kti aldonar
TRANSCRIPT
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 1/34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi
dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga
dewasa (Depkes, 2006)
Anak Usia 0-24 bulan merupakan bagian dari pertumbuhan dan
perkembangan anak yang pesat, sehingga kerap juga disebut atau diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang baik, yang sesuai
dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya apabila balita pada masa ini
periode kritis yang akan menggangu tumbuh kembang balita, baik pada saat ini
maupun masa selanjutnya. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan dan berlangsung lama, akan mengakibatkan perubahan
metabolisme otak, sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Anwar, 2008).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam Global Strategy for
Infant and young Child Feeding , WHO/UNICEF merekomendasikan 3 hal
1
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 2/34
2
penting yang harus dilakukan antara lain Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia
6 bulan sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan
secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah
dan mudah diperoleh di daerah setempat. Serta untuk memantau tumbuh kembang
anak balita maka orang tua harus membawa anak balita ke posyandu terdekat
setiap bulan (Untoro, 2002).
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya gangguan pertumbuhan adalah Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) secara gratis kepada bayi usia 6-24 bulan yang berasal dari
keluarga miskin, berupa MP-ASI pabrikan atau blanded food yang telah
difortifikasi mulai sejak 2003 dan 2007 masih tetap diberikan berupa MP-ASI
bubuk instan dan biskiut (Adiyasa, 2007). Sejak tahun 2002 Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) telah mendistribusikan MP-ASI
dan pada tahun 2008, bantuan MP-ASI berasal dari dana Bantuan Sosial Depkes.
Pada tahun 2009 tidak ada program bantuan pemberian MP-ASI, sedangkan tahun
2010 bantuan MP-ASI diberikan kepada anak usia 12-23 bulan berupa biscuit
yang berasal dari Kementerian Kesehatan
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka
prevalensi balita gizi kurang+buruk di Provinsi Bengkulu sebesar 18,4%, untuk
gizi kurang prevalensi 13%. Sedangkan hasil Penilaian Status Gizi (PSG) pada
tahun 2010 di Kecamatan Muara Bangkahulu ditemukan jumlah gizi kurang dan
gizi buruk 25,0% angka ini melebihi angka nasional yaitu 20%. Sehingga daerah
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 3/34
3
Muara Bangkahulu perlu diberikan bantuan PMT dan MP-ASI. Berdasarkan hasil
survey awal yang dilakukan di Kecamatan Muara Bangkahulu yang terdiri dari 2
puskesmas yaitu Beringin Raya dan Ratu Agung terdapat 40 balita usia 12-23
bulan yang mendapat MP-ASI.
Target yang diinginkan dalam Pemberian MP-ASI adalh 100 % atau status
gizi yang baik, Pemantauan dalam pencapaian target dilakukan petugas
puskesmas dan kader posyandu yang meliputi perilaku pemberian MP-ASI
biskuit sesuai dengan buku pedoman, perilaku tersebut secara garis besar meliputi
3 hal antara lain cara penyajian meliputi besar porsi, kerenyahan, siapa saja yang
mengkomsumsinya dan perubahan yang terjadi (Rahmawati, 2010).
Untuk melihat keberhasilan MP-ASI pada balita perlu dilakukan penelitian.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui kontribusi pemberian MP-ASI
pada balita usia 12-23 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masih ada balita yang belum mendapat
asupan MP-ASI biskuit sesuai ketentuan dan bagaimana perubahan berat badan
balita, untuk itu penelitian ingin mengetahui adakah kontribusi pemberian MP-
ASI pada balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu ?
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 4/34
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kontribusi pemberian MP-ASI terhadap kenaikan
berat badan balita 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota
Bengkulu tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui berat badan balita 12-24 bulan sebelum mendapat MP-
ASI di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.
b. Mengetehui gambaran mengenai pemberian MP-ASI anak 12-24
bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.
c. Mengetahui berat badan balita 12-24 bulan setelah mendapat MP-ASI
di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan latihan kontak sosial
untuk menerapkan ilmu prefesional dalam meningkatkan proses belajar yang
dapat dipahami mengenai kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Bengkulu
Penelitian ini dapat dijadikan sumber dasar perbandingan antara teori dan
praktik yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 5/34
5
3. Bagi Pelayanan Masyarakat (Puskesmas)
Memberi masukan bagi petugas kesehata terutama petugasdi bagian gizi untuk
dapat meningkatkan lagi kontrol atau pengawasan terhadap balita (keluarga)
dan keluarga miskin. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan raktyat melalui
peningkatan pelayanan, pembelajaran, penyuluhan, dan pembinaan kesehatan
masyarakat
E. Keaslian Penelitian
1. Juita (2008), dengan judul perbedaan status gizi anak umur 12-24 bulan
yang mendapat MP-ASI Instan dan Non Instan di wilayah keja
Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Hasil penelitian tidak ada
perbedaan status gizi anak umur 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI
instan dan non instan.
2. Sunarno dkk. (2006), dengan judul pengaruh penambahan frukto-
oligosakarida (FOS) pada MP-ASI terhadap kejadian diare dan
pertumbuhan bayi umur 6-12 bulan. Hasil penelitian penurunan resiko
diare pada bayi sangat ditentukan oleh rerata tingkat komsumsi FOS/ kg
Berat badan bayi dan tingkat komsumsi yang terlalu tinggi justru tidak
berpengaruh terhadap penurunan resiko diare.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 6/34
6
3. Galuh (2007), dengan judul hubungan pemberian PMT local dengan kenaikan berat
badan usia 6-24 bulan di desa Jember Jawa Timur. Hasil penelitian ada hubungan
antara pemberian MP-ASI local dengan kenaikan berat badan balita usia 6-24 bulan.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian, sampel, lokasi,
tahun penelitian.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 7/34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan,
guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Depkes, 2006). Makanan
Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.MP-ASI
diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur
bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh
kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan
gizi.MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampua pencernaan bayi/anak .
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah
pesat pada periode ini (Azwar, 2005).
7
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 8/34
8
MP-ASI Alamiah
Pemberian MP-ASI alamiah memiliki beberapa dampak positif.
Pertama, ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI
dari bahan pangan lokal sesuai denga kebiasaan dan social kebudayaan
setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian MP-ASI local secara
mandiri. Kadua, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta
memperkuat kelembagaan seperti PKK dan posyandu. Ketiga, memiliki
potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil
pertanian. Keempat, sebagai sarana dalam pendidikan dan penyuluhan gizi.
(Arifin, 2008).
MP-ASI instan atau Komersil
Makanan MP-ASI komersial adalah makanan yang di buat oleh pabrik
untuk pemenuhan zat gizi bayi. MP-ASI komersial memang mudah digunakan
dan telah disterilkan, serta biasanya mengandung tambahan vitamin dan
mineral. Makanan instan ini idealnya harus mengandung makanan pokok,
biasanya beras, gandum, kentang, tepung maizena, sayuran berdaun hijau atau
kuning, buah-buahan, daging minyak atau lemak. Bahan-bahan tersebut dibuat
menjadi formula makanan instan yang kemudian ditambahkan sebagai
vitamin dan mineral (Soetjiningsih, 1998).
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 9/34
9
Secara komersial makanan balita tersedia dalam bentuk tepung
campuran instan yang dapat dimakan secara langsung dengan dijadikan bubur.
Beberapa merek yang diproduksi dan beredar di pasaran antara lain produk
SUN, PROMINA. CEREAL, MILNA dan NUTRICIA. Produk-produk ini
dubuat dengan cara mencampur atau mempformulasikan bahan dari jagung,
kedelai susu, gamdum, beras-tempe-ikan dan lain-lain (Suharjo, 2008).
1. MP-ASI Biskuit
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 10/34
10
MP-ASI ini yaitu makanan bergizi yang diberikan disamping ASI
kepada anak usia 12-24 bulan dalam bentuk biskuit. MP-ASI ini diberikan
oleh Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) dengan
sasaran bayi usia 12-24 bulan yang berasal dari keluarga miskin di Indonesia.
Tujuan dari pemberian MP-ASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah
terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi
baik pada bayi 12-24 bulan (Depkes, 2004).
MP-ASI biskuit terbuat dari campuran tepung terigu, mergarin, gula,
susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan
mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma. Gula yang
digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau fruktosa san atau sirup glukosa dan
atau madu. Jika menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak boleh lebih dari 15
gr/100gr. (Depkes, 2004)
Karakteristik dari MP-ASI boskuit yaitu memiliki bentuk keping
bundar dengan berat 10 gr/keping. Isi keseluruhan dalam satu kemasan yaitu
12 keping. Pada permukaan atas tercantum tulisan MP-ASI. Tekstur MP-ASI
biskuit renyah yang apa bila dicampur air menjadi lembut. Rasanya manis
yang sangat disukai bayi usia 12-24 bulan. Kadaluarsa MP-ASI biskuit 12
bulan setelah tanggal produksi.
B. Status Gizi
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 11/34
11
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi ( Supariasa, 2002).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture (Supariasa, 2002).
Status Gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium
maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuaan status
gizi yang paling mudah dan murah (Permaisih, 2003).
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat
kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko
melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasman. Banyak
penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita atau
mengalami maslah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT
kurang dari batas normal atau kurus (Maria, 2009).
C. Penilaian Status Gizi
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 12/34
12
Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian status
gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
yaitu pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, sedangkan
penilaian status gizi sacara tidak langsung yaitu survey konsumsi makanan,
satistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
a. Antropometri
Antropometri yaitu ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002).
Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometrin :
1) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita
lingkar lengan atas, dan mikrotoa.
2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah
dan objektif.
3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
profesional, juga oleh tenaga lain yang telah dilatih sebelumnya.
4) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat.
5) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas
(cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 13/34
13
6) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara
menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi
masyarakat (Supariasa, dkk, 2001).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter yaitu :
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesehatan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disrtai dengan penentuan umur yang tepat (Supriasa, 2001).
2) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-
balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan
protein menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 14/34
14
cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan
pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain : Parameter yang
paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Adapun Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan berat badan yaitu :
a. Faktor Genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa
atau bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
atau tidaknya potensi bawaan, lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang
baik akan menghambatnya. L:ingkungan ini merupakan lingkungan
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 15/34
15
“bio-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1) Faktor lingkungan ini yang mempengaruhi
anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor pranatal)
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor postnatal) (Soetjiningsih,
1995)
Berat badan juga sangat erat kaitannya denga tumbuh kembang anak
karena apabila pertumbuhan balita baik, maka berat badannya pun baik,
begitu pula sebaliknya, apabila pertumbuhan anak kurang akan
mengakibatkan penurunan atau tidak bertambahnya sama sekali berat badan
balita. Sehingga berat badan akan selalu dikaitkan dengan tumbuh kembang
balita. Pertambahan Barat badan juga sering di lihat dari usia balita karna
semakin bartambah usia balita akan bartambah pula berat
Untuk memantau pertambahan berat badan balita di anjurkan kepada
ibu untuk selalu membawa balita ke posyandu. Balita yang telah dan selalu
dipanatau berat badannya akan tercatat di dalam Kartu Menuju Sehat(KMS).
KMS inilah yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan
memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 16/34
16
pengisiannya. Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat
yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan
dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita
di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter (Nita,2008).
KMS Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga
untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat
dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan
jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya
(Anggraini dan Sudomo,2010)
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan
Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.
KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang
tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes, 2008).
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,
hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 17/34
17
pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan
ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Balita naik berat
badannya bila: Garis pertumbuhan-nya naik mengikuti salah satu pita warna,
atau Garis pertumbuhan-nya naik pindah ke pita warnadiatasnya. Dan Balita
tidak naik berat badannya bila :Garis pertumbuhan-nya turun, atau Garis
pertumbuhannya mendatar, atau Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah
ke pita warna dibawahnya.
Berat badan balita di bawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga
harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit. Berat badan balita tiga
bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit.
Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian
yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh
masyarakat (Supariasa, dkk, 2001).
Komposisi gizi dalam 100 gram
Takaran saji 4 keping (40 gr)
Jumlah Sajian per Kemasan:3
NO ZAT GIZI KADAR SATUAN % AKG
JUMLAH
PER 100
GRAM
1. Energi 180 Kkal
2. Lemak total 6 Gram 15
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 18/34
18
Asam linoleat 0.6
Gram
1,4
3. Protein (kualitas protein tidak
kurang dari 70% kasein)
3 Gram 17% 8
4. Karbohidrat total
Serat
Gula
29
2
6
Gram
gram
gram
72
4
15
5. Vitamin A 146 RE 35% 364
6. Vitamin D 2 Mcg 40% 5
7. Vitamin E 2 Mg 35% 5
8. Vitamin K 5,3 Mcg 45% 139. Vitamin B1 0,2 Mg 40% 0,5
10. Vitamin B2 0,2 Mg 40% 0,5
11. Niasin 2,4 Mg 50% 6
12. Vitamin B12 0,36 Mcg 60% 0,9
13. Kalsium 81 Mg 15% 200
14. Fosfor 66 Mg 20% 165
15. Besi 2,4 Mg 30% 6
16. Seng 1,2 Mg 15% 3
17. Selenium 5,3 Mcg 40% 13
18. Iodium 28 Mcg 30% 70
Sumber: (Kemkes,2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Crossectional . Dimana variabel
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 19/34
19
independent (MP-ASI biskuit) dan variabel dependent (beratr badan) dilakukan
observasi pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. Tujuannya untuk
mengetahui berapa persen pengkomsumsian MP-ASI terhadap kenaikan berat
badan balita.
B. Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI pada balita yang
berasal dari keluarga miskin yaitu penyakit infeksi, pengetahuan orang tua dan
sikap keluarga terhadap MP-ASI sehingga besar porsi MP-ASI yang didapat
balita tidak sesuai ketentuan, misalnya bagaimana proses ibu dalam memberikan
MP-ASI tersebut, apakah MP-ASI itu dijadikan makanan pagi oleh keluarga
sehingga balita tidak mengalami kenaikan berat badan. Penelitian ini untuk
mengetahui persentase pemberian MP-ASI serta kontribusinya terhadap kenaikan
berat badan pada balita usia 12-24 bulan yang tersedia pada gambar 3.1
Variabel independen Variabel Dependen
PEMBERIAN MP-ASI
BERAT BADAN
Berapa keping balita
mengkomsumsi MP-ASI dalam
sehari
Persentase Asupan MP-ASI
Biskuit
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 20/34
20
Keterangan : = Diteliti
= Faktor yang dilihat dari
pemberian MP- ASI
Tabel 3.1 Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional dapat dilihat di tabel 3.2
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pemberian
MP-ASI
Biskuit
Jenis makanan selain
ASI yang diberikan
untuk pemulihan
kebutuhan zat gizi
balita umur 12-24
bulan yang berada
dalam dan atau
dibawah garis
merah
Untuk mengetahui
- Pengetahuanibu
- Faktor penghambat
- Ketepatan
sasaran
Wawancara
Recall 24
3x24 Jam
Form Food
Recall, Daftar
Konversi URT
kedalam gram
0.Tidak
baik jika
asupan
MP-ASI
< 120 gr
keping
dalam
sehari
(%)
1.Baik jika
AsupanMP-ASI
120 gr keping
dalam
sehari (%)
Ordinal
Berat
badan
Suatu ukuran
antropometri
mengenai massa
tubuh untuk melihat
pertumbuhan fisik
balita
BB diukur
dengan cara
penimbanga
n
Timbangan
injak
0 . Jika
tidak ada
kenaikan
berat badan
1 . Jika ada
kenaikan
berat badan
Ordinal
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 21/34
21
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga
balita yang mendapatkan MP-ASI biskuit usia 12-24 bulan di Kecamatan
Muara Bangkahulu tahun 2010, yang berjumlah 40 balita yang terbagi dalam
2 wilayah kerja puskesmas Beringin Raya dan Ratu Agung.
2. Sampel
Pengambilan sampel dengan cara total Sampling . Sampel penelitian
ini adalah seluruh yang ada dalam populasi atau seluruh balita usia 12-24
bulan yang mendapat MP-ASI biskuit yang berasal dari keluarga miskin di
kecamatan Muara Bangkahulu.
E. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya
dan Puskesmas Ratu Agung Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu pada
Bulan Desember 2010 sampai dengan bulan April 2011.
F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara tertukstur dengan bantuan
kuesioner yang telah disiapkan, jenis data yang dikumpulkan adalah :
a. Data Primer
1) Karakteristik balita yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan nama
orang tua.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 22/34
22
2) Status social orang tua meliputi pekerjaan.
3) Pemberian MP-ASI kepada balita.
4) Berat Badan balita setelah pemberian MP-ASI.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah gambaran tentang wilayah penelitian yang
berhubungan dengan penelitian yaitu data mengenai data balita umur
12-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI di Puskesmas Beringin Raya dan
Ratu Agung Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.
2. Pengolahan Data
Data yang telah didapat/dikumpul diolah dengan menggunnakan
program computer dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing
Melakukan editing untuk mengecek kelengkapan jawaban dan jumlah
kuesioner serta serta ketetapan data termasuk didalamnya melakukan
tabulasi sehingga apabila terdapat kekurangan atau kekeliruan data dapat
segera ditelusuri.
b. Coding
Data-data yang sudah diedit dilakukan pengkodean.
c. Entry Data
Memasukkan data dengan menggunakan program SPSS for window.
d. Cleaning
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 23/34
23
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau
tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses sehinga dapat
dinilai dan diperbaiki.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat yang digunakan untuk melihat gambaran pemberian
MP-ASI menggunakan rumus di bawah ini :
Rumus P = F x 100% ( Arikunto, 1998)
N
Keterangan : P = jumlah persentase yang diinginkan.
F = jumlah frekuensi karakteristik responden yang didapatkan.
N = jumlah responden atau sampel penelitian.
b. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan dengan membuat tabel antara masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat guna memperoleh gambaran variabel
bebas yang diduga ada hubungannya yang mempengaruhi status gizi balita.
Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah chi-square yaitu
menguji kemaknaan hubungan atau perbedaan dengan tingkat kepercayaan
95% (Tjokronegoro, 1999).
Rumus statistik ini adalah :
E
E N ∑ −=
)0(2
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 24/34
24
Keterangan :
E = Frekuensi yang diharapkan
O = nilai observasi
X2 = Statistik chi-square
DB = (b-1) (k-1)
b = Jumlah baris
k = Jumlah kolom
Bila nilai p value < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna,
ini berarti ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan
variabel dependen. Bila nilai p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak
bermakna, ini berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel
independen dengan variabel dependen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jalan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kenaikan berat badan anak
balita usia 12-24 bulan setelah pemberian MP-ASI di Kecamatan Muara
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 25/34
25
Bangkahulu Kota Bengkulu Tahun 2011. Subjek penelitian ini adalah semua
anak balita usia 12-24 bulan yang mendapat MP-ASI di Kecamatan Muara
Bangkahulu Kota Bengkulu berjumlah 40 orang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dengan melihat catatan data anak balita usia 12-24 bulan yang
mendapat MP-ASI di Puskesmas Beringin Raya dan Puskesmas Ratu Agung
Kota Bengkulu. Selain itu juga dikumpulkan data primer untuk memperoleh data
tentang asupan MP-ASI dan makanan selain MP-ASI dengan cara Interview
(wawancara) dengan metode food recall, sedangkan data berat badan didapat dari
menimbang berat badan anak. Data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui tahap pengolahan data antara lain editing, coding,
tabulating, cleaning, entry data serta dilakukan analisis data dengan
menggunakan analisis uji Chi-Square.
Penulis mendapat kesulitan dalam penelitian disebabkan dari 40 anak
usia 12-24 bulan yang menjadi subjek penelitian terdapat 6 orang yang berpindah
tempat tinggal. Sehingga jumlah subjek yang diteliti menjadi 34 orang anak
balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.
2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Beringin Raya dan Ratu Agung adalah Puskesmas yang
terletak di wilayah kerja Kecmatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu, dengan
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 26/34
26
jumlah penduduk 110.965 jiwa dan masing-masing Puskesmas mempunyai
Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Rawa Makmur dan Puskesmas Tugu hiu.
3. Hasil Penelitian
3.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat digunakan untuk memperoleh gambaran variable
independen (pemberian MP-ASI) dan variable dependen (kenaikan berat
badan). Penyajian hasil analisi univariat menggunakan distribusi frekuensi
pada table 4.1 :
Tabel 4.1
Distribusi Pemberian MP-ASI dan kenaikan berat badan Anak Usia 12-24
bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.
Variable Frekuensi Persentase (%)
Pemberian MP-
ASI
• Baik • Tidak baik
2014
58,841,2
Kenaikan berat
badan
• Ada
• Tidak ada
24
10
70,6
29,4
Table 4.1 dapat dilihat frekuensi pemberian MP-ASI yang baik 20
responden yaitu 58,8 % dan untuk ketegori tidak baik 14 responden yaitu
41,2 %. Untuk frekuensi kenaikan berat badan yang mengalami kenaikan
berat badan 24 responden yaitu 70,6 % dan yang tidak mengalami kenaikan
barat badan 10 responden yaitu 29,4 %.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 27/34
27
3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent yaitu
mengetahui Kontrubusi antara variabel independent dengan variabel
dependent yaitu perubahan berat badan dengan pemberian MP-ASI
anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota
Bengkulu tahun 2011. Untuk mendapatkan hubungan tersebut
dilakukan uji Chi-square. Adapun hasil analisanya dapat dilihat
pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Kontribusi Pemberian MP-ASI Terhadap Kenaikan Berat Badan
Anak Balita Usia 12-24 Bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu
Kota Bengkulu Tahun 2011
Variable Kenaikan berat badanTotal
OR
(95 % CI)
P
ValueAda Tidak ada
N % n % n %
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 28/34
28
Pemberian MP-ASI
Baik
Tidak baik
19
5
95,0
35,7
1
9
5,0
64,3
20
14
100
100
34,2
(3,46-337,6)
0,000
Tabel 4.2 terlihat bahwa dari pemberian MP-ASI responden
yang pemberian MP-ASI baik mengalami kenaikan berat badan 19
anak balita (95 %) dan 1 (5 %) anak balita tidak mengalami kenaikan
berat badan. Sedangkan untuk pemberian MP-ASI tidak baik terdapat
9 (64,3 %) anak mengalami kenaikan berat badan dan 5 (35,7 %) anak
tidak mengalami kenaikan berat badan.
Hasil analisa uji chi-square menunjukkan ada nilai dalam 1
cell < 5. Maka nilai P value menggunakan Fishers Exact Test sehingga
p value 0,000 (p ≤ 0,05), artinya ada kontribusi antara pemberian MP-
ASI dengan kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan. Dan
nilai OR 34,2 sehingga balita yang pemberian MP_ASI biskuit baik
mempunyai pelung 34,2 kali untuk kenaikan berat badan.
B. Pembahasan
Kontribusi Pemberian MP-ASI Biskuit Terhadap Kenaikan Berat Badan
Anak Balita Usia 12-24 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan berat badan anak
balita usia 12-24 bulan setelah diberikan MP-ASI. Hal ini dikarenakan pemberian
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 29/34
29
MP-ASI yang sudah sesuai dengan yang dianjurkan oleh Kementerian kesehatan
melalui petugas gizi puskesmas dan ditambah dengan asupan makanan yang
baik.
Menurut Depkes (2004) MP-ASI ini yaitu makanan bergizi yang
diberikan disamping ASI kepada anak usia 12-24 bulan dalam bentuk biskuit.
MP-ASI ini diberikan oleh Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan
(JPS-BK) dengan sasaran bayi usia 12-24 bulan yang berasal dari keluarga
miskin di Indonesia. Tujuan dari pemberian MP-ASI adalah untuk
menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus
mempertahankan status gizi baik pada bayi 12-24 bulan.
Pemberian MP-ASI biscuit sesuai ketentuan 4 keping dalam sekali
pemberian dan 12 keping dalam sehari. Dan MP-ASI ini harus habis dalam kurun
waktu 3 bulan. MP-ASI sasarannya adalah balita yang berat badannya kurang
sehingga dalam pemberiannya MP-ASI harus mutlak diberikan kepada Balita
sasaran tidak boleh di bagi-bagi oleh anggota keluarga yang lain.
Pemberian MP-ASI yang tidak baik akan berdampak pada berat badan
balita. Berat badan tidak meningkat dan tetap kurang dan apabila hal ini
berlangsung lama akan menjadi gizi buruk. Hal inilah yang perlu diwaspadai
dengan memberikan sosialisasi, informasi dan penanganan yang lebih oleh
petugas kesehatan terhadap anak balita dan ibu balita akan pentingnya MP-ASI. .
Menurut Soekirman (2006) resiko kurang gizi pada balita tidak hanya
menimbulkan gangguan fisik tetapi juga mempengaruhi kecerdasan anak dan
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 30/34
30
produktivitasnya pada usia dewasa hingga generasi yang akan datang sangatlah
besar. Menurut Moehdji (2003) kekurangan gizi pada baduta yang dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang prestasi kerja rendah sehingga
pada akhirnya memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi
pengembangan sumber daya manusia.
Petugas kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan edukasi dan informasi
pemberian MP-ASI agar MP-ASI diberikan tepat sasaran, tepat jumlah sesuai
ketentuan yang diberikan Kementerian Kesehatan. Sehingga tidak ada lagi anak
balita yang tidak mengkomsumsi sesuai ketentuan.
Berdasarkan penelitian ada balita setelah pemberian MP-ASI tidak
mengalami kenaikan berat badan. Hal ini dikarenakan ketidaktepatan sasaran,
kurangnya asupan makanan utama dan kurangnya perhatian orang tua setelah
pemberian MP-ASI. Contohnya pemberian tidak hanya kepada balita sasaran,
melainkan dibagi dengan kakak balita dan setelah pemberian tidak ada perhatian
lanjut apakah MP-ASI itu habis atau tidak dan pemberian ASI telah
diberhentikan.
Balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan setelah pemberian
MP-ASI akan berdampak padak status gizi anak yang tetap kurang. Apabila hal
ini berlanjut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak dan akan menjadi semakin buruk jika hal ini tidak diperhatikan.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 31/34
31
Menurut Kartika (2005) ada 2 faktor yang menyertai tidak adanya
kenaikan berat badan balita setelah pemberian MP-ASI. Pertama, anak tidak
mendapat makanan bergizi seimbang dalam hal makanan alamiah yang terbaik
bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan setelah berumur 6 bulan dilanjutkan dengan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan
kualitasnya. Kedua, anak menderita penyakit infeksi karena terjadi hubungan
timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi kurang, dimana anak yang
menderita gizi kurang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga
anak rentan terhadap penyakit infeksi.
Maka asupan makanan utama seperti ASI dan PMT tetap diberikan saat
dan setelah pemberian MP-ASI biskuit untuk memberikan asupan nutrisi bagi
Balita agar berat badannya tetap meningkat dan mengecek secara rutin di
posyandu atau dipuskesmas agar pertumbuhan dan merkembangan balita dapat
dipantau baik oleh petugas kesehatan maupun ibu. Menurut Azharni (2006) MP-
ASI dan PMT sangat berpengaruh terhadap status gizi balita.
Setelah pemberian MP-ASI selesai baiknya balita masih tetap diberikan
ASI hingga usia 24 bulan. Dan balita yang usianya di atas 24 bulan sebaiknya
diberikan MP-ASI lokal atau MPASI komersil seperti promina, sun. Hal ini
dilakukan guna mepertahankan berat badan dan status gizi balita untuk mencegah
terjadinya penurunan berat badan.
Keterbasan penelitian ini adalah tidak melihat MP-ASI dimakan habis
oleh balita dan kelemahan dari metode food recall yang digunakan, ketepatannya
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 32/34
32
tergantung daya ingat ibu responden sehingga ibu cenderung melebihkan asupan
makanan.
Peneliti berasumsi bahwa ada kontribusi pemberian MP-ASi biscuit
terhadap kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan. Dan kenaikan berat
badan juga dipengaruhi oleh asupan makanan balita. Seperti yang dikemukakan
Depertemen Kesehatan (2004) Pemberian MP-ASI biscuit untuk menanggulangi
dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan
status gizi baik pada bayi 12-24 bulan. Dan menurut galuh (2007) kenaikan berat
badan dipengaruhi juga pemberian ASI dan makanan tambahan lokal yang
seimbang.
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 33/34
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas
Beringin Raya dan Ratu Agung di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu
tahun 2011 maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Anak balita usia 12-24 bulan di Puskesmas Beringin Raya dan Ratu
Agung sebelum penerimaan MP-ASI biskuit dengan barat badan kurang.
b. Pemberian MP-ASI biscuit pada anak balita usia 12-24 bulan ketegori
baik 20 anak (58,8) hanya sebagian kecil yang pemberiannya MP-ASI
tidak baik 14 anak (41,2 %).
c. Anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu
mengalami kenaikan berat badan setelah pemberian MP-ASI biscuit 24
anak (70,6 %). Hanya sebagian kecil yang tidak mengalami kenaikan
berat badan 10 anak (29,4 %)
5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 34/34
34
d. Ada kontribusi pemberian MP-ASI biscuit terhadap kenaikan berat
badan anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu
Kota Bengkulu ( P < 0,000).
B. Saran
a. Bagi petugas gizi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan masyarakat
terutama dalam pemberian informasi kepada keluarga terutama ibu
tentang pemberian MP-ASI biscuit dan factor penunjang lainnya
sehingga menghindari terjadinya Gizi kurang.
b. Bagi akdemik, dapat menambah pengetahuan mengenai penelitian
tentang kontribusi pemberian MP-ASI biscuit terhadap kenaikan berat
badan anak balita usia 12-24 bulan..
c. Bagi masyarakat secara umum, untuk lebih memperhatikan pemberian
MP_ASI biskuit sesuai dengan ketentuan dan lebih meningkatkan
pemberian ASI dan makanan tambahan.
d. Bagi mahasiswa, untuk menambah pengalaman dalam melaksanakan
penelitian dan mengetahui kontrubusi pemberian MP-ASI terhadap
kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan.
e. Bagi pengembangan penelitian, penelitian ini dapat dijadikan data awal
untuk penelitian lebih lanjut dan dapat melakukan penelitian dengan
rancangan yang berbeda dengan peneliti saat ini.