kumara jati - lan ri
TRANSCRIPT
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
37
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA HARGA MINYAK MENTAH, EMAS,
DAN TIMAH
Kumara Jati
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan
Abstrak
Artikel ini memberikan analisis pengaruh dari perubahan harga minyak mentah dan emas
terhadap perubahan harga timah. Berdasarkan perhitungan Vector Autoregression, dampak dari
perubahan harga minyak mentah terhadap harga timah lebih besar dibandingkan dampak dari
harga emas terhadap harga timah. Goncangan harga minyak mentah yang terjadi
mengindikasikan adanya transmisi harga secara tidak langsung melalui saluran energi,
sementara goncangan harga emas terhadap harga timah yang terjadi mengindikasikan adanya
transmisi harga secara tidak langsung melalui saluran pertumbuhan ekonomi. Harga timah dan
minyak mentah diprediksi pada tahun 2017 mengalami peningkatan. Ini bisa menjadi motivasi
bagi pembuat kebijakan publik untuk bisa meningkatkan industri hilir dari timah dengan cara
pengembangan produk turunan sehingga sektor usaha lebih kuat dalam berkompetisi dengan
negara lain untuk produk timah yang lebih berkualitas dan berkompetisi.
Kata kunci: harga timah, harga minyak mentah, harga emas, vector autoregression, kebijakan
industri
Abstract
This article analyzes the impact of crude oil and gold price changes to tin price changes. Based
on the calculation of Vector Autoregression, the impact of crude oil price shock to tin price is
bigger compare to the gold price shock to tin price. Crude oil price shock to tin price indicates
there is indirect price transmission through energy channel, while the gold price shock to tin
price indicates there is indirect price transmission through economic growth channel. Tin and
crude oil prices predictions in 2017 are expected to increase. It can motivate policy maker to
be able to increase the downstream tin products as well as the industrial development of
derivatives so that businesses are better equipped to compete with other countries for more
qualified and competitive products of tin.
Keywords: tin price, crude oil price, gold price, vector autoregression, industrial policy
Pendahuluan
Timah adalah salah satu produk
komoditi yang potensial di sektor
pertambangan dan perdagangan.
Permintaan timah di pasar dalam negeri
maupun luar negeri terus meningkat secara
signifikan dalam bentuk produk setengah
jadi maupun produk olahannya (Bappebti,
2013).
Komoditi timah secara fisik di pasar
dunia diperjualbelikan melalui Kuala
Lumpur Tin Market (KLTM) dan London
Metal Exchange (LME). Indonesia juga
sudah mempunyai pasar komoditi tersendiri
khusus untuk timah di Bursa Komoditi dan
Derivatif Indonesia (BKDI). Komoditi
timah diperdagangkan di BKDI sejak
Agustus tahun 2013. Awalnya pendirian
BKDI ingin membuat pasar timah
mempergunakan harga di BKDI sebagai
referensi, tetapi sampai saat ini LME masih
tetap menjadi sumber referensi harga
karena LME sudah berdiri sejak tahun 1877
dan memiliki banyak pengalaman serta
volume perdagangan komoditi yang tinggi.
Berdasarkan laporan LME (2012),
spesifikasi kontrak perdagangan komoditi
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
38
timah di LME diperdagangkan 1 lotnya
berjumlah 5 ton, dengan jenis metal timah
murni 99,85%. Jenis kontrak timah yaitu
futures, traded options, TAPOs, dan futures
rata-rata bulanan. Jenis industri pengguna
timah yaitu industri solder dan timah plat.
Semua harga kontrak dalam USD dan dapat
diselesaikan pembayarannya menggunakan
USD, Poundsterling, Euro dan Yen.
Harga timah internasional yang
terbentuk merupakan hasil interaksi dari
penawaran dan permintaan timah. Harga ini
dipengaruhi oleh jumlah timah yang
ditransaksikan. Dari posisi pembeli/
demand, semakin banyak timah yang ingin
dibeli maka dapat meningkatkan harga
timah. Sementara dari sisi penjual/supply,
semakin banyak timah yang ingin dijual
maka dapat menurunkan harga timah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sisi supply komoditas timah relatif sulit
untuk dikendalikan. Ada banyak penelitian
yang sudah dilakukan tentang faktor yang
mempengaruhi pembentukan harga
komoditas timah, yaitu: permintaan timah,
penawaran timah, kondisi ekonomi dunia,
persediaan timah dan industri timah di
Indonesia (Adeyanju, 2014).
Gambar 1. Harga Timah Internasional di Tahun 1985-2015
Sumber: World Bank (2015)
Berdasarkan penelitian dari
Shanghai Futures Exchange (SHFE, 2014),
ada 5 faktor utama yang mempengaruhi
harga timah, yaitu: hubungan pasokan dan
permintaan, perkembangan ekonomi
domestik dan global, kebijakan impor dan
ekspor, biaya produksi dan nilai tukar.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa harga
timah dari tahun 1985-2005 relatif stabil,
namun harga timah sejak tahun 2006
sampai tahun 2015 relatif berfluktuasi.
Salah satu penyebab fluktuasi harga timah
yaitu karena pada tahun 2007-2008 terdapat
kasus krisis finansial global sehingga
pertumbuhan ekonomi dunia menurun.
Turunnya pertumbuhan ekonomi ini
menyebabkan daya beli dan permintaan
akan timah menurun sehingga harga timah
juga turun pada tahun 2008. Tahun 2015
juga terjadi perlambatan pertumbuhan
ekonomi dunia sehingga menyebabkan
permintaan industri terhadap timah
berkurang, pada akhirnya membuat harga
timah di tahun 2015 cenderung menurun.
32.347
14.745
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Nov
-85
Oct
-86
Sep-
87
Aug
-88
Jul-8
9
Jun-
90
May
-91
Apr
-92
Mar
-93
Feb-
94
Jan-
95
Dec
-95
Nov
-96
Oct
-97
Sep-
98
Aug
-99
Jul-0
0
Jun-
01
May
-02
Apr
-03
Mar
-04
Feb-
05
Jan-
06
Dec
-06
Nov
-07
Oct
-08
Sep-
09
Aug
-10
Jul-1
1
Jun-
12
May
-13
Apr
-14
Mar
-15
US$/Ton
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
39
Tabel 1. Harga Timah dan Minyak Mentah Internasional serta Prediksinya di Tahun 2012-2019
Harga
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Perub. ‘19/’15
(%)
Tren (%)
Timah (ribu USD / Ton)
19,2 20,2 19,8 14,6 15,2 17,0 18,0 17,8 21,9 -0,02
Minyak Mentah (USD/ barrel)
105 104,1 96,2 50,8 29,9 35,8 39,7 43,1 -15,2 -0,16
Sumber: EIU Economic and Commodity Forecast (2015) & IMF Commodity Price Forecasts (2016)
Dari Tabel 1 terlihat bahwa harga
timah internasional selama kurun waktu
2012-2015 sebesar rata-rata USD
18.450/ton. Berdasarkan prediksi
Economist Intelligence Unit (EIU)
Economic and Commodity Forecast harga
timah internasional rata-rata untuk tahun
2016-2019 akan turun menjadi USD
17.000/ton. Jadi secara rata-rata harga
timah internasional antara tahun 2012-2019
akan menjadi USD 17.725/ton.
Prediksi harga timah ini
sebenarnya memberikan secercah harapan
karena harga timah pada tahun 2015
sebesar USD 14.600/ton merupakan yang
terendah sejak tahun 2009 di mana harga
timah hanya USD 13.573/ton. Pada tahun
2016, diharapkan harga timah akan
mencapai USD 15.200/ton atau diperkira-
kan akan terjadi kenaikan sebesar 4,1%
dibandingkan tahun 2015. Peningkatan
harga timah juga diperkirakan terjadi pada
tahun 2017 dan 2018. Namun pada tahun
2019 diperkirakan harga timah akan turun
1,1% menjadi USD 17.800/ton
dibandingkan 2018. Dalam kurun waktu 8
tahun dari 2012-2019, terjadi tren
penurunan harga timah sebesar 0,02. Hal
yang hampir sama terjadi pada harga
minyak mentah, di mana dalam kurun
waktu 8 tahun juga terjadi tren penurunan
harga sebesar 0,16.
Tabel 2. Harga Internasional Timah, Emas dan Komoditi Logam Lain serta Prediksi
di Tahun 2016-2023
Harga 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 Perub. Tren
‘23/’16 (%) (%)
Timah 18,8 19,2 19,6 20,1 20,5 21 21,5 21,9 16,5 0,02
Emas 1,22 1,21 1,19 1,18 1,16 1,15 1,14 1,12 16,6 0,02
Nikel 14,5 14,8 15,2 15,6 15,9 16,3 16,7 17,1 17,9 0,02
Tembaga 5,9 6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 11,9 0,02
Timbal 1,8 1,9 1,96 2,02 2,07 2,13 2,2 2,26 25,6 0,03
Seng 2,05 2,1 2,14 2,19 2,24 2,29 2,34 2,39 16,6 0,02
Sumber: World Bank (2015), diolah, satuan ribu USD/ton kecuali emas dalam ribu/troy ounce
Selain EIU (2015) dan IMF
(2016), World Bank (2015) juga
mengeluarkan prediksi harga internasional
timah dan komoditi logam lainnya
termasuk nikel, tembaga, timbal dan seng.
Harga timah termasuk paling mahal jika
dibandingkan dengan komoditi logam
lainnya (kategori bukan logam berharga)
seperti nikel, tembaga, timbal dan seng.
Prediksi dari Bank Dunia ini sedikit
berbeda dengan prediksi EIU dan IMF
karena tren harga timah diperkirakan
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
40
memiliki tren meningkat dari tahun 2016
sampai dengan tahun 2023.
Peningkatan harga timah selama
kurun waktu 8 tahun ke depan ternyata
seiring dengan peningkatan harga komoditi
logam lainnya dengan tren relatif sama
sekitar 0,02-0,03%. Prediksi harga timah
dari Bank Dunia relatif lebih tinggi
(optimis) dibandingkan dengan prediksi
harga timah dari EIU dan IMF dengan
perbedaan harga sekitar USD 3.600/ ton di
tahun 2016, USD 2.200/ton di tahun 2017,
USD 1.600/ton di tahun 2018, dan USD
2.300/ton di tahun 2019. Ekspektasi harga
timah tahun 2016-2019 oleh Bank Dunia
relatif lebih tinggi dari EIU dan IMF
diperkirakan salah satunya karena
pertumbuhan konsumsi metal dunia dan
konsumsi metal olahan RRT memiliki tren
yang terus meningkat.
Perkiraan peningkatan harga
komoditi timah dari tahun 2016 ke 2023
relatif lebih rendah dibandingkan
peningkatan harga timbal, nikel dan seng.
Harga timbal diharapkan naik sebesar
25,6%, harga nikel naik 17,9%, harga seng
naik 16,6% dan harga timah naik sebesar
16,5%. Apabila harga timah tahun 2023
sebesar USD 21.900 / ton ini benar terjadi
maka harga ini merupakan tertinggi timah
sejak Agustus 2014 yang sebesar USD
22.231/ton. Namun harga timah sepanjang
sejarah tetap tertinggi pada bulan April
2011 yaitu sebesar USD 32.348 /ton.
Pada Gambar 2 terlihat harga
minyak di tahun 1980 menyentuh puncak
harga tertinggi pada waktu itu. Penulis
memprediksi bahwa peningkatan harga ini
akan terus terjadi seiring dengan
peningkatan permintaan dan berkurangnya
cadangan sumber daya alam. Sebaliknya,
ada grup ekonom yang berargumen bahwa
dalam jangka panjang, teknologi dapat
meningkatkan pasokan dengan
mengeksploitasi sumber daya alam yang
tidak dapat diakses sebelumnya, maka
harga komoditi akan jatuh (ATKearney,
2015). Para ekonom ini ternyata benar
karena pada tahun 1990an, beberapa harga
komoditi seperti timah turun cukup dalam.
Siklus yang menyerupai juga terjadi pada
tahun 2008-2009 di mana harga tiga
komoditi ini bergerak naik lalu kemudian
turun lagi. Begitu juga tahun 2014-2015
terjadi siklus harga komoditi naik
kemudian turun lagi. Ada yang menyebut
siklus ini sebagai commodity super cycle.
Ada beberapa penjelasan mengenai konsep
commodity super cycle ini yaitu (Heap,
2005):
(1) Menurut Alan Heap dari Citigroup
bahwa super cycle disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang intensif di
RRT.
(2) Super cycle adalah peningkatan trend
jangka panjang (selama satu dekade)
dari harga komoditi riil yang
disebabkan oleh urbanisasi dan
industrialisasi dari perekonomian.
(3) Super cycle disebabkan oleh tarikan
permintaan.
(4) Ada dua super cycle dalam 150 tahun
terakhir yaitu akhir tahun 1800-awal
1990an yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi di Amerika
Serikat, serta dari tahun 1945-1975
sebagai akibat dari rekonstruksi pasca
perang di Eropa dan karena
kebangkitan ekonomi Jepang.
Penting untuk mempelajari super-
cycles dari harga komoditi karena sangat
menentukan kebijakan pemerintah dan
pelaku usaha dalam membuat keputusan
produksi, diantaranya (Erten dan Ocampo,
2012): (1) tren dari harga komoditi telah
dipertimbangkan sejak waktu yang lama
sebagai salah satu isu sentral mengambil
kebijakan negara berkembang yang
tergantung pada komoditi (seperti di
Indonesia), (2) Keputusan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dengan
investasi modal baru juga sangat
berpengaruh pada harga saat ini
dibandingkan dengan ekspektasi trend
harga di masa yang akan datang. Bahkan
diperlukan waktu sampai 20 tahun bagi
investasi baru untuk berhasil dan
menghasilkan realisasi pendapatan (Davis
dan Samis, 2006).
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
41
Arah penelitian terbaru mengenai
super cycle memberikan sudut pandang
yang berbeda. Baffes, dkk (2015),
menyebutkan bahwa ada sinyal super cycle
telah berakhir karena turunnya harga
minyak mentah secara tajam di tengah
tahun kedua 2014 setelah harga minyak
mentah stabil selama 4 tahun di atas USD
105 per barel. Implikasi dari turunnya harga
minyak mentah ini yaitu biaya input turun
sehingga harga komoditi lain termasuk
timah juga turun.
Gambar 2. Harga Timah, Emas dan Minyak Mentah Dunia
Sumber: World Bank (2016), Comex-CME Group (2016), diolah
Berdasarkan penelitian Harvey
(2007), komoditi emas dan komoditi metal
(termasuk timah) terindikasi memiliki
hubungan jangka panjang meskipun
sepertinya hubungan ini akan lebih lemah
dibandingkan hubungan minyak mentah
dan emas. Pada saat fase ekspansi siklus
bisnis, ada peningkatan harga timah dan
minyak mentah karena naiknya permintaan
keduanya. Meskipun demikian, terlalu
tinggi harga minyak mentah juga bisa
mengakibatkan aktivitas ekonomi
terhambat sehingga mengakibatkan resesi.
Arah dari naik atau turunnya harga
komoditi energi dan metal sulit diprediksi
(Canuto, 2014).
Selain itu ada juga penelitian
terbaru dari Sari et al. (2014) yang
menganalisis co-movement dan transmisi
harga antara metal, minyak mentah dan
nilai tukar. Hasilnya yaitu adanya bukti
hubungan ekuilibrium jangka panjang yang
lemah tetapi feedback yang kuat dalam
jangka pendek. Komoditi metal/logam
berharga memiliki respon yang signifikan
(tetapi sementara) terhadap shock dari
logam lain dan nilai tukar.
Sejauh ini ternyata belum ada yang
secara khusus membahas mengenai
hubungan antara harga timah, minyak
mentah dan emas. Maka dari itu, terilhat
adanya kesempatan untuk memberikan
kontribusi penelitian supaya bisa
-
20
40
60
80
100
120
140
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
19
60
M0
11
96
1M
08
19
63
M0
31
96
4M
10
19
66
M0
51
96
7M
12
19
69
M0
71
97
1M
02
19
72
M0
91
97
4M
04
19
75
M1
11
97
7M
06
19
79
M0
11
98
0M
08
19
82
M0
31
98
3M
10
19
85
M0
51
98
6M
12
19
88
M0
71
99
0M
02
19
91
M0
91
99
3M
04
19
94
M1
11
99
6M
06
19
98
M0
11
99
9M
08
20
01
M0
32
00
2M
10
20
04
M0
52
00
5M
12
20
07
M0
72
00
9M
02
20
10
M0
92
01
2M
04
20
13
M1
12
01
5M
06
Emas (US$/troy ounce)
Timah (Ribu US$/ton, RHS)
Minyak Mentah (US$/barrel, RHS)
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
42
menambah referensi di dunia akademis dan
bermanfaat bagi stakeholder terkait.
Dari penjabaran diatas maka tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk melihat
bagaimana hubungan harga komoditi
timah, minyak mentah dan emas, terutama
shock harga minyak mentah dan emas
mempengaruhi harga timah.
Metodologi
Data dan Model yang Digunakan
Jenis data yang dipergunakan
adalah data runtut waktu bulanan periode
Januari 1960- Februari 2016 yang diperoleh
dari Bank Dunia (harga timah, emas dan
minyak mentah). Dalam mengestimasi data
tersebut digunakan persamaan VAR untuk
variabel harga timah, emas dan minyak
mentah ditulis sebagai berikut (hubungan
Δtimah, Δemas dan Δoil):
(1)
(2)
(3)
Keterangan:
Δtimah = persentase pertumbuhan harga timah
Δemas = persentase pertumbuhan harga emas
Δoil = persentase pertumbuhan harga minyak mentah
i = panjang time lag
n = panjang observasi
t = waktu pada saat t
αA0, αB0, dan αC0 = konstanta
αA1, αA2, αA3..αC3. = koefisien regresi
εAt, εBt, dan εCt = error term
Uji Stasioner
Sebelum melakukan regresi,
variabel-variabel harus bersifat stasioner.
Bila variabel tersebut tidak stasioner maka
perlu ditransformasi agar stasioner. Suatu
data time series dikatakan stasioner jika
nilai mean, variance dan autocovariance
untuk berbagai lag yang berbeda nilainya
adalah konstan sepanjang waktu (Gujarati,
2003):
Model Vector Autoregression (VAR)
Penelitian dengan time series bisa
diestimasi dengan metode estimasi biasa
(OLS/Ordinary Least Squares) didasarkan
pada asumsi bahwa data tersebut stasioner
pada level, artinya data konstan dan
independen sepanjang waktu. Meskipun
demikian, ternyata sebagian besar data time
series merupakan data yang non stasioner.
Ini artinya bila menggunakan metode
estimasi OLS untuk data non stasioner
menyebabkan kegagalan estimasi dalam
memperlihatkan nilai-nilai yang
sebenarnya (spurious regression) meskipun
ukuran sampel diperbesar.
Model ekonometri yang dibentuk
dengan menggunakan persamaan simultan
biasa merupakan model struktural di mana
terdapat hubungan antar variabel yang
berdasarkan pada suatu teori tertentu.
Meskipun demikian terkadang teori
ekonomi sering tidak bisa secara tepat
memberikan bentuk spesifikasi untuk
hubungan dinamis antar variabel yang
tepat. Permasalahan ini memunculkan
adanya alternatif model lain yang bersifat
Att
n
i
At
n
i
At
n
i
AAt oilemastimahtimah
1
1
31
1
21
1
10
Btt
n
i
Bt
n
i
Bt
n
i
BBt oilemastimahemas
1
1
31
1
21
1
10
Ctt
n
i
Ct
n
i
Ct
n
i
CCt oilemastimahoil
1
1
31
1
21
1
10
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
43
non-struktural untuk mencari hubungan
antar varibel. Pada penelitian ini digunakan
model yang disebut Vector Autoregression
(VAR).
Model VAR ini, pertama kali
diformulasikan oleh Sims (1980),
digunakan untuk mengestimasi persamaan
simultan dengan menggunakan data time
series di mana keseluruhan variabelnya
merupakan variabel endogen, sebelah sisi
kanan persamaan adalah nilai lag (laggeg
value) dari variabel tidak bebas, serta
dikatakan vector karena dalam persamaan
terdapat suatu vector yang berisi lebih dari
dua variabel.
Persamaan VAR yang umum adalah sebagai berikut:
𝑌𝑡 = 𝐴1𝑌𝑡−1 + 𝐴2𝑌𝑡−2 + … + 𝐴𝑘𝑌𝑡−𝑘 + 𝐵𝑋𝑡 + 𝜀𝑡 (4)
Keterangan:
Yt = matriks n x 1 dari variabel endogen
Xt = matriks m x 1 dari variabel eksogen
εt = matriks n x 1 dari error
A1,A2,..., Ak, B = matriks dari koefisien yang akan diestimasi.
Ak = matriks n x n dari koefisien variabel endogen yang akan diestimasi
B = matriks n x m dari koefisien variabel eksogen yang akan diestimasi.
Selanjutnya model VAR tersebut dikembangkan oleh Enders (1995) dengan
memasukkan A0 yaitu matriks n x 1 dari intersep tetapi tanpa menggunakan variabel eksogen,
persamaannya sebagai berikut:
𝑌𝑡 = 𝐴0 + 𝐴1𝑌𝑡−1 + 𝐴2𝑌𝑡−2 + … + 𝐴𝑘𝑌𝑡−𝑘 + 𝜀𝑡 (5)
Model VAR bentuk sederhana di atas dengan dua variabel endogen tanpa variabel eksogen
dengan jumlah lag=2 adalah dapat ditulis berikut:
[𝑌1,𝑡
𝑌2,𝑡] = [
𝐴10
𝐴20] + [
𝐴11 𝐴12
𝐴21 𝐴22] [
𝑌1,𝑡−1
𝑌2,𝑡−1] + [
𝐵11 𝐵12
𝐵21 𝐵22] [
𝑌1,𝑡−2
𝑌2,𝑡−2] + [
𝜀1,𝑡
𝜀2,𝑡] (6)
Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Stasioneritas
Data yang akan diestimasi
dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan
varian dari data time series tersebut tidak
mengalami perubahan secara sistematik
sepanjang waktu atau rata-rata dan varian
dari data itu konstan (Nachrowi dan
Usman, 2006). Apabila data dalam model
tidak stasioner, maka data itu perlu dilihat
kembali kestabilan dan validitasnya.
Regresi dari data yang bersifat tidak
stasioner dapat menyebabkan spurious
regression dimana hasil R2 tinggi tetapi
hubungan tersebut tidak bisa dijelaskan
secara logis.
Tabel 3. Hasil Uji Stasioneritas Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Variabel ADF TEST Mac Kinnon Critical Value Orde Integrasi
Δtimah -18,74*** -3,43 I(0)
Δemas -17,62*** -3,43 I(0)
Δoil -23,31*** -3.43 I(0)
Keterangan: signifikansi: 5% = **, 1% *** Sumber: hasil data diolah
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
44
Salah satu uji stasioneritas yang
sering digunakan yaitu uji akar unit dengan
menggunakan Augmented Dickey-Fuller
(ADF) test. Tabel 3 memperlihatkan bahwa
ketiga variabel stasioner pada orde level.
Jadi tidak perlu adanya transformasi/
perubahan orde lagi. Oleh karena itu,
karena data sudah stasioner maka bisa
langsung dilakukan estimasi Vector
Autoregression (VAR).
Estimasi VAR
Panjang lag yang yang digunakan
dalam estimasi VAR pada kelompok bank
umum ini adalah lag 2 sesuai dengan
penentuan lag yang optimal, dan hasil dari
pengolahan datanya sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Estimasi VAR
ΔTIMAH ΔEMAS ΔOIL
ΔTIMAH(-1) 0.254594 -0.031033 0.215799
(0.03943) (0.03658) (0.08989)
[ 6.45710] [-0.84842] [ 2.40067]
ΔTIMAH(-2) 0.059771 0.001065 0.166701
(0.03934) (0.03649) (0.08968)
[ 1.51946] [ 0.02919] [ 1.85878]
ΔEMAS(-1) 0.005890 0.284589 0.245467
(0.04266) (0.03958) (0.09727)
[ 0.13806] [ 7.19024] [ 2.52357]
ΔEMAS(-2) 0.044967 -0.143262 -0.255312
(0.04253) (0.03945) (0.09695)
[ 1.05743] [-3.63142] [-2.63339]
ΔOIL(-1) 0.049300 0.036389 0.069620
(0.01727) (0.01602) (0.03937)
[ 2.85490] [ 2.27148] [ 1.76837]
Δ OIL(-2) 0.034264 0.035499 -0.012342
(0.01740) (0.01614) (0.03966)
[ 1.96965] [ 2.19969] [-0.31119]
C 0.195164 0.494111 0.666600
(0.19104) (0.17723) (0.43554)
[ 1.02160] [ 2.78804] [ 1.53051]
Sumber: hasil data diolah Eviews 7
Berdasarkan tabel di atas tidak
semua variable lag signifikan dalam setiap
persamaan. Variabel yang signifikan
mempengaruhi perubahan harga timah
adalah perubahan harga timah satu bulan
sebelum waktu t, perubahan harga minyak
mentah satu bulan sebelum waktu t, dan
perubahan harga minyak mentah dua bulan
sebelum waktu t.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
45
Minyak mentah merupakan salah
satu komponen penting dalam produksi dan
distribusi timah. Peningkatan harga minyak
mentah 1 bulan sebelum waktu t lebih besar
pengaruhnya terhadap harga timah
dibandingkan harga minyak mentah 2 bulan
sebelum waktu t. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari SHFE (2014), bahwa biaya
produksi timah dipengaruhi oleh bahan
bakar dan biaya energi.
Perubahan harga emas memiliki
pengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap perubahan harga timah. Meskipun
pada Gambar 2 terlihat adanya indikasi
harga timah dan harga emas bergerak
searah, ternyata pada kenyataannya
perubahan harga emas tidak cukup kuat
mempengaruhi harga timah. Hal ini juga
terlihat pada Tabel 2 di mana pada saat
prediksi harga emas tahun 2019-2020
menurun, sebaliknya prediksi harga timah
tahun 2019-2020 meningkat.
Innovation Accounting (Impulse Response dan Function Variance Decomposition)
Dalam innovation accounting akan
diuraikan bagaimana dan seberapa besar
pengaruh shock atau disturbance terhadap
variabel-variabel yang dibentuk dalam
persamaan. Innovation accounting ini
terdiri atas dua bagian yaitu impulse
response function (IRF) dan variance
decomposition (VDCs). IRF digunakan
untuk melihat dampak dari shock di sektor
komoditi dalam penelitian ini harga timah
oleh perubahan harga emas dan perubahan
harga minyak mentah dunia. IRF melacak
efek dari salah satu shock ke shock yang
lainnya pada saat ini dan masa yang akan
datang dari variabel endogen.
Apabila terjadi shock pada variabel
ke-i secara langsung maka akan
berpengaruh terhadap variabel itu sendiri
dan juga merambat ke variabel-variabel
endogen yang lainnya melalui struktur
dinamis VAR. IRF juga bisa memberikan
arah hubungan besarnya pengaruh antar
variabel endogen. Maka dari itu shock yang
terjadi pada suatu variabel bila mendapat
informasi yang baru bisa mempengaruhi
variabel itu sendiri serta variabel-variabel
yang lainnya dalam sistem persamaan
VAR. Berikut disajikan hasil impulse
rensponse dari variabel perubahan harga
timah terhadap shock dari variabel
perubahan harga emas dan harga minyak
mentah dunia.
Gambar 3. Impulse Response Function (IRF)
pada Variabel Perubahan Harga Timah dari
Shock Perubahan harga Emas dan Minyak
Mentah Sumber: Hasil perhitungan software Eviews 7
Dari gambar di atas terlihat bahwa
respon dari variabel perubahan harga timah
dunia dalam sepuluh (10) periode
mendatang apabila terjadi shock pada
perubahan variabel harga emas dan minyak
mentah dunia, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Respon variabel perubahan harga timah
terhadap shock perubahan harga
minyak mentah. Adanya shock pada
perubahan harga minyak mentah
direspon positif oleh perubahan harga
timah dari bulan pertama sampai
dengan bulan keenam, dan pada bulan
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of TIMAH to OIL
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of TIMAH to EMAS
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
46
ketujuh menuju konvergen. Jadi apabila
diasumsikan terjadi shock kenaikan
harga minyak mentah dunia dari USD
29,9/barel pada bulan Desember 2016
menjadi USD 35,8 /barel pada Januari
2017, maka harga timah diperkirakan
akan terkena dampaknya meningkat
juga pada bulan Februari, Maret dan
April 2017 dengan dampak terbesar
terjadi pada bulan Maret 2017 dan
dampak kedua terbesar pada bulan
Februari 2017. Hal ini mengindikasikan
terjadi karena adanya transmisi harga
secara tidak langsung melalui saluran
energi/energy channel (Serra, 2011).
b. Respon variabel perubahan harga timah
terhadap shock perubahan harga emas.
Adanya shock pada perubahan tingkat
harga emas direspon positif oleh
perubahan harga timah pada bulan
kedua sampai dengan bulan keempat,
dan pada bulan kelima menuju
konvergen. Jadi apabila diasumsikan
terjadi shock kenaikan harga emas
dunia dari USD 2.200 / tray ounces
pada bulan Desember 2016 menjadi
USD 2.300 / tray ounce pada Januari
2017, maka harga timah diperkirakan
akan terkena dampaknya meningkat
juga pada bulan Februari, Maret dan
April 2017 dengan dampak terbesar
terjadi pada bulan Maret 2017 dan
kedua terbesar pada April 2017. Hal ini
mengindikasikan terjadi karena adanya
transmisi harga secara tidak langsung
melalui saluran pertumbuhan ekonomi /
economic growth channel. Keadaan ini
seperti yang terjadi pada penelitian
Alexandratos (2008).
Tabel 5. Variance Decomposition pada
Variabel Perubahan Harga Timah
Period S.E. TIMAH EMAS OIL
1 4.866649 100.0000 0.000000 0.000000
2 5.067603 98.82670 0.054484 1.118811
3 5.166774 97.25208 0.544017 2.203902
4 5.187618 96.98528 0.640499 2.374219
5 5.192857 96.92847 0.639911 2.431617
6 5.194165 96.91598 0.639727 2.444294
7 5.194498 96.91409 0.639651 2.446256
8 5.194586 96.91359 0.639686 2.446724
9 5.194610 96.91339 0.639715 2.446893
10 5.194617 96.91333 0.639722 2.446948
11 5.194618 96.91332 0.639723 2.446962
12 5.194619 96.91331 0.639723 2.446966
Cholesky Ordering: TIMAH EMAS MINYAK MENTAH
Sumber: hasil perhitungan software Eviews 7
Berdasarkan Tabel 5 di atas bisa
diketahui bahwa variabel yang mempunyai
prosentase paling besar menjelaskan
variabilitas harga timah setelah perubahan
harga timah itu sendiri adalah perubahan
harga minyak mentah dunia. Pada periode 1
hanya 1,1%, periode 2 dan 3 naik menjadi
sekitar 2,2-2,3%, kemudian perubahan
terbesar terjadi pada periode ke 5 dan
seterusnya stabil menjadi 2,4%.
Kesimpulan
Prediksi harga timah dunia pada
tahun 2017 akan meningkat berdasarkan
prediksi Bank Dunia dan EIU Economic
and Commodity Forecast (2015). Hal ini
dapat memberikan harapan bagi pembuat
kebijakan publik dan pelaku usaha di
bidang pertambangan, industri serta
perdagangan timah. Pulihnya ekonomi
dunia serta meningkatnya permintaan harga
timah di masa yang akan datang dapat
menjadi faktor penarik harga timah
(demand driven) yang bisa diimbangi
dengan peningkatan produksi timah dalam
negeri.
Setelah melakukan analisis
hubungan antara variabel perubahan harga
komoditi timah, minyak mentah dan emas
maka bisa didapat kesimpulan sebagai
berikut: (1) dampak shock perubahan harga
minyak mentah terhadap perubahan harga
timah lebih besar daripada dampak shock
perubahan harga minyak mentah terhadap
perubahan harga timah, (2).perbedaan
terlihat dari periode kapan respon positif /
negatif dan saat menuju konvergen, (3)
Shock yang terjadi mengindikasikan adanya
transmisi tidak langsung melalui saluran
energi dan saluran pertumbuhan ekonomi.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No 1 2017
47
Rekomendasi Kebijakan
Pemangku kebijakan terkait industri
dan perdagangan timah perlu melihat
pergerakan harga minyak mentah serta
logam lain khususnya emas karena ada
indikasi ketiga harga komoditi ini bergerak
searah. Fenomena komoditi super cycle
juga perlu diantisipasi karena sangat
mempengaruhi kebijakan pemerintah dan
keputusan produksi. Kondisi saat ini, di
mana harga timah relatif rendah dapat
menjadi hambatan bagi pelaku usaha timah
karena keuntungan mereka berkurang.
Namun demikian, adanya peluang bagi
stakeholder untuk bisa meningkatkan
hilirisasi produk timah serta pengembangan
industri turunnya sehingga pada waktu
harga timah naik, pelaku usaha sudah siap
bersaing dengan negara lain karena produk
timahnya sudah lebih berkualitas dan
kompetitif.
Ada 3 rekomendasi kebijakan yang
bisa diberikan yaitu: (1) otoritas terkait
sebaiknya memacu program hilirisasi
melalui industri timah olahan dan
pemurnian atau pembangunan smelter
karena harga timah yang sudah diolah
relatif lebih stabil dari fenomena super
cycle dan memiliki nilai tambah yang
tinggi. (2) pemangku kepentingan terkait
perlu mewaspadai adanya transmisi harga
apabila terjadi shok harga minyak mentah
dan emas terhadap harga timah yang akan
berpengaruh terhadap kelangsungan
industri timah secara keseluruhan sehingga
perlu dibuat sistem early warning system
serta langkah-langkah spesifik yang harus
dilakukan terutama jika harga minyak
mentah dunia naik / turun secara drastis
dalam waktu singkat. (3) perlu adanya
review secara berkala terkait kebijakan
industri dan perdagangan timah yang sudah
ada dengan mengundang seluruh
stakeholder sehingga apabila terjadi
perubahan kondisi ekonomi makro
termasuk asumsi harga minyak mentah atau
komoditi lain termasuk emas yang berubah
maka beberapa kebijakan juga bisa
disesuaikan untuk meningkatkan ease of
doing business industri timah dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku
Enders, Walter. 1995. Applied Econometric
Time Series. John Wiley & Sons, Inc.
New York.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic
Econometrics: Fourth Edition
International Edition. McGraw-Hill
Higher Education. Singapore.
Nachrowi, Nachrowi. D., Usman, H. 2006.
Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika: Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Lembaga
Penerbit FEUI. Jakarta.
Artikel
Adeyanju, Craig. 2014. The Top Factors
that Move the Price of Tin. Laporan
dari futuresknowledge, diakses pada
18 Februari 2016 dari
http://www.futuresknowledge.com/n
ews-and-analysis/metals/the-top-
factors-that-move-the-price-of-tin/.
Alexandratos, Nikos. 2008. Food Price
Surges: Possible Causes, Past
Experience, and Longer Term
Relevance. Population and
Development Review, Vol.34, No.4
(Dec.,2008), pp.663-697.
ATKearney. 2015. Beware the Oil Price
Super Cycle. Laporan dari A.T.
Kearney, Global Management
Consulting Firm.
Baffes, J., Kose, A., Ohnsorge, F., dan
Stocker, M. 2015. Understanding the
Plunge in Oil Prices: Sources and
Implications. Laporan penelitian dari
Global Economic Prospects Januari
2015.
Bappebti. 2013. Bursa Timah Rujukan
Dunia. Bulletin
Bappebti/Mjl/148/XII/2013/Edisi
Juli.
Canuto, Otaviano. 2014. The Commodity
Super Cycle: Is This Time Different?.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol 1 No1 2017
48
Laporan penelitian dari World Bank,
June 2014, Number 150.
Davis, Graham dan Samis, Michael. 2006.
Using Real Options to Manage and
Value Exploration, Society of
Economic Geologists Special
Publication, 12 (14): 273-294.
EIU. 2015. Commodity Market Forecasts.
Laporan dari Economist Intelligence
Unit (EIU), Economic and
Commodity Forecast, diakses pada
18 Februari 2016 dari
http://gfs.eiu.com/Article.aspx?articl
eType=cf&articleId=1354313319&s
ecId=0.
Erten, B., dan Ocampo, J.A. 2012. Super-
cycles of commodity prices since the
mid-nineteenth century. DESA
Working Paper No.110,
ST/ESA/2012?DWP/110, February
2012.
Harvey, J. 2007. Metals-Gold Dips as
Dollar Rallies, Oil, Metals Ease.
Laporan dari London South East, 25
Juli 2007. Diakses pada 9 April 2016
dari
http://www.lse.co.uk/FinanceNews.a
sp?ArticleCode=v2hftahdi039ybi&A
rticleHeadline=Metals__Gold_dips_
as_dollar_rallies_oil_metals_ease
Heap, A. 2005. China-the Engine of a
Commodities Super Cycle. Laporan
Penelitian Citrigroup Global
Markets/Smith Barney, Sydney,
Australia.
IMF. 2016. Commodity Price Projections.
Laporan dari The International
Monetary Fund (IMF), diakses pada
18 Februari 2016 dari
www.imf.org/external/np/res/commo
d/data/data0116.xls.
LME. 2012. A Guide to the LME. Report of
LME, An HKEX Company.
Sari, R., Hammoudeh, S., dan Soytas, U.
2010. Dynamics of Oil Price,
Precious Metal Prices, and Exchange
Rate. Energy Economics, Volume 32,
Issue 2, March 2010, Pages 351-362.
Serra, T. 2011. Volatility Spillovers
Between Food and Energy Markets:
A Semiparametric Approach. Energy
Economics 33 (2011)1155-1164.
SHFE. 2014. Tin in RRT. Laporan
Penelitian dari Shanghai Futures
Exchange of RRT, diakses pada 10
Maret 2016 dari
http://www.shfe.com.cn/content/ni-
sn-en/gitt.pdf
Sims. Christopher A. 1980.
Macroeconomics and Reality.
Econometrica. 48, pp.1-48.
World Bank. 2015. Commodity Market
Outlook: April 2015. A World Bank
Quarterly Report, World Bank
Group, diakses pada 28 Maret 2016
dari
https://www.worldbank.org/content/
dam/Worldbank/GEP/GEPcommodi
ties/GEP2015b_commodity_Apr201
5.pdf