untuk mendapatkan produksi benih F1 4-8 t/ha dan hasil biji 12 t/ha.
Model penangkaran ini pula yang memungkinkan untuk secara mudah
diperoleh benih dengan harga murah serta alur distribusi lebih sederhana.
Kegiatan dilaksanakan di Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan
NTT. Kegiatan di NTT telah dilaksanakan sosialisasi pada awal April 2014
hanya menanam F1 hibrida. Di wilayah Sulawesi Tengah telah
dilaksanakan penangkaran benih F1 Silang Tiga Jalur (STJ) dan kegiatan
sosialisasi, sementara di Sulawesi Selatan telah pula dilaksanakan produksi
benih dan menjadi model acuan penangkar benih lain seperti di NTB.
Tahapan pelaksanaan, pertama menentukan perkiraan kebutuhan benih di
tingkat komunitas, lingkungan, pesanan swasta/pemerintah, termasuk
masalah dan peluang penyediaan benih untuk musim tanam tertentu.
Selanjutnya menentukan model produksi spesifik lokasi (termasuk harga
benih, penyimpanan sementara, dan distribusi), serta pola pembiayaan
dan pembayaran benih melalui musyawarah gabungan kelompok tani.
Partisipasi aktif petani dalam proses produksi dan dukungan pemerintah
terutama dalam pemasaran dan distribusi benih adalah kunci keberhasilan
penangkaran benih berbasis komunitas secara berkelanjutan. Di samping
teknik produksi dan luas areal tanam disesuaikan jumlah tenaga kerja
petani mengingat waktu pembungaan dan proses detaselling yang
membutuhkan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang cukup.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
Outcome dari inovasi teknologi budi daya dan panen tanaman pangan
selain telah diadopsi petani di lapang, juga meningkatnya produksi beras, jagung,
dan kedelai. Meskipun, kenaikan produksi pangan belum berkelanjutan.
Gapoktan Padi Organik di Tasikmalaya. Wakil Menteri Pertanian Dr.
Rusman Heriawan, bersama Kepala Balitbangtan, serta Kapuslitbang Tanaman
Pangan berkunjung ke Gapoktan Simpatik padi organik di Desa Mekar Wangi,
Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada September 2014. Produksi
beras organik Gapoktan Simpatik tahun 2009 memiliki anggota 2.200 petani dari
tujuh kecamatan tersebut telah melakukan ekspor perdana beras organik ke
Amerika. Saat ini sasaran ekspor ke Italia, Jerman, Jepang, Malaysia, serta
beberapa negara di Timur Tengah mencapai 565 ribu ton. Bahkan mereka telah
memiliki sertifikat dari IMO Swiss. Gapoktan simpatik menggunakan pupuk
organik dari kotoran sapi dan sabut kelapa, lahan padi organik seluas 113 hektar
dengan produksi 795 ton (produktivitas lebih dari 7 ton/hektar). Adapun varietas
yang ditanam untuk padi organik di Tasikmalaya antara lain Sintanur, Ciherang,
dan Rojolele. Luas lahan sawah di Tasikmalaya sekitar 8.549 hektar, sehingga
terbuka peluang pengembangan pertanian padi organik ke depan.
GPPTT genjot target produksi jagung 20 juta ton tahun 2015.
Berdasarkan data angka ramalan II BPS, produksi jagung tahun 2014
diperkirakan 19,13 juta ton atau meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013
yang produksinya 18,51 juta ton pipilan kering. Kenaikan produksi terjadi karena
kenaikan luas panen 58,72 ribu ha (1,54%) dan kenaikan produktivas 0,85
kuintal/ha (1,75%) dari awalnya 48,44 kuintal/ha menjadi 49,29 kuintal/ha.
Kementerian Pertanian optimis target produksi jagung tahun 2015 sebesar 20
juta ton dapat dicapai. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian akan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
melaksanakan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT)
menggantikan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
GPPTT adalah model pengelolaan pertanaman yang dilakukan terbagi dua yaitu
model berbasis kawasan dan nonkawasan. Provinsi yang masuk dalam model
kawasan adalah Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, NTB dan NTT.
Training of Master Trainer Widyaiswara Lingkup Badan SDM.
Dalam upaya mendukung program GPPTT, Badan SDM bekerja sama dengan
Badan Litbang Pertanian melaksanakan magang teknologi budi daya, pascapanen
dan perbenihan tanaman jagung. Pelatihan berlangsung dari tanggal 2-16
Desember 2014. Materi magang terdiri dari 45% teori dan 55% praktek
lapangan. Salah satu rangkaian kegiatan pelatihan/magang widyaiswara di
Balitsereal adalah kunjungan ke perusahaan yang memanfaatkan jagung sebagai
bahan baku produknya. Kunjungan lapang juga dilakukan di Kebun percobaan
Balitsereal di Kabupaten Gowa untuk melihat secara langsung teknik
perbanyakan benih jagung hibrida (F1), dan perbanyakan benih parent stock
(induk jantan dan betina) untuk mendukung program 1000 desa mandiri benih
pada tahun 2015. Parent stock ini akan didistribusikan ke tujuh propinsi yaitu
Aceh, Sumsel, Kalteng, Sulteng, NTB, dan NTT. Selain produksi parent seed
peserta meninjau lokasi pemurnian tetua jagung untuk melihat secara langsung
teknik pemurnian benih jagung bersari bebas agar mendapatkan benih murni.
Produsen kedelai Edamame (PT Mitra Tani Jember) berkunjung ke
Balitkabi. Perusahaan penghasil kedelai edamame, PT Mitra Tani, Jember
berkunjung ke Balitkabi dipimpin Direktur Mitra Tani beserta jajarannya. Seperti
diketahui, kedelai edamame yang dikembangkan PT Mitra Tani merupakan hasil
kerja sama dengan Peneliti Balitkabi Malang. Kedatangannya bertujuan untuk
mendapatkan solusi penurunan produktivitas kedelai selama 2012 - 2014.
Kendala penurunan produktivitas disebutkan yaitu polong hampa, bercak
Pseudomonas, populasi kutu kebul yang tinggi, serta serangan jamur
Colletotricum. Beberapa saran pemecahan masalah tersebut disampaikan oleh
peneliti Balitkabi, yang menyarankan untuk melihat kembali pH tanah dan
kandungan rhizobium di pertanaman, pengendalian hama dan penyakit
menggunakan pestisida nabati mimba, serta memasukkan gen-gen ketahanan
terhadap hama atau penyakit baik secara konvensional maupun genetik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
Sasaran 3: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian indikator
kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PK 2014 yaitu tersedianya
11 rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sasaran tersebut dicapai melalui
kegiatan “Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah
tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%, yaitu dirakitnya 11 rekomendasi
kebijakan tanaman pangan (Tabel 15).
Tabel 15. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Rumusan Kebijakan Tanaman Pangan
Teknologi budi daya padi
11 11 100
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun
sebelumnya 2010-2014 disajikan pada Tabel 15.
Tabel 16. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.
Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Rumusan Kebijakan
Tanaman Pangan
Target 8 8 11 10 11
Realisasi 8 8 11 13 11
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-
masing sub kegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. Studi sosial ekonomi berbasis tanaman pangan dalam pola tanam
setahun di lahan sawah irigasi
Senjang hasil antarmusim hujan dan musim kemarau diduga disebabkan
oleh pendeknya jeda antarmusim dan ketersediaan air irigasi. Petani yang
memiliki sawah tetapi kesulitan memperoleh air memilih pola tanam padi-padi-
jagung, sedangkan petani yang memiliki akses mudah terhadap air irigasi, lebih
memilih pola tanam padi-padi-kedelai sebagai pola tanam setahunnya.
Analisis usahatani yang dilakukan adalah menentukan pengaruh input yang
digunakan dalam analisis fungsi Cobb-Douglas. Faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi hasil produksi padi antara lain: luas lahan (X1), benih (X2), pupuk
kimia (X3), pupuk organik (X4), bahan aktif pestisida (X5), dan tenaga kerja
(X6). Dari hasil pendugaan model fungsi produksi padi diketahui bahwa hanya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
faktor luas lahan (X1), pupuk kimia (X3), dan tenaga kerja (X6) yang
berpengaruh terhadap hasil produksi dalam model. Sedangkan variabel lainnya
yaitu benih (X2), pupuk organik (X4), dan bahan aktif pestisida (X5) tidak
berpengaruh terhadap model fungsi produksi.
Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani
padi MK-1 adalah : ln(Y) = 0,915 ln(X1). Nilai koefisien determinasi menunjukan
bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi pada MK-1 dipengaruhi oleh luas
lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani
jagung MK-2 adalah : ln(Y) = 0,856 ln(X1). Nilai koefisien determinasi
menunjukan bahwa 99,8% variabel hasil produksi jagung pada MK-2 dipengaruhi
oleh luas lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani
kedelai MK-2 adalah : ln(Y) = 0,376 ln(X1) + 0,736 ln(X2) + 0,069 ln(X4). Nilai
koefisien determinasi menunjukan bahwa 99,6% variabel hasil produksi jagung
pada MK-2 dipengaruhi oleh luas lahan, benih, dan pupuk organic, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani
padi MH adalah : ln(Y) = 0,761 ln(X1) + 0,156 ln(X3) + 0,149 ln(X6). Nilai
koefesien determinasi menunjukan bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi
pada MH dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk kimia, dan tenaga kerja, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
Hasil survei diringkaskan dalam total biaya usahatani padi-padi-jagung dan
padi-padi-kedelai dalam pola tanam setahun dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keuntungan usahatani padi-padi-jagung sekitar 3,5% lebih tinggi
dibandingkan padi-padi-kedelai.
2. Tenaga kerja merupakan komponen terbesar dari biaya usahatani
(67,0%), diikuti pupuk (18,6%), pestisida (8,5%), dan benih (5,9%).
3. Produksi padi MK-1 sekitar 5,4 t/ha, jagung MK-2 3,9 t/ha, kedelai 0,8
t/ha, dan padi MH 6,5 t/ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
Saran Alternatif Kebijakan. Penerimaan tunai petani dari usahatani
padi sawah lebih tinggi daripada usahatani jagung dan kedelai, sehingga tetap
merupakan sumber pendapatan utama keluarga yang mencapai Rp.18-22
juta/ha/musim tanam. Penghasilan dari jagung dan kedelai merupakan sumber
pendapatan tambahan pada musim kemarau, masing-masing Rp.8,6 juta/ha/
musim dan Rp.6,9 juta/ha/musim. Usahatani pola tanam padi – padi – jagung
dalam setahun memiliki keuntungan lebih besar daripada pola tanam lain Rp.26
juta/ha/tahun, sehingga dijadikan pola tanam yang banyak diterapkan petani di
Desa Sugihan. Namun, nilai R/C rasio pola tanam padi – padi – bera memiliki
nilai lebih tinggi yaitu 2,47 dibandingkan nilai R/C rasio pola tanam lain.
2. Studi rekayasa ekologi berbasis tanaman pangan dalam pola
tanam setahun di lahan sawah irigasi
Pertemuan dengan kelompok tani di Desa Sugihan, Kabupaten Grobogan,
Jawa Tengah telah dilakukan beberapa kali selama tahun 2014 dengan topik budi
daya padi, permasalahan yang dihadapi petani, introduksi teknologi budi daya
padi yang diperbaiki, dan cara pengendalian OPT. Pertemuan petani dengan Tim
Peneliti Puslitbang Tanaman Pangan pada tahap awal khusus membahas tentang
pengendalian OPT dengan menayangkan video mengenai “pengendalian hama
wereng batang coklat dengan pendekatan rekayasa ekologi”. Di dalam video itu
dijelaskan mengenai evolusi pengendalian wereng batang coklat hingga
diterapkannya cara pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan, yaitu
menanam bunga di sekitar pertanaman padi. Daerah-daerah yang ditanami
bunga mempunyai karakteristik bahwa populasi wereng batang coklat rendah,
tetapi populasi musuh alami tinggi. Hubungan hama dan musuh alami tersebut,
tercapainya keseimbangan hayati, di mana wereng batang coklat tidak
menimbulkan kerusakan tanaman. Diharapkan petani dapat memahami dan
mengaplikasikannya, karena petani sangat aktif dalam pertemuan tersebut.
Dengan dasar “learning by doing”, petani diajak menanam berbagai jenis bunga,
seperti bunga matahari, bunga kenikir, kembang kertas, atau wijen, terutama
pada kelompok wanita tani. Kendala yang dihadapi dalam menggerakkan
program penanaman bunga antara lain insentif agar petani mau mengikuti
program ini, serta pendekatan petani kepada penggembala ternak untuk tidak
menggembalakan ternaknya di lokasi penanaman bunga.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
Seiring pertumbuhan padi, tanaman bunga juga telah mulai tumbuh besar
dan berbunga. Bunga kenikir (Cosmos caudatus L.) jenis lokal dan kembang
kertas tumbuh subur. Banyak sekali serangga yang hinggap menikmati polen dan
madu bunga. Hal ini menunjukkan tanaman bunga telah berfungsi menarik
perhatian serangga sesuai tujuan program rekayasa ekologi. Akan tetapi,
pembentukan populasi fauna, terutama serangga polinator baru saja dimulai di
lingkungan pertanaman bunga yang dekat dengan pertanaman padi di Desa
Sugihan, sehingga jika saja ada pengaruhnya masih dalam taraf permulaan.
Saran alternatif kebijakan: (1) Teknik pemupukan berimbang dan
menanam tanaman bunga dapat dianjurkan, karena dapat meningkatkan
efisiensi produksi dan dapat menekan populasi wereng batang coklat, (2)
Pengendalian penyakit virus harus mulai dipikirkan, direncanakan dan
diimplementasikan di lapangan, mengingat daya rusak penyakit ini yang luar
biasa, (3) Penanaman varietas tahan perlu dianjurkan.
Kelompok wanita tani dan bapak tani terlibat langsung dalam program
tanam bunga di tepi jalan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Grobogan.
Bunga kenikir tumbuh subur berdampingan dengan pertanaman padi,
tampak lebah dan kupu-kupu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
3. Evaluasi teknologi pemupukan spesifik lokasi (PHSL) terhadap
peningkatan hasil gabah dan penghematan pupuk
Pemupukan untuk petakan PHSL dilakukan sebelum tanam (0 HST).
Pemupukan cara petani diberikan pada umur 12 HST. Pada perlakukan PHSL,
untuk pemupukan pertama pada 0 HST hanya diberikan pupuk Ponska sesuai
dengan hasil PHSL berbasis web, sedangkan takaran, waktu pemberian, dan
jenis pupuk dengan cara petani diberikan berdasarkan rata-rata hasil survei
terhadap 50 petani responden. Bibit yang digunakan umur 17 hari setelah sebar.
Penanaman dilakukan sesuai perlakuan yaitu a) Pemupukan Hara Spesifik Lokasi
(PHSL) menggunakan sistem tanam Legowo penuh 4:1 (25 cm x 12,5 cm x 50
cm), dan (b) Cara Pemupukan Petani dengan sistem tanam Tegel 25 x 25 cm.
Bibit varietas Ciherang ditanam 2-3 batang per rumpun.
Hasil penelitian menunjukkan : (a) rata-rata jumlah anakan baris ke-1 dan
ke-4 pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 cenderung lebih tinggi dibandingkan
rata-rata jumlah anakan baris ke-2 dan ke-3, dan (b) rata-rata jumlah anakan
sistem tanam jajar Legowo 4:1 lebih rendah (20,23 anakan) dibandingkan rata-
rata jumlah anakan pada sistem tegel 25cm x 25cm (25,67 anakan). Jumlah
anakan per meter persegi pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 diperoleh 25,6
rumpun/m2 x 20,23 anakan/rumpun = 517,89 anakan/m2. Sedangkan pada
sistem tegel 25cm x 25cm diperoleh 16 rumpun/m2 x 25,7 anakan/rumpun =
411,2 anakan/m2. Pola jarak tanam yang sama, jumlah anakan per satuan luas
sistem tanam jajar legowo lebih tinggi daripada tegel.
Pemupukan berdasarkan PHSL yang dikombinasikan dengan sistem tanam
jajar Legowo 4:1 nyata meningkatkan jumlah malai/m2, menurunkan gabah
hampa, dan meningkatkan hasil. Jumlah gabah per malai lebih rendah, namun
bobot 1.000 butir gabah tidak berbeda nyata. Sistem tanam jajar legowo
bertujuan memperbanyak pengaruh tanaman pinggir (border effect). Sistem
tanam jajar Legowo 2:1 memperoleh 100% pengaruh tanaman pinggir, Legowo
4:1 hanya baris pertama dan keempat sebagai tanaman pinggir.
Pada jarak tanam yang sama dengan sistem tegel, sistem tanam jajar
legowo bertujuan meningkatkan populasi tanaman per satuan luas dengan
mengatur jarak tanam lebih rapat di dalam barisan. Jumlah rumpun tanaman
yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak malai per meter persegi dan
berpeluang untuk pencapaian hasil yang lebih tinggi. Dibandingkan jarak tanam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
sistem tegel 25cm x 25cm (populasi tanaman 160.000 rumpun/ha), penggunaan
sistem tanam jajar Legowo 2:1 meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333
rumpun/ha atau meningkat 33,3%. Bila menggunakan sistem tanam jajar
Legowo 4:1 jumlah populasi tanaman menjadi 256.000 rumpun/ha atau
meningkat 60%. Karena adanya lorong kosong dan memanjang sejajar dengan
barisan tanaman padi, sistem tanam jajar legowo memudahkan pemeliharaan
tanaman seperti aplikasi pupuk, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, serta
memudahkan petani penangkar benih karena logging lebih mudah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan berdasarkan PHSL
dengan sistem tanam jajar Legowo 4:1 meningkatkan hasil gabah secara nyata
dibandingkan pemupukan berdasarkan cara petani dengan jarak tanam tegel
25cm x 25cm. Dibandingkan takaran pupuk cara petani : urea = 293 kg dan NPK
267 kg/ha dengan takaran pupuk berdasarkan PHSL : urea 200 kg dan NPK 175
kg/ha, terjadi penghematan pupuk urea sebesar 93 kg urea dan NPK 92 kg/ha,
sedangkan hasil gabah meningkat 1.049 kg/ha.
Varietas Ciherang dengan pemupukan berdasarkan rekomendasi PHSL
mempunyai umur panen satu minggu lebih cepat dibandingkan dengan
pemupukan cara petani
Saran Alternatif Kebijakan. Faktor kunci dalam peningkatan produksi padi
Nasional adalah air irigasi, varietas unggul dan pupuk. Di lain pihak, pupuk
merupakan biaya produksi kedua terbesar dalam usahatani padi. Tetapi bila
diberikan terlalu sedikit, terlalu banyak atau pada waktu yang tidak tepat, biaya
produksi yang mahal ini akan gagal dalam meningkatkan produksi dan
pendapatan petani padi. Penggunaan pupuk yang lebih rasional dan spesifik
lokasi diharapkan dalam jangka panjang dapat menurunkan jumlah subsidi pupuk
tanpa harus mengurangi produksi padi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
4. Peningkatan produktivitas padi melalui penyesuaian varietas dalam
sistem tanam jajar legowo
Upaya mempertahankan peningkatan produksi padi dengan target surplus
10 juta ton beras pada tahun 2014 dengan menerapkan SL-PTT, dan secara
konsisten mengharuskan penerapan sistem tanam jajar legowo. Jarak tanam dan
orientasi pertanaman di lapang memiliki keunggulan, yaitu: (1) meningkatkan
populasi tanaman per ha, sehingga berpeluang meningkatkan produktivitas
tanaman, (2) mudah dalam operasional perawatan tanaman, seperti pemupukan,
penyemprotan hama dan penyakit; (3) memudahkan pergerakan petani di
lapang, karena adanya ruang kosong; dan (4) estetika pertanaman menarik.
Cara yang efektif untuk meningkatkan produktivitas padi adalah dengan
mencari kombinasi terbaik antara beberapa varietas padi unggul yang banyak
tersedia dengan jarak tanam (populasi dan orientasi pertanaman) yang sesuai.
Percobaan lapang dilaksanakan di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah selama MK1 tahun 2014. Perlakuan petak Utama (jarak tanam) yaitu T1-
Tegel 25 cm x 25 cm; T2- Legowo 2:1 (25---50) cm x 12,5 cm;, T3- legowo 4:1
kosong (25 – 50) cm x 12,5 cm dan T4- legowo 4:1 penuh (25 – 50) cm x 12,5
cm. Varietas yang ditanam Ciherang, Inpari 10, Inpari 15, dan Inpari 16.
Hasil gabah kering giling (GKG) antarvarietas sangat berbeda nyata.
Keunggulan Inpari 16 dibandingkan varietas lainnya terjadi secara konsisten
pada keempat jarak tanam dengan hasil tertinggi pada Legowo 4 : 1 sebesar
6,57 ton GKG/ha. Sedangkan varietas Inpari 10 dan Inpari 15, masing-masing
menghasilkan 5,03 + 0,19 dan 5,00 + 0,22 ton GKG/ha sama atau sedikit lebih
rendah dibandingkan Ciherang. Hasil gabah varietas Ciherang relatif stabil
terhadap perbedaan jarak tanam dibandingkan ketiga varietas lainnya.
Pengaruh jarak tanam tidak nyata terhadap panjang malai dengan
kisarannya 24,4 cm dan 25,0 cm; jumlah malai per rumpun rata-rata antara 21,3
dan 24,2; Namun terdapat indikasi semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit
jumlah malai per rumpunnya, yang berbeda antarvarietas. Inpari 10 dengan
jumlah anakan banyak pada jarak tanam tegel, menurun drastis bila ditanam
rapat secara jajar legowo. Jumlah gabah total per rumpun antara 2.021 dan
2.356 butir dengan jumlah gabah isi antara 89,4 dan 90,4%. Varietas Inpari 15
memiliki malai lebih panjang dibandingkan ketiga varietas lainnya yaitu 26,1 cm,
sedangkan Ciherang, Inpari 10, Inpari 16 masing-masing panjang malai 23,9 cm,
24,1 cm dan 24,8 cm. Bobot seribu butir varietas Inpari 15 tertinggi yaitu 27,6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68
gram, menunjukkan ukuran gabahnya lebih besar dibandingkan ketiga varietas
lainnya, sedangkan Inpari 16 berukuran gabah terkecil dengan bobot seribu
butirnya 22,9 gram. Ciherang memiliki ukuran gabah sedang dengan bobot
seribu butirnya 23,9 gram, tidak nyata berbeda dengan Inpari 10 yaitu 25,3
gram. Dengan demikian, varietas Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 :
1 kosong (25 – 50) cm x 12,5 cm terbaik. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Rata-rata tinggi tanaman sampai panen tidak berpengaruh nyata pada 4
(empat) perlakuan jarak tanam, sedangkan pengaruh varietas nyata
dimana Inpari 15 lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas lainnya.
b. Semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpunnya,
yang berbeda antar varietas. Inpari 10 dengan jumlah anakan terbanyak
pada jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm, menurun drastis bila ditanam
rapat yaitu dengan ketiga cara jajar legowo.
c. Varietas terbaik untuk diterapkan di lokasi percobaan dan sekitarnya
adalah Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 : 1 Kosong.
Saran alternatif kebijakan. (1) Perlu memperkenalkan sifat-sifat varietas
Inpari 16 ke petani, apakah sesuai dan dapat diterima, karena dapat
meningkatkan produktivitas, dan (2) Perlu penilaian secara partisipatif apakah
cara tanam jajar Legowo 4 : 1 dapat diterima.
5. Efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi – kedelai
Penelitian evaluasi efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi-
kedelai dilaksanakan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan,
pada MK-I untuk tanaman padi (varietas Ciherang) dan MK-II untuk kedelai
(varietas Grobogan). Pemberian pupuk organik pabrikan 5 t/ha disertai pupuk
NPK dengan dosis yang tepat berdasarkan PHSL dapat meningkatkan hasil gabah
6,93 t/ha, atau menghasilkan 600 kg lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik
dan 200 kg lebih tinggi daripada cara petani. Pemberian pupuk organik pabrikan
dan pupuk kandang 10 t/ha dan mengurangi dosis pupuk NPK berdasarkan PHSL
ternyata tidak dapat menaikkan produksi, bahkan hasilnya lebih rendah daripada
yang diberi pupuk organik pabrikan 5 t/ha. Pemberian pupuk organik 10 t/ha
hasilnya relatif hampir sama dengan cara petani 6,7 t/ha. Perlakuan pemupukan
cara petani yaitu dengan memberikan pupuk kandang 5 t/ha ditambah NPK
dengan dosis yang lebih tinggi ternyata tidak dapat meningkatkan hasil. Dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69
demikian, pemberian dosis NPK yang tinggi tersebut adalah tidak efisien.
Kegiatan penelitian kedelai setelah tanaman padi pada MK-II menunjukkan
pemberikan pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat
pertananaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil
kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan.
Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat
meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara petani, dan
31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik. Sedangkan
pemberian pupuk organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil kedelai 25,7% lebih
tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik, namun relatif sama hasilnya
dengan perlakuan cara petani. Pupuk organik yang diberikan pada saat
pertanaman padi, residunya juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman.
Padi
1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang 5 t/ha disertai
dosis pupuk NPK yang tepat berdasarkan PHSL menunjukkan pemupukan
yang efektif untuk meningkatkan hasil gabah varietas Ciherang di lahan
sawah Kabupaten Grobogan.
2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha disertai pengurangan dosis pupuk NPK
berdasarkan PHSL adalah kurang efisien karena tidak dapat
meningkatkan produksi, bahkan hasil gabah yang dicapai lebih rendah
daripada perlakuan dosis pupuk organik 5 t/ha.
3. Pemberian pupuk urea dan NPK Phonska yang lebih tinggi pada
perlakuan pemupukan cara petani adalah tidak efisien karena tidak dapat
meningkatkan produksi.
4. Pemberian pupuk organik 5 t/ha disertai dengan dosis pupuk NPK yang
tepat berdasarkan PHSL dapat memberikan hasil lebih tinggi daripada
perlakuan pemupukan cara petani dan perlakuan tanpa pupuk organik.
Kedelai
1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat
pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan
hasil kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan pada MK-II.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70
2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat
meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara
petani, dan 31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik.
3. Pemberian pupuk organik 5 t/ha pertanaman padi dapat meningkatkan
hasil kedelai 25,7% lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik, namun
relatif sama hasilnya dengan cara petani.
4. Residu pupuk organik juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah polong dan bobot biji/tanaman kedelai.
Saran Alternatif Kebijakan. Pemberian pupuk organik yang diberikan
pada saat pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman.
6. Optimasi produksi kedelai melalui penerapan teknologi varietas dan
beragam pemupukan pada sistem tanpa olah tanah
Sampai saat ini, produksi kedelai di tingkat petani masih rendah, rata-rata
1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha, sedangkan potensi hasil 3,0 ton/ha.
Senjang produkivitas yang sangat besar tersebut memberikan peluang bahwa
peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani masih
bisa dilakukan. Produktivitas tanaman kedelai di tingkat petani perlu dipacu
dengan mengembangkan inovasi teknologi pertanian di berbagai komponen.
Dalam hal ini pengembangan suatu rakitan teknologi yang merupakan gabungan
dari penyiapan lahan yang optimal, pemupukan yang sesuai (spesifik lokasi),
serta dengan pemilihan varietas unggul yang sesuai dan dapat beradaptasi
dengan kondisi agroekologi setempat.
Sebelum pelaksanaan kegiatan, dilakukan penetapan dosis pemupukan
untuk tanaman kedelai menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS),
dengan hasil sebagai berikut : (a) Penetapan dosis Urea 50 kg/ha, pemupukan ½
dosis rekomendasi Urea adalah 25 kg/ha; (b) Penetapan dosis SP-36 adalah 100
kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha; (c) Penetapan dosis KCl adalah 100
kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil hanya dipengaruhi oleh
genotipe. Kedelai varietas Grobogan memperoleh hasil paling tinggi (1,37 t/ha)
dan berbeda nyata dibandingkan varietas Gema (1,09 t/ha) dan Dering 1 (1,14
t/ha). Tinggi rendahnya hasil didukung oleh faktor komponen hasil, di antaranya
bobot 100 biji (butir) dan jumlah polong isi per tanaman (buah). Jumlah polong
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71
isi per tanaman dari varietas Grobogan sedikit (26,3 buah), tetapi varietas
Grobogan mempunyai bobot 100 biji yang paling banyak yaitu 17,2 gram,
dibandingkan kedua varietas lainnya yang mempunyai bobot 100 biji lebih
rendah (varietas Gema yaitu 10,7 gram, varietas Dering yaitu 10,8 gram).
Pada pengujian ini, kondisi tanah dan pemupukan (budi daya) tidak
meningkatkan hasil kedelai secara nyata di Desa Sugihan – Grobogan. Faktor
terpenting yang dapat meningkatkan hasil kedelai, adalah penggunaan varietas.
Varietas kedelai Grobogan mempunyai hasil ubinan tertinggi pada pengujian ini,
sesuai dengan pendapat petani bahwa varietas tersebut pernah menjadi varietas
unggul nasional tahun 2008 sehingga menjadi percontohan, dan petani sudah
banyak menggunakannya serta akan dikembangkan di wilayah Jateng lainnya.
Saran Alternatif Kebijakan. (1) Peningkatan kedelai di Desa Sugihan –
Grobogan tidak bergantung pada budi daya, tetapi hanya bergantung pada
varietas yang cocok di daerah tersebut. Kedelai varietas Grobogan sangat baik
ditanam di Desa Sugihan, (2) Varietas Grobogan perlu diuji secara luas oleh
petani di beberapa lokasi di Grobogan dengan agroekosistem yang berbeda, dan
(3) Perakitan varietas unggul baru kedelai sebaiknya menggunakan varietas
Grobogan sebagai pembanding.
7. Keragaan varietas hibrida jagung pada sistem tanpa olah tanah
pola tanam padi-jagung-padi
Hasil jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 pada musim tanam setelah
padi di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jarak
tanam legowo (40 cm x 25 cm) x 70 cm dan 40 cm x 70 cm, dengan rata-rata
akumulatif hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t/ha dan 8,99 t/ha pada
kedua jarak tanam tersebut. Perbedaan perlakuan pemupukan yang diberikan
pada pertanaman musim sebelumnya juga tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan kedua varietas pada semua perlakuan, kecuali adanya serangan
penggerek batang yang lebih tinggi pada lahan bekas PHSL-legowo dibanding
lahan bekas non-PHSL-tegel. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panen padi
dengan PHSL-legowo dapat dilakukan lebih awal (tanaman kering lebih awal satu
minggu dibanding non-PHSL-tegel) sehingga terdapat jeda waktu untuk
tumbuhnya ratun yang kemudian menjadi media perkembangan larva penggerek
batang. Dari hasil pengujian dapat direkomendasikan 3 (tiga) hal teknis yang
perlu diperhatikan dalam budi daya jagung hibrida setelah padi pada sistem
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72
tanpa olah tanah, yaitu: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera setelah
panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit jagung
yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2)
Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti
tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh
karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih bisa dianjurkan, dan 3) Bertolak dari
sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada
lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat
memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air. Sistem pengairan “kocor“
di Kabupaten Grobogan relatif membutuhkan biaya tinggi sehingga perlu
dipertimbangkan untuk mengatur pengaliran air irigasi selama musim tanam
palawija agar jagung hibrida yang ditanam petani tidak mengalami cekaman
kekeringan, setidaknya pada fase vegetatif awal, menjelang berbunga, dan
seminggu setelah berbunga yang merupakan waktu kritis dimana kekurangan air
berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Saran Alternatif Kebijakan. Budi daya jagung hibrida setelah padi pada
sistem tanpa olah tanah dan dengan jarak tanam mengikuti sistem legowo perlu
memperhatikan hal-hal berikut: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera
setelah panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit
jagung yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2)
Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti
tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh
karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih dapat dianjurkan, dan 3) Bertolak dari
sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada
lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat
memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air.
8. Sosialisasi rencana tindak lanjut (RTL) penanggulangan hama
wereng batang coklat dan virus-virus padi di daerah endemik
Hama wereng batang coklat (WBC) dan virus merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh nyata dalam menurunkan produksi padi di Indonesia. Ledakan
hama WBC dan virus tahun 2011 tercatat sebagai yang tertinggi mencapai 240
ribu hektar dan puso 36 ribu haktar. Kerusakan tanaman dan kerugian masih
terus berlanjut di daerah-daerah ledakan/endemik yang kemudian menjadi
daerah endemik. Beberapa teknik pengendalian WBC, seperti tanam varietas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73
tahan serta sistem tanam terencana dan serentak, pernah diaplikasikan dan
berhasil. Gerakan tanam serentak di Kabupaten Klaten (2011-2012) dapat
mengendalikan WBC, pertanaman terkawal dengan baik, dan panen berhasil.
Hasil survei RTL, tanaman bekas terserang WBC dan terinfeksi Virus
(RGSV, RRSV dan RG+RRSV) ditemukan di Desa Babadan, Kecamatan
Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pertanaman padi yang baik
dihasilkan dari cara pengelolaan yang baik dan upaya penekanan populasi WBC
agar tetap rendah di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, September 2014.
Penanggulangan WBC dan virus yang ditularkan dengan cara:
menggunakan a) varietas tahan, b) tanam serentak, c) hanya membuat
pesemaian di lingkungan/sawah yang sudah dibajak, d) sebaiknya tidak membeli
bibit dari daerah endemik, e) pengaturan waktu tanam disesuaikan dengan
penerbangan WBC (peran light trap), f) pengamatan lapangan populasi WBC
secara berkala, dan g) bilamana perlu saja pestisida akan digunakan.
Permasalahan penanggulangan WBC dan virus padi yaitu a) jumlah petani
penggarap cukup dominan, sehingga pengendalian WBC kurang maksimal, b)
Ketersediaan air sepanjang tahun mendorong hasrat petani menanam padi,
tetapi dengan jumlah tenaga kerja yang kurang memadai dan tidak terbagi
merata (spasial dan temporal) mendorong tanam tidak serentak, c) Penggunaan
pestisida yang kurang baik : aplikasi kelebihan dosis, banyak (4-5) yang tidak
tepat, resistensi, resurgensi, d) Varietas padi yang kurang tahan WBC: hanya
digunakan pada saat wabah, e) Pola tanam: Padi-Padi-Padi dan tidak diselingi
palawija, berkaitan dengan jaminan keamanan hasil usaha tani (penjualan hasil
panen), f) Ketergantungan petani pada bimbingan terus menerus oleh petugas
pertanian, g) Jumlah petugas POPT lebih kecil dibandingkan dengan luas amatan
(Kasus Sukses Polanharjo didukung pengerahan POPT), dan h) Perlu dilakukan
pengamatan tanaman padi terserang virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput,
karena setelah serangan virus, tanaman padi jarang sekali yang selamat.
Datanya untuk kebijakan, epidemiologi dan pengendalian
Saran alternatif kebijakan. Meningkatnya serangan WBC karena menanam
varietas tidak tahan WBC, tanam tidak serentak, selalu ada tanaman padi
sepanjang tahun, penyemprotan insektisida kurang tepat. Oleh karena itu,
Personil POPT sebaiknya dimaksimalkan, jumlah ditambah, kualitas ditingkatkan,
program dan pembinaan tepat sasaran. Penelitian WBC ibarat adu balap (racing):
penciptaan varietas tahan tidak dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama,
karena WBC juga berkembang dalam berbagai hal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74
9. Efektivitas bantuan benih bersubsidi pada program SL-PTT
mendukung peningkatan produksi beras nasional
Studi ini dilakukan di Sragen, Sukoharjo, dan Grobogan, diketahui bahwa
kenaikan produksi padi akibat bantuan benih rata-rata 300 kg/ha (sebelum SL-
PTT 6,3 t/ha dan setelah SL-PTT 6,6 t/ha). Rendahnya peningkatan produktivitas
tersebut disebabkan oleh ketidak sesuaian varietas, mutu benih kurang baik,
jumlah benih yang diterima tidak sesuai, dan benih terlambat diterima oleh
petani. Walaupun demikian petani tetap mengharapkan bantuan benih dari
Pemerintah melalui Dipertan yang ditenderkan kepada produsen benih setempat.
Benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang
mempunyai nilai strategis dalam menentukan keberhasilan P2BN, Sebagai sarana
produksi yang membawa sifat–sifat varietas tanaman, benih berperan penting
dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Tersedianya benih varietas
unggul padi spesifik lokasi yang bermutu dan memenuhi kriteria enam tepat
(tepat varietas, mutu, waktu, jumlah, lokasi dan harga), maka peningkatan
produktivitas untuk mewujudkan swasembada beras diharapkan dapat tercapai.
Saran alternatif kebijakan, yaitu 1) Program subsidi benih padi perlu
dilanjutkan untuk dapat membantu petani dalam penyediaan benih varietas
unggul bermutu, mengingat harga benih non subsidi cukup mahal (Rp.9000,- –
Rp.12.000,-/kg), sedangkan harga benih subsidi jauh lebih murah dan terjangkau
oleh petani (Rp.2.200,-/kg), 2) Mutu benih bersubsidi yang disediakan oleh
Pemerintah perlu ditingkatkan terutama kemurnian dan daya tumbuh benih,
kesesuaian varietas dan tersedia tepat waktu agar dapat meningkatkan
produktivitas secara optimal, 3) Anggaran subsidi benih ke depan sebaiknya
dialokasikan pada Gapoktan/Kelompok tani agar para petani dapat membeli
langsung pada produsen atau penangkar benih setempat dengan memilih mutu
benih yang baik, varietas yang sesuai dengan keinginan petani.
10. Pengembangan pupuk hayati unggulan nasional
Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Komite Inovasi Nasional
(KIN) untuk membentuk Konsorsium Pengembangan Pupuk Hayati Nasional
(PHUN) sebagai upaya terobosan untuk mendapatkan inovasi teknologi pertanian
yang melibatkan Badan Litbang Pertanian, LIPI, BPPT, dan Universitas (IPB dan
Unpad) telah disepakati tahun 2011. Kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi
kerja sama dengan melakukan uji multilokasi produk-produk pupuk hayati pada
tanaman pangan. Salah satu kegiatan uji multilokasi pupuk hayati untuk kedelai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75
telah dilakukan di tiga lokasi di Provinsi Lampung. Pengujian ini diperluas
cakupan dan komoditasnya pada tahun 2012-2014.
Kegiatan konsorsium PHUN meliputi: (1) pengujian lapang yang diperluas,
(2) uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru, (3) pengujian interaksi mikroba
dengan tanah dan tanaman, (4) perbaikan karakteristik fungsional pupuk hayati
generasi baru, (5) pembuatan kemasan dan bahan pembawa pupuk mikroba, (6)
identifikasi molekuler DNA mikroba, (7) evaluasi pengendalian mutu, (8) analisis
sosial ekonomi, dan (9) promosi produk pupuk hayati. Pupuk hayati yang diuji
bertambah dari 3 produk menjadi 28 produk. Pengujian yang semula hanya pada
kedelai ditambah dengan padi, jagung, cabai, bawang merah, dan kentang.
Lokasi pengujian juga bekembang selain di Lampung, juga di Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, dan Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati Agrimeth, Biovam, dan
Biopeat layak dikembangkan lebih lanjut pada usahatani padi sawah. Pupuk
hayati Iletrisoy dan Biopeat dapat meningkatkan produksi kedelai di lahan
masam, sedangkan Agrimeth, Iletrisoy, Probio+kompos, Biopeat, dan kedelai
plus+Biovam layak untuk dikembangkan pada usahatani kedelai di lahan subur.
Untuk tanaman cabai, ada enam produk pupuk hayati yang dapat dikembangkan
yaitu Gliocompost, Agrimeth, Biopeat, Biovam, StarTmik, dan BOC-SRF. Pada
tahun 2014 hasil konsorsium sudah dapat direkomendasikan dan dicanangkan
dalam pengembangan dan penyebaran pupuk hayati generasi I untuk padi,
kedelai, dan cabai.
Pengembangan dan penyebaran PHUN melibatkan 6 BPTP yaitu BPTP
Jambi, BPTP Lampung, BPTP Banten, BPTP Jabar, BPTP Jateng, dan BPTP Jatim.
Luas pengembangan mencakup 1.300 ha. Ada 9 jenis PHUN yang sudah
direkomendasikan KIN dikembangkan di lahan petani padi, kedelai, dan cabai
dengan luasan yang bervariasi (Tabel 17). Pupuk hayati Agrimeth (produk
Balitbangtan) dikembangkan paling luas 462 ha, disusul Provibio 340 ha (produk
IPB), dan Biovam 271 ha yang merupakan produk LIPI. Ketiganya diaplikasikan
pada padi dan kedelai. Pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk kedelai
didominasi oleh Kedelai Plus 130 ha, disusul Iletrisoy 55 ha, dan Biopeat 55 ha.
Sedangkan pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk cabai merah
didominasi oleh Gliocompost (9 ha), disusul oleh BOC-SRF, dan StarTmix masing-
masing dengan luasan 6 ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76
Tabel 17. Luas pengembangan PHUN yang diintegrasikan dengan program SL-PTT padi dan kedelai
di 6 provinsi, 2014.
Jenis pupuk hayati
Luas areal pengembangan di masing-masing Propinsi (Ha) Total luas areal (ha)
Jatim Jateng Jabar Lampung Banten Jambi
Agrimeth 108 103 108 60 58 25 462
Provibio 85 75 85 25 45 25 340
Biovam 63 63 60 50 35 - 271
Kedelai Plus 25 25 25 10 20 25 130
Iletrisoy - - - 10 20 25 55
Biopeat - - - 30 - 25 55
Gliocompost - 3 3 - 3 - 9
BOC-SRF - - 3 - 3 - 6
StarTmix 3 3 - - - - 6
Total 284 272 284 185 184 125 1334
Dari uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru (generasi ke dua) diperoleh
beberapa pupuk yang mempunyai prospek yang baik untuk tanaman jagung
yaitu Agrifit (Badan Litbang), Probio New dan Super Biost (IPB), Biopim dan
Biocoat (BPPT), Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), serta Beyonic (LIPI). Sedangkan
yang mempunyai prospek baik untuk tanaman bawang merah adalah Biopadjar
dan Bion-Up (Unpad), Probio New dan Super Biost (IPB), Biotrico dan Agrifit
(Badan Litbang), Beyonic (LIPI), serta Bio-SRF (BPPT).
Sintesis formula pupuk hayati dan komponen formula pupuk hayati
generasi ketiga akan dihasilkan pada tahun berikutnya.
11. Penyusunan model percepatan pembangunan pertanian berbasis
inovasi di wilayah perbatasan.
Wilayah perbatasan NKRI yang sering dikategorikan daerah tertinggal,
mencakup kawasan sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang belum
dimanfaatkan optimal. Upaya pengembangan sektor pertanian wilayah
perbatasan menjadi sangat strategis dan potensial sesuai dengan kultur dan
sumber daya yang tersedia. Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) melalui
kepakarannya diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya di bidang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77
pembangunan pertanian. Hasil-hasil kegiatan FKPR selama tahun 2014 yang
dilaksanakan di 6 (enam) propinsi dapat disarikan sebagai berikut:
Kalimantan Barat. Usahatani padi di Desa Sebubus daerah perbatasan
Kecamatan Paloh belum optimal karena faktor cuaca yang ekstrem mengalami
kekeringan selama 2 bulan. Usaha ternak itik tegal perlu ditingkatkan cara
usahataninya melalui pendampingan dan sanitasi. Kegiatan Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Dusun Setingga, Desa Sebubus berjalan
dengan baik dan partisipasi aktif 30 Kepala Keluarga dan beberapa KK yang
mencontohnya. Kondisi Kebun Bibit Desa perlu ditambah bibitnya untuk
memenuhi kebutuhan bibit masyarakat. Koordinasi pengembangan model di
lapangan perlu lebih terintegrasi dengan sektor lainnya, baik dari pusat maupun
Pemkab Sambas, khususnya dengan Pemkab Sambas.
Kalimantan Timur. Penerapan PTT padi Adan dan sistem tanam jajar
legowo 2 : 1 di Krayan berhasil meningkatkan produktivitas padi Adan menjadi
4,884 ton/ha dibandingkan cara petani 3,936 ton/ha, terjadi peningkatan
produktivitas 0,948 ton/ha (24%). Hal ini berdampak pada peningkatan
pendapatan petani menjadi Rp.5.836.000,- dibandingkan cara petani. Partisipasi
petani menerapkan PTT meningkat dari semula 4 petani menjadi 10 petani
peserta, yang perlu ditingkatkan kepada petani lain melalui sosialisasi, serta
penerapan model pengembangan padi Adan + kerbau secara utuh. Di Pulau
Sebatik telah dilaksanakan pelatihan pengembangan limbah kakao menjadi
pupuk organik serta pengembangan PTT padi dan pembibitan jeruk.
Nusa Tenggara Timur. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan
RI-RDTL difokuskan pada komoditas tanaman pangan dan peternakan. Pemda
Kabupaten Belu akan mensinergikan program pertanian di kawasan perbatasan,
di mana Pemda juga sudah merintis agar inovasi dari kegiatan LLIP dari Desa
Tohe dapat pula diekstrapolasikan di kecamatan sekitar yang mempunyai areal
persawahan cukup luas (Desa Makir dan Lamaksanulu di Kecamatan Lamaknen).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan telah membeli seluruh benih
padi yang diproduksi oleh Penangkar dari kegiatan LLIP dan menyebarkan benih
tersebut ke desa-desa lain di daerah Perbatasan untuk memperbanyak pilihan
varietas bagi petani. Hasil penelitian merekomendasikan 3 alternatif inovasi
teknologi peningkatan produktivitas padi di lahan kahat hara mikro, yaitu: 1)
Teknik celup akar/bibit sebagai pilihan pertama, 2) Teknik celup akar/bibit dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78
penyemprotan pupuk mikro sebagai alternatif kedua, dan 3) Teknik
penyemprotan pupuk mikro sebagai pilihan terakhir. Rekomendasi yang
disarankan untuk perbaikan manajemen pemeliharaan ternak sapi.
Kepulauan Riau. Bintan memiliki lokasi strategis yaitu dekat dengan
lokasi pasar baik domestik di Pulau Batam dan untuk ekspor hortikultura ke
Singapura. Kabupaten Bintan juga merupakan wilayah bebas perdagangan (Free
Trade Zone) sehingga memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain.
Pulau Bintan potensial pengembangan hortikultura meliputi tanaman sayuran dan
bauah-buahan dataran rendah toleran suhu panas. Untuk sayuran meliputi jenis
sayuran daun seperti Sawi hijau (caisim), pakcoy, kangkung, bayam, kaelan dan
sejenisnya, sedangan sayuran buah/polong seperti cabe, tomat, timun, gambas,
pare, dan kacang panjang. Jenis buah-buahan adalah nenas, salak, papaya,
semangka, melon, dan pisang, serta pengembangan ayam ras pedaging atau
petelur. Dukungan Pemda berupa penyediaan sarana dan prasarana produksi
pertanian, pembangunan infrastruktur masih sangat diperlukan terutama sarana
jalan dan pasar sebagai terminan/subterminal untuk penjualan produk-produk
pertanian.
Kab. Kepulauan Morotai, Maluku Utara. Kabupaten Pulau Morotai
sebagai wilayah perbatasan yang berada paling utara dan berhadapan dengan
Lautan Pasifik memiliki posisi geografis sangat startegis dan juga memiliki
potensi sumber daya pertanian yang seyogianya mampu mendukung
pembangunan Kabupaten Morotai, terutama untuk pangan dan perkebunan.
Terdapat beberapa lokasi/wilayah strategis percepatan peningkatan produksi
pangan (terutama padi) antara lain di Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan;
Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur; dan Desa Tiley, Kecamatan Morotai
Selatan Barat. Selain itu potensi peningkatan produksi dan nilai tambah tanaman
perkebunan, khususnya kelapa, pala dan cengkeh, dan tanaman sayuran juga
tigi dan prospektif. Sebagai strategi awal percepatan pembangunan pertanian
Kabupaten Pulau Morotai adalah peningkatan produksi padi melalui perbaikan
jaringan irigasi dan penerapan PTT dengan inovasi teknologi. Kunci sukses
percepatan peningkatan produksi padi di Kabuaten Pulau Morotai adalah
keterpaduan dan sinergi program pemda dengan program pusat dan atar sektor,
terutama pertanian dan pekerjaan umum. Sebagai langkah awal pengembangan
inovasi pertanian, sedang dirancang pengembangan laboratorium lapang inovasi
pertanian (LLIP) di salah satu lokasi dari tiga lokasi hamparan sawah di Morotai.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79
Jayapura. Peluang peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi,
jagung, kedelai) terbuka dengan adanya permintaan konsumen yang tinggi, baik
di kawasan Kota Jayapura, maupun di daerah lain di Papua dan juga di daerah
PNG. Permintaan daging (sapi, babi dan unggas) juga masih terbuka mengingat
bahwa jumlah penduduk dan standar kecukupan gizi masih memungkinkan untuk
meningkatkan produktivitas ternak secara keseluruhan. Peluang peningkatan
produktivitas tanaman perkebunan (kelapa, kakao, dan pinang) masih terbuka
melalui pengelolaan pascapanen. Tanaman palawija (kacang tanah, bawang
merah) dan hortikultura (sayuran dan buah-buahan) cocok untuk dikembangkan
di kawasan ini. Di Kecamatan Muara Tami terdapat Bendung Tami yang mampu
mengairi sawah seluas 5.000 ha dengan saluran primer, sekunder, dan tersier
yang sudah tertata. Sarana jalan (transportasi utama) sudah cukup baik, namun
masih perlu ditingkatkan kualitas sarana jalan pertanian yang ada. Tahapan yang
disarankan untuk percepatan pembangunan pertanian yaitu 1) Tahap 1.
Revitalisasi sarana pengairan, 2) Tahap 2. Sosialisasi rencana pengembangan, 3)
Tahap 3. Pembangunan kelembagaan ekonomi, 4) Tahap 4. Perbaikan daya
dukung kawasan dan penerapan inovasi teknologi, dan 5) Tahap 5.
Mempertahankan tingkat produktivitas berkelanjutan.
Merauke. Kabupaten Merauke memiliki sumber daya lahan yang cukup
subur dan prospektif untuk pengembangan pertanian karena kondisi lahan yang
cenderung datar dan memiliki potensi padang penggembalaan ternak yang luas.
Hal tersebut ditunjukkan adanya surplus pangan (beras) serta daging sapi yang
dikirim keluar wilayah bahkan diekspor ke PNG. Pengembangan pertanian di
wilayah perbatasan PNG terpilih sebagai model adalah di Distrik Naukenjerai
yang merupakan areal dataran rendah (wilayah pantai) yang berbatasan dengan
taman nasional Wasur. Kondisi masyarakat memiliki sumber pendapatan dari
kelapa yang merupakan ekonomi masyarakat, di samping usahatani padi dan
ubi-ubian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Model pengembangan yang
direkomendasikan adalah “Pengembangan Bioekonomi Barbasis Kelapa”, yang
diprogramkan pengembangan kelapa lokal melalui pembibitan pedesaan, serta
mendukung program pariwisata Pantai Onggaya, dan antisipasi abrasi pantai
akibat gerusan ombak. Hal tersebut dirancang dalam upaya pengembangan areal
kelapa yang merupakan komoditas adat yang harus dilestarikan masyarakat
lokal. Konsep tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi penduduk di
wilayah Distrik Naukenjerai sekaligus pengembangan pariwisata pantai Onggaya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80
Bovendigoel. Kabupaten Bovendigoel berpotensi untuk pengembangan
tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman tahunan. Perkebunan karet
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan menjadi andalan
sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bovendigoel. Namun kondisi saat ini
masih menyerupai “hutan” karet, sehingga perlu direvitalisasi. Masyarakat di
Distrik Mindiptana dan Kombut sebagian besar masih dalam transisi dari
kebiasaan melakukan lahan berpindah menjadi menetap. Lahan pertanian yang
ada saat ini masih menyatu dengan kebun karet dan hutan. Belum ada lahan
pertanian yang berbentuk hamparan luas dan teknik budi daya juga masih
sederhana, belum menggunakan pupuk dan pestisida. Arah pengembangan
usaha pertanian di Kabupaten Bovendigoel adalah komoditas karet yang
dikombinasikan dengan usaha tanaman pangan dan ternak. Karet dijadikan basis
utama pengembangan usaha pertanian di Distrik Mindiptana dan Kombut adalah:
(i) budi daya karet sudah dikenal sejak jaman Hindia Belanda, namun
pengelolaannya masih sangat sederhana dan salah satu sumber utama
pendapatan rumah tangga; (ii) hasil analisis finansial menunjukkan karet paling
layak diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain yang selama ini juga
diusahakan oleh masyarakat setempat; dan (c) karet telah dijadikan salah satu
komoditas unggulan Kabupaten Bovendigoel.
Kegiatan lain yang dapat dilaporkan terkait dengan tugas dan fungsi
Puslitbang Tanaman Pangan, antara lain 1) pengelolaan sumber daya genetik, 2)
Diseminasi hasil penelitian, dan 3) Keuangan.
Sasaran 4 : Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman
pangan
Sumber daya genetik tanaman pangan perlu dilestarikan keberadaannya
karena sangat diperlukan sebagai bahan perakitan varietas unggul baru
memanfaatkan karakteristik sifat-sifat tanamannya. Pelestarian sumber daya
genetik tanaman pangan dilakukan di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit
Tungro sesuai dengan mandat komoditasnya. Kegiatan “Pengkayaan,
pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman
pangan” terus menerus dilakukan setiap tahunnya agar tidak punah dan terus
dipantau oleh Puslitbang Tanaman Pangan sebagai unit kerja atasan satker yang
berlokasi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81
Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan tahun 2014, yaitu dilakukannya
pengkayaan sumber daya genetik tanaman padi 500 aksesi, sumber daya genetik
aneka kacang dan ubi (kabi) 1.200 aksesi, serta sumber daya genetik tanaman
serealia 700 aksesi. Adapun realisasi tingkat capaian telah diperoleh 4.093 aksesi
(170,54%) antara lain sumber daya genetik tanaman padi 510 aksesi, aneka
kacang dan ubi 2.253 aksesi, dan serealia 1.330 aksesi.
Adapun capaian target masing-masing indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 18. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Sumber daya genetik padi:
Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan,
salinitas, dan rendaman (Aksesi)
500
510
102,00
Sumber daya genetik kacang dan ubi:
Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui
konservasi/rejuvenasi (Aksesi)
1.200
2.253
187,75
Sumber daya genetik serealia:
Tersedia materi genetik plasma nutfah tanaman jagung
dan serealia lainnya (Aksesi)
700
1.330
190,00
Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik tanaman
pangan tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut :
Tabel 19. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014
Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber daya genetik padi
Target 1.030 500 500 500 500
Realisasi 2.678 1.363 874 678 510
Sumber daya genetik aneka kacang dan ubi
Target 1.308 200 450 325 1.200
Realisasi 2.308 1154 1.226 1.956 2.253
Sumber daya genetik tanaman serealia
Target 120 555 580 580 700
Realisasi 475 1.030 626 1.273 1.330
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing
subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Padi. Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan melalui
korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-pemerintah lingkup dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82
negeri, perguruan tinggi dan karakterisasi koleksi sumber daya genetik BB Padi.
Capain sebesar itu diperoleh dari hasil eksplorasi varietas lokal di Pulau Jawa
korespondensi/pertukaran genetik (padi lokal, VUB, padi liar, galur/varietas padi
petani asal Jawa Tengah, GSR, dan seleksi plasma nutfah yang memiliki sifat
kegenjahan, toleran kekeringan, toleran terhadap cekaman salinitas, sulfat
masam, dan toleran rendaman, tahan penggerek batang padi, HDB, WBC, Blas
tungro, dan aromatic rice observational nursery.
Aneka Kacang dan Ubi. Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari
konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan umbi yang meliputi:
diperbaruinya benih sumber daya genetik aneka kacang (225 aksesi kedelai, 150
aksesi kacang tanah, dan 225 aksesi kacang hijau, 150 aksesi kacang tunggak,
35 aksesi kacang beras, 9 aksesi komak, 2 aksesi koro benguk, dan 6 aksesi koro
pedang) dan bibit aksesi sumber daya genetik aneka umbi (305 ubijalar, dan
323 ubikayu, 50 aksesi tales, 16 aksesi kimpul, 21 aksesi suweg, 64 aksesi uwi-
uwian, 8 aksesi ganyong dan 8 aksesi garut).
Didapatkannya informasi: kandungan flavonoid terhadap 50 aksesi kedelai, dan
karakteristik polong dan bijii 50 aksesi kedelai; dan 75 aksesi ubikayu terhadap
hama kutu putih (mealybug), dan 75 aksesi ubijalar terhadap hama boleng dan
diperbaruinya dokumentasi data karakteristik sumber daya genetik aneka kacang
dan umbi sebagai pendukung pangkalan (database).
Serealia. Telah terkoleksi dan teridentifikasi plasma nutfah tanaman serealia
yang telah direjuvinasi, dikarakterisasi dan dievaluasi sebanyak 1.330 aksesi,
materi plasma nutfah materi untuk pembentukan VUB tanaman serealia.
Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah dimanfaatkannya
informasi karakteristik sumber daya genetik untuk bahan tetua perakitan calon
varietas unggul baru padi, kacang-kacangan dan umbi-umbian, serta jagung dan
serealia lainnya yang memiliki sifat keunggulan spesifik lokasi dan sesuai dengan
keinginan konsumen. VUB yang dilepas tahun 2014 telah memanfaatkan sumber
daya genetik yang terkoleksi termasuk untuk merakit varietas unggul baru di
masa mendatang.
Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan melibatkan pula
lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina maupun CIMMYT di Mexico, serta
beberapa lembaga riset lainnya. Termasuk di antaranya disimpan di Bank Plasma
Nutfah di BBBiogen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83
Sasaran 5: Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan
Kegiatan diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan dilaksanakan
melalui berbagai cara, antara lain a) Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar
dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose skala nasional dan regional, d) Gelar
teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan melalui website.
Hari Pangan Sedunia 2014
Perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Tahun 2014 yang dirangkaikan
dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Makassar 6-11 Nopember 2014
resmi dibuka Ibu Wakil Presiden tanggal 6 November 2014. HPS yang mengambil
Tema Nasional “Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial”
memperagakan berbagai inovasi baik indoor (pameran, lomba cipta menu, temu
wicara dan seminar), maupun outdor (gelar teknologi, jamboree varietas).
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman
berkesempatan mengunjungi lokasi HPS dan lokasi gelar teknologi Balitbangtan.
Stand lapangan diisi sorgum bahan produk bioenergi alternatif, serta Saung Agro
Inovasi dilengkapi demo pembuatan etanol dari sorgum manis serta
pemanfaatan etanol untuk memasak jagung ketan Uri. Presiden terkesan dengan
kompor etanol hasil inovasi Balitbangtan yang mampu memasak 10 jam nonstop
dengan bahan bakar 1 liter etanol (kadar 94%) serta keunikan sorgum yang
dapat diolah menjadi berbagai macam produk baik pangan maupun energi.
Etanol yang didestilasi pada kadar 98% dapat digunakan untuk subtitusi BBM.
Presiden Joko Widodo di Stand Bioenergi Berbasis Sorgum Manis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84
Kunjungan Penyuluh ASEAN ke Balitsereal Maros
Para penyuluh pertanian dari 7 negara ASEAN (Malaysia, Thailand, Filipina,
Kamboja, Myanmar, Laos, dan Indonesia) berkunjung ke Balitseral Maros pada
Bulan Mei 2014 dalam kaitannya dengan Regional Training Course on Production
and Cereal (Corn). Para peserta umumnya sangat senang dan sepakat akan
menerapkan pola penelitian dan pengembangan varietas unggul jagung yang
dilakukan oleh Balitsereal. „‟Kami sangat membutuhkan transfer teknologi dari
daerah ini, terutama pola pembibitan,‟‟ kata Dararith, peserta Regional Training
Course on Production and Cereal (Corn) dari Kamboja. Salah satu bagian dari
kunjungan tersebut adalah kegiatan field visit yang dilaksanakan dalam kaitannya
dengan Regional Training Course on Production and Cereal (Corn). Kunjungan ke
lokasi penangkaran benih jagung hibrida di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Kunjungan lapang peserta Regional Training Course on Production and
Cereal (Corn) ke Balitsereal Maros.
Kunjungan MARD Vietnam di Puslitbang Tanaman Pangan
Kunjungan MARD Vietnam ke Puslitbang Tanaman Pangan dan BBPadi
tanggal 26 Juni 2014 sebanyak 32 orang untuk belajar dan bertukar pengalaman,
serta mengindentifikasi peluang kerja sama penelitian antara Indonesia dan
Vietnam di bidang penelitian pengembangan pertanian. Dr. Pham van Du,
Deputy Dir. General Department of Crop Production, MARD sebagai perwakilan
rombongan menjelaskan tentang kondisi pertanian di Vietnam serta bagaimana
peran pemerintah pada sektor pertanian. Kunjungan MARD Vietnam dilanjutkan
ke BB Padi untuk mengetahui hal-hal yang terkait sistem budi daya, efisiensi
penggunaan pupuk dan manajemen pengendalian OPT.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85
Kunjungan MARD Vietnam dalam rangka knowledge-sharing di Puslitbang
Tanaman Pangan dan BBPadi.
Gelar Teknologi di Kostrad Yonif
Kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian saat ini tidak hanya terbatas
di lahan petani tetapi juga sudah bersifat multi channel dan menjangku semua
kalangan termasuk TNI. Balitsereal bekerjasama dengan Yonif linud 431 Satria
Setia Perkasa (SSP) Kostrad Kariango Maros telah berhasil memanfaatkan lahan
tidur seluas 2 ha di kawasan Kodim serta perumahan karyawan. Lahan yang
dibiarkan tergenang dan tidak terawat selama bertahun-tahun menjadi kawasan
Agrowisata dengan beragam produk sayuran segar seperti jagung manis URI.
Anggota Kostrad juga mendapatkan pelatihan tentang teknik budidaya pertanian.
Pengetahuan praktis dibutuhkan untuk disebarluaskan ke pelosok masyarakat
termasuk masyarakat perbatasan di Indonesia.
Panen perdana Bima 19 Uri di Lahan Kostrad 431.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86
Publikasi Ilmiah dan Website
Hasil-hasil penelitian tanaman pangan tidak hanya disebarluaskan melalui
kegiatan seminar, pameran, dan gelar teknologi saja. Untuk mempercepat
penyebarluasan hasil penelitian disajikan melalui publikasi ilmiah dan website
yang terus menerus diupdate untuk memenuhi kebutuhan stakeholder.
Publikasi ilmiah yang diterbitkan Puslitbang Tanaman Pangan
Hasil penelitian tanaman pangan dapat diakses melalui website Puslitbang
Tanaman Pangan dengan alamat http://pangan.litbang.pertanian.go.id.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87
Pameran Indo-Livestock
Dalam upaya menjembatani usaha industri peternakan di Indonesia maka
pada tanggal 4-6 juli 2014 diselenggarakan pameran Indonesia Livestock Expo.
Pameran berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC). Kegiatan expo
mencakup seminar, talk show, demo, kuis dan aneka lomba. Pameran yang
berskala internasional ini diikuti oleh 12 negara peserta seperti Australia, Italia,
Polandia, China, Turki, dan Malaysia, serta pelaku usaha dari Jepang, Perancis,
India, Kuwait serta Thailand.
Pada kesempatan pameran ini ditampilkan sejumlah inovasi teknologi
khususnya teknologi pakan, varietas unggul jagung hibrida Bima 10 yang mampu
menghasilkan hijauan sampai 40-50 ton biomas segar per hektar. Selain varietas
unggul, ditampilkan juga produk olahan berbahan dasar jagung seperti cake
jagung, stick jagung, pop corn dan jagung marning, serta leaflet, booklet
teknologi budi daya jagung dan produk lainnya.
Pameran dalam rangka Indolivestock 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88
3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN
3.3.1. Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan
Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014
Rp. 120.869.273.000,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp.54.856.928.000,- Belanja
Barang Operasional Rp.15.087.092.000,- Belanja Barang Nonperasional
Rp.41.561.228.000,- dan Belanja Modal Rp.9.364.025.000,-. Anggaran tersebut
tersebar di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, dengan rincian sebagai berikut:
a) Puslitbang Tanaman Pangan Rp.18.322.614.000, b) Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi Rp.42.270.201.000,- c) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi Rp.31.309.718.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp.
24.467.752.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp. 4.498.988.000,-.
3.3.2. Realisasi Anggaran
Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2014 sebesar Rp.
120.869.273.000,- sedangkan realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp.115.520.864.056,- atau
95,58%, yang terdiri dari Belanja Pegawai Rp. 51.425.685.687- (93,75%),
Belanja Barang Operasional Rp.14.626.142.406,- (96,94%), Belanja Barang
Nonoperasional Rp.40.607.610.663 (97,71%), dan Belanja Modal Rp.
8.861.425.300,- (94,63%).
3.3.3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang berlaku
mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Secara umum target yang ditetapkan dapat terlampaui (tercapai 205,21% dari
target tahun 2013).
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan sampai akhir bulan Desember 2014 sebesar Rp. 4.482.875.437,-
(205,21%) dari target PNBP sebesar Rp. 2.184.540.712,- yang terdiri dari target
penerimaan umum Rp. 103.373.712,- dan penerimaan fungsional Rp.
2.081.167.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp. 344.600.412,-
(333,35%) dan penerimaan fungsional Rp. 4.138.275.025,- (198,84%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89
3.3.4. Analisis Akuntabilitas Keuangan
Capaian kinerja akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan
berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian pada umumnya telah
berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Tahun anggaran 2014 untuk pagu
biaya operasional berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.
29.662.320.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp. 29.318.968.389,- atau
98,82% dengan perincian seperti terlihat pada Tabel 20.
Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun
2014 dapat dilihat pada rekapitulasi capaian kinerja dengan rata-rata 116,89%.
Pencapaian kinerja tersebut dapat digolongkan dalam kategori sangat berhasil.
Hal ini berdasarkan capaian indikator kinerja dari setiap sasaran kegiatan yang
telah ditetapkan disajikan pada Tabel 21.
Beberapa varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, sorgum, gandum, dan ubijalar telah dilepas tahun 2014 dan telah
disebarluaskan melalui BPTP dan disosialisasikan kepada pengguna melalui
berbagai kegiatan diseminasi. Varietas unggul yang telah dilepas telah tersedia
benihnya untuk bahan perbanyakan benih di UPBS dan disebarluaskan kepada
petani penangkar maupun swasta yang telah memiliki lisensi. Berbagai inovasi
teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan telah mendukung 4
sukses Kementerian Pertanian melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Selanjutnya tidak
hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi
juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan
penduduk Indonesia pada umumnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90
Tabel 20. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2014.
Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %
Tersedianya informasi sumber
daya genetik tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi
karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat
varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman
aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta
memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya
genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan
jawawut
776.274.000
229.262.000
970.013.000
774.876.180
228.944.551
966.257.604
99,82
99,86
99,61
Terciptanya varietas unggul baru
tanaman pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan
ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
5.543.000.000
1.339.510.000
1.582.344.000
5.530.233.450
1.338.345.155
1.575.522.372
99,77
99,91
99,57
Tersedianya teknologi budi daya,
panen, dan pascapanen primer
tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
c. Teknologi budi daya tanaman serealia
2.601.000.000
833.400.000
543.917.000
2.480.502.400
827.187.808
543.623.650
95,37
99,14
99,95
Tersedianya benih sumber varietas
unggul baru padi, jagung, kedelai
untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka
kacang dan ubi
c. Produksi benih sumber jagung
2.214.769.000
2.081.750.000
840.159.000
2.202.554.572
1.994.702.952
839.687.550
99,45
95,82
99,94
Tersedianya kebijakan
pengembangan tanaman pangan
a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan 629.680.000 627.038.372 99,58
TOTAL 20.185.078.000 19.929.476.616 98,73
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91
Tabel 21. Rekapitulasi capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014.
Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan
Tersedianya informasi sumber
daya genetik tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi
plasma nutfah padi karakterisasi,
verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan
sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma
nutfah tanaman aneka kacang dan ubi
secara konvensional, serta memanfaatkan
teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan
evaluasi sumber daya genetik jagung
genjah, sorgum manis, gandum tropis dan
jawawut
102,00
187,75
190,0
Terciptanya varietas unggul
baru tanaman pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman
aneka kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung
dan serealia lainnya
100,0
128,5
100,00
Tersedianya benih sumber
varietas unggul baru padi,
jagung, kedelai untuk
penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-
2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul
padi BS, FS, dan SS
b. Penyediaan benih sumber kedelai dan
aneka kacang dan ubi
BS, FS, dan NS
c. Produksi benih sumber jagung
BS, FS, dan F1
104,30
103,44
103,65
Tersedianya teknologi budi
daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
b. Teknologi budi daya tanaman aneka
kacang dan ubi
c. Teknologi budi daya tanaman serealia
100,00
100,00
100,00
Tersedianya kebijakan
pengembangan tanaman
pangan
Analisis kebijakan pengembangan tanaman
pangan
100,00
Rata-rata 116,89
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93
IV. PENUTUP
Secara umum sasaran strategis penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dituangkan dalam Renstra 2010-2014 telah berhasil dicapai dalam
mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber, dan
Fuel). Dampak nyata dalam pencapaian 4 sukses Kementerian Pertanian secara
tidak langsung tercapainya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai, serta
meningkatnya nilai tukar petani (NTP). Hal ini tidak dapat dipisahkan peran hasil-
hasil penelitian yang dilakukan selama 2010-2014.
Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan
komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan food, feed dan fibre.
Keberhasilan perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan dan
pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan yang terus menerus
dilakukan. Sedangkan untuk fuel telah dikembangkan ubi kayu dan sorgum
termasuk ketersediaan varietas unggul baru yang sesuai untuk bahan baku
alternatif BBM berasal dari fosil. Ubi kayu, sorgum, limbah pertanian lainnya, dan
kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan
menunjang penciptaan masyarakat yang mandiri energi yang kini sudah banyak
dikembangkan di berbagai daerah.
Teknologi budi daya tanaman pangan telah tersedia untuk optimalisasi
pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa dan peningkatan
indeks panen memanfaatkan anomali iklim seperti La-Nina lahan petani tidak
dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Termasuk
mengembangkan Mikroba untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah
lingkungan sehingga dapat mengurangi biaya usahatani, namun produksi tetap
meningkat.
Data BPS menunjukkan bahwa produksi padi tahun 2014 (ARAM II)
diperkirakan 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami
penurunan 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, meskipun meningkat
1,65 juta ton daripada produksi tahun 2012 hanya 68,96 juta ton GKG.
Penurunan produksi karena terjadi penurunan luas panen seluas 66,93 ribu
hektar (0,48%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar
(0,47%). Produksi jagung tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan 19,13 juta ton
pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton (3,33%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94
dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan tahun 2012 18,97 juta ton.
Kenaikan produksi karena kenaikan luas panen seluas 58,72 ribu hektar (1,54%)
dan kenaikan produktivas sebesar 0,85 kuintal/hektar (1,75%). Produksi kedelai
tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebanyak 921,34 ribu ton biji kering atau
mengalami peningkatan sebanyak 141,34 ribu ton (18,12%) dibandingkan tahun
2013 dan tahun 2012 hanya 843,15 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai
karena kenaikan luas panen 61,01 ribu hektar (11,08%) dan kenaikan
produktivitas 0,90 kuintal/hektar (6,36%).
Menurut BPS Oktober 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) pada September
2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan NTP Agustus 2014, yaitu dari
102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP pada September 2014 disebabkan
kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tingi jika
dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. NTP
menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang
dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif
semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Kenaikan NTP
September 2014 disebabkan naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan 0,37%,
Hortikultura 0,59%, dan Peternakan 1,08%, sedangkan yang mengalami
penurunan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,77%, dan Perikanan 0,12%.
Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan PTT
serta program pendampingan SL-PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh
propinsi di Indonesia. Tahun 2015, dalam upaya mencapai kedaulatan pangan,
Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian pada tanaman
semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian
lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini sangat bergantung pada
kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Pengaruh pemanasan
global juga terasa di lapang seperti penentuan saat musim hujan tiba atau awal
musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan
musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.
Sebagai dampak perubahan iklim menyebabkan kondisi lapang yang tak
terduga seperti munculnya serangan hama dan penyakit yang meski sudah
diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi penelitian hanya sebagian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95
kecil dari hamparan pertanaman. Seperti halnya ledakan hama tikus, hama
wereng coklat yang disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang
ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang.
Varietas unggul dan teknologi budi daya tanaman pangan yang telah
dihasilkan pada periode 2010-2014 sudah banyak yang didukung oleh
ketersediaan sumber daya genetik dan logistik benih untuk diseminasi varietas,
meskipun hanya sebagian kecil yang sampai di lahan petani. Adopsi teknologi
sangat bergantung pada daya saing komoditas. Adopsi teknologi untuk
peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada beberapa kendala antara lain
persaingan dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi,
jagung dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil, harga
kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usahatani kedelai, serta
rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan DPI dan tidak tersedianya
tambahan lahan untuk perluasan areal juga menjadi faktor utama tidak
tercapainya target produksi kedelai.
Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan
musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi
pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan
prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi
diperbanyak.
Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja
sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan
pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,
ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya
adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia.
Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu
meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96
Lampiran 1: Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 97
Lampiran 2. Realisasi keuangan lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan TA. 2014.
Instansi Pagu Realisasi %
Puslitbang Tanaman Pangan 18.322.614.000 17.115.849.616 93,41%
BBPadi 42.270.201.000 40.468.538.582 95,74%
Balitkabi 31.309.718.000 29.980.883.057 95,76%
Balitsereal 24.467.752.000 23.682.497.432 96,79%
Lolit Tungro 4.498.988.000 4.273.095.369 94,98%
Total 120.869.273.000 115.520.864.056 95,58%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98
Lampiran 3. Rencana Strategik Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2010-2014.
Instansi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Visi : Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna”. Misi : 1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition).
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya. 3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional (networking) dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang
Tanaman Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recognition).
Tujuan Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran Keterangan
Uraian Indikator Kebijakan Program Menghasilkan inovasi teknologi tinggi, strategis, dan unggul, serta alternatif kebijakan tanaman pangan yang diperlukan dalam membangun sektor pertanian yang tangguh.
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan
3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.
1. Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan yang dapat untuk perbaikan sifat varietas.
2. Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan.
3. Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
4. Jumlah benih sumber varietas unggul baru padi, serealia, aneka kacang dan ubi.
5. Rumusan kebijakan tanaman pangan.
6. Jumlah publikasi ilmiah dan jumlah pertemuan ilmiah.
1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan bahan baku industri.
2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian, pengakuan ilmiah internasional, dan perolehan sumber pendanaan penelitian di luar APBN.
3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem rekrutmen dan pelatihan SDM, sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran sesuai kebutuhan institusi.
4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI secara nasional dan internasional.
5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang akuntabel dan good governance.
Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing.
Meningkatkan kerja sama penelitian dengan swasta, lembaga penelitian nasional (LIPI, Universitas, swasta) dan luar negeri (IRRI, CYMMYT, UNESCAP-CAPSA, dll) serta kerja sama antar-kementerian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 99
Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 100
Lampiran 5. Penetapan kinerja 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 101
Lampiran 6. Pengukuran kinerja.
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian kinerja
1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;
c. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya
d. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008
20 Varietas
203 Ton
21 Varietas
256,04 Ton
105,0%
126,13%
2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 22 Teknologi 100,0%
3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0%