laporan akuntabilitas kinerja puslitbang perkebunan 2014sakip.pertanian.go.id/admin/data2/p-bun...
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang
Maha Esa atas karunianya sehingga Laporan
Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan tahun
anggaran 2015 dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Laporan ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
serta pengelolaan anggaran yang didasarkan pada
perencanaan strategis yang telah ditetapkan oleh
Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang
Perkebunan selama periode Renstra 2015-2019 berdasarkan tingkat pencapaian
sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya terutama dalam perbaikan maupun
peningkatan kinerja di masa yang akan datang.
Bogor, 31 Januari 2016
Kepala Pusat,
Dr. Ir. Fadjry Djufry, MSi
Nip.19690314 199403 1 001
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ........................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................... iii
Daftar Tabel ......................................................................... iv
Daftar Gambar ........................................................................ v
Daftar Lampiran ........................................................................
Ikhtisar Eksekutif .........................................................................
vii
viii
Bab I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
Bab II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ........................ 8
2.1. Perencanaan Strategis ............................................... 8
2.2. Indikator Kinerja Utama ............................................. 10
2.3. Rencana Kinerja Tahunan TA 2015 ............................. 12
2.4. Penetapan Kinerja TA 2015 ........................................ 12
Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................ 14
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ....................................... 14
3.2. Analisis Capaian Kinerja ............................................. 16
3.3. Akuntabilitas Keuangan ............................................. 54
Bab IV. PENUTUP ........................................................................ 61
Lampiran ........................................................................................ 62
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut
pendidikan pada tahun 2015 ...............................................
10
Tabel 2 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jabatannya pada tahun 2015 ............................................
10
Tabel 3 Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu
lingkup Puslitbang Perkebunan 2015 ...................................
11
Tabel 4 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2015
(Dalam Juta Rupiah) ..........................................................
13
Tabel 5 Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Puslitbangbun 2015-
2019..................................................................................
18
Tabel 6 RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2015 ............................. 19
Tabel 7 Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2015.. 20
Tabel 8 Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2015 ............ 21
Tabel 9 Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan
Strategis 2015 ................................................................... 30
Tabel 10 Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2015 ............... 51
Tabel 11 Realisasi Anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Sasaran Output Utama TA. 2015 ..................... 61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Penampilan Varietas Unggul Kopi LIM 1.................................. 24
Gambar 2 Penampilan Varietas Unggul Kopi LIM 2 .................................. 25 Gambar 3 Penampilan Varietas Unggul Tembakau Prancak S2, S2, T1 dan T2
................................................................................................
26 Gambar 4 Bentuk tajuk dan batang seraiwangi Sitrona 1 Agribun,
Sitrona 2 Agribun, dan seraiwangi 1....................................
28
Gambar 5 Buah dan komponen Buah Kelapa Dalam Sumbawa Mastutin ........................................................................................
29
Gambar 6 Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA
2010-2015 ......................................................................
29 Gambar 7 Pertanaman tebu dengan sistim juring ganda (PKP 135+50
cm) di kabupaten Blora.......................................................
33
Gambar 8 Teknologi aplikasi bahan organik dengan pelarut P dan K pada kopi robusta..............................................................
34
Gambar 9 Pengemasan entres kopi robusta ....................................... 35
Gambar 10 Proses fermentasi biji kakao .............................................. 36 Gambar 11 Pembentukan embrio somatik sekunder dari potongan
kotiledon embrio somatik primer pada media yang
mengandung BA (A) dan adenine (B)..................................
38 Gambar 12 Perkecambahan embrio somatik sekunder (A), dan Planlet
dengan daun yang mirip kotiledon (B).................................
38
Gambar 13 Tanaman kakao hasil perbanyakan melalui embriogenesis somatik..............................................................................
38
Gambar 14 Perlakuan penyambungan (A) Pengukuran panjang tunas hasil sambungan (B) Tunas hasil sambungan dengan panjang 40 cm (C) dan Tunas hasil sambungan yang telah berbunga
41
Gambar 15 Alat pengepres minyak kopra putih....................................... 44 Gambar 16 Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2015....... 45 Gambar 17 Proses pembuatan formula biofungisida berbahan aktif
Trichoderma......................................................................
46 Gambar 18 Cara aplikasi formula biofungisida pada bibit dan pohon
karet................................................................................. 47
Gambar 19 a. Bahan baku bioselulosa/nata .......................................... b. Edible film bioselulosa/nata ............................................
49
Gambar 20 a. Biodegradable film dengan penambahan kalium sorbat dan
VCO; b. Reaksi hidrolisis enzimatis dalam shaker water bath.................................................................................. 49
Gambar 21 Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya
saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2010-2015................................................................................ 50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
vi
Halaman
Gambar 22 Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan (ton) TA 2010-2015...................................................................................
52
Gambar 23 Trend Capaian Budset Tebu 2013-2015 ............................... 53 Gambar 24 Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA
2010-2015......................................................................... 55
Gambar 25 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jenis Belanja TA 2015.....................................
58
Gambar 26 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Satker 2015....................................................
58
Gambar 27 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Output Litbang T.A 2015 ................................
59 Gambar 28 Realisasi anggaran Puslitbang Perkebunan T.A 2012-2015
..........................................................................................
59 Gambar 29 Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Satker TA 2015 ..............................................
60
Gambar 30 Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2015 ... 60
Gambar 31 Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2015 .........................................................
62
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan ...................... 62
Lampiran 2 Rencana Strategis Tahun 2015-2019 ................................. 63
Lampiran 3 Rencana Kinerja Tahun 2015 .............................................. 64
Lampiran 4 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 .......................................... 65
Lampiran 5 Data Curah Hujan di KP. Muktiharjo-PATI tahun 2015 ......... 68
Lampiran 6 Data Curah Hujan di KP. Muktiharjo-PATI tahun 2014 ......... 70
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
viii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Visi dan Misi Puslitbang Perkebunan selaras dengan Visi dan Misi Balitbangtan
2015-2019 yang mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, dengan
memperhatikan dinamika lingkungan strategis, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta kondisi yang diharapkan pada tahun 2019. Visi Puslitbang
Perkebunan adalah menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian
terkemuka didunia dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri
tropika berkelanjutan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi sebagai
berikut : (1) Mewujudkan inovasi pertanian bioindustri tropika unggul berdaya
saing berbasis Advanced Technology dan Bioscience, Bioengineering, teknologi
responsif terhadap dinamika perubahan iklim, dan aplikasi teknologi informasi
serta peningkatan scientific recognition dan; 2) Mewujudkan Spektrum
Diseminasi Multi Channel (SDMC) untuk mengoptimalkan pemanfaatan inovasi
pertanian bioindustri tropika unggul serta peningkatan impact recognition.
Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2015-2019 adalah : (1)
Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan
peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya: varietas unggul tanaman perkebunan, teknologi budidaya tanaman
perkebunan; produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah tanaman
perkebunan; benih unggul tanaman perkebunan dan plasma nutfah tanaman
perkebunan; 2) Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan
sebagai bahan kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya
adalah tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan;
3) Meningkatkan diseminasi penelitian perkebunan kepada pengguna yang
sasarannya adalah : meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, meningkatnya
penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna dan terjalinnya
kerjasama dengan stakeholder.
Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra
Litbang Pertanian 2015-2019 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan
pertanian 2015 – 2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
ix
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan
mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek.
Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya
penelitian yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan
institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung
pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang
Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan.
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2015, secara umum dapat
dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, 5 target
indikator kinerja utama mencapai bahkan melampau targetnya/diatas 100%
(sangat berhasil) dan 1 (satu ) indikator sasaran yaitu benih sumber, tidak
semua jenis komoditas benih sumber terelalisasi sesuai target. Salah satu
komoditas benih sumber, yaitu tebu hanya terealisasi 47 % (tidak berhasil).
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja 5
sasaran tersebut, diantaranya adalah : 1) Ketersediaan sumberdaya manusia,
baik tenaga fungsional peneliti, teknisi litkayasa dan tenaga administrasi yang
memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3)
Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel
; dan 5) Dukungan sarana dan prasarana penelitian. Ketidaberhasilan capaian
indikator benih sumber tebu disebabkan karena faktor alam, yaitu musim
kemarau yang panjang selama tahun 2015 yang menyebabkan pertumbuhan
tanaman tebu menjadi terhambat (buku tebu memendek, tunas
menghitam/mati). Kondisi tersebut membuat tanaman tebu tidak memenuhi
syarat untuk dijadikan benih.
Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi
hambatan dan permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang adalah:
(1) Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, (2) Persiapan
pelaksanaan kegiatan secara matang; (3) Merevisi dokumen perencanaannya
secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah
direncanakan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang sedng
berjalan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansiial.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
1
I. PENDAHULUAN
Tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No. 43/Permentan/OT.110/10/2015 adalah melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan dan program, serta pelaksanaan penelitian dan
pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah :
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan
evaluasi dibidang penelitian dan pengembangan perkebunan;
b. Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian dan
pengembangan perkebunan;
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan inovasi dibidang
perkebunan; dan
d. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan
Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang yaitu Bidang Program
dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, dan satu
Bagian Tata Usaha, Kelompok Fungsional Peneliti, serta didukung oleh empat
Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas yang menjadi
mandatnya, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman
Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
(Balittri).
Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No. 62-65/ Permentan/
OT.140/10/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Lingkup
Puslitbangbun, tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan
penelitian tanaman rempah dan obat; tanaman palma; tanaman pemanis dan
serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai
menyelenggarakan fungsi sesuai komoditas penelitiannya sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan
plasma nutfah;
b. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan
fitopatologi;
c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis;
d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;
e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan
persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak
bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan
pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas
tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya
tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan
sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2015, disajikan pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Sampai dengan TA 2015 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 732 pegawai
yang terdiri dari 49 orang S3, 80 orang S2 dan 193 orang S1, 31 orang
SM/D3, 6 orang D2, 2 orang D1 serta 361 orang SLTA ke bawah. Berdasarkan
jabatannya sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan
diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3)
Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, (6) Pranata Humas, dan (7)
Fungsional Umum.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut Pendidikan
pada tahun 2015
Unit Kerja
S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah
Kantor Pusat
10 4 16 6 3 1 41 81
Balittro 20 18 61 12 2 - 143 266
Balittas 9 26 61 7 - - 74 177
Balit Palma 5 17 25 2 1 - 56 106
Balittri 5 15 30 4 - 1 47 102
Jumlah 49 80 193 31 6 2 361 732
Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya
pada tahun 2015
Unit Kerja
Peneliti
Tek. Litkayas
a
Pustaka-wan
Pranata komput
er
Ar-sipari
s
Pranata
Humas
Fungsional
Umum
Jumlah
Kantor
Pusat
14 - 4 1 2 60 81
Balittro 64 49 2 - 1 1 149 266
Balittas 55 25 - - 2 1 94 177
Balit Palma 31 11 - - - 64 106
Balittri 38 21 1 - 1 41 102
Jumlah 202 106 7 1 6 2 408 732
Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 415 orang. Jumlah tersebut
cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup
Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi litkayasa dan fungsional lainnya).
Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak untuk
mencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengan tenaga
penunjangnya sehingga perencanaan SDM sebaiknya mempertimbangkan
komposisi tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
Keragaan peneliti berdasarkan bidang kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2015 disajikan pada Tabel 3. Bidang keahlian yang terbanyak di
lingkup Puslitbang Perkebunan adalah hama dan penyakit tanaman (57), disusul
oleh pemuliaan dan genetika tanaman (52), budidaya tanaman (51), serta
teknologi pasca panen (19) dan ekonomi pertanian (12). Bidang kepakaran yang
paling sedikit adalah sistem usahatani pertanian serta teknologi pertanian dan
mekanisasi (masing-masing 2). Hal ini karena sistem usahatani lebih banyak
dilaksanakan di BPTP karena sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedepan
pengusulan sekolah (S2 dan S3) pada masa yang akan datang hendaknya
mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-masing balai penelitian.
Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup
Puslitbang Perkebunan 2015
No Bidang Keahlian Kantor Pusat
Balittro Balittas Balit Palma
Balittri JML
1 Budidaya Tanaman
3 18 12 6 12 51
2 Ekonomi Pertanian
2 3 4 1 2 12
3 Fisiologi Tanaman
- 3 3 - 1 7
4 Hama dan Penyakit Tanaman
4 23 15 8 7 57
5 Pemuliaan dan Genetika
Tanaman
3 14 14 10 11 52
6 Teknologi Pasca
Panen
1 3 6 5 4 19
7 Teknologi
Pertanian dan Mekanisasi
1 - 1 - - 2
8 Ekonomi Sumberdaya
- - - - - -
9 Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah
- - - - - -
10 Kimia Analitik Lainnya
- - - - - -
11 Bioteknologi Pertanian
- - - - - -
12 Sistem Usaha Pertanian
- - - 1 1 2
Jumlah 14 64 55 31 38 202
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
Pada tahun 2015, peneliti yang masih sekolah berjumlah 35 orang dengan
bidang ilmu: manajemen sumberdaya lahan dan lingkungan; entomologi;
microbial biotechnology; phytopathology; pemuliaan tanaman; ilmu tanah;
teknologi hasil penelitian; plant biotechnology; socio environment energy,
teknologi benih; dan agro teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti
tugas belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.
Sumberdaya Sarana dan Prasarana. Dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana yang digunakan untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan,
Laboratorium, dan Rumah Kaca.
Laboratorium. Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium
sudah terakreditasi.
Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkup Puslitbang Perkebunan tersebar
di 18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan
tersebut, terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut
yaitu KP Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani,
yaitu KP Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas).
Status kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP
yang pinjam pakai.
Rumah Kaca. Puslitbangbun mempunyai 37 Rumah Kaca (Masing-masing 15 RK
di Balitro, Balittas 7, Balit Palma 3, dan 12 RK di Balitri).
Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan
positif pemerintah terhadap kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan
inovasi teknologi yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun
demikian, masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk
peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas unggul
berdaya saing yang bersifat untuk kepentingan petani. Perkembangan
penganggaran lingkup Puslitbang Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat
pada Tabel 4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
Tabel 4. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2015 (Dalam Juta
Rupiah)
Tahun
Anggaran
Jenis Belanja Total
pegawai Barang Modal
2010 36.908 47.271 18.635 102.814
2011 39.830 41.681 38.657 120.168
2012 43.630 48.849 5.209 98.688
2013 48.771 51.242 33.660 135.674
2014 49.891 47.034 14.311 111.236
2015 54.152 49.310 13.512 117.847
Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai
manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi
pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan
kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang
berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi
perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek
berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan medium term
expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang
Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah
operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak);
(2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI (3)
Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan
Pelaksanaan SPI.
Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan
anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring dan Evaluasi secara
berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses
pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang
dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan
pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien.
Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAPKIN, SIMMONEV dan
Laporan Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev
2015-2019 mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak), dan Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang
sampai tingkat UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang,
dan (3) Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk
mengukur Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan
setiap UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan
utama serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap
triwulan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
2. 1. Perencanaan Strategis 2015-2019
Mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis yang
dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode 2015-
2019, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah dan
eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat terwujud,
terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan penetapan
Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang Perkebunan TA 2015-2019 sebagai
pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatannya,
diharapkan kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien,menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif, sesuai kebutuhan
pengguna, dan berkelanjutan.
Visi dan Misi Puslitbang Perkebunan selaras dengan Visi dan Misi Balitbangtan
2015-2019 yang mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, dengan
memperhatikan dinamika lingkungan strategis, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta kondisi yang diharapkan pada tahun 2019.
Visi. Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka
didunia dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri tropika
berkelanjutan.
Misi. Mewujudkan inovasi pertanian bioindustri tropika unggul berdaya saing
berbasis advanced technology dan bioscience, bioengineering, teknologi
responsif terhadap dinamika perubahan iklim, dan aplikasi teknologi informasi
serta peningkatan Scientific Recognition dan Mewujudkan Spektrum Diseminasi
Multi cChannel (SDMC) untuk mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian
bioindustri tropika unggul serta peningkatan impact recognition.
Tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai Puslitbang
Perkebunan adalah sebagai berikut:
a. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan
peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya: varietas unggul tanaman perkebunan, teknologi budidaya
tanaman perkebunan; produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
tanaman perkebunan; benih unggul tanaman perkebunan dan plasma nutfah
tanaman perkebunan
b. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan
Kebijakan Pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan
c. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna yang
sasarannya adalah : meningkatnya publikasi hasil penelitian, meningkatnya
penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna dan terjalinnya
kerjasama dengan stake holder.
Kebijakan Litbang Perkebunan
Arah kebijakan dan strategi litbang kedepan disusun dengan mempertimbangkan
sasaran pembangunan pertanian 2015–2019 melalui peningkatan penguasaan
dan pengembangan IPTEK yang inovatif, efisien,dan efektif dengan
mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan IPTEK
dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan. Kebijakan
tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian secara
optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain, baik nasional
maupun internasional.
Kegiatan Penelitian Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan mencakup kelompok tanaman rempah, tanaman obat,
tanaman palma, tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman penyegar, dan
tanaman industri lainnya. Kegiatan litbang perkebunan difokuskan pada
pemecahan masalah utama komoditas unggulan nasional guna mendukung
program strategis Kementerian Pertanian, terutama untuk mewujudkan
kemandirian pangan dan penyediaan bahan bakar nabati untuk kemandirian
energi.
Kegiatan litbang perkebunan diarahkan pada: (1) perakitan varietas unggul dan
teknologi budidaya pendukungnya, (2) pengembangan produk olahan berupa
formula dan teknologi proses, dan (3) sintesa kebijakan untuk memberikan
masukan dalam pembangunan perkebunan nasional. Perakitan varietas unggul
tanaman perkebunan tahunan (kelapa sawit, karet, kelapa, sagu, aren, kakao,
kopi, teh, kina, lada, jambu mete, cengkeh) untuk menghasilkan varietas yang
mempunyai sifat genjah dan umur ekonomis panjang, tahan OPT, toleran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
cekaman abiotik (kering, basah), produktivitas tinggi, dan kadar minyak tinggi
untuk tanaman penghasil biofuel, minyak atsiri, dan minyak nabati. Perakitan
varietas unggul tanaman pemanis (tebu) untuk menghasilkan varietas/galur/klon
dengan produktivitas dan rendemen gula tinggi. Perakitan varietas tanaman
serat untuk mencapai produktivitas tinggi dan mutu serat sesuai kebutuhan
industri tekstil dan pencetakan uang kertas. Perakitan varietas unggul tembakau
untuk menghasilkan varietas dengan kadar nikotin rendah. Kegiatan perakitan
varietas unggul dilakukan dengan pendekatan pemuliaan konvensional
(persilangan) maupun inkonvensional (iradiasi, molekuler, transgenik). Perakitan
teknologi budidaya diarahkan untuk mendukung budidaya varietas unggul yang
telah dihasilkan, mencapai produktivitas dan mutu hasil optimal, antisipasi
terhadap perubahan lingkungan biotik dan abiotik, dan mendukung
pengembangan komoditas di daerah sub optimal. Pengembangan produk olahan
berupa formula dan teknologi proses diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah
dan daya saing komoditas. Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan bakar
nabati, litbang perkebunan berorientasi pada pemanfaatan hasil dan limbah
tanaman perkebunan dalam sistem bioindustri, termasuk mengintegrasikan
tanaman perkebunan dengan tanaman lain dan ternak. Sintesa kebijakan yang
bersifat responsif dan antisipatif fokus mendukung pencapaian target
Kementerian Pertanian dan pengembangan komoditas tanaman perkebunan.
Kegiatan litbang perkebunan selain dilaksanakan pada laboratorium dan Kebun
Percobaan, juga melibatkan partisipasi stake holder dalam bentuk laboratorium
lapang.
2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Sasaran dan indikator kinerja utama Puslitbangbun 2015-2019 dapat dilihat
pada Tabel 5.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
Tabel 5. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Puslitbangbun 2015-2019
NO SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA (satuan)
TARGET TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
1 Tersedianya
Varietas Unggul
Jumlah varietas
unggul (varietas)
7 7 8 6 8
2 Tersedianya Teknologi Budidaya
Jumlah teknologi budidaya (teknologi)
23 16 17 17 18
3 Tersedianya Teknologi
Diversifikasi dan Peningkatan Nilai
Tambah/ Produk
Jumlah produk / formula
(produk)
4 5 4 4 3
4 Tersedianya dan tersalurkanya benih sumber
Jumlah benih sumber:
Kelapa (butir) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Jahe, kunyit, kencur, temulawak, tembakau, kapas, wijen, jarak kepyar,
jarak pagar, kenaf dan rosela (kg)
35.400 38.450 44.500 52.100 58.500
Lada, nilam, seraiwangi, teh (setek)
405.000 415.000 525.000 535.000 625.000
Cengkeh, jambu mete, pala
(pohon)
60.000 80.000 100.000 100.000 130.000
Kopi dan kakao
(batang) 20.000 25.000 30.000 35.000 35.000
Kopi Robusta dan karet (entres)
100.000
200.000
560.000 560.000
560.000
Tebu (budset G2) 3.000.00
0
3.000.00
0
3.000.00
0
3.000.00
0
3.000.000
Rami (Rhyzome) 100.000 100.000 100.000 150.000 150.000
5 Rekomendasi Kebijakan
Rekomendasikebijakan (rekomendasi)
6 6 6 6 6
6 Model Bioindustri
Model Bioindustri berbasis Perkebunan (model/teknologi)
5 0 0 0 0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
2.3. Rencana Kinerja Tahunan T.A. 2015
Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Puslitbang Perkebunan Tahun
Anggaran 2015, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target
yang akan dicapai pada TA 2015, sebagai berikut:
Tabel 6. RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2015
No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target
1. Terciptanya varietas unggul
tanaman perkebunan dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada
berkelanjutan
a. Jumlah varietas
unggul b. Jumlah benih
sumber: - Kelapa
- Jahe, kunyit, kencur, temulawak,
tembakau, kapas,wijen, jarak kepyar, jarak pagar,kenaf dan
rosela - Lada,nilam,serai
wangi, teh
- Cengkeh, jambu mete, pala
- Kopi Arabika - Kopi Robusta dan
karet - Benih tebu (G2) - Rami
7 varietas
375 ton
35.400 kg
405.000 setek
60.000 pohon
750.000 biji 100.000 entres
3.000.000 budset 100.000 rhizome
2. Terciptanya inovasi teknologi
budidaya , pengendalian OPT dan produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman
perkebunan
a. Jumlah Teknologi
budidaya b. Jumlah teknologi
diversifikasi produk/formula
23 teknologi
4 produk
3. Terciptanya bahan
rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia
Jumlah rekomendasi
kebijakan perkebunan
6 rekomendasi
4. Model bio-industri Model bio-industri berbasis perkebunan
5 model teknologi
2.4. Penetapan Kinerja TA 2015
Dalam dokumen Penetapan Kinerja Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran
2015, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan
dicapai dan jumlah anggaran pada TA 2015, sebagai berikut (Tabel 7).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
Tabel 7. Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2015
NO SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Tersedianya Varietas Unggul
Tanaman Perkebunan
Jumlah varietas unggul tanaman perkebunan
7 Varietas
2 Tersedianya Teknologi Budidaya Tanaman
Perkebunan
Jumlah teknologi budidaya tanaman perkebunan
23 Teknologi
3 Tersedianya
Teknologi Diversifikasi dan Peningkatan Nilai
Tambah / Produk Olahan
Jumlah produk / formula 4 Produk
4 Tersedianya dan tersalurkanya benih sumber
Jumlah benih sumber:
Kelapa 375 Ton
Jahe, kunyit, kencur, temulawak,
Tembakau, kapas, wijen, jarak kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela
35.400 Kg
Lada, nilam, seraiwangi, teh 405.000 Setek
Cengkeh, jambu mete, pala 60.000 Pohon
Kopi Arabika dan kakao 20.000 Batang
Kopi Robusta dan karet 100.000
Entres
Benih Tebu (G2) 3.000.000
Budset
Rami 100.000 Rizhome
5 Rekomendasi
kebijakan
Rekomendasi kebijakan 6 Rekomendasi
6 Model Bioindustri Model Bioindustri berbasis
Perkebunan
5 Model
/teknologi
Jumlah anggaran semula yang tercantum didalam PK Puslitbang Perkebunan
yang telah ditandatangani adalah sebesar Rp. 119.101.167.000,-. Setelah
mengalami revisi, pada akhir Tahun Aanggaran 2015, anggaran Puslitbang
Perkebunan menjadi Rp. 117.847.275.000,-.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
14
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran
kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.
Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori
keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil :> 100 persen; (2) berhasil : 80 – 100
persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan tidak berhasil : 0 – 59 persen.
3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA
Pada TA 2015, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah
menetapkan 6 (enam) sasaran yang akan dicapai. Keenam sasaran tersebut
selanjutnya diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja. Secara rinci pencapaian
sasaran tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 8 dan uraian berikut:
Tabel 8.Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2015
Berdasarkan tabel diatas, dari 6 indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan,
5 indikator kinerja telah mencapai dan melebihi target yang telah
No
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR
KINERJA TARGET REALISASI %
1 Tersedianya varietas unggul
jumlah varietas 7 varietas 11 varietas 157
2 Tersedianya Teknologi budidaya
Jumlah teknologi budidaya
23 teknologi 23 teknologi 100
3 Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai
tambah/produk olahan
Jumlah teknologi olahan
4 Produk 7 Produk 175
4 Tersedianya Benih Sumber
Jumlah Benih - Kelapa -Jahe, kunyit, kencur,
temulawak, Tem-
bakau, kapas, wijen, jarakkepyar, jarakpagar, kenafdanrosela
- Lada, nilam, teh, seraiwangi
- Cengkeh, jambumete, pala
- Kopi Arabika dan Kakao
- Kopi Robusta dan karet
- Rami - Tebu
375
35.400
405.000
60.000
20.000 100.000
100.000
3.000.000
ton kg
setek pohon
batang entress rhyzome
budset
376
41.751
553.550
74.350
30.000 106.277
200.000
1.402.880
ton kg
setek pohon
batang entress rhyzome
budset
100 118
137
124
150 106
200
4
5 Tersedianya rekomendasi kebijakan
Jumlah kebijakan 6 kebijakan 6 kebijakan 100
6 Tersedianya Model Bioindustri
Jumlah Model Bioindustri
5 model 5 Model 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
15
ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil). Sedangkan 1 (satu indikator) yaitu
jumlah benih sumber yang dihasilkan tidak seluruhnya tercapai. Benih sumber
tebu mencapai 47% dari targetnya(tidak berhasil).
Dalam upaya pencapaian sasaran, pengukuran kinerja dilakukan melalui
pemantauan dan evaluasi yang rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga
output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai dengan
melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari
luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang
Pertanian seperti Perguruan Tinggi,
2. Mewajibkan kepada seluruh penanggung jawab kegiatan untuk
menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan,
semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan
setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalah-
masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika
ditemukan ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran,
dapat langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan
dan sasaran tidak terganggu.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
4. Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi
proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.
5. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang
Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output penting,
laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan
Litbang Pertanian setiap triwulan.
6. Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi
anggaran secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui
Simonev (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39
Tahun 2009)
7. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu
sistem untuk menjamin/memberi keyakinan memadai agar
penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
16
tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan
negara secara handal, mengamankan asset negara mendorong ketaatan
terhadap peraturan peraturan perundang-undangan.
1.1. 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang
berdaya saing
Pada TA 2015, Puslitbang Perkebunan mentargetkan dapat melepaskan 7
varietas unggul baru tanaman perkebunan. Sampai dengan akhir TA 2015 telah
terealisasi pelepasan 11 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 157%).
Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2015 beserta keunggulannya adalah
sebagai berikut:
KOPI
1. Liberoid Meranti 1 (LIM 1)
Varietas unggul kopi Liberoid Meranti 1 (LIM 1) merupakan hasil seleksi
pada populasi kopi Liberoid di Desa Kedaburapat Kecamatan Rangsang Pesisir
Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Kopi tersebut memiliki rata-rata
produksi 2,37 kg biji kering/pohon/tahun atau setara dengan 1,69 ton biji
kering kopi/ha dengan jumlah populasi 714 tanaman. Selain itu, varietas kopi
LIM 1 juga memiliki keunggulan toleran penyakit karat daun dan agak toleran
sampai tahan terhadap hama penggerek buah kopi (Gambar 1). Dari sisi cita
rasa, varietas ini berhasil memperoleh nilai kesukaan (preferensi) berkisar
antara 80 – 84,25 atau rata-rata 82,28. Dengan demikian, varietas kopi LIM
1 memiliki mutu citarasa “excellent”. Tingkatan mutu tersebut merupakan
yang tertinggi untuk cita rasa kopi. Varietas ini juga adaptif di lahan sup
optimal (gambut) dengan tipe iklim A.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
17
Gambar 1. Penampilan Varietas Unggul Kopi LIM 1
2. Kopi Liberoid Meranti 2 (LIM 2)
Varietas Kopi Liberoid Meranti 2 (LIM 2) juga merupakan hasil seleksi
pada populasi kopi Liberoid di desa Kedaburapat Kecamatan Rangsang Pesisir
Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau (Gambar 2). Kopi ini memiliki
buah yang besar dan memiliki potensi produksi 2,78 kg biji kopi/pohon/tahun
atau setara dengan 1,98 ton biji kopi/ha dengan jumlah populasi 714
tanaman. Varietas ini memiliki ketahanan terhadap penyakit karat daun dan
hama penggerek buah kopi. Sama halnya dengan varietas LIM 1, varietas LIM
2 juga adaptif di lahan sup optimal (gambut) dengan tipe iklim A. Nilai
citarasa dari varietas kopi LIM 2 mencapai 84,50 sehingga dapat
dikategorikan memiliki mutu “excellent”.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
18
Gambar 2. Penampilan Varietas Unggul Kopi LIM 2
TEMBAKAU
3. Prancak S1 Agribun
Produktivitas 0,781 ton/ha; kadar nikotin 2,4. Moderat tahan terhadap
Ralstonia solanacearum; sangat rentan terhadap Phytopthora nicotianae;
mempunyai kesesuaian dengan daerah lahan sawah di Madura
4. Prancak S2 Agribun
Produktivitas 0,663 ton/ha; kadar nikotin 2,6 Moderat tahan terhadap
Ralstonia solanacearum; sangat rentan terhadap Phytopthora nicotianae;
mempunyai kesesuaian dengan daerah lahan sawah di Madura
5. Prancak T1 Agribun
Produtivitas 0,692 ton/ha; kadar nikotin 2,6. Moderat tahan terhadap
Ralstonia solanacearum; sangat rentan terhadap Phytopthora nicotianae;
mempunyai kesesuaian dengan daerah lahan tegal di Madura
6. Prancak T1 Agribun
Produktivitas 0,687 ton/ha; kadar nikotin 2,2; sangat rentan terhadap
Ralstonia solanacearum dan Phytopthora nicotianae; mempunyai kesesuaian
dengan daerah lahan tegal di Madura
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
19
PRANCAK S1
AGRIBUN
PRANCAK S2
AGRIBUN
PRANCAK T1
AGRIBUN
PRANCAK T2
AGRIBUN
Gambar 3. Penampilan Varietas Unggul Tembakau Prancak S1, S2, T1 dan T2
LADA
7. Malonan 1
Varietas ini berasal dari Kalimantan Timur.Produksi tinggi, berbuah sepanjang
tahun, potensi produksi 2,17 ton/ha lada putih, ukuran buah besar, umur
masak buah 8 bulan, relatif toleran terhadap busuk pangkal batang.Jumlah
bulir/malai 40,8 ± 9,81; jumlah malai/cabang produksi 12,2 ± 5,54; panjang
malai 8,6±1,53; rata-rata produksi buah 2,94 kg/pohon; rata-rata produksi
lada putih 0,57 kg/pohon, dan estimasi produksi lada putih 2,17 ton/ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
20
8. Ci’inten
Varietas Ci’inten berasal dari Sukabumi. Rata-rata produksi buah segar
per pohon lada varietas Ci’inten 5,70 kg/pohon dan menghasilkan lada putih
1,95 kg dan lada hitam 2,57 kg/pohon. Mutu lada varietas ini lebih baik dari
varietas pembanding Petaling 1, baik pada kadar minyak atsiri, oleoresin
maupun piperin. Kadar minyak atsiri lada varietas Ci’inten yang diproses
menjadi lada putih 2,62 %, lada hitam 2,93 %, kadar oleoresin lada putih
12,14 % dan lada hitam 13,59 %, dan kadar piperin lada putih 3,85 %, dan
lada hitam 4,29 %. Sedangkan pada Petaling 1, kadar minyak atsiri 2,79 %,
oleoresin 8,06 % dan piperin 3,19 % (lada putih) dan untuk lada hitam kadar
minyak atsiri 2,83 %, oleoresin 13,55 % dan piperin 4,17 %. Kadar minyak
atsiri dan piperin varietas Ci’inten memenuhi standar mutu SNI, ASTA, ESA,
IPC dan ISO. Varietas ini menunjukkan karakteristik morfologi yang berbeda
dari varietas unggul lada yang sudah dilepas, pada panjang malai, jumlah
buah per malai, bobot malai, persentase buah sempurna dan ukuran buah
serta biji. Jumlah buah per malai dan persentase buah sempurna yang tinggi,
menjadikan lada varietas ini lebih efisien dalam biaya panen. Untuk
mendapatkan satuan berat yang sama pada lada ini memerlukan jumlah
malai yang dipetik hanya 1/3 kali sampai ½ kali dari jumlah malai yang harus
dipetik pada varietas Petaling 1. Hasil uji ketahanan terhadap penyakit BPB
secara in vitro menunjukkan intensitas serangan < 5 %, setara dengan
Natar 1 dan Petaling 2 (varietas unggul moderat tahan), sehingga lada
varietas Ci’inten dikategorikan moderat tahan.
SERAIWANGI
9. Varietas Sitrona 1 Agribun
Varietas ini menunjukkan produksi daun basah dan daun kering angin,
produksi minyak, kadar sitronella dan kadar geraniol yang stabil, diatas rata-
rata umum dan mampu beradaptasi pada semua lingkungan. Keunggulan
varietas Sitrona 1 Agribun yaitu produksi daun basah 7,791 g/rumpun/th,
produksi daun kering angin 4,862 gram/rumpun/th, produksi minyak 506,93
kg/ha/th, kadar minyak 2,15%, kadar Sitronela 54,54%, Geraniol 85,24%.
Saran pengembangan pada dataran medium.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
21
10. Varietas Sitrona 2 Agribun
Varietas Sitrona 2 Agribun merupakan salah satu dari 9 nomor harapan
yang Keunggulan harapan Seraiwangi 004, produksi daun basah 8,797
gram/rumpun/th, produksi daun kering angin 3,995 gram/rumpun/th,
produksi minyak 508,94 kg/ha/th, kadar minyak 2,59%, kadar Sitronela
55,92 %, kadar Geraniol 89,91% berpotensi sebagai calon varietas unggul
yang mempunyai daya hasil tinggi. Saran pengembangan pada dataran
medium dan kondisi iklim seperti di Kabupaten Purwakarta. Varietas
seraiwangi ini mulai dikembangkan di Kalimantan dan Sumbawa Barat.
Gambar 4. Bentuk tajuk dan batang seraiwangi Sitrona 1 Agribun, Sitrona 2 Agribun, dan seraiwangi 1
KELAPA
11. Kelapa Dalam Varietas Mastutin
Kelapa Dalam Varietas berasal dari Desa Labuan mapin Kecamatan Alas
barat Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Varietas ini
mempunyai keunggulan tangkai tandan buah pendek sehingga kuat
menahan buah yang banyak, dan tahan kering sampai 5 bulan musim
kemarau, serta berpotensi sebagai sumber minyak nabati
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
22
Gambar 5. Buah dan komponen Buah Kelapa Dalam Sumbawa Mastutin
Gambar 6. Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2010-2015
Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan ber fluktuasi selama
enam tahun terakhir, yaitu mencapai 133, 120, 100, 90, 140, dan 157 % sejak
tahun 2010 - 2015. Tidak tercapainya target varietas pada tahun 2013
6
10
6
10 1078
12
69
1411
133%120%
100%90%
140%157%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Target Realisasi %tase2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
23
dikarenakan tidak lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala
kebijakan pemerintah untuk tidak menambah varietas unggul baru tembakau
(Gambar 6).
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2015 Puslitbang Perkebunan telah
memiliki sebanyak 4.734 aksesi komoditas perkebunan penting, yang secara
rinci disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan Strategis 2015
No Komoditas Jumlah Aksesi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kelapa 84 87 87 87 87
2 Pinang 38 38 38 38 38
3 Sagu 17 20 20 20 19
4 Aren 14 14 14 14 14
5 Kakao 0 230 235 235 236
6 Kopi 0 255 260 265 269
7 Karet 0 50 50 50 50
8 Teh 0 40 40 45 45
9 Tebu 485 485 600 750 792
10 Kapas 851 851 851 841 841
11 Tembakau 1.295 1.295 1.360 1.360 1.370
12 Bunga matahari 70 75 75 78 78
13 Agave 11 11 24 25 25
14 Cengkeh 13 18 22 78 127
15 Jambu mete 1 178 186 186 216
16 Pala 45 48 56 62 386
17 Lada 4 97 104 108 141
Jumlah 2.928 3.792 4.022 4.242 4.734
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
24
Sasaran 2 : Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan
Pada TA 2015 Puslitbang Perkebunan mentargetkan untuk menghasilkan
teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak 23 teknologi, dan telah
terealisasi sebanyak 23 teknologi (tingkat keberhasilan 100%) sebagai berikut:
TEBU
1. Penetapan Rekomendasi Pemupukan Berbasis Analisis Tanah di
Beberapa Lokasi Pengembangan Tebu
Efisiensi pupuk NPK (berbasis status hara tanah) dan meningkatkan
produktivitas dan rendemen pada tebu varietas Bululawang (BL) di Malang
pada tanah type inseptisol. Peningkatan dosis pupuk nitrogen 0 menjadi 140
kg N/ha meningkatkan produktivitas dari 147,95 ton/ha menjadi 168, 10
ton/ha dengan rendemen 10,82 menjadi 11,26. Dosis pupuk pospat 0
menjadi 45 P2O5 kg/ha meningkatkan produktivitas dari 170,28 ton/ha
menjadi 173,5 ton/ha dengan rendemen 10,97 menjadi 1,68 dan kalium 0
menjadi 120 K2O kg/ha meningkatkan produksi 149,58 ton/ha menjadi
178,20 ton/ha.
2. Teknologi Pembuatan dan Pemanfaatan Biochar dari Serasah Tebu
untuk Perbaikan Kualitas Lahan Berpasir
Lahan berpasir merupakan bagian dari lokasi pengembangan tebu di Jawa
Timur bagian timur. Produktivitas tebu yang dapat dicapai pada lahan ini
cukup potensial bahkan untuk varietas tertentu bisa mencapai produksi
diatas 100 ton/ha. Teknik pembuatan biochar tebu dengan cara
memanaskan biomassa tebu dalam kondisi tanpa oksigen atau oksigen
terbatas dengan suhu < 700 0C (system pyrolysis). Pemberian biochar 10
t/ha meningkatkan kadar C organik tanah berpasir sebesar 37%, sehingga
meningkatkan status C organik tanah dari kategori sangat rendah menjadi
rendah.
3. Penelitian Optimasi Pemupukan pada Sistem Tanam Juring Ganda untuk Meningkatkan Produktivitas dan Rendemen Tebu
Perbaikan sistem tanam yang dapat dilakukan adalah mengatur tata letak
tanaman sehingga dalam satuan luas areal pertanaman dapat ditambah
populasi tanaman tanpa mengurangi laju pertumbuhannya. Sistem tanam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
25
juring ganda merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sistem tanam
tersebut. Puslitbang Perkebunan telah merekomendasikan penggunaan
sistem tanam juring ganda dengan PKP 50/135 cm. Sistem tanam juring
ganda tersebut mampu meningkatkan jumlah populasi tanaman sebesar
40% dan produktivitas sebesar 29,2% dari sistem tanam juring ganda PKP
130 cm. Pada sistem tanam juring ganda bibit ganda (50/170) cm dan
pemberian dosis pupuk dari 6 Phonska + 5 ZA (standar) menjadi 9.6
Phonska + 8 ZA (1.6 x) mampu meningkatkan produksi tebu dari 55,74
menjadi 66,29 ton/ha atau peningkatan sebesar 18,93 %.
4. Validasi Kesesuaian Varietas Tebu dengan Tipologi Lahan di Jawa Timur
Validasi kesesuaian tipologi lahan dengan tekstur berat (B) pada lahan
tadah hujan (H) dan dranase lancar (L) dengan tipe kemasakan varietas
tebu menunjukkan bahwa varietas tebu tipe kemasakan awal bila ditanam
tepat waktu menghasilkan produktivitas sama dengan varietas masak
lambat pada lahan dengan tipologi BHL dengan tingkat produktivitas (92,98-
109,28 ton/ha). Varietas tebu dengan tipe kemasakan awal sampai awal
tengah menghasilkan produktivitas tebu 93-96 ton/ha menggunakan
varietas PS 881, Cenning, dan PSJK 922, dan varietas tengah lambat sampai
lambat menghasilkan produktivitas tebu 105-109 ton/ha menggunakan
varietas VMC-7616 dan PSDK 923. Produksi hablur tertinggi varietas masak
awal 8,46 ton/ha (PS 881), varietas awal tengah 8,66 ton/ha (PSJK 922),
varietas tengah lambat 9,07 ton/ha (VMC 76-16), dan varietas lambat 9,40
ton/ha (PSDK 923).
5. Pengendalian Penyakit Utama pada Tanaman Tebu Ratoon Cane (RC-1)
Pada tanaman pertama (PC) diperoleh bahwa perlakuan bibit dengan air
panas (HWT) 520C selama 45 menit meningkatkan kesehatan tanaman
tebu. Intensitas penyakit pokkahboeng dan mosaik cenderung lebih
rendah. Kombinasi HWT, chemoterapi, dan kultur jaringan dapat
meningkatkan efektivitas mengeliminasi patogen. Sistem tanam juring
ganda (50/175 cm) maupun tunggal tidak memberi pengaruh terhadap
serangan penyakit.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
26
6. Pengendalian Hama Uret pada Tanaman Tebu
Penggunaan Karbofuran dosis formulasi 40 kg/ha paling efektif dibanding
dengan penggunaan nematode jamur Metarhizium anisopliae 50 kg/ha,
Steinernema 200 juta NEP/ha, ampas biji mimba 250 kg/ha, dan abu ketel
10 ton/ha. Karbofuran diaplikasikan bersamaan tanam tebu ditaruh di
lubang tugal dan diurug tanah. Jamur Matarhizium efektivitasnya lebih
rendah dibanding karbofuran. Aplikasinya sama dengan karbofuran.
7. Teknologi Juring Ganda Dan Juring Tunggal Di Beberapa Kabupaten Di Indonesia
Produktivitas tebu dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, teknik
budidaya yang diterapkan, dan lingkungan selama pertumbuhan tanaman
tebu. Potensi varietas akan dapat dioptimalkan bila tebu dipelihara dengan
baik mengikuti standar budidaya tebu, pada kondisi lingkungan yang sesuai.
Penerapan sistem tanam juring ganda dengan PKP (135 + 50) cm di 15
lokasi penelitian, dipadukan dengan teknik budidaya tebu yang baik meliputi
penggunaan varietas-varietas unggul yang sesuai lokasi pengembangan,
pemberian bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 3 – 5 ton/per
hektar, ditambah pupuk an organic berupa pupuk NPK 800 – 1000 kg/Ha,
diikuti pemeliharaan intensif meliputi pengendalian gulma, pembumbunan,
dan klenthek, dapat meningkatkan produktivitas tebu sebesar 4 – 38 %
dibandingkan dengan menggunakan sistem tanam juring tunggal (PKP 135
cm). Lokasi-lokasi tersebut meliputi kabupaten Gorontalo, Blora, Langkat,
Cirebon, Lampung, Majalengka, Lamongan, Pati, Sidoarjo, Ogan Komering
Ilir, Pasuruan, Klaten, Bantul, dan Deli Serdang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
27
Gambar 7. Pertanaman tebu dengan sistim juring ganda (PKP 135+50 cm)
di kabupaten Blora
KOPI
8. Teknologi pemupukan organik dengan pelarut P dan K pada tanaman kopi robusta
Penggunaan pupuk buatan serta input lainnya secara besar-besaran
menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan ekosistem sehingga
menurunkan kualitas tanah maupun tanaman. Tanah yang rendah tingkat
kesuburannya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan kelompok mikrobia
indigeneus pelarut fosfat melalui peningkatan kelarutan pupuk P yang
diberikan maupun senyawa P yang tertinggal sebagai residu tanah.Mikroba
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
28
pelarut P mampu berperan melepaskan ikatan P tersebut dan
menyediakannya bagi tanaman. MPF yang potensial memiliki kemampuan
melarutkan unsur hara P antara lain Bacillus dan Aspergillus. Inokulasi MPF
mampu meningkatkan berat biomass dan serapan hara N, P, dan K.
Pemberian pupuk NPK dengan interval tiga kali dan mikroba sebanyak 20
gr/th dapat meningkatkan ketersediaan hara K dan Ca sebesar 25 %.
Penggunaan pupuk hayati pelarut P dan K dan berbagai sumber bahan
organic pada kopi asal setek berakar dapat mengurangi penggunaan pupuk
kimia sebesar 25%.
Gambar 8. Teknologi aplikasi bahan organik dengan pelarut P dan K pada
kopi robusta
9. Teknologi pengemasan dan penyimpanan entres kopi robusta
untuk meningkatkan viabilitas benih
Lokasi sumber benih dengan tempat perbanyakan benih menjadi sebuah
kendala pada penyediaan bahan tanam kopi robusta terutama dalam
bentuk entres. Salah satu faktor pembatas keberhasilan distribusi entres
kopi adalah tingkat kesegarannya. Semakin cepat entres mengalami
penurunan kesegarannya maka akan semakin cepat entres tersebut
kehilangan daya tumbuh. Hal ini dapat diatasi dengan mengemas entres
dalam bahan pembungkus yang tepat agar kelembaban dan kesegaran
entres kopi robusta dapat terjaga dengan baik. Fungsi pengemasan entres
kopi selama distribusi adalah untuk melindungi entres kopi dari panas, sinar
ultraviolet, benturan, maupun kontaminasi mikroba yang dapat merusak
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
29
dan menurunkan mutu entres. Peningkatan lama simpan entres kopi
tersebut akan membantu penyediaan entres untuk perbanyakan kopi
robusta secara vegetatif, yaitu penyetekan dan penyambungan.
Teknik pengemasan entres kopi rosbuta dengan menggunakan pengemas
plastik+ koran + superabsorbent polyacrylamide polymer (3g/L air) mampu
mempertahankan viabilitas entres kopi robusta sebesar 75% walaupun telah
melewati masa distribusi entres selama ± 10 hari pada suhu 35-40OC.
Gambar 9. Pengemasan entres kopi robusta
10. Teknologi Percepatan Perbanyakan Kopi Robusta melalui Stek berakar
Modifikasi media tanam, persemaian dan zat pengatur tumbuh mampu
mempercepat penyediaan bibit kopi asal stek berakar dari 6 bulan menjadi 4
bulan
KAKAO
11. Teknologi fermentasi biji kakao basah dengan waktu yang lebih
singkat
Salah satu upaya untuk mempercepat proses penguraian gula pada pulpa
biji kakao pada proses fermentasi dapat dilakukan dengan menambahkan
mikroba yang dapat membantu percepatan penguraian gula pada pulpa,
salah satunya Rhizopus sp.. Penggunaan Rhizopus sp. sebanyak 1% dari
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
30
berat biji kakao basah sebagai agens fermentasi dapat mempersingkat
waktu fermentasi yang tadinya membutuhkan waktu selama 5-7
hari menjadi 3 hari. Selain itu penggunaan Rhizopus sp. ini lebih mudah
dalam hal aplikasi serta mudah didapatkan.
Fermentasi dilakukan di dalam pot plastik berwarna hitam yang berlubang
pada bagian bawahnya. Kemudian dimasukkan biji kakao basah sebanyak
±3 kg ke dalam pot tersebut setelah itu ditambahkan Rhizopus sp. sebanyak
1% dari berat biji kakao. Setelah diaduk rata bagian atas pot tersebut
ditutup dengan menggunakan karung goni dan dilakukan pengadukan 2 hari
sekali.
Biji kakao kering yang telah difermentasi dengan menggunakan Rhizopus
sp. sebanyak 1% menghasilkan rerata kadar lemak sebesar 32%. Dan hasil
uji belah menghasilkan biji kakao dengan warna coklat sempurna lebih
banyak (73%), biji slaty (4%) dan biji berjamur yang lebih sedikit (9%).
Gambar 10. Proses fermentasi biji kakao
12. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Utama Tanaman Kakao Ramah Lingkungan Menggunakan Pestisida Nabati dan Pestisida
Hayati.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) kakao yang banyak ditemukan di
sentra-sentra produksi kakao di Indonesia adalah hama Penggerek Buah
Kakao (PBK) dan Helopeltis sp. Serta penyakit busuk buah kakao.
Pengendalian yang dilakukan petani umumnya masih menggunakan
pestisida kimiawi yang seringkali mempunyai dampak negatif terhadap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
31
lingkungan dan kesehatan. Untuk itu perlu diupayakan satu cara
pengendalian yang efektif dan aman terhadap lingkungan, yaitu
menggunakan pestisida nabati dan pestisida hayati.
Pengendalian hama utama kakao dengan penggunaan pestisida nabati dan
pestisida hayati yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan 2 minggu
sekali dikombinasikan dengan pemangkasan tanaman kakao dan tanaman
penaung, pembuatan rorak diantara tanaman kakao dan pemupukan
dengan pupuk kandang mampu menurunkan tingkat serangan/ kerusakan
hama PBK dan Helopeltis sp. Pada buah kakao serta menghasilkan produksi
buah yang dipanen lebih banyak dibanding kontrol.
13. Teknologi Perbanyakan Kakao Melalui Induksi Embriogenesis Somatik Sekunder
Induksi embriogenesis somatik sekunder dimaksudkan untuk meningkatkan
faktor multiplikasi, yang dilakukan menggunakan eksplan kotiledon dari
embrio somatik primer. Hasil penelitian menunjukkan, perbanyakan melalui
embrio somatik sekunder pada kakao dapat meningkatkan faktor
multiplikasi sebesar 8 -37 kali dibanding melalui embrio somatik primer,
tergantung genotype.
Perbanyakan varietas Sca6, ICS 13, dan UIT 1 menggunakan eksplan
staminoid, dengan media induksi kalus primer yang diberi ZPT, kinetin dan
media induksi kalus sekunder WPM + 2,4-D + kinetin, menghasilkan
sejumlah planlet yang telah berhasil diaklimatisasi, dengan tingkat
keberhasilan yang bervariasi, dan tertinggi pada varietas Sca. Perbanyakan
varietas Sca 6 melalui induksi embrio somatik sekunder menghasilkan
sejumlah planlet dengan variasi keragaman sebesar 6,3 %. Masih
diperlukan upaya optimasi perkecambahan untuk meningkatkan persentase
keberhasilan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
32
Gambar 11. Pembentukan embrio somatik sekunder dari potongan kotiledon embrio somatik primer pada media yang mengandung BA (A) dan adenine (B)
Gambar 12. Perkecambahan embrio somatik sekunder (A), dan Planlet
dengan daun yang mirip kotiledon (B).
Gambar 13. Tanaman kakao hasil perbanyakan melalui embriogenesis somatik
A B
B A
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
33
KEMIRI SUNAN
14. Percepatan Umur Produksi Tanaman Kemiri Sunan Melalui Teknik Penyambungan Tanaman Kemiri Sunan Secara umum tanaman yang berasal dari biji tanpa disambung memiliki
habitus yang tinggi dengan orientasi pertumbuhan tajuk ke atas, sedang
tanaman hasil sambungan memiliki orientasi
pertumbuhan tajuk melebar dengan tanaman yang lebih pendek sehingga
memudahkan operasional panen. Selain itu tanaman hasil sambungan
memiliki umur mulai produksi lebih cepat dibanding tanaman asal biji.
Teknik yang diterapkan adalah sambung pucuk dengan bentuk sambungan
berbentu “V”/lancip ke bawah karena pertautan sambunganya lebih baik
disbanding sambung miring. Penyambungan dilakukan pada batang bawah
saat berumur 4 bulan.
LADA
15. Teknologi Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada dengan Trichoderma sp.
Penyakit busuk pangkal batang lada yang disebabkan oleh Phytophthora
capsici merupakan penyakit utama pada tanaman lada. Aplikasi agens
hayati berupa Trichoderma sp. sejak dari bibit/setek, dilanjutkan dengan
aplikasi pada tanaman lada di lapangan dapat menekan perkembangan
penyakit sampai 36,3%. Agens hayati ini diformulasikan dalam bentuk cair
dan tepung sehingga mudah dikemas dan transportasikan.
Keunggulan agens hayati Trichoderma sp. ini adalah (a) perbanyakannya
mudah dan dapat dlaksanakan di laboratorium yang memiliki fasilitas
standar, mudah diaplikasikan, dan ramah lingkungan; (b) mendukung
budidaya lada organik.
16. Teknologi Pengendalian Pengisap buah lada melalui Penggunaan pestisida nabati berbahan baku tanaman rempah dan obat.
Dassinus piperis adalah kumbang pengisap buah lada yang sangat
merugikan. Pengendalian hama ini bisanya menggunakan insektisida
sintetik. Alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dapat dilakukan
dengan menggunakan formula pestisida nabati mengandung minyak
seraiwangi. Aplikasi formula pada konsentrasi 5 ml/l mampu
mengendalikan D. piperisdi lapang. Keberhasilan pengendalian mencapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
34
89,29%. Formula pestisida formula seraiwangi ini dapat dicampur dengan
insektisida sintetik. Aplikasi formula seraiwangi (2,5 ml/l) dengan
insektisida sintetik Fention 500 EC (1 ml/l) hasilnya sama dengan
penyemprotan insektisida pada konsentrasi rekomendasi (2 ml/l). Oleh
karena itu, penggunaan campuran formula seraiwangi (1 ml/l) dengan
insektiisida Fention 500 EC (1ml/l) dapat pengurangi penggunaan insektisida
sintetik sebanyak 50%.
Keunggulan inovasi teknologi pengendalian hama ini adalah (a) ramah
lingkungan, (b) mengurangi pengunaan jumlah insektisida, dan (c) tidak
berbahaya terhadap musuh alami, seperti parasitoid telur A. dasyni. Oleh
karena itu, di sekitar pertanaman lada dianjurkan untuk menanam vegetasi
bunga, seperti A. gangetica, sebagai sumber nektar/pakan sehingga dapat
menunjang kehidupan parasitoid.
PALA
17. Teknologi Graffting Pala Di Lapangan
Masalah utama dalam budidaya tanaman pala adalah belum adanya
kepastian bahwa pohon jantan dan betina di lapangan karena jenis kelamin
tanaman pada tahap bibit tidak bisa dipastikan.Oleh karena itu, apabila
tanaman pala sudah besar maka salah satu teknik supaya rasio tanaman
jantan dan betina terpenuhi maka perlu dilakukan penyambungan pada
cabang tanaman pala yang ada dengan entres yang diambil dari induk
pohon jantan atau betina. Teknik ini disebut penyambungan atau grafting
in situ. Dengan melakukan teknik grafting ini maka rasio tanaman pala
jantan/betina terpenuhi sehingga produksi buah pala terjamin.
Keberhasilan teknik grafting pada tanaman pala betina sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman jantan, tetapi persentase keberhasilannya
tidak berbeda secara nyata.Penyambungan dapat dilakukan pada cabang
primer yang ada di dekat batang utama/pokok atau cabang lainnya di dekat
pucuk. Penyambungan dengan entres berumur 2 bulan cukup baik yaitu
lebih dari 70%. Laju pertumbuhan tunas hasil grafting pada cabang primer
bagian atas lebih cepat dibandingkan di cabang primer di bagian bawah
ditandai dengan keluarnya bunganya, baik pada pohon betina maupun pada
pohon jantan. Pembungaan dan pembentukan buah pala lebih banyak
berada di percabangan primer bagian bawah dibandingkan bagian atas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
35
Waktu penyambungan terbaik dilakukan pada sore hari karena kondisi
lingkngan lebih teduh sehingga tingkat penguapan pada bagian entres lebih
rendah.
Gambar 14. Perlakuan penyambungan (A) Pengukuran panjang tunas hasil sambungan (B) Tunas hasil sambungan dengan panjang 40 cm; dan (C ) Tunas hasil sambungan yang telah berbunga
NILAM
18. Teknologi Deteksi dan Pengendalian Virus Nilam
Penyakit virus mosaik merupakan salah satu masalah penting yang dapat
menurunkan produksi nilam karena daun daun nilam menjadi kerdil.Upaya
untuk mendeteksi virus mosaik pada bibit setek nilam sangat penting untuk
mengurangi penyebaran dan kejadian virus di lapangan. Teknik deteksi
virus mosaik menggunakan antiserum khusus secara tissue blot immune
assay (TBIA) dan dot immune binding assay (DIBA) cukup efektif.
Selanjutnya, tanaman nilai di lapangan perlu dilindungi dari infeksi virus
mosaik dan vektornya dengan menyemprotan larutan pestisida nabati,
seperti formula minyak seraiwangi atau minyak cengkeh dengan konsentrasi
0,7%. Aplikasi formula minyak seraiwangi atau cengkeh dapat
menghambat 70-90% serangan virus mosaik (Tabel 3). Keunggulannya
inovasi teknologi yang dihasilkan adalah (a) Dapat mendeteksi dini virus
mosaik pada bibit nilam secara cepat, dan (b) Ramah lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
36
JAHE
19. Teknologi Penyimpanan Benih Jahe
Ketersediaan benih jahe pada saat yang tepat sering terkendala karena
tidak tersedianya jumlah benih yang sehat. Banyak jenis hama/penyakit
terbawa benih jahe. Hama/penyakit tersebut dapat dibawa dari lapangan
karena tanaman jahenya terserang hama/penyakit, atau berkembang di
dalam gudang penyimpanan jahe. Di samping itu, selama penyimpanan
biasanya benih rimpang jahe akan bertunas; apabila pertunasannya terlalu
panjang akan menurunkan mutu benih. Untuk itu perlu teknologi
penanganan benih jahe yang tepat selama penyimpanan. Hail penelitian
penyimpanan jahe pada suhu terkendali (18-22oC) dalam kondisi gelap
mampu mempertahankan mutu benih rimpang jahe selama 4 bulan. Di
samping itu, perlakuan benih jahe dengan zat pengatur tumbuh, seperti
paklobutrazol 3.000 ppm, dapat menghambat terjadinya pertunasan selama
penyimpanan. Namun, botot benih rimpang jahe masih menyusut dan
jamur kontaminan benih masih cukup banyak.
20. Teknologi Pengendalian Terpadu Hama Penyakit PadaJahe
Hama dan penyakit pada tanaman jahe cukup banyak. Satu di antaranya
adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh bakteri (Rastonia
solanacearum), jamur(Fusarium sp.) dan nematoda (Meloidogyne sp.).
Melalui pendekatan teknik budidaya secara terintegrasi, yaitu sistem
tumpangsari (jagung, cabe/bawang daun), perlakuan tanah (mulsa plastik,
bubur bordo 2%) dan perlakuan benih (pestisida) sebelum ditanam, dapat
menekan perkambangan patogen di lapangan sehingga kerusakan rimpang
berkurang dan kehilangan hasil menjadi minimal.
KELAPA
21. Teknologi pembuatan VCO dari kopra putih dengan metode kering
Unit proses terdiri dari unit pengeringan sistem oven dengan suhu
terkendali agar diperoleh kopra putih. Unit penggilingan (penghancuran
kopra putih) dan unit pengepresan (pemisahan minyak dan ampas dari
hancuran kelapa) menggunakan peralatan spesifik yakni komponen bahan
yang kontak langsung dengan bahan yang diolah mengunakan stainless
steel, untuk meminimalkan terjadinya proses oksidasi terhadap bahan olah.
Kapasitas olah sekitar 20 kg hancuran kopra putih / jam.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
37
Proses pengolahan harus berlangsung cepat, untuk menghindari proses
fermentasi/pembusukan daging buah. Bahan baku adalah buah kelapa
dalam matang umur 11-12 bulan. Proses pengeringan dengan sistem oven,
pengeringan pada suhu 55-60 oC selama 28-30 jam. Penggilingan dan
pengepresan menggunakan alat penggilingan dan pengepresan spesifik
seperti diuraikan pada unit proses.
Minyak yang dihasilkan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni:
Kelompok 1 (berpeluang sebagai VCO) ; kadar air 0,05-0,07 %, kadar FFA
0,05-0,08 %, bilangan peroksida 0,11-0,14 mg ek/kg, dan warna minyak
jernih. Kelompok 2 (minyak goreng); kadar air > 0,07 %, kadar FFA 0,10-
0,12 %, bilangan peroksida 0,15-0,17 mg ek/kg, dan warna minyak kuning
muda. Standar mutu VCO, menurut APPC (2005) yakni kadar air 0,1-0,3 %,
FFA kurang dari 0,5 %, bilangan peroksida kurang dari 3, berwarna jernih
seperti air, bebas dari bau asing dan tidak rasa tengik.
Keunggulan teknologi:
Tidak menggunakan air proses.
Kepraktisan dalam proses pengolahan produk minyak/VCO, hemat
tenaga kerja dan energi.
Limbah (ampas kelapa) sudah matang siap digunakan sebagai pakan
ternak.
Kegunaan:
Perbaikan mutu kopra dan peningkatan nilai tambah komoditas kelapa
dan pendapatan petani, melalui kelompok tani/gabungan kelompok tani.
Pemberdayaan kelompok tani/gabungan kelompok tani pada pengolahan
produk minyak kelapa/VCO sistem mekanis yang efisien.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
38
Gambar 15. Alat pengepres minyak kopra putih.
22. Teknologi Perbanyakan Serangga Polinator Elaedobius kamerunicus Pada Kelapa Sawit
Teknik perbanyakan Elaedobius kamerunicus dengan menggunakan pakan
bunga jantan kelapa sawit. Perbanyakan dilakukan di laboratorium dengan
menjaga kelembaban supaya bunga jantan kelapa sawit tetap segar.
Keunggulan teknologi:
Perbanyakan serangga pollinator Elaedobius kamerunicus dengan ketahanan
serangga di siklus hidup di lab sama dengan siklus hidup Elaedobius
kamerunicus di alam.
Kegunaan teknologi ini dapat meningkatkan produksi kelapa sawit
23. Pemanfaatan Mikroorganisme Antagonis Pengendali Phytophthora Palmivora Penyebab Penyakit Busuk Pucuk Kelapa (BPK) Dan Gugur Buah Kelapa (GBK) Pada Tanaman Kelapa
Pemanfaatan cendawan Aspergillus flavus dan Penicillium pinophillum untuk
pengendalian patogen Phytophthora palmivora merupakan salah satunya
pendekatan pengendalian hayati yang ramah lingkungan. Kedua cendawan
tersebut diisolasi dari tanah dan perakaran tanaman kelapa melalui teknik
pengenceran.Hasil uji penghambatan secara in vitro menunjukkan bahwa
kedua cendawan tersebut berpotensi sebagai agens pengendali hayati
dengan persentase penghambatan > 50% pada media V8 yang merupakan
media selektif untuk patogen P. palmivora.Sementara itu, pengujian
cendawan antagonis pada buah dapat mencegah perkembangan patogenP.
palmivora secara signifikan jika cendawan antagonis diaplikasikan sebelum
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
39
ada gejala. Kedua cendawan antagonis tersebut dapat ditumbuhkan pada
media padat dengan memanfaatkan limbah debu sabut.Komposisi media
terdiri dari debu sabut, jagung, vermikulit dan kaolin.
Keunggulan teknologi ini karena Ramah lingkungan dan mengurangi
limbah debu sabut. Dan kegunaannya untuk mengendalikan patogen
Phytophthora palmivora sehingga dapat menekan kehilangan hasil karena
serangan penyakit Busuk Pucuk Kelapa (BPK) dan Gugur Buah Kelapa (GBK)
pada tanaman kelapa.
Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama lima tahun
menunjukkan realisasi capaian teknologi berfluktuasi dari tahun ke tahun,
dengani realisasi selalu mencapai target/100% atau bahkan melampaui target
(sangat berhasil)
Gambar 16. Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2015
Sasaran 3: Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai
tambah/produk olahan
Teknologi diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman
perkebunan, pada TA 2015 ditargetkan sebanyak 4 produk/teknologi dan
terealisasi sebanyak 7 produk (realisasi fisik mencapai 175%). Rincian Teknologi
diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan
yaitu:
15
2519 17
45
2322 2519
30
46
23
147%
100% 100%
176%
102% 100%
-20%
30%
80%
130%
180%
0
10
20
30
40
50
Target Realisasi %tase2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
40
1. Biofungisida dengan bahan aktif Trichoderma untuk pengendalian
penyakit jamur akar putih (JAP) pada karet.
Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus
microporus dan Rigidoporus lignosus menginfeksi sejak di pembibitan
sampai tanaman karet di lapang.Pengendalian dengan menggunakan
biofungisida berbahan aktif Trichoderma dapat mencegah dan menekan
infeksi JAP di pembibitan sampai 90%, serta menekan infeksi pada
pohon karet di lapang.
Pembuatan biofungisida: Biakan murni Trichoderma virens dan Trichoderma
amazonicum pada media potato dextrose agar (PDA) disiapkan sebagai
inokulum. Lima potong inokulum diameter 0,4 cm diinokulasikan pada
media ekstrak kentang gula (EKG) steril 5 liter dalam galon ukuran 10 liter.
Perbanyakan Trichoderma pada media cair menggunakan rangkaian
fermentor sederhana, dan diinkubasi selama 5-7 hari. Sebanyak 500 ml
dengan kerapatan 108 spora/ml dicampurkan pada 1 kg talc steril pada
loyang (1:2), dan dikeringanginkan.
Gambar 17. Proses pembuatan formula biofungisida berbahan aktif
Trichoderma Cara aplikasi biofungisida pada bibit karet adalah dengan membuat lubang
disekeliling bibit dengan kedalaman ± 7 cm. Kemudian biofungisida
ditaburkan sebanyak 50 g dan ditutup kembali dengan media tanam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
41
(Gambar 14a). Sedangkan pada pohon karet diaplikasikan dengan membuat
lubang alur disekeliling pohon karet dengan kedalaman ± 10 cm dan
berjarak 50 cm dari leher akar. Biofungisida ditaburkan disekeliling pohon
dan lubang alur ditutup kembali (Gambar 14b). Untuk tindakan pencegahan
terhadap penyakit JAP, biofungisida dapat diaplikasikan sebelum tanam,
baik di pembibitan maupun di lapang.
Gambar 18. Cara aplikasi formula biofungisida pada bibit dan pohon karet
2. Pupuk K slow release untuk meningkatkan rendemen tebu
Pupuk K slow release berbentuk granule dan tablet dengan potensi K
tersedia hingga 6-9 bulan setelah aplikasi dengan dosis 180 kg K2O/ha.
Formulasi ini diharapkan sesuai dengan pola kebutuhan hara K pada
tanaman tebu mulai awal tanam hingga saat pengisian sukrosa, sehingga
dapat meningkatkan rendemen tebu. Pupuk KSR Tablet 10 gram dengan
press tekanan piston hidrolis dan hasilnya dapat memenuhi kriteria
kekerasan.
3. Bioinsektisida berbasis jamur Metarhizium anisopliae pengendali
hama karet
Metarhizium anisopliae mampu membunuh uret besar (instar III) 80-90%
pada skala laboratorium. Jamur M. anisopliae ini belum diformulasi (WP,
EC, dsb.) karena masih dalam tahap uji kompatibilitas (kesesuaian) dengan
bahan-bahan lain (tanah, pupuk kandang, insektisida kimia) yang berpotensi
meningkatkan efektivitasnya terhadap hama uret. Belum dilakukan
penelitian yang mengarah pada produktivitas dan efisiensi karena masih
dalam tahap uji potensi terhadap hama sasaran di laboratorium dan semi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
42
lapangan (pot). Dosis aplikasi di lapangan belum diteliti. Dosis di
laboratorium untuk kematian uret 80-90% sekitar 500 mg konidia untuk
setiap uret dan setiap 100 g media tanah steril, sedangkan dosis efektif
pada uji semi lapangan (pot) adalah 200 g (konidia jamur + medianya) per
1 kg media tanah steril. Hasil isolasi jamur Metarhizium anisopliae dari
hama uret tebu, Lepidiota spp. yang dibiakkan pada media potato dextrose
agar (PDA).
4. Perbaikan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Eugenol untuk
Mengendalikan Nilaparvata lugens Stahl.
Deskripsi Teknologi : Pestisida nabati berbahan aktif eugenol yang
digunakan untuk mengendalikan Nilapartava lugens Stahl (wereng batang
coklat) pada tanaman padi, dihasilkan dari teknologi ultra partikel. Bahan
baku yang digunakan, yaitu bunga cengkeh, digiling sampai berukuran ultra
partikel dalam bentuk pasta. Ukuran pasta bunga cengkeh yang didapatkan
adalah rata-rata 228,1 nm dengan distribusi mayoritas 90% yang berukuran
291,0 nm dan termasuk dalam kriteria ultra partikel. Hasil uji bioassay
menunjukkan bahwa formula ultra partikel bunga cengkeh dosis 2 ml/l
memberikan mortalitas lebih dari 50%. Dengan pengecilan ukuran bunga
cengkeh sampai dengan ultra partikel, terjadi peningkatan kadar eugenol
dari 67 menjadi 77%. Terdapat 16 formulasi pestisida nabati dengan 3
surfaktan berbeda.Dari hasil uji bioassay, terdapat 8 formula yang dapat
menyebabkan mortalitas N. lugens di atas 50% di rumah kaca. Pada tahap
pengujian lapang, diperoleh satu formula (Cengkeh:Det = 25:25) yang
dapat mengakibatkan mortalitas N. lugens> 50%. Sementara itu, formula
pestisida nabati berbahan atsiri lain yang efektif terhadap N. lugens adalah
serai wangi.
Kegunaan : dapat digunakan untuk mengendalikan N. lugens yang ramah
lingkungan
5. Formula Edible Film Berbahan Baku Bioselulosa Dari Nata De Coco
Pengolahan edible film berbahan baku bioselulosa dari air kelapa dapat
menghindari penggunaan asam asetat. Inovasi yang dilakukan yaitu melalui
penundaan air kelapa selama 2-6 hari menyebabkan pH air kelapa menjadi
4,4 – 4,5. Kondisi ini sesuai untuk pertumbuhan bakteri pembentuk
bioselulosa yaitu Acetobacter xylinum.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
43
Teknologi pengolahan edible film dari nata decoco merupakan teknik yang
ramah lingkungan karena memanfaatkan air kelapa yang selama ini belum
banyak dimanfaatkan.
Kegunaan: sebagai kemasan alternatif yang dapat dimakan.
Target pengguna:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengolah
air kelapa menjadi bioselulosa, meskipun air kelapa telah ditunda
beberapa hari sehingga petani dapat menjadi pemasok bahan baku
bioselulosa untuk diolah lebih lanjut oleh industri bahan makanan.
Petani yang memiliki areal pertanaman kelapa, petani pengolah
minyak goreng/kopra, pelaku industri rumah tangga yang berdekatan
dengan pasar yang menjual kelapa butiran dan industri pengolahan
desiccated coconut.
Gambar 19. Bahan baku bioselulosa/nata dan Edible film bioselulosa/nata
Gambar 7c.
Gambar 7d.
Gambar 20 a. Biodegradable film dengan penambahan kalium sorbat dan
VCO;b. Reaksi hidrolisis enzimatis dalam shaker water bath
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
44
6. Formula Biodegradable Film Berbahan Pati Sagu
Pengolahan biodegradable film menggunakan bahan tambahan Virgin
Coconut Oil (VCO) dan kalium sorbat.Kedua bahan tersebut terbukti
memiliki sifat antimikroba.Dapat digunakan sebagai kemasan aktif
7. Teknik Hidrolisis VCO Menjadi Asam Lemak
Hidrolisis menggunakan enzim lipase dari Rhizomucon miehei. Hidrolisis
dilakukan dalam sheler waterbath suhu 500C selama 24 jam menghasilkan
asam lemak bebas sebanyak 37,10 %. Keunggulan teknologi dari yang
sebelumnya karena hidrolisis menggunakan enzim lebih ramah lingkungan.
Kegunaan tknologi hidrolisis karena dapat menghasilkan asam lemak bebas
untuk produksi asam lemak rantai medium
Trend capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan
tanaman perkebunan selamaTA 2010-2015 menunjukkan capaian selalu sama
dengan atau diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana disajikan pada Gambar
21.
Gambar 21. Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2010-2015
Sasaran 4 : Tersedianya Benih Sumber
Indikator kinerja sasaran “Benih Sumber” tanaman perkebunan dicapai melalui
kegiatan Pengelolaan UPBS, capaian benih sumber adalah sebagai berikut:
12 13 11 147 4
34
2218 20
7 7
283%
169% 164%143%
100%
175%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Target Realisasi %tase
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
45
Tabel 10. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2015
No Komodoitas Jumlah Produksi Satuan
1 Kelapa 375 ton
2 Jahe 23.100 kg
3 Kencur 750 kg
4 Kunyit 5.834 kg
5 Temulawak 4.647 kg
6 Kapas 1.290 kg
7 Rosella 2.800 kg
8 Wijen 470 kg
9 Jarak kepyar 2.100 kg
10 Jarak pagar 760 kg
11 Nilam 153.550 setek
12 seraiwangi 400.000 setek
13 Vanili 15.000 Pohon
14 Lada 25.000 Pohon
15 Cengkeh 1.850 Pohon
16 Jambumete 2.500 Pohon
17 Pala 30.000 Pohon
18 Kopi dan Kakao 30.000 batang
19 Kopi Robusta dan karet 106.277 entres
20 Rami 200.000 Rhyzom
Jumlah Benih Sumber Berdasarkan satuan
375 ton
41.751 kg
553.550 setek
74.350 pohon
30.000 batang
106.277 entress
200.000 rhyzome
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
46
Trend capaian benih sumber tanaman perkebunan dalam satuan ton selama lima
tahun terakhir mencapai angka diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana
disajikan pada Gambar 18 berikut:
Gambar 22. Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan (ton) TA 2010-2015
Gambar 23. Trend Capaian Budset Tebu (juta) 2013-2015
260 263 340 341 421 410
317371
418
500426 411
122%
141%
123%
147%
101% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
100
200
300
400
500
600
Target Realisasi %tase
2010 2011 2012 2013 2014 2015
2,5
5
3 32,5
10
31,4
100%
200%
120%
47%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
Target Realisasi %tase
2012 2013 2014 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
47
Untuk target bibit tebu sebanyak 3.000.000 budset, telah
terealisasi sebanyak 1.402.880 budset (capaian 47 %). Tidak tercapainya
target budset tebu karena musim kemarau yang panjang pada Tahun 2015
yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tebu tidak normal (buku
tanaman pendek, beberapa tunas mati/menghitam), sehingga tidak dapat
dijadikan benih. Pada lokasi kegiatan KP Muktiharjo dan KP Ngemplak sejak
pertengahan bulan Mei 2015 sudah tidak turun hujan sampai awal bulan
Desember 2015 (Lampiran 5). Hal ini disebabkan dampak dari el nino yang
kuat. Tanaman tebu adalah tanaman yang banyak memerlukan air terutama
pada awal pertumbuhan jika kekurangan air pertumbuhannya akan
terhambat. Menurut Paridjo (2014), selain memberikan pengaruh terhadap
produksi tanaman pertanian, musim kering atau El Nino yang terjadi setiap
tahun di Indonesia juga memberikan pengaruh terhadap sektor perkebunan
seperti tebu, rendemen menjadi menurun. Gunadi (2015) menambahkan
kekeringan selama lima bulan setelah tanam akan menyebabkan kematian
tanaman tebu demikian juga pada tanaman tebu ratoon, sehingga produksi
akan menurun secara signifikan, sedangkan jika terjadi kekeringan pada fase
vegetatif menyebabkan menurunnya jumlah pucuk, ukuran batang mengecil
menjadikan tanaman mudah roboh dan rendemen rendah.
Sasaran 5 :Tersedianya Rekomendasi Kebijakan.Indikator kinerja sasaran
“Rekomendasi Kebijakan”, dicapai melalui kegiatan Analisa Kebijakan.
Capaian kinerja Analisis Kebijakan per 31 Desember 2015, dari target 6
rekomendasi telah terealisasi sebanyak 6 rekomendasi kebijakan (100%). Judul
Rekomendasi yang dihasilkan Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Studi dampak teknologi unggulan, yang sinopsisnya adalah sebagai berikut:
a. Penelitian pestisida nabati didukung sumberdaya manusia dan fasilitas
yang cukup tapi tidak didukung oleh anggaran yang cukup. Beberapa
kegiatan dikerjasamakan dengan stakeholder.
b. Diseminasi dilakukan bergabung dengan hasil penelitian yang lain
dengan anggaran yang minim. Keberhasilan adopsi oleh penggunanya
sampai saat ini merupakan kerja keras tim penelitinya sendiri dengan
melakukan uji adaptasi di lapangan dengan stakeholder sampai 1 -3 kali.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
48
c. Beberapa formula pestisida nabati telah dipatenkan atau dilisensikan tapi
hanya 2 formula yang diadopsi sampai saat ini dan hanya 1 formula
yang menghasilkan dampak.
d. Dampak penggunaan OrgaNeem terhadap nilai tambah pengusahaan
tembakau sangat kecil, tapi bila tingkat adopsinya mencapai 40% di
Jember, ROI nya terhadap biaya penelitian dan pelatihan cukup besar.
Dampak terhadap kesejahteraan petani cukup terlihat yaitu 4 dari 22
kelompok tani di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember dapat
menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi
2. Percepatan Adopsi Sistem Tanam Juring Ganda Tebu, yang sinopsisnya
adalah sebagai berikut
a. Adopsi sistem tanam juring ganda tebu saat ini masih terbatas pada
petani kooperator P2T3 dengan potensi keberlanjutan sampai kepras ke
tiga.
b. Potensi adopsi sistem tanam juring ganda relatif tinggi pada wilayah
dengan potensi peningkatan hasil signifikan melampaui peningkatan
biaya produksi.
c. Percepatan adopsi sistem tanam juring ganda tebu memerlukan langkah
langkah:
1) pemetaan wilayah dengan kriteria produksi hablur dan biaya
produksi meningkat disertai keuntungan relatif meningkat,
2) modifikasi alat mesin pertanian sesuai kebutuhan sistem tanam
juring ganda disertai penguatan kelembagaannya,
3) memasukkan sistem tanam juring ganda kedalam Pedoman Umum
gerakan Bongkar Ratoon dan Perluasan Areal tebu di Direktorat
Jenderal Perkebunan,
4) (d) insentif input produksi untuk tambahan benih, upah pembuatan
juring dan penanaman tahun pertama (Plant Cane).
3. Akselerasi Swasembada Gula, yang sinopsisnya adalah sebagai berikut
a. Percepatan swasembada gula merupakan gerakan nasional yang
melibatkan/tanggung jawab bersama berbagai stakeholder (Kementrian
terkait, petani dan swasta) bukan tanggung jawab kementan sendiri.
b. Perlunya sinkronisasi dan keterpaduan antara stakeholder agar semua
permasalahan dapat diselesaikan secara bersama-sama dan saling
bersinergi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
49
c. Perlu adanya payung hukum selevel presiden agar para stakeholder
bergerak sesuai domain masing-masing dan terkoordinasi dengan baik.
d. Perlu perbaikan on farm untuk peningkatan produktivitas diantaranya
bongkar ratoon, penggantian varietas terutama untuk masak awal, dan
pemenuhan pupuk berimbang.
4. Pengembangan Bioindustri Berbasis Perkebunan, yang sinopsisnya adalah
sebagai berikut
a. Komoditas perkebunan berpotensi sebagai basis dalam pengembangan
bioindustri mendukung kedaulatan pangan dan energi.
b. Penguasaan komponen teknologi pendukung pengembangan bioindustri
berbasis perkebunan sudah relatif memadai dan telah dilakukan
pengujian model pengembangan untuk beberapa komoditas dan lokasi.
c. Peningkatan nilai tambah pengembangan bioindustri perkebunan
ditentukan oleh optimasi hasil dalam integrasi proses, terutama
keselarasan kapasitas antar subsistem pendukungnya.
5. Up Date Neraca Gula, yang sinopsisnya adalah sebagai berikut
a. Neraca gula tahun 2015 menunjukkan terjadinya defisit produksi GKP
terhadap kebutuhan nasional baik untuk konsumsi langsung, lebih lagi
terhadap kebutuhan gula total.
b. Produksi GKP hanya mencapai 2,49 juta ton, lebih rendah dibanding
tahun 2014 yang mencapai 2,56 juta ton.
c. Anomali iklim (elnino) yang terjadi tahun 2015 menyebabkan penurunan
produktivitas tebu 10%, lebih besar dibanding peningkatan rendemen
5% dibanding pada tahun 2014.
d. Penguatan onfarm berbasis inovasi sangat diperlukan untuk akselerasi
pencapaian swasembada gula.
6. Dukungan Fasilitas bagi Percepatan Adopsi Sistem Juring Ganda, yang
sinopsisnya adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas. Berbasis kepada keterbatasan kemampuan petani, maka
dukungan fasilitas yang diharapkan ada adalah: (1) dukungan
pendanaan, (2) dukungan penyediaan teknologi, dan (3) dukungan
peningkatan kapasitas petani dan lembaga pendukung. Faktor-faktor
penentu adopsi teknologi atau user acceptance dan perilaku penggunaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
50
yang terdiri yaitu: Kinerja yang diharapkan (performance expectancy),
upaya yang diharapka (effort expectancy), pengaruh sosial (social
influence), dan kondisi fasilitas (facilitating conditions).
b. Kecenderungan adopsi sistem juring ganda di tingkat petani diduga akan
tinggi karena teknologi yang ditawarkan memiliki: (1) tambahan
keuntungan, untuk menduga nilai kinerja yang diharapkan (performance
expectancy), (2) efisien, untuk menduga nilai hasil yang diharapkan
(effort expectancy), dan (3) adanya peran kelompok tani, untuk
menduga pengaruh sosial (social influence).
c. Kecenderungan adopsi teknologi yang tinggi tidak secara otomatis akan
mendorong keputusan untuk menerapkan teknologi juring ganda.
Perilaku adopsi akan dipengaruhi oleh adanya dukungan
Trend capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan selama TA 2010-
2015 sesuai dengan target yang telah direncanakan (100%)
Gambar 24. Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-
2015
Sasaran 6: Tersedianyan Model Bioindustri
Indikator kinerja sasaran “Model Biondustri”merupakan indikator kinerja
utama yang baru dan mulai ditargetkan sejak TA 2015. Puslitbang Perkebunan
mentargetkan 5 model Bioindustri pada TA 2015. Realisasi sasaran tersebut
mencapai 5 model (100%). Rincian model yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
56 6 6 6 6
5
9
6 6 6 6
100%
150%
100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
2
4
6
8
10
Target Realisasi %tase2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
51
1. Model Bioindustri Kakao-Ternak Di Kabupaten Bone
Kegiatan model bioindustri kakao-ternak dilaksanakan di sentra kakao
Kabupaten Bone. Pengembangan model ini bekerjasama dengan kelompok
tani kakao Bengo dan Dinas Perkebunan Kabupaten Bone. Pengembangan
model ini bertujuan untuk membangun model pengembangan teknologi
bioindustri kakao di sentra perkebunan kakao rakyat. Kajian yang dilakukan
diantaranya adalah kajian pengolahan kakao hulu dan hilir skala kelompok
tani, pembangunan workshop pengolahan kakao hulu dan hilir, disain dan
pabrikasi prototipe pengolahan kakao hulu dan hilir serta pengolahan limbah
kakao. Penyusunan Standar Operasional Prosedur pengolahan kakao hulu
dan hilir juga dilakukan. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan
model ini adalah:
a. Kepastian produksi biji kakao kering baik dari aspek kuantitas maupun
kualitas dalam kurun waktu tertentu sesuai kesepakatan pemasaran
yang telah dibuat, seperti halnya yang dilakukan oleh eksportir dan
perkebunan besar.
b. Peningkatan nilai tambah yang diperoleh dari biji kakao mutu rendah
melalui proses konversi menjadi produk pasta, lemak dan bubuk kakao.
Terbukanya peluang lapangan kerja baru di pedesaan, pengembangan
industri terkait, peningkatan konsumsi per kapita di dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan terhadap pasar biji kakao kering luar
negeri.
2. Model Bioindustri Tebu-Ternak Di Kabupaten Malang
Pengembangan model model bioindustri tebu-ternak dilaksanakan di sentra
tebu Kabupaten Malang. Pengembangan model bekerjasama dengan
kelompok tani tebu Wajak. Teknologi yang diintroduksi pada model ini
adalah pengolahan gula cair, gula semut, dan gula merah. Untuk
pemanfaatan limbahnya diintroduksi teknologi pengolahan pakan ternak dan
pemanfaatan bagas tebu untuk sumber energi pengolahan gula merah.
3. Model Pengembangan Bahan Bakar Nabati
Model ini dikembangkan di KP Cimanggu, Bogor, dengan tujuan sebagai
display inovasi teknologi bahan bakar nabati yang telah dihasilkan Badan
Litbang Pertanian. Pengembangan model ini dikembangkan dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
52
membangun stasiun bahan bakar nabati. Inovasi teknologi yang ditampilkan
diantaranya teknologi kompresi biogas, produksi biodiesel sistem distilasi
reaktif, dan produksi bioavtur dengan sistem ozonisasi. Beberapa inovasi
teknologi terbaru bahan bakar nabati terus dikembangkan di stasiun
penelitian dan pengembangan ini, seperti inovasi pencairan biogas sistem
kriogenik multistage dan produksi biogasolin kemiri sunan melalui teknologi
perengkahan katalitik.
4. Model Pengembangan Kemiri Sunan Di Lahan Penyangga Waduk
Model budidaya kemiri sunan dengan tanaman sela jagung dan kacang
tanah dikembangkan di lahan penyangga Waduk Jati Gede di Kabupaten
Sumedang. Pengembangan model ini bertujuan memenuhi kebutuhan
bahan baku untuk BBN, tetapi juga mampu meningkatkan indeks
penggunaan lahan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani,
serta dalam jangka panjang mampu mereklamasi lahan-lahan yang
terdegradasi. Tanaman sela jagung dan kacang tanah cukup memberikan
peluang untuk dikembangkan sebagai pola pengembangan kemiri sunan
dengan memanfaatkan lahan diantara kemiri sunan TBM dengan tanaman
pangan dan memberikan kontribusi positif terhadap indeks penggunaan
lahan dan pendapatan.
5. Model Pengembangan Polatanam Kemiri Sunan Dengan Tanaman
Seraiwangi Dan Sorgum Di Lahan Kering Iklim Kering
Penerapan model pengembangan kemiri sunan di lahan kering iklim kering
Kabupaten Ngada Nusa tenggara Timur, dilakukan dengan membangun
demfarm budidaya kemiri sunan dengan tanaman sela sorgum dan
seraiwangi. Tanaman sorgum dibudidayakan diantara tanaman kemiri sunan
yang telah berumur 24 bulan setelah tanam. Kecuali tinggi tanaman,
keragaan tanaman sorgum terlihat relatif seragam dengan tingkat
keragaman 6,67 % - 14,47 %. Produksi biji yang mampu diperoleh
sebanyak 575 kg/ha per musim tanam. Produksi sebesar ini masih jauh di
bawah potensinya yang mampu mencapai produksi 2-2,75 ton per hektar.
Tanaman sela seraiwangi dari varietas G-2 dengan populasi per hektar
sekitar 10.000 rumpun, produksi biomass pada panen pertama (6 bulan
setelah tanam) sebanyak 12,701 ton. Pada kondisi iklim kering di lahan
tersebut, tanaman sela seraiwangi mampu tumbuh dan berproduksi dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
53
baik. Hal ini memberikan peluang yang cukup potensial sebagai tanaman
sela diantara tanaman kemiri sunan untuk menunjang pendapatan petani
selama masa tanaman kemiri sunan belum berproduksi (TBM).
Capaian keenam sasaran dengan enam indikator tersebut diatas masih bersifat
output. karena Puslitbang Perkebunan merupaka Unit Eselon II yang
mempunyai tugas dan fungsi yang menghasilkan output. Meskipun demikian,
Puslitbang Perkebunan juga mempunyai fungsi dalam mendiseminasikan hasil
penelitian. Upaya untuk merintis percepatan penyampaian inovasi hasil penelitian
kepada pengguna, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah
mengupayakan beberapa kegiatan yang terdiri dari :
1. Publikasi Hasil Penelitian
Puslitbang Perkebunan beserta ke empat UPT-nya berusaha untuk
melakukan penyebaran informasi hasil penelitian dan pengembangan
perkebunan melalui terbitan publikasi ilmiah dan populer secara berkala.
Dalam upaya meningkatkan akses informasi hasil penelitian perkebunan,
selain publikasi konvensional juga diperlukan publikasi melalui media masa
baik cetak maupun elektronika.
2. Simposium/ Seminar/Pameran / Lokakarya
Selama TA 2015 Puslitbangbun telah menyelengarakan beberapa kegiatan
seminar/workshop, selain itu Puslitbangbun juga aktif berpartisipasi
mendukung beberapa kegiatan seminar/temu lapang yang dilaksanakan
oleh masing-masing satuan kerja lingkup Puslitbangbun.
3. Kerjasama Penelitian dan Pengembangan
Kerjasama yang telah dilakukan Puslitbangbun selama TA 2015 adalah
kerjasama dalam negeri, dan tidak ada kerjasama dengan luar negeri.
Kegiatan kerjasama dalam negeri yang telah dilaksanakan oleh
Puslitbangbun mencakup kerjasama intern Badan Litbang Pertanian dan
kerjasama dengan pihak swasta maupun institusi pemerintah termasuk
dengan perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
54
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2015, secara umum dapat
dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, 5 target
indikator kinerja utama mencapai bahkan melampau targetnya/diatas 100%
(sangat berhasil) dan 1 (satu ) indikator sasaran yaitu benih sumber, tidak
semua jenis komoditas benih sumber terelalisasi sesuai target. Salah satu
komoditas benih sumber, yaitu tebu hanya terealisasi 47 % (tidak berhasil).
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja 5
sasaran tersebut, diantaranya adalah : 1) Ketersediaan sumberdaya manusia,
baik tenaga fungsional peneliti, teknisi litkayasa dan tenaga administrasi yang
memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3)
Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel
; dan 5) Dukungan sarana dan prasarana penelitian. Ketidaberhasilan capaian
indikator benih sumber tebu disebabkan karena faktor alam, yaitu musim
kemarau yang panjang selama tahun 2015 yang menyebabkan pertumbuhan
tanaman tebu menjadi terhambat (buku tebu memendek, tunas
menghitam/mati). Kondisi tersebut membuat tanaman tebu tidak memenuhi
syarat untuk dijadikan benih.
Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi
hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah:
(1) Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, (2) Persiapan
pelaksanaan kegiatan secara matang; (3) Merevisi dokumen perencanaannya
secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah
direncanakan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdayafinansiial
3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Pagu dana yang dikelola Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis
(Balittro, Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada TA 2015 semula adalah
sebesar Rp. 119.101.167.000,-. Pada akhir tahun setelah mengalami beberapa
revisi anggaran Puslitbang Perkebunan menjadi Rp. 117.847.275.000,-,
Alokasi anggaran Jenis Belanja, satker dan output pada TA 2015 disajikan pada
gambar 25, 26 dan 27 berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
55
Gambar 25. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jenis Belanja TA 2015
Gambar 26. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Satker TA 2015
Pegawai46%
Operasional12%
Non operasional
30%
Modal12%
P-Bun29%
Balittro24%
Balittas20%
Balitpalma14%
Balittri13%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
56
Gambar 27. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Output Litbang TA 2015
Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2015 mencapai
98,39% (sebesar Rp. 115.950.401.000,- dari pagu sebesar Rp.
117.847.275.000,-). Realisasi anggaran pada tahun 2015 ini lebih besar
dibandingkan periode yang sama pada tahun anggaran yang lalu, per 31
Desember 2014 yang mencapai 97,48% (sebesar Rp. 108.433.082.278,- dari
pagu sebesar Rp. 111.963.629.000,-).
Realisasi keuangan Puslitbang Perkebunan selama tiga tahun terakhir
menunjukkan peningkatan dalam persentasi. Pada TA 2012 serapan anggaran
mencapai 94,18%, TA 2013 mencapai 97,42%, TA 2014 mencapai 97,48%, dan
TA 2015 ini mencapai 98,39% (Gambar 28). Hal ini menunjukkan kinerja
keuangan yang semakin baik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
57
Gambar 28. Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2012-2015 (dalam juta rupiah)
Gambar 29. Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Satker TA 2015 (dalam juta rupiah)
Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2015, berturut-turut dari
satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma adalah:
97,37%, 99,51%, 99,96%, 97,69 dan 97,99% (Gambar 29). Realisasi
keuangan tersebut cukup bagus (diatas 95%).
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2012 2013 2014 2015
Pagu 98.688 135.674 111.235 117.847
Realisasi 92.944 132.168 108.433 115.950
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
P-Bun Balittro Balittas Balitpalma Balittri
Pagu (Rp.000,-) 33.754.321 28.830.407 23.359.281 16.004.718 15.898.548
Realisasi 32.865.922 28.690.575 22.818.757 15.683.020 15.892.126
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
58
Gambar 30. Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2015 (dalam juta rupiah)
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang orasional, Barang
Non Operasional dan modal per 31 Desember 2015 berturut-turut mencapai
98,76%; 96,35%; 98,58%; dan 98,58; (Gambar 30). Realisasi anggaran pegawai
dan barang danmodal yang diatas 95% menunjukkan bahwa penyerapan
anggaran sudah bagus, dan menunjukkan juga pelaksanaan kegiatan sudah
berjalan dengan lancar.
Berdasarkan kontrak kinerja Puslitbang Perkebunan dengan Badan Litbang
Pertanian, ada 8 kegiatan utama di Puslitbang Perkebunan, yaitu kegiatan
perakitan varietas unggul baru, plasma nutfah, teknologi budidaya, teknologi
diversifikasi/ produk olahan, pengelolaan benih sumber, rumusan kebijakan
tanaman perkebunan, dan diseminasi melalui publikasi, dan kerjasama
penelitian, bioindustri berbasi perkebunan.. Realisasi anggaran lingkup
Puslitbang Perkebunan berdasarkan output utama sampai dengan akhir tahun
anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kegiatan/output utamanya (Tabel 11) adalah sebagai berikut:
varietas/klon unggul mencapai 95%, teknologi budidaya 97,87 %, teknologi
diversifikasi dan peningkatan nilai tambah mencapai 96%, benih sumber
mencapai 96,61%, plasma nutfah tanaman perkebunan 97,25 %,
rekomendasi kebijakan 99,67%; dan Publikasi dan Kerjasama Hasil Penelitian
98,04%, Bioindustri 96,98%
0
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
Pegawai operasional Nonoperasional
Modal Total
Pagu (Rp.000,-) 54.152.371 14.384.488 35.798.416 13.512.000 117.847.275
Realisasi 53.481.219 13.859.579 35.289.632 13.319.971 115.950.401
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
59
Tabel 11. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Sasaran Output Utama TA 2015
No Jenis Kegiatan Anggaran Realisasi
Rp. %
1 Varetas unggul baru tan.perkebunan 1.581.888.000 1.502.772.318 95,00
2 Plasma nutfah tan. perkebunan 2.647.250.000 2.574.365.428 97,25
3 Teknologi budidaya tan. perkebunan 6.941.804.000 6.793.997.228 97,87
4 Produk olahan tan. perkebunan 1.070.140.000 1.027.361.414 96,00
5 Benih sumber tan. perkebunan 1.727.090.000 1.668.618.163 96,61
6 Rumusan kebijakan tan. perkebunan 563.200.000 561.367.349 99,67
7 Laporan diseminasi
tekn.tan.perkebunan 8.219.020.000 8.057.893.335 98,04
8 Bioindustri Berbasis Perkebunan 3.708.100.000 3.596.001.515 96,98
9 Penunjang 91.388.783.000 90.168.023.250 98,66
T O T A L 117.847.275.000 115.950.400.000 98,39
Disamping anggaran belanja, anggaran pendapatan Pusitbang Perkebunan
berasal dari PNBP. Target dan realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2015 disajikan pada Gambar 31.
Gambar 31. Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2015 (dalam ribu rupiah)
Puslit Balittro Balittri Balittas Balitpalma
Target 8.000 537.572 331.000 650.000 369.417
Realisasi 5.535 730.335 332.570 853.706 478.457
%tase 69,19 135,86 100,47 131,34 129,52
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000Target Realisasi %tase
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
60
Realisasi PNBP di Balittro (135,86%), Balittri, 100,47%, Balitpalma 129,52%, dan
Balittas (131,34%) melampaui targetnya, tetapi di Puslitbang Perkebunan tidak
mencapai target yang telah ditentukan. Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan
hanya mencapai 69,19 % karena target yang terlalu tinggi sementara sumber
PNBP di Puslitbang Perkebunan hanya dari mess.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
61
IV. PENUTUP
4.1. Keberhasilan
Peran Puslitbang Perkebunan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di
bidang perkebunan menjadi semakin strategis karena sampai saat ini
pengembangan usahatani berbasis perkebunan masih menjadi andalan untuk
meningkatkan daya saing produk ekspor dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Penanganan produk perkebunan yang lebih optimal akan meningkatkan
daya saing produk perkebunan Indonesia di pasar global. Disamping sebagai
sumber devisa, beberapa komoditas perkebunan merupakan bahan baku
sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak
menyerap tenaga kerja. Dengan peran tersebut, masalah kualitas dan
kontinyuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting. Untuk itu
diperlukan dukungan inovasi teknologi, mulai dari teknologi hulu (penyediaan
bahan tanaman unggul) sampai teknologi prosesing untuk menghasilkan produk
yang berdaya saing tinggi.
Tradisi sebagai penghasil devisa negara Indonesia akan terus berlanjut, karena
sektor perkebunan mempunyai peluang yang besar untuk menyerap teknologi
yang banyak dihasilkan oleh Balai-Balai Penelitian lingkup Puslitbang
Perkebunan. Tanpa teknologi tersebut (dari hulu sampai hilir), sektor
perkebunan tidak akan mampu menghadapi pengaruh globalisasi ini yang
memaksa semua negara untuk melakukan perubahan-perubahan agar dapat
bersaing dengan negara lain.
Untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan, Puslitbang Perkebunan,
beserta ke empat UPT di bawahnya, akan terus berupaya meningkatkan kinerja
penelitian dan pengembangan perkebunan. Hal ini perlu terus dilakukan
mengingat tuntutan pasar global terhadap produksi perkebunan Indonesia akan
semakin besar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
62
BAGIAN TATA USAHA
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
Sub Bagian Kepeg. dan Rumah Tangga
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI BIDANG KERJASAMA DAN PHP
Sub Bidang Program
BALITTRO
Sub Bidang Kerjasama Penelitian
Sub Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian
KELOMPOK FUNGSIONAL
Sub Bidang Evaluasi
BALITTRI BALITTAS BALIT PALMA
PUSLITBANG PERKEBUNAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
63
Lampiran 2. Rencana Strategis Tahun 2015-2019
Tujuan Sasaran Kebijaksanaan Kegiatan Ket
Uraian Indikator
1. Mendukung
pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan
peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan
1. tersedianya varietas
unggul tanaman perkebunan,
1. Jumlah varietas
unggul baru
1. Mengembangkan kegiatan
penelitian yang menunjang peningkatan produksi pertanian melalui peningkatan produktivitas, perluasan area
pertanian, terutama pada lahan suboptimal, serta mendukung penyediaan sumber bahan
pangan yang beragam. 2. Mendorong pengembangan dan
penerapan advance technology untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya pertanian.
3. Mendorong terciptanya suasana
keilmuan dan kehidupan ilmiah yang kondusif untuk mengoptimalkan sumberdaya manusia dalam pelaksanaan
penelitian dan pengembangan serta diseminasi hasil penelitian.
4. Meningkatkan kerjasama dan
sinergi yang saling menguatkan antara UK/UPT di lingkup Puslitbangbun dan antara Puslitbangbun dengan berbagai
lembaga terkait di dalam dan luar negeri.
Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan
2. teknologi budidaya tanaman perkebunan;
2. Jumlah teknologi budidaya
3. produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah tanaman
perkebunan;
3. Jumlah teknologi peningkatan diversifikasi dan
nilai tambah atau produk Olahan pengolahan
4. benih unggul tanaman perkebunan
4. Jumlah benih sumberTanaman
5. Plasma nutfah tanaman perkebunan
5.
2. Menghasilkan rekomendasi
kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan Kebijakan Pertanian di bidang
perkebunan,
tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman perkebunan
Jumlah rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman perkebunan perkebunan
3. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian
perkebunan kepada pengguna
meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, meningkatnya penyebaran
hasil penelitian perkebunan kepada pengguna dan terjalinnya kerjasama dengan stake holder.
1. Jumlah kerja sama
2. Jumlah artikel dalam publikasi yang diterbitkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
64
Lampiran 3. Rencana Kinerja Tahun 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
65
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
66
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
67
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
68
Lampiran 5. Data Curah Hujan di KP. Muktiharjo-PATI tahun 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
69
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
70
Lampiran 6. Data Curah Hujan di KP. Muktiharjo-PATI tahun 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
71